Finally
-
Upload
deny-prayudi -
Category
Documents
-
view
213 -
download
1
description
Transcript of Finally
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak-anak merupakan salah satu golongan penduduk yang berada dalam situasi rentan,
dalam kehidupannya di tengah masyarakat.Kehidupan anak dipandang rentan karena memiliki
ketergantungan tinggi terhadap orang tua. Jika orang tua lalai menjalankan tanggung jawabnya, maka
anak akan mengalami berbagai masalah kesehatan. Salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi
pada anak adalah diare. Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak
lebih dari biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan kosistensi tinja dari
penderita (Depkes RI, 2013).
Penyakit diare perlu mendapatkan perhatian khusus karena di samping angka kesakitannya
yang masih tinggi, penyakit ini juga dapat menimbulkan wabah yang akhirnya menimbulkan
kejadian luar biasa (KLB)serta penyakit ini juga dapat menyebabkan kematian apabila tidak
ditangani secara serius.
Menurut catatan WHO, diare membunuh dua juta anak di dunia setiap tahun, sedangkan di
Indonesia menurut Surkesnas tahun 2014, diare merupakan salah satu penyebab kematian kedua
terbesar pada balita, dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua umur (Amirudin, 2013).
Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia tahun 2010, diare
menempati urutan ketiga penyebab kematian bayi. Diare merupakan penyakit dengan frekuensi
KLBkelima terbanyak setelah DBD, Campak, Tetanus Neonaturum dan keracunan makanan.
(Depkes RI, 2014).
1
PSecara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar yaitu karena
infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, immuno defisiensi, dan penyebab lain. Adapun penyebab-
penyebab tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya keadaan gizi, kebiasaan atau
prilaku, sanitasi lingkungan, dan sebagainya (Amirudin, 2013).
Penyakit diare merupakan suatu penyakit yang berbasis lingkungan. Ada 2 faktor yang
dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama
dengan prilaku manusia yang tidak sehat. Ada beberapa perilaku yang dapat meningkatkan resiko
terjadinya diare yaitu tidak memberikan ASI secara penuh hingga umur 4-6 bulan pertama dari
kehidupan, menggunakan botol susu, menyimpan makanan masak pada suhu kamar, air minum
tercemar pada bakteri tinja, tidak mencuci tangan sesudah BAB, sebelum menjamah makanan
(Depkes RI,2013).
Pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit diare berpengaruh pada perilaku ibu dan
masalah kesehatan keluarga. Menurut Notoadmojo, perilaku dibagi 3 domain, ini diukur dari
pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan praktek (practice).
Hasil studi awal yang dilakukan di Puskesmas Sungai Kupang, ditemukan dari 10 orang
balita yang terkena diare, ternyata 7 orang ibu yang memiliki balita yang menderita diare
menggunakan susu formula dengan menggunakan botol dan tidak mencuci tangan terlebih dahulu
sebelum memberikan makanan pada balita. 3 orang ibu diantaranya yang memiliki balita mencuci
tangan sebelum memberikan makanan dan memberikan ASI hingga umur lebih dari 6
bulan.Terjadinya kenaikan angka penderita diare yang signfikan pada tahun 2013-2014 dari 289
menjadi 593, angka penderita diare pada balita. 153.Berdasarkan dari data tersebut, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk melakukan “Hubungan TingkatPengetahuan
Ibu dengan Kejadian Diare di Puskesmas Perawatan Sungai Kupang”.
2
B. Rumusan Masalah
Dari data yang terurai di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian adalah masih
tingginya kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Sungai Kupang tahun 2015. Dengan
pertanyaan peneliti adalah ”Apakah ada Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Kejadian
Diare pada Balita” .
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan Ibu dengan
kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Sungai Kupang
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui frekuensi diare pada balita.
b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang diare di wilayah kerja Puskesmas
Sungai Kupang
c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi sikap ibu tentang diare di wilayah kerja Puskesmas Sungai
Kupang
d. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan Ibu dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas
Sungai Kupang
e. Untuk mengetahui hubungan sikap Ibu dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Sungai
Kupang
3
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi akademik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan terhadap rekan sejawat
dokter, sebagai pemberi pelayanan kepada masyarakat mengenai penyebab Diare pada balita.
2. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi para tenaga kesehatan khususnya
pada bidang kesling dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan di bidang kesehatan.
E. Keaslian Penelitian
Peneliti serupa pernah diteliti oleh :
1. Linda Handayani, ”Hubungan Hyegene Pribadi Ibu dan Sanitasi Lingkungan dengan Diare Pada
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tempel 1 Kecamatan Tempel Kabupaten Sleman”. Dengan hasil
tidak ada hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada balita.
2. Diana Winduri 2001, Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Diare di Puskesmas Sukamerindu
tahun 2001.Dengan hasil tidak ada hubungan status gizi dengan kejadian diare pada balita.
3. Esti rahayu 2003, Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Diare pada Balita di Puskesmas
Sukamerindu tahun 2003. Dengan variabel Status Gizi dan Kepadatan Penduduk.Dengan hasil tidak
ada hubungan antara status gizi dan kepadatan penduduk dengan kejadian diare pada balita.
Bedanya dari ketiga penelitian di atas adalah variabel, populasi, sampel, waktu, tempat, dan desain.
4
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diare
1. Pengertian
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak lebih dari
biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari penderita
(Depkes RI, 2013).
Diare adalah BAB yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak
dari biasanya. (FK UI, 2012) .
2. Etiologi
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu : (B. Albert and Paul S, 2012).
a. Faktor infeksi
1) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak
Infeksi enteral ini meliputi :
2) Infeksi bakteri :vibrio, E. Coli, salmonella, shigella, campylobacter, yersinia, aeromonas dan
sebagainya.
3) Infeksi virus :enteroovirus virus ECHO, coxsackie, poliomyelitis, adenovirus, rotavirus, astrovirus
dan lain-lain.
4) Infestasi parasit : cacing (ascaris, trichiuris, oxyuris, strongyloides.), protozoa (entamoeba
histolytica, giardia lamblia, trichomonas hominis.), jamur (candida albicans).6
5) Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti otitis media akut
(OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
b. Faktor malabsorbsi
Untuk faktor malabsorbsi ada 3 yaitu malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa,
maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan
anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktrosa, malabsorbsi protein, malabsorbsi
lemak, faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan, faktor psikologis : rasa
takut dan cemas, walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar. (B.
Albert and Paul S, 2012)
c. Alergi (bacilus cereuc), keracunan, imunodefisiensi dan sebab lainnya (Joko irianto, 2011).
3. Patogenesis dan patofisiologi (B. Albert and Paul S, 2012)
a. Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah :
1) Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik
dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air danelektrolit ke dalam rongga usus. Isi
rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare.
2) Gangguan sekresi
7
Akibat rangsangan tertentu (misal olehtoksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air
dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi
rongga usus.
3) Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan,
sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
b. Patogenesis
1) Patogenesis diare akut
a) Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah berhasil melewati rintangan
asam lambung.
b) Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus.
c) Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik).
d) Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
2) Patogenesis diare kronis
Lebih kompleks dan faktor-faktor yang menimbulkannya ialah infeksi bakteri, parasit, malabsorbsi,
malnutrisi dan lain-lain.
c. Patofisiologi
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi :
8
1) Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan
asam basa (asidosis metabolik, hipokalemiadan sebagainya.)
2) Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran bertambah)
3) Hipoglikemia
4) Gangguan sirkulasi darah
4. Gejala klinis (B. Albert and Paul S, 2012)
Mula-mula bayi/balita menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada, kemudian diare.Tinja lendir dan atau darah.Warna tinja makin lama
berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur oleh empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet
karena sering defekasidan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam
laktat, yang berasal dari laktosayang tidak dapat diabsorbsiusus selama diare. Gejala muntah dapat
terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau
akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak.BB
turun, turgor kulitberkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan
mulut serta kulit tampak kering.
5. Klasifikasi
Pengklasifikasian berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi (B.
Albert and Paul S, 2012) : Belum ada dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang dan dehidrasi
berat.
6. Pemeriksaan laboratorium (B. Albert and Paul S,2012)
a. Pemeriksaan tinja
9
b. Makroskopis dan mikroskopis
c. PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila diduga terdapat
intoleransi gula.
d. Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
e. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan PH dan
cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah menurut ASTRUP (bila
memungkinkan).
f. Pemeriksaan kadar ureum dan kretinin untuk mengetahui faal ginjal.
g. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serum (terutama
pada penderita diare yang disertai oleh kejang).
h. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit secara kualitatif dan
kuantitatif, terutama dilakukannya pada penderita diare kronik.
7. Komplikasi (B. Albert and Paul S, 2012)
a. Renjatan hipovolemik.
b. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan pada
elektrokardiogram)
c. Hipoglikemia
d. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa
usus halus.
e. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
10
f. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan.
g. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
Tabel 1 penilaian derajat dehidrasi
Penilaian
A B C
1. Lihat
a. Keadaan umum
b. Mata
c. Air mata
d.Mulut dan lidah
e. Rasa haus
Baik , sadar
Normal
Ada
Basah
Minum biasa
Tidak haus
Gelisah, rewel
Cekung
Tidak ada
Kering
Haus, ingin minum banyak
Lesu , lunglai atau tidak sadar
Sangat cekung dan kering
Tidak ada
Sangat kering
Malas minum atau tidak bisa minum
2. Periksa turgor kulit
Kembali cepat
Kembali lambat
Kembali sangat lambat
3. Derajat dehidrasi
Tanpa dehidrasi sedang
Dehidrasi ringan / bila ada 1 tanda ditambah 1 atau
Dehidrasi berat / bila ada 1 tnda ditambah 1 atau lebih tanda
11
lebih tanda lain
lain
4. terapi Rencana terapi A
Rencana terapi B
Rencana terapi C
(Joko irianto, 2011)
Mekanisme dasar timbulnya diare ialah :
1. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan ostomik dalam
rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dalam elektrolit ke dalam rongga usus. Isi
rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air
dan elektrolit ke dalam rongga usus dan diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus menyerap makanan, sehingga
timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Patogenesa Diare Karena Virus
Virus yang terbanyak menyebabkan diare adalah rotavirus. Garis besarnya patogenesisnya adalah
sebagai berikut :
Virus masuk ke dalam traktus digestivus bersama makanan dan minuman, kemudian berkembang
biak di dalam usus. Setelah itu virus masuk ke dalam epitel usus halus dan menyebabkan kerusakan
di bagian apikal vili usus halus. Sel epitel usus halus bagian apikal akan diganti oleh sel dari bagian
12
kripta yang belum matang, yang berbentuk kuboid atau gepeng. Akibatnya sel epitel ini tidak dapat
berfungsi untuk menyerap air dan makanan. Sebagai akibatnya akan terjadi diare osmotik. Vili usus
halus kemudian akan memendek sehingga kemampuannya untuk menyerap dan mencerna makanan
pun akan berkurang. Pada saat ini biasanya diare mulai timbul, setelah itu sel retikulum akan
melebar dan kemudian akan terjadi infiltrasi sel limfoid dari lamina propia, untuk mengatasi infeksi
sampai terjadinya penyembuhan (1).
Patogenesa Diare Karena Bakteri
Bakteri masuk ke dalam traktus digestivus, kemudian berkembang biak di dalamnya. Bakteri
kemudian mengeluarkan toksin yang akan merangsang epitel usus sehingga terjadi peningkatan
aktivitas enzim adenil siklase (bila toksin bersifat tahan panas / labil toksin / LT) atau enzim guanil
siklase (bila toksin bersifat tahan panas / stabil / ST). sebagai akibat peningkatan aktivitas enzim –
enzim ini akan terjadi peningkatan cAMP (cyclic adenosine monophospate) atau cGMP (cyclic
guanosine monophospate) yang mempunyai kemampuan merangsang sekresi kloride, netrium dan air
dalam sel ke lumen usus serta menghambat absorbsi natrium, kloride dan air dari lumen usus ke
dalam sel. Hal ini akan menyebabkan peninggian tekanan osmotik di dalam lumen (hiperosmolar).
Kemudian akan terjadi hiperperistaltik usus untuk mengeluarkan cairan yang berlebihan dalam
lumen usus, sehingga cairan dapat dialirkan dari lumen usus halus ke lumen usus besar (colon). Dan
bila kemampuan penyerapan colon berkurang, atau sekresi cairan melebihi kapasitas penyerapan
colon, maka akan terjadi diare.
Patogenesis Diare Akut
Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah
berhasilmelewati rintangan asam lambung
1. Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus
2. Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik)
3. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare
13
Fisiologi dan Patofisiologi
Sebagai akibat diare, akut maupun kronis akan terjadi :
1. Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan
keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia, dan sebagainya).
2. Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran bertambah).
3. Hipoglikemia.
4. Gangguan sirkulasi darah.
Dalam keadaan normal usus besar dapat meningkatkan kemampuan penyerapan sampai 4400
ml sehari, bila terjadi sekresi cairan yang berlebihan dari usus halus (ileosekal). Bila sekresi melebih
4400 ml maka usus besar tidak mampu menyerap seluruhnya lagi, selebihannya akan dikeluarkan
bersama tinja dan terjadilah diare. Diare dapat juga terjadi karena terbatasnya kemampuan
penyerapan usus besar pada keadaan sakit, misalnya karena virus, disentri basiler, ulcus, tumor dan
sebagainya.Setiap perubahan mekanisme normal absorbsi dan sekresi di dalam lumen usus halus,
maupun usus besar (kolon) dapat menyebabkan diare, kehilangan cairan, elektrolit dan akhirnya
terjadi dehidrasi.Secara garis besar diare dapat disebabkan oleh diare sekretorik, diare osmotik,
peningkatan motilitas usus dan defisiensi umum, terutama IgA. Diare yan disebabkan oleh infeksi
bakteri akan menyebabkan diare sekretorik.
Makanan yang tidak diserap atau dicerna, misalnya laktosa (dari susu), merupakan makanan
yang baik bagi bakteri. Laktosa ini akan difermentasikan oleh bakteri anerob menjadi molekul yang
lebih kecil, misalnya H2, CO2 H2O, dan sebainya. Dan menyebabkan tekanan osmotik di dalam
lumen usus meningkat. Keadaan dalam lumen usus yang hiperosmolar ini kemudian akan meyerap
air dari intraseluler, diikuti peningkatan peristaltik usus sehingga terjadi diare ostotik. Peristaltik
usus juga dapat meningkat karena adanya zat makanan yang merangsang misalnya pedas, asam,
terlalu banyak lemak, serat dan dapat juga karena terdapatnya toksin dalam makanan (food
poisoning) yang akhirnya menyebabkan diare pula.
Akhirnya immunodefisiensi baik selular maupun humoral terutama defisiensi IgA di dalam
lumen usus akan menyebabkan diare karena ketidakmampuan usus untuk menetralisir enteropatogen
dalam lumen usus. Bukan saja bakteri tetapi juga virus, parasit dan jamur dapat menyebabkan diare.
14
Pengeluaran cairan, selain melalui anus dalam keadaan normal juga melalui ginjal berupa
urin, juga melalui pori kulit berupa keringat dan melalui pernafasan berupa uap air. Dalam keadaan
normal, pengeluaran air dari tubuh anak usia 0 – 2 tahun sekitar 100 ml sehari. Bila jumlah cairan
yang masuk dan ke luar setiap hari selalu seimbang, tidak akan terjadi diare atau defisit cairan.
Tetapi pengeluaran cairan melebihi pemasukan, seperti pada diare akan terjadi defisit cairan tubuh
yang lebih dikenal dengan dehidrasi.
Gejala Klinis
Mula – mula bayi dan anak menjadi cengeng, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare.Tinja cair dan mungkin disertai lendir dan atau
darah.Pada diare oleh karena intoleransi, anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi
dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa
yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum / sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lembung
yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.Bila penderita
telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak, berat badan
turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun – ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan
mulut serta kulit tampak kering.
Berdasarkan banyak cairan yang hilang dapat dibagi menjadi :
- Dehidrasi ringan
- Dehidrasi sedang
- Dehidrasi berat
Berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi menjadi :
- Dehidrasi hipotonik
- Dehidrasi isotonik
- Dehidrasi hipertonik
15
Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang sehingga dapat terjadi renjatan hipovolemik
dengan gejala – gejala yaitu denyut jantung menjadi cepat, denyut nadi cepat dan kecil, tekanan
darah menurun, penderita menjadi lemah, kesadaran menurun (apatis, somnolen sampai
soporokomatous).Akibat dehidrasi, diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).Bila sudah ada
asidosis metabolik, tampak pucat dengan pernafasan yang cepat dan dalam (pernafasan Kussmaul).
Asidosis metabolik terjadi karena :
1. Kehilangan NaHCO3 melalui tinja
2. Ketosis kelaparan
3. Produk – produk metabolik yang bersifat asam tidak dapat dikeluarkan (karena oliguria atau
anuria).
4. Berpidahnya ion Na dari cairan ekstrasel ke cairan intrasel
5. Penimbunan asam laktat (anoksia jaringan tubuh).
Dehidrasi hipotonik (dehidrasi hiponetremia) yaitu kadar Na dalam plasma < 130 mEq/l,
dehidrasi isotonik (dehidrasi isonatremia) bila kadar Na dalam plasma 130 – 150 mEq/l, sedangkan
dehidrasi hipertonik (hipernatremia) bila kadar Na dalam plasma > 150 mEq/l.
Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet elinitest, bila diduga
intoleransi gula.
c. Bila perlu lakukan pemeriksaan biakan / uji resistensi.
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah dengan menentukan pH dan
cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah menurut ASTRUP (bila
memungkinkan).
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
16
4. Pemeriksaan kadar elektrolit terutama natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serum
(terutama bila ada kejang).
5. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kualitatif
dan kuantitatif, terutama pada penderita diare kronik.
Komplikasi
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik dan hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipotokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotonik otot, lemah, bradikardi, perubahan
pada elektrokardiogram).
4. Hipoglikemi.
5. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan villi
mukosa usus halus.
6. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah penderita juga mengalami
kelaparan.
Penyakit Penyerta pada Diare
1. KKP (Kurang Kalori Protein).
KKP dapat menyebabkan diare karena adanya malabsorpsi makanan dan infeksi alat pencernaan.
Sebaliknya diare akan menyebabkan absorbsi makanan terganggu dan berkurang sehingga akan
menyebabkan bertambah beratnya derajat KKP penderita.
2. Infeksi sistemik
Seperti alat pernafasan, morbili, dan sebagainya.Selain dapat menyebabkan suhu penderita
meningkat juga dapat menyebabkan diare dan dehidrasi.
17
3. Kejang
Sebagian penderita diare dapat disertai kejang baik sebelum atau sesudah dehidrasi terjadi
penyebabnya antara lain kejang demam, gangguan elektrolit (terutama hipernatremi), hipoglikemi
dan ensefalitis.
Pengobatan
Dasar pengobatan diare adalah :
1. Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumat).
2. Dietetik (pemberian makanan).
3. Obat – obatan.
Pemberian cairan pada diare dehidrasi murni
1. Jenis cairan
a. Cairan rehidrasi oral: oralit, larutan gula garam, dan sebagainya.
b. Cairan parenteral: RL, DG aa (1 bagian lar. Darrow 1 bagian larutan
Glukosa 5 %), DG 1 : 2, dan lain – lain.
2. Jalan pemberian cairan
a. Per oral untuk dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi dan bila anak mau minum serta
kesadaran baik.
b. Intragastrik untuk dehidrasi ringan, sedang atau tanpa dehidrasi, tetapi anak tidak mau minum
atau kesadaran menurun.
c. Intravena untuk dehidrasi berat dan kegagalan terapi rehidrasi oral
Sejumlah pasien dengan dehidrasi ringan / sedang tidak dapat diobati secara memadai dengan
oralit melalui mulut.Penderita ini harus diberikan terapi IV.
Penderita dengan terapi oral biasa gagal karena :
18
1. Tingginya tingkat kelahiran cairan (seringnya buang air besar dalam tinja caira dengan
jumlah yang banyak).
Beberapa penderita dengan tingkat kehilangan cairan yang tinggi mungkin tidak bisa minum
cukup oralit untuk menggantikan kehilangan cairan yang berkelanjutan sehingga keadaan dehidrasi
makin buruk. Beberapa penderita harus diobati selama beberapa jam dengan cairan IV sampai
tingkat kehilangan cairan berkurang.
2. Muntah terus menerus
Kadang – kadang muntah yang berulang – ulang menghambat berhasilnya rehidrasi oral.Jika
tanda – tanda dehidrasi tidak membaik atau makin memburuk, terapi IV diperlukan sampai
muntahnya hilang.Muntah biasanya hilang ketika air dan elektrolit terganti.
3. Ketidakmampuan untuk minum
Beberapa penderita tidak dapat minum oralit dalam jumlah yang tepat karena sakit atau
radang pada mulut (contoh : campak, sariawan dan herpes), karena kelelahan atau mengantuk karena
obat (seperti antiemetik atau obat antimotilitas). Terapi IV atau terapi nasogastrik diperlukan untuk
penderita ini.
4. Perut kembung atau ileus
Jika perut mulai kembung, oralit harus diberikan lebih lambat.Jika kembung bertambah atau
jika ada bising usus, terapi IV diperlukan.Ileus paralitik (hambatan mobilitas isi perut) mungkin
alasan kembung perut.Gejala ileus paralitik disebabkan oleh obat yang mengandung candu (kodein,
loperamide), hipokalemia atau keduanya.
5. Malabsorpsi glukosa
Kegagalan penyerapan glukosa yang bermakna secara khas adalah tidak biasa selama diare
akut.Tetapi bila hal ini terjadi penggunaan oralit dapat menyebabkan bertambahnya diare dengan
sejumlah besar glukosa yang tidak diserap dengan tanda – tanda dehidrasi yang memburuk atau tes
menunjukkan terdapat sejumlah besar glukosa pada tinja.Anak juga menjadi sangat haus.Cairan IV
harus diberikan sampai diare hilang.19
6. Jumlah cairan
PWL = Previous Water Loss (ml/kgBB)
(Jumlah cairan yang hilang, biasanya berkisar 5 – 15 % dari BB (ml / kgBB).
NWL = Normal Water Loss (ml / kgBB)
(Terdiri dari urin + jumlah cairan yang hilang melalui penguapan pada kulit dan pernafasan).
CWL = Concomitant Water Loss (ml / kgBB)
(Jumlah cairan yang hilang melalui muntah dan diare, kira – kira 25 ml / kgBB / 24 jam).
Tabel 2
Derajat Dehidrasi PWL NWL CWL Jumlah
Ringan 50 100 25 175
Sedang 75 100 25 200
Berat 125 100 25 250
JADWAL (KECEPATAN) PEMBERIAN CAIRAN
a. Belum ada dehidrasi
- Oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas setiap kali buang air besar.
- Parenteral dibagi rata dalam 24 jam.
b. Dehidrasi ringan
20
Jumlah cairan = PWL + NWL + CWL
- 1 jam pertama : 25 – 50 ml / kgBB per oral / intragastrik
- Selanjutnya : 125 ml / kgBB / hari atau ad libitum
c. Dehidrasi sedang
- 1 jam pertama : 50 – 100 ml / kgBB per oral / intragastrik.
- Selanjutnya : 125/ml/kgBB/hari atau ad libitum
d. Dehidrasi berat
Untuk anak 1 bulan – 2 tahun dengan BB 3 – 10 kg
- 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/jam atau 13 tts/kgBB/menit
(dengan infus berukuran 1 ml = 20 tts)
- 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/jam atau 4 tts/kgBB/menit
(dengan infus berukuran 1 ml = 20 tts)
- 16 jam berikutnya : 3 tts/kgBB/menit
(dengan infus berukuran 1 ml = 20 tts)
Cara lain adalah :
- 4 jam I diberikan 1/3 dari kebutuhan cairan yang telah diperhitungkan (6 x BB tts/mnt).
20 jam II diberikan sisanya (3 x BB tts/mnt).
TABEL PENILAIAN DERAJAT DEHIDRASI PENDERITA (4)
INDIKATOR A B C
1. Lihat keadaan umum Baik, sadar * Gelisah, rewel Lunglai/latergi,
tidak sadar, lesu
21
- Mata Normal CekungSangat cekung dan
kering
- Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
- Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
- Rasa hausNormal, tidak
haus
* Haus, minum
dengan lahap
* Malas minum,
sedikit atau tidak
bisa minum
2. Periksa turgor kulitKembali
dengan cepat
Kembali dengan
lambat
* Kembali dengan
lambat
3. Hasil pemeriksaanTanpa
dehidrasi
Dehidrasi ringan,
jika memiliki 2 /
lebih tanda
termasuk tanda*
Dehidrasi berat,
jika memiliki 2 /
lebih tanda
termasuk tanda *
Tabel 3
Pemberian makanan pada penderita diare
Pemberian makanan per oral diberikan setelah anak rehidrasi. Dengan cara ini penyembuhan
pendertita dapat lebih cepat, dan kenaikan berat badan lebih baik walaupun frekwensi diare
bertambah. Pada pelaksanaan dietetik, penderita diare akut dengan dehidrasi perlu diperhatikan
faktor – faktor sebagai berikut :
a. Insiden diare pada bayi yang mendapat ASI
b. Pemberian ASI sebaiknya diteruskan walaupun frekwensi intoleransi laktosa tinggi.
Untuk anak < 1 tahun atau berat badan < 7 kg, diberikan ASI dan susu rendah laktosa dan
asam lemak tidak jenuh seperti LLM, Elmiron, bubur susu. Sedangkan untuk anak > 1 tahun dengan
berat badan > 7 kg, diberikan makanan padat atau makanan cair atau susu sesuai dengan kebiasaan
makan di rumah.
Buah yang dapat diberikan pada penderita diare adalah pisang, kalori dan pisang adalah 99
kcal dan kandungan kaliumnya 9,5 mmol/100 gram. Bila ada infeksi terutama diare maka kebutuhan
22
kalori dan protein bertambah karena meningkatnya katabolisme protein tubuh. Pertumbuhan kalori
dan protein untuk mengejar laju pertumbuhan (catch up growth) membutuhkan kenaikan kalori
sekitar 30 % dan protein sekitar 100 % dari keadaan basal untuk menggantikan kehilangan selama
diare, sedangkan kalium dibutuhkan untuk mengatasi hipokalemi.
Pengobatan Medikamentosa
1. Antibiotika
Pada umumnya antibiotika tidak diperlukan pada semua kasus diare akut karena sebagian
besar penyebab diare akut adalah Rotavirus yang sifatnya self limited dan tidak dapat dibunuh oleh
antibiotika. Hanya sebagian kecil saja (10 – 20 %) yang disebabkan oleh bakteri patogen seperti
Vibrio Cholerae, Shigella, ETEC (Entero Toksigenic E. coli), Salmonella, Campilobakter dan
sebagainya yang pada umumnya baru diketahui setelah dilakukan biakan, sedangkan hasil biakan
baru datang setelah diare berhenti.
Antibiotika diberikan jika penyebabnya jelas seperti :
- Kolera diberikan Tetrasiklin 25 – 50 mg/kgBB/hari
- Campylobakter diberikan Eritromisin 40 – 50 mg/kgBB/hari
- Bila terdapat penyakit penyerta seperti :
Infeksi ringan (OMA, faringitis) diberikan Penisillin Prokain 50.000 u/kgBB/hari.
Infeksi sedang (bronkitis) diberikan Penisillin Prokain atau Ampisillin 50 mg/kgBB/hari.
Infeksi berat (bronkopneumonia) diberikan Penisillin Prokain dengan Kloramphenikol 74
mg/kgBB/hari atau Ampisillin 75-100 mg/kgBB/hari ditambah Gentamisin 6 mg/kgBB/hari atau
derifat Sefalosporin 30 – 50 mg/kgBB/hari.
2. Anti Diare
Obat – obat yang berkhasiat menghentikan diare secara cepat seperti
antispasmodik/spasmolitik atau opium (papaverin, ekstrak beladona, codein, morfin, dsb) justru akan
memperburuk keadaan karena akan menyebabkan terkumpulnya cairan di lumen usus, dilatasi usus,
melipatgandakan pembiakan bakteri (over growth), gangguan digesti dan absorpsi lainnya. Obat ini
hanya berkhasiat menghentikan peristaltik usus saja tetapi justru akibatnya sangat berbahaya karena
23
baik pemberi obat maupun penderita akan terkelabui. Diarenya terlihat tidak ada lagi tetapi perut
akan bertambah kembung dan dehidrasi bertambah berat yang akhirnya dapat fatal untuk penderita.
3. Absorben
Obat – obat absorben (pengental tinja) seperti kaolin, pektin, charcoal (norit, tabonal),
Bismuth Subsalisit, dan sebagainya telah dibuktikan tidak ada manfaatnya. Obat – obat stimulan
seperti adrenalin, nikotinamit dan sebagainya tidak akan dapat memperbaiki syok atau dehidrasi
beratnya karena penyebabnya adalah kehilangan cairan (syok hipovolemik). Pengobatan yang paling
tepat ialah pemberian cairan secepatnya.
4. Anti Emetik
Obat anti emetik seperti klorpromazin (largaktil) terbukti selain untuk mencegah muntah
dapat mengurangi sekresi dan kehilangan cairan melalui tinja. Pemberian dalam dosis kecil ( 0,5 – 1
mg/kgBB/hari) terutama penderita yang disertai muntah – muntah hebat dapat diberikan. Obatanti
piretik seperti preparat salisilat (Asetol, Aspirin) dalam dosis rendah (25 mg/kgBB/hari) ternyata
selain berguna untuk menurunkan panas yang terjadi sebagai akibat dehidrasi atau panas karena
infeksi penyerta, juga dapat mengurangi sekresi cairan yang keluar melalui tinja.
Penyebaran Kuman yang menyebabkan diare
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain makan/minum yang
tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja penderita. Beberapa prilaku dapat
menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare, prilaku tersebut
antara lain :
1) Tidak memberikan ASI (air susu ibu) secara penuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan pada bayi
yang tidak diberi ASI risiko untuk menderita diare lebih besar dari pada bayi yang diberi ASI penuh
dan kemungkinan menderita dehidrasi berat juga lebih besar.
24
2) Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencernaan oleh kuman, karena botol
susah untuk dibersihkan.
3) Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makanan disimpan beberapa jam pada suhu
kamar makanan akan tercemar dan kuman akan berkembangbiak.
4) Menggunakan air minum yang tercemar. air mungkin sudah tercemar dari sumbernya atau pada saat
disimpan di rumah, pencemaran di rumah dapat terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup atau
apabila tangan tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.
5) Tidak mencuci tangan setelah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau sebelum
makan dan menyusui/menyuapi anak.
6) Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar. Sering menganggap bahwa tinja bayi
tidaklah berbahaya padahal sesungguhnya mengandung virus dan bakteri dalam jumlah
besar.Sementara itu tinja binatang dapat menyebabkan infeksi pada manusia.
b. Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare
Beberapa faktor pada penjamu dapat meningkatkan insiden beberapa penyakit lain dan lamanya
diare. Faktor-faktor tersebut adalah :
1) Tidak memberikan ASI sampai umur 2 tahun. ASI mengandung antibodi yang dapat melindungi kita
terhadap kuman penyebab diare seperti :shigella dan V cholerae
2) Kurang gizi beratnya penyakit , lama dan risiko kematian karena diare meningkat pada anak-anak
yang menderita gangguan gizi terutama gizi buruk.
25
3) Campak, diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang sedang menderita
campak dalam waktu 4 minggu terakhir hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh
penderita.
4) Imunodefisiensi/imunosupresi. Keadaan ini hanya berlangsung sementara, misalnya sesudah infeksi
virus (seperti campak) atau mungkin yang berlangsung lama seperti pada penderita AIDS (automune
insufisiensi syndrom) pada anak imunosepresi berat, diare dapat terjadi karena kuman yang tidak
patogen dan mungkin juga berlangsung lama.
5) Secara proposional, diare lebih banyak terjadi pada golongan balita (55 %).
c. Faktor lingkungan dan prilaku
Penyakit diare adalah salah satu penyakit yang berbasis lingkungan dua faktor yang dominan ,
yaitu saran air bersih dan sarana pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama
dengan prilaku manusia apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta
berakumulasi dengan prilaku manusia yang tidak sehat pula. Yaitu melalui makan dan minum , maka
dapat menimbulkan kejadian penyakit diare.
26
Asuhan keperawatan pada diare (B. Albert and Paul S, 2013)
Masalah keperawatan yang prioritas terjadi pada anak diare adalah :
Kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya keseimbangan asam basa
(asidosis metabolik dan hipokalemia).
Adapun tindakan keperawatan untuk menangani masalah yang timbul karena diare ini adalah:
a. Mencegah terjadinya dehidrasi
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan memberikan minum
lebih banyak dengan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti air tajin, kuah sayur, air sup.
Macam cairan yang dapat digunakan akan tergantung pada :
1) Kebiasaan setempat dalam mengobati diare
2) Tersedianya cairan sari makanan yang cocok
3) Jangkauan pelayanan kesehatan
4) Tersedianya oralit
5) Bila tidak mungkin memberikan cairan rumah tangga yang di anjurkan, berikan air matang.
b. Mengobati dehidrasi
Bila terjadi dehidrasi (terutama pada anak), penderita harus segera dibawa ke petugas atau
sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat dan tepat , yaitu dengan oralit. Bila
terjadi dehidrasi berat, penderita harus segera diberikan caiaran parenteral (IV) dengan ringer laktat
sebelum dilanjutkan dengan terapi oral. Untuk terapi oral atau dietik(pemberian makanan) yaitu :
27
1) Untuk anak di bawah 1 tahun dan di atas 1 tahun dengan BB kurang dari 7 Kg, biasanya jenis
makanan yang dianjurkan yaitu susu (ASI atau susu formula), bubur susu atau nasi tim, atau susu
khusus yang tidak mengandung laktosa. Dengan ketentuan yaitu :
a) Berikan makanan selama diare untuk memberikan gizi pada penderita terutama anak-anak agar anak
tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya BB. Berikan cairan termasuk oralitdan makanan
sesuai yang dianjurkan.
b) Anak yang masih minum ASI harus lebih sering diberi ASI
c) Anak yang minum susu formula harus diberikan lebih dari biasanya.
d) Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan
makanan yang mudah dicerna sedikit tapi sering.
e) Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu
pemulihanBB anak.
2) Sedangkan untuk anak di atas 1 tahun dengan BB lebih dari 7 Kg, dianjurkan makanan padat atau
cair dan susu sesuai dengan kebiasaan sehari-hari.
a) Mengobati masalah lain
Prinsip pengobatan diare ialah mengganti cairan yang hilang melalui tinja dengan atau tanpa
muntah, dimana cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat.Secara tradisionil
gula, air tajin, tepung beras dan lain-lain.
Apabila ditemukan penderita diaredisertai dengan penyakit lain, maka diberikan pengobatan
sesuai indikasi, dengan tetap mengutamakan dehidrasi. Tidak ada obat yang aman dan efektif untuk
menghentikan diare.
28
b) Upaya pencegahan diare
Upaya pencegahan diare tersebut antara lain dengan melakukan pemberian ASI, memperbaiki
makanan sapihan, menggunakan air bersih, mencuci tangan dan cara yang benar membuang tinja
bayi/balita. Fakta menunjukkan bahwa cuci tangan pakai sabun dapat mengurangi risiko penyakit
diare hingga mencapai 50 %.Cuci tangan pakai sabun adalah mencegah diare paling murah dan
efektif (Suharyono, 2013).
B. Prilaku Ibu (Pengetahuan dan Sikap) yang Mempengaruhi Terjadinya Diare
1. Konsep Perilaku
Menurut Notoadmojo (2008) perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang
terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan,
serta lingkungan. Perilaku kesehatan itu mencakup :
a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia berespon, baik secara
pasif maupun aktif yang dilakukan sehubungan dengan sakit dan penyakit tersebut. Perilaku tersebut
terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan tingkat-tingkat pencegahan
penyakit, yakni :
1) Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan, misalnya makanan yang
bergizi, olah raga.
2) Perilaku pencegahan penyakit, misalnya tidur memakai kelambu untuk menghindari gigitan
nyamuk, imunisasi.
3) Perilaku sehubungan dengan pencarian obat, misal ke poli gigi untuk berobat.
29
4) Perilaku sehunbungan denagn pemulihan kesehatan, misal diet, mematuhi peraturan dokter.
a. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, misal, dalam memilih menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan
b. Perilaku terhadap makanan, misal dalam memilih konsumsi makanan.
c. Perillaku terhadap lingkungan kesehatan, misal perilaku sehubungan dengan air bersih, pembuangan
air kotor, pembuangan limbah, kondisi rumah sehat, pembersihan sarang-sarang.
Menurut Benyamin Bloom dalam Notoadmojo, 2008.perilaku dibagi dalam 3 domain yaitu :
a. Pengetahuan peserta didik terhadap pendidikan yang diberikan (knowledge).
b. Sikap atau anggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (attitude).
c. Praktek atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan materi pendidik yang
diberikan (practice).
2. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu.Pengindraan terjadi melalui panca indera manusia, yakni
indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga.Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Adapun tingkat pengetahuan di
dalam demain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni :
1) Tahu (Know)
Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.Termasuk ke dalam
pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan
30
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah.
2) Comprehention (memahami)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui,
dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi real (sebenarnya).
4) Analisis
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-
komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu
sama lain.
5) Sintesis
Ini menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di
dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6) Evaluasi
Ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi
atau obyek.
Menurut Green dalam Notoatmodjo, 2010. Pengetahuan ini berpengaruh terhadap sikap
seseorang sesuai dengan pemikirannya, jika positif akan menimbulkan sikap positif demikian juga
sebaliknya, pada hakikatnya pengetahuan merupakan semua yang diketahui manusia tentang objek
31
tertentu. Menurut Sarwono, 2010 yang menyatakan bahwa pengetahuan seseorang akan bertambah
dengan diperolehnya informasi-informasi tertentu sehingga akan terjadi peningkatan pengetahuan.
Dengan peningkatan pengetahuan tersebut maka akan terjadi peningkatan sikap kesehatan dalam diri
individu yang berdasarkan kesadaran dan kemauan individu.
Tingkat pengetahuan menurut (Arikunto S, 2010) yaitu :
0 : baik (76% - 100%)
1 : cukup (56% - 75%)
2 : kurang (< 56%)
3. Sikap (Attitude)
Menurut Saifuddin Azwar, 2010. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Beberapa batasan lain tentang sikap ini dapat
dikutipkan sebagai berikut :
dari batasan-batasan di atas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung
dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan
sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb dalam S
Azwar, 2010 salah seorang ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan
atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum
merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi adalah merupakan pre-disposisi tindakan suatu
perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan reaksi terbuka tau tingkah laku yang
terbuka. Sikap ini memiliki 3 komponen pokok yaitu :
a. kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu obyek.
32
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap obyek.
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).
Ketiga komponen ini secara bersamaan membentuk sikap yang utuh (total attitude).
Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan emosional
memegang peranan penting. Menurut Saifuddin, 2010 bahwa sikap juga dipengaruhi oleh faktor
eksteren dan intern salah satunya pengalaman. Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut
membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus. Pendapat Azwar, 2008
menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dari adanya interaksi sosial yang dialami
oleh individu yaitu :
a. Pengalaman pribadi
Apa yang telah dan sedang dialami seseorang akan ikut membentuk dan mempengaruhi
penghayatan terhadap suatu stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya
sikap, untuk mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang
berkaitan dengan obyek psikologi. Apakah penghayatan itu kemudian akan membentuk sikap yang
positip atau yang negatip, akan tergantung pada berbagai faktor lain.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Orang lain merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap
seseorang. Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah
dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan
untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindar konflik dengan orang lain yang dianggap penting.
c. Pengaruh kebudayaan
33
Kebudayaan dimana seseorang hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap
pembentukan sikap seseorang
d. Media massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar,
majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan
seseorang. Adanya informasi mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya sikap terhadap hal tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam
menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah kecenderungan untuk bertindak. (konoatif).
e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam
pembentukan sikap, dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri
individu.
f. Pengaruh faktor emosional
Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai
semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
Dari teori sikap ada yang dinamakan pernyataan yang ditulis mengikuti kaidah yang benar
melalui penskalaan dan seleksi item, akan menjadi isi suatu skala sikap. Pernyataan sikap mungkin
berisi atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai objek sikap, yaitu kalimatnya bersifat
mendukung atau memihak pada objek sikap.Pernyataan seperti ini disebut sebagai pernyataan yang
favorable.
34
Sebaliknya, pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal yang negatif mengenai objek sikap,
yaitu yang bersifat tidak mendukung ataupun kontra terhadap objek sikap yang hendak
diungkapkan.Pernyataan seperti ini disebut sebagai pernyataan yang unfavorable.Suatu skala sikap
sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable
dalam jumlah yang kurang lebih seimbang.Dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak semua
positif atau semua negatif yang dapat mendatangkan kesan seakan-akan isi skala yang bersangkutan
seluruhnya memihak atau sebaliknya seluruhnya tidak mendukung objek sikap. Variasi pernyataan
favorable dan unfavorable akan membuat responden memikir lebih hati-hati isi pernyataannya
sebelumnya memberikan respon sehingga stereotipe responden dalam menjawab dapat dihindari
(Azwar, 2008).
C. Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Diare
Penyakit diare merupakan suatu penyakit yang berbasis lingkungan.Ada 2 faktor yang dominan yaitu
sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama perilaku manusia
yang tidak sehat. Karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang
tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman maka dapat menimbulkan kejadian penyakit
diare.(FK.UI, 2013).
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar yaitu karena infeksi,
malabsorbsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan penyebab lain. Adapun penyebab-penyebab
tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya keadaan gizi, kebiasaan atau perilaku,
sanitasi lingkungan dan sebagainya.(Ridwan, 2013).
Ada beberapa perilaku yang dapat meningkatkan resiko terjadinya diare yaitu sikap ibu yang tidak
memberikan ASI secara penuh hingga umur 4-6 bulan pertama dari kehidupan, menggunakan botol
35
susu, menyimpan makanan masak pada suhu kamar, air minum tercemar pada bakteri tinja, tidak
mencuci tangan sesudah BAB dan sebelum menjamah makanan. (Depkes RI, 2013).
D. Hipotesis
- Ho : Tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita di Posyandu
wilayah kerja Puskesmas Sungai Kupang
- Ha : Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita di Posyandu wilayah
kerja Puskesmas Sumgai Kupang.
36
BAB IIIGAMBARAN UMUM
A. KEADAAN UMUM
1. GEOGRAFIS
Puskesmas Perawatan Sungai Kupang secara administrasi terletak di Ibukota
Kecamatan Kelumpang Hulu yaitu JL.P.Adipati Rt.06 Desa Sungai Kupang, yang merupakan
satu-satunya Puskesmas di Kecamatan Kelumpamng Hulu, yang mempunyai Luas Wilayah
kerja + 533,44 Km persegi yang terdiri 10 buah desa yaitu Desa Sungai Kupang, Desa
Benua Lawas, Desa Sidomulyo, Desa Karang Payau, Desa Karang Liwar, Desa Bangkalaan
Melayu, Desa Bangkalaan Dayak, Desa Cantung Kiri Hilir, Desa Magkirana Dan Desa
Laboran.
Puskesmas Sungai Kupang terletak pada 30 mil arah barat laut dari Ibukota
Kabupaten Kotabaru. Wilayah kerja Puskesmas Perawatan Sungai Kupang berbatasan
langsung dengan wilayah sebelah utara dengan kecamatan sungai durian, sebelah timur
berbatasan dengan kecamatan kelumpang barat, sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan
kelumpang selatan dan kecamatan batulicin (kabupaten tanah bumbu) dan sebelah barat
berbatasan dengan kecamatan hampang.
2. DEMOGRAFIS
Jumlah penduduk diwilayah kerja Puskesmas Perawatan Sungai Kupang tahun 2014
adalah sebesar 14.331 jiwa, balita 1.305 jiwa, bayi 287 jiwa, jumlah KK 4.125 jiwa sedang
distribusi penduduk tiap desa dapat dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini.
37
Tabel 4Data Jumlah Penduduk Perdesa
Diwilayah Kerja Puskesmas Perawatan Sungai KupangTahun 2014
No DesaJumlah
PendudukKK Balita Bayi
Luas wilayah( Km2 )
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Sungai Kupang
Sidomulyo
Mangkirana
Cantung Kiri Hilir
Banua Lawas
Karang Payau
Karang Liwar
Bangkalaan Melayu
Bangkalaan Dayak
Laboran
4921
1023
256
861
925
1163
774
2242
1601
565
1363
303
70
251
258
330
230
650
542
128
439
91
57
77
77
103
61
207
141
52
97
20
11
17
17
23
14
46
31
11
52,68
25,16
29,59
52,68
40,55
43,21
47,94
81,09
164,26
51,79
JUMLAH 14331 4125 1305 287 533,44
Sumber : Data Puskesmas Perawatan Sungai Kupang
3. TRANSPORTASI
Luas wilayah Puskesmas Perawatan Sungai Kupang 533,44 Km persegi dengan jarak
tempuh dari Puskesmas Perawatan Sungai Kupang ke Posyandu / Desa yang paling dekat
sekitar 400 meter yaitu ke Posyandu Mawar Desa Sungai Kupang, dan jarak tempuh paling
jauh sekitar 82 KM, yaitu ke Posyandu Sedap Malam di Dusun Lipon Desa Bangkalaan
Dayak dengan kondisi jalanan poros beraspal dan sebagian jalan desa pengerasan, semua
pusat pemerintahan desa dapat dijangkau dengan kendaraan roda empat dan roda dua.
4. PENDIDIKAN
38
Berdasarkan data yang ada di Puskesmas Perawatan Sungai Kupang, tingkat
pendidikan masyarakat berpariasi, mulai dari tidak sekolah, Sekolah Dasar, SMP, SMA dan
Perguruan Tinggi.Namun jumlah secara pasti datanya belum lengkap namun dilihat dari
sarana pendidikan yang berjumlah 27 buah yang tersebar di ke 10 desa.Untuk selanjutnya
dapat dilihat pada tabel 2.2.dibawah ini.
Table 5Data Sarana Pendidikan
Diwilayah Kerja Puskesmas Perawatan Sungai KupangTahun 2014
NO DESA TK SD SMP SMA
1 Sungai Kupang 3 3 2 1
2 Benua Lawas 1
3 Sidomulyo 1 1
4 Karang Payau 1
5 Karang Liwar 1 1 1
6 Bangkalaan Dayak 1 3
7 Bangkalaan Melayu 2 3
8 Cantung Kiri Hilir 1
9 Mangkirana 1
10 Laboran 1
JUMLAH 7 16 3 2
Sumber : Data Puskesmas Perawatan Sungai Kupang
5. SOSIAL BUDAYA
Dalam upaya membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat perlu
diperhatikan berbagai factor sosial budaya masarakat. Berdasarkan data yang ada di
Puskesmas Perawatan Sungai Kupang, ada beberapa kelompok yang menjadi komponen
39
sosial budaya antara lain dukun beranak, LKMD yang ada di tiap desa, kelompok PKK dan
lain – lain.
6. MATA PENCARIAN
Berdasarkan data yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Perawatan Sungai Kupang
pada tahun 2014, sumber mata pencarian masyarakat sebagian besar petani sawah, petani
dengan ladang berpindah, perkebunan, nelayan, mencari kayu kehutan dan Pegawai Negeri
Sipil
7. ALUR PELAYANAN RAWAT JALAN PUSKESMAS
B. KEADAAN SUMBER DAYA
1. TENAGA KESEHATAN
40
RUANG PENDAFTARAN
RUANG
KLINIK SANITASI
RUANG
BUMIL/KB
POLI
POLI
RAWAT
RUANG
PASIEN PULANG
L
A
B
O
R
A
T
O
PASIEN
Upaya kesehatan membutuhkan sumber daya manusia yang memadai, kemampuan
untuk memberikan pelayanan kesehatan akan memberikan dampak kepada peningkatan
derajat kesehatan masyarakat.
Berdasarkan data yang ada di Puskesmas Perawatan Sungai Kupang, jumlah tenaga
yang ada sebanyak 34 orang yang terdiri dari 32 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 2
orang Pegawai Tidak Tetap (PTT). Untuk melihat jenis tenaga dapat dilihat pada tabel 2.3
dibawah ini.
Tabel 6Data Jumlah Tenaga Kesehatan
Di Wilayah Kerja Puskesmas Perawatan Sungai Kupang Tahun 2014
No Jenis KetenagaanStatus
JumlahPNS PTT Honor
12345678910111213
Dokter UmumDokter GigiSarjana Kes.MasyarakatApotekerAsisten ApotekerPerawat ( S1/D3/SPK)D3 Bidan D3 KeslingPerawat GigiTenaga LabolatoriumPekarya KesehatanD3 GiziSPPH
21211117121112
11
2121112821112
JUMLAH 34Sumber : Data Puskesmas Perawatan Sungai Kupang
2. SARANA KESEHATAN
Sarana kesehatan sebagai salah satu sumber daya kesehatan dewasa ini terus
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, hal ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan
41
kesehatan pada masyarakat. Adapun sarana kesehatan di Puskesmas Perawatan Sungai
Kupang Tahun 2014 adalah sebagai berikut :
Tabel 7Jumlah Pustu, Polindes dan Posyandu Tahun 2014
NO NAMA SARANA KESEHATAN JUMLAH
1
2
3
4
Puskesmas
Puskesmas Pembantu
Polindes
Posyandu
1
5
3
16
Sumber : Data Puskesmas Perawatan Sungai Kupang
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian survei analitik dengan menganalisa dinamika
korelasi antara variabel bebas dan variabel terikat dengan rancangan Cross Sectional dimana
variable independent / bebas (pengetahuan ibu dalam memanfaatkan air bersih) dan variable
dependent / terikat (kejadian diare pada balita) di teliti atau diukur pada saat yang sama dengan
menggunakan lembar kuesioner / wawancara (Notoatmodjo, 2005).
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian.Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen
yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi
(Suharsimi Arikunto, 2006). Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki
anak balita yang berobat di Puskesmas Sungai Kupang sebanyak 100 balita.
2. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil dengan caraSimple Random Sampling,
dimana seluruh ibu yang memiliki anak balita yang berobat Puskesmas Sungai Kupang
berkesempatan menjadi sampel. Besarnya sampel dihitung menggunakan rumus sebagai
berikut : (Notoatmodjo, 2005).
43
Keterangan :
N = besar populasi
n = besar sampel
d = tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan (0,1)
Berdasarkan rumus tersebut di atas, maka besarnya sampel adalah sebagai berikut :
n =
80
1 + 80 (0,1)2=40
Jadi besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebanyak 40 responden.
C. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah berupa lembar
pertanyaan (kuesioner) yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan kepada
responden. Dalam memberikan jawaban, responden cukup memiliki salah satu jawaban yang
telah tersedia pada kuesioner tersebut.
44
n =
N
1+N (d )2
D. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian
Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan dilakukan penelitian, yaitu variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel bebas atau independen adalah variabel yang dapat menyebabkan
perubahan atau akibat pada variabel lain (terikat). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel
bebas / independen adalah tingkat pengetahuan ibu dalam memanfaatkan air bersih sedangkan
variabel dependen atau terikat adalah variabel yang dapat terpengaruh / berubah-ubah (akibat)
sesuai dengan perubahan yang terjadi pada variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi
variabel terikat / independen adalah kejadian diare pada balita di desa Sungai Kupang wilayah
Kerja Puskesmas Sungai Kupang.
45
1. Definisi Operasional
Tabel 8 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional
Alat Ukur / Cara Ukur
Kategori Skala
1Variabel bebasPengetahuan
Pemahaman responden tentang hal-hal yang berkaitan dengan penyakit diare
Kuesioner/wawancara diukur dari 7 pertanyaan masing-masing pertanyaan. apabila jawaban benar nilai 1 dan bila jawaban salah nilai 0. total nilai jawaban 0-7
1. Tinggi apabila jawaban benar > 75 %
2. Rendah, apabila jawaban benar ≤ 75 %(Nursalam, 2007)
Ordinal
2 Variabel terikatKejadian diare
Buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair seperti air 4 kali atau lebih perhari
Wawancara langsung kepada responden
1. Diare 1. Tidak diare
Ordinal
46
E. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sungai Kupang
2. Waktu
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Julisampai Agustus 2015
F. Pengukuran dan Pengamatan Variabel Penelitian
1. Pengukuran
Pengukuran untuk pengetahuan, sikap dan tindakan menggunakan alat atau instrumen
kuesioner.Kuesioner sebagai alat pengumpul data untuk memperoleh suatu data yang sesuai
dengan tujuan penelitian.
2. Pengamatan Variabel
Pengamatan variabel dilakukan dengan cara wawancara langsung kepada ibu yang
mempunyai anak balitadan berobat di Puskesmas Sungai Kupang.
G. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka
pencapaian tujuan dari penelitian.Pengumpulan data dalam penelitian ini berupa data primer dan
data sekunder.
1. Data Primer
Untuk memperoleh data primer, dilakukan wawancara langsung menggunakan alat bantu
kuesioner .
47
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari Puskesmas berupa data dinding, buku registrasi pasien maupun
buku laporan bulanan dan tahunan penyakit diare tahun 2014
H. Teknik dan Analisa Data yang dipakai
1. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian ini, yaitu dilakukan melaui beberapa tahapan (Nasrul
Effendy, 1998) yaitu sebagai berikut :
a. Editing, yaitu proses pemeriksaan dan menyesuaikan data dengan rencana semula.
b. Coding, yaitu proses pemberian kode pada data dengan merubah kata-kata menjadi
angka.
c. Sorting, yaitu proses pensortiran dengan cara memilih atau mengelompokkan data
menurut jenis yang dikehendak (klasifikasi).
d. Entry data, yaitu proses memasukkan data dalam variabel sheet dengan bantuan
komputer.
e. Cleaning, yaitu proses pembersihan data, melihat variabel apakah data sudah benar atau
belum.
Setelah prosentase diketahui, kemudian hasilnya diinterpretasikan dengan kriteria atau
klasifikasi menurut sebagai berikut :
a. Tabel 9. klasifikasi Nilai Variabel Tingkat Pengetahuan
Klasifikasi Nilai Kategori Tingkat Pengetahuan
> 75 % Pengetahuan Tinggi
≤ 75 % Pengetahuan Rendah48
2. Analisa Data
Analisa Univariat
Dalam analisa Univariat, data-data akan disajikan dengan tabel distribusi frekuensi
sehingga akan tergambar fenomena-fenomena yang berhubungan dengan variabel yang
diteliti.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : (Suharsimi Arikunto,1998).
Keterangan :
X2 = Chi Square/Kai Kuadrat
f0 = frekwensi yang diperoleh berdasarkan data
fh = frekwensi yang diharapkan
Hipotesis statistik menyatakan bahwa Ho ditolak bila p < α Ho ditolak yang berarti ada
hubungan yang bermakna antara variabel bebas dengan variabel terikat yang
diteliti.Sedangkan Ho diterima bila p > α yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna
variabel bebas dengan variabel terikat yang diteliti.Analisa data menggunakan bantuan
software komputer.
49
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Analisa Univariat
a. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan diPuskesmas
Sungai Kupang Tahun 2015.
Pengetahuan responden adalah kemampuan responden untuk mengingat dan
dapat memahami hal-hal yang berkaitan dengan penyakit diare,
dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu tinggi dan rendah. Gambaran
distribusi responden menurut pengetahuan dapat dilihat pada tabel 4.4 di
bawah ini.
Tabel 10. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan di Desa Sungai Kupang Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Kupang Tahun 2015
Pengetahuan n %Tinggi 16 40%Rendah 24 60%Jumlah 40 100,00
Berdasarkan tabel 4.4 didapatbahwa responden yang tingkat pengetahuan
tinggi sebanyak 16orang (40%).Sedangkan yang berpengetahuan rendah
sebanyak 24 orang (60%).
50
Tingkat Pengetahuan
Kejadian DiareJumlah
p Value OR(95%-CI)Diare Tidak Diare
n % n % n %
p = 0,00
0,048(0,009-0,250)
Tinggi 4 16 12 80 16 100
Rendah 21 84 3 20 24 100
Jumlah 25 100 15 100 40 100
Tabel 11. Hasil Statistik Uji Chi Square
B. Pembahasan
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita
Berdasarkan hasil yang didapat di atas dapat diketahui bahwa 60 % responden memiliki
pengetahuan rendah dengan 84% nya mengalami diare, 40% memiliki pengetahuan tinggi dengan 16
% mengalami diare.Dari penelitian tersebut didapat hasil uji Chi-square nilai p = 0,00 atau kurang
dari nilai α = 0,05 yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu
dengan kejadian diare pada balita.
Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Depkes RI (2012) bahwa, penyakit diare merupakan
suatu penyakit yang hanya berbasis lingkungan.Ada dua faktor yang dominan yang berhubungan
dengan diare yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Dimana kedua faktor ini akan
berinteraksi bersama dengan perilaku manusia.
Ada juga pendapat lain menurut Amirudin, 2011 secara klinis penyebab diare dapat
dikelompokkan dalam golongan enam besar yaitu karena infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan,
imunodefisiensi dan penyebab lain. Adapun penyebab-penyebab tersebut sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor misalnya keadaan gizi, kebiasaan atau perilaku, sanitasi lingkungan, dan sebagainya.
Berdasarkan dua pendapat di atas bahwa perilaku manusia yang dapat menyebabkan terjadinya
51
diare .Sesuai dengan pendapat Notoadmojo, 2003 bahwa perilaku dibagi menjadi 3 domain yaitu
pengetahuan, sikap dan tindakan.Hasil penelitian ini bertentangan dengan teori yang ada, karena
dalam penelitian variable independent penelitian yaitu pengetahuan ada hubungannya dengan
variable dependen yaitu kejadian diare.
Akan tetapi hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Sarwono (2013) yang menyatakan
bahwa pengetahuan seseorang akan bertambah dengan diperolehnya informasi-informasi tertentu
sehingga akan terjadi peningkatan pengetahuan. Dengan peningkatan pengetahuan tersebut maka
akan terjadi peningkatan sikap kesehatan dalam diri individu yang berdasarkan kesadaran dan
kemauan individu. Dari hasil penelitian ini diantara sampel ternyata balita yang menderita diare
hanya sedikit, ini dikarenakan, bahwa diare penyakit yang berbasis lingkungan. (Depkes RI, 2013).
Kejadian diare terjadi tergantung musim, biasanya musim penghujan atau pancaroba.
52
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahasan Hubungan Pengetahuan Ibu
dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai
Kupang dapat disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara Pengetahuan
Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai
Kupang tahun 2015 (p = 0,00).
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan peneliti ingin memberikan saran
kepada semua pihak yang terkait antara lain kepada :
1. Akademik
Untuk dapat mencari faktor penyebab yang lain yang berhubungan dengan diare yang
lebih mendukung.
2. Puskesmas
Sebagai informasi bahwa pengetahuan ibu tentang diare mempengaruhi tingkat
kejadian diare pada balita Hal ini dapat menjadi dasar untuk meningkatkan peran puskesmas
sebagai pemberi informasi kesehatan pada layanan primer untuk meningkatkan sikap ibu
53
dalam menghadapi diare .Untuk itu, sebagai penindak lanjut yaitu lebih meningkatkan mutu
pelayanan khususnya pada bagian Kesling (Kesehatan Lingkungan) dengan tujuan dapat
mengurangi kejadian diare pada balita. Sesuai dengan teori bahwa diare penyakit yang
berbasis lingkungan.
3. Bagi Peneliti Lain
Diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut dan mengembangkan penelitian
dengan variabel-variabel lain yang lebih inovatif mengenai faktor yang berhubungan dengan
kejadian diare pada balita.
54
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto S, MetodologiPenelitian, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta : 2013.
Asnil P, Noerasid H, Suraatmadja S. Gastroenteritis akut. Dalam: Suharyono, Boediarso aswitha,
Halimun EM (editors). Gastroenterologi anak praktis.Jakarta : Balai penerbit FKUI, 2010.
51-68
Azwar S, MA, Drs, Sikap Manusia Teori dan pengukurannya, Edisi ke 2, Penerbit Pustaka Pelajar,
Yogyakarta : 2011
B Albert and Paul S, Penyakit dan Penanggulangannya, Penerbit Widiya Medika (KNAPP), Jakarta :
2012.
Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I, Editor A. H. Markum
dkk, BP FKUI. Jakarta, 1996 : 448 – 446.
Chandra, Budiman, 2006 ,Pengantar Kesehatan Lingkungan, Buku kedokteran EGC, Jakarta.
Depkes RI, 2010.Buku Pedoman Pelaksanaan Penyakit Diare Dipuskesmas, Jakarta.
Depkes RI, 2011. Buku Pedoman Pelaksanaan Penyakit Diare, Jakarta.
Depkes RI, 2013, Infeksi Saluran Pencernaan, available from : www. Mediaindonesiaonline. Com,
2013..
Depkes RI, 2014.Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare, Dit.P2ML-ditjen PPM dan PLP, Jakarta.
Gastroenterologi Anak Praktis : Editor Suharyono, Aswitha Boediarso, EM. Halimun, BP
FKUI, Jakarta, 1988 : 51 – 69.
Irianto J, Prediksi Keparahan Diare 2014, diakses dari : www.adobe acrobat document. Com,
diperoleh tanggal 27 september 2008.
Mar’at, Perilaku Manusia Pengantar Singkat Tentang Psikologi, Penerbit refika ADITAMA,
Bandung : 2010.
Nelson, Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 12, Penerbit EGC, Jakarta : 2008.
55
Notoadmojo S. Dr, Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan, Penerbit Andi
Offset, Yogyakarta : 2010
Notoatmodjo S, 2003 ,Ilmu Kesehatan Masyarakat , Rineka Cipta, Jakarta.
Notoatmodjo S, 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Cetakan ketiga, Rineka Cipta, Jakarta.
Notoatmodjo S, 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta, Jakarta.
Puskesmas Sungai Kupang, 2014, Buku Register Poli Anak Puskesmas Sungai Kupang, Puskesmas
Sungai kupang, Kotabaru.
Puskesmas Sungai Kupang, 2014, Laporan Tahunan Puskesmas Sungai Kupang, Puskesmas Sungai
kupang, Kotabaru.
Sintari, 2007, Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Perilaku Ibu Dalam Memanfaatkan Air Bersih
Dengan Kejadian Diare Pada Balita Dikelurahan Selat Hilir Kecamatan Selat Kabupaten
Kapuas, Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Kalimantan Banjarmasin.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI : Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I, Editor
Husein Alatas dan Rusepno Hasan, BP FKUI, Jakarta, 1985 : 283 : 312.
56
Lampiran 1
LEMBAR KUESIONER PENELITIAN
“ PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM PENANGANAN
DIARE PADA BALITA ”
I.. Lembar kuesioner pengetahuan
Petunjuk Pengisian Kuesioner
1. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti.
2. Isilah data pribadi ibu terlebih dahulu.
3. Isilah pertanyaan di bawah in dengan sebenarnya.
4. Untuk jenis pertanyaan frekuensi dan pengetahuan beri tanda ( x ) pada jawaban yang ibu
anggap benar.
5. Lembar kuesioner ini dikembalikan setelah mengisi seluruh pertanyaan.
Data pribadi responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Alamat :
57
4. Pendidikan :
1. Apakah anak ibu mengalami diare :
a.ya
B.tidak
B. Pengetahuan
1. Menurut ibu diare itu berak pada balita lebih dari ........kali/hari :
a. 1 kali/hari
b. susah buang air besar
c. 3 kali/hari
2. Menurut ibu diare pada balita disebabkan oleh kecuali :
a. Makanan dan minuman yang kurang bersih
b. Keadaan lingkungan yang kotor
c. Memberikan ASI dari umur 4 – 6 bulan
3. Saat ibu tahu anak ibu diare, biasanya keadaan beraknya :
a. Keras berbentuk, kuning kecoklatan, berbahu khas
b. Lembek berbentuk, keciklatan
58
c. Cair berlendir, kuning kehijaun, berbahu khas
4. Kondisi anak ibu apabila terkena diare, maka akan tampak keluhan yang pertama yaitu :
a. Anak rewel, gelisah
b. Anak rewel, suhu tubuh panas,
c. Anak rewel, suhu tubuh panas, kurang nafsu makan/tidak sama sekali, dan gelisah
5. Menurut ibu pemberian susu formula dengan menggunakan botol dapat menyebabkan diare karena
:
a. Botol susu susah untuk dibersihkan
b. Terbuat dari plastik
c. Susu basi yang menyebabkan diare
6. Sebaiknya membuat susu formula dengan menggunakan botol, ibu harus mencuci botol susu dengan
air panas lau dikeringkan dan sebelum membuatnya ibu harus cuci tangan terlebih dahulu. Menurut
ibu pernyataan diatas benar atau salah penjelasanya, karena :
a. benar, karena pencucian botol susu harus dengan air hangat
b. benar, karena dengan mencuci tangan dpat menghilangkan kuman
c. salah, karena terlalu merepotkan
7. Apa yang ibu lakukan bila anak ibu terkena diare :
a. Ke Puskesmas/RS langsung
b. Diberi air gula dicampur garam sedikit ( oralit buatan )
59
c. Membeli obat di warung
8. Apa yang telah ibu lakukan untuk menghindari diare berulang pada anak ibu :
a. Memberikan ASI penuh hingga umur 6 bulan
b. Mencuci tangan sebelum membuat susu formula
c. Pencucian botol suus dengan menggunakan air panas lalu dikeringkan
9. Apa yang ibu pikirkan jika diare pada anak ibu tidak sembuh dalam waktu yang singkat :
a. Dehidrasi
b. Kematian
c. Pertumbuhan anak ibu terganggu
10. Obat – obatan apa saja yang ibu tahu untuk mengobati diare anak ibu :
a. Oralit
b. Paracetamol
c. Vitamin C
11. Menurut ibu pemakaian air yang tidak bersih dapat menimbulkan diare atau tidak, mengapa :
a. Ya, Kemingkinan tercemar tinja, karena jarak septiteng dengan sumur kurang dari 10 meter.
b. Tidak, karena air sebelum dikonsumsi dimasak terlebih dahulu
c. Ya, karena air yang diperoleh dari sumur yang tidak menurut kriteria kesehatan
12. Apa yang dapat ibu lakukan apabila anak ibu diare sebelum dibawa ke PKM, untuk mengganti oralit.
Sedangkan di rumah ibu habis gula :
60
a. Menunggu sampai besok untuk ke PKM
b. Air tajin
c. Air garam
13. Apa yang telah ibu lakukan untuk mengatasi diare pada anak ibu yang telah mengalami diare
berulang :
a. Membuat oralit buatan, untuk sementara menunggu berobat ke PKM
b. Mengkonsumsi air yang bersumber dari sumur sesuai kriteria sehat
c. Memasak air hingga 100 ° C
14. Apakah ibu mengetahui, apa itu dehidrasi :
a. Lanjutan dari diare
b. Kehilangan cairan tubuh yang berlebihan karena diare tidak teratasi
c. Suhu tubuh panas, karena diare
15. Menurut pemikiran ibu, diare adalah penyakit yang bagaimana :
a. Biasa saja
b. Berbahaya dan dapat menyebabkan kematian
c. Penyakit yang sering diderita anak – anak
16. Bila anak ibu yang masih berumur 2-3 tahun sering mengalami diare, menurut ibu apa yang akan
dialami oleh anak ibu untuk kehidupan selanjutnya :
a. Terganggu pola makan
b. Terganggu pola buang air besar61
c. Terganggu tumbuh dan perkembangan anak
17. Kondisi rumah dikelilingi oleh selokan, dan banyak sampah bertumpuk. Apa yang akan ibu lakukan
dengan kondisi rumah seperti itu untuk menghin dari diare :
a. Membuang sampah dan selokan ditutup dengan kayu,agar penyebaran kuman tidak terjadi
b. Memindahkan sampahnya di salah satu pojok selokan
c. Setiap hari selokannya dibersihkan agar penyebaran kuman oleh lalat tidak terjadi
18. Saat anak ibu mengalami diare, makanan seperti apakah yang baik untuk diberikan :
a. Makanan padat
b. Makanan cair
c. Makanan lembek
19. Saat anak ibu mengalami diare, biasanya kondisi anak ibu akan seperti :
a. Tidak napsu makan
b. Suhu tubuh tinggi
c. Rewel
20. Menurut ibu diare dapat dicegah, apabila ibu dan keluarga bersikap dan bertindak sehat :
a. Ya
b. Tidak
c. Ya, harus
62
63