Finally

86
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak-anak merupakan salah satu golongan penduduk yang berada dalam situasi rentan, dalam kehidupannya di tengah masyarakat.Kehidupan anak dipandang rentan karena memiliki ketergantungan tinggi terhadap orang tua. Jika orang tua lalai menjalankan tanggung jawabnya, maka anak akan mengalami berbagai masalah kesehatan. Salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada anak adalah diare. Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan kosistensi tinja dari penderita (Depkes RI, 2013). Penyakit diare perlu mendapatkan perhatian khusus karena di samping angka kesakitannya yang masih tinggi, penyakit ini juga dapat menimbulkan wabah yang akhirnya menimbulkan kejadian luar biasa (KLB)serta penyakit ini juga dapat menyebabkan kematian apabila tidak ditangani secara serius. 1

description

jijkqoiwjrjoweijr

Transcript of Finally

Page 1: Finally

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Anak-anak merupakan salah satu golongan penduduk yang berada dalam situasi rentan,

dalam kehidupannya di tengah masyarakat.Kehidupan anak dipandang rentan karena memiliki

ketergantungan tinggi terhadap orang tua. Jika orang tua lalai menjalankan tanggung jawabnya, maka

anak akan mengalami berbagai masalah kesehatan. Salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi

pada anak adalah diare. Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak 

lebih dari  biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan kosistensi tinja dari

penderita (Depkes RI, 2013).

Penyakit diare perlu mendapatkan perhatian khusus karena di samping angka kesakitannya

yang masih tinggi, penyakit ini juga dapat menimbulkan wabah yang akhirnya menimbulkan

kejadian luar biasa (KLB)serta penyakit ini juga dapat menyebabkan kematian apabila tidak

ditangani secara serius.

Menurut catatan WHO, diare membunuh dua juta anak di dunia setiap tahun, sedangkan di

Indonesia menurut Surkesnas tahun 2014, diare merupakan salah satu penyebab kematian kedua

terbesar pada balita, dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua umur (Amirudin, 2013).

Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia tahun 2010, diare

menempati urutan ketiga penyebab kematian  bayi. Diare merupakan penyakit dengan frekuensi

KLBkelima terbanyak setelah DBD, Campak, Tetanus Neonaturum dan keracunan makanan.

(Depkes RI, 2014).

1

Page 2: Finally

PSecara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar yaitu karena

infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, immuno defisiensi, dan penyebab lain. Adapun penyebab-

penyebab tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya keadaan gizi, kebiasaan atau

prilaku, sanitasi lingkungan, dan sebagainya  (Amirudin, 2013).

Penyakit  diare merupakan suatu penyakit yang berbasis lingkungan. Ada 2 faktor yang

dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama

dengan prilaku manusia yang tidak sehat. Ada beberapa perilaku yang dapat meningkatkan resiko

terjadinya diare yaitu tidak memberikan ASI secara penuh hingga umur 4-6 bulan pertama dari

kehidupan,  menggunakan botol susu, menyimpan makanan masak pada suhu kamar, air minum

tercemar pada bakteri tinja, tidak mencuci tangan sesudah BAB, sebelum menjamah makanan

(Depkes RI,2013).

Pengetahuan  dan sikap ibu tentang penyakit diare berpengaruh pada perilaku ibu dan

masalah kesehatan keluarga. Menurut Notoadmojo, perilaku dibagi 3 domain, ini diukur dari

pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan praktek (practice).

Hasil studi awal yang dilakukan di Puskesmas Sungai Kupang, ditemukan dari 10 orang

balita yang terkena diare, ternyata 7 orang ibu yang memiliki balita yang  menderita diare

menggunakan susu formula dengan menggunakan botol dan tidak mencuci tangan terlebih dahulu

sebelum memberikan makanan pada balita. 3 orang ibu diantaranya yang memiliki balita mencuci

tangan sebelum memberikan makanan dan memberikan ASI hingga umur lebih dari 6

bulan.Terjadinya kenaikan angka penderita diare yang signfikan pada tahun 2013-2014 dari 289

menjadi 593, angka penderita diare pada balita. 153.Berdasarkan dari data tersebut, peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk melakukan “Hubungan TingkatPengetahuan

Ibu dengan Kejadian Diare di Puskesmas Perawatan Sungai Kupang”.

2

Page 3: Finally

B.     Rumusan Masalah

Dari data yang terurai di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian adalah masih

tingginya kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Sungai Kupang tahun 2015. Dengan

pertanyaan peneliti adalah ”Apakah ada Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Kejadian

Diare pada Balita” .

C.    Tujuan

1.      Tujuan umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan Ibu dengan

kejadian diare di wilayah  kerja Puskesmas Sungai Kupang

2.      Tujuan khusus

a.    Untuk mengetahui frekuensi diare pada balita.

b.   Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang diare di wilayah kerja Puskesmas

Sungai Kupang

c.    Untuk mengetahui distribusi frekuensi sikap ibu tentang diare di wilayah kerja Puskesmas Sungai

Kupang

d.   Untuk mengetahui hubungan pengetahuan Ibu dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas

Sungai Kupang

e.    Untuk mengetahui hubungan sikap Ibu dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Sungai

Kupang

3

Page 4: Finally

D.    Manfaat Penelitian

1.      Bagi akademik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan terhadap rekan sejawat

dokter, sebagai pemberi pelayanan kepada masyarakat mengenai penyebab Diare pada balita.

2.      Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi para tenaga kesehatan khususnya

pada bidang kesling dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan di bidang kesehatan.

E.     Keaslian Penelitian

Peneliti serupa pernah diteliti oleh :

1.      Linda Handayani, ”Hubungan Hyegene Pribadi Ibu dan Sanitasi Lingkungan dengan Diare Pada

Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tempel 1 Kecamatan Tempel Kabupaten Sleman”. Dengan hasil

tidak ada hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada balita.

2.      Diana Winduri 2001, Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Diare di Puskesmas Sukamerindu

tahun 2001.Dengan hasil tidak ada hubungan status gizi dengan kejadian diare pada balita.

3.      Esti rahayu 2003, Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Diare pada Balita di Puskesmas

Sukamerindu tahun 2003. Dengan variabel Status Gizi dan Kepadatan Penduduk.Dengan hasil tidak

ada hubungan antara status gizi dan kepadatan penduduk dengan kejadian diare pada balita.

Bedanya dari ketiga penelitian di atas adalah variabel, populasi, sampel, waktu, tempat, dan desain.

4

Page 5: Finally

5

Page 6: Finally

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.    Diare

1.      Pengertian

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak  lebih dari 

biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari penderita

(Depkes RI, 2013).

Diare adalah BAB yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak

dari biasanya. (FK UI, 2012) .

2.      Etiologi

Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu : (B. Albert and Paul S, 2012).

a.    Faktor infeksi

1)   Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak

Infeksi enteral ini meliputi :

2)   Infeksi bakteri :vibrio, E. Coli, salmonella, shigella, campylobacter, yersinia, aeromonas dan

sebagainya.

3)   Infeksi virus :enteroovirus  virus ECHO, coxsackie, poliomyelitis, adenovirus, rotavirus, astrovirus

dan lain-lain.

4)   Infestasi parasit : cacing (ascaris, trichiuris, oxyuris, strongyloides.), protozoa (entamoeba

histolytica, giardia lamblia, trichomonas hominis.), jamur (candida albicans).6

Page 7: Finally

5)   Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti otitis media akut

(OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama

terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.

b.   Faktor malabsorbsi

Untuk faktor malabsorbsi ada 3 yaitu malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa,

maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan

anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktrosa, malabsorbsi protein, malabsorbsi

lemak, faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan, faktor psikologis : rasa

takut dan cemas, walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar. (B.

Albert and Paul S, 2012)

c.    Alergi (bacilus cereuc), keracunan, imunodefisiensi dan sebab lainnya (Joko irianto, 2011).

3.      Patogenesis dan patofisiologi (B. Albert and Paul S, 2012)

a.    Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah :

1)   Gangguan osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik

dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air danelektrolit ke dalam rongga usus. Isi

rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul

diare.

2)   Gangguan sekresi

7

Page 8: Finally

Akibat rangsangan tertentu (misal olehtoksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air

dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi

rongga usus.

3)   Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan,

sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh

berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.

b.   Patogenesis

1)   Patogenesis diare akut

a)    Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah berhasil melewati rintangan

asam lambung.

b)   Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus.

c)    Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik).

d)   Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

2)   Patogenesis diare kronis

Lebih kompleks dan faktor-faktor yang menimbulkannya ialah infeksi bakteri, parasit, malabsorbsi,

malnutrisi dan lain-lain.

c.    Patofisiologi

Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi :

8

Page 9: Finally

1)   Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan

asam basa (asidosis metabolik, hipokalemiadan sebagainya.)

2)   Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran bertambah)

3)   Hipoglikemia

4)   Gangguan sirkulasi darah

4.      Gejala klinis (B. Albert and Paul S, 2012)

Mula-mula bayi/balita menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan

berkurang atau tidak ada, kemudian diare.Tinja lendir dan atau darah.Warna tinja makin lama

berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur oleh empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet

karena sering defekasidan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam

laktat, yang berasal dari laktosayang tidak dapat diabsorbsiusus selama diare. Gejala muntah dapat

terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau

akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak.BB

turun, turgor kulitberkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan

mulut serta kulit tampak kering.

5.      Klasifikasi

Pengklasifikasian berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi       menjadi (B.

Albert and Paul S, 2012) : Belum ada dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang dan dehidrasi

berat.

6.      Pemeriksaan laboratorium (B. Albert and Paul S,2012)

a.    Pemeriksaan tinja

9

Page 10: Finally

b.   Makroskopis dan mikroskopis

c.    PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila diduga terdapat

intoleransi gula.

d.   Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.

e.    Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan PH dan

cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah menurut ASTRUP (bila

memungkinkan).

f.    Pemeriksaan kadar ureum dan kretinin untuk mengetahui faal ginjal.

g.   Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serum  (terutama

pada penderita diare yang disertai oleh kejang).

h.   Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit secara kualitatif dan

kuantitatif, terutama dilakukannya pada penderita diare kronik.

7.      Komplikasi (B. Albert and Paul S, 2012)

a.    Renjatan hipovolemik.

b.   Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan pada

elektrokardiogram)

c.    Hipoglikemia

d.   Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa

usus halus.

e.    Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik

10

Page 11: Finally

f.    Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan.

g.   Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).

Tabel 1 penilaian derajat dehidrasi

Penilaian

A B C

1. Lihat

a.   Keadaan umum

b.  Mata

c.   Air mata

d.Mulut dan lidah

e.   Rasa haus

Baik , sadar

Normal

Ada

Basah

Minum biasa

Tidak haus

Gelisah, rewel

Cekung

Tidak ada

Kering

Haus, ingin minum banyak

Lesu , lunglai atau tidak sadar

Sangat cekung dan kering

Tidak ada

Sangat kering

Malas minum atau tidak bisa minum

2. Periksa  turgor kulit

Kembali cepat

Kembali lambat

Kembali sangat lambat

3. Derajat dehidrasi

Tanpa dehidrasi sedang

Dehidrasi ringan / bila ada 1 tanda ditambah 1 atau

Dehidrasi berat / bila ada 1 tnda ditambah 1 atau lebih tanda

11

Page 12: Finally

lebih tanda lain

lain

4. terapi Rencana terapi A

Rencana terapi B

Rencana terapi C

(Joko irianto, 2011)

Mekanisme dasar timbulnya diare ialah :

1. Gangguan osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan ostomik dalam

rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dalam elektrolit ke dalam rongga usus. Isi

rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul

diare.

2. Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air

dan elektrolit ke dalam rongga usus dan diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

3. Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus menyerap makanan, sehingga

timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh

berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.

Patogenesa Diare Karena Virus

Virus yang terbanyak menyebabkan diare adalah rotavirus. Garis besarnya patogenesisnya adalah

sebagai berikut :

Virus masuk ke dalam traktus digestivus bersama makanan dan minuman, kemudian berkembang

biak di dalam usus. Setelah itu virus masuk ke dalam epitel usus halus dan menyebabkan kerusakan

di bagian apikal vili usus halus. Sel epitel usus halus bagian apikal akan diganti oleh sel dari bagian

12

Page 13: Finally

kripta yang belum matang, yang berbentuk kuboid atau gepeng. Akibatnya sel epitel ini tidak dapat

berfungsi untuk menyerap air dan makanan. Sebagai akibatnya akan terjadi diare osmotik. Vili usus

halus kemudian akan memendek sehingga kemampuannya untuk menyerap dan mencerna makanan

pun akan berkurang. Pada saat ini biasanya diare mulai timbul, setelah itu sel retikulum akan

melebar dan kemudian akan terjadi infiltrasi sel limfoid dari lamina propia, untuk mengatasi infeksi

sampai terjadinya penyembuhan (1).

Patogenesa Diare Karena Bakteri

Bakteri masuk ke dalam traktus digestivus, kemudian berkembang biak di dalamnya. Bakteri

kemudian mengeluarkan toksin yang akan merangsang epitel usus sehingga terjadi peningkatan

aktivitas enzim adenil siklase (bila toksin bersifat tahan panas / labil toksin / LT) atau enzim guanil

siklase (bila toksin bersifat tahan panas / stabil / ST). sebagai akibat peningkatan aktivitas enzim –

enzim ini akan terjadi peningkatan cAMP (cyclic adenosine monophospate) atau cGMP (cyclic

guanosine monophospate) yang mempunyai kemampuan merangsang sekresi kloride, netrium dan air

dalam sel ke lumen usus serta menghambat absorbsi natrium, kloride dan air dari lumen usus ke

dalam sel. Hal ini akan menyebabkan peninggian tekanan osmotik di dalam lumen (hiperosmolar).

Kemudian akan terjadi hiperperistaltik usus untuk mengeluarkan cairan yang berlebihan dalam

lumen usus, sehingga cairan dapat dialirkan dari lumen usus halus ke lumen usus besar (colon). Dan

bila kemampuan penyerapan colon berkurang, atau sekresi cairan melebihi kapasitas penyerapan

colon, maka akan terjadi diare.

Patogenesis Diare Akut

Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah

berhasilmelewati rintangan asam lambung

1. Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus

2. Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik)

3. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare

13

Page 14: Finally

Fisiologi dan Patofisiologi

Sebagai akibat diare, akut maupun kronis akan terjadi :

1. Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan

keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia, dan sebagainya).

2. Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran bertambah).

3. Hipoglikemia.

4. Gangguan sirkulasi darah.

Dalam keadaan normal usus besar dapat meningkatkan kemampuan penyerapan sampai 4400

ml sehari, bila terjadi sekresi cairan yang berlebihan dari usus halus (ileosekal). Bila sekresi melebih

4400 ml maka usus besar tidak mampu menyerap seluruhnya lagi, selebihannya akan dikeluarkan

bersama tinja dan terjadilah diare. Diare dapat juga terjadi karena terbatasnya kemampuan

penyerapan usus besar pada keadaan sakit, misalnya karena virus, disentri basiler, ulcus, tumor dan

sebagainya.Setiap perubahan mekanisme normal absorbsi dan sekresi di dalam lumen usus halus,

maupun usus besar (kolon) dapat menyebabkan diare, kehilangan cairan, elektrolit dan akhirnya

terjadi dehidrasi.Secara garis besar diare dapat disebabkan oleh diare sekretorik, diare osmotik,

peningkatan motilitas usus dan defisiensi umum, terutama IgA. Diare yan disebabkan oleh infeksi

bakteri akan menyebabkan diare sekretorik.

Makanan yang tidak diserap atau dicerna, misalnya laktosa (dari susu), merupakan makanan

yang baik bagi bakteri. Laktosa ini akan difermentasikan oleh bakteri anerob menjadi molekul yang

lebih kecil, misalnya H2, CO2 H2O, dan sebainya. Dan menyebabkan tekanan osmotik di dalam

lumen usus meningkat. Keadaan dalam lumen usus yang hiperosmolar ini kemudian akan meyerap

air dari intraseluler, diikuti peningkatan peristaltik usus sehingga terjadi diare ostotik. Peristaltik

usus juga dapat meningkat karena adanya zat makanan yang merangsang misalnya pedas, asam,

terlalu banyak lemak, serat dan dapat juga karena terdapatnya toksin dalam makanan (food

poisoning) yang akhirnya menyebabkan diare pula.

Akhirnya immunodefisiensi baik selular maupun humoral terutama defisiensi IgA di dalam

lumen usus akan menyebabkan diare karena ketidakmampuan usus untuk menetralisir enteropatogen

dalam lumen usus. Bukan saja bakteri tetapi juga virus, parasit dan jamur dapat menyebabkan diare.

14

Page 15: Finally

Pengeluaran cairan, selain melalui anus dalam keadaan normal juga melalui ginjal berupa

urin, juga melalui pori kulit berupa keringat dan melalui pernafasan berupa uap air. Dalam keadaan

normal, pengeluaran air dari tubuh anak usia 0 – 2 tahun sekitar 100 ml sehari. Bila jumlah cairan

yang masuk dan ke luar setiap hari selalu seimbang, tidak akan terjadi diare atau defisit cairan.

Tetapi pengeluaran cairan melebihi pemasukan, seperti pada diare akan terjadi defisit cairan tubuh

yang lebih dikenal dengan dehidrasi.

Gejala Klinis

Mula – mula bayi dan anak menjadi cengeng, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan

berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare.Tinja cair dan mungkin disertai lendir dan atau

darah.Pada diare oleh karena intoleransi, anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi

dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa

yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare.

Gejala muntah dapat terjadi sebelum / sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lembung

yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.Bila penderita

telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak, berat badan

turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun – ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan

mulut serta kulit tampak kering.

Berdasarkan banyak cairan yang hilang dapat dibagi menjadi :

- Dehidrasi ringan

- Dehidrasi sedang

- Dehidrasi berat

Berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi menjadi :

- Dehidrasi hipotonik

- Dehidrasi isotonik

- Dehidrasi hipertonik

15

Page 16: Finally

Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang sehingga dapat terjadi renjatan hipovolemik

dengan gejala – gejala yaitu denyut jantung menjadi cepat, denyut nadi cepat dan kecil, tekanan

darah menurun, penderita menjadi lemah, kesadaran menurun (apatis, somnolen sampai

soporokomatous).Akibat dehidrasi, diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).Bila sudah ada

asidosis metabolik, tampak pucat dengan pernafasan yang cepat dan dalam (pernafasan Kussmaul).

Asidosis metabolik terjadi karena :

1. Kehilangan NaHCO3 melalui tinja

2. Ketosis kelaparan

3. Produk – produk metabolik yang bersifat asam tidak dapat dikeluarkan (karena oliguria atau

anuria).

4. Berpidahnya ion Na dari cairan ekstrasel ke cairan intrasel

5. Penimbunan asam laktat (anoksia jaringan tubuh).

Dehidrasi hipotonik (dehidrasi hiponetremia) yaitu kadar Na dalam plasma < 130 mEq/l,

dehidrasi isotonik (dehidrasi isonatremia) bila kadar Na dalam plasma 130 – 150 mEq/l, sedangkan

dehidrasi hipertonik (hipernatremia) bila kadar Na dalam plasma > 150 mEq/l.

Pemeriksaan Laboratorium

1. Pemeriksaan tinja

a. Makroskopis dan mikroskopis

b. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet elinitest, bila diduga

intoleransi gula.

c. Bila perlu lakukan pemeriksaan biakan / uji resistensi.

2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah dengan menentukan pH dan

cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah menurut ASTRUP (bila

memungkinkan).

3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

16

Page 17: Finally

4. Pemeriksaan kadar elektrolit terutama natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serum

(terutama bila ada kejang).

5. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kualitatif

dan kuantitatif, terutama pada penderita diare kronik.

Komplikasi

1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik dan hipertonik).

2. Renjatan hipovolemik.

3. Hipotokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotonik otot, lemah, bradikardi, perubahan

pada elektrokardiogram).

4. Hipoglikemi.

5. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan villi

mukosa usus halus.

6. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.

7. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah penderita juga mengalami

kelaparan.

Penyakit Penyerta pada Diare

1. KKP (Kurang Kalori Protein).

KKP dapat menyebabkan diare karena adanya malabsorpsi makanan dan infeksi alat pencernaan.

Sebaliknya diare akan menyebabkan absorbsi makanan terganggu dan berkurang sehingga akan

menyebabkan bertambah beratnya derajat KKP penderita.

2. Infeksi sistemik

Seperti alat pernafasan, morbili, dan sebagainya.Selain dapat menyebabkan suhu penderita

meningkat juga dapat menyebabkan diare dan dehidrasi.

17

Page 18: Finally

3. Kejang

Sebagian penderita diare dapat disertai kejang baik sebelum atau sesudah dehidrasi terjadi

penyebabnya antara lain kejang demam, gangguan elektrolit (terutama hipernatremi), hipoglikemi

dan ensefalitis.

Pengobatan

Dasar pengobatan diare adalah :

1. Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumat).

2. Dietetik (pemberian makanan).

3. Obat – obatan.

Pemberian cairan pada diare dehidrasi murni

1. Jenis cairan

a. Cairan rehidrasi oral: oralit, larutan gula garam, dan sebagainya.

b. Cairan parenteral: RL, DG aa (1 bagian lar. Darrow 1 bagian larutan

Glukosa 5 %), DG 1 : 2, dan lain – lain.

2. Jalan pemberian cairan

a. Per oral untuk dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi dan bila anak mau minum serta

kesadaran baik.

b. Intragastrik untuk dehidrasi ringan, sedang atau tanpa dehidrasi, tetapi anak tidak mau minum

atau kesadaran menurun.

c. Intravena untuk dehidrasi berat dan kegagalan terapi rehidrasi oral

Sejumlah pasien dengan dehidrasi ringan / sedang tidak dapat diobati secara memadai dengan

oralit melalui mulut.Penderita ini harus diberikan terapi IV.

Penderita dengan terapi oral biasa gagal karena :

18

Page 19: Finally

1. Tingginya tingkat kelahiran cairan (seringnya buang air besar dalam tinja caira dengan

jumlah yang banyak).

Beberapa penderita dengan tingkat kehilangan cairan yang tinggi mungkin tidak bisa minum

cukup oralit untuk menggantikan kehilangan cairan yang berkelanjutan sehingga keadaan dehidrasi

makin buruk. Beberapa penderita harus diobati selama beberapa jam dengan cairan IV sampai

tingkat kehilangan cairan berkurang.

2. Muntah terus menerus

Kadang – kadang muntah yang berulang – ulang menghambat berhasilnya rehidrasi oral.Jika

tanda – tanda dehidrasi tidak membaik atau makin memburuk, terapi IV diperlukan sampai

muntahnya hilang.Muntah biasanya hilang ketika air dan elektrolit terganti.

3. Ketidakmampuan untuk minum

Beberapa penderita tidak dapat minum oralit dalam jumlah yang tepat karena sakit atau

radang pada mulut (contoh : campak, sariawan dan herpes), karena kelelahan atau mengantuk karena

obat (seperti antiemetik atau obat antimotilitas). Terapi IV atau terapi nasogastrik diperlukan untuk

penderita ini.

4. Perut kembung atau ileus

Jika perut mulai kembung, oralit harus diberikan lebih lambat.Jika kembung bertambah atau

jika ada bising usus, terapi IV diperlukan.Ileus paralitik (hambatan mobilitas isi perut) mungkin

alasan kembung perut.Gejala ileus paralitik disebabkan oleh obat yang mengandung candu (kodein,

loperamide), hipokalemia atau keduanya.

5. Malabsorpsi glukosa

Kegagalan penyerapan glukosa yang bermakna secara khas adalah tidak biasa selama diare

akut.Tetapi bila hal ini terjadi penggunaan oralit dapat menyebabkan bertambahnya diare dengan

sejumlah besar glukosa yang tidak diserap dengan tanda – tanda dehidrasi yang memburuk atau tes

menunjukkan terdapat sejumlah besar glukosa pada tinja.Anak juga menjadi sangat haus.Cairan IV

harus diberikan sampai diare hilang.19

Page 20: Finally

6. Jumlah cairan

PWL = Previous Water Loss (ml/kgBB)

(Jumlah cairan yang hilang, biasanya berkisar 5 – 15 % dari BB (ml / kgBB).

NWL = Normal Water Loss (ml / kgBB)

(Terdiri dari urin + jumlah cairan yang hilang melalui penguapan pada kulit dan pernafasan).

CWL = Concomitant Water Loss (ml / kgBB)

(Jumlah cairan yang hilang melalui muntah dan diare, kira – kira 25 ml / kgBB / 24 jam).

Tabel 2

Derajat Dehidrasi PWL NWL CWL Jumlah

Ringan 50 100 25 175

Sedang 75 100 25 200

Berat 125 100 25 250

JADWAL (KECEPATAN) PEMBERIAN CAIRAN

a. Belum ada dehidrasi

- Oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas setiap kali buang air besar.

- Parenteral dibagi rata dalam 24 jam.

b. Dehidrasi ringan

20

Jumlah cairan = PWL + NWL + CWL

Page 21: Finally

- 1 jam pertama : 25 – 50 ml / kgBB per oral / intragastrik

- Selanjutnya : 125 ml / kgBB / hari atau ad libitum

c. Dehidrasi sedang

- 1 jam pertama : 50 – 100 ml / kgBB per oral / intragastrik.

- Selanjutnya : 125/ml/kgBB/hari atau ad libitum

d. Dehidrasi berat

Untuk anak 1 bulan – 2 tahun dengan BB 3 – 10 kg

- 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/jam atau 13 tts/kgBB/menit

(dengan infus berukuran 1 ml = 20 tts)

- 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/jam atau 4 tts/kgBB/menit

(dengan infus berukuran 1 ml = 20 tts)

- 16 jam berikutnya : 3 tts/kgBB/menit

(dengan infus berukuran 1 ml = 20 tts)

Cara lain adalah :

- 4 jam I diberikan 1/3 dari kebutuhan cairan yang telah diperhitungkan (6 x BB tts/mnt).

20 jam II diberikan sisanya (3 x BB tts/mnt).

TABEL PENILAIAN DERAJAT DEHIDRASI PENDERITA (4)

INDIKATOR A B C

1. Lihat keadaan umum Baik, sadar * Gelisah, rewel Lunglai/latergi,

tidak sadar, lesu

21

Page 22: Finally

- Mata Normal CekungSangat cekung dan

kering

- Air mata Ada Tidak ada Tidak ada

- Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering

- Rasa hausNormal, tidak

haus

* Haus, minum

dengan lahap

* Malas minum,

sedikit atau tidak

bisa minum

2. Periksa turgor kulitKembali

dengan cepat

Kembali dengan

lambat

* Kembali dengan

lambat

3. Hasil pemeriksaanTanpa

dehidrasi

Dehidrasi ringan,

jika memiliki 2 /

lebih tanda

termasuk tanda*

Dehidrasi berat,

jika memiliki 2 /

lebih tanda

termasuk tanda *

Tabel 3

Pemberian makanan pada penderita diare

Pemberian makanan per oral diberikan setelah anak rehidrasi. Dengan cara ini penyembuhan

pendertita dapat lebih cepat, dan kenaikan berat badan lebih baik walaupun frekwensi diare

bertambah. Pada pelaksanaan dietetik, penderita diare akut dengan dehidrasi perlu diperhatikan

faktor – faktor sebagai berikut :

a. Insiden diare pada bayi yang mendapat ASI

b. Pemberian ASI sebaiknya diteruskan walaupun frekwensi intoleransi laktosa tinggi.

Untuk anak < 1 tahun atau berat badan < 7 kg, diberikan ASI dan susu rendah laktosa dan

asam lemak tidak jenuh seperti LLM, Elmiron, bubur susu. Sedangkan untuk anak > 1 tahun dengan

berat badan > 7 kg, diberikan makanan padat atau makanan cair atau susu sesuai dengan kebiasaan

makan di rumah.

Buah yang dapat diberikan pada penderita diare adalah pisang, kalori dan pisang adalah 99

kcal dan kandungan kaliumnya 9,5 mmol/100 gram. Bila ada infeksi terutama diare maka kebutuhan

22

Page 23: Finally

kalori dan protein bertambah karena meningkatnya katabolisme protein tubuh. Pertumbuhan kalori

dan protein untuk mengejar laju pertumbuhan (catch up growth) membutuhkan kenaikan kalori

sekitar 30 % dan protein sekitar 100 % dari keadaan basal untuk menggantikan kehilangan selama

diare, sedangkan kalium dibutuhkan untuk mengatasi hipokalemi.

Pengobatan Medikamentosa

1. Antibiotika

Pada umumnya antibiotika tidak diperlukan pada semua kasus diare akut karena sebagian

besar penyebab diare akut adalah Rotavirus yang sifatnya self limited dan tidak dapat dibunuh oleh

antibiotika. Hanya sebagian kecil saja (10 – 20 %) yang disebabkan oleh bakteri patogen seperti

Vibrio Cholerae, Shigella, ETEC (Entero Toksigenic E. coli), Salmonella, Campilobakter dan

sebagainya yang pada umumnya baru diketahui setelah dilakukan biakan, sedangkan hasil biakan

baru datang setelah diare berhenti.

Antibiotika diberikan jika penyebabnya jelas seperti :

- Kolera diberikan Tetrasiklin 25 – 50 mg/kgBB/hari

- Campylobakter diberikan Eritromisin 40 – 50 mg/kgBB/hari

- Bila terdapat penyakit penyerta seperti :

Infeksi ringan (OMA, faringitis) diberikan Penisillin Prokain 50.000 u/kgBB/hari.

Infeksi sedang (bronkitis) diberikan Penisillin Prokain atau Ampisillin 50 mg/kgBB/hari.

Infeksi berat (bronkopneumonia) diberikan Penisillin Prokain dengan Kloramphenikol 74

mg/kgBB/hari atau Ampisillin 75-100 mg/kgBB/hari ditambah Gentamisin 6 mg/kgBB/hari atau

derifat Sefalosporin 30 – 50 mg/kgBB/hari.

2. Anti Diare

Obat – obat yang berkhasiat menghentikan diare secara cepat seperti

antispasmodik/spasmolitik atau opium (papaverin, ekstrak beladona, codein, morfin, dsb) justru akan

memperburuk keadaan karena akan menyebabkan terkumpulnya cairan di lumen usus, dilatasi usus,

melipatgandakan pembiakan bakteri (over growth), gangguan digesti dan absorpsi lainnya. Obat ini

hanya berkhasiat menghentikan peristaltik usus saja tetapi justru akibatnya sangat berbahaya karena

23

Page 24: Finally

baik pemberi obat maupun penderita akan terkelabui. Diarenya terlihat tidak ada lagi tetapi perut

akan bertambah kembung dan dehidrasi bertambah berat yang akhirnya dapat fatal untuk penderita.

3. Absorben

Obat – obat absorben (pengental tinja) seperti kaolin, pektin, charcoal (norit, tabonal),

Bismuth Subsalisit, dan sebagainya telah dibuktikan tidak ada manfaatnya. Obat – obat stimulan

seperti adrenalin, nikotinamit dan sebagainya tidak akan dapat memperbaiki syok atau dehidrasi

beratnya karena penyebabnya adalah kehilangan cairan (syok hipovolemik). Pengobatan yang paling

tepat ialah pemberian cairan secepatnya.

4. Anti Emetik

Obat anti emetik seperti klorpromazin (largaktil) terbukti selain untuk mencegah muntah

dapat mengurangi sekresi dan kehilangan cairan melalui tinja. Pemberian dalam dosis kecil ( 0,5 – 1

mg/kgBB/hari) terutama penderita yang disertai muntah – muntah hebat dapat diberikan. Obatanti

piretik seperti preparat salisilat (Asetol, Aspirin) dalam dosis rendah (25 mg/kgBB/hari) ternyata

selain berguna untuk menurunkan panas yang terjadi sebagai akibat dehidrasi atau panas karena

infeksi penyerta, juga dapat mengurangi sekresi cairan yang keluar melalui tinja.

Penyebaran Kuman yang menyebabkan diare

Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain makan/minum yang

tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja penderita.  Beberapa prilaku dapat

menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare, prilaku tersebut

antara lain :

1)   Tidak memberikan ASI (air susu ibu) secara penuh 4-6 bulan pada   pertama kehidupan pada bayi

yang tidak diberi ASI risiko untuk menderita diare lebih besar dari pada bayi yang diberi ASI penuh

dan kemungkinan menderita dehidrasi berat juga lebih besar.

24

Page 25: Finally

2)   Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencernaan oleh kuman, karena botol

susah untuk dibersihkan.

3)   Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makanan disimpan beberapa jam pada suhu

kamar makanan akan tercemar dan kuman akan berkembangbiak.

4)   Menggunakan air minum yang tercemar. air mungkin sudah tercemar dari sumbernya atau pada saat

disimpan di rumah, pencemaran di rumah dapat terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup atau

apabila tangan tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.

5)   Tidak mencuci tangan setelah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau sebelum

makan dan menyusui/menyuapi anak.

6)   Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar. Sering menganggap bahwa tinja bayi

tidaklah berbahaya padahal sesungguhnya mengandung virus dan bakteri dalam jumlah

besar.Sementara itu tinja binatang dapat menyebabkan infeksi pada manusia.

b.   Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare

Beberapa faktor pada penjamu dapat meningkatkan insiden beberapa penyakit lain dan lamanya

diare. Faktor-faktor tersebut adalah :

1)   Tidak memberikan ASI sampai umur 2 tahun. ASI mengandung antibodi yang dapat melindungi kita

terhadap kuman penyebab diare seperti :shigella dan V cholerae

2)   Kurang gizi beratnya penyakit , lama dan risiko kematian karena diare meningkat pada anak-anak

yang menderita gangguan gizi terutama gizi buruk.

25

Page 26: Finally

3)   Campak, diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang sedang menderita

campak dalam waktu 4 minggu terakhir hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh

penderita.

4)   Imunodefisiensi/imunosupresi. Keadaan ini hanya berlangsung sementara, misalnya sesudah infeksi

virus (seperti campak) atau mungkin yang berlangsung lama seperti pada penderita AIDS (automune

insufisiensi syndrom) pada anak imunosepresi berat, diare dapat terjadi karena kuman yang tidak

patogen dan mungkin juga berlangsung lama. 

5)   Secara proposional, diare lebih banyak terjadi pada golongan balita (55 %).

c.    Faktor lingkungan dan prilaku

Penyakit diare adalah salah satu penyakit yang berbasis lingkungan dua faktor yang dominan ,

yaitu saran air bersih dan sarana pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama

dengan prilaku manusia apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta

berakumulasi dengan prilaku manusia yang tidak sehat pula. Yaitu melalui makan dan minum , maka

dapat menimbulkan kejadian penyakit diare.

26

Page 27: Finally

Asuhan keperawatan pada diare (B. Albert and Paul S, 2013)

Masalah keperawatan yang prioritas terjadi pada anak diare adalah :

Kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya keseimbangan asam basa

(asidosis metabolik dan hipokalemia).

Adapun tindakan keperawatan untuk menangani masalah yang timbul karena diare ini adalah:

a.    Mencegah terjadinya dehidrasi

Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan memberikan minum

lebih banyak dengan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti air tajin, kuah sayur, air sup.

Macam cairan yang dapat digunakan akan tergantung pada :

1)   Kebiasaan setempat dalam mengobati diare

2)   Tersedianya cairan sari makanan yang cocok

3)   Jangkauan pelayanan kesehatan

4)   Tersedianya oralit

5)   Bila tidak mungkin memberikan cairan rumah tangga yang di anjurkan, berikan air matang.

b.   Mengobati dehidrasi

Bila terjadi dehidrasi (terutama pada anak), penderita harus segera dibawa ke petugas atau

sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat dan tepat , yaitu dengan oralit. Bila

terjadi dehidrasi berat, penderita harus segera diberikan caiaran parenteral (IV) dengan ringer laktat

sebelum  dilanjutkan dengan terapi oral. Untuk terapi oral atau  dietik(pemberian makanan) yaitu :

27

Page 28: Finally

1)   Untuk anak di bawah 1 tahun dan di atas 1 tahun dengan BB kurang dari 7 Kg, biasanya jenis

makanan yang dianjurkan yaitu susu (ASI atau susu formula), bubur susu atau nasi tim, atau susu

khusus yang tidak mengandung laktosa. Dengan ketentuan yaitu :

a)      Berikan makanan selama diare untuk memberikan gizi pada penderita terutama anak-anak agar anak

tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya BB. Berikan cairan termasuk oralitdan makanan

sesuai yang dianjurkan.

b)      Anak yang masih minum ASI  harus lebih sering diberi ASI

c)      Anak yang minum susu formula harus diberikan lebih dari biasanya.

d)     Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan

makanan yang mudah dicerna sedikit tapi sering.

e)      Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu

pemulihanBB anak.

2)   Sedangkan untuk anak di atas 1 tahun dengan BB lebih dari 7 Kg, dianjurkan makanan padat atau

cair dan susu sesuai dengan kebiasaan sehari-hari.

a)      Mengobati masalah lain

Prinsip pengobatan diare ialah mengganti cairan yang hilang melalui tinja dengan atau tanpa

muntah, dimana cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat.Secara tradisionil

gula, air tajin, tepung beras dan lain-lain.

Apabila ditemukan penderita diaredisertai dengan penyakit lain, maka diberikan pengobatan

sesuai indikasi, dengan tetap mengutamakan dehidrasi. Tidak ada obat yang aman dan efektif untuk

menghentikan diare.

28

Page 29: Finally

b)      Upaya pencegahan diare

Upaya pencegahan diare tersebut antara lain dengan melakukan pemberian ASI, memperbaiki

makanan sapihan, menggunakan air bersih, mencuci tangan dan cara yang benar membuang tinja

bayi/balita. Fakta menunjukkan bahwa cuci tangan pakai sabun dapat mengurangi risiko penyakit

diare hingga mencapai 50 %.Cuci tangan pakai sabun adalah mencegah diare paling murah dan

efektif (Suharyono, 2013).

B.     Prilaku Ibu (Pengetahuan dan Sikap) yang Mempengaruhi Terjadinya Diare

1.      Konsep Perilaku

Menurut Notoadmojo (2008) perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang

terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan,

serta lingkungan. Perilaku  kesehatan itu mencakup :

a.       Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia berespon, baik secara

pasif maupun aktif yang dilakukan sehubungan dengan sakit dan penyakit tersebut. Perilaku tersebut

terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan tingkat-tingkat pencegahan

penyakit, yakni :

1)      Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan, misalnya makanan yang

bergizi, olah raga.

2)      Perilaku pencegahan penyakit, misalnya tidur memakai kelambu untuk  menghindari gigitan

nyamuk, imunisasi.

3)      Perilaku sehubungan dengan pencarian obat, misal ke poli gigi untuk berobat.

29

Page 30: Finally

4)      Perilaku sehunbungan denagn pemulihan kesehatan, misal diet, mematuhi      peraturan dokter.

a. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, misal, dalam memilih menggunakan fasilitas pelayanan

kesehatan      

b. Perilaku terhadap makanan, misal dalam memilih konsumsi makanan.

c. Perillaku terhadap lingkungan kesehatan, misal perilaku sehubungan dengan air bersih, pembuangan

air kotor, pembuangan limbah, kondisi rumah sehat, pembersihan sarang-sarang.

Menurut Benyamin Bloom dalam Notoadmojo, 2008.perilaku dibagi dalam 3 domain yaitu :

a.       Pengetahuan peserta didik terhadap pendidikan yang diberikan (knowledge).

b.      Sikap atau anggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (attitude).

c.       Praktek atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan materi pendidik yang

diberikan (practice).

2.      Pengetahuan (Knowledge)   

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu.Pengindraan terjadi melalui panca indera manusia, yakni

indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga.Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Adapun tingkat pengetahuan di

dalam demain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni :

1)      Tahu (Know)

Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.Termasuk ke dalam

pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan

30

Page 31: Finally

yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah.

2)      Comprehention (memahami)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui,

dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

3)      Aplikasi

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi real (sebenarnya).  

4)      Analisis

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-

komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu

sama lain.

5)      Sintesis

Ini menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di

dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6)      Evaluasi

Ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi

atau obyek.

Menurut Green dalam Notoatmodjo, 2010. Pengetahuan ini berpengaruh terhadap sikap

seseorang sesuai dengan pemikirannya, jika positif akan menimbulkan sikap positif demikian juga

sebaliknya, pada hakikatnya pengetahuan merupakan semua yang diketahui manusia tentang objek

31

Page 32: Finally

tertentu. Menurut Sarwono, 2010 yang menyatakan bahwa pengetahuan seseorang akan bertambah

dengan diperolehnya informasi-informasi tertentu sehingga akan terjadi peningkatan pengetahuan.

Dengan peningkatan pengetahuan tersebut maka akan terjadi peningkatan sikap kesehatan dalam diri

individu yang berdasarkan kesadaran dan kemauan individu.

Tingkat pengetahuan menurut (Arikunto S, 2010) yaitu :

0 : baik (76% - 100%)

1 : cukup (56% - 75%)

2 : kurang (< 56%)

3.      Sikap (Attitude)

Menurut Saifuddin Azwar, 2010. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Beberapa batasan lain tentang sikap ini dapat

dikutipkan sebagai berikut :

dari batasan-batasan di atas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung

dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata

menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan

sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb dalam S

Azwar, 2010 salah seorang ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan

atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum

merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi adalah merupakan pre-disposisi tindakan suatu

perilaku. Sikap itu  masih merupakan reaksi tertutup, bukan reaksi terbuka tau tingkah laku yang

terbuka. Sikap ini memiliki 3 komponen pokok yaitu :

a.       kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu obyek.

32

Page 33: Finally

b.      Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap obyek.

c.       Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersamaan membentuk sikap yang utuh (total attitude).

Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan emosional

memegang peranan penting. Menurut Saifuddin, 2010 bahwa sikap juga dipengaruhi oleh faktor

eksteren dan intern salah satunya pengalaman. Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut

membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus. Pendapat Azwar, 2008

menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dari adanya interaksi sosial yang dialami

oleh individu yaitu :

a.       Pengalaman pribadi

Apa yang telah dan sedang dialami seseorang akan ikut membentuk dan mempengaruhi

penghayatan terhadap suatu stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya

sikap, untuk mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang

berkaitan dengan obyek psikologi. Apakah penghayatan itu kemudian akan membentuk sikap yang

positip atau yang negatip, akan tergantung pada berbagai faktor lain.

b.      Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Orang lain merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap

seseorang. Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah

dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan

untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindar konflik dengan orang lain yang dianggap penting.

c.       Pengaruh kebudayaan

33

Page 34: Finally

Kebudayaan dimana seseorang hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap

pembentukan sikap seseorang

d.      Media massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar,

majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan

seseorang. Adanya informasi mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi

terbentuknya sikap terhadap hal tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam

menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah kecenderungan untuk bertindak. (konoatif).

e.       Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam

pembentukan sikap, dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri

individu.

f.       Pengaruh faktor emosional

Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai

semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

Dari teori sikap ada yang dinamakan pernyataan yang ditulis mengikuti kaidah yang benar

melalui penskalaan dan seleksi item, akan menjadi isi suatu skala sikap. Pernyataan sikap mungkin

berisi atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai objek sikap, yaitu kalimatnya bersifat

mendukung atau memihak pada objek sikap.Pernyataan seperti ini disebut sebagai pernyataan yang

favorable.

34

Page 35: Finally

Sebaliknya, pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal yang negatif mengenai objek sikap,

yaitu yang bersifat tidak mendukung ataupun kontra terhadap objek sikap yang hendak

diungkapkan.Pernyataan seperti ini disebut sebagai pernyataan yang unfavorable.Suatu skala sikap

sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable

dalam jumlah yang kurang lebih seimbang.Dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak semua

positif atau semua negatif yang dapat mendatangkan kesan seakan-akan isi skala yang bersangkutan

seluruhnya memihak atau sebaliknya seluruhnya tidak mendukung objek sikap. Variasi pernyataan

favorable dan unfavorable akan membuat responden memikir lebih hati-hati isi pernyataannya

sebelumnya memberikan respon sehingga stereotipe responden dalam menjawab dapat dihindari

(Azwar, 2008).

C.    Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Diare

Penyakit diare merupakan suatu penyakit yang berbasis lingkungan.Ada 2 faktor yang dominan yaitu

sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama perilaku manusia

yang tidak sehat. Karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang

tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman maka dapat menimbulkan kejadian penyakit

diare.(FK.UI, 2013).

Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar yaitu karena infeksi,

malabsorbsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan penyebab lain. Adapun penyebab-penyebab

tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya keadaan gizi, kebiasaan atau perilaku,

sanitasi lingkungan dan sebagainya.(Ridwan, 2013).

Ada beberapa perilaku yang dapat meningkatkan resiko terjadinya diare yaitu sikap ibu yang tidak

memberikan ASI secara penuh hingga umur 4-6 bulan pertama dari kehidupan, menggunakan botol

35

Page 36: Finally

susu, menyimpan makanan masak pada suhu kamar, air minum tercemar pada bakteri tinja, tidak

mencuci tangan sesudah BAB dan sebelum menjamah makanan. (Depkes RI, 2013).

D.    Hipotesis

-          Ho : Tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita di Posyandu

wilayah kerja Puskesmas Sungai Kupang

-          Ha : Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita di Posyandu wilayah

kerja Puskesmas Sumgai Kupang.

36

Page 37: Finally

BAB IIIGAMBARAN UMUM

A. KEADAAN UMUM

1. GEOGRAFIS

Puskesmas Perawatan Sungai Kupang secara administrasi terletak di Ibukota

Kecamatan Kelumpang Hulu yaitu JL.P.Adipati Rt.06 Desa Sungai Kupang, yang merupakan

satu-satunya Puskesmas di Kecamatan Kelumpamng Hulu, yang mempunyai Luas Wilayah

kerja + 533,44 Km persegi yang terdiri 10 buah desa yaitu Desa Sungai Kupang, Desa

Benua Lawas, Desa Sidomulyo, Desa Karang Payau, Desa Karang Liwar, Desa Bangkalaan

Melayu, Desa Bangkalaan Dayak, Desa Cantung Kiri Hilir, Desa Magkirana Dan Desa

Laboran.

Puskesmas Sungai Kupang terletak pada 30 mil arah barat laut dari Ibukota

Kabupaten Kotabaru. Wilayah kerja Puskesmas Perawatan Sungai Kupang berbatasan

langsung dengan wilayah sebelah utara dengan kecamatan sungai durian, sebelah timur

berbatasan dengan kecamatan kelumpang barat, sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan

kelumpang selatan dan kecamatan batulicin (kabupaten tanah bumbu) dan sebelah barat

berbatasan dengan kecamatan hampang.

2. DEMOGRAFIS

Jumlah penduduk diwilayah kerja Puskesmas Perawatan Sungai Kupang tahun 2014

adalah sebesar 14.331 jiwa, balita 1.305 jiwa, bayi 287 jiwa, jumlah KK 4.125 jiwa sedang

distribusi penduduk tiap desa dapat dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini.

37

Page 38: Finally

Tabel 4Data Jumlah Penduduk Perdesa

Diwilayah Kerja Puskesmas Perawatan Sungai KupangTahun 2014

No DesaJumlah

PendudukKK Balita Bayi

Luas wilayah( Km2 )

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Sungai Kupang

Sidomulyo

Mangkirana

Cantung Kiri Hilir

Banua Lawas

Karang Payau

Karang Liwar

Bangkalaan Melayu

Bangkalaan Dayak

Laboran

4921

1023

256

861

925

1163

774

2242

1601

565

1363

303

70

251

258

330

230

650

542

128

439

91

57

77

77

103

61

207

141

52

97

20

11

17

17

23

14

46

31

11

52,68

25,16

29,59

52,68

40,55

43,21

47,94

81,09

164,26

51,79

JUMLAH 14331 4125 1305 287 533,44

Sumber : Data Puskesmas Perawatan Sungai Kupang

3. TRANSPORTASI

Luas wilayah Puskesmas Perawatan Sungai Kupang 533,44 Km persegi dengan jarak

tempuh dari Puskesmas Perawatan Sungai Kupang ke Posyandu / Desa yang paling dekat

sekitar 400 meter yaitu ke Posyandu Mawar Desa Sungai Kupang, dan jarak tempuh paling

jauh sekitar 82 KM, yaitu ke Posyandu Sedap Malam di Dusun Lipon Desa Bangkalaan

Dayak dengan kondisi jalanan poros beraspal dan sebagian jalan desa pengerasan, semua

pusat pemerintahan desa dapat dijangkau dengan kendaraan roda empat dan roda dua.

4. PENDIDIKAN

38

Page 39: Finally

Berdasarkan data yang ada di Puskesmas Perawatan Sungai Kupang, tingkat

pendidikan masyarakat berpariasi, mulai dari tidak sekolah, Sekolah Dasar, SMP, SMA dan

Perguruan Tinggi.Namun jumlah secara pasti datanya belum lengkap namun dilihat dari

sarana pendidikan yang berjumlah 27 buah yang tersebar di ke 10 desa.Untuk selanjutnya

dapat dilihat pada tabel 2.2.dibawah ini.

Table 5Data Sarana Pendidikan

Diwilayah Kerja Puskesmas Perawatan Sungai KupangTahun 2014

NO DESA TK SD SMP SMA

1 Sungai Kupang 3 3 2 1

2 Benua Lawas 1

3 Sidomulyo 1 1

4 Karang Payau 1

5 Karang Liwar 1 1 1

6 Bangkalaan Dayak 1 3

7 Bangkalaan Melayu 2 3

8 Cantung Kiri Hilir 1

9 Mangkirana 1

10 Laboran 1

JUMLAH 7 16 3 2

Sumber : Data Puskesmas Perawatan Sungai Kupang

5. SOSIAL BUDAYA

Dalam upaya membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat perlu

diperhatikan berbagai factor sosial budaya masarakat. Berdasarkan data yang ada di

Puskesmas Perawatan Sungai Kupang, ada beberapa kelompok yang menjadi komponen

39

Page 40: Finally

sosial budaya antara lain dukun beranak, LKMD yang ada di tiap desa, kelompok PKK dan

lain – lain.

6. MATA PENCARIAN

Berdasarkan data yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Perawatan Sungai Kupang

pada tahun 2014, sumber mata pencarian masyarakat sebagian besar petani sawah, petani

dengan ladang berpindah, perkebunan, nelayan, mencari kayu kehutan dan Pegawai Negeri

Sipil

7. ALUR PELAYANAN RAWAT JALAN PUSKESMAS

B. KEADAAN SUMBER DAYA

1. TENAGA KESEHATAN

40

RUANG PENDAFTARAN

RUANG

KLINIK SANITASI

RUANG

BUMIL/KB

POLI

POLI

RAWAT

RUANG

PASIEN PULANG

L

A

B

O

R

A

T

O

PASIEN

Page 41: Finally

Upaya kesehatan membutuhkan sumber daya manusia yang memadai, kemampuan

untuk memberikan pelayanan kesehatan akan memberikan dampak kepada peningkatan

derajat kesehatan masyarakat.

Berdasarkan data yang ada di Puskesmas Perawatan Sungai Kupang, jumlah tenaga

yang ada sebanyak 34 orang yang terdiri dari 32 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 2

orang Pegawai Tidak Tetap (PTT). Untuk melihat jenis tenaga dapat dilihat pada tabel 2.3

dibawah ini.

Tabel 6Data Jumlah Tenaga Kesehatan

Di Wilayah Kerja Puskesmas Perawatan Sungai Kupang Tahun 2014

No Jenis KetenagaanStatus

JumlahPNS PTT Honor

12345678910111213

Dokter UmumDokter GigiSarjana Kes.MasyarakatApotekerAsisten ApotekerPerawat ( S1/D3/SPK)D3 Bidan D3 KeslingPerawat GigiTenaga LabolatoriumPekarya KesehatanD3 GiziSPPH

21211117121112

11

2121112821112

JUMLAH 34Sumber : Data Puskesmas Perawatan Sungai Kupang

2. SARANA KESEHATAN

Sarana kesehatan sebagai salah satu sumber daya kesehatan dewasa ini terus

dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, hal ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan

41

Page 42: Finally

kesehatan pada masyarakat. Adapun sarana kesehatan di Puskesmas Perawatan Sungai

Kupang Tahun 2014 adalah sebagai berikut :

Tabel 7Jumlah Pustu, Polindes dan Posyandu Tahun 2014

NO NAMA SARANA KESEHATAN JUMLAH

1

2

3

4

Puskesmas

Puskesmas Pembantu

Polindes

Posyandu

1

5

3

16

Sumber : Data Puskesmas Perawatan Sungai Kupang

42

Page 43: Finally

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian survei analitik dengan menganalisa dinamika

korelasi antara variabel bebas dan variabel terikat dengan rancangan Cross Sectional dimana

variable independent / bebas (pengetahuan ibu dalam memanfaatkan air bersih) dan variable

dependent / terikat (kejadian diare pada balita) di teliti atau diukur pada saat yang sama dengan

menggunakan lembar kuesioner / wawancara (Notoatmodjo, 2005).

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian.Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen

yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi

(Suharsimi Arikunto, 2006). Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki

anak balita yang berobat di Puskesmas Sungai Kupang sebanyak 100 balita.

2. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil dengan caraSimple Random Sampling,

dimana seluruh ibu yang memiliki anak balita yang berobat Puskesmas Sungai Kupang

berkesempatan menjadi sampel. Besarnya sampel dihitung menggunakan rumus sebagai

berikut : (Notoatmodjo, 2005).

43

Page 44: Finally

Keterangan :

N = besar populasi

n = besar sampel

d = tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan (0,1)

Berdasarkan rumus tersebut di atas, maka besarnya sampel adalah sebagai berikut :

n =

80

1 + 80 (0,1)2=40

Jadi besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebanyak 40 responden.

C. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah berupa lembar

pertanyaan (kuesioner) yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan kepada

responden. Dalam memberikan jawaban, responden cukup memiliki salah satu jawaban yang

telah tersedia pada kuesioner tersebut.

44

n =

N

1+N (d )2

Page 45: Finally

D. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian

Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan dilakukan penelitian, yaitu variabel bebas dan

variabel terikat. Variabel bebas atau independen adalah variabel yang dapat menyebabkan

perubahan atau akibat pada variabel lain (terikat). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel

bebas / independen adalah tingkat pengetahuan ibu dalam memanfaatkan air bersih sedangkan

variabel dependen atau terikat adalah variabel yang dapat terpengaruh / berubah-ubah (akibat)

sesuai dengan perubahan yang terjadi pada variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi

variabel terikat / independen adalah kejadian diare pada balita di desa Sungai Kupang wilayah

Kerja Puskesmas Sungai Kupang.

45

Page 46: Finally

1. Definisi Operasional

Tabel 8 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional

Alat Ukur / Cara Ukur

Kategori Skala

1Variabel bebasPengetahuan

Pemahaman responden tentang hal-hal yang berkaitan dengan penyakit diare

Kuesioner/wawancara diukur dari 7 pertanyaan masing-masing pertanyaan. apabila jawaban benar nilai 1 dan bila jawaban salah nilai 0. total nilai jawaban 0-7

1. Tinggi apabila jawaban benar > 75 %

2. Rendah, apabila jawaban benar ≤ 75 %(Nursalam, 2007)

Ordinal

2 Variabel terikatKejadian diare

Buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair seperti air 4 kali atau lebih perhari

Wawancara langsung kepada responden

1. Diare 1. Tidak diare

Ordinal

46

Page 47: Finally

E. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sungai Kupang

2. Waktu

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Julisampai Agustus 2015

F. Pengukuran dan Pengamatan Variabel Penelitian

1. Pengukuran

Pengukuran untuk pengetahuan, sikap dan tindakan menggunakan alat atau instrumen

kuesioner.Kuesioner sebagai alat pengumpul data untuk memperoleh suatu data yang sesuai

dengan tujuan penelitian.

2. Pengamatan Variabel

Pengamatan variabel dilakukan dengan cara wawancara langsung kepada ibu yang

mempunyai anak balitadan berobat di Puskesmas Sungai Kupang.

G. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka

pencapaian tujuan dari penelitian.Pengumpulan data dalam penelitian ini berupa data primer dan

data sekunder.

1. Data Primer

Untuk memperoleh data primer, dilakukan wawancara langsung menggunakan alat bantu

kuesioner .

47

Page 48: Finally

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Puskesmas berupa data dinding, buku registrasi pasien maupun

buku laporan bulanan dan tahunan penyakit diare tahun 2014

H. Teknik dan Analisa Data yang dipakai

1. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian ini, yaitu dilakukan melaui beberapa tahapan (Nasrul

Effendy, 1998) yaitu sebagai berikut :

a. Editing, yaitu proses pemeriksaan dan menyesuaikan data dengan rencana semula.

b. Coding, yaitu proses pemberian kode pada data dengan merubah kata-kata menjadi

angka.

c. Sorting, yaitu proses pensortiran dengan cara memilih atau mengelompokkan data

menurut jenis yang dikehendak (klasifikasi).

d. Entry data, yaitu proses memasukkan data dalam variabel sheet dengan bantuan

komputer.

e. Cleaning, yaitu proses pembersihan data, melihat variabel apakah data sudah benar atau

belum.

Setelah prosentase diketahui, kemudian hasilnya diinterpretasikan dengan kriteria atau

klasifikasi menurut sebagai berikut :

a. Tabel 9. klasifikasi Nilai Variabel Tingkat Pengetahuan

Klasifikasi Nilai Kategori Tingkat Pengetahuan

> 75 % Pengetahuan Tinggi

≤ 75 % Pengetahuan Rendah48

Page 49: Finally

2. Analisa Data

Analisa Univariat

Dalam analisa Univariat, data-data akan disajikan dengan tabel distribusi frekuensi

sehingga akan tergambar fenomena-fenomena yang berhubungan dengan variabel yang

diteliti.

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : (Suharsimi Arikunto,1998).

Keterangan :

X2 = Chi Square/Kai Kuadrat

f0 = frekwensi yang diperoleh berdasarkan data

fh = frekwensi yang diharapkan

Hipotesis statistik menyatakan bahwa Ho ditolak bila p < α Ho ditolak yang berarti ada

hubungan yang bermakna antara variabel bebas dengan variabel terikat yang

diteliti.Sedangkan Ho diterima bila p > α yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna

variabel bebas dengan variabel terikat yang diteliti.Analisa data menggunakan bantuan

software komputer.

49

Page 50: Finally

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Analisa Univariat

a. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan diPuskesmas

Sungai Kupang Tahun 2015.

Pengetahuan responden adalah kemampuan responden untuk mengingat dan

dapat memahami hal-hal yang berkaitan dengan penyakit diare,

dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu tinggi dan rendah. Gambaran

distribusi responden menurut pengetahuan dapat dilihat pada tabel 4.4 di

bawah ini.

Tabel 10. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan di Desa Sungai Kupang Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Kupang Tahun 2015

Pengetahuan n %Tinggi 16 40%Rendah 24 60%Jumlah 40 100,00

Berdasarkan tabel 4.4 didapatbahwa responden yang tingkat pengetahuan

tinggi sebanyak 16orang (40%).Sedangkan yang berpengetahuan rendah

sebanyak 24 orang (60%).

50

Page 51: Finally

Tingkat Pengetahuan

Kejadian DiareJumlah

p Value OR(95%-CI)Diare Tidak Diare

n % n % n %

p = 0,00

0,048(0,009-0,250)

Tinggi 4 16 12 80 16 100

Rendah 21 84 3 20 24 100

Jumlah 25 100 15 100 40 100

Tabel 11. Hasil Statistik Uji Chi Square

B.   Pembahasan

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita

Berdasarkan hasil yang didapat di atas dapat diketahui bahwa 60 % responden memiliki

pengetahuan rendah dengan 84% nya mengalami diare, 40% memiliki pengetahuan tinggi dengan 16

% mengalami diare.Dari penelitian tersebut didapat hasil uji Chi-square nilai p = 0,00 atau kurang

dari nilai α = 0,05 yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu

dengan kejadian diare pada balita.

Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Depkes RI (2012) bahwa, penyakit diare merupakan

suatu penyakit yang hanya berbasis lingkungan.Ada dua faktor yang dominan yang berhubungan

dengan diare yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Dimana kedua faktor ini akan

berinteraksi bersama dengan perilaku manusia.

Ada juga pendapat lain menurut Amirudin, 2011 secara klinis penyebab diare dapat

dikelompokkan dalam golongan enam besar yaitu karena infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan,

imunodefisiensi dan penyebab lain. Adapun penyebab-penyebab tersebut sangat dipengaruhi oleh

berbagai faktor misalnya keadaan gizi, kebiasaan atau perilaku, sanitasi lingkungan, dan sebagainya.

Berdasarkan dua pendapat di atas bahwa perilaku manusia yang dapat menyebabkan terjadinya

51

Page 52: Finally

diare .Sesuai dengan pendapat Notoadmojo, 2003 bahwa perilaku dibagi menjadi 3 domain yaitu

pengetahuan, sikap dan tindakan.Hasil penelitian ini bertentangan dengan teori yang ada, karena

dalam penelitian variable independent penelitian yaitu pengetahuan ada hubungannya dengan

variable dependen yaitu kejadian diare.

Akan tetapi hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Sarwono (2013) yang menyatakan

bahwa pengetahuan seseorang akan bertambah dengan diperolehnya informasi-informasi tertentu

sehingga akan terjadi peningkatan pengetahuan. Dengan peningkatan pengetahuan tersebut maka

akan terjadi peningkatan sikap kesehatan dalam diri individu yang berdasarkan kesadaran dan

kemauan individu. Dari hasil penelitian ini diantara sampel ternyata balita yang menderita diare

hanya sedikit, ini dikarenakan, bahwa diare penyakit yang berbasis lingkungan. (Depkes RI, 2013).

Kejadian diare terjadi tergantung musim, biasanya musim penghujan atau pancaroba.

52

Page 53: Finally

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan Hubungan Pengetahuan Ibu

dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai

Kupang dapat disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara Pengetahuan

Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai

Kupang tahun 2015 (p = 0,00).

B.    Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan peneliti ingin memberikan saran

kepada semua pihak yang terkait antara lain kepada :

1.     Akademik

Untuk dapat mencari faktor penyebab yang lain yang berhubungan dengan diare yang

lebih mendukung.

2.     Puskesmas

Sebagai informasi bahwa pengetahuan ibu tentang diare mempengaruhi tingkat

kejadian diare pada balita Hal ini dapat menjadi dasar untuk meningkatkan peran puskesmas

sebagai pemberi informasi kesehatan pada layanan primer untuk meningkatkan sikap ibu

53

Page 54: Finally

dalam menghadapi diare .Untuk itu, sebagai penindak lanjut yaitu lebih meningkatkan mutu

pelayanan khususnya pada bagian Kesling (Kesehatan Lingkungan) dengan tujuan dapat

mengurangi kejadian diare pada balita. Sesuai dengan teori bahwa diare penyakit yang 

berbasis lingkungan.

3.     Bagi Peneliti Lain

Diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut dan mengembangkan penelitian

dengan variabel-variabel lain yang lebih inovatif mengenai  faktor yang berhubungan dengan

kejadian diare pada balita.

54

Page 55: Finally

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto S, MetodologiPenelitian, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta : 2013.

Asnil P, Noerasid H, Suraatmadja S. Gastroenteritis akut. Dalam: Suharyono, Boediarso aswitha,

Halimun EM (editors). Gastroenterologi anak praktis.Jakarta : Balai penerbit FKUI, 2010.

51-68

Azwar S, MA, Drs, Sikap Manusia Teori dan pengukurannya, Edisi ke 2, Penerbit Pustaka Pelajar,

Yogyakarta : 2011

B Albert and Paul S, Penyakit dan Penanggulangannya, Penerbit Widiya Medika (KNAPP), Jakarta :

2012.

Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I, Editor A. H. Markum

dkk, BP FKUI. Jakarta, 1996 : 448 – 446.

Chandra, Budiman, 2006 ,Pengantar Kesehatan Lingkungan, Buku kedokteran EGC, Jakarta.

Depkes RI, 2010.Buku Pedoman Pelaksanaan Penyakit Diare Dipuskesmas, Jakarta.

Depkes RI, 2011. Buku Pedoman Pelaksanaan Penyakit Diare, Jakarta.

Depkes RI, 2013, Infeksi Saluran Pencernaan, available from : www. Mediaindonesiaonline. Com,

2013..

Depkes RI, 2014.Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare, Dit.P2ML-ditjen PPM dan PLP, Jakarta.

Gastroenterologi Anak Praktis : Editor Suharyono, Aswitha Boediarso, EM. Halimun, BP

FKUI, Jakarta, 1988 : 51 – 69.

Irianto J, Prediksi Keparahan Diare 2014, diakses dari : www.adobe acrobat document. Com,

diperoleh tanggal 27 september 2008.

Mar’at, Perilaku Manusia Pengantar Singkat Tentang Psikologi, Penerbit refika ADITAMA,

Bandung : 2010.

Nelson, Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 12, Penerbit EGC, Jakarta : 2008.

55

Page 56: Finally

Notoadmojo S. Dr, Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan, Penerbit Andi

Offset, Yogyakarta : 2010

Notoatmodjo S, 2003 ,Ilmu Kesehatan Masyarakat , Rineka Cipta, Jakarta.

Notoatmodjo S, 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Cetakan ketiga, Rineka Cipta, Jakarta.

Notoatmodjo S, 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta, Jakarta.

Puskesmas Sungai Kupang, 2014, Buku Register Poli Anak Puskesmas Sungai Kupang, Puskesmas

Sungai kupang, Kotabaru.

Puskesmas Sungai Kupang, 2014, Laporan Tahunan Puskesmas Sungai Kupang, Puskesmas Sungai

kupang, Kotabaru.

Sintari, 2007, Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Perilaku Ibu Dalam Memanfaatkan Air Bersih

Dengan Kejadian Diare Pada Balita Dikelurahan Selat Hilir Kecamatan Selat Kabupaten

Kapuas, Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Kalimantan Banjarmasin.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI : Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I, Editor

Husein Alatas dan Rusepno Hasan, BP FKUI, Jakarta, 1985 : 283 : 312.

56

Page 57: Finally

Lampiran 1

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN

“ PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM PENANGANAN

DIARE PADA BALITA ”

I.. Lembar kuesioner pengetahuan

Petunjuk Pengisian Kuesioner

1. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti.

2. Isilah data pribadi ibu terlebih dahulu.

3. Isilah pertanyaan di bawah in dengan sebenarnya.

4. Untuk jenis pertanyaan frekuensi dan pengetahuan beri tanda ( x ) pada jawaban yang ibu

anggap benar.

5. Lembar kuesioner ini dikembalikan setelah mengisi seluruh pertanyaan.

Data pribadi responden

1. Nama :

2. Umur :

3. Alamat :

57

Page 58: Finally

4. Pendidikan :

1. Apakah anak ibu mengalami diare :

a.ya

B.tidak

B. Pengetahuan

1.      Menurut ibu diare itu berak pada balita lebih dari ........kali/hari :

a. 1 kali/hari

b. susah buang air besar

c. 3 kali/hari

2.      Menurut ibu diare pada balita disebabkan oleh  kecuali :

a.       Makanan dan minuman yang kurang bersih

b.      Keadaan lingkungan yang kotor

c.       Memberikan  ASI dari umur 4 – 6 bulan

3.   Saat ibu tahu anak ibu diare, biasanya keadaan beraknya :

a.       Keras berbentuk, kuning kecoklatan, berbahu khas

b.      Lembek berbentuk, keciklatan

58

Page 59: Finally

c.       Cair berlendir, kuning kehijaun, berbahu khas

4.   Kondisi anak ibu apabila terkena diare, maka akan tampak keluhan yang pertama  yaitu :

a.       Anak rewel, gelisah

b.      Anak rewel, suhu tubuh panas,

c. Anak rewel, suhu tubuh panas, kurang nafsu makan/tidak sama sekali, dan gelisah

5.   Menurut ibu pemberian susu formula dengan menggunakan botol dapat     menyebabkan diare karena

:

a.       Botol susu susah untuk dibersihkan

b.      Terbuat dari plastik

c.       Susu basi yang menyebabkan diare

6.   Sebaiknya membuat susu formula dengan menggunakan botol, ibu harus mencuci botol susu dengan

air panas lau dikeringkan dan sebelum membuatnya ibu harus cuci tangan terlebih dahulu. Menurut

ibu pernyataan diatas benar atau salah penjelasanya, karena :

a.       benar, karena pencucian botol susu harus dengan air hangat

b.      benar, karena dengan mencuci tangan dpat menghilangkan kuman

c.       salah, karena terlalu merepotkan

7.   Apa yang ibu lakukan bila anak ibu terkena diare :

a.       Ke Puskesmas/RS langsung

b.      Diberi air gula dicampur garam sedikit ( oralit buatan )

59

Page 60: Finally

c.       Membeli obat di warung

8.   Apa yang telah ibu lakukan untuk menghindari diare berulang pada anak ibu :

a.       Memberikan ASI penuh hingga umur 6 bulan

b.      Mencuci tangan sebelum membuat susu formula

c.       Pencucian botol suus dengan menggunakan air panas lalu dikeringkan

9.   Apa yang ibu pikirkan jika diare pada anak ibu tidak sembuh dalam waktu yang singkat :

a.       Dehidrasi

b.      Kematian

c.       Pertumbuhan anak ibu terganggu

10. Obat – obatan apa saja yang ibu tahu untuk mengobati diare anak  ibu :

a.       Oralit

b.      Paracetamol

c.       Vitamin C

11. Menurut ibu pemakaian air yang tidak bersih dapat menimbulkan diare atau tidak, mengapa :

a.   Ya, Kemingkinan tercemar tinja, karena jarak septiteng dengan sumur kurang dari 10 meter.

b.   Tidak, karena air sebelum dikonsumsi dimasak terlebih dahulu

c.   Ya, karena air yang diperoleh dari sumur yang tidak menurut kriteria kesehatan

12. Apa yang dapat ibu lakukan apabila anak ibu diare sebelum dibawa ke PKM, untuk mengganti oralit.

Sedangkan di rumah ibu habis gula :

60

Page 61: Finally

a.   Menunggu sampai besok untuk ke PKM

b.   Air tajin

c.   Air garam

13. Apa yang telah ibu lakukan untuk mengatasi diare pada anak ibu yang telah mengalami diare

berulang :

a.   Membuat oralit buatan, untuk sementara menunggu berobat ke PKM

b.   Mengkonsumsi air yang bersumber dari sumur sesuai kriteria sehat

c.   Memasak air hingga 100 ° C

14. Apakah ibu mengetahui, apa itu dehidrasi :

a.   Lanjutan dari diare

b.   Kehilangan cairan tubuh yang berlebihan karena diare tidak teratasi

c.   Suhu tubuh panas, karena diare

15. Menurut pemikiran ibu, diare adalah penyakit yang bagaimana :

a.   Biasa saja

b.   Berbahaya dan dapat menyebabkan kematian

c.   Penyakit yang sering diderita anak – anak

16. Bila anak ibu yang masih berumur 2-3 tahun sering mengalami diare, menurut ibu apa yang akan

dialami oleh anak ibu untuk kehidupan selanjutnya :

a.   Terganggu pola makan

b.   Terganggu pola buang air besar61

Page 62: Finally

c.   Terganggu tumbuh dan perkembangan anak

17. Kondisi rumah dikelilingi oleh selokan, dan banyak sampah bertumpuk. Apa yang akan ibu lakukan

dengan kondisi rumah seperti itu untuk menghin dari diare :

a.   Membuang sampah dan selokan ditutup dengan kayu,agar penyebaran kuman tidak terjadi

b.   Memindahkan sampahnya di salah satu pojok selokan

c.   Setiap hari selokannya dibersihkan agar penyebaran kuman oleh lalat tidak terjadi

18. Saat anak ibu mengalami diare, makanan seperti apakah yang baik untuk diberikan :

a.       Makanan padat

b.      Makanan cair

c.       Makanan lembek

19. Saat anak ibu mengalami diare, biasanya kondisi anak ibu akan seperti :

a.   Tidak napsu makan

b.   Suhu tubuh tinggi

c.   Rewel

20. Menurut ibu diare dapat dicegah, apabila ibu dan keluarga bersikap dan bertindak sehat :

a. Ya

b. Tidak

c. Ya, harus

62

Page 63: Finally

63