fikosianin_Aventio Dega_13.70.0060_Kloter D_ UNIKA SOEGIJAPRANATA

28
Acara IV ISOLASI DAN PEMBUATAN POWDER FIKOSIANIN : PEWARNA ALAMI DARI “BLUE GREEN SPIRULINA” LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNOLOGI HASIL LAUT Disusun oleh : Nama : Aventio Dega NIM :13.70.0060 Kelompok D1 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

description

Fikosianin adalah pigmen biru dari spirulina sp.

Transcript of fikosianin_Aventio Dega_13.70.0060_Kloter D_ UNIKA SOEGIJAPRANATA

Page 1: fikosianin_Aventio Dega_13.70.0060_Kloter D_ UNIKA SOEGIJAPRANATA

Acara IV

ISOLASI DAN PEMBUATAN POWDER FIKOSIANIN : PEWARNA

ALAMI DARI “BLUE GREEN SPIRULINA”

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNOLOGI HASIL LAUT

Disusun oleh :

Nama : Aventio Dega

NIM :13.70.0060

Kelompok D1

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

2015

Page 2: fikosianin_Aventio Dega_13.70.0060_Kloter D_ UNIKA SOEGIJAPRANATA

1

Page 3: fikosianin_Aventio Dega_13.70.0060_Kloter D_ UNIKA SOEGIJAPRANATA

1. MATERI METODE

1.1. Materi

1.1.1. Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu sentrifuge, pengaduk, alat pengering,

plate stirer

1.1.2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah biomasa Spirulina basah atau kering,

akuades, dekstrin.

1.2. Metode

2

Biomassa Spirulina ditimbang dalam cawan

Dimasukkan dalam Elenmenyer.

Page 4: fikosianin_Aventio Dega_13.70.0060_Kloter D_ UNIKA SOEGIJAPRANATA

3

Dilarutkan dalam aqua destilata (1 : 10).

Diaduk dengan stirrer ± 2 jam

Page 5: fikosianin_Aventio Dega_13.70.0060_Kloter D_ UNIKA SOEGIJAPRANATA

4

Disentrifugasi 5000 rpm, 10 menit hingga didapat endapan dan supernatant.

Supernatan diencerkan sampai pengenceran 10-2 dan diukur kadar fikosianinnya pada

panjang gelombang 615 nm dan 652 nm

Supernatan diambil 8 ml dan ditambah dekstrin dengan perbandingan supernatan :

dekstrin = 1 : 1 (kelompok D1-D3), sedangkan kelompok D4-D5 menggunakan

perbandingan 8 : 9

Page 6: fikosianin_Aventio Dega_13.70.0060_Kloter D_ UNIKA SOEGIJAPRANATA

5

Dicampur merata dan dituang ke wadah

Dioven pada suhu 50°C hingga kadar air ± 7%

Didapat adonan kering yang gempal

Page 7: fikosianin_Aventio Dega_13.70.0060_Kloter D_ UNIKA SOEGIJAPRANATA

6

Dihancurkan dengan penumpuk hingga berbentuk powder

Kadar Fikosianin (mg/g) diukur dengan rumus :

Konsentrasi Fikosianin / KF (mg /ml )=OD 615−0,474(OD 652)

5,34×

110−2

Yield (mg / g)=KF × Vol(total filtrat )

g (berat biomasa)

Page 8: fikosianin_Aventio Dega_13.70.0060_Kloter D_ UNIKA SOEGIJAPRANATA

2. HASIL PENGAMATAN

Hasil pengamatan Fikosianin berdasarkan OD615 dan OD652, KF, Yield, dan Warna dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Pengamatan Fikosianin

Kelompok Berat Biomassa Kering (g)

Jumlah Aquades yang

ditambahkan(ml)

Total Filtratyang

diperolehOD 615 OD 652

KF(mg/ml)

Yield(mg/g)

Warna

Sebelum Dioven

Sesudah Dioven

D1 8 80 55 0,1854 0,1733 0,193 0,1854 ++ +D2 8 80 55 0,1914 0,1797 0,199 0,1914 ++ +D3 8 80 55 0,1863 0,1843 0,185 0,1863 ++ +D4 8 80 55 0,1980 0,1803 0,211 0,1980 ++ +D5 8 80 55 0,1687 0,2029 0,136 0,1687 ++ +

Keterangan Warna:+ Biru Muda++ Biru+++ Biru TuaPada Tabel 1, dapat dilihat dilakukan 3 uji berupa KF, Yield , dan Warna dari sebelum dan sesudah dioven. Untuk KF nilai tertinggi

diperoleh kelompok D4 dengan nilai 0,211 mg/ml dan KF terendah diperoleh kelompok D5 dengan nilai 0,136 mg/ml. Untuk Yield nilai

tertinggi adalah kelompok D4 dengan nilai 0,1980 mg/g dan terendah juga kelompok D5 dengan nilai 0,1687 mg/g. Untuk uji warna

sebelum dioven semua kelompok mendapatkan warna biru dan sesudah dioven semua kelompok mendapatkan warna biru muda.

Page 9: fikosianin_Aventio Dega_13.70.0060_Kloter D_ UNIKA SOEGIJAPRANATA

3. PEMBAHASAN

Spirulina adalah organisme yang termasuk alga hijau biru atau disebut sebagai blue

green algae. Spirulina merupakan organisme multiseluler dengan filamen-filamen

sebagai bentuk tubuhnya berwarna hijau dan serta memiliki bentuk silinder dan tidak

bercabang. Bila dibandingkan dengan sel darah merah manusia, Spirulina berukuran

100 kali lebih besar dari sel darah merah manusia. Spirulina akan membentuk warna

hijau tua bila bergabung dalam bentuk koloni yang besar. Warna hijau disebabkan

karena kandungan klorofil yang sangat tinggi didalamnya. Pada alam, spirulina tumbuh

danau dengan air bersuhu hangat serta bersifat alkali ataupun kolam dangkal pada

wilayah tropis (Tietze, 2004).

Spirulina sp. Dapat berperan sebagai sumber protein sel tunggal yang serta memiliki

nutraceutical seperti vitamin, protein, mineral, dan asam lemak tak jenuh ganda.

Plankton cyanobacterium lamentous misalnya Spirulina maxima Geitler merupakan

termasuk dalam populasi besar dalam kondisi tropis dan subtropis yang mengandung

karbonat dan bikarbonat dengan pH 11. Nitrogen yang terkandung di dalamnya berguna

untuk sintesis asam amino, yang dapat membentuk komponen seluler dan protein (Urek

& Leman, 2012).

Pada praktikum ini dilakukan ekstrak fikosianin dari Spirulina sp. Fikosianin

memiliki struktur yang terdiri dari dua sub unit α dan β yang akan membentuk

heterodimer dengan berat molekul 140-210 kDa. Fikosianin membentuk struktur

hexameric pada pH netral (Duangsee et al, 2009). Bila diamati secara morfologis bentuk

fikosianin berupa kristal tiga dimensi dengan bentuk yang mirip. Fikosianin memiliki

rantai tetraphyrroles terbuka yang berfungsi untuk menangkap radikal oksigen sehingga

bila dibandingkan dengan klorofil maupun karotenoid mampu menangkap radiasi sinar

matahari paling efisien (Romay et al, 1998). Fikosianin merupakan pigmen dengan

warna biru alami dan umumnya untuk industri makanan permen karet, jelly, dan dairy

product. Fikosianin dapat berperan sebagai antioksidan dimana kemampuannya 20 kali

lebih besar dibandingkan asam askorbat, selain itu dapat digunakan sebagai

hepatoprotektif dan anti - inflamasi. Pada umumnya, fikosianin dapat diperoleh dari

Page 10: fikosianin_Aventio Dega_13.70.0060_Kloter D_ UNIKA SOEGIJAPRANATA

9

Spirulina platensis, Synechococcus sp. IO9201, dan Aphanothece halophytica, dan

Nostoc sp (Santiago-Santos et al, 2004). Seperti layaknya pigmen lainnnya, fikosianin

mengalami kerusakan pada suhu tinggi. Larutan fikosianin warnanya akan memudar

sebesar 30% dari semula setelah penyimpanan 5 hari, serta menjadi bening kembali

setelah hari ke 15 jika berada pada suhu 35oC (Mishra et al., 2008).

Tujuan praktikum ini dilakukan adalah untuk mengekstrak pigmen fikosianin dan

membuat pewarna bubuk dari fikosianin. Pada praktikum ini digunakan bahan Spirulina

plantesis. Spirulina plantesis merupakan alga biru-hijau dengan kandungan makro serta

mikronutrien tinggi dengan protein tinggi, fikosianin, vitamin, asam lemak linoleat-

gamma, karotenoid, dan besi (Kumar et al, 2010). Colla (2005) menambahkan bahwa

spirulina platensis biasanya dalam air yang kaya akan karbonat dan pH basa hingga 11

dapat membentuk populasi besar. Jadi 2 teori ini sudah sesuai dengan teori pustaka dari

Urek & Leman (2012).

Langkah awal dalam praktikum ini adalah sebanyak 8 gram biomassa Spirulina

dimasukkan dalam Erlenmeyer kemudian dilarutkan dengan aquadestilata sebanyak 80

ml (perbandingan 1:10). Ekstraksi dengan aquadestilata ini bertujuan untuk melarutkan

fikosianin yang terkandung dalam spirulina. Karena pigmen fikosianin ini hanya larut

pada pelarut polar, maka aquades dipilih untuk melarutkan fikosianin pada spirulina

(Syah et al., 2005). Setelah tahap penambahan aquades tersebut, campuran tersebut di

aduk dengan stirrer selama kurang lebih 2 jam. Proses pengadukan ini berfungsi untuk

homogenisasi antara spirulina dengan aquades sehingga proses ekstraksi fikosianin

dapat berjalan maksimal saat itu juga (Silveira et al., 2007).

Sesudah dilakukan pengadukan kemudian disentrifugasi 5000 rpm selama 10 menit

untuk memisahkan endapan dan supernatan pada larutan tersebut dimana supernatan

yang dihasilkan merupakan cairan yang mengandung fikosianin. Silveira et al. (2007)

mengatakan bahwa proses sentrifugasi bertujuan untuk memisahkan debris sel dari

campuran dengan prinsip pengendapan serta untuk mengambil pigmen fikosianin yang

larut pada pelarut aquades yang digunakan. Selain itu fungsinya untuk memisahkan

padatan dan cairan fikosianin yang terekstrak tersebut sehingga pada tahap

Page 11: fikosianin_Aventio Dega_13.70.0060_Kloter D_ UNIKA SOEGIJAPRANATA

10

spektrofotometri ketepatan dapat dicapai. Sesudah itu masuk ke tahap spektrofotometri,

dimana supernatant dari hasil sentrifugasi diambil sebanyak 10 ml dan diencerkan

hingga 10 ml lalu diukur kadar fikosianinnya dengan OD 615 nm dan OD 652 nm.

Pengukuran fikosianin dengan spektrofotometer menggunakan prinsip rasio absorbansi

digunakan untuk mengetahui kemurnian dari fikosianin (Prabuthas et al, 2011).

Spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu

larutan dalam menyerap radiasi gelombang elektromagnetik (Ewing, 1982). Penggunaan

panjang gelombang pada praktikum ini sesuai dengan teori Silviera et al. (2007) yang

mengatakan bahwa di dalam analisa fikosianin, kadar fikosianin dapat dilakukan dengan

cara mengukur cairan bening (supernatant) hasil ekstraksi yang kemudian disentrifuse

dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 615 nm dan 652

nm. Pengukuran absorbansi ini juga digunakan untuk mengetahui larutan yang

digunakan dapat melarutkan fikosianin secara maksimal atau tidak, atau dengan kata

lain kelarutan dari fikosianin sendiri (Achmadi et al., 1992).

Sesudah dilakukan spektrofotometri, supernatant tersebut ditambahkan dengan

dekstrin dengan perbandingan supernatant : dekstrin sebesar 1:1. Penambahan dekstrin

ini bertujuan untuk mencegah kerusakan yang dapat terjadi akibat panas serta untuk

mempercepat pengeringan, sebagai pelapis komponen flavor, meningkatkan total

padatan, serta untuk ekspansi volume fikosianin yang dihasilkan (Murtala, 1999).

Dekstrin adalah polisakarida yang didapatkan dari proses hidrolisa pati dimana proses

hidrolisa ini dilakukan oleh enzim tertentu atau dengan cara penghidrolisisan dengan

asam. Warna dekstrin ini berkisar putih hingga kuning dengan sifat mudah larut dalam

air, tidak kental, lebih cepat terdispersi, dan lebih stabil jika dibandingkan dengan pati

(Reynold, 1982). Ribuat dan Hadi (1986) menambahkan fungsi dekstrin ini pada

umumnya sebagai sumber pembawa bahan pangan aktif seperti misalnya bahan flavor

dan pewarna yang mudah larut air dan juga sebagai bahan pengisi karena bila produk

dalam bentuk bubuk, dekstrin ini dapat meningkatkan beratnya. Teori ini sesuai dengan

struktur molekul dekstrin yang berbentuk spiral, dekstrin ini dapat dengan mudah

mengikat flavor (Arief, 1987).

Page 12: fikosianin_Aventio Dega_13.70.0060_Kloter D_ UNIKA SOEGIJAPRANATA

11

Proses pencampuran dilakukan dengan penuangan supernatan pada dekstrin

kemudian diaduk dengan sendok hingga tercampur rata, dituangkan ke dalam alas

pengering. Setelah kedua bahan tersebut tercampur dengan rata, maka campuran

tersebut kemudian dimasukkan dalam oven pada suhu 45oC dan dikeringkan hingga

kadar airnya mencapai 7%, dimana kadar air ini tidak perlu diukur kadar air, tetapi

cukup dengan diambil sedikit sampel dengan menggunakan spatula untuk dilihat apakah

campuran tersebut sudah kering sepenuhnya atau ada bagian campuran tersebut yang

masih menggumpal. Setelah proses pengeringan dengan oven ini selesai, maka akan

didapatkan adonan kering yang gempal. Adonan ini selanjutnya dihancurkan hingga

terbentuknya struktur powder. Desmorieux & Dacaen (2006) mengatakan bahwa,

apabila suhu pengeringan di atas 60oC, maka degradasi fikosianin akan terjadi dan

munculnya reaksi maillard. Maka dari itu, suhu yang digunakan pada pengeringan ini

adalah 45oC.

Pada hasil pengamatan Tabel 1. dapat dilihat ada 2 parameter kuantitatif berupa KF

(konsentrasi fikosianin) dan yield serta dilakukan pengamatan sensoris berupa warna.

Untuk KF tiap kelompok memiliki hasil yang berbeda-beda, dimana KF tertinggi

didapatkan kelompok D4 dengan nilai 0,211 mg/ml dan KF terendah adalah kelompok

D5 dengan nilai 0,136 mg/ml rata-rata semua kelompok memiliki range KF antara 0,18

hingga 0,20 kecuali kelompok D5. KF didasarkan pada OD yang didapatkan.

(KF) = OD615−0,474 (OD652)

5,34

Perbedaan nilai KF pada tiap kelompok disebabkan oleh OD yang berbeda. Nilai

OD dipengaruhi oleh kejernihan dari larutan. Hal ini sesuai dengan teori Fox (1991) ada

2 faktor yang mempengaruhi OD yakni konsentrasi dan kejernihan larutan. Lalu untuk

yield hasilnya sama dengan KF karena nilai yield didapatkan dari perhitungan

matematis yang melibatkan KF.

Yield = KF × Vol(total filtrat )gram(berat biomassa )

Dapat dilihat dari rumus yield tersebut bahwa KF dan yield berbanding lurus,

sehingga semakin besar KF maka yield yang dihasilkan juga akan besar. D4 memiliki

yield tertinggi dengan nilai 1,451 mg/g dan kelompok D5 memiliki yield sebesar 0,935

mg/g. Jika dilihat secara keseluruhan seharusnya semua kelompok memiliki nilai yang

Page 13: fikosianin_Aventio Dega_13.70.0060_Kloter D_ UNIKA SOEGIJAPRANATA

12

hampir sama karena bahan serta pelarut yang digunakan totalnya sama, akan tetapi

kelompok D5 memiliki hasil yang paling berbeda jauh diantara semuanya. Hal ini

disebabkan karena adanya kesalahan dalam faktor berikut ekstraksi fikosianin

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu metode ekstraksi yang dilakukan, gangguan

seluler, jenis pelarut yang digunakan dan waktu berlangsungnya proses ekstraksi

(Prabuthas et al, 2011). Untuk uji warna semua kelompok memiliki hasil yang sama

yakni sebelum dioven memiliki warna biru dan sesudah dioven memiliki warna biru

muda. Hasil ini sesuai dengan teori Mishra et al. (2008) yang menyatakan bahwa

pigmen fikosianin akan rusak pada suhu tinggi dan warnanya memudar 30%.

Pada jurnal “Extraction and Separation of Phycocyanin from Spirulina using

Aqueous Two-Phase Systems of Ionic Liquid and Salt” (Xifeng Zhang et al, 2015)

dikatakan bahwa ditemukan teknik pengekstraksian dan pemurnian fikosianin dari

ekstrak Spirulina dalam waktu singkat yang disebut Ils. Hasilnya didapatkan bahwa

fikosianin ini dapat larut sempurna dalam air sebanyak 23% dan KH2PO4 sebanyak

29%, pada pH 7 dan suhu 300C. Bahkan dengan metode ini dibawah kondisi optimalnya

dapat diekstrak fikosianin sebanyak 90,23%. Maka dari itulah metode ini cukup baik

untuk meengkstrak dan memulihkan fikosianin.

Pada jurnal “Maximising phycocyanin extraction from a newly identified

Egyptian cyanobacteria strain: Anabaena oryzae SOS13” (Salama, A et al, 2015)

dikatakan bahwa pengekstrakan fikosianin dapat dilakukan pada Anabaena oryzae

dimana pada percobaan ini dilakukan ekstraksi secara fisik (freezing thawing) maupun

enzimatis (lysozime). Hasilnya freezing thawing memberi hasil yang efektif daripada

enzimatis, dikarenakan pada ekstraksi enzimatis yang dilakukan diatas suhu 400C

dihasilkan ekstrak yang kurang baik, freezing thawing hasilnya lebih banyak dan

cenderung lebih ekonomis. Pemurnian ekstrak hasil ekstraksi dilakukan dengan

ammonium sulfat pada SDS-Page.

Pada jurnal “Effect of Hg(II) and Pb(II) Ions on C-Phycocyanin (Spirulina

platensis)” (Eteri Gelagutashvili et al, 2013) dikatakan bahwa penambahan Hg dan Pb

pada fikosianin dari Spirulina platensis diukur dengan fluorescence spectroscopy.

Page 14: fikosianin_Aventio Dega_13.70.0060_Kloter D_ UNIKA SOEGIJAPRANATA

13

Hasilnya penambahan Hg pada DNA fikosianin menunjukkan peningkatan fluorescence

dan penambahan Pb tidak menunjukkan perubahan. Tapi penambahan Hg intensitas

fluorescence mengalami penurunan seiring waktum, sedangkan Pb mengalami

penurunan juga namun tidak signifikan.

Pada jurnal “Study of Phycocyanin Production from Spirulina platensis Under

Different Light Spectra” (Alfredo Walter et al, 2011) dikatakan bahwa produksi

fikosianin dari Spirulina platensis dapat dilakukan pada pemancaran berbagai spektrum

sinar. Dimana ditemukan bahwa yang terbaik merupakan sinar merah. Pada pemancaran

akan merangsang produksi fikobilin dan meningkatkan kemurnian fikosianin sebesar

33% tapi reduksi 16% fikosianin, tapi efisiensi fotosintesis lebih tinggi dibanding

dengan cahaya normal.

Pada jurnal “BLUE LIGHT ENHANCE THE PIGMENT SYNTHESIS IN

CYANOBACTERIUM Anabaena ambigua Rao (NOSTACALES)” (Velu Vijaya et al,

2009) dikatakan bahwa cahaya dan kualitas pencahayaan merupakan faktor yang

berpengaruh besar terhadap pigmen fotosintesis pada Cyanobacteria yang dalam hal ini

Anabaena ambigua. Dimana cyanobakteri ini diberi pencahayaan warna merah, biru,

dan hijau muda dengan berbagai intensitas yang berbeda. Hasilnya respon terbaik

adalah kepada cahaya biru, dimana sintesis pigmen fotosintetik berlangsung paling

cepat diantara cahaya lain.

Page 15: fikosianin_Aventio Dega_13.70.0060_Kloter D_ UNIKA SOEGIJAPRANATA

4. KESIMPULAN

Spirulina termasuk kelompok blue green algae.

Dalam Spirulina terdapat pigmen fikosianin yang berwarna biru dan dapat digunakan

sebagai pewarna dalam industri pangan

Fikosianin memiliki kemampuan antioksidan 20 kali lebih besar daripada asam

askorbat.

Fikosianin hanya larut dalam pelarut polat, sehingga digunakan air untuk

ekstraksinya.

Sentrifugasi yang dilakukan ditujukan untuk memisahkan fikosianin dari endapan.

Pengukuran kemurnian dan serapan fikosianin dengan metode spektrofotometri.

Fikosianin memiliki panjang gelombang serapan 615 nm dan 652 nm.

Penambahan dekstrin bertujuan untuk mempercepat pengeringan dan mencegah

kerusakan terhadap panas.

Suhu pengeringan yang diatas 600C akan menyebabkan degradasi fikosianin dan

muncul reaksi maillard.

Pigmen fikosianin akan memudar 30% pada suhu tinggi.

Semarang, 24 Oktober 2015 Asisten Dosen: -Deanna Suntoro

-Ferdyanto Juwono

Aventio Dega 13.70.0060

Page 16: fikosianin_Aventio Dega_13.70.0060_Kloter D_ UNIKA SOEGIJAPRANATA

5. DAFTAR PUSTAKA

Achmadi SS, Jayadi, Tri-Panji.(2002). Produksi pigmen oleh Spirulina platensis yang ditumbuhkan pada media limbah lateks pekat.Hayati. 9(3):80-84.

Arief, M. (1987). Ilmu Meracik Obat Berdasar Teori Dan Praktek. Universitas Gajahmada Press.Yogyakarta.

Colla, L.M., C.O. Reinehr, C. Reichert, J A.V. Costa. 2007. Production of Biomass and Nutraceutical Compounds by Spirulina platensis under Different Temperature and Nitrogen Regimes. Journal of Bioresource Technology 98 : 1489–1493.

Desmorieux H. Decaen N. (2006). Convective drying of Spirulina in thin layer. Journal Of Food Engineering, 77:64-70.

Duangsee, Rachen; Natapas Phoopat; dan Suwayd Ningsanond. (2009). Phycocyanin extraction from Spirulina platensis and extract stability under various pH and temperature. Asian Journal of Food and Agro-Industry. 2009, 2(04), 819-826.

Ewing, G. W. (1982). Instrumental Methods of Chemical Analysis. Mc Grow Hill Book Company. USA.

Gelagutashvili, Eteri et al. (2013). Effect of Hg(II) and Pb(II) Ions on C-Phycocyanin (Spirulina platensis). Optics and Photonics Journal, 2013, 3, 122-127.

Hadi, S. (1986). Analisa Kuantitatif. Gramedia. Jakarta.

Kumar, Narendra; Pawan Kumar’ Surendra Singh. (2010). Immunomodulatory effect of dietary Spirulina platensis in type II collagen induced arthritis in rats. Research Journal of Pharmaceutical, Biological and Chemical Sciences RJPBCS 1(4) page 877-885.

Mishra SK, Shrivastav A, Mishra S. (2008). Effect of preservatives for food grade C-PC from Spirulina platensis. Process Biochemistry 43:339–345.

Murtala, S. S. (1999). Pengaruh Kombinasi Jenis Dan Konsentrasi Bahan Pengisi Terhadap Kualitas Bubuk Sari Buah Markisa Siul (Passiflora edulis F. Edulis). Tesis. Pasca Sarjana Universitas Bawijaya Malang.

Prabuthas, P et al. (2011). Standardization of Rapid and Economical Method for Neutraceuticals Extraction from Algae. Journal of Stored Products and Postharvest Research. India.

Page 17: fikosianin_Aventio Dega_13.70.0060_Kloter D_ UNIKA SOEGIJAPRANATA

16

Reynolds, James E.F. (1982). Martindale The Extra Pharmacopolia, Edition Twenty Eigth. The Pharmacentical Press. London.

Romay C, Armesto J, Remirez D, González R, Ledón N, García I. (1998). Antioxidant and anti-inflammatory properties of c-phycocyanin from blue-green algae. Inflammation Research.

Salama A. Et al. (2015). Maximising phycocyanin extraction from a newly identified Egyptian cyanobacteria strain: Anabaena oryzae SOS13. International Food Research Journal 22(2): 517-525 (2015).

Santiago-Santos, Ma. Carmen; Teresa Ponce-Noyola; Roxana Olvera-Ram’irez; Jaime Ortega-Lopez; Rosa Oivia Canizares-Villanueva. (2004). Extraction and purification of phycocyanin from Calothrix sp. Process Biochemistry 39 (2004) 2047–2052.

Silveira, S. T.; Burkert, J. F. M.; Costa, J. A. V.; Burkert, C. A.V.; Kalil, S. J.(2007). Bioresour.Technol., 98, 1629.

Syah et al. (2005).Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan Pangan. Bogor: Himpunan Alumni Fakultas Teknologi Pertanian IPB.

Tietze HW. (2004). Spirulina Micro Food Macro Blessing.Ed ke-4. Australia: Haralz W Tietze Publishing.

Urek, Raziye Ozturk; Leman Tarhan. (2012). The Relationship Between The Antioxidant System and Phycocyanin Production in Spirulina Maxima With Respect to Nitrate Concentration. Turk J Bot 36 (2012): 369-377.

Vijaya, Velu et al. (2009). BLUE LIGHT ENHANCE THE PIGMENT SYNTHESIS IN CYANOBACTERIUM Anabaena ambigua Rao (NOSTACALES). Centre for Advanced Studies in Botany, University of Madras, Guindy Campus, Chennai, India.

Walter, Alfredo et al. (2011). Study of Phycocyanin Production from Spirulina platensis Under Different Light Spectra. Vol.54, n. 4: pp. 675-682, July-August 2011 ISSN 1516-8913.

Zhang, Xifeng et al. (2015). Extraction and Separation of Phycocyanin from Spirulina using Aqueous Two-Phase Systems of Ionic Liquid and Salt. Journal of Food and Nutrition Research, 2015, Vol. 3, No. 1, 15-19.

Page 18: fikosianin_Aventio Dega_13.70.0060_Kloter D_ UNIKA SOEGIJAPRANATA

6. LAMPIRAN

6.1. Perhitungan

Rumus :

Konsentrasi Fikosianin / KF (mg/ml) = OD615 – 0,474 ( OD652 )

5,34 x

1

10−2

Yield (mg/g) = KF × Vol (total filtrat)g (berat biomassa)

Kelompok D1

KF = 0,1854 – 0,474 (0,1733)

5,34×

1

10−1 = 0,193 mg/ml

Yield = 0,193×55

8 = 1,327 mg/g

Kelompok D2

KF = 0,1914 – 0,474 (0,1797)

5,34×

1

10−1 = 0,199 mg/ml

Yield = 0,199×55

8 = 1,368 mg/g

Kelompok D3

KF = 0,1863 – 0,474 (0,1843)

5,34×

1

10−1 = 0,185 mg/ml

Yield = 0,185×55

8 = 1,272 mg/g

Kelompok D4

KF = 0,1980 – 0,474 (0,1803)

5,34×

1

10−1 = 0,211 mg/ml

Yield = 0, 211×55

8 = 1,451mg/g

Kelompok D5

Page 19: fikosianin_Aventio Dega_13.70.0060_Kloter D_ UNIKA SOEGIJAPRANATA

18

KF = 0,1687– 0,474 (0,2029)

5,34×

1

10−1 = 0,136 mg/ml

Yield = 0, 136×55

8 = 0,935 mg/g

6.2. Laporan Sementara

6.3. Diagram Alir

6.4. Abstrak Jurnal