Fermentasi Kecap KloterB Jong Epha Yosia 11.70.0025
-
Upload
james-gomez -
Category
Documents
-
view
61 -
download
0
Transcript of Fermentasi Kecap KloterB Jong Epha Yosia 11.70.0025
-
5/24/2018 Fermentasi Kecap KloterB Jong Epha Yosia 11.70.0025
1
Acara III
FERMENTASI SUBSTRAT PADAT
FERMENTASI KECAP
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
TEKNOLOGI FERMENTASI
Disusun oleh:
Nama : Jong Epha Yosia
NIM : 11.70.0025
Kelompok B5
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATASEMARANG
2014
-
5/24/2018 Fermentasi Kecap KloterB Jong Epha Yosia 11.70.0025
2
1
1. HASIL PENGAMATANHasil pengamatan sensori pada kecap dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Sensori Kecap
Kelompok Perlakuan Aroma Warna Kekentalan Rasa
B1 (1 kg) 0,5% Inokulum ++ + + ++
B2 (1,5 kg) 0,5% Inokulum ++ ++ + ++
B3 (2 kg) 0,75% Inokulum + ++ ++ ++
B4 (2,5 kg) 0,75% Inokulum + ++ +++ +++
B5 (2,8 kg) 1% Inokulum ++ ++ ++ +++Keterangan :
Aroma Warna Kekentalan Rasa
+++ : sangat kuat sangat hitam sangat kental sangat manis
++ : kuat hitam kental manis
+ : kurang kuat kurang hitam kurang kental kurang manis
Pada tabel 1, dapat dilihat bahwa pada pengamatan sensori ini parameter yang diuji meliputi
aroma, warna, kekentalan serta rasa dari kecap yang telah dimasak. Perlakuan penambahan
inokulum pada kelompok 1 hingga kelompok 5 secara berurutan yaitu sebanyak 0,5% dari
berat kedelai, 0,5% dari berat kedelai, 0,75% dari berat kedelai, 0,75% dari berat kedelai dan
1% dari berat kedelai. Penambahan gula jawa pada kelompok 1 hingga kelompok 5 secara
berurutan yaitu sebanyak 1 kg; 1,5 kg; 2 kg; 2,5 kg dan 2,8 kg. Untuk parameter aroma, pada
kelompok 1, 2 dan 5 didapatkan aroma yang kuat dan pada kelompok 3 dan 4 didapatkan
aroma yang kurang kuat. Untuk parameter warna, pada kelompok 1 didapatkan warna yang
kurang hitam dan pada kelompok 2 hingga 5 didapatkan warna yang hitam. Untuk parameter
kekentalan, pada kelompok 1 dan 2 didapatkan cairan yang kurang kental, pada kelompok 3
dan 5 didapatkan cairan yang kental dan pada kelompok 4 didapatkan cairan yang sangat
kental. Untuk parameter rasa, pada kelompok 1, 2 dan 3 didapatkan rasa yang manis dan pada
kelompok 4 dan 5 didapatkan rasa yang sangat manis.
-
5/24/2018 Fermentasi Kecap KloterB Jong Epha Yosia 11.70.0025
3
2
2. PEMBAHASAN
Dalam jurnal Analisis Karbohidrat, Protein, dan Lemak pada Pembuatan Kecap
Lamtoro Gung (Leucaena leucocephala) terfermentasi Aspergillus oryzae, dikatakan
bahwa kecap merupakan produk berupa cairan yang berwarna coklat gelap dan
mempunyai rasa yang asin atau manis. Kecap merupakan salah satu bumbu yang
banyak digunakan sebagai penyedap masakan (Apriyantono & Yulianawati, 2004).
Perbedaan kecap asin dan kecap manis terletak pada rasa dan kekentalannya, dimana
kecap asin memiliki rasa asin dan agak encer sedangkan kecap manis memiliki rasa
manis dan lebih kental (Astawan & Astawan, 1991). Di Indonesia, kecap manis lebih
populer dibanding kecap asin (Apriyantono & Yulianawati, 2004).
Dalam jurnal Pengaruh Konsentrasi Larutan Garam dan Waktu Fermentasi Terhadap
Kwalitas Kecap Ikan Lele, dikatakan bahwa kecap merupakan salah satu bahan
penyedap hasil fermentasi yang sering digunakan sebagai bahan pemberi rasa, berwarna
coklat gelap dan berbau tajam. Kecap digunakan sebagai flavor enhancer (pembangkit
rasa) dalam makanan seperti ayam goreng, ikan bakar, sate, soto, gado-gado, sayur dan
berbagai makanan lainnya. Di Indonesia, dikenal ada dua jenis kecap yaitu kecap asin
dan kecap manis yang lebih banyak dikonsumsi dibandingkan kecap asin.
Dalam jurnal Analisis Karbohidrat, Protein, dan Lemak pada Pembuatan Kecap
Lamtoro Gung (Leucaena leucocephala) terfermentasi Aspergillus oryzae, dikatakan
bahwa kecap dapat dibuat dengan tiga metode yaitu fermentasi, hidrolisis asam, dan
kombinasi keduanya. Dibandingkan dengan kecap yang dibuat melalui hidrolisis asam,
kecap yang dibuat melalui fermentasi biasanya memiliki aroma yang lebih baik.Menurut Astawan & Astawan (1991), pembuatan kecap di Indonesia kebanyakan
dilakukan secara tradisional dengan membiarkan kapang tumbuh secara spontan
sehingga mutu kecap yang dihasilkan berbeda-beda. Oleh karena itu, dalam praktikum
ini dilakukan pembuatan kecap manis dengan cara fermentasi untuk mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi mutu kecap yang dihasilkan.
-
5/24/2018 Fermentasi Kecap KloterB Jong Epha Yosia 11.70.0025
4
3
Bahan dasar yang digunakan untuk fermentasi kecap dalam praktikum ini adalah
kedelai kuning. Penggunaan kedelai kuning ini telah sesuai dengan Kasmidjo (1990),
yang mengatakan bahwa bahan dasar pembuatan kecap dapat dipergunakan kedelai
kuning atau hitam dalam bentuk utuh, hancur atau sudah hilang lemaknya. Didukung
oleh jurnal Kandungan Protein Kecap Manis Tanpa Fermentasi Moromi Hasil
FermentasiRhizopus oryzaedanR. Oligosporus, yang mengatakan bahwa bahan baku
pembuatan kecap adalah kedelai hitam, tetapi tidak menutup kemungkinan kecap dibuat
dari kedelai kuning. Selain kedelai, kecap juga dapat dibuat dari jenis kacang lainnya
(Rahman, 1992). Namun dalam jurnal Kandungan Protein Kecap Manis Tanpa
Fermentasi Moromi Hasil Fermentasi Rhizopus oryzaedan R. Oligosporus, dikatakan
bahwa kedelai lebih dipilih untuk pembuatan kecap karena kedelai mengandung protein
tertinggi dibandingkan kacang-kacangan lain yaitu sekitar 40%.
Dalam jurnal Kandungan Protein Kecap Manis Tanpa Fermentasi Moromi Hasil
Fermentasi Rhizopus oryzaedan R. Oligosporus, dikatakan bahwa proses fermentasi
kecap terdiri dari 2 tahap yaitu fermentasi padat (fermentasi koji/tempe) dan fermentasi
cair (fermentasi moromi). Sebelum mengalami proses fermentasi, kedelai harus diberi
perlakuan pendahuluan untuk memudahkan terjadinya proses fermentasi. Kedelai yang
akan digunakan untuk fermentasi harus direndam dalam air selama satu malam.
Menurut Santoso (1994), perendaman kedelai ini dimaksudkan untuk membersihkan
kedelai dari kotorankotoran yang masih melekat maupun tercampur dengan biji
kedelai. Kasmidjo (1990), mengatakan bahwa perendaman memberikan kesempatan
pada kedelai untuk menyerap air (hidrasi) sehingga akan mempermudah untuk
menghilangkan kulit. Dan Tortora et al(1995), mengatakan bahwa dengan hidrasi air ke
dalam biji selama perendaman, waktu yang dibutuhkan untuk memasak kedelai akanmenjadi lebih pendek karena kedelai tersebut akan mudah lunak akibat perlakuan
perendaman.
Kedelai yang telah direndam kemudian direbus dan ditiriskan. Tujuan perebusan kedelai
menurut Peppler & Perlman (1979), adalah untuk melunakkan biji kedelai, merusak
protein inhibitor, menginaktifkan zat-zat antinutrisi dan menghilangkan bau langu serta
membunuh bakteri yang ada di permukaan kedelai. Kedelai yang lunak dan hanya
-
5/24/2018 Fermentasi Kecap KloterB Jong Epha Yosia 11.70.0025
5
4
memiliki sedikit bakteri pada permukaannya akan memudahkan untuk pertumbuhan
kapang pada tahap fermentasi koji. Hal ini sesuai dengan Atlas (1984), yang
mengatakan bahwa kondisi yang agak lembab yang berasal dari air yang terserap dalam
kedelai menyebabkan jamur tumbuh pada permukaan kedelai dan mengakumulasikan
beberapa enzim termasuk proteinase dan amilase. Aktivitas enzim-enzim tersebut
menjadi dasar bahwa kedelai telah mengalami fermentasi awal oleh jamur. Selain itu,
dengan adanya proses perebusan, mutu kecap yang dihasilkan lebih baik karena tidak
berbau langu dan zat antinutrisi telah dihilangkan. Menurut Santoso (1994), tujuan
penirisan kedelai yang telah direbus adalah menurunkan suhu kedelai sehingga bibit
jamur yang diberikan tidak mati karena suhu kedelai yang masih panas. Selain itu
menurut Atlas (1984), kedelai perlu ditiriskan untuk mengurangi kadar air sebab bila
kadar air terlalu tinggi akan menyebabkan kontaminasi oleh bakteri pembusuk (Bacillus
subtilis) yang ditandai timbulnya lendir di permukaan biji.
Menurut Astawan & Astawan (1991), pembuatan kecap dimulai dengan pencucian
kacang kedelai dan perendaman dalam 3 liter air untuk tiap kilogram selama 1 malam.
Kemudian kedelai direbus sampai kulit kedelai menjadi lunak, lalu ditiriskan di atas
tampah. Metode yang digunakan untuk mempersiapkan kedelai dalam praktikum ini
telah sesuai dengan teori tersebut. Namun dalam perendaman kedelai, praktikan tidak
memperhitungkan jumlah air yang digunakan secara tepat. Air yang digunakan untuk
merendam hanya diperkirakan hingga semua kedelai terendam sepenuhnya.
Kedelai yang telah diberi perlakuan pendahuluan kemudian dilanjutkan ke fase
fermentasi koji. Pada tahap fermentasi koji, sebanyak 500 gr kedelai diratakan di atas
tampah yang telah dilapisi dengan daun pisang dan ditambah inokulum komersial tempedengan 3 perlakuan yang berbeda yaitu 0,5% inokulum komersial tempe (kelompok B1
dan B2), 0,75% inokulum komersial tempe (kelompok B3 dan B4), dan 1% inokulum
komersial tempe (kelompok B5). Penggunaan inokulum komersial tempe dalam
fermentasi koji ini telah sesuai dengan teori Rahman (1992), yang mengatakan bahwa
dalam beberapa industri kecap skala kecil di Indonesia biasa digunakan ragi tempe
sebagai inokulum. Menurut Margono et al (1993), penambahan jamur tempe dalam
pembuatan kecap adalah 3 gram dalam 1 kg kedelai atau 0,3%. Dalam jurnal Effect of
-
5/24/2018 Fermentasi Kecap KloterB Jong Epha Yosia 11.70.0025
6
5
temperature on moromi fermentation of soy sauce with intermittent aeration, dikatakan
bahwa pembuatan koji kecap menggunakan inokulum A. oryzae dalam bentuk bubuk
sebanyak 0.1% dari kedelai yang telah direbus. Dan menurut Apriyantono &
Yulianawati (2004), pada fermentasi koji diinokulasikan 0,5% Aspergilus soyae dari
berat basah kedelai rebus. Hal ini berarti penambahan ragi tempe yang dilakukan dalam
pembuatan kecap saat praktikum terlalu banyak dari yang seharusnya.
Gambar 1. Perataan kedelai di tampah Gambar 2. Penambahan inokulum tempe
Rahman (1992), mengatakan bahwa pada ragi tempe terkandung Rhizopus oryzae dan
Rhizopus oligosporus dengan perbandingan 1:2. Dengan demikian penggunaan ragi
tempe ini juga telah sesuai dengan teori Septiani et al(2004), yang mengatakan bahwa
kapang yang berperan dalam proses fermentasi kecap yaituAspergillus oryzae,A. niger
dan Rhizopus sp. Kedelai yang telah ditambah ragi kemudian diaduk menggunakan
tangan hingga ragi tersebar rata. Tampah berisi kedelai dan ragi kemudian ditutup
dengan tampah yang lain dan dibiarkan di suhu ruang selama 2 hari. Lama fermentasi
koji dalam praktikum ini kurang sesuai dengan jurnal Kandungan Protein Kecap Manis
Tanpa Fermentasi Moromi Hasil Fermentasi Rhizopus oryzae dan R. Oligosporus,
yang mengatakan bahwa fermentasi padat memerlukan waktu selama 3-5 hari.
Gambar 3. Perataan ragi dan kedelai Gambar 4. Penutupan tampah
-
5/24/2018 Fermentasi Kecap KloterB Jong Epha Yosia 11.70.0025
7
6
Gambar 5. Fermentasi koji
Pada fermentasi koji, kapang akan tumbuh pada permukaan kedelai dan mengeluarkan
beberapa enzim yang dapat memecah substrat menjadi senyawa-senyawa yang terlarut.
Enzim-enzim tersebut antara lain amilase, invertase, protease, aminopeptidase, karboksi
peptidase dan glutaminase. Enzim protease menghidrolisis protein kompleks yang tidak
larut menjadi polipeptida dan oligopeptida. Enzim protease kemudian menghidrolisis
polipeptida dan oligopeptida menjadi asam-asam amino. Pati dihidrolisis menjadi
disakarida dan monosakarida oleh amilase dan invertase. Selama proses fermentasi akan
terjadi kenaikan nitrogen terlarut, asam amino, ammonia, nilai pH, dan suhu (Septiani et
al, 2004).
Setelah 2 hari, kapang akan tumbuh dan membentuk miselia berwarna putih yang
menyelimuti kedelai membentuk tempe. Kedelai yang telah ditumbuhi kapang (tempe)
kemudian dipotong kecil-kecil lalu dikeringkan di dehumidifier selama 30 menit.
Menurut Rahayu et al (1993), proses pengeringan ini bertujuan untuk menghilangkan
kapang yang melekat pada permukaan substrat. Kapang tersebut dihilangkan karena
sudah tidak digunakan lagi pada tahap berikutnya. Peppler & Perlman (1979),
menambahkan bahwa proses pengeringan juga menurunkan kadar air dari kedelai
sehingga kemungkinan jamur yang belum mati oleh panas akan lambat laun terhambat
pertumbuhannya karena jamur tidak dapat tumbuh tanpa air.
-
5/24/2018 Fermentasi Kecap KloterB Jong Epha Yosia 11.70.0025
8/
7
Gambar 6. Tempe Gambar 7. Pemotongan tempe
Setelah fermentasi kapang, langkah selanjutnya adalah fermentasi moromi dalam
larutan garam. Pada tahap fermentasi moromi, kedelai yang telah dikeringkan kemudian
direndam dalam larutan garam 20% dan diinkubasi selama 1 minggu. Penggunaan
larutan garam 20% ini telah sesuai dengan Septiani et al (2004), yang mengatakan
bahwa pada umumnya fermentasi moromi dilakukan dalam larutan garam 20%. Larutan
garam berfungsi sebagai bahan pengawet. Garam dalam jumlah yang tinggi akan
melindungi kedelai dari pencemaran oleh lalat, serangan belatung, dan pembusukkan
oleh bakteri pembusuk (Astawan & Astawan, 1991). Perendaman dalam larutan garam
ini juga berfungsi sebagai penyeleksi kegiatan mikrobia. Pada fermentasi moromi,bakteri dan khamir yang dapat tumbuh hanyalah jenis yang toleran terhadap konsentrasi
garam tinggi seperti Lactobacillus delbrueckii, Hansenula sp., Pseudomonas soyae,
Zygosaccharomyces soyae,Z. major, dan Saccharomyces rouxii(Septiani et al, 2004).
Gambar 8. Fermentasi moromi Gambar 9. Pengadukan di bawah sinar matahari
-
5/24/2018 Fermentasi Kecap KloterB Jong Epha Yosia 11.70.0025
9/
8
Dalam jurnal Effect of temperature on moromi fermentation of soy sauce with
intermittent aeration, dikatakan bahwa fermentasi moromi dilakukan dalam sebuah
tangki tertutup yang disimpan dibawah sinar matahari selama 3-4 bulan. Dalam
praktikum, perendaman dalam larutan garam dilakukan dalam toples tertutup dimana
setiap harinya dilakukan pengadukan dan penjemuran di sinar matahari selama 30
menit. Menurut Tortora et al(1995), pengadukan dilakukan dengan tujuan agar larutan
garam dapat homogen menyentuh permukaan substrat dan memberikan udara untuk
merangsang pertumbuhan khamir dan bakteri. Dalam jurnal Effect of temperature on
moromi fermentation of soy sauce with intermittent aeration, dikatakan bahwa
pemberian udara saat pengadukan ini juga bermanfaat untuk mempercepat proses
pematangan flavor kecap. Namun dalam praktikum fermentasi tidak dilakukan selama 3
sampai 4 bulan namun hanya 1 minggu. Hal ini dikarenakan terbatasnya waktu
praktikum yang ada.
Selama proses fermentasi moromi, terjadi proses perubahan warna larutan kecap yang
disebabkan oleh reaksi browningantara gula reduksi dengan gugus amino dari protein
(Astawan dan Astawan, 1991). Dalam jurnal Effect of temperature on moromi
fermentation of soy sauce with intermittent aeration, dikatakan bahwa dalam proses
moromi terjadi pengubahan gula sederhana dari fermentasi koji menjadi asam laktat dan
asam asetat oleh Pediococcus halophilus, Zygosaccharomyces rouxii dan Candida sp,
yang ada secara alami dalam lingkungan, akan mengubah sisa gula menjadi etanol dan
komponen flavor seperti 4-ethylguaiacol.
Setelah proses fermentasi moromi, dilakukan penyaringan dengan menggunakan kain
saring untuk mendapatkan filtrat dari kecap untuk kemudian dapat dimasak. Sebanyak250 ml filtrat hasil fermentasi moromi kemudian dimasak menjadi kecap dengan
ditambah 750 ml air dan tambahan bumbu-bumbu seperti gula jawa, 20 gram kayu
manis, 3 gram ketumbar, 1 buah bunga pekak dan 1 ruas laos. Penambahan gula jawa
pada kelompok 1 hingga kelompok 5 secara berurutan yaitu sebanyak 1 kg; 1,5 kg; 2
kg; 2,5 kg dan 2,8 kg.
-
5/24/2018 Fermentasi Kecap KloterB Jong Epha Yosia 11.70.0025
1
9
Gambar 10. Penyaringan kecap Gambar 11. Pemasakan kecap dengan gula jawa
Gambar 12. Penambahan bumbu-bumbu
Kecap yang telah matang kemudian diuji secara sensoris. Pada pengamatan sensori ini
parameter yang diuji meliputi aroma, warna, kekentalan serta rasa dari kecap yang telah
dimasak. Untuk parameter aroma, pada kelompok 1, 2 dan 5 didapatkan aroma yang
kuat dan pada kelompok 3 dan 4 didapatkan aroma yang kurang kuat. Menurut Astawan
& Astawan (1991), bau spesifik kecap ditentukan oleh jenis bumbu yang berperan
dalam menimbulkan bau dan cita rasa yang spesifik pada kecap. Hal ini berarti bumbu
yang digunakan dalam pembuatan kecap sangat mempengaruhi aroma kecap yang
dihasilkan.
Untuk parameter rasa, pada kelompok 1, 2 dan 3 didapatkan rasa yang manis dan pada
kelompok 4 dan 5 didapatkan rasa yang sangat manis. Hasil ini telah sesuai dengan
Kasmidjo (1990), yang mengatakan bahwa flavor spesifik kecap ditentukan oleh jenis
bumbu yang dipergunakan, khususnya gula merah. Semakin banyak gula jawa yang
digunakan, rasa kecap juga akan semakin manis. Margono et al (1993), mengatakan
bahwa setiap satu liter filtrat membutuhkan 2 kg gula kelapa untuk kecap manis
-
5/24/2018 Fermentasi Kecap KloterB Jong Epha Yosia 11.70.0025
1
10
(perbandingan filtrat dan gula kelapa adalah 1:2), sedangkan untuk kecap asin, setiap
satu liter filtrat membutuhkan gula jawa 2,5 ons (250 gram).
Untuk parameter warna, pada kelompok 1 didapatkan warna yang kurang hitam dan
pada kelompok 2 hingga 5 didapatkan warna yang hitam. Untuk parameter kekentalan,
pada kelompok 1 dan 2 didapatkan cairan yang kurang kental, pada kelompok 3 dan 5
didapatkan cairan yang kental dan pada kelompok 4 didapatkan cairan yang sangat
kental. Menurut Kasmidjo (1990), selain mempengaruhi rasa, penggunaan gula jawa
juga mempengaruhi kekentalan dan warna kecap yang dihasilkan. Penambahan gula
jawa atau gula kelapa mengakibatkan warna coklat karamel dan viskositasnya naik.
Hasil pengamatan yang diperoleh telah sesuai dengan teori yang ada tersebut, dimana
semakin banyak gula jawa yang digunakan, warna kecap akan semakin hitam dan
semakin kental. Tetapi untuk parameter kekentalan, kecap kelompok 4 memiliki
kekentalan yang lebih tinggi dibanding kecap kelompok 5 padahal seharusnya kecap
kelompok 5 memiliki kekentalan yang lebih tinggi dibanding kecap kelompok 4 karena
gula jawa yang digunakan kelompok 5 lebih banyak dibanding gula jawa yang
digunakan kelompok 4. Hal ini dapat terjadi karena lama waktu pemasakan kelompok 4
yang lebih lama dibandingkan lama waktu pemasakan kelompok 5 sehingga kecap
kelompok 4 memiliki kekentalan yang lebih tinggi karena air yang teruapkan lebih
banyak.
Hasil sensoris ini menunjukan bahwa perbedaan jumlah ragi yang ditambahkan tidak
memberikan pengaruh terhadap hasil akhir kecap. Hasil akhir kecap lebih dipengaruhi
oleh bumbu yang digunakan. Hal ini sesuai dengan Noviyanthi (2003), yang
mengatakan bahwa dosis starter dan komposisi kapang campuran tidak berpengaruhnyata terhadap nilai pH, kandungan protein kasar (metode Kjeldahl), kadar Nitrogen
dengan cara titrasi dan analisa organoleptik (uji bedonik warna, rasa, aroma dan rasa
gurih) produk kecap.
-
5/24/2018 Fermentasi Kecap KloterB Jong Epha Yosia 11.70.0025
1
11
Gambar 13. Sensori kecap (B1B5)
Selain bumbu dan gula merah, beberapa komponen yang memberi kontribusi pada rasa,
aroma, warna, dan kekentalan kecap antara lain:
Komponen aroma dan flavor dalam kecap ditentukan oleh komponen nitrogenpendukung yaitu kadaverin, putresin, arginin, histidin dan amonia. Bila membentuk
senyawa garam dengan asam glutamat akan menyebabkan flavor yang enak.
Demikian pula arginin, histidin, lisin, putresin dengan asam suksinat juga dapat
menyebabkan flavor yang enak. Sedangkan semua garam-garam dari tiramin dan
kholin berasa pahit, demikian juga garam-garam dari asam laktat, format, fosfat dan
asetat (Astawan & Astawan, 1991).
Asam laktat dan asam suksinat dapat menyebabkan rasa yang sedap pada kecap.Tetapi rasa kecap lebih dipengaruhi oleh kandungan protein dan lemak. Asam
glutamat merupakan protein yang paling berkontribusi dalam pembentukan rasa
pada kecap (Septiani et al, 2004).
Warna kecap dipengaruhi oleh lama fermentasi. Semakin lama fermentasi kojitempe, maka warna kedelai terfermentasi semakin coklat sehingga kecap semakin
coklat (Septiani et al, 2004).
Fermentasi moromi pada suhu 45C lebih baik daripada fermentasi suhu ruangkarena dapat mempercepat pematangan kecap, menghasilkan kecap dengan kadar
etanol yang rendah serta memberikan warna yang lebih coklat (Wu et al, 2010),.
Dalam jurnal New Model for Flavour Quality Evaluation of Soy Sauce, dikatakan
bahwa indikator penting dari penilaian kualitas kecap yaitu komponen flavor, asam
amino dan asam organik. Flavor kecap mulai dihasilkan selama proses fermentasi
-
5/24/2018 Fermentasi Kecap KloterB Jong Epha Yosia 11.70.0025
1
12
berlangsung. Dan metode evaluasi sensori merupakan metode yang sering digunakan
untuk pengujian flavor dari kecap ini. Dan dalam jurnal Flavor and Taste Compounds
Analysis in Chinese Solid Fermented Soy Sauce, dikatakan bahwa selain berpengaruh
terhadap nilai nutrisi kecap, asam amino juga berkontribusi secara langsung terhadap
rasa.
-
5/24/2018 Fermentasi Kecap KloterB Jong Epha Yosia 11.70.0025
1
13
3. KESIMPULAN
Kecap dapat dibuat dengan tiga metode yaitu fermentasi, hidrolisis asam dankombinasi keduanya.
Dibandingkan dengan kecap yang dibuat secara hidrolisis asam, kecap yangdibuat dengan cara fermentasi biasanya memiliki aroma yang lebih baik.
Bahan dasar pembuatan kecap dapat dipergunakan kedelai kuning atau hitam. Proses fermentasi kecap terdiri dari 2 tahap yaitu fermentasi padat (fermentasi
koji/tempe) dan fermentasi cair (fermentasi moromi).
Perendaman kedelai dimaksudkan untuk membersihkan kedelai dari kotorankotoran yang masih melekat maupun tercampur dengan biji kedelai.
Perendaman memberikan kesempatan pada kedelai untuk menyerap air (hidrasi)sehingga akan mempermudah untuk menghilangkan kulit.
Tujuan perebusan kedelai adalah merusak protein inhibitor, menginaktifkan zat-zat antinutrisi dan menghilangkan bau langu serta membunuh bakteri yang ada
di permukaan kedelai.
Tujuan penirisan kedelai yang telah direbus adalah menurunkan suhu kedelaisehingga bibit jamur yang diberikan tidak mati karena suhu kedelai yang masih
panas.
Kapang yang berperan dalam fermentasi kecap, antara lain Aspergillus oryzae,A. nigerdanRhizopussp.
Fermentasi padat memerlukan waktu selama 3-5 hari. Proses pengeringan bertujuan untuk menghilangkan kapang yang melekat pada
permukaan substrat.
Fermentasi moromi dilakukan pada larutan garam 20%. Larutan garam berfungsi sebagai bahan pengawet dan sebagai penyeleksi
kegiatan mikrobia.
Fermentasi moromi dilakukan dalam sebuah tangki tertutup yang disimpandibawah sinar matahari selama 3-4 bulan.
-
5/24/2018 Fermentasi Kecap KloterB Jong Epha Yosia 11.70.0025
1
14
Pengadukan dilakukan dengan tujuan agar larutan garam dapat homogenmenyentuh permukaan substrat dan memberikan udara untuk merangsang
pertumbuhan khamir dan bakteri,juga bermanfaat untuk mempercepat prosespematangan flavor kecap.
Selama proses fermentasi moromi, terjadi proses perubahan warna larutan kecapyang disebabkan oleh reaksi browningantara gula reduksi dengan gugus amino
dari protein.
Bau spesifik kecap ditentukan oleh jenis bumbu yang berperan dalammenimbulkan bau dan cita rasa yang spesifik pada kecap.
Semakin banyak gula jawa yang digunakan, rasa kecap juga akan semakinmanis.
Penambahan gula jawa atau gula kelapa mengakibatkan warna coklat karameldan viskositasnya naik.
Perbedaan jumlah ragi yang ditambahkan tidak memberikan pengaruh terhadaphasil akhir kecap.
Semarang, 7 Juni 2014
Praktikan Asisten Dosen
Katharina Nerissa
Jong Epha Yosia
11.70.0025
-
5/24/2018 Fermentasi Kecap KloterB Jong Epha Yosia 11.70.0025
1
15
4. DAFTAR PUSTAKA
Apriyantono, Anton & Yulianawati, Gono Dewi. (2004). Perubahan Komponen Volatil
Selama Fermentasi Kecap. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan Vol XV No 2 hal 100-112.
Astawan, M & Astawan.W.M. (1991). Teknologi Pengolahan Pangan Nabati Tepat
Guna. Akademika Pressindo. Jakarta.
Atlas, R. M. (1984). Microbiology Fundamental and Application. Collier Mcmillan Inc.
New York.
Feng, J; X. Zhan, Z. Zheng; D. Wang; L. Zhang & C. Lin. (2013). New Model forFlavour Quality Evaluation of Soy Sauce. Czech J. Food Sci. Vol. 31, 2013, No. 3:
292305.
Kasmidjo, R.B. (1990). Tempe Mikrobiologi dan Biokimia Pengolahan serta
Pemanfaatannya. PAU Pangan dan Gizi UGM. Yogyakata.
Kurniawan, Ronny. (2008). Pengaruh Konsentrasi Larutan Garam dan Waktu
Fermentasi Terhadap Kwalitas Kecap Ikan Lele. Jurnal Teknik KimiaVol.2,No.2 April
2008.
Margono, Tri; Detty Suryati; Sri Hartinah. (1993). Buku Panduan Teknologi Pangan.
Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI. Jakarta.
Noviyanthi. (2003). Kajian Pembuatan lnokulum Kapang Untuk Produksi Kecap.
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/21838/F03nov_abstract.pdf?seq
uence=1
Peppler, H.J. & Perlman, D. (1979). Microbial Technology, fermentation Technology.
Academic Press. San Fransisco.
Purwoko, Tjahjadi & Handajani, Noor Soesanti. (2007). Kandungan Protein Kecap
Manis Tanpa Fermentasi Moromi Hasil Fermentasi Rhizopus oryzae dan R.
Oligosporus. Biodiversitas Volume 8, Nomor 2 , halaman: 223-227.
Rahayu, E. S.; Utami, E. Haryati. (1993). Bahan Pangan Hasil Fermentasi. PAU Pangan
dan Gizi. UGM. Yogyakarta.
Rahman,A. (1992). Teknologi Fermentasi. Arcan. Jakarta.
-
5/24/2018 Fermentasi Kecap KloterB Jong Epha Yosia 11.70.0025
1
16
Santoso, H.B. (1994). Kecap dan Tauco Kedelai. Kanisius. Yogyakarta.
Septiani, Yona; Tjahjadi Purwoko; Artini Pangastuti. (2004). Kadar Karbohidrat,
Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe. Bioteknologi 1 (2) hal 48-53.
Suranto et al. (2005). Analisis Karbohidrat, Protein, dan Lemak pada Pembuatan Kecap
Lamtoro Gung (Leucaena leucocephala) terfermentasiAspergillus oryzae. Bioteknologi
2 (1): 14-20, Mei 2005, ISSN: 0216-6887.
Tortora, G.J., R. Funke & C.L. Case. (1995). Microbiology. The Benjamin / Cummings
Publishing Company, Inc. USA.
Wu, Ta Yeong; Mun Seng Kan; Lee Fong Siow; Lithnes Kalaivani Palniandy. (2010).
Effect of temperature on moromi fermentation of soy sauce with intermittent aeration.African Journal of Biotechnology Vol. 9(5), pp. 702-706.
Yanfang, Zhang and Tao Wenyi. (2009). Flavor and Taste Compounds Analysis in
Chinese Solid Fermented Soy Sauce.African Journal of Biotechnology Vol. 8 (4), pp.
673-681.
-
5/24/2018 Fermentasi Kecap KloterB Jong Epha Yosia 11.70.0025
1
17
5. LAMPIRAN
5.1. Report Viper
5.2. Jurnal
5.3. Laporan Sementara