Family Folder Hipertensi Anty

18
Laporan Kasus Hipertensi dengan Pendekatan Dokter Keluarga Puskesmas Kelurahan Grogol I Julianti Dewisarty Ranyabar/102011167 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Pendahuluan 1. Latar belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit non infeksi yang masih banyak diderita oleh masyarakat luas. Baik dari social ekonomi tinggi maupun yang rendah. Hipertensi juga merupakan penyakit keturunan sehingga sulit pula membasminya walaupun telah diketemukan berbagai obat untuk mengontrol tekanan darah penderita. Selain itu, banyak komplikasi yang dihasilkan dari suatu keadaan hipertensi, antara lain gangguan penglihatan, gangguan saraf, gagal jantung, gangguan fungsi ginjal, gangguan serebral (otak), yang mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga koma. Sebelum bertambah parah dan terjadi komplikasi serius seperti gagal ginjal, serangan jantung, stroke. Mencegah lebih baik dari pada mengobati. Angka kejadian hipertensi masih memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Berangkat dari latar belakang bahaya dan banyaknya angka kejadian hipertensi di Indonesia ini,maka

description

Hipertensi blok 26

Transcript of Family Folder Hipertensi Anty

Laporan Kasus Hipertensi dengan Pendekatan Dokter KeluargaPuskesmas Kelurahan Grogol IJulianti Dewisarty Ranyabar/102011167Fakultas KedokteranUniversitas Kristen Krida Wacana

Pendahuluan1. Latar belakangHipertensi merupakan salah satu penyakit non infeksi yang masih banyak diderita oleh masyarakat luas. Baik dari social ekonomi tinggi maupun yang rendah. Hipertensi juga merupakan penyakit keturunan sehingga sulit pula membasminya walaupun telah diketemukan berbagai obat untuk mengontrol tekanan darah penderita. Selain itu, banyak komplikasi yang dihasilkan dari suatu keadaan hipertensi, antara lain gangguan penglihatan, gangguan saraf, gagal jantung, gangguan fungsi ginjal, gangguan serebral (otak), yang mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga koma. Sebelum bertambah parah dan terjadi komplikasi serius seperti gagal ginjal, serangan jantung, stroke. Mencegah lebih baik dari pada mengobati. Angka kejadian hipertensi masih memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Berangkat dari latar belakang bahaya dan banyaknya angka kejadian hipertensi di Indonesia ini,maka diperlukan pengetahuan lebih lanjut mengenai hipertensi dilihat dari sisi kesehatan masyarakat. Hipertensi memiliki banyak komplikasi apabila tidak tertangani dengan baik. Yang menjadi permasalahan ialah adakah hubungan dari pola hidup keluarga dengan kesehatan pasien hipertensi dipantau dari sisi kedokteran keluarga. Dengan melakukan kegiatan kunjungan langsung kepada pasien puskesmas, diharapkan dapat menambah wawasan mengenai hipertensi yang ada pada kasus di lapangan. Kasus di lapangan dapat saja memiliki variasi dan sedikit berbeda dengan teori yang ada, namun dengan sedikit dasar, penanganan terhadap hipertensi ini tidak lagi asing dan diharapkan dapat menurunkan prevalensi hipertensi yang semakin meningkat. Dengan mengetahui kejadian hipertensi di lapangan, diharapkan menambah pengetahuan yang lebih baik mengenai hipertensi ditinjau dari sisi kemasyarakatannya. 1.2 Masalah Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah mengenai penyakit Hipertensi, yang umumnya terjadi pada usia dewasa. Belakangan penderita Hipertensi didalam masyarakat meningkat karena faktor pola hidup yang makin memburuk, misalnya saja kurangnya berolahraga, makan makanan atau minum minuman yang tidak sehat (asin dan berlemak) dan sebagainya.

1.3 TujuanDengan melakukan kegiatan kunjungan langsung kepada pasien puskesmas, diharapkan dapat menambah wawasan mengenai Hipertensi yang ada pada kasus di lapangan. Kasus di lapangan dapat saja memiliki variasi dan sedikit berbeda dengan teori yang ada, namun dengan sedikit dasar, pencegahan dan penanganan terhadap Hipertensiini tidak lagi asing. Dengan mengetahui kejadian Hipertensi di lapangan, diharapkan menambah pengetahuan yang lebih baik mengenai Hipertensi ditinjau dari sisi kemasyarakatannya.

1.4 Sasaran Sasaran yang kita tuju adalah pasien yang merupakan penderita Hipertensi, dan juga sekelompok masyarakat atau komunitas yang harus kita berikan edukasi guna mencegah peningkatan penderita penyakit Hipertensi.1.2 TujuanKunjungan keluarga pasien dengan pedekatan kedokteran keluarga dibuat :1. Untuk dapat melihat sendiri kondisi dan situasi yang dialami pasien2. Untuk memberi penyuluhan kesehatan dan kesadaran kepada pasien tentang penyakit yang diderita.

Klasifikasi HipertensiMenurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat I, dan derajat II.1

Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 7KlasifikasiTekanan DarahTDS (mmHg)TDD (mmHg)

Normal< 120< 80

Prahipertensi120 13980 89

Hipertensi derajat 1140 15990 99

Hipertensi derajat 2>160>100

Etiologi dan Patofisiologi EtiologiPada 90-95% orang mengalami peningkatan tekanan darah (hipertensi esensial) yang sebabnya tidak diketahui yang ditingkatkan oleh gaya hidup yang kurang aktif, merokok, berat badan berlebih, diet tinggi lemak, konsumsi alcohol dan stress.1Pada 5-10% orang (hipertensi sekunder) mempunyai penyakit lain yang mendasari menyebabkan tingginya tekanan darah dan memerlukan pengobatan segera.2Terdapat faktor-faktor risiko yang berperan dalam hipertensi. Faktor resiko yang dapat diubah dan tidak dapat diubah.

Faktor Faktor yang dapat diubah termasuk gaya hidup, antara lain :MerokokKurang aktivitas fisikKelebihan berat badanDiet tinggi lemakAsupan garam berlebihKonsumsi alcohol berlebih

Faktor Faktor yang tidak dapat diubah, antara lain :Riwayat keluarga dengan hipertensiUsia > 45 tahun pada pria dan >55 tahun pada wanitaEtnik / suku bangsa

PatofisiologiPengaturan Tekanan DarahTekanan darah ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu Curah jantung Hasil kali antara frekuensi denyut jantung dengan isi sekuncup, sedangkan isi sekuncup ditentukan oleh aliran balik vena dan kekuatan kontraksi miokard. Resistensi vascularResistensi perifer ditentukan oleh tonus otot polos pembuluh darah, elastisitas dinding pembuluh darah dan viskositas darah.Semua parameter di atas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sistem saraf simpatis dan parasimpatis., sistem rennin-angiotensin-aldosteron (SRAA) dan faktor lokal berupa bahan-bahan vasoaktif yang diproduksi oleh sel endotel pembuluh darah.3Sistem saraf simpatis bersifat presif yaitu cenderung meningkatkan tekanan darah dengan : Meningkatkan frekuensi denyut jantung, Memperkuat kontraktilitas miokard Meningkatkan resistensi pembuluh darah Sistem saraf parasimpatis bersifat depresif, yaitu menurunkan tekanan darah dengan :Menurunkan frekuensi denyut jantung. SRAA juga bersifat presif berdasarkan efek vasokonstriksi angiotensin II dan perangsangan aldosteron yang menyebabkan retensi air dan natrium di ginjal sehingga meningkatkan volume darah. Selain itu terdapat sinergisme antara sistem simpatis dan SRAA yang saling memperkuat efek masing-masing.3Sel endotel pembuluh darah memproduksi berbagai bahan vasoaktif yang sebagiannya bersifat vasokonstriktor seperti Endotelin, tromboksan, A2 dan angiotensin II lokal, dan sebagian lagi bersifat vasodilator seperti endothelium-derived relaxing factor yang dikenal dengan nitric oxide (NO) dan prostasiklin (PG12). Selain itu jantung, terutama atrium kanan memproduksi hormone yang disebut atriopeptin (atrial natriuretic peptide, ANP) yang bersifat diuretic, natriuretik, dan vasodilator yang cenderung menurunkan tekanan darah.3Mekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan satu penyebab khusus, melainkan sebagai akibat interaksi dinamis antara faktor genetik, lingkungan dan faktor lainnya. Tekanan darah dirumuskan sebagai perkalian antara curah jantung dan atau tekanan perifer yang akan meningkatkan tekanan darah. Retensi sodium, turunnya filtrasi ginjal, meningkatnya rangsangan saraf simpatis, meningkatnya aktifitas renin angiotensin alosteron, perubahan membran sel, hiperinsulinemia, disfungsi endotel merupakan beberapa faktor yang terlibat dalam mekanisme hipertensi.4,5Mekanisme patofisiologi hipertensi salah satunya dipengaruhi oleh sistem renin angiotensin aldosteron, dimana hampir semua golongan obat anti hipertensi bekerja dengan mempengaruhi sistem tersebut. Renin angiotensin aldosteron adalah sistem endogen komplek yang berkaitan dengan pengaturan tekanan darah arteri. Aktivasi dan regulasi sistem renin angiotensin aldosterouran Tekanan Darah diatur terutama oleh ginjal. Sistem renin angiotensi aldosteron mengatur keseimbangan cairan, natrium dan kalium. Sistem ini secara signifikan berpengaruh pada aliran pembuluh darah dan aktivasi sistem saraf simpatik serta homeostatik regulasi tekanan darah (Dipiro, 2005).42.3.2 Tanda dan GejalaPeningkatan tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala pada hipertensi esensial dan tergantung dari tinggi rendahnya tekanan darah, gejala yang timbul dapat berbeda-beda. Kadang-kadang hipertensi esensial berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung (Julius, 2008). Sebagian besar manifestasi klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun, dan berupa : Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranium Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler 1,4

Pemeriksaan FisikPada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dikedua lengan. mencari kerusakan organ sasaran (retinopati, gangguan neurologi, payah jantung kongestif, diseksiaorta).Palpasi denyut nadi, auskultasi untuk mendengar ada atau tidak bruit pembuluh darah besar, bising jantung dan ronkiparu.5,6Pengukuran tekanan darah dilakukan sesuai dengan standar WHO dengan alat sphygomanometer. Untuk menegakan diagnosis hipertensi perlu dilakukan pengukuran tekanan darah minimal 2 kali dengan jarak 1 minggu bila tekanan darah