EXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN …web.irigasi.net/sites/default/files/Executive...

19
Executive Summary Pusat Litbang Sumber Daya Air 1 EXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI Desember 2015

Transcript of EXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN …web.irigasi.net/sites/default/files/Executive...

Page 1: EXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN …web.irigasi.net/sites/default/files/Executive Summary Pemetaan... · kecenderungan perubahan alih fungsi pada tahun 2010 hingga 2013

Executive Summary

Pusat Litbang Sumber Daya Air 1

EXECUTIVE SUMMARY

PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI

Desember 2015

Page 2: EXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN …web.irigasi.net/sites/default/files/Executive Summary Pemetaan... · kecenderungan perubahan alih fungsi pada tahun 2010 hingga 2013

Executive Summary

Pusat Litbang Sumber Daya Air 2

KATA PENGANTAR

Sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor :

34/PRT/M/2015 pada Tahun Anggaran 2015, Balai Irigasi melalui Satuan Kerja

Balai Litbang Teknologi Irigasi melaksanakan kegiatan Pemetaan Zonasi Potensi

dan Alih Fungsi Lahan Irigasi.

Tujuan kegiatan ini adalah tersusunya peta zonasi potensi lahan irigasi dan peta

alih fungsi lahan irigasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi

pemangku kebijakan dalam mengembangkan lahan pertanian beririgasi. Kegiatan

ini penting dilaksanakan untuk mendukung ketahanan pangan nasional yang

terkendala maraknya alih fungsi lahan irigasi. Data alih fungsi perlu diidentifikasi

agar kemudian dapat disusun strategi pengembangan lahan irigasi di lokasi-lokasi

yang berpotensi.

Kegiatan ini masuk ke dalam kelompok output Teknologi Terapan untuk

mendukung Teknologi Jaringan Irigasi. Pada tahun 2015 dihasilkan output berupa

Model Sistem Pemetaan Zonasi Potensi Pengembangan dan Alih Fungsi Lahan

Irigasi di Pulau Kalimantan, Maluku dan Papua.

Buku Executive Summary ini ditulis oleh Hanhan A Sofiyuddin, S.TP, M.Agr dan

seluruh tim pelaksana kegiatan di bawah koordinasi Marasi Deon J., ST, M.PSDA

sebagai Kepala Seksi Litbang dengan bimbingan Dr. Ir. Eko Winar Irianto, MT

selaku penanggung jawab kegiatan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

pelaksaan kegiatan sampai tersusunnya Executive Summary ini.

Bandung, Desember 2015

Kepala Pusat Litbang Sumber Daya Air

Dr. Ir. William M. Putuhena, M.Eng NIP. 19570722 198503 1 002

Page 3: EXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN …web.irigasi.net/sites/default/files/Executive Summary Pemetaan... · kecenderungan perubahan alih fungsi pada tahun 2010 hingga 2013

Executive Summary

Pusat Litbang Sumber Daya Air 3

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR................................................................................................ 1

DAFTAR ISI ............................................................................................................ 3

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. 4

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... 4

1. Latar Belakang .................................................................................................... 5

2. Tujuan ................................................................................................................. 6

3. Sasaran ............................................................................................................... 7

3.1. Sasaran Keluaran (Output) ........................................................................ 7

3.2. Sasaran Mutu ............................................................................................ 7

4. Lingkup Kegiatan ................................................................................................ 8

5. Metode ................................................................................................................ 8

5.1. Pembuatan Konsep Peta ........................................................................... 8

5.1.1. Pemetaan Zonasi Potensi Pengembangan Lahan Irigasi ................ 8

5.1.2. Pemetaan Zonasi Alih Fungsi Lahan Irigasi .................................. 11

5.2. Groundcheck ........................................................................................... 11

5.3. Finalisasi Peta ......................................................................................... 11

6. HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN .......................................................... 12

6.1. Zonasi Potensi Pengembangan Lahan Irigasi ......................................... 12

6.2. Alih Fungsi Lahan .................................................................................... 15

7. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 17

7.1 Kesimpulan ................................................................................................ 17

5.2 Saran ......................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 18

Page 4: EXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN …web.irigasi.net/sites/default/files/Executive Summary Pemetaan... · kecenderungan perubahan alih fungsi pada tahun 2010 hingga 2013

Executive Summary

Pusat Litbang Sumber Daya Air 4

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pohon keputusan dalam analisis data ....................................................... 10

Gambar 2. Peta Zonasi Potensi Pengembangan Irigasi Wilayah Kalimantan ........ 13

Gambar 2. Peta Zonasi Potensi Pengembangan Irigasi Wilayah Maluku ............... 14

Gambar 4. Peta Zonasi Potensi Pengembangan Irigasi Wilayah Papua ................ 14

Gambar 5. Alih fungsi lahan sawah di Kalimantan ...................................................... 16

Gambar 6. Alih fungsi lahan sawah di Maluku ............................................................. 16

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar parameter yang digunakan .................................................................... 8

Tabel 2. Nilai skoring tiap parameter ............................................................................. 10

Tabel 3. Nilai skoring akhir .............................................................................................. 10

Tabel 4. Luasan potensi pengembangan irigasi .......................................................... 12

Tabel 5. Hasil analisa perubahan tutupan lahan ......................................................... 15

Halaman

Halaman

Page 5: EXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN …web.irigasi.net/sites/default/files/Executive Summary Pemetaan... · kecenderungan perubahan alih fungsi pada tahun 2010 hingga 2013

Executive Summary

Pusat Litbang Sumber Daya Air 5

1. Latar Belakang

Luas Daerah Irigasi di Indonesia berdasarkan Kepmen PU No.

293/KPTS/M/2014 7.145.168 Ha. Adanya alih fungsi lahan beririgasi menjadi

lahan permukiman dan industri menjadi kendala bagi pengembangan dan

pengelolaan jaringan irigasi, dalam jangka panjang akan berdampak terhadap

menurunnya ketahanan pangan nasional, untuk mengatasi hal tersebut,

Kementerian Pekerjaan Umum menetapkan kebijakan pengembangan lahan

beririgasi. Pengembangan irigasi diharapkan dapat meningkatkan kerterjaminan

air irigasi sehingga indeks pertanaman dan produktivitas lahan dapat meningkat.

Kegiatan ini sesuai dengan kegiatan Puslitbang SDA terkait dengan

peningkatan kualitas data dalam pengelolaan Sumber Daya Air. Kegiatan ini telah

dilaksanakan sejak tahun 2012 dengan output berupa model sistem berupa peta

zonasi dan alih fungsi lahan irigasi di Pulau Jawa, dan dilanjutkan dengan

pemetaan zonasi potensi dan alih fungsi lahan irigasi di Pulau Sumatera pada

tahun 2013 dan tahun 2014 pemetaan zonasi potensi dan alih fungsi lahan irigasi

untuk Wilayah Sulawesi, NTB dan Bali. Sedangkan tahun 2015 ini direncanakan

akan menghasilkan model sistem berupa peta zonasi potensi dan alih fungsi lahan

irigasi Pulau Kalimantan, Maluku dan Papua.

Hasil penelitian yang telah dilakukan pada tahun sebelumnya menunjukkan

bahwa alih fungsi lahan irigasi (sawah) ke sektor nonpertanian (industri,

perumahan dan tegalan) di Pulau Jawa periode tahun 2006-2011, terjadi cukup

luas sebesar 741.948,88 hektar, atau 20,785 %, sedangkan rerata laju alih fungsi

lahan irigasi di P.Jawa setiap tahunnya 4,157 %. Adanya alih fungsi lahan di

P.Jawa yang cukup besar akan menjadi masalah dalam pemenuhan kebutuhan

pangan nasional, sehingga perlu mendapatkan perhatian yang cukup besar dari

pemerintah dan menjadi pertimbangan dalam kebijakan pengembangan lahan

irigasi (Balai Irigasi, 2012).

Pengembangan lahan beririgasi tersebut dalam pengaplikasiannya perlu

mempertimbangkan kesiapan daerah agar teknologi irigasi yang diterapkan dapat

bermanfaat secara berkelanjutan. Teknologi irigasi yang sangat efisien dengan

nilai investasi yang cukup tinggi dapat diterapkan pada daerah yang telah

berkembang. Pembiayaan dapat dibebankan kepada pemerintah daerah sehingga

Page 6: EXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN …web.irigasi.net/sites/default/files/Executive Summary Pemetaan... · kecenderungan perubahan alih fungsi pada tahun 2010 hingga 2013

Executive Summary

Pusat Litbang Sumber Daya Air 6

irigasi dapat dikelola secara mandiri. Namun pada daerah yang belum

berkembang dan ketersediaan air cukup banyak, teknologi irigasi yang dipilih

adalah teknologi irigasi sederhana dengan nilai investasi serta kebutuhan operasi

dan pemeliharaan yang rendah. Pembiayaan dibantu oleh pemerintah pusat agar

pelaksanaan pengembangan dan pengelolaan dapat optimal.

Dalam rangka mengidentifikasi hal tersebut, perlu dilakukan pemetaan alih

fungsi lahan sawah beririgasi dan pengkajian untuk menentukan tingkat kesiapan

suatu daerah dalam pengembangan dan pengelolaan irigasi, terutama dari aspek

agroekologi, ketersediaan air, sosial, budaya dan ekonomi. Hasil dari studi ini

dapat dijadikan acuan awal untuk menentukan skala prioritas upaya

pengembangan irigasi. Pengkajian dilakukan mencakup alih fungsi lahan dan

kriteria-kriteria pengembangan irigasi agar kemudian dapat disusun peta zonasi

irigasi yang dapat digunakan dalam penentuan kebijakan pengembangan dan

pengelolaan lahan beririgasi. Untuk itu Pusat Litbang SDA perlu menyusun peta

zonasi potensi dan alih fungsi lahan irigasi sebagai landasan pemerintah dalam

pengembangan lahan irigasi di Indonesia.

Kegiatan ini merupakan bagian dari kegiatan terintegrasi Pusat Litbang

Sumber Daya Air dalam mendukung terwujudnya teknologi terapan Teknologi

Jaringan Irigasi. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang direncanakan akan

dilaksanakan selama 6 (enam) tahun mulai tahun 2012 s.d. 2017, dengan output

tahun 2015 akan dihasilkan 1 (satu) model sistem Pemetaan Alih Fungsi dan

Zonasi Potensi Pengembangan Lahan Irigasi di Kalimantan, Maluku dan Papua.

Pada tahun 2016 akan dilakukan kegiatan untuk menyusun Naskah Kebijakan

Zonasi Pengembangan Lahan Irigasi dan pada tahun 2017 akan disusun Naskah

Kebijakan Pengendalian Alih Fungsi di Lahan Irigasi.

2. Tujuan

Tujuan dari kegiatan ini adalah tersusunnya peta zonasi potensi lahan irigasi

dan peta alih fungsi lahan irigasi di Indonesia yang dapat digunakan sebagai

bahan pertimbangan bagi pemangku kebijakan dalam mengembangkan lahan

pertanian beririgasi.

Page 7: EXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN …web.irigasi.net/sites/default/files/Executive Summary Pemetaan... · kecenderungan perubahan alih fungsi pada tahun 2010 hingga 2013

Executive Summary

Pusat Litbang Sumber Daya Air 7

3. Sasaran

3.1. Sasaran Keluaran (Output)

Sasaran keluaran (output) dari Pemetaan Zonasi Potensi dan Alih Fungsi

Lahan Irigasi pada tahun 2015 adalah: Model Sistem Pemetaan Zonasi

Potensi Pengembangan dan Alih Fungsi Lahan Irigasi di Pulau Kalimantan,

Maluku dan Papua, dengan komponen output:

- Peta Zonasi Potensi Pengembangan Lahan Irigasi.

- Peta Alih Fungsi Lahan Irigasi.

Pada tahun 2016 akan dilakukan kegiatan untuk menyusun Naskah

Kebijakan Zonasi Pengembangan Lahan Irigasi dan pada tahun 2017 akan

disusun Naskah Kebijakan Pengendalian Alih Fungsi di Lahan Irigasi.

3.2. Sasaran Mutu

Sasaran mutu kegiatan ini adalah tercapainya 1 Model Sistem Zonasi

Potensi Pengembangan dan Pemetaan Alih Fungsi Lahan Irigasi, dengan

karakteristik sebagai berikut:

- Tersusunnya komponen output berupa 1 unit Peta Zonasi Potensi

Pengembangan Lahan Irigasi dengan skala 1:250.000 yang dapat

digunakan dalam acuan pengembangan daerah irigasi di Pulau

Kalimantan, Maluku dan Papua (dan selesai bulan Desember 2015).

- Tersusunnya komponen output berupa 1 unit Peta Alih Fungsi Lahan

Irigasi dengan skala 1:250.000 yang dapat digunakan dalam analisis

kecenderungan perubahan alih fungsi pada tahun 2010 hingga 2013 di

Kalimantan, Maluku dan Papua (dan selesai bulan Desember 2015).

Sasaran mutu ini akan dievaluasi ketercapaiannya pada setiap pelaksanaan

kegiatan.

Page 8: EXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN …web.irigasi.net/sites/default/files/Executive Summary Pemetaan... · kecenderungan perubahan alih fungsi pada tahun 2010 hingga 2013

Executive Summary

Pusat Litbang Sumber Daya Air 8

4. Lingkup Kegiatan

Lingkup kegiatan Pemetaan Zonasi Potensi dan Alih Fungsi Lahan Irigasi

yang akan dilaksanakan pada tahun anggaran 2015 yaitu terdiri dari:

1. Penyusunan Peta Zonasi Potensi Pengembangan Lahan Irigasi di

Kalimantan, Maluku dan Papua.

2. Penyusunan Peta Alih Fungsi Lahan untuk Kalimantan, Maluku dan Papua.

5. Metode

5.1. Pembuatan Konsep Peta

5.1.1. Pemetaan Zonasi Potensi Pengembangan Lahan Irigasi

Peta tematik yang digunakan dalam pemetaan zonasi potensi

pengembangan irigasi adalah peta yang sesuai dengan 8 kriteria

pengembangan irigasi.Dengan mempertimbangkan ketersediaan data, ke-8

data tersebut diterjemahkan dalam bentuk data spasial dengan sumber

seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Daftar parameter yang digunakan

No. Parameter Sumber Data spasial

1. Tanah BBSDLP-Kementerian Pertanian

2. Ketersediaan Air PUSLITBANG, SDA-PU

3. Bebas banjir / genangan BMKG-BIG-PU

4. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

DITJEN Tata Ruang -PU

5. Hambatan status lahan Lapangan dan BPS

6. Petani penggarap Lapangan dan BPS

7. Potensi desa (IPM) BPS

8. Infrastruktur / Sarana pemasaran produksi

PUSDATA-PU

Delapan parameter ini mempunyai tingkat pengaruh yang berbeda

terhadap penentuan potensi pengembangan daerah irigasi. Dalam penentuan

tingkat pengaruhnya, digunakan pohon keputusan (decision tree).

Page 9: EXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN …web.irigasi.net/sites/default/files/Executive Summary Pemetaan... · kecenderungan perubahan alih fungsi pada tahun 2010 hingga 2013

Executive Summary

Pusat Litbang Sumber Daya Air 9

Penggunaan metode ini untuk mengakomodasi tingkat pengaruh yang

berbeda dari kedelapan parameter, dengan membentuk suatu hierarki untuk

menunjukkan tingkat pengaruhnya terhadap hasil. Secara umum, proses akan

lebih banyak menggunakan proses operasi overlay (tumpang tindih) dengan

kombinasi penggunaan skoring. Skoring disini disesuaikan dengan hierarki

yang disusun, yang diekspresikan dalam pemberian nilai skoring terhadap

tiap-tiap parameter.dari hasil analisis didapatkan nilai skoring pada Tabel 2.

Pengkelasan didasarkan pada kriteria yang ditentukan yang kemudian

disampaikan dalam bentuk rentang nilai berdasarkan nilai potensi pada tahap

sebelumnya. Sesuai dengan hierarki yang dibuat, maka nantinya akan

dihasilkan nilai maksimum dan minimum dari setiap kelas potensi. Pada kelas

paling bawah adalah wilayah yang sesuai pada dua parameter utama (1,2)

namun tidak sesuai pada 6 parameter lainnya. Kelas ini dianggap sebagai

kelas yang paling rendah. Kemudian kelas diatasnya adalah kelas yang

sesuai dengan parameter utama ditambah dengan minimal 2 parameter dari

parameter tingkat kedua (3,4,6). Acuan seperti dilakukan hingga nantinya

didapatkan kelas yang paling sesuai adalah kelas yang dari 8 parameter

menyatakan sesuai untuk daerah irigasi. Untuk nilai dibawah 2000 sendiri

akan dimasukkan dalam kelas non potensi, penjelasan mengenai kelas zonasi

potensi pengembangan lahan irigasi disajikan dalam Tabel 3.

Page 10: EXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN …web.irigasi.net/sites/default/files/Executive Summary Pemetaan... · kecenderungan perubahan alih fungsi pada tahun 2010 hingga 2013

Executive Summary

Pusat Litbang Sumber Daya Air 10

8 Kriteria Pengembangan Irigasi

3,4,5

berpotensiTidak berpotensi

1,2

Berpotensi sedangBerpotensi cukupberpotensi rendah

Berpotensi sangat tinggiBerpotensi tinggi

6,7,8

yatidak

3,4,5 = iya3 & 4 atau 4 & 5 atau 3 & 5

3 atau 4 atau 5Atau 3,4,5 = tidak

6,7,8 = iya6 & 7 atau 7 & 8 atau 6 & 8

8 KriteriaPengembangan Irigasi

Berpotensi sedang

6 atau 7 atau 8

Gambar 1. Pohon keputusan dalam analisis data

Tabel 2. Nilai skoring tiap parameter

No. Parameter Skoring (faktor pengali)

1. Tanah 1000

2. Ketersediaan Air 1000

3. Bebas banjir / genangan 100

4. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 100

5. Petani penggarap 100

6. Hambatan status lahan 10

7. Indeks Potensi Desa (IPM) 10

8. Infrastruktur / Sarana pemasaran produksi 10

Sumber : Balai Irigasi (2014)

Tabel 3. Nilai skoring akhir

No. Kelas Nilai Potensi

1. Potensi sangat tinggi 2330

2. Potensi tinggi 2320 s.d < 2330

3. Potensi sedang 2300 s.d < 2320

4. Potensi cukup rendah 2200 s.d < 2300

5. Potensi rendah 2000 s.d < 2200

Sumber : Balai Irigasi (2014)

Page 11: EXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN …web.irigasi.net/sites/default/files/Executive Summary Pemetaan... · kecenderungan perubahan alih fungsi pada tahun 2010 hingga 2013

Executive Summary

Pusat Litbang Sumber Daya Air 11

5.1.2. Pemetaan Zonasi Alih Fungsi Lahan Irigasi

Untuk menyusun Peta Alih Fungsi lahan di Kalimantan, Maluku dan

Papua, penentuan luasan alih fungsi lahan (periode tiga tahunan) dilakukan

menggunakan peta tutupan lahan berunut waktu. Laju alih fungsi lahan

dihitung berdasarkan seri peta yang tersedia antara tahun 2003– 2006, 2006

– 2009, 2009 – 2011 dan 2011 – 2013.

5.2. Groundcheck

Titik lokasi groundcheck yang telah ditentukan sebelumnya kemudian di cek

langsung ke lapangan. Kriteria penentuan titik groundcheck adalah pada daerah

yang masuk dalam daerah potensi irigasi (warna hijau) yaitu dengan menentukan

koordinat x dan y untuk selanjutnya dikunjungi di lapangan untuk dilihat

bagaimana kondisi eksistingnya. Proses cek di lapangan dilakukan

sesuai dengan form groundcheck yang telah dibuat meliputi:

a. Lokasi (koordinat x, y), desa, kecamatan, provinsi.

b. Sumber air.

c. Keterangan alih fungsi.

d. Kondisi eksisting tutupan lahan.

e. Keterangan pernah mengalami banjir atau tidak.

f. Foto Lokasi.

g. Ada tidaknya akses pasar.

h. Kondisi Infrastruktur.

5.3. Finalisasi Peta

Evaluasi dilakukan untuk penilaian terhadap kesesuaian hasil cek di

lapangan dengan peta potensi irigasi yang telah dibuat, yaitu dengan

membandingkan hasil groundcheck dengan posisi titik pada peta, apakah titik

yang ada di lapangan telah masuk kedalam polygon potensi irigasi pada peta

potensi irigasi. Setelah proses evaluasi selesai, proses pembuatan peta dengan

menampilkan informasi potensi pengembangan irigasi dan dikoreksi dengan peta

tata guna lahan terkini.

Page 12: EXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN …web.irigasi.net/sites/default/files/Executive Summary Pemetaan... · kecenderungan perubahan alih fungsi pada tahun 2010 hingga 2013

Executive Summary

Pusat Litbang Sumber Daya Air 12

6. HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

6.1. Zonasi Potensi Pengembangan Lahan Irigasi

Hasil analisis setiap parameter tersebut terdapat Tabel 4 dan Gambar 2,

Gambar 3, dan Gambar 4. Di Kalimantan, wilayah yang berpotensi umumnya

mengumpul di dekat sungai dan wilayah landai yang mendekati pantai. Tipe tanah

yang umum adalah gambut dan air diduga dapat disuplai dari sungai melalui

mekanisme pasang surut. Karena daerah yang landai, banyak daerah yang rawan

banjir. Pengaturan drainase diperlukan untuk mengatasi hal ini. Di Maluku, lahan

berpotensi cukup terbatas karena kondisi tanah yang tidak cocok karena tingkat

drainase yang cukup tinggi. Lokasi yang cukup landai tersebar mendekati wilayah

pantai. Di Papua, sebagian besar lahan tidak diperuntukkan untuk pertanian.

Namun demikian, lokasi yang berpotensi cukup besar yang diantaranya berada di

wilayah Merauke.

Tabel 4. Luasan potensi pengembangan irigasi

Wilayah yang memilki lahan potensi paling tinggi yaitu Pulau Kalimantan

yang mayoritas berada di Provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur

karena mayoritas memiliki jenis tanah dan ketersediaan air yang mendukung

untuk pengembangan daerah irigasi. Deskripsi dari masing-masing area potensi

akan dijelaskan secara lebih rinci pada sub bab berikutnya, karena masing-masing

daerah memiliki kondisi lahan yang beragam. Terdapat area yang sebenarnya

subur (kondisi tanah mendukung untuk lahan pengembangan daerah irigasi)

namun tidak terdapat sumber air yang dapat menjangkau area tersebut, terdapat

pula area yang petani penggarapnya tidak tersedia, dan lain sebagainya.

Page 13: EXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN …web.irigasi.net/sites/default/files/Executive Summary Pemetaan... · kecenderungan perubahan alih fungsi pada tahun 2010 hingga 2013

Executive Summary

Pusat Litbang Sumber Daya Air 13

Gambar 2. Peta Zonasi Potensi Pengembangan Irigasi Wilayah Kalimantan

Page 14: EXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN …web.irigasi.net/sites/default/files/Executive Summary Pemetaan... · kecenderungan perubahan alih fungsi pada tahun 2010 hingga 2013

Executive Summary

Pusat Litbang Sumber Daya Air 14

Gambar 3. Peta Zonasi Potensi Pengembangan Irigasi Wilayah Maluku

Gambar 4. Peta Zonasi Potensi Pengembangan Irigasi Wilayah Papua

Page 15: EXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN …web.irigasi.net/sites/default/files/Executive Summary Pemetaan... · kecenderungan perubahan alih fungsi pada tahun 2010 hingga 2013

Executive Summary

Pusat Litbang Sumber Daya Air 15

6.2. Alih Fungsi Lahan

Hasil finalisasi Peta Alih Fungsi berdasarkan analisa perubahan tutupan

lahan di antara tahun 2000 hingga 2013 terdapat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil analisa perubahan tutupan lahan

Provinsi Luasan (Ha)

Penambahan Pengurangan Sawah 2013

Kalimantan Barat 9.045 9.467 199.383

Kalimantan Selatan 59.461 1.657 283.963

Kalimantan Tengah 17.720 30 296.783

Kalimantan Timur 639 279 5.595

Kalimantan Utara 509 111 2.382

Maluku 2.144 1.735 8.956

Maluku Utara 4.641 328 8.105

Papua 1.926 - 13.272

Papua Barat - - 1.907

Pada ketiga daerah tersebut umumnya alih fungsi tidak terjadi secara

signifikan. Sebaliknya dengan adanya program-program pemerintah baik dari

Kementerian PUPR ataupun Pertanian, luasan lahan sawah tetap mengalami

kenaikan karena adanya pembangunan daerah irigasi dan pencetakan sawah

baru. Di wilayah Kalimantan laju alih fungsi teridentifikasi sebanyak 0,11%

pertahun atau 888 Ha/tahun, Di wilayah Maluku, laju alih fungsi adalah 0,93% atau

159 Ha/tahun. Di Wilayah Papua, alih fungsi tidak teridentifikasi. Alih fungsi lahan

sawah di wilayah Kalimantan tersaji pada Gambar 55. Lahan sawah umumnya

beralih fungsi menjadi menjadi lahan pertanian kering primer atau perkebunan.

Perubahan lahan menjadi perkebunan paling banyak terdapat di Provinsi

Kalimantan Barat, Kabupaten Kubu Raya. Di Maluku, alih fungsi lahan sawah

tersaji pada Gambar 66. Lahan sawah umumnya beralih fungsi menjadi tanah

terbuka. Hal ini selaras dengan hasil groundcheck.

Page 16: EXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN …web.irigasi.net/sites/default/files/Executive Summary Pemetaan... · kecenderungan perubahan alih fungsi pada tahun 2010 hingga 2013

Executive Summary

Pusat Litbang Sumber Daya Air 16

Gambar 5. Alih fungsi lahan sawah di Kalimantan

Gambar 6. Alih fungsi lahan sawah di Maluku

0 1000 2000 3000 4000 5000

Belukar Rawa

Hutan Mangrove Sekunder

Hutan Rawa Sekunder

Perkebunan

Pertambangan

Pertanian Lahan Kering Primer

Pertanian Lahan Kering Sekunder

Savana

Semak / Belukar

Tambak

Tanah Terbuka

Luas (Ha)

- 500 1.000 1.500 2.000

Semak/Belukar

Tanah terbuka

Transmigrasi

Luas (Ha)

Page 17: EXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN …web.irigasi.net/sites/default/files/Executive Summary Pemetaan... · kecenderungan perubahan alih fungsi pada tahun 2010 hingga 2013

Executive Summary

Pusat Litbang Sumber Daya Air 17

7. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

1. Lahan yang mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi lahan irigasi

berdasarkan hasil pemetaan zonasi potensi pengembangan lahan irigasi

untuk Kalimantan sebesar 4.431.763 Ha, Maluku sebesar 174.161 Ha, dan

Papua sebesar 1.892.873 Ha yang tersebar diseluruh kabupaten masing-

masing provinsi hasil kajian.

2. Berdasarkan analisis, alih fungsi lahan sawah yang terjadi di Kalimantan,

Maluku dan Papua lebih kecil dibandingkan laju pencetakan sawah baru. Di

Kalimantan tercatat alih fungsi sebesar 888 Ha/tahun dan Maluku 159

Ha/tahun.

3. Alih fungsi lahan sawah di Kalimantan umumnya menjadi perkebunan dan

lahan pertanian primer. Di Maluku, alih fungsi umumnya menjadi lahan

terbuka (tidak ditanami).

4. Dengan memperhatikan laju alih fungsi yang kecil dan luasan potensi yang

besar, dapat disimpulkan bahwa wilayah Kalimantan, Maluku, dan Papua

sangat berpotensi untuk menjadi wilayah pengembangan lahan irigasi

5.2 Saran

1. Pengembangan irigasi di ketiga wilayah tersebut perlu didukung dengan

adanya kebijakan peningkatan akses jalan dan penyediaan petani

(transmigrasi atau penyuluhan masyarakat lokal).

2. Dianjurkan untuk penelitian serupa agar menggunakan peta dari BIG sebagai

acuan. BIG telah mencanangkan program One-Map dengan merangkum

peta dari berbagai instansi. Selain itu, peta dapat diperoleh secara gratis

untuk institusi pemerintahan dan perguruan tinggi.

Page 18: EXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN …web.irigasi.net/sites/default/files/Executive Summary Pemetaan... · kecenderungan perubahan alih fungsi pada tahun 2010 hingga 2013

Executive Summary

Pusat Litbang Sumber Daya Air 18

DAFTAR PUSTAKA

Balai Irigasi. 2012. Laporan Penelitian Zonasi dan Alih Fungsi Lahan Irigasi.

Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air, Badan

Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum.

De By, R.A. 2001.A gentle introduction to GIS. Dalam R.A. de By (ed.), Principles

of Geographic InformationSystems - An Introductory Textbook. Enschede,

The Netherlands: The International Institute for Aerospace Survey and Earth

Sciences.

Direktorat Irigasi. 2010. Buku Pintar Irigasi. Direktorat Irigasi dan Rawa. Jakarta:

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. Kementerian Pekerjaan Umum.

Jakarta.

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. 2014. Kriteria Perencanaan Irigasi – Bagian

Perencanaan (KP – 01). Jakarta: Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.

Kementerian Pekerjaan Umum. Jakarta.

Iqbal, M., Sumaryanto. 2007. Strategi pengendalian alih fungsi lahan

pertanianbertumpu pada partisipasi masyarakat. Analisis Kebijakan

Pertanian, Volume 5 No. 2: 167-182 .

Irawan, B. 2004.Konversi lahan sawah di Jawa dan dampaknya terhadap produksi

padi. Dalam F. Kasryno, E. Pasandaran, A.M. Fagi (Ed.), Ekonomi Padi dan

Beras Indonesia. Jakarta: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Pertanian, Departemen Pertanian.

Muqorrobin, M., Widya W. Utami dan Dewi.ArifintyA.Agustina. 2013. Fenomena

alih fungsi lahan irigasi terhadap produksi padi di Pulau Jawa. Dalam

Prosiding Kolokium Puslitbang Sumber Daya Air 2013. Bandung: Pusat

Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air, Badan Penelitian dan

Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum.

Ritung, S., N. Suharta. 2007. Sebaran dan potensi pengembangan sawah bukaan

baru. Dalam F. Agus, D. Santoso, Wahyunto (Ed.), Tanah Sawah Bukaan

Baru. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembagan Sumber Daya Lahan

Pertanian.

Supadi. 2009. Model Pengelolaan Irigasi Memperhatikan Kearifan Lokal. Disertasi

Doktor Teknik Sipil. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.

Semarang.

Page 19: EXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN …web.irigasi.net/sites/default/files/Executive Summary Pemetaan... · kecenderungan perubahan alih fungsi pada tahun 2010 hingga 2013