EXECUTIVE SUMMARY PENDIDIKAN KARAKTER.pdf

35
1 KAJIAN PENGEMBANGAN SEKOLAH UNGGULAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SUMATERA UTARA (STUDI KASUS DI KOTA MEDAN) ABSTRAK Penelitian ini mengangkat tema besar tentang pengembangan sekolah unggulan berbasis pendidikan karakter di Sumatera Utara dengan mengambil studi kasus di Medan. Pendidikan karakter merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi pelajar. Pendidikan karakter sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi pelajar menurut ukuran normatif. Untuk merealisasikan karakter mulia dalam kehidupan setiap orang, maka pembudayaan karakter mulia menjadi suatu hal yang niscaya. Di sekolah atau lembaga pendidikan, upaya ini dilakukan melalui pemberian mata pelajaran pendidikan akhlak, pendidikan moral, pendidikan etika, atau pendidikan karakter. Menyadari hal tersebut, penelitian ini berusaha untuk meneliti masalah pengembangan sekolah unggulan berbasis karakter dengan mengambil studi kasus di sekolah-sekolah di Medan. Tujuan penelitian ini terutama adalah untuk: (1). Mengetahui pengaruh nilai-nilai pendidikan karakter terhadap pendidikan berbasis karakter. (2) Mengetahui seberapa siap sekolah melaksanakan pendidikan berbasis karakter. (3) Mengetahui model pengembangan kurikulum yang seperti apakah yang sesuai dengan pendidikan berbasis karakter di sekolah-sekolah di Medan. Data penelitian dikumpulkan dari sekolah-sekolah (SMA, SMP dan SD) yang menjadi objek penelitian. Secara rinci, data penelitian dikumpulkan dengan mendatangi dan menyampaikan secara langsung kuisioner kepada responden sekaligus melakukan wawancara terkait dengan maksud dan tujuan dilakukannya penelitian maupun terkait dengan item-item yang ingin ditanyakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Nilai-nilai pendidikan karakter (Nilai dalan hubungannya dengan Tuhan, Diri Sendiri, Sesama, Lingkungan dan Alam) berpengaruh secara signifikan terhadap pendidikan karakter. (2) sekolah (baik SMA, SMP dan SD) telah siap melaksanakan pendidikan karakter ditinjau dari kesiapan sarana prasarana, kurikulum dan SDM Guru-guru di sekolah. Adapun saran yang dapat direkomendasikan adalah perlu di buat Perda tentang implementasi pendidikan berbasis karakter di Sekolah-sekolah di kota Medan dan Pemda (Bupati/Walikota/Kadis Pendidikan) harus mendukung upaya merumuskan kembali kurikulum yang ada sesuai dengan muatan bahan ajar yang berorientasi pada nilai-nilai pendidikan karakter. Kata Kunci: Pendidikan, Nilai Karakter, Sarana Prasarana, Kurikulum, SDM PENDAHULUAN Latar Belakang Pendidikan karakter merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi pelajar. Pendidikan karakter sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi pelajar menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah harus serius menangani bidang pendidikan karakter, sebab dengan sistem pendidikan karakter yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Reformasi pendidikan merupakan respon terhadap perkembangan tuntutan global

Transcript of EXECUTIVE SUMMARY PENDIDIKAN KARAKTER.pdf

Page 1: EXECUTIVE SUMMARY PENDIDIKAN KARAKTER.pdf

1

KAJIAN PENGEMBANGAN SEKOLAH UNGGULAN BERBASIS

PENDIDIKAN KARAKTER DI SUMATERA UTARA

(STUDI KASUS DI KOTA MEDAN)

ABSTRAK

Penelitian ini mengangkat tema besar tentang pengembangan sekolah unggulan

berbasis pendidikan karakter di Sumatera Utara dengan mengambil studi kasus di Medan.

Pendidikan karakter merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi pelajar. Pendidikan karakter sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi pelajar

menurut ukuran normatif. Untuk merealisasikan karakter mulia dalam kehidupan setiap

orang, maka pembudayaan karakter mulia menjadi suatu hal yang niscaya. Di sekolah atau lembaga pendidikan, upaya ini dilakukan melalui pemberian mata pelajaran pendidikan

akhlak, pendidikan moral, pendidikan etika, atau pendidikan karakter.

Menyadari hal tersebut, penelitian ini berusaha untuk meneliti masalah

pengembangan sekolah unggulan berbasis karakter dengan mengambil studi kasus di

sekolah-sekolah di Medan. Tujuan penelitian ini terutama adalah untuk: (1). Mengetahui

pengaruh nilai-nilai pendidikan karakter terhadap pendidikan berbasis karakter. (2)

Mengetahui seberapa siap sekolah melaksanakan pendidikan berbasis karakter. (3)

Mengetahui model pengembangan kurikulum yang seperti apakah yang sesuai dengan

pendidikan berbasis karakter di sekolah-sekolah di Medan.

Data penelitian dikumpulkan dari sekolah-sekolah (SMA, SMP dan SD) yang menjadi objek penelitian. Secara rinci, data penelitian dikumpulkan dengan mendatangi dan

menyampaikan secara langsung kuisioner kepada responden sekaligus melakukan

wawancara terkait dengan maksud dan tujuan dilakukannya penelitian maupun terkait

dengan item-item yang ingin ditanyakan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Nilai-nilai pendidikan karakter (Nilai dalan

hubungannya dengan Tuhan, Diri Sendiri, Sesama, Lingkungan dan Alam) berpengaruh

secara signifikan terhadap pendidikan karakter. (2) sekolah (baik SMA, SMP dan SD) telah

siap melaksanakan pendidikan karakter ditinjau dari kesiapan sarana prasarana, kurikulum

dan SDM Guru-guru di sekolah. Adapun saran yang dapat direkomendasikan adalah perlu di buat Perda tentang implementasi pendidikan berbasis karakter di Sekolah-sekolah di kota

Medan dan Pemda (Bupati/Walikota/Kadis Pendidikan) harus mendukung upaya

merumuskan kembali kurikulum yang ada sesuai dengan muatan bahan ajar yang berorientasi pada nilai-nilai pendidikan karakter.

Kata Kunci: Pendidikan, Nilai Karakter, Sarana Prasarana, Kurikulum, SDM

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pendidikan karakter merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi pelajar.

Pendidikan karakter sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi

pelajar menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah harus

serius menangani bidang pendidikan karakter, sebab dengan sistem pendidikan

karakter yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan

mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Reformasi pendidikan merupakan respon terhadap perkembangan tuntutan global

Page 2: EXECUTIVE SUMMARY PENDIDIKAN KARAKTER.pdf

2

sebagai suatu upaya untuk mengadaptasikan sistem pendidikan berbasis karakter

yang mampu mengembangkan sumber daya manusia untuk memenuhi tuntutan

zaman yang sedang berkembang. Melalui reformasi pendidikan, pendidikan karakter

harus berwawasan masa depan yang memberikan jaminan bagi perwujudan hak-hak

azasi manusia untuk mengembangkan seluruh potensi dan prestasinya secara optimal

guna kesejahteraan hidup di masa depan.

Pembudayaan karakter (akhlak) mulia perlu dilakukan dan terwujudnya

karakter (akhlak) mulia yang merupakan tujuan akhir dari suatu proses pendidikan

sangat didambakan oleh setiap lembaga yang menyelenggarakan proses pendidikan.

Budaya atau kultur yang ada di lembaga, baik sekolah, kampus, maupun yang lain,

berperan penting dalam membangun akhlak mulia di kalangan sivitas akademika dan

para karyawannya. Karena itu, lembaga pendidikan memiliki tugas dan tanggung

jawab untuk melakukan pendidikan akhlak (pendidikan moral) bagi para peserta

didik dan juga membangun kultur akhlak mulia bagi masyarakatnya.

Untuk merealisasikan karakter mulia dalam kehidupan setiap orang, maka

pembudayaan karakter mulia menjadi suatu hal yang niscaya. Di sekolah atau

lembaga pendidikan, upaya ini dilakukan melalui pemberian mata pelajaran

pendidikan akhlak, pendidikan moral, pendidikan etika, atau pendidikan karakter.

Akhir-akhir ini di Indonesia misi ini diemban oleh dua mata pelajaran pokok, yakni

Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan. Kedua mata pelajaran ini

nampaknya belum dianggap mampu mengantarkan peserta didik memiliki akhlak

mulia seperti yang diharapkan, sehingga sejak 2003 melalui Undang-undang Sistem

Pendidikan Nasional 2003 dan dipertegas dengan dikeluarkannya PP 19 tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan, pemerintah menetapkan, setiap kelompok mata

pelajaran dilaksanakan secara holistik sehingga pembelajaran masing-masing

kelompok mata pelajaran mempengaruhi pemahaman dan/atau penghayatan peserta

didik

Menteri Pendidikan Nasional Prof. Ir. H Muhammad Nuh, DEA (Balitbang,

2009) menegaskan bahwa pendidikan budaya karakter bangsa perlu dimasukkan

dalam kebijakan pembangunan pendidikan nasional, karena tatakrama, etika dan

kreatifitas lulusan dianggap menurun dan menjadi keluhan masyarakat. Persoalan

tersebut harus dilihat dari dua konsep yaitu: konsep teoritis dan praktis pendidikan.

Secara konseptual bahwa undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistim

Pendidikan Nasional dengan jelas menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya dan untuk memiliki

kekuatan spritual keagamaan, kecerdasan ahlak mulia serta keterampilan yang

diperlukan dirinya.

Penelitian ini dilakukan di Medan, peneliti menilai bahwa Medan merupakan

sebuah kota besar urutan ke tiga (3) di Indonesia, cukup memiliki persoalan yang

kompleks dalam menanggulangi kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh para

pelajarnya terutama pelajar tingkat atas. Mussen et al., (1994), mengatakan

kenakalan pelajar adalah perilaku yang melanggar hukum atau kejahatan yang

biasanya dilakukan oleh anak remaja yang berusia 16-18 tahun, jika perbuatan ini

dilakukan oleh orang dewasa maka akan mendapat sangsi hukum. Hurlock (1973)

juga menyatakan kenakalan pelajar adalah tindakan pelanggaran hukum yang

dilakukan oleh pelajar, dimana tindakan tersebut dapat membuat seseorang individu

Page 3: EXECUTIVE SUMMARY PENDIDIKAN KARAKTER.pdf

3

yang melakukannya masuk penjara. Sama halnya dengan Conger (1976) dan Dusek

(1977) mendefinisikan kenakalan pelajar sebagai suatu kenakalan yang dilakukan

oleh seseorang individu yang berumur di bawah 16 dan 18 tahun yang melakukan

perilaku yang dapat dikenai sangsi atau hukuman.

Hampir setiap hari kasus kenakalan pelajar selalu kita temukan di media-media

massa, dimana sering terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan Medan,

salah satu wujud dari kenakalan pelajar adalah tawuran yang dilakukan oleh para

pelajar atau remaja. Kenakalan-kenakalan yang dilakukan oleh pelajar di bawah usia

17 tahun sangat beragam mulai dari perbuatan yang amoral dan anti sosial tidak

dapat dikategorikan sebagai pelanggaran hukum. Bentuk kenakalan pelajar tersebut

seperti: kabur dari rumah, membawa senjata tajam, dan kebut-kebutan di jalan,

sampai pada perbuatan yang sudah menjurus pada perbuatan kriminal atau perbuatan

yang melanggar hukum seperti; pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, seks

bebas, pemakaian obat-obatan terlarang, dan tindak kekerasan lainnya. Misalnya

untuk penyalahgunaan narkoba, Kepolda Sumut Irjen Pol Nurdin Usman

mengungkapkan, bahwa kasus penyalahgunaan narkoba di Sumatera Utara dari tahun

ke tahun terus menunjukkan grafik menaik. Sejak tahun 2004 hingga tahun 2007

terjadi trend peningkatan yang cukup signifikan. Hingga akhir Nopember tercatat

kasus penyalahgunaan narkoba yang ditangani Polda Sumut sepanjang tahun 2007

mencapai 2.769 kasus dengan jumlah tersangka 3.875 orang. Intinya, kejahatan-

kejahatan ini dapat dilihat dari lima segi: pertama, meningkatnya sikap dekadensi

moral mereka terhadap Tuhan yang Maha Esa, kedua terhadap dirinya sendiri, ketiga

terhadap sesama, keempat terhadap lingkungan dan kelima terhadap alam.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti menilai bahwa pendidikan sangat penting

untuk membendung persoalan itu semua, khususnya pendidikan yang

mengedepankan nilai-nilai pendidikan berbasis karakter. Oleh karenanya, pendidikan

berbasis karakter ini merupakan sebuah keharusan untuk dikaji lebih lanjut dan

hasilnya diharapkan dapat menjadi tolak ukur bagi pengembangan pendidikan di

sekolah-sekolah di kota Medan.

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengkaji pengembangan sekolah

berbasis karakter di Medan. Tujuan spesifik penelitian ini terutama dimaksudkan

untuk menjawab pertanyaan penelitian sebagaimana yang tertuang pada sub-bab

perumusan masalah di atas, yaitu:

1. Mengetahui pengaruh nilai-nilai pendidikan karakter terhadap pendidikan

berbasis karakter .

2. Mengetahui seberapa siap sekolah melaksanakan pendidikan berbasis karakter.

3. Mengetahui model pengembangan kurikulum yang seperti apakah yang sesuai

dengan pendidikan berbasis karakter di sekolah-sekolah di Medan.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang

diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafslrkan pesan. Menurut Ruch

(1967), persepsi adalah suatu proses tentang petunjuk-petunjuk inderawi (sensory)

dan pengalaman masa lampau yang relevan diorganisasikan untuk memberikan

kepada kita gambaran yang terstruktur dan bermakna pada suatu situasi tertentu.

Menurut Atkinson dan Hilgard (1991) persepsi adalah proses dimana kita

Page 4: EXECUTIVE SUMMARY PENDIDIKAN KARAKTER.pdf

4

menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan. Gibson dan

Donely (1994) menjelaskan bahwa persepsi adalah proses pemberian arti terhadap

lingkungan oleh seorang individu.

Konsep Pendidikan

Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia.

Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia

menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius

menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik

diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu

menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Fungsi

Pendidikan Pasal 3 UU No. 20/2003 menyatakan bahwa pendidikan nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

rumusan pasal 3 UU No. 20/2003 ini terkandung empat fungsi yang harus

diaktualisasikan olen pendidikan, yaitu: (1) fungsi mengembangkan kemampuan

peserta didik, (2) fungsi membentuk watak bangsa yang bermartabat, (3) fungsi

mengembangkan peradaban bangsa yang bermartabat, dan (4) fungsi mencerdaskan

kehidupan bangsa. Noeng Muhadjir (1987) menyebutkan bahwa, sebagai institusi

pendidikan mengemban tiga fungsi. Pertama, pendidikan berfungsi menumbuhkan

kreativitas peserta didik. Kedua, pendidikan berfungsi mewariskan nilai-nilai kepada

peserta didik; dan Ketiga, pendidikan berfungsi meningkatkan kemampuan kerja

produktif peserta didik.

Konsep Karakter

Secara umum istilah “karakter” sering disamakan dengan istilah “temperamen”,

”tabiat”, “watak” atau “akhlak” yang memberinya sebuah definisi sesuatu yang

menekankan unsur psikososial yang dikaitkan dengan pendidikan dan konteks

lingkungan. Dari sudut pandang behavioral yang menekankan unsur somatopsikis

yang dimiliki sejak lahir, Sehingga Kusuma (2007) istilah karakter dianggap sebagai

ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat dari diri seseorang yang bersumber dari

bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan. Lickona (1993) mendefinisikan

karakter sebagai kesadaran (knowing), perasaan (feeling), dan perilaku moral (moral

behaviour). Dengan kata lain, orang yang berkarakter adalah orang yang mengetahui

kebaikan, menginginkan kebaikan, dan berperilaku baik sesuai dengan nilai-nilai

yang diharapkan.

Menurut Hendrojuwono (2008), karakter baik dan buruk tidak dapat terbentuk

secara otomatis, tetapi melalui proses; pendidikan, pengajaran, peneladanan, serta

belajar yang berlangsung sepanjang waktu. Melalui pendidikan karakter yang

dilakukan di sekolah anak akan diajarkan tentang nilai etika dasar, seperti kejujuran,

tanggung jawab, kebaikan hati, kemurahan hati, keteguhan hati, kebebasan,

kesetaraan, dan kepedulian yang diberikan secara simultan dan berkelanjutan.

Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha

melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan,

bangsa dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan

potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya

(perasaannya).

Page 5: EXECUTIVE SUMMARY PENDIDIKAN KARAKTER.pdf

5

Proses pembangunan karakter pada seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor

khas yang ada pada orang yang bersangkutan yang sering juga disebut faktor bawaan

(nature) dan lingkungan (nurture) di mana orang yang bersangkutan tumbuh dan

berkembang. Jadi, dalam usaha pengembangan atau pembangunan karakter pada

tataran individu dan masyarakat, fokus perhatian kita adalah pada faktor yang bisa

kita pengaruhi atau lingkungan, yaitu pada pembentukan lingkungan. Dalam

pembentukan lingkungan inilah peran lingkungan pendidikan menjadi sangat

penting, bahkan sangat sentral, karena pada dasarnya karakter adalah kualitas pribadi

seseorang yang terbentuk melalui proses belajar, baik belajar secara formal maupun

informal (Raka, 2007). Berikut ditampilkan gambar tentang koherensi karakter

dalam konteks totalitas proses psikososial.

Gambar 1 Koherensi karakter dalam psikososial

Konsep Pendidikan karakter

Megawangi (2004) mengatakan bahwa pendidikan karakter adalah sebuah usaha

yang dilakukan di sekolah untuk mendidik anak agar dapat menerapkan nilai-nilai

karakter dalam kehidupannya. Nilai karakter yang ditanamkan adalah nilai-nilai

universal atau pilar yang dijunjung tinggi oleh seluruh agama, tradisi dan budaya.

Lickona (1997) berpendapat bahwa pendidikan karakter di sekolah hanya akan

efektif jika pelaksanaannya dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Di

Amerika Serikat pelaksanaan program pendidikan karakter telah dipadukan ke dalam

sistem pendidikan, seperti kurikulum, proses pembelajaran, kualitas hubungan siswa

dan guru, penanganan disiplin, aktivitas kurikulum dan etos di lingkungan sekolah.

Gambar 2 berikut menampilkan pendekatan komprehensif pendidikan karakter.

Ryan dan Bohlin (1999) menyebutkan beberapa alasan mengapa sekolah harus

terlibat serius dalam pendidikan karakter. Pertama, pendidikan karakter membuat

siswa berbudi pekerti sekaligus pintar. Kedua, melalui pendidikan karakter,

penanaman nilai dasar moral akan dapat diberikan sejak usia dini. Ketiga, dengan

diberikannya pendidikan karakter maka para pakar perkembangan yakin berbagai

permasalahan yang akan timbul pada masa remaja dapat diantisipasi sejak dini.

Keempat, kurangnya waktu orang tua untuk mendidik dan mengajarkan nilai-nilai

moral kepada anak.

Page 6: EXECUTIVE SUMMARY PENDIDIKAN KARAKTER.pdf

6

Gambar 2. Pendekatan Komprehensif Pendidikan Karakter

Tahapan Pengembangan Karakter

Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting),

dan kebiasaan (habit). Dimensi-dimensi yang termasuk dalam moral knowing yang

akan mengisi ranah kognitif adalah kesadaran moral (moral awareness), pengetahuan

tentang nilai-nilai moral (knowing moral values), penentuan sudut pandang

(perspective taking), logika moral (moral reasoning), keberanian mengambil sikap

(decision making), dan pengenalan diri (self knowledge). Pengembangan karakter

dalam suatu sistem pendidikan adalah keterkaitan antara komponen-komponen

karakter yang mengandung nilai-nilai perilaku, yang dapat dilakukan atau bertindak

secara bertahap dan saling berhubungan antara pengetahuan nilai-nilai perilaku

dengan sikap atau emosi yang kuat untuk melaksanakannya, baik terhadap Tuhan

YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional.

Kebiasaan berbuat baik tidak selalu menjamin bahwa manusia yang telah terbiasa

tersebut secara sadar menghargai pentingnya nilai karakter (valuing). Karena

mungkin saja perbuatannya tersebut dilandasi oleh rasa takut untuk berbuat salah,

bukan karena tingginya penghargaan akan nilai itu.

Prinsip-Prinsip Pendidikan Karakter

The Eleven Principles of Character Education Effectivenes yang disusun oleh

Lickona, Schaps dan Lewis (2006) adalah sebagai berikut: 1) Pendidikan karakter

diterapkan sebagai dasar pembentukan karakter yang baik didasari dari prinsip-

prinsip nilai etika dasar yang dijadikan dasar, 2) Dalam Pendidikan karakter setiap

pilar karakter harus dijelaskan secara komprehensif, 3) Pendidikan karakter

menggunakan pendekatan yang komprehensif, intensif dan proaktif, 4) Pendidikan

karakter menciptakan komunitas sekolah yang mengayomi siswa. Tujuannya adalah

Page 7: EXECUTIVE SUMMARY PENDIDIKAN KARAKTER.pdf

7

membentuk siswa memiliki karakter yang baik. 5) Pendidikan karakter memberi

kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan tindakan moral ke dalam berbagai

aktivitas. 6) Pendidikan karakter harus dimasukkan kedalam kurikulum akademik. 7)

Pendidikan karakter mengembangkan motivasi intrinsik siswa. 8) Pendidikan

karakter harus melibatkan seluruh staf sekolah sebagai suatu organisasi yang

bertanggungjawab dan berusaha patuh pada nilai yang sama untuk mengarahkan

siswa. 9) Dalam menerapkan pendidikan karakter harus ada komite pendidikan

karakter dan pimpinannya yang bertanggung jawab terhadap perencanaan,

pelaksanaan dan mengevaluasi program pendidikan karakter.

METODE PENELITIAN

Populuasi dan Sampel

Populasi penelitian ini dibagi ke dalam tiga kelompok jejang sekolah. Kelompok

pertama, adalah populasi penelitian untuk tingkat Sekolah Menegah Atas di Medan.

Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMA) adalah jenjang pendidikan sekolah terakhir

yang harus dijalani oleh seorang siswa sebelum ia memasuki dunia pendidikan

tinggi. Kriteria Populasi sekolah yang diambil dalam penelitian ini adalah Sekolah

Menengah Umum yang bukan dikelompokkan ke dalam Sekolah Menengah

Kejuruan dan Sekolah Madrasah. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya bias

penelitian dikarenakan penerapan kurikulum sekolah yang berbeda antara Sekolah

Menengah Kejuruan dan Sekolah Madrasah. Populasi kelompok kedua adalah

sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah tingkat pertama (SMP) di Medan.

Populasi kelompok ke dua ini digunakan untuk menguji pertanyaan penelitian ke dua

mengenai efektifitas pelaksanaan pendidikan berbasis karakter yang ada di Medan.

Pertanyaan mengenai efektifitas pelaksanaan pendidikan ini tertuang pada

perumusan masalah penelitian. Adapun yang menjadi sampel penelitian ini adalah

siswa SMA yang telah duduk di tahun ke tiga tahun ajarang. sekolah-sekolah yang

dijadikan sampel dalam penelitian ini ditampilkan pada tabel 1. berikut.

TABEL 1. DAFTAR SEKOLAH SMA DI MEDAN

No NAMA SEKOLAH ALAMAT SEKOLAH

1 SMAN 2 Medan Jl. Karang Sari No. 35 Medan

2 SMAN 3 Medan Jl. Budi Kemasyarakatan No. 03

3 SMAN 6 Medan Jl. Ansari No. 34 Medan

4 SMAN 7 Medan Jl. Timor No. 36

5 SMAN 8 Medan Jl. Samplai No. 23 Medan

6 SMAN 9 Medan Jl. Sei Mati No. 9 Medan

7 SMAN 10 Medan Jl. Tilak No. 108 Medan Medan

8 SMAN 11 Medan Jl. Pertiwi No. 93 Medan

9 SMAN 12 Medan Jl. Cempaka No. 75 Medan

10 SMAN 14 Medan Jl. Pelajar Timur Ujung Medan

11 SMAN 15 Medan Jl. Sekolah Pembangunan No. 25 Medan

12 SMAN 17 Medan Jl. Letjend Jamin Ginting Medan

13 SMA Budi Murni 1 JL. Timor

14 SMA Budi Satria JL. Letda Sujono No. 166

15 SMA Dharma Sakti JL. Seksama No. 130 Medan

16 SMA Dwiwarna JL. Gedung Arca No.52 Medan

17 SMA Eria JL. Sisingamangaraja No. 195

Page 8: EXECUTIVE SUMMARY PENDIDIKAN KARAKTER.pdf

8

18 SMA Harapan 1 JL. Imam Bonjol No.35

19 SMA Indonesia Membangun JL. Air Bersih No. 59 Medan

20 SMA Kesatria JL. Gedong Arca 24 Medan

21 SMA Mariana JL. Kapten Muslim 112 Medan

22 SMA Methodist 7 JL. Madong Lubis 7 Medan

23 SMA Advent 2 Jl. Air Bersih No. 98 A Medan

24 SMA Budaya Jl. Kepribadian No. 23 Medan

25 SMA Budi Luhur Jl. Gatot Subroto/Cendrawasih Medan

26 SMA Ira Jl. Pertiwi No. 111 Medan

27 SMA Kartika 1 Jl. S. Parman No. 240 Medan

28 SMA Kebangsaan Jl. Perguruan Tinggi Swadaya No. 3 Medan

29 SMA Muhammadiyah Jl. Kapt. Muslim Gg. Jawa Medan

30 SMA Nasrani 3 Jl. Turi No. 88 Medan

31 SMA Nurani Jl. Kakap No. 2 Medan

32 SMA Parulian 1 Jl. Sisingamangaraja Jati 1 Medan

33 SMA Pembangunan Nasional Jl. Mestika No. 39 Medan

34 SMA Perguruan Nasional Gultom Jl. Pelita IV No. 90 Medan

35 SMA Perguruan Panca Budi Jl. Jend. G. Subtoro Medan

36 SMA Santo Thomas 1 Jl. Letjend. S. Parman No. 109 Medan

37 SMA Santo Thomas 3 Jl. Gatot Subroto Gg. Banteng No. 7 Medan

38 SMA Sutan Oloan Jl. Sutan Oloan Medan

39 SMA Taman Siswa 2 Jl. Polonia Gg. B. No. 16 Medan

40 SMA Teladan Jl. Pertiwi No. 95 Medan

Sedangkan sekolah SMP yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sbb:

TABEL 2. DAFTAR SEKOLAH SMPN DI MEDAN

No NAMA SEKOLAH ALAMAT SEKOLAH

1 SMPN 13 Jl. Sampali No. 47 Medan

2 SMPN 3 Jl. Pelajar No. 3 Medan

3 SMPN 8 Jl. Turi No. 96 Medan

4 SMPN 36 Jl. STM Medan

5 SMPN 12 Jl. H.M. Thamrin No. 52 Medan

6 SMPN 22 Jl. Pendidikan No. 36 Medan

7 SMPN 27 Jl. Pancing Psr IV Medan

8 SMPN 35 Jl. Willem Iskander Psr V Medan

9 SMPN 37 Jl. Timor No. 36 Medan

10 SMPN 6 Jl. Bahagia No. 42 Medan

11 SMPN 9 Jl. T.B. Simatupang Medan

12 SMPN 7 Jl. H. Adam Malik Medan

13 SMPN 17 Jl. M. Jamil Lubis, Medan

14 SMPN 28 Jl. Karya Bersama No. 17 Medan

15 SMPN 29 Jl. Letda Sujono Medan

16 SMPN 2 Jl. Brigjend Katamso Medan

17 SMPN 18 Jl. Kemunig Perumnas Helvetia Medan

Page 9: EXECUTIVE SUMMARY PENDIDIKAN KARAKTER.pdf

9

Sedangkan sekolah SD yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sbb:

TABEL 3. DAFTAR SEKOLAH SDN DI MEDAN

No NAMA SEKOLAH ALAMAT SEKOLAH

1 SDN 060877 Jl. Halat

2 SDN 060874 Jl. Medan Area Selatan

3 SDN 060790 Jl. Medan Area Selatan

4 SDN 060798 Jl. Medan Area Selatan

5 SDN 060809 Jl. Halat

6 SDN 060810 Jl. Halat

7 SDN 060811 Jl. Ismailiyah

8 SDN 060813 Jl. Halat

9 SDN 060815 Jl. Halat

10 SDN 060825 Jl. Ismailiyah

11 SDN 060855 Jl. Rakyat lr Gereja

12 SDN 060856 Jl. Rakyat lr Gereja

13 SDN 060858 Jl. Durung No. 30

14 SDN 060870 Jl. Gunung Krakatau

15 SDN 060878 Jl. Gunung Krakatau

16 SDN 060820 Jl. Sisingamangaraja

17 SDN 060851 Jl. Madong Lubis

18 SDN 060852 Jl. Madong Lubis

19 SDN 060853 Jl. Madong Lubis

20 SDN 060839 Jl. Danau Singkarak

21 SDN 060840 Jl. Danau Singkarak

22 SDN 060879 Jl. Pendidikan

23 SDN 060871 Jl. Pendidikan

24 SDN 060812 Jl. STM

25 SDN 060828 Jl. A.R.Hakim Gg. Rahayu

Strategi pemilihan sampel untuk masing-masing sekolah dilakukan dengan

cara pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling) tanpa

mempertimbangkan ukuran rasio kekayaan, banyak siswa dan besar gedung sekolah.

Teknik pengambilan sampel dengan cara ini merupakan proses seleksi dari populasi

yang menyediakan tiap-tiap contoh ukuran sampel dari kesamaan probabilitas yang

dipilih. Dengan teknik pemilihan sampel ini, masing-masing elemen populasi

memiliki peluang untuk ditarik sebagai sampel penelitian tanpa mempertimbangkan

besar kecilnya ukuran elemen populasi.

Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini terdiri dari: (1) Nilai karakter terhadap Tuhan (terdiri dari

empat indikator), (2) Nilai karakter terhadap Diri Sendiri (teridiri dari sepuluh

indikator), (3) Nilai karakter terhadap Sesama (terdiri dari empat indikator), (4) Nilai

karakter terhadap lingkungan (terdiri dari tiga indikator), (5) Nilai karakter terhadap

alam (terdiri dari delapan indikator), (6) Prinsip pendidikan karakter (terdiri dari

sebelas indikator). Secara skematis variabel-variabel yang digunakan dalam

penelitian ini ditampilkan pada tabel berikut.

Page 10: EXECUTIVE SUMMARY PENDIDIKAN KARAKTER.pdf

10

Tabel 4

Indikator Penelitian

Variabel dan Indikator Variabel

No Keterangan Indikator 1 Nilai karakter dalam hubungannya

dengan Tuhan (Diupayakan selalu

berdasarkan nilai-nilai Ketuhanan

dan atau ajaran agama)

1. Religius

2. Pikiran

3. Perkataan

4. Tindakan

2 Nilai karakter dalam hubungannya

dengan diri sendiri (Jujur perilaku

yang didasarkan pada upaya

menjadikan dirinya sebagai orang

yang selalu dapat dipercaya dalam

perkataan, tindakan dan pekerjaan baik terhadap diri dan pihak lain).

1. Bertanggungjawab

2. Bergaya hidup

3. Disiplin

4. Kerja keras

5. Percaya diri

6. Berjiwa wirausaha 7. Berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif

8. Mandiri

9. Ingin tahu 10. Cinta ilmu

3 Nilai karakter dalam hubungannya

dengan sesama (Sadar akan hak dan

kewajiban diri dan orang lain).

1. Patuh pada aturan sosial

2. Menghargai karya dan prestasi orang lain

3. Santun

4. Demokratis

4 Nilai karakter dalam hubungannya

dengan lingkungan (Sadar akan

lingkungan sosial)

1. Nilai kebangsaan

2. Nasionalis

3. Menghargai keberagaman

5 Nilai karakter dalam hubungannya

dengan alam (Sadar akan pentingnya

alam)

1. Menjaga kebersihan

2. Gemar memelihara tanaman

3. Senang memelihara hewan

4. Peka terhadap lingkungan alam

5. Senang berada di cagar alam, gunung, pantai dan hutan.

6. Gemar mengikuti kegiatan kepramu

kaan. 7. Menjadi aktivis lingkungan

8. Peduli Sosial dan Lingkungan

6 Pendidikan Karakter 1. Mengajarkan prinsip-prinsip etika.

2. Mengajarkan dan menanamkan nilai

etika

3. Berkomitmen melaksanakan pendidi kan

karakter

4. Mampu menunjukkan sikap kepedu lian

terhadap siswa 5. Memberi kesempatan mengaplikasikan

tindakan moral

6. Memasukkan pendidikan karakter ke dalam kurikulum

7. Membantu melatih dan mengembangkan

motivasi intrinsik 8. Melibatkan seluruf staf sekolah untuk

bertanggungjawab dan berusaha patuh

Page 11: EXECUTIVE SUMMARY PENDIDIKAN KARAKTER.pdf

11

pada nilai yang sama untuk mengarahkan

siswa.

9. Komite pendidikan karakter dan pimpinan sekolah bertanggungjawab

terhadap perencanaan, pelaksanaan dan

mengevaluasi program pendidikan

karakter.

10. Melibatkan keluarga sebagai mitra dalam

upaya pembentukan karakter siswa.

11. Melakukan evaluasi terhadap seluruh

program pendidikan berbasis karakter

Pengukuran Variabel

Pertanyaan atau pernyataan dalam kuisioner untuk masing-masing variabel dalam

penelitian ini diukur dengan menggunakan skala Likert, yaitu suatu skala yang

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok

orang tentang fenomena sosial. Jawaban dari responden bersifat kualitatif

dikuantitatifkan, dimana jawaban responden diberi skor dengan menggunakan 5

(lima) poin skala Likert, yaitu; nilai 1 = sangat tidak penting, 2 = tidak penting, 3 =

cukup penting, 4 = penting, 5 = sangat penting (Sekaran, 2000).

Analisis pengaruh variabel nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan,

nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri, nilai karakter dalam

hubungannya dengan sesama, nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan,

nilai karakter dalam hubungannya dengan alam terhadap prinsp pendidikan karakter

dinyatakan dengan persamaan statistik sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + e

Dalam hal ini :

Y = Pendidikan Karakter

X1 = Nilai karakter terhadap Tuhan

X2 = Nilai karakter terhadap Diri Sendiri

X3 = Nilai karakter terhadap Sesama

X4 = Nilai karakter terhadap Lingkungan

X5 = Nilai karakter terhadap Alam

b = Koefisien regresi

e = error

Teknik Analisa Data

Uji Statistik Deskriptif

Uji statistik deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk melihat: (1) gambaran

umum keseluruhan siswa yang berpartisipasi dalam penelitian, (2) gambaran umum

variabel penelitian yang digunakan. Secara rinci, hasil kuisioner yang diperoleh dari

lapangan adalah seperti berikut: (1) sebanyak 1317 eksemplar kuisioner dari para

siswa sekolah SMA di Medan yang tersebar di 40 sekolah, (2) sebanyak 40 kuisioner

untuk kepala sekolah SMA di Medan, (3) sebanyak 17 kuisioner untuk kepala

sekolah SMPN di Medan, (4) sebanyak 25 kuisioner untuk kepala sekolah SDN di

Page 12: EXECUTIVE SUMMARY PENDIDIKAN KARAKTER.pdf

12

Medan. Rincian distribusi dan pengembalian kuesioner ditampilkan pada tabel

berikut.

Tabel 5

Sampel dan Tingkat Pengembalian

Kuesioner Jumlah Kuesioner

Hasil Pengembalian Kuisioner:

1. Siswa SMA 1317

2. Kepala sekolah SMA 40

3. Kepala sekolah SMP 17

4. Kepala sekolah SD 25

Kuisioner yang dapat dianalisis 1399

Sumber : data primer diolah

Data Demografi Siswa

Data demografi responden menjelaskan bagaimana kondisi dan karakteristik

responden yang turut berpartisipasi dalam penelitian ini dengan pengambilan sampel

berdasarkan teknik probability sampling. Demografi responden yang dipertanyakan

dalam penelitian ini menyangkut, jenis kelamin dan usia. Data demografi ini secara

rinci ditampilkan pada tabel 6. berikut.

Tabel 6

Demografi Siswa (n = 1317)

Responden No Karakteristik Responden

Jumlah (orang) Persentase (%)

1

2

Umur

16 tahun

17 tahun

18 > tahun

Jenis Kelamin

Laki – laki

Perempuan

Jumlah

878

381

112

412

959

1317

64,0

27,8

8,2

30,1

69,9

100 %

Sumber : Penelitian

Deskriptif Variabel Penelitian

Deskriptif variabel penelitian dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai

karakteristik variabel penelitian. Tabel 7. dibawah menjelaskan secara rinci hasil

pengolahan data atas deskripsi variabel penelitian.

Page 13: EXECUTIVE SUMMARY PENDIDIKAN KARAKTER.pdf

13

Tabel 7

Statistik Deskriptif

Statistics

NKHTuhan NKHDSendiri NKHTSesama

NKHT Lingkungan NKHT Alam

Pend Karakter

Valid 1371 1371 1371 1371 1371 1371 N

Missing 0 0 0 0 0 0 Mean 33,7185 43,7907 24,6185 11,9460 31,2203 49,1670 Median 34,0000 44,0000 25,0000 12,0000 31,0000 50,0000 Mode 33,00 42,00 26,00 13,00 32,00 55,00 Std. Deviation 3,28026 4,22289 2,78467 1,94599 4,95730 5,31289 Variance 10,760 17,833 7,754 3,787 24,575 28,227 Minimum 22,00 29,00 18,00 6,00 19,00 35,00 Maximum 40,00 54,00 30,00 15,00 45,00 55,00

Uji Kualitas Data

Hasil Uji Reliabilitas Data

Hair et al. (1998) menjelaskan bahwa kualitas data dari penggunaan instrumen

penelitian dapat dianalisis menggunakan pengujian reliabilitas dan validitas.

Pengujian reliabilitas data menunjukkan bahwa nilai reliabilitas dari masing-masing

variabel yang diuji menunjukkan angka diatas 0,60. Tabel 8 berikut menampilkan

hasil uji keseluruhan reliabilitas data penelitian.

Tabel 8

Hasil Uji Reliabilitas VARIABEL PENELITIAN CRONBACH

ALPHA

ITEM KETERANGAN

Nilai Karakter Hubungannya

Dengan Tuhan

0,693 9 Reliabel

Nilai Karakter Hubungannya

Dengan Diri Sendiri

0,681 12 Reliabel

Nilai Karakter Hubungannya Dengan Sesama

0,703 7 Reliabel

Nilai Karakter Hubungannya Dengan Lingkungan

0,765 4 Reliabel

Nilai Karakter Hubungannya Dengan Alam

0,711 10 Reliabel

Pendidikan Karakter 0,754 12 Reliabel

Pool 0,874 54

Hasil Uji Validitas Data

Pengujian validitas dimaksudkan bahwa temuan penelitian mencerminkan kebenaran

sekalipun responden yang dijadikan objek pengujian berbeda. Validitas penelitian

ditentukan oleh proses pengukuran yang akurat. Suatu instrumen pengukur dikatakan

valid jika instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Berdasarkan

hasil pengujian validitas data, dapat disimpulkan bahwa dari 48 instrumen penelitian

yang diolah dalam penelitian ini menunjukkan nilai pearson correlation dibawah

0,05. Nilai ini menunjukkan bahwa seluruh indikator penelitian yang digunakan

adalah valid.

Page 14: EXECUTIVE SUMMARY PENDIDIKAN KARAKTER.pdf

14

Hasil Uji Asumsi Klasik

Hasil Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai VIF dengan angka yang disyaratkan tidak

lebih besar dari 10. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF)

menunjukkan tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari

10 (lihat tabel 9). Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar

variabel independen dalam model regresi.

Tabel 9.

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Correlations Collinearity Statistics Model

Zero-order Partial Part Tolerance VIF

NKHTuhan ,239 ,106 ,100 ,769 1,300

NKHDSendiri ,243 ,077 ,072 ,697 1,436

NKHTSesama ,277 ,083 ,078 ,583 1,714

NKHTLingkungan ,255 ,147 ,139 ,832 1,203

1

NKHTAlam ,267 ,057 ,053 ,590 1,694

a. Dependent Variable: PendKarakter

Hasil Uji Auto Korelasi

Auto korelasi dideteksi dengan mengevaluasi Durbin Watson dari persaman regresi,

yaitu nilai DW harus berada diluar nilai batas atas (du) dan batas bawah (dl). Data

penelitian ini bebas dari autokorelasi dengan melihat nilai DW estimasi sebesar

1.536. Oleh karena nilai DW 1.536 lebih besar dari batas atas (du) 1.407 dan kurang

dari 9 – 1.017 (8 – du), maka dapat disimpulkan bahwa kita tidak dapat menolak Ho

yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi positif atau negatif atau dapat

simpulkan tidak terdapat autokorelasi (Tabel 10).

Tabel 10

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summary(b)

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate Durbin-Watson

1 ,366a ,134 ,131 4,95398 1.536

a. Predictors: (Constant), NKHTAlam, NKHTLingkungan, NKHDSendiri, NKHTuhan, NKHTSesama b. Dependent Variable: PendKarakter

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas dideteksi dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel

terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya heteros

kedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik

scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah

diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah

distudentized. Hasil uji heteroskedastisitas menunjukkan bahwa penelitian ini bebas

Page 15: EXECUTIVE SUMMARY PENDIDIKAN KARAKTER.pdf

15

dari heteroskedastisitas dimana titik-titik pada normal P-P Plot tampak masih berada

dalam garis tidak melenceng keluar. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada

gambar 3 berikut

Gambar 3.

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Hasil Uji Normalitas

Pengujian normalitas data dapat dilakukan dengan melihat rasio skewness yaitu nilai

skewness yang ada. Skewness merupakan suatu ukuran distribusi dari bentuk

simetrisnya. Dalam suatu distribusi simetris, rata-rata hitung, median dan modus

terletak pada lokasi yang sama. Distribusi yang terletak kearah dari satu ekor atau

ekor lainnya disebut menjulur. Pengujian normalitas data ini menggunakan tingkat

signifikansi 0.10. Distribusi data dikatakan normal apabila nilai skewness lebih kecil

dari p≤2.58. Berdasarkan tabel 5.13, data penelitian ini secara keseluruhan adalah

normal melihat pada nilai skewness lebih kecil dari p≤2.58.

Tabel 11.

Hasil Uji Normalitas Statistics

NKHTuhan NKHDSendiri NKHTSesama NKHTLingkungan NKHTAlam

Valid 1371 1371 1371 1371 1371 N

Missing 0 0 0 0 0 Mean 33,7185 43,7907 24,6185 11,9460 31,2203 Median 34,0000 44,0000 25,0000 12,0000 31,0000 Mode 33,00 42,00 26,00 13,00 32,00 Std. Deviation 3,28026 4,22289 2,78467 1,94599 4,95730 Skewness ,216 ,201 ,122 ,239 ,056 Std. Error of Skewness ,066 ,066 ,066 ,066 ,066 Kurtosis 1,474 ,153 -,351 ,181 ,036 Std. Error of Kurtosis ,132 ,132 ,132 ,132 ,132 Minimum 22,00 29,00 18,00 6,00 19,00 Maximum 40,00 54,00 30,00 15,00 45,00 Sum 46228,00 60037,00 33752,00 16378,00 42803,00

Page 16: EXECUTIVE SUMMARY PENDIDIKAN KARAKTER.pdf

16

Hasil Uji Pertanyaan Penelitian 1

Uji pertanyaan penelitian 1 diestimasi menggunakan ordinary least sqaures (OLS).

Setelah semua asumsi klasik pada model regresi dipenuhi, data diregres secara

keseluruhan (multivariate), kemudian diperoleh hasil regresi sebagaimana

ditampilkan pada tabel 12. Berdasarkan tabel 12 model summary besarnya adjusted

R2 adalah 0.631, hal ini berarti 63.1% pendidikan karakter dapat dijelaskan oleh

nilai-nilai pendidikan karakter. Sisanya (100% - 63.1% = 39,9%) dijelaskan oleh

sebab-sebab lain diluar model. Untuk koefisien regresi dan nilai t dari masing-

masing variabel independen yang terdapat pada model secara keseluruhan dapat

dinyatakan sebagai berikut:

Tabel 12.

Hasil Uji Pertanyaan 1

Model Summaryb

Change Statistics Model

R R Square

Adjusted

R Square

Std. Error of

the Estimate

R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F

Change

1 ,366a ,653 ,631 4,95398 ,634 42,140 5 1365 ,000

a. Predictors: (Constant), NKHTAlam, NKHTLingkungan, NKHDSendiri, NKHTuhan, NKHTSesama b. Dependent Variable: PendKarakter

ANOVAb

Model

Sum of Squares df

Mean

Square F Sig.

Regression 5171,020 5 1034,204 42,140 ,000a

Residual 33499,729 1365 24,542

1

Total 38670,750 1370

a. Predictors: (Constant), NKHTAlam, NKHTLingkungan, NKHDSendiri, NKHTuhan, NKHTSesama b. Dependent Variable: PendKarakter

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Model

B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) 26,119 1,771 14,748 ,000

NKHTuhan ,184 ,047 ,114 3,956 ,000

NKHDSendiri ,109 ,038 ,087 2,869 ,004

NKHTSesama ,195 ,063 ,102 3,093 ,002

NKHTLingkungan ,415 ,075 ,152 5,503 ,000

1

NKHTAlam ,074 ,035 ,069 2,116 ,035

a. Dependent Variable: PendKarakter

1. Koefisien regresi untuk variabel nilai karakter dalam hubungannya dengan

Tuhan adalah sebesar .114 dan nilai t sebesar 3.956 (sig=0.000). Hasil ini

menunjukkan bahwa pengaruh nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan

Page 17: EXECUTIVE SUMMARY PENDIDIKAN KARAKTER.pdf

17

terhadap pendidikan karakter adalah signifikan secara statistik pada α = 1 %.

Hasil ini menunjukkan bahwa nilai karakter siswa SMA dalam hubungannya

dengan Tuhan berpengaruh secara signifikan terhadap prinsip pendidikan

karakter.

2. Koefisien regresi untuk variabel nilai karakter dalam hubungannya dengan diri

sendiri adalah sebesar .087 dan nilai t sebesar 2.869 (sig=0.004). Hasil ini

menunjukkan bahwa pengaruh nilai karakter dalam hubungannya dengan diri

sendiri terhadap pendidikan karakter adalah signifikan secara statistik pada α = 1

%. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai karakter siswa SMA dalam hubungannya

dengan diri sendiri berpengaruh secara signifikan terhadap prinsip pendidikan

karakter.

3. Koefisien regresi untuk variabel nilai karakter dalam hubungannya dengan

sesama adalah sebesar .102 dan nilai t sebesar 3.093 (sig=0.002). Hasil ini

menunjukkan bahwa pengaruh nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama

terhadap pendidikan karakter adalah signifikan secara statistik pada α = 1 %.

Hasil ini menunjukkan bahwa nilai karakter siswa SMA dalam hubungannya

dengan sesama berpengaruh secara signifikan terhadap prinsip pendidikan

karakter.

4. Koefisien regresi untuk variabel nilai karakter dalam hubungannya dengan

lingkungan adalah sebesar .152 dan nilai t sebesar 5.503 (sig=0.000). Hasil ini

menunjukkan bahwa pengaruh nilai karakter dalam hubungannya dengan

lingkungan terhadap pendidikan karakter adalah signifikan secara statistik pada

α = 1 %. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai karakter siswa SMA dalam

hubungannya dengan lingkungan berpengaruh secara signifikan terhadap prinsip

pendidikan karakter.

5. Koefisien regresi untuk variabel nilai karakter dalam hubungannya dengan alam

adalah sebesar .069 dan nilai t sebesar 2.116 (sig=0.035). Hasil ini menunjukkan

bahwa pengaruh nilai karakter dalam hubungannya dengan alam terhadap

pendidikan karakter adalah signifikan secara statistik pada α = 1 %. Hasil ini

menunjukkan bahwa nilai karakter siswa SMA dalam hubungannya dengan alam

berpengaruh secara signifikan terhadap prinsip pendidikan karakter.

Dari hasil pengolahan data di atas, berikut ditampilkan gambar 4 yang

menampilkan hasil pengujian secara keseluruhan data ke dalam model penelitian.

Hasil Uji Pertanyaan Penelitian 2

Pertanyaan penelitian dua diuji dengan pendekatan uji beda (uji t satu sampel). Uji t

satu sampel bebas digunakan untuk membandingkan rata-rata dua kelompok kasus.

Agar hasil penelitiannya baik, subyek yang diteliti harus dipilih secara random untuk

kedua kelompok yang dibandingkan.

Page 18: EXECUTIVE SUMMARY PENDIDIKAN KARAKTER.pdf

18

Sig. 0,000

Sig. 0,004

Sig. 0,002

F = 42,140

Sig. 0,000 Adjusted

R2 = 0,631

Sig. 0,035

Gambar 4. Hasil Pengujian Pertanyaan 1

Kesiapan Sekolah SMA

Berdasarkan tabel 13 diketahui bahwa berdasarkan hasil uji t terhadap sarana

prasarana sekolah SMA dapat disimpulkan bahwa semua sekolah SMA siap

melaksanakan pendidikan berbasis karakter. Hal ini dapat dilihat dari tingkat

signifikansi yang ditemukan dimana tingkat signifikansi berada dibawah α = 0,05.

Tabel 13

Hasil Uji Kesiapan Sarana Prasarana SMA

One-Sample Test

Test Value = 40

95% Confidence Interval of the Difference

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Lower Upper

SMA2 702,813 24 ,000 38,92000 39,0343 38,8057 SMA3 586,138 24 ,000 38,88000 39,0169 38,7431 SMA6 475,201 24 ,000 38,80000 38,9685 38,6315 SMA7 974,000 24 ,000 38,96000 39,0426 38,8774 SMA8 444,608 24 ,000 38,76000 38,9399 38,5801 SMA9 475,201 24 ,000 38,80000 38,9685 38,6315 SMA10 444,608 24 ,000 38,76000 38,9399 38,5801 SMA11 444,608 24 ,000 38,76000 38,9399 38,5801 SMA12 394,368 24 ,000 38,64000 38,8422 38,4378 SMA14 519,021 24 ,000 38,84000 38,9944 38,6856 SMA15 519,021 24 ,000 38,84000 38,9944 38,6856 SMA17 386,000 24 ,000 38,60000 38,8064 38,3936 SMABUDIMURNI1 444,608 24 ,000 38,76000 38,9399 38,5801 SMABUDISATRIA 384,000 24 ,000 38,40000 38,6064 38,1936 SMADHARMASAKTI 406,221 24 ,000 38,68000 38,8765 38,4835 SMADWIWARNA 444,608 24 ,000 38,76000 38,9399 38,5801 SMAERIA 444,608 24 ,000 38,76000 38,9399 38,5801 SMAHARAPAN1 379,375 24 ,000 38,44000 38,6491 38,2309 SMAINDMEMBANGUN 974,000 24 ,000 38,96000 39,0426 38,8774 SMAKESATRIA 384,000 24 ,000 38,40000 38,6064 38,1936

Nilai karakter dalam hubungannya

dengan Tuhan

Nilai karakter dalam hubungannya

dengan Diri Sendiri

Nilai karakter dalam hubungannya

dengan Sesama

Nilai karakter dalam hubungannya

dengan Lingkungan

Nilai karakter dalam hubungannya

dengan Alam

PENDIDIKAN

KARAKTER

Page 19: EXECUTIVE SUMMARY PENDIDIKAN KARAKTER.pdf

19

Sedangkan hasil uji t terhadap kesiapan kurikulum sekolah SMA dapat

disimpulkan bahwa semua kurikulum sekolah SMA siap melaksanakan pendidikan

berbasis karakter. Hal ini dapat dilihat dari tingkat signifikansi yang ditemukan

dimana tingkat signifikansi berada dibawah α = 0,05. Tabel 14 berikut menampilkan

hasil uji t untuk kesiapan kurikulum SMA.

Tabel 14

Hasil Uji Kesiapan Kurikulum SMA

One-Sample Test

Test Value = 0

95% Confidence Interval of the Difference

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Lower Upper

SMA2 6,325 5 ,001 1,33333 ,7914 1,8753 SMA3 7,000 5 ,001 1,16667 ,7382 1,5951 SMA6 7,000 5 ,001 1,16667 ,7382 1,5951 SMA7 7,000 5 ,001 1,16667 ,7382 1,5951 SMA8 6,325 5 ,001 1,33333 ,7914 1,8753 SMA9 6,325 5 ,001 1,33333 ,7914 1,8753 SMA10 6,325 5 ,001 1,33333 ,7914 1,8753 SMA11 7,000 5 ,001 1,16667 ,7382 1,5951 SMA12 7,000 5 ,001 1,16667 ,7382 1,5951 SMA14 7,000 5 ,001 1,16667 ,7382 1,5951 SMA15 6,325 5 ,001 1,33333 ,7914 1,8753 SMA17 6,325 5 ,001 1,33333 ,7914 1,8753 SMABUDIMURNI1 7,000 5 ,001 1,16667 ,7382 1,5951 SMABUDISATRIA 7,000 5 ,001 1,16667 ,7382 1,5951 SMADHARMASAKTI 6,325 5 ,001 1,33333 ,7914 1,8753 SMADWIWARNA 7,000 5 ,001 1,16667 ,7382 1,5951 SMAERIA 7,000 5 ,001 1,16667 ,7382 1,5951 SMAHARAPAN1 7,000 5 ,001 1,16667 ,7382 1,5951 SMAINDMEMBANGUN 6,325 5 ,001 1,33333 ,7914 1,8753 SMAKESATRIA 11,000 5 ,000 1,83333 1,4049 2,2618 SMAMARIANA 7,906 5 ,001 1,66667 1,1247 2,2086 SMAMETHODIST7 6,708 5 ,001 1,50000 ,9252 2,0748 SMABUDAYA 6,708 5 ,001 1,50000 ,9252 2,0748 SMABUDILUHUR 6,325 5 ,001 1,33333 ,7914 1,8753 SMAIRA 6,708 5 ,001 1,50000 ,9252 2,0748 SMAKARTIKA1 7,000 5 ,001 1,16667 ,7382 1,5951 SMAKEBANGSAAN 7,000 5 ,001 1,16667 ,7382 1,5951 SMAMHDYH 7,000 5 ,001 1,16667 ,7382 1,5951 SMANASRANI3 7,000 5 ,001 1,16667 ,7382 1,5951 SMANURANI 7,000 5 ,001 1,16667 ,7382 1,5951

SMAMARIANA 444,608 24 ,000 38,76000 38,9399 38,5801 SMAMETHODIST7 380,559 24 ,000 38,56000 38,7691 38,3509 SMAADVENT2 586,138 24 ,000 38,88000 39,0169 38,7431 SMABUDAYA 519,021 24 ,000 38,84000 38,9944 38,6856 SMABUDILUHUR 475,201 24 ,000 38,80000 38,9685 38,6315 SMAIRA 444,608 24 ,000 38,76000 38,9399 38,5801 SMAKARTIKA1 422,470 24 ,000 38,72000 38,9092 38,5308 SMAKEBANGSAAN 519,021 24 ,000 38,84000 38,9944 38,6856 SMAMHDYH 406,221 24 ,000 38,68000 38,8765 38,4835 SMANASRANI3 475,201 24 ,000 38,80000 38,9685 38,6315 SMANURANI 444,608 24 ,000 38,76000 38,9399 38,5801 SMAPARULIAN1 586,138 24 ,000 38,88000 39,0169 38,7431 SMAPNASIONAL 380,559 24 ,000 38,56000 38,7691 38,3509 SMAPNGULTOM 475,201 24 ,000 38,80000 38,9685 38,6315 SMAPPBUDI 586,138 24 ,000 38,88000 39,0169 38,7431 SMASTTHOMAS1 475,201 24 ,000 38,80000 38,9685 38,6315 SMASTTHOMAS3 475,201 24 ,000 38,80000 38,9685 38,6315 SMASTNOLOAN 519,021 24 ,000 38,84000 38,9944 38,6856 SMATMNSISWA2 475,201 24 ,000 38,80000 38,9685 38,6315 SMATELADAN 394,368 24 ,000 38,64000 38,8422 38,4378

Page 20: EXECUTIVE SUMMARY PENDIDIKAN KARAKTER.pdf

20

SMAPARULIAN1 7,000 5 ,001 1,16667 ,7382 1,5951 SMAPNASIONAL 7,000 5 ,001 1,16667 ,7382 1,5951 SMAPNGULTOM 7,000 5 ,001 1,16667 ,7382 1,5951 SMAPPBUDI 6,325 5 ,001 1,33333 ,7914 1,8753 SMASTTHOMAS1 7,000 5 ,001 1,16667 ,7382 1,5951 SMASTTHOMAS3 7,000 5 ,001 1,16667 ,7382 1,5951 SMASTNOLOAN 7,000 5 ,001 1,16667 ,7382 1,5951 SMATMNSISWA2 7,000 5 ,001 1,16667 ,7382 1,5951 SMATELADAN 7,000 5 ,001 1,16667 ,7382 1,5951

Untuk hasil uji t terhadap kesiapan SDM sekolah SMA dapat disimpulkan

bahwa semua SDM sekolah SMA siap melaksanakan pendidikan berbasis karakter.

Hal ini dapat dilihat dari tingkat signifikansi yang ditemukan dimana tingkat

signifikansi berada dibawah α = 0,05. Tabel 15 berikut menampilkan hasil uji t untuk

kesiapan SDM SMA.

Kesiapan Sekolah SMP

Berdasarkan tabel 5.18. diketahui bahwa berdasarkan hasil uji t terhadap sarana

prasarana sekolah SMP dapat disimpulkan bahwa semua sekolah SMP siap

melaksanakan pendidikan berbasis karakter. Hal ini dapat dilihat dari tingkat

signifikansi yang ditemukan dimana tingkat signifikansi berada dibawah α = 0,05.

Tabel 15

Hasil Uji Kesiapan SDM SMA One-Sample Test

Test Value = 0

95% Confidence Interval of the Difference

t df Sig. (2-tailed) Mean

Difference Lower Upper

SMA2 5,715 4 ,005 1,40000 ,7199 2,0801 SMA3 6,532 4 ,003 1,60000 ,9199 2,2801 SMA6 9,000 4 ,001 1,80000 1,2447 2,3553 SMA7 5,715 4 ,005 1,40000 ,7199 2,0801 SMA8 6,532 4 ,003 1,60000 ,9199 2,2801 SMA9 5,715 4 ,005 1,40000 ,7199 2,0801 SMA10 5,715 4 ,005 1,40000 ,7199 2,0801 SMA11 5,715 4 ,005 1,40000 ,7199 2,0801 SMA12 5,715 4 ,005 1,40000 ,7199 2,0801 SMA14 5,715 4 ,005 1,40000 ,7199 2,0801 SMA15 5,715 4 ,005 1,40000 ,7199 2,0801 SMA17 5,715 4 ,005 1,40000 ,7199 2,0801 SMABUDIMURNI1 6,000 4 ,004 1,20000 ,6447 1,7553 SMABUDISATRIA 6,000 4 ,004 1,20000 ,6447 1,7553 SMADHARMASAKTI 6,000 4 ,004 1,20000 ,6447 1,7553 SMADWIWARNA 6,000 4 ,004 1,20000 ,6447 1,7553 SMAERIA 6,000 4 ,004 1,20000 ,6447 1,7553 SMAHARAPAN1 6,532 4 ,003 1,60000 ,9199 2,2801 SMAINDMEMBANGUN 6,532 4 ,003 1,60000 ,9199 2,2801 SMAKESATRIA 9,000 4 ,001 1,80000 1,2447 2,3553 SMAMARIANA 6,532 4 ,003 1,60000 ,9199 2,2801 SMAMETHODIST7 6,532 4 ,003 1,60000 ,9199 2,2801 SMAADVENT2 5,715 4 ,005 1,40000 ,7199 2,0801 SMABUDAYA 6,532 4 ,003 1,60000 ,9199 2,2801 SMABUDILUHUR 5,715 4 ,005 1,40000 ,7199 2,0801 SMAIRA 6,532 4 ,003 1,60000 ,9199 2,2801 SMAKARTIKA1 6,000 4 ,004 1,20000 ,6447 1,7553 SMAKEBANGSAAN 6,000 4 ,004 1,20000 ,6447 1,7553 SMAMHDYH 6,000 4 ,004 1,20000 ,6447 1,7553 SMANASRANI3 6,000 4 ,004 1,20000 ,6447 1,7553 SMANURANI 6,000 4 ,004 1,20000 ,6447 1,7553 SMAPARULIAN1 6,000 4 ,004 1,20000 ,6447 1,7553

Page 21: EXECUTIVE SUMMARY PENDIDIKAN KARAKTER.pdf

21

SMAPNASIONAL 6,000 4 ,004 1,20000 ,6447 1,7553 SMAPNGULTOM 6,000 4 ,004 1,20000 ,6447 1,7553 SMAPPBUDI 5,715 4 ,005 1,40000 ,7199 2,0801 SMASTTHOMAS1 6,000 4 ,004 1,20000 ,6447 1,7553 SMASTTHOMAS3 6,000 4 ,004 1,20000 ,6447 1,7553 SMASTNOLOAN 6,532 4 ,003 1,60000 ,9199 2,2801 SMATMNSISWA2 6,000 4 ,004 1,20000 ,6447 1,7553 SMATELADAN 6,532 4 ,003 1,60000 ,9199 2,2801

Tabel 16

Hasil Uji Kesiapan Sarana Prasarana Sekolah SMP

One-Sample Test

Test Value = 17

95% Confidence Interval of the Difference

t df Sig. (2-tailed) Mean

Difference Lower Upper

SMPN13 159,625 24 ,000 15,64000 15,8422 15,4378 SMPN3 164,673 24 ,000 15,68000 15,8765 15,4835 SMPN8 193,510 24 ,000 15,80000 15,9685 15,6315 SMPN38 159,625 24 ,000 15,64000 15,8422 15,4378 SMPN12 180,780 24 ,000 15,76000 15,9399 15,5801 SMPN22 193,510 24 ,000 15,80000 15,9685 15,6315 SMPN27 156,000 24 ,000 15,60000 15,8064 15,3936 SMPN35 153,566 24 ,000 15,56000 15,7691 15,3509 SMPN37 154,000 24 ,000 15,40000 15,6064 15,1936 SMPN36 164,673 24 ,000 15,68000 15,8765 15,4835 SMPN9 211,671 24 ,000 15,84000 15,9944 15,6856 SMPN7 156,767 24 ,000 15,36000 15,5622 15,1578 SMPN17 151,794 24 ,000 15,48000 15,6905 15,2695 SMPN28 152,186 24 ,000 15,52000 15,7305 15,3095 SMPN29 164,673 24 ,000 15,68000 15,8765 15,4835 SMPN2 153,566 24 ,000 15,56000 15,7691 15,3509 SMPN18 159,625 24 ,000 15,64000 15,8422 15,4378

Sedangkan hasil uji t terhadap kesiapan kurikulum sekolah SMP dapat

disimpulkan bahwa semua kurikulum sekolah SMP siap melaksanakan pendidikan

berbasis karakter. Hal ini dapat dilihat dari tingkat signifikansi yang ditemukan

dimana tingkat signifikansi berada dibawah α = 0,05. Tabel 17. berikut menampilkan

hasil uji t untuk kesiapan kurikulum SMP.

Tabel 17

Hasil Uji Kesiapan Kurikulum SMP

One-Sample Test

Test Value = 17

95% Confidence Interval of the Difference

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Lower Upper

SMPN13 74,314 5 ,000 15,66667 16,2086 15,1247 SMPN3 69,318 5 ,000 15,50000 16,0748 14,9252 SMPN8 72,732 5 ,000 15,33333 15,8753 14,7914 SMPN38 69,318 5 ,000 15,50000 16,0748 14,9252 SMPN12 74,314 5 ,000 15,66667 16,2086 15,1247 SMPN22 69,318 5 ,000 15,50000 16,0748 14,9252 SMPN27 69,318 5 ,000 15,50000 16,0748 14,9252 SMPN35 74,314 5 ,000 15,66667 16,2086 15,1247 SMPN37 74,314 5 ,000 15,66667 16,2086 15,1247

Page 22: EXECUTIVE SUMMARY PENDIDIKAN KARAKTER.pdf

22

SMPN36 95,000 5 ,000 15,83333 16,2618 15,4049 SMPN9 74,314 5 ,000 15,66667 16,2086 15,1247 SMPN7 74,314 5 ,000 15,66667 16,2086 15,1247 SMPN17 72,732 5 ,000 15,33333 15,8753 14,7914 SMPN28 69,318 5 ,000 15,50000 16,0748 14,9252 SMPN29 69,318 5 ,000 15,50000 16,0748 14,9252 SMPN2 69,318 5 ,000 15,50000 16,0748 14,9252 SMPN18 69,318 5 ,000 15,50000 16,0748 14,9252

Untuk hasil uji t terhadap kesiapan SDM sekolah SMP dapat disimpulkan

bahwa semua SDM sekolah SMP siap melaksanakan pendidikan berbasis karakter.

Hal ini dapat dilihat dari tingkat signifikansi yang ditemukan dimana tingkat

signifikansi berada dibawah α = 0,05. Tabel 18 berikut menampilkan hasil uji t untuk

kesiapan SDM SMP.

Tabel 18

Hasil Uji Kesiapan SDM SMP

One-Sample Test

Test Value = 17

95% Confidence Interval of the Difference

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Lower Upper

SMPN13 63,687 4 ,000 15,60000 16,2801 14,9199 SMPN3 79,000 4 ,000 15,80000 16,3553 15,2447 SMPN8 63,687 4 ,000 15,60000 16,2801 14,9199 SMPN38 79,000 4 ,000 15,80000 16,3553 15,2447 SMPN12 63,687 4 ,000 15,60000 16,2801 14,9199 SMPN22 79,000 4 ,000 15,80000 16,3553 15,2447 SMPN27 76,000 4 ,000 15,20000 15,7553 14,6447 SMPN35 62,870 4 ,000 15,40000 16,0801 14,7199 SMPN37 79,000 4 ,000 15,80000 16,3553 15,2447 SMPN36 62,870 4 ,000 15,40000 16,0801 14,7199 SMPN9 62,870 4 ,000 15,40000 16,0801 14,7199 SMPN7 63,687 4 ,000 15,60000 16,2801 14,9199 SMPN17 79,000 4 ,000 15,80000 16,3553 15,2447 SMPN28 79,000 4 ,000 15,80000 16,3553 15,2447 SMPN29 62,870 4 ,000 15,40000 16,0801 14,7199 SMPN2 63,687 4 ,000 15,60000 16,2801 14,9199 SMPN18 63,687 4 ,000 15,60000 16,2801 14,9199

Kesiapan Sekolah SD

Berdasarkan tabel 19 diketahui bahwa berdasarkan hasil uji t terhadap sarana

prasarana sekolah SD dapat disimpulkan bahwa semua sekolah SD siap

melaksanakan pendidikan berbasis karakter. Hal ini dapat dilihat dari tingkat

signifikansi yang ditemukan dimana tingkat signifikansi berada dibawah α = 0,05.

Tabel 19

Hasil Uji Kesiapan Sarana Prasarana Sekolah SD One-Sample Test

Test Value = 0

95% Confidence Interval of the Difference

t df Sig. (2-tailed) Mean

Difference Lower Upper

SDN060877 19,503 24 ,000 1,08000 ,9657 1,1943 SDN060874 16,885 24 ,000 1,12000 ,9831 1,2569 SDN060790 14,697 24 ,000 1,20000 1,0315 1,3685 SDN060798 26,000 24 ,000 1,04000 ,9574 1,1226

Page 23: EXECUTIVE SUMMARY PENDIDIKAN KARAKTER.pdf

23

SDN060809 14,224 24 ,000 1,24000 1,0601 1,4199 SDN060810 14,697 24 ,000 1,20000 1,0315 1,3685 SDN060811 14,224 24 ,000 1,24000 1,0601 1,4199 SDN060813 14,224 24 ,000 1,24000 1,0601 1,4199 SDN060815 13,880 24 ,000 1,36000 1,1578 1,5622 SDN060825 15,501 24 ,000 1,16000 1,0056 1,3144 SDN060855 15,501 24 ,000 1,16000 1,0056 1,3144 SDN060856 14,000 24 ,000 1,40000 1,1936 1,6064 SDN060858 14,224 24 ,000 1,24000 1,0601 1,4199 SDN060878 16,000 24 ,000 1,60000 1,3936 1,8064 SDN060820 13,863 24 ,000 1,32000 1,1235 1,5165 SDN060851 14,224 24 ,000 1,24000 1,0601 1,4199 SDN060852 14,224 24 ,000 1,24000 1,0601 1,4199 SDN060853 15,396 24 ,000 1,56000 1,3509 1,7691 SDN060839 26,000 24 ,000 1,04000 ,9574 1,1226 SDN060840 16,000 24 ,000 1,60000 1,3936 1,8064 SDN060871 14,224 24 ,000 1,24000 1,0601 1,4199 SDN060879 14,212 24 ,000 1,44000 1,2309 1,6491 SDN060812 16,885 24 ,000 1,12000 ,9831 1,2569 SDN060828 15,501 24 ,000 1,16000 1,0056 1,3144 SDN060870 14,697 24 ,000 1,20000 1,0315 1,3685

Sedangkan hasil uji t terhadap kesiapan kurikulum sekolah SD dapat

disimpulkan bahwa semua kurikulum sekolah SD siap melaksanakan pendidikan

berbasis karakter. Hal ini dapat dilihat dari tingkat signifikansi yang ditemukan

dimana tingkat signifikansi berada dibawah α = 0,05. Tabel 20 berikut menampilkan

hasil uji t untuk kesiapan kurikulum SD.

Tabel 20

Hasil Uji Kesiapan Kurikulum SD One-Sample Test

Test Value = 0

95% Confidence Interval of the Difference

t df Sig. (2-tailed) Mean

Difference Lower Upper

SDN060877 6,325 5 ,001 1,33333 ,7914 1,8753 SDN060874 6,708 5 ,001 1,50000 ,9252 2,0748 SDN060790 7,906 5 ,001 1,66667 1,1247 2,2086 SDN060798 6,325 5 ,001 1,33333 ,7914 1,8753 SDN060809 6,325 5 ,001 1,33333 ,7914 1,8753 SDN060810 7,000 5 ,001 1,16667 ,7382 1,5951 SDN060811 6,708 5 ,001 1,50000 ,9252 2,0748 SDN060813 6,708 5 ,001 1,50000 ,9252 2,0748 SDN060815 6,708 5 ,001 1,50000 ,9252 2,0748 SDN060825 6,325 5 ,001 1,33333 ,7914 1,8753 SDN060855 6,325 5 ,001 1,33333 ,7914 1,8753 SDN060856 7,906 5 ,001 1,66667 1,1247 2,2086 SDN060858 11,000 5 ,000 1,83333 1,4049 2,2618 SDN060820 6,325 5 ,001 1,33333 ,7914 1,8753 SDN060851 7,906 5 ,001 1,66667 1,1247 2,2086 SDN060852 6,708 5 ,001 1,50000 ,9252 2,0748 SDN060853 11,000 5 ,000 1,83333 1,4049 2,2618 SDN060839 6,325 5 ,001 1,33333 ,7914 1,8753 SDN060840 7,906 5 ,001 1,66667 1,1247 2,2086 SDN060871 6,325 5 ,001 1,33333 ,7914 1,8753 SDN060879 7,906 5 ,001 1,66667 1,1247 2,2086 SDN060812 6,325 5 ,001 1,33333 ,7914 1,8753 SDN060828 7,906 5 ,001 1,66667 1,1247 2,2086 SDN060870 7,906 5 ,001 1,66667 1,1247 2,2086

Page 24: EXECUTIVE SUMMARY PENDIDIKAN KARAKTER.pdf

24

Untuk hasil uji t terhadap kesiapan SDM sekolah SD dapat disimpulkan bahwa

semua SDM sekolah SD siap melaksanakan pendidikan berbasis karakter. Hal ini

dapat dilihat dari tingkat signifikansi yang ditemukan dimana tingkat signifikansi

berada dibawah α = 0,05. Tabel 21 berikut menampilkan hasil uji t untuk kesiapan

SDM SD.

Tabel 21

Hasil Uji Kesiapan SDM SD One-Sample Test

Test Value = 0

95% Confidence Interval of the Difference

t df Sig. (2-tailed) Mean

Difference Lower Upper

SDN060877 5,715 4 ,005 1,40000 ,7199 2,0801 SDN060874 6,532 4 ,003 1,60000 ,9199 2,2801 SDN060790 6,532 4 ,003 1,60000 ,9199 2,2801 SDN060798 5,715 4 ,005 1,40000 ,7199 2,0801 SDN060809 6,000 4 ,004 1,20000 ,6447 1,7553 SDN060810 6,000 4 ,004 1,20000 ,6447 1,7553 SDN060811 6,532 4 ,003 1,60000 ,9199 2,2801 SDN060813 5,715 4 ,005 1,40000 ,7199 2,0801 SDN060815 6,532 4 ,003 1,60000 ,9199 2,2801 SDN060825 5,715 4 ,005 1,40000 ,7199 2,0801 SDN060855 5,715 4 ,005 1,40000 ,7199 2,0801 SDN060856 6,532 4 ,003 1,60000 ,9199 2,2801 SDN060858 9,000 4 ,001 1,80000 1,2447 2,3553 SDN060820 6,000 4 ,004 1,20000 ,6447 1,7553 SDN060851 9,000 4 ,001 1,80000 1,2447 2,3553 SDN060852 5,715 4 ,005 1,40000 ,7199 2,0801 SDN060853 9,000 4 ,001 1,80000 1,2447 2,3553 SDN060839 5,715 4 ,005 1,40000 ,7199 2,0801 SDN060840 6,532 4 ,003 1,60000 ,9199 2,2801 SDN060871 6,000 4 ,004 1,20000 ,6447 1,7553 SDN060879 9,000 4 ,001 1,80000 1,2447 2,3553 SDN060828 6,532 4 ,003 1,60000 ,9199 2,2801 SDN060870 6,532 4 ,003 1,60000 ,9199 2,2801

Dari keseluruhan hasil pengujian sebagaimana yang ditampilkan pada beberapa

tabel di atas tentang kesiapan sarana prasarana sekolah, kurikulum sekolah dan

sumberdaya manusia (SDM) sekolah baik jenjang tingkat sekolah SMA, SMP

maupun SD dapat disimpulkan bahwa sekolah telah siap dalam melaksanakan

pendidikan berbasis karakter.

Hasil Uji Pertanyaan Penelitian 3

Pertanyaan penelitian ke 3 dalam penelitian ini adalah mengetahui model

pengembangan kurikulum yang sesuai dengan pendidikan berbasis karakter di

sekolah-sekolah di Medan. Berdasarkan hasil data yang diperoleh dan telah di

analisis berkaitan dengan pengembangan model kurikulum sekolah melalui sejumlah

indikator-indikator seperti nilai-nilai pendidikan karakter (karakter dalam

hubungannya terhadap Tuhan, karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri,

karakter dalam hubungannya dengan sesama, karakter dalam hubungannya dengan

lingkungan, karakter dalam hubungannya dengan alam), prinsip-prinsip pendidikan

Page 25: EXECUTIVE SUMMARY PENDIDIKAN KARAKTER.pdf

25

karakter, kesiapan sarana prasarana, kesiapan kurikulum dan kesiapan sumberdaya

manusia dari tenaga pengajar yang ada di sekolah. Maka dapat diusulkan dan

dikembangkan sebuah model kurikulum pendidikan berbasis karakter baik di tingkat

sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas

(SMA) di Medan khususnya dan di Sumatera Utara pada umumnya. Adapun hasil

model pengembangan kurikulum pendidikan berbasis karakter di kota medan

ditampilkan pada gambar 5.

Page 26: EXECUTIVE SUMMARY PENDIDIKAN KARAKTER.pdf

26

Gambar 5.

Model Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Karakter

.

NILAI-NILAI

YANG

MEMPENGARUHI

PEMEBENTUKAN

KARAKTER

1

Tuhan /Religius

2

Diri

Sendiri

5

Alam

4

Lingku

ngan

3

Sesama

PRINSIP

PENDIDIKAN

KARAKTER DI

SEKOLAH

KESIAPAN

SEKOLAH DALAM

MELAKSANAKAN

PENDIDIKAN

KARAKTER

1

Sarana

Prasarana

2

Kuriku

lum

Sendiri

3

SDM

Prinsip

Etika

Komit

men

Moral

Nilai

Etika

Motivasi

Intrinsik

Kepedul

ian

Pimpinan

Guru

Staf Keterlibatan

Keluar

ga

Perenca

naan

Program

Evaluasi

Program

Page 27: EXECUTIVE SUMMARY PENDIDIKAN KARAKTER.pdf

27

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengembangan sekolah berbasis karakteris di

Sumatera Utara dengan mengambil studi kasus di sekolah-sekolah di Medan. Adapun

tingkat sekolah yang dijadikan objek penelitian adalah Sekolah Dasar (SD), Sekolah

Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMA). Adapun

pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini terdiri dari tiga pertanyaan. Ketiga

pertanyaan tersebut adalah: (1) Apakah nilai-nilai pendidikan berbasis karakter

berpengaruh terhadap pendidikan karakter? (2) Seberapa siapkah sekolah

melaksanakan pendidikan berbasis karakter? (3) Model kurikulum yang

bagaimanakah yang sesuai dengan pendidikan berbasis karakter di sekolah-sekolah

di Medan?.

Berdasarkan hasil pengujian pertanyaan penelitian, simpulan yang dapat

ditarik dari masing-masing pengujian pertanyaan tersebut seperti berikut. Pertama,

nilai karakter dalam hubungannya terhadap Tuhan berpengaruh secara signifikan

terhadap pendidikan karakter. Kedua, nilai karakter dalam hubungannya terhadap diri

sendiri berpengaruh secara signifikan terhadap pendidikan karakter. Ketiga, nilai

karakter dalam hubungannya terhadap sesama berpengaruh secara signifikan

terhadap pendidikan karakter. Keempat, nilai karakter dalam hubungannya terhadap

lingkungan berpengaruh secara signifikan terhadap pendidikan karakter. Kelima,

nilai karakter dalam hubungannya terhadap alam berpengaruh secara signifikan

terhadap pendidikan karakter. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan

karakter siswa seperti nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan, nilai

karakter dalam hubungannya dengan Diri Sendiri, nilai karakter dalam hubungannya

dengan Sesama, nilai karakter dalam hubungannya dengan Lingkungan dan nilai

karakter dalam hubungannya dengan Alam menjadi faktor penting yang dapat

meningkatkan prinsip pendidikan karakter. Dari temuan ini diharapkan para kepala

sekolah yang memimpin sekolah harus meningkatkan kepeduliannya terhadap nilai-

nilai karakter dan kurikulum pendidikan berbasis karakter guna menunjang

pencapaian sekolah unggulan berbasis karakter. Temuan ini memberikan kontribusi

penting dimana penanaman nilai-nilai pendidikan karakter yang semakin luas akan

berdampak pada sikap dan perilaku siswa di sekolah, masyarakat maupun lingkungan

dimana ia bergaul.

Kedua, secara keseluruhan, kesiapan sarana prasarana sekolah untuk tingkat

sekolah SD, SMP dan SMA di seluruh kota Medan dinyatakan telah siap dalam

melaksanakan pendidikan berbasis karakter. Kesiapan ini dapat dilihat dari dominasi

jawaban pada kepala sekolah dan pengamatan peneliti dari indikator-indikator sarana

prasarana yang ada yang sesuai dengan indikator yang ditetapkan oleh peneliti.

Walaupun ada beberapa indikator lain yang belum sepenuhnya tersedia untuk

beberapa sekolah seperti ketiadaan ruang sirkulasi dan ketiadaan infokus, tidak

memiliki lahan praktik, lahan untuk prasarana penunjang dan lahan pertamanan.

Akan tetapi ketiadaan sarana dan prasarana dari indikator ini tidak dapat dijadikan

alasan sebagai dasar untuk menolak bahwa sekolah tidak siap dalam menerapkan

pendidikan karakter, karena sarana dan prasarana vital lainnya telah memadai.

Ketiga, Indikator ke dua dari kesiapan pelaksanaan pendidikan karakter

adalah kesiapan kurikulum sekolah. Salah satu elemen penting dalam rangka

peningkatan mutu pendidikan agar peserta didik mampu bersaing adalah elemen

Page 28: EXECUTIVE SUMMARY PENDIDIKAN KARAKTER.pdf

28

kurikulum. Melalui perbaikan dan pengembangan kurikulum diharapkan proses

pendidikan dapat menghasilkan lulusan yang cerdas dan kompetitif serta relevan

dengan arah pembangunan di Indonesia. Kurikulum merupakan rencana dan

pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan

sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari lapangan mengenai

kesiapan kurikulum Sekolah SD, SMP dan SMA tentang efektifitas pelaksanaan

pendidikan berbasis karakter, diketahui bahwa kurikulum yang dikembangkan di

sekolah dasar di kota Medan saat ini telah memiliki kandungan nilai-nilai pendidikan

karakter sekalipun indikator kurikulum pendidikan karakter untuk tingkat SD

berbeda dengan tingkat SMP dan SMA. Indikator yang digunakan untuk pendidikan

karakter pada tingkat sekolah tersebut telah disesuaikan dengan kondisi sekolah

dasar yang ada. Oleh karena itu, hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa secara

umum muatan kurikulum di sekolah-sekolah di Medan telah memuat nilai-nilai

pendidikan berbasis karakter Dari kesimpulan ini kita dapat mengatakan bahwa

sekalipun sekolah tidak menyatakan bahwa mereka melaksanakan pendidikan

karakter, namun muatau kurikulum mereka pada dasarnya telah mencerminkan nilai-

nilai pendidikan berbasis karakter.

Keempat, mengenai kesiapan sumberdaya manusia guru-guru sekolah dasar

negeri (SDN) dalam menunjang kesiapan pelaksanaan pendidikan karakter diketahui

bahwa sumberdaya manusia dari guru-guru SDN saat ini diseluruh kota Medan yang

menjadi bagian dari sampel penelitian lebih banyak di dominasi tingkat pendidikan

SPG (sekolah pendidikan guru). Hanya 32 persen dari guru-guru SDN sekarang yang

memiliki pendidikan tingkat sarjana atau setara dengan akta IV. Sedangkan kesiapan

sumberdaya manusia guru-guru sekolah menengah pertama (SMPN) dalam

menunjang kesiapan pelaksanaan pendidikan karakter diketahui bahwa sumberdaya

manusia dari guru-guru SMPN saat ini diseluruh kota Medan lebih banyak di

dominasi tingkat pendidikan sarjana yang dalam hal ini sarjana pendidikan (S.Pd).

Namun, sudah banyak juga guru-guru SMPN yang melanjudkan pendidikannya ke

jenjang strata-2 (S-2) dimana rata-rata guru-guru yang mengambil jenjang

pendidikan strata-2 ini lebih banyak di dominasi oleh pejabat kepala sekolah atau

pembantu kepala sekolah, maka sudah sewajarnya menjadi kewajiban sekolah atau

pemerintah daerah untuk membenahi/meningkatkan tingkat pendidikan guru-guru

tersebut. Untuk kesiapan sumberdaya manusia guru-guru sekolah menengah atas

(SMA) dalam menunjang kesiapan pelaksanaan pendidikan karakter diketahui bahwa

sumberdaya manusia dari guru-guru SMA saat ini diseluruh kota Medan lebih

banyak di dominasi tingkat pendidikan Sarjana (S.1), hanya beberapa orang guru saja

dalam satu sekolah yang melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan strata 2

dan sudah menyelesaikan pendidikan tersebut. Sama halnya dengan temuan di

tingkat SDN dan SMPN, diketahui bahwa guru-guru SMA yang sudah berusia lanjut

saat ini yang justru lebih mampu mengayomi dan mengembangkan potensi diri anak

dan juga mampu mendidik anak siswa lebih mengenal tentang etika dan nilai-nilai

karakter yang ada pada dirinya dibandingkan dengan guru-guru baru yang masih

berusia muda yang nota bene jenjang pendidikannya lebih tinggi. Guru-guru muda

yang ada di SMA saat ini lebih banyak mengedepankan sikap individualis dan lebih

mementikan diri sendiri. Faktor ini ditengarai disebabkan oleh perkembangan

Page 29: EXECUTIVE SUMMARY PENDIDIKAN KARAKTER.pdf

29

teknologi informasi yang semakin maju. Sehingga sikap untuk berbagi dan sikap

toleransi sudah mulai pudar.

Saran

Ada beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai rekomendasi untuk kepentingan

dunia pendidikan. Beberapa saran tesebut antara lain: (1) Perlu di buat Perda Baru

tentang implementasi pendidikan berbasis karakter di Sekolah-sekolah di kota

Medan, (2) Pemda (Bupati/Walikota/Kadis Pendidikan) harus mendukung upaya

merumuskan kembali kurikulum yang ada sesuai dengan muatan bahan ajar yang

berorientasi pada nilai-nilai pendidikan karakter, (3) Sekolah harus membuat,

melasakanakan, mengkaji dan mengevaluasi pengembangan kurikulum pendidikan

berbasis karakter, (4) Sekolah harus mampu mengembangkan kurikulum ekstra

kokurikuler yang mengarahkan siswa memperdalam nilai-nilai karakter yang ada

pada dirinya, (5) Membuat perlombaan tentang kegiatan pendidikan berbasis

karakter melalui game (permainan) dalam bentuk kerjasama tim untuk merangsa

sikap kerjasama dalam diri anak didik.

Page 30: EXECUTIVE SUMMARY PENDIDIKAN KARAKTER.pdf

30

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, 1999. Pengantar Psikologi. Jakarta: Penerbit Erlangga. Benninga, J, Berkowitz, M, Kuehn, P., & Smith, K. (2006). Character and

Academics: What Good Schools Do. Phi Delta Kappan, 87 (6), 448-459.

Berkowitz.M. (2004).Research Based Character Education. American Academy of

Political and Social Science Journal, 59 (1), 72- 97

Bernice, L, 2007. Historical Perspective on Character Education. The Journal of

Education, 18 (7), 3 -15

Bruce M.W, Philip H.P. & Kerstin, H., 2007. Does Active Learning Enhance Learner

Outcomes? Evidence from Discussion Participation in Online Classes.

Journal of Political Science Education, 3, 131–142,

Davis, M., 2003. What’s Wrong with Character Education? American Journal of

Education, 11.0 3.2-57. (Diambil May 1, 2009). www.goodcharacter.

com/Article_4.html

Dwiningrum, Siti Irene A, 2010, Pendekatan Holistik dan Kontekstual Dalam

Mengatasi Krisis Karakter di Indonesia, Cakrawala Pendidikan, Mei

Gage, N.K & Berliner, D.C., 1988. Educational Psychology, Boston: Houghton-

Mifllin.

Gillies, R., 2006. Teacher and student verbal behaviours during cooperative and

small - group learning. British Journal of Educational Psychology ,76,

271-287.

Hamalik, O., 2008. Proses Belajar Mengajar. Bandung. PT. Bumi Aksara

Hendrojuwono, W., 2008. Menciptakan Trasformasional dalamMembangun Karakter

Bangsa. Makalah Temu Ilmiah Nasional Ikatan Psikologi Perkembangan –

Bandung.

Johnson, E. B., 2002. Contextual teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan

Belajar MengajarMengasyikan dan Bermakna. Bandung: Mizan Learning

Center

Johnson & Johnson, 2001. Impact of Group Processing on Achievment in

Cooperative Group. The Journal of Social Psychology, 130, 507-516

Jones. H.J., David B. E & Joyce, M. A., 2008. Friends, Classmates, and Selfregulated

learning: discussions with peers inside and outside the classroom.

Metacognition Learning journal ,3, 1-15.

JoeI, Klein , Resiliensi and Character Development Part II, october 2009, Office of

school and Youth Development NYE of Departement of Education.

Kartina, Tien. 2011. Pendidikan Karakter. Yahoo.com

Kebijakan Nasional, Pembangunan karakter Bangsa, tahun 2010-2025.

Kompas, 2009. Pendidikan membangun Karakter Bangsa, Edisi 7 Mei 2009

Koesoma, Dony, 2004. Pendidikan Karakter, Jakarta: Grasindo

Lehr, D, Lauren K & Clinton L.R., 2007. Character Education and Student With

Disabilities. The Journal Of Education, 187, 3-15

Lickona, T., 1997. The Teacher’s role in character education. Journal of Education.

179, 18-30

Page 31: EXECUTIVE SUMMARY PENDIDIKAN KARAKTER.pdf

31

Lickona, Thomas (1991), Educating for Character : How Our School Can Do Teach

Respect and Responsibility; Brantam Book, New York

---------------------- (1999). Eleven Principles of Effective Character , Scholastic

Early Childhood To day, November/December 1998, 13.1, PreQuest

Education Journals

Megawangi, R, Dona, R, Yulisinta F & Wahyu, F., 2007. Pendidikan yang Patut dan

Menyenangkan. Cimanggis; Indonesia Heritage Foundation.

Megawangi Ratna, 2010. Strategi dan Implementasi Pendidikan Karakter di PAUD.

Makalah disajikan dalam seminar tentang PAUD. Bogor.

Megawangi, R, Latifah, M & Dina, F., 2005. Pendidikan Holistik.Cimanggis:

Indonesia Heritage Foundation.

Mudjiman, H., 2008. Belajar Mandiri. Cetakan 2 Surakarta. LPP UNS.

Muis, S. 2004. Pendidikan Partisipatif, Yogyakarta, Safria Insani Pers.

Musfiroh, T., Kuswarwanti., Sarjiwo., & Puspitorini, 2005. Cerita Untuk

Perkembangan Anak. Yogyakarta: Navala

Ormrod, J.E., 2003. Educational Psychology. Developing Learners (fourth edition).

New Jersey: Pearson Education inc.

Peter, H., 2000. Active Learning. Handbook for Farmacy Educators. by The

Haworth Press, Inc..

Pemerintah RI, 2010. Desain Induk Pendidikan Karakter , Kementrian Pendidikan

Nasional 2010.

Pugach, C. M., 2006. Because Teaching Matters, Jhon Willey & Son River street.

Hoboken

Raka, Gede, 2006.Guru Tranformasional dalam Pembangunan Karakter dan

Pembangunan Bangsa, Makalah, Orasi Dosen Berpretasi Tingkat Poltekes

dan Tingkat Nasional, Jakarta: 10 Nopember 2006.

----------- (2006), Pendidikan Untuk Kehidupan Bermakna. Makalah, Orasi Ilmiah

pada Hari Wisuda Universitas Kristen Maranatha Bandung, 25 Maret 2006

--------- (2007), Pendidikan Membangun Karakter, Makalah, Orasi Perguruan

Taman Siswa, Bandung 10 Februari 2007

Ratih Megawati (2005), Pendidikan Karakter :Sebuah Agenda Perbaikan Moral

Bangsa. EDUKASI : Jakarta, September 2005

Raksa, Teguh Yoga, 2009. Arti Kejujuran,Wisdom from Expert, Rabu, 1 Juli 2009

Republika, 2008. Mencari Pola Pendidikan Ideal. Edisi 15 September 2008

Santrock, J.W., 2004, Educational Psychology. Boston. University of Dallas

Saphiro, L.E., 1998. Mengajarkan Emotional Intelligence Pada Anak. Jakarta:

gramedia.

Slavin, R., 1991. Synthesis of Research on Cooperative Learning. Educational

Leadership, (2), 71-82

Slavin, R. 2000. Educational Psychology: Theory into Practice. Prentice Hall:

Ennelwood.

Suryati, A. 2009. Implementasi Pendidikan Kontekstual untuk meningkatkan

Kemampuan Kreativitas Siswa. Journal Pendidikan dan Budaya.

Http://educare-e.fkipunia (diambil 15 April 2009)

Susilo, J., 2007. Pembodohan Siswa Secara Sistematis. Yogyakarta. Pinus Publisher.

Page 32: EXECUTIVE SUMMARY PENDIDIKAN KARAKTER.pdf

32

Sukandi, U., Karim S., Belen S., Maskur, 2001. Belajar aktif dan Terpadu: Apa,

Mengapa dan Bagaimana. Jakarta. The British Council Prima Centra

Indonesia.

Trigwell, K, 2005,. Teaching–research relations,cross-disciplinary collegiality and

student learning. Higher Education Journal 49 : 235–254.

Widiantri Efri, 2007. Remaja dan Permasalahannya: Bahaya Merokok,

Penyimpangan Seks pada Remaja, dan Bahaya Penyalahgunaan Minuman

Keras/Narkoba. Universitas Padjajaran.

Whidaryanto, Pranowo, W., Setiyaningsih & Nugraha, YFS, 2003. Student Active

Learning. Jogjakarta: FKIP .Universitas Sanata Dharma.

Zimmerman, B.J. & Martinez-Pons, M, 1990. Student differences in self regulated

learning: Relating grade, sex, and giftedness to self-efficacy and strategy use.

Journal of Educational Psychology, 82, 51-59.

Page 33: EXECUTIVE SUMMARY PENDIDIKAN KARAKTER.pdf

33

Page 34: EXECUTIVE SUMMARY PENDIDIKAN KARAKTER.pdf

34

Page 35: EXECUTIVE SUMMARY PENDIDIKAN KARAKTER.pdf

35