Executive Summary Ikan Kayong

71
Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara EXECUTIVE SUMMARY Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara Latar Belakang Kabupaten Kayong Utara merupakan salah satu sentra produksi perikanan dan termasuk daerah tertinggal. Dengan demikian seharusnya pembangunan wilayah pengembangan industri perikanan di Kabupaten Kayong Utara, lebih diarahkan pembangunannya pada upaya-upaya peningkatan produktivitas, mengurangi kemiskinan, serta meningkatkan kesejahteraan terutama dengan meningkatkan pembangunan dan pengelolaan infrastruktur dasarnya. Dalam rangka meningkatkan produktivitas perikanan di daerah tertinggal Kabupaten Kayong Utara, perlu adanya konsep pengelolaan dan pembangunan sarana dan prasarana infrastruktur dasar perikanan untuk lebih meningkatkan pelayanan pemerintah terhadap masyarakatnya. Pemerintah harus lebih banyak lagi mengintervensi sektor ini dengan penyediaan infrastruktur dasar seperti pelabuhan laut, udara, jalan, air bersih dan listrik, Untuk memacu pertumbuhan pembangunan dan produktivitas perikanan Kabupaten Kayong Utara, diperlukan upaya sungguh- sungguh dalam mengelola pembangunan infrastruktur dasar perikanan di wilayah ini.. Kegiatan ini diawali dengan identifikasi infrastruktur dasar. Kegiatan identifikasi dalam Executive Summary 1

description

eksd

Transcript of Executive Summary Ikan Kayong

Page 1: Executive Summary Ikan Kayong

Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara

EXECUTIVE SUMMARYIdentifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar

Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara

Latar Belakang

Kabupaten Kayong Utara merupakan salah satu sentra produksi perikanan dan

termasuk daerah tertinggal. Dengan demikian seharusnya pembangunan wilayah

pengembangan industri perikanan di Kabupaten Kayong Utara, lebih diarahkan

pembangunannya pada upaya-upaya peningkatan produktivitas, mengurangi kemiskinan,

serta meningkatkan kesejahteraan terutama dengan meningkatkan pembangunan dan

pengelolaan infrastruktur dasarnya. Dalam rangka meningkatkan produktivitas perikanan di

daerah tertinggal Kabupaten Kayong Utara, perlu adanya konsep pengelolaan dan

pembangunan sarana dan prasarana infrastruktur dasar perikanan untuk lebih meningkatkan

pelayanan pemerintah terhadap masyarakatnya. Pemerintah harus lebih banyak lagi

mengintervensi sektor ini dengan penyediaan infrastruktur dasar seperti pelabuhan laut,

udara, jalan, air bersih dan listrik,

Untuk memacu pertumbuhan pembangunan dan produktivitas perikanan Kabupaten

Kayong Utara, diperlukan upaya sungguh-sungguh dalam mengelola pembangunan

infrastruktur dasar perikanan di wilayah ini.. Kegiatan ini diawali dengan identifikasi

infrastruktur dasar. Kegiatan identifikasi dalam rangka upaya peningkatan kualitas pelayanan

pemerintah terhadap masyarakat dapat dilakukan dengan melihat fenomena pertumbuhan dan

perkembangan wilayah yang menunjukkan tumbuh dan berkembang sejalan dengan makin

meningkatnya jumlah penduduk baik karena adanya tingkat urbanisasi yang tinggi ataupun

perkembangan alamiah, yang berakibat pada semakin bertambahnya beban infrastruktur yang

sudah ada, dalam melayani kebutuhan masyarakatnya.

Tujuan

Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan kegiatan Identifikasi dan

Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong

Utara, dititikberatkan pada:

Executive Summary 1

Page 2: Executive Summary Ikan Kayong

Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara

1. Identifikasi dan pengembangan infrastruktur dasar perikanan di Kecamatan Sukadana,

Pulau Maya, dan Teluk Batang Kabupaten Kayong Utara.

2. Perumusan prioritas pembangunan infrastuktur dasar perikanan di Kecamatan

Sukadana, Pulau Maya, dan Teluk Batang Kabupaten Kayong Utara

Sasaran dan manfaat

Sasaran :

1. Teridentifikasinya kondisi infrastruktur, persebaran Infrastruktur Dasar di sentra

perikanan di Kecamatan Sukadana, Pulau Maya, dan Teluk Batang Kabupaten

Kayong Utara.

2. Tersusunnya konsep penataan infrastruktur dasar industri perikanan dengan

memperhatikan aspek regulasi mengenai penataan ruang dan tingkat kehidupan

sosial ekonomi masyarakat di kawasan pengembangan perikanan Kabupaten

Kayong Utara.

3. Terumuskannya rekomendasi arah kebijakan dalam mengembangkan Infrastruktur

Dasar di lokasi Kecamatan Sukadana, Pulau Maya, dan Teluk Batang Kabupaten

Kayong Utara.

Manfaat :

1. Membantu pemerintah dalam penyediaan data dan informasi tentang kondisi

eksisting Infrastruktur Dasar Industi Perikanan Kabupaten Kayong Utara.

2. Memberikan kemudahan bagi stakeholders dalam melihat kondisi Infrastruktur

Dasar Industri Perikanan di daerah tertinggal Kabupaten Kayong Utara, untuk

membuat perencanaan pembangunan daerah selanjutnya pada kawasan tersebut.

Pengertian Daerah Tertinggal

Daerah tertinggal merupakan wilayah perdesaan yang ketersediaan sarana dan

prasarana dasar wilayahnya kurang/tidak ada (tertinggal) sehingga menghambat

pertumbuhan/perkembangan kehidupan masyarakatnya dalam bidang ekonomi (kemiskinan)

dan bidang pendidikan (keterbelakangan) atau dapat didefinisikan sebagai daerah yang

masyarakat serta wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan daerah lain dalam

skala nasional akibat beberapa faktor penyebab, antara lain:

Executive Summary 2

Page 3: Executive Summary Ikan Kayong

Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara

1. Geografis. Umumnya secara geografis daerah tertinggal relative sulit dijangkau karena

letaknya yang jauh dipedalaman, perbukitan/pegunungan, pesisir, dan pulau-pulau

terpencil atau karena faktor geomorfologis lainnya sehingga sulit dijangkau oleh jaringan

baik transportasi maupun media komunikasi.

2. Sumberdaya Alam. Beberapa daerah tertinggal tidak memiliki potensi sumberdaya alam,

daerah yang memiliki sumberdaya alam yang besar namun lingkungan sekitarnya

merupakan daerah yang dilindungi atau tidak dapat dieksploitasi, daerah tertinggal akibat

pemanfaatan sumberdaya alam yang berlebihan.

3. Sumberdaya Manuasia. Pada umumnya masyarakat di daerah tertinggal mempunyai

tingkat pendidikan, pengetahuan dan keterampilan yang relatif rendah serta kelembagaan

adat yang belum berkembang.

4. Prasarana dan Sarana. Keterbatasan prasarana dan sarana komunikasi, transportasi, air

bersih, irigasi, kesehatan, pendidikan dan pelayanan lainnya yang menyebabkan

masyarakat di daerah tertinggal tersebut mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas

ekonomi dan sosial.

Panduan identifikasi daerah tertinggal dari Ciptakarya PU menyatakan bahwa ada

beberapa kriteria yang digunakan untuk menentukan daerah tertinggal, yaitu: (i) Daerah

perdesaan (unit administratif desa); (ii) Prasarana Dasar Wilayah Kurang/Tidak Ada, yang

mencakup Air Bersih, Listrik, dan Irigasi; (iii) Sarana Wilayah Kurang/Tidak Ada, yang

mencakup Sarana Ekonomi (Pasar, Pertokoan, PKL, Industri), Sarana Sosial (Kesehatan dan

Pendidikan), dan Sarana Transportasi (Terminal, Stasiun, Bandara, dan lain-lain); (iv)

Perekonomian masyarakat rendah (Miskin/Pra Sejahtera); (v) Tingkat Pendidikan Rendah

(Terbelakang/Pendidikan kurang dari 9 tahun); dan (vi) Produkitivitas Masyarakat Rendah

(Pengangguran pada usia produktif).

Parameter desa tertinggal menurut Ciptakarya PU disusun berdasarkan kriteria

sebagai berikut:

1. Kawasan Permukiman dengan kriteria kawasan perdesaan dan parameter unit

administratif desa.

2. Prasarana Dasar Wilayah

Kriteria Jaringan Air Bersih

Executive Summary 3

Page 4: Executive Summary Ikan Kayong

Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara

Parameter: Pelayanan terhadap Luas Kawasan kurang dari (<) 25 %

Kriteria: Jaringan Listrik

Parameter: Pelayanan terhadap Luas Kawasan kurang dari (<) 25 %

Kriteria: Jaringan Irigasi

Parameter: Pelayanan terhadap Luas Kawasan kurang dari (<) 25 %

3. Sarana Wilayah

Kriteria: Sarana Ekonomi (Pasar, Pertokoan, PKL, dll)

Parameter: Pelayanan terhadap Luas Kawasan kurang dari (<) 25 %

Kriteria: Sarana Industri (Industri RT, Industri Menengah, Industri Besar)

Parameter: Pelayanan terhadap Luas Kawasan kurang dari (<) 25 %

Kriteria: Sarana Kesehatan (RSD, Puskemas, Pustu, dll)

Parameter: Pelayanan terhadap Luas Kawasan kurang dari (<) 25 %

Kriteria: Sarana Pendidikan (TK, SD, SMP, SMU)

Parameter: Pelayanan terhadap Luas Kawasan kurang dari (<) 25 %

Kriteria: Sarana transportasi (Terminal, Stasiun)

Parameter: Pelayanan terhadap Luas Kawasan kurang dari (<) 25 %

4. Kondisi Kehidupan Masyarakat

Kriteria: Perekonomian masyarakat

Parameter: Jumlah Penduduk Miskin lebih dari (>) 50 %

Kriteria: Tingkat Pendidikan

Parameter: Tingkat Pendidikan Penduduk kurang dari (<) SMP lebih dari (>) 50%

Kriteria: Produktivitas Masyarakat

Parameter: Penduduk Menganggur lebih dari (>) 50%

Pengertian Infrastruktur

Infrastruktur merupakan sistem fisik yang menyediakan transportasi, pengairan,

drainase, bangunan gedung dan fasilitas publik lainnya, yang dibutuhkan untuk memenuhi

kebutuhan dasar manusia baik kebutuhan sosial maupun kebutuhan ekonomi. Pengertian ini

merujuk pada infrastruktur sebagai suatu sistem. Dimana infrastruktur dalam sebuah sistem

adalah bagian-bagian berupa sarana dan prasarana (jaringan) yang tidak terpisahkan satu

Executive Summary 4

Page 5: Executive Summary Ikan Kayong

Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara

sama lain. Infrastruktur sendiri dalam sebuah sistem menopang sistem sosial dan sistem

ekonomi sekaligus menjadi penghubung dengan sistem lingkungan. Ketersediaan

infrastruktur memberikan dampak terhadap sistem sosial dan sistem ekonomi yang ada di

masyarakat. Oleh karenanya, infrastruktur perlu dipahami sebagai dasar-dasar dalam

mengambil kebijakan (Kodoatie, 2005).

KABUPATEN KAYONG UTARA

Geografi

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2007 dan Surat Menteri Dalam

Negeri Nomor: 135/439/SJ Tanggal 27 februari 2007 menyatakan bahwa luas Kabupaten

Kayong Utara adalah 4.568,26 km2. Wilayah geografis Kabupaten Kayong Utara berada

pada sisi selatan Propinsi Kalimantan Barat atau berada pada posisi 00 43’ 5,15’’ Lintang

Selatan sampai dengan 10 46’ 35,21’’ Lintang Selatan dan 1080 40’ 58,88’’ Bujur Timur

sampai dengan 1100 24’ 30,05’’ Bujur Timur.

Secara administratif batas wilayah Kabupaten Kayong Utara adalah sebelah utara

berbatasan dengan Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Ketapang dan Selat Karimata; sebelah

selatan berbatasan dengan Selat Karimata dan Kabupaten Ketapang; sebelah barat berbatasan

dengan Selat Karimata; dan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Ketapang.

Kabupaten Kayong Utara terdiri dari 6 (enam) kecamatan, yaitu: Kecamatan

Sukadana, Kecamatan Simpang Hilir, Kecamatan Telok Batang, Kecamatan Seponti,

Kecamatan Pulau Maya dan Kecamatan Kepulauan Karimata

Kependudukan

Penduduk Kabupaten Kayong Utara pada tahun 2012 berjumlah 99.495 jiwa

dengan kepadatan penduduk sekitar 22 jiwa per kilometer persegi. Penyebaran penduduk di

Kabupaten Kayong Utara tidak merata antar Kecamatan yang satu dengan kecamatan yang

lainnya. Kecamatan Simpang Hilir merupakan Kecamatan dengan tingkat kepadatan tertinggi

yaitu 30.093 jiwa (20 orang/km2). Sebaliknya, Kecamatan Kepulauan Karimata dengan luas

424,82 Km2 sekitar 9,30 persen dari total wilayah Kecamatan hanya di huni 7 (tujuh)

jiwa/km2

Executive Summary 5

Page 6: Executive Summary Ikan Kayong

Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara

Perikanan

Perikanan yang diusahakan oleh nelayan di Kabupaten Kayong Utara dapat

dikategorikan menjadi perikanan laut, perairan umum, dan budidaya kolam.

Produksi Perikanan Menurut Jenisnya Tahun 2012

Jenis Perikanan Produksi (Ton) Persentase

Perikanan Laut 21.435,10 95,52

Perairan Umum 707,90 3,16

Budidaya Kolam 296,60 1,32

Jumlah 22.439,60 100,00

Sumber: BPS Kayong Utara, 2012

Produksi terbesar yang dihasilkan oleh nelayan sebagian besar berasal dari perikanan

laut yang mencapai 95,52% dari keseluruhan produksi perikanan yang dihasilkan di

Kabupaten Kayong Utara terbesar.

KECAMATAN SUKADANA

Geografi

Wilayah geografis Kecamatan Sukadana berada pada 10 08’ 00” LS - 10 20’ 00” LS

1090 52’ 24” BT - 1100 09’ 48” BT.

Secara administratif batas wilayah Kecamatan Sukadana adalah sebelah utara

berbatasan dengan Kecamatan Simpang Hilir; sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan

Matan Hilir Utara; sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Pulau Maya; dan sebelah

timur berbatasan dengan Kecamatan Matan Hilir Utara.

Luas wilayah Kecamatan Sukadana terdiri dari 12 (dua belas) desa/kelurahan

Kecamatan Luas Wilayah (km2) Persentase (%)

Simpang Tiga 89,79 8,74

Sejahtera 141,49 13,78

Pangkalan Buton 84,99 8,27

Sutera 78,09 7,60

Benawai Agung 159,19 15,50

Harapan Mulia 206,79 20,13

Executive Summary 6

Page 7: Executive Summary Ikan Kayong

Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara

Kecamatan Luas Wilayah (km2) Persentase (%)

Sedahan Jaya 56,09 5,46

Gunung Sembilan 41,79 4,07

Pampang Harapan 79,09 7,70

Riam Berasap Jaya 89,79 8,74

Jumlah 1027,07 100,00

Sumber: BAPPEDA, 2012

Desa/kelurahan yang memiliki luas wilayah terbesar di kecamatan Sukadana adalah

Harapan Mulia dan terkecil adalah Gunung Sembilan.

Gambar 3.1. Kecamatan Sukadana

Perikanan

Jumlah nelayan dan unit penangkapan ikan pada tahun 2008-2012 di Kecamatan Sukadana

No.Jumlah Nelayan/Unit

Penangkapan Ikan2008 2009 2010 2011 2012

1. Jumlah Nelayan (orang) 240 230 230 232 235

2. Unit Penangkapan Ikan (Buah) 127 125 135 126 126

Tanpa Motor 72 70 74 70 70

Motor Tempel 36 34 38 35 35

Kapal Motor 19 21 23 21 23

Executive Summary 7

Page 8: Executive Summary Ikan Kayong

Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kayong Utara, 2013

Jumlah nelayan di Kecamatan Sukadana umumnya relatif tetap, namun unit

penangkapan ikannya yang terdiri dari tanpa motor, motor tempel, dan kapal motor telah

mengalami penurunan sebanyak 9 buah pada tahun 2012 dibandingkan tahun 2010 dan 2011.

Sementara itu, jumlah produksi ikan pada tahun 2008 – 2012

No. Uraian 2008 2009 2010 2011 2012

1. Perikanan Laut 736,30 864,75 1.289,00 1.392,10 1.622,00

2. Perikanan Perairan Umum - - - - 45,00

3. Budidaya Kolam 160,00 20,34 19,10 - 63,10

4. Ikan Awetan 2,30 180,80 218,00 235,40 244,60

Jumlah 927,60 1.065,89 1.526,10 1.627,50 1.974,70

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kayong Utara, 2013

Jumlah produksi pada perikanan laut, perikanan perairan umum, budidaya kolam, dan

ikan awetan menunjukkan trend yang meningkat periode 2008-2012.

KECAMATAN PULAU MAYA

Geografi

Wilayah geografis Kecamatan Pulau Maya berada pada 00 55’ 41’’ LS – 10 18’ 53’’

LS 1090 13’ 58’’ BT – 1090 47’ 03’’ BT.

Secara administratif batas wilayah Kecamatan Pulau Maya adalah sebelah utara

berbatasan dengan Kabupaten Kubu Raya; sebelah selatan berbatasan dengan Selat Karimata;

sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Teluk Batang, Simpang Hilir, dan Sukadana,

dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Pulau Karimata dan Selat Karimata.

Luas wilayah Kecamatan Pulau Maya terdiri dari 5 (lima) desa/kelurahan

Kecamatan Luas Wilayah (km2) Persentase (%)

Dusun Besar 125,31 16,39

Tanjung Satai 168,76 22,07

Dusun Kecil 192,77 25,21

Executive Summary 8

Page 9: Executive Summary Ikan Kayong

Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara

Kecamatan Luas Wilayah (km2) Persentase (%)

Kemboja 132,99 17,39

Satai Lestari 144,75 18,93

Jumlah 764,60 100,00

Sumber: Bappeda Kayong Utara, 2012

Desa/kelurahan yang memiliki luas wilayah terbesar di kecamatan Pulau Maya adalah

Dusun Kecil dan terkecil Dusun Besar.

Kecamatan Pulau Maya

Perikanan

Jumlah nelayan dan unit penangkapan ikan pada tahun 2008-2012 di Kecamatan

Pulau Maya.

No.Jumlah Nelayan/Unit

Penangkapan Ikan2008 2009 2010 2011 2012

1. Jumlah Nelayan (orang) 2.738 3.492 3.499 2.042 2.553

2. Unit Penangkapan Ikan (Buah)

Executive Summary 9

Page 10: Executive Summary Ikan Kayong

Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara

No.Jumlah Nelayan/Unit

Penangkapan Ikan2008 2009 2010 2011 2012

Tanpa Motor 222 203 208 152 147

Motor Tempel 260 258 285 181 185

Kapal Motor 317 316 323 245 248

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kayong Utara, 2013

Jumlah nelayan di Kecamatan Pulau Maya pada tahun 2012 bertambah sebanyak 509

orang dibandingkan tahun 2011, demikian juga dengan alat penangkap ikan motor tempel dan

kapal motor bertambah masing-masing sebanyak 4 unit dan 3 unit, namun alat penangkapan

ikan tanpa motor menurun sebanyak 5 unit. Sementara itu, jumlah produksi ikan pada tahun

2008 – 2012 (Ton)

No. Uraian 2008 2009 2010 2011 2012

1. Perikanan Laut 9.160,68 9.073,50 9.779,40 10.212,00 10.420,20

2. Perikanan Perairan Umum - - - 5,20 5,20

3. Budidaya Kolam 1,75 9,10 - 158,60 188,30

4. Ikan Awetan 5.404,68 5.421,30 5.855.00 127,00 1.752,00

Jumlah 14.567,11 14.503,90 15.634,40 10.502,80 12.365,7

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kayong Utara, 2013

Jumlah produksi pada perikanan laut, perikanan perairan umum, budidaya kolam, dan

ikan awetan pada tahun 2012 dibandingkan tahun 2011 masing-masing adalah meningkat

2,04%, tetap, meningkat 18,73%, dan meningkat sebesar 1.279,53%. Keseluruhan jumlah

produksi ikan tahun 2012 dibandingkan tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 17.74%.

KECAMATAN TELUK BATANG

Geografi

Wilayah geografis Kecamatan Teluk Batang berada pada 00 54’ 10’’ LS – 10 03’ 24’’ LS 1090 43’ 35’’ BT – 1090 53’ 49’’ BT. Secara administratif batas wilayah Kecamatan Teluk Batang adalah sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Seponti; sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Simpang Hilir; sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten ketapang, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Pulau Maya. Luas wilayah Kecamatan Pulau Maya terdiri dari 7 (tujuh) desa/kelurahan

Kecamatan Luas Wilayah (km2) Persentase (%)

Sungai Paduan 160,00 21,19

Executive Summary 10

Page 11: Executive Summary Ikan Kayong

Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara

Kecamatan Luas Wilayah (km2) Persentase (%)

Alur Bandung 41,00 5,43

Teluk Batang Selatan 12,50 1,66

Teluk Batang 89,00 11,79

Teluk Batang Utara 21,50 2,85

Mas Bangun 395,00 52,32

Banyu Abang 36,00 4,77

Jumlah 755,00 100,00

Sumber: Bappeda Kayong Utara, 2012

Desa/kelurahan yang memiliki luas wilayah terbesar di kecamatan Teluk Batang

adalah Mas Bangun dan terkecil Teluk Batang Selatan.

Kecamatan Teluk Batang

Perikanan

Jumlah nelayan dan unit penangkapan ikan pada tahun 2008-2012 di Kecamatan

Teluk Batang.

Executive Summary 11

Page 12: Executive Summary Ikan Kayong

Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara

No.Jumlah Nelayan/Unit

Penangkapan Ikan2008 2009 2010 2011 2012

1. Jumlah Nelayan (orang) 245 250 240 240 240

2. Unit Penangkapan Ikan (Buah)

Tanpa Motor 33 30 33 35 33

Motor Tempel 25 30 25 28 25

Kapal Motor 15 16 10 11 10

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kayong Utara, 2013

Jumlah nelayan di Kecamatan Pulau Maya pada tahun 2012 relatif sama dengan tahun

2011; sementara itu, alat penangkap ikan tanpa motor, motor temple, dan kapal motor

masing-masing menurun sebanyak 2 unit, 3 unit dan 1 unit. Sementara itu, jumlah produksi

ikan pada tahun 2008 – 2012

No. Uraian 2008 2009 2010 2011 2012

1. Perikanan Laut 831,68 752,80 813,00 954,00 954,60

2. Perikanan Perairan Umum - - - 10,30 10,80

3. Budidaya Kolam 11,3 102,00 - 3,00 3,60

4. Ikan Awetan 123,17 - 110,20 45,00 252,00

Jumlah 966,15 854,80 923,20 1.012,3 1.221

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kayong Utara, 2013

Jumlah produksi pada perikanan laut, perikanan perairan umum, budidaya kolam, dan

pada tahun 2012 hampir sama dengan tahun 2011, namun ikan awetan mengalami lonjakan

yang signifikan sebesar 460%.

Identifikasi infrastruktur dasar industri perikanan daerah tertinggal di Kabupaten

Kayong Utara penting dilakukan sebagai bagian dari identifikasi penanganan daerah

tertinggal. Semakin detail dan akurat hasil identifikasi karakteristik permasalahan dan potensi

suatu daerah, maka akan menghasilkan suatu skenario indikasi penanganan yang semakin

valid dan sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan suatu daerah. Sebaliknya semakin bias dan

tidak akurat hasil karakteristik permasalahan dan potensi suatu daerah, maka akan

menghasilkan suatu skenario indikasi penanganan yang semakin tidak valid dan tidak sesuai

dengan aspirasi dan kebutuhan suatu daerah.

Executive Summary 12

Page 13: Executive Summary Ikan Kayong

Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara

Hasil pengamatan di lapangan menenai kondisi infrastruktur dasar industri perikanan

yang ada di masing-masing lokasi pengamatan, yaitu Kecamatan Sukadana dan Pulau Maya

dapat dilihat rinci pada uraian sebagai berikut:

(1) Jalan dan jasa transportasi

Kualitas jalan umumnya relatif cukup baik terutama di Kecamatan Sukadana dan teluk

Batang tetapi di Kecamatan pulau Maya kondisi jalan relatif buruk.

Jalan menuju desa, kecamatan, dan kabupaten dapat ditempuh dengan jalur darat terutama

untuk Kecamatan Sukadana dan Teluk Batang tetapi harus menggunakan transportasi air

untuk menuju kabupaten di Pulau Maya.

Waktu dan biaya yang dihabiskan menuju lokasi sangat tergantung dengan jalan dan

musim.

Tidak tersedia sarana transportasi publik sehingga masyarakat menggunakan kendaraan

pribadi, yaitu motor dan sepeda.

(2) Air

Sebagian besar sumber air penduduk berasal dari sungai tetapi ada juga yang berasal dari

air gunung.

Kualitas air umumnya rendah terutama yang diperoleh dari sungai, kecuali yang diperoleh

dari PDAM tetapi PDAM umumnya tidak tersedia bagi nelayan terutama di Kecamatan

Pulau Maya.

Jarak dan waktu yang diperlukan menuju sumber air relatif tidak terlalu jauh kecuali pada

wilayah tertentu.

(3) Listrik

Jaringan listrik tersedia namun penggunaan listrik oleh masyarakat masih terbatas di

Kecamatan Sukadana dan Teluk Batang tetapi di Kecamatan Pulau Maya listrik hanya

pada malam hari.

Kualitas layanan penggunaan listrik juga terbatas karena seringkali listrik padam.

(4) Pendidikan

Tidak ada kendaraan publik sehingga masyarakat menggunakan kendaraan pribadi untuk

menuju sekolah.

Executive Summary 13

Page 14: Executive Summary Ikan Kayong

Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara

Pada desa umumnya terdapat Sekolah Dasar dan semkolah Menengah Pertama.

Rasio guru dan siswa masih rendah dari standar nasional, yaitu 1:30.

Kualitas tenaga pendidik juga masih terbatas.

(5) Kesehatan

Tidak ada kendaraan publik sehingga masyarakat menggunakan kendaraan pribadi untuk

menuju fasilitas kesehatan.

Posyandu dan puskesmas terdapat dalam desa.

Tidak terdapat rumah sakit dan apotik.

Tidak terdapat tenaga dokter spesialis, ahli rontgen, dan ahli laboratorium.

Rasio tenaga kesehatan terhadap masyarakat yang dilayani juga masih terbatas.

(6) Perikanan

Kecamatan Sukadana menjadi wilayah perikanan budidaya, yaitu ikan mas, nila, bawal,

dan lele; sementara itu, Kecamatan Pulau Maya menjadi wilayah perikanan tangkap, yaitu

gembong, uang, manyong, ubur-ubur, dan cumi, sedangkan Kecamatan Teluk Batang

menajdi daerah pelabuhan perairan tangkap.

Fasilitas dan pelabuhan perikanan cukup lengkap tetapi potensi manfaatnya belum

optimal seperti di Kecamatan Teluk Batang; sementara itu, di Kecamatan Pulau Maya

fasilitasnya masih terbatas karena hanya ada dermaga dan cold-storage. Namun, di

Kecamatan Sukadana tidak terdapat fasilitas perikanan.

Air untuk pembuatan es pabrik es sangat terbatas dan harus dibeli di Kecamatan Teluk

Batang, sementara di Kecamatan Sukadana dan Pulau Maya tidak terdapat pabrik es.

Pembuatan es hanya untuk melayani pedagang-pedagang besar mengingat biaya

operasionalnya yang cukup besar pda jumlah tertentu pula.

Tidak ada angkutan publik dan hasil perikanan nelayan dijual langsung ke pelabuhan,

pedagang pengumpul atau agen, dan bahkan ke Pontianak.

Jalan menuju pelabuhan perikanan pantai di Kecamatan Teluk Batang cukup baik namun

pelabuhan pantai untuk Kecamatan pulau Maya masih terbatas karena sarana transportasi

lautnya hanya untuk 1 x perjalanan per hari.

Executive Summary 14

Page 15: Executive Summary Ikan Kayong

Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara

Jarak menuju pasar perikanan desa umumnya berada diwilayah pesisir sehingga cukup

jauh bagi Kecamatan Pulau Maya, tetapi Kecamatan Sukadana dan Teluk Batang relative

terjangkau karena melalui transportasi darat.

(7) Pasar

Di Pulau Maya dan Sukadan tidak terdapat pasar kecuali di Teluk Batang sehingga jarak,

biaya dan waktu yang diperlukan juga menjadi relatif lebih lama dan besar fasilitas dan

pelabuhan perikanan berada di Kecamatan Teluk Batang.

KECAMATAN SUKADANA

Hasil pengamatan di lapangan mengenai kondisi infrastruktur dasar yang ada di

Kecamatan Sukadana, yaitu Desa Sedahan Jaya dapat dilihat rinci pada uraian sebagai

berikut.

No. Nama Tempat Kondisi VisualKoordinat GPS

S E

1. Pintu Air Tersier 01°11’50,6” 110°01’01,9”

2. Mina Padi 01°11’41,5” 110°00’40,0”

Executive Summary 15

Page 16: Executive Summary Ikan Kayong

Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara

No. Nama Tempat Kondisi Visual

Koordinat GPS

3. Kolam Ikan 01°11’41,5” 110°00’39,9”

4.Gerbang Wisata Lubuk Baji

01°11’41,5” 110°00’40,6”

5. Dam BEGASING 01°13’49,3” 110°01’08,4”

Executive Summary 16

Page 17: Executive Summary Ikan Kayong

Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara

No. Nama Tempat Kondisi Visual

Koordinat GPS

6.Pintu Air Sekunder dan Saluran Air

01°13’51,6” 110°01’0,87”

7.Kantor Kepala Desa Sedahan Jaya

01°11’47,4” 110°00’33,5”

Executive Summary 17

Page 18: Executive Summary Ikan Kayong

Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara

No. Nama Tempat Kondisi Visual

Koordinat GPS

8. SDN 14 Sedahan Jaya 01°11’40,7” 110°00’28,5”

9. Pura Desa Sedahan Jaya 01°12’28,0” 110°00’48,8”

Kondisi Infrastruktur Dasar Penunjang Industri Perikanan Kecamatan Sukadana Kabupaten Kayong Utara

KECAMATAN PULAU MAYA

Hasil pengamatan di lapangan mengenai kondisi infrastruktur dasar yang ada di

Kecamatan Pulau Maya dapat dilihat rinci pada uraian sebagai berikut.

No. Nama Tempat Kondisi VisualKoordinat GPS

S E

1.Tambak Ikan Tanjung Satai

01°13’01,4” 109°39’18,2”

2. Pengerjaan Pembukaan Tambak Ikan

01°13’01,5” 109°39’19,1”

Executive Summary 18

Page 19: Executive Summary Ikan Kayong

Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara

No. Nama Tempat Kondisi Visual

Koordinat GPS

3. Pintu Air Tambak Ikan 01°13’01,8” 109°39’18,9”

4.Balai Penyuluh Pertanian (BPP)

01°12’47,3” 109°39’59,8”

5. Dermaga Pelabuhan Penangkapan Ikan Pintau

01°13’28,3” 109°38’29,2”

Executive Summary 19

Page 20: Executive Summary Ikan Kayong

Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara

No. Nama Tempat Kondisi Visual

Koordinat GPS

6.Agen Penjualan Ikan Pintau

01°13’26,2” 109°38’27,9”

7. Agen Penjualan Ubur-Ubur (Distributor)

01°13’15,1” 109°38’35,0”

Executive Summary 20

Page 21: Executive Summary Ikan Kayong

Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara

No. Nama Tempat Kondisi Visual

Koordinat GPS

8. Tambak Ikan Pintau 01°13’19,7” 109°38’00,3”

9. Masjid Muara Keramat 01°13’18,5” 109°38’25,7”

10. SDN 03 Pintau 01°13’07,8” 109°38’46,7”

Kondisi Infrastruktur Dasar Penunjang Industri Perikanan Kecamatan Pulau Maya Kabupaten Kayong Utara

Mempertimbangkan perubahan lingkungan strategis dalam pelaksanaan pembangunan

nasional dan pembangunan kelautan dan perikanan khusunya di Kabupaten kayong Utara

Executive Summary 21

Page 22: Executive Summary Ikan Kayong

Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara

maka diperlukan beberapa langkah terobosan yang bukan merupakan upaya terpisah dari

kebijakan lain atau kebijakan sebelumnya, tetapi merupakan upaya terintegrasi yang saling

memperkuat dalam rangka percepatan pembangunan kelautan dan perikanan, terutama untuk

meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk kelautan dan perikanan.

Oleh sebab itu, upaya pengembangan industrialisasi kelautan dan perikanan

diharapkan dapat meningkatkan kontribusi sektor kelautan dan perikanan terhadap

pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah khususnya di

Kabupaten Kayong Utara. Melalui industrialisasi, para pelaku usaha perikanan mulai dari

nelayan, pembudidaya ikan, serta pengolah dan pemasar hasil perikanan diharapkan dapat

meningkatkan produktivitas, nilai tambah dan daya saing, sekaligus membangun sistem

produksi yang modern dan terintegrasi dari hulu sampai ke hilir. Dengan demikian,

industrialisasi perikanan diharapkan mampu mengokohkan struktur usaha perikanan sehingga

menjadi multiplier effect sebagai prime mover perekonomian daerah.

Namun, pengembangan industri perikanan hanya dapat terwujud dengan adanya

dukungan dari infrastruktur dasar karena selama ini potensi sumberdaya perikanan belum

dapat dimanfaatkan karena kurang memadainya sarana dan prasarana pendukung. Ada

beberapa permasalahan dan isu strategis dalam infrastruktur dasar strategis industry

perikanan yang akan diuraikan sebagai berikut.

PERMASALAHAN DAN ISU UMUM

Permasalahan umum yang terjadi di daerah tertinggal, khususnya Kabupaten Kayong

Utara antara lain:

(i) Kualitas SDM relatif lebih rendah di bawah rata-rata nasional akibat terbatasnya akses

masyarakat terhadap pendidikan, kesehatan dan lapangan kerja;

(ii) Terbatasnya akses permodalan, pasar, informasi dan teknologi bagi upaya

pengembangan ekonomi lokal;

(iii) Terdapat gangguan keamanan dan bencana yang menyebabkan kondisi daerah tidak

kondusif untuk berkembang;

(iv) Komunitas adat terpencil (KAT) memiliki akses yang sangat terbatas kepada pelayanan

sosial ekonomi, dan politik serba terisolir dan wilayah di sekitarnya.

Executive Summary 22

Page 23: Executive Summary Ikan Kayong

Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara

(v) Kebijakan pembangunan sebelumnya yang kurang tepat sehingga terjadi kesenjangan

dan ketidakmampuan pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan karena

potensi permasalahan pembangunan daerah belum didayagunakan secara optimal,

kelemahan yang tidak diatasi, peluang yang tidak dimanfaatkan serta ancaman yang tidak

diantisipasi.

Sementara itu, ada beberapa permasalahan umum terkait infrastruktur dasar industri

perikanan khususnya di Kabupaten Kayong Utara antara lain:

(i) Tidak meratanya penyebaran infrastruktur sehingga menyebabkan terjadinya

kesenjangan pembangunan dan belum memadainya aksesibilitas dan jangkauan layanan

terhadap sarana dan prasarana infrastruktur antar desa, seperti listrik yang murah, jalan

dan transportasi, dan telekomunikasi;

(ii) Prasarana budidaya masih sangat terbatas, selama ini hanya pada pembibitan nila saja

sehingga memerlukan penambahan kolam air tawar, tambak air payau, saluran tambak

primer, sekunder, dan tersier;

(iii) Terbatasnya pakan ikan untuk budidaya untuk meningkatkan produksi ikan;

(iv) Pelabuhan perikanan belum dimanfaatkans ecara optimal untuk mendukung produksi

perikanan tangkap;

(v) Perlu adanya prasarana pengolahan perikanan untuk meningkatkan mutu dan nilai

tambah produk perikanan;

(vi) Perlu adanya penambahan prasarana pengolahan perikanan UPI, cold-storage, pabrik

es;

(vii) Tidak tersedia prasarana pemasaran untuk mendukung pemasaran untuk peningkatan

konsumsi ikan, yaitu depo atau pasar grosir;

(viii) Indikasi overfishing pada infrastruktur perikanan tangkap serta masalah ilegal,

unreported, unregulated fishing.

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS

Permasalahan dan Isu Strategis Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia

Angka rasio guru murid untuk semua tingkat pendidikan masih jauh di bawah angka

rasio ideal, yaitu 1:36. Permasalahan yang dihadapi adalah belum meratanya distribusi guru,

Executive Summary 23

Page 24: Executive Summary Ikan Kayong

Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara

terutama pada daerah-daerah terpencil, karena kecenderungan guru-guru terkonsentrasi pada

daerah kota kecamatan. Permasalahan lainnya adalah terbatasnya fasilitas penunjang

pendidikan seperti alat peraga dan laboratorium, termasuk belum terpenuhinya target

ketersediaan sekolah menengah secara merata disetiap kecamatan. Kondisi seperti ini

mengakibatkan terbatasnya akses anak usia sekolah terhadap layanan pendidikan dan proses

belajar mengajar di sekolah.

Sementara itu, masalah lain terkait peningkatan kualitas sumberdaya manusia adalah

terbatasnya pelayanan kesehatan masyarakat juga disebabkan oleh belum terpenuhinya secara

kuantitatif serta distribusi tenaga kesehatan seperti dokter spesialis, dokter umum, dokter gigi,

keperawatan dan kebidanan serta penyebaran tempat pelayanan kesehatan seperti puskesmas

dan lain-lain. Di lain pihak kondisi geografi beberapa kecamatan di Kayong Utara seperti

Kecamatan Pulau Maya dan Pulau Karimata yang merupakan kepulauan menyebabkan

sulitnya tenaga medis untuk menjangkau masyarakat dan sebaliknya masyarakat sulit untuk

mengakses pusat-pusat pelayanan kesehatan.

Oleh sebab itu, isu strategis peningkatan kualitas sumberdaya manusia dapat

difokuskan pada pembangunan bidang pendidikan dan kesehatan. Isu strategis dalam

pembangunan bidang pendidikan meliputi: (i) Peningkatan akses masyarakat terhadap

pelayanan pendidikan difokuskan pada pembangunan sarana prasarana, distribusi sekolah dan

dukungan infrastruktur lainnya; (ii) Peningkatan kualitas pelayanan pendidikan difokuskan

pada peningkatan proses belajar mengajar dan kualitas lulusan. Sementara itu, isu strategis

dalam pembangunan bidang kesehatan meliputi: (i) Peningkatan tenaga dan sarana kesehatan

sesuai kebutuhan; (ii) Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan.

Permasalahan dan Isu Strategis Bidang Energi

Pertumbuhan ekonomi lokal menyebabkan kebutuhan konsumsi energi primer

menjadi tinggi. Permintaan terhadap energi terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan

penduduk, industri dan transportasi. Pemanfaatan terbesar energi primer didominasi oleh

sektor transportasi dan listrik. Dengan meningkatnya kebutuhan energi primer maka ke depan

krisis energi dan bahan bakar akan semakin tinggi.

Executive Summary 24

Page 25: Executive Summary Ikan Kayong

Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara

Oleh sebab itu, isu strategis bidang energi mencakup: (i) Mengembangkan energi

alternatif sesuai dengan potensi daerah. Gerakan hemat energi bagi masyarakat dan pelaku

usaha; (ii) Mengoptimalkan pemanfaatan energi alternatif.

Permasalahan dan Isu Strategis Bidang Kelautan dan Perikanan

Fokus pembangunan di bidang perikanan selama ini adalah pada usaha perikanan

tangkap. Namun, permasalahan dalam pembangunan bidang kelautan dan perikanan adalah

terbatasnya sarana prasarana perikanan tangkap seperti kapal tangkap moderen, rumpon atau

rumah ikan, alat tangkap yang ramah lingkungan dan teknologi penginderaan untuk melacak

keberadaan ikan. Secara tradisional di beberapa tempat masih tetap ada penggunaan sarana

yang berbahaya untuk mengambil ikan sehingga dapat merusak karang dan biota laut lainnya.

Demikian pula halnya dengan potensi pengembangan perikanan budidaya dan jasa

lingkungan untuk pariwisata yang belum dikembangkan secara optimal, walaupun cukup

menjanjikan penghasilan yang cukup besar.

Oleh sebab itu, isu strategis pengembangan bidang kelautan dan mencakup: (i)

Peningkatan produksi dan produktifitas usaha perikanan tangkap; (ii) Mengoptimalkan

pengembangan perikanan budidaya; (iii) Peningkatan nilai tambah produk perikanan; (iv)

Mengoptimalkan pengelolaan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil; dan (v) Mencegah dan

memberantas adanya ilegal, unreported, unregulated fishing.

Permasalahan Pembangunan Infrastruktur Dasar Wilayah

(i) Kondisi infrastruktur sumberdaya air berada dalam kondisi buruk. Pembangunan jalan

dan jembatan, penyediaan air bersih selama ini belum memenuhi harapan karena itu

perlu terus ditingkatkan di tahun-tahun mendatang. Berdasarkan ketersediaan

sumberdaya alam dan potensi pembangunan kedepan, maka kebutuhan pembangunan

jalan jembatan perlu terus dikembangkan, demikian pula halnya dengan pembangunan

permukiman dan sumberdaya air serta penataan ruang;

(ii) Layanan transportasi dasar, yaitu angkutan darat dan feri serta pelayaran perintis dan

pelayaran rakyat diperlukan untuk menjangkau hampir seluruh wilayah dan beberapa

kepulauan karena kondisi saat ini belum memadai dari segi pelayanan, baik transportasi

darat, penyeberangan maupun pelayaran laut. Kondisi angkutan darat yang belum ada

pada beberapa wilayah dan masyarakat masih mengandalkan transportasi pribadi,

penyeberangan yang belum sesuai jadwal dan frekuensi yang dirasakan masih kurang

Executive Summary 25

Page 26: Executive Summary Ikan Kayong

Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara

serta pelayaran laut baik pelayaran rakyat maupun pelayanan jasa pelayaran yang belum

dapat menjangkau semua daerah kepulauan, merupakan salah satu kendala dalam

pengembangan usaha ekonomi masyarakat;

(iii) Belum ditetapkannya Perda RTRW Kabupaten Kayong Utara;

(iv) Pemanfaatan dan Pengendalian ruang masih belum optimal.

Oleh sebab itu, isu strategis pembangunan infrastruktur dasa, wilayah meliputi:

(i) Pemanfaatan potensi sumberdaya air;

(ii) Pemantapan kondisi ruas jalan dan jembatan;

(iii) Mengoptimalkan optimalnya penyelenggaraan penataan ruang;

(iv) Membangun infrastruktur pada desa/kecamatan strategis;

(v) Mengoptimalkan layanan dasar jasa transportasi;

(vi) Peningkatan sumber daya manusia bidang perhubungan;

(vii) Mengoptimalkan sistem pelayanan, administrasi pemerintahan dan layanan jasa

perhubungan.

IDENTIFIKASI ISU-ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN

Identifikasi isu-isu strategis pembangunan infrastruktur industri perikanan sehingga dapat

memberikan fokus bagi pembangunan

No.

Bidang Pembangunan

Sarana dan Prasarana

Permasalahan Isu Strategis Fokus

1. Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia

Pendidikan Angka rasio guru murid pada semua tingkat pendidikan dibawah angka rasio ideal (1:36).

Distribusi guru belum merata.

Fasilitas penunjang pendidikan terbatas.

Peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan pendidikan.

Peningkatan kualitas pelayanan pendidikan.

Pembangunan sarana prasarana, distribusi sekolah dan dukungan infrastruktur.

Peningkatan proses belajar mengajar dan kualitas lulusan.

Executive Summary 26

Page 27: Executive Summary Ikan Kayong

Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara

Kesehatan

Jumlah dan distribusi tenaga kesehatan terbatas.

Jumlah sarana kesehatan terbatas tempat.

Kesulitan akses pusat-pusat pelayanan kesehatan.

Peningkatan tenaga dan sarana kesehatan sesuai kebutuhan.

Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan.

Pembangunan sarana prasarana kesehatan sesuai kebutuhan.

Peningkatan layanan kesehatan kepada masyarakat.

3.Bidang Energi

Listrik

Permintaan terhadap energi terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk, industri dan transportasi.

Mengembangkan dan mengoptimalkan energi alternatif sesuai potensi wilayah.

Hemat energi bagi masyarakat dan pelaku usaha.

Pembangunan energi alternatif sesuai potensi wilayah.

Optimalisasi penggunaan energi.

4.

Bidang Kelautan dan Perikanan

Perikanan

Sarana prasarana perikanan tangkap terbatas.

Potensi pengembangan perikanan budidaya dan jasa lingkungan untuk pariwisata yang belum dikembangkan secara optimal.

Peningkatan produksi dan produktifitas usaha perikanan tangkap.

Mengoptimalkan pengembangan perikanan budidaya.

Peningkatan nilai tambah produk perikanan.

Mengoptimalkan pengelolaan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil.

Mencegah dan memberantas adanya ilegal, unreported, unregulated fishing.

Pembangunan sarana dan prasaranan perikanan dan kelautan.

5. Infrastruktur Dasar

Aksesibilitas Infrastuktur

Dasar

Keterbatasan kualitas dan jumlah jalan dan irigasi.

Pemanfaatan potensi sumberdaya air.

Pemantapan

Pembangunan jalan dan jembatan dan layanan

Executive Summary 27

Page 28: Executive Summary Ikan Kayong

Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara

Wilayah

Layanan transportasi dasar, yaitu angkutan darat dan feri serta pelayaran perintis dan pelayaran rakyat masih terbatas.

Belum ditetapkannya Perda RTRW Kabupaten Kayong Utara;

Pemanfaatan dan pengendalian ruang masih belum optimal.

kondisi ruas jalan dan jembatan.

Mengoptimalkan optimalnya penyelenggaraan penataan ruang.

Membangun infrastruktur pada desa/kecamatan strategis.

Mengoptimalkan layanan dasar jasa transportasi.

Peningkatan sumber daya manusia bidang perhubungan.

Mengoptimalkan sistem pelayanan, administrasi pemerintahan dan layanan jasa perhubungan.

irigasi. Pembanguna

n transportasi dasar.

Belum ditetapkannya Perda RTRW Kabupaten Kayong Utara.

Pemanfaatan dan Pengendalian ruang masih belum optimal.

IRAP (INTEGRATED RURAL ACCESSIBILITY PLANNING)

Kebutuhan akses masyarakat dapat dikelompokkan dalam tiga kategori besar.

Pertama, yang berhubungan dengan kebutuhan dasar seperti penyediaan air, energi dan

ketahanan pangan. Kedua, yang berkaitan dengan aspek-aspek kesejahteraan sosial

kehidupan seperti kesehatan dan pendidikan. Ketiga, yang berkaitan dengan ekonomi aspek

kesejahteraan kehidupan pedesaan termasuk perikanan, peternakan, perdagangan dan pondok

industri. Kurangnya akses membatasi kesempatan bahwa orang harus meningkatkan dan

mempertahankan kesejahteraan sosial dan ekonomi. Peningkatan akses terbukti memiliki

korelasi dengan pengurangan kemiskinan.

Aksesibilitas ditentukan oleh lokasi di mana orang tinggal, lokasi fasilitas dan layanan

dan sistem transportasi. Akses dapat ditingkatkan melalui pemberian infrastruktur yang

menghasilkan distribusi yang lebih baik dari fasilitas dan layanan (pasokan air, sekolah,

pasar, puskesmas) atau peningkatan mobilitas masyarakat dan penyedia layanan (jalan,

Executive Summary 28

Page 29: Executive Summary Ikan Kayong

Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara

saluran air, dan jembatan). Pembangunan infrastruktur bertujuan meningkatkan akses

mencapai tujuan tersebut.

Aplikasi metode IRAP (Integrated Rural Accessibility Planning) bertujuan sebagai

informasi bagi para peneliti selanjutnya dan bagi para pelaku perencanaan pembangunan

pedesaan di Kabupaten Kayong Utara untuk mengungkap tingkat aksesibilitas desa-desa

berdasarkan karakteristik zona agroekosistem sehingga dapat diketahui desa-desa yang

memiliki akses kuat, akses sedang dan akses lemah terhadap sumber-sumber produktif.

Pendekatan Integrated Rural Accessibility Planning (IRAP) adalah metode

perencanaan yang dikembangkan oleh ILO untuk meningkatkan akses di daerah pedesaan

yang dirancang untuk aplikasi tingkat pemerintah daerah. IRAP juga secara bersamaan

berusaha memperbaiki sistem transportasi pedesaan seta distribusi fasilitas dan layanan.

Tujuan dari proses IRAP adalah meningkatkan akses terhadap barang dan jasa di daerah

pedesaan untuk mengefisienkan penggunaan biaya dengan penggunaan sumberdaya lokal.

Keunggulan metode IRAP adalah unsur kesederhanaan, kemudahan penggunaaannya,

aplikasi murah dan outputnya langsung. Perencana lokal dapat menggunakannya sebagai

bagian dari kegiatan perencanaan rutin, untuk menentukan prioritas untuk sektor-sektor yang

berbeda dan masyarakat. Proses ini memungkinkan perencana dapat secara cepat menilai apa

yang harus dilakukan dan di mana dengan mengidentifikasi prioritas infrastruktur pedesaan.

Pelaksanaan prosedur IRAP di Indonesia telah dijalankan selama tiga periode. Periode

pertama pada tahun 1997-1998 di dua provinsi, periode kedua pada tahun 2001- 2002 di dua

kabupaten, dan periode ketiga pada tahun 2003-2004 di 17 kabupaten pada 3 provinsi yang

berbeda. Metode IRAP yang diterapkan di Indonesia pada dasarnya merupakan modifikasi

metode yang sudah diaplikasikan di beberapa negara, seperti Filipina, Thailand, dan Laos

dengan memperhatikan karakteristik wilayah (termasuk karakteristik geografis dan

penduduk) serta kemampuan masyarakat dan pemerintah karena akan mempengaruhi

pengumpulan data, pemetaan, perhitungan skor aksesibilitas; sedangkan kemampuan staf

perencanaan di tingkat kabupaten akan menentukan kompilasi data dan proses aksesibilitas

peta serta dan seleksi dan persiapan prioritas.

Menurut ruang lingkup instrumen survei yang digunakan dalam pengumpulan data

aksesibilitas maka kuesioner disusun pada tingkat Kecamatan/Desa. Kuesioner meliputi: (i)

area survei dan identitas responden; (ii) karakteristik umum; (iii) karakteristik penelitian yang

Executive Summary 29

Page 30: Executive Summary Ikan Kayong

Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara

mencakup: mobilitas, transportasi, air bersih, listrik, pendidikan, fasilitas kesehatan,

perikanan, industri kecil, pasar; (iv) masalah dan prioritas kegiatan.

Karakteristik umum mencakup populasi dan sumber mata pencaharian untuk

memperoleh informasi terkait jumlah penduduk dan jumlah rumah tangga, sedangkan sumber

mata pencaharian untuk memperoleh informasi terkait jenis sumber mata pencaharian dan

rumah tangga terlibat dalam setiap sumber mata pencaharian. Sementara itu, karakteristik

penelitian mencakup tiga sub-bagian pada bagian mobilitas, yaitu tujuan utama, masyarakat

transportasi, dan transportasi pribadi untuk memperoleh informasi terkait masalah

aksesibilitas (kualitas jalan, tujuan, waktu, biaya dan modus transportasi) dari masyarakat

untuk mencapai pusat desa, kecamatan dan kabupaten.

Sebagian besar rumah tangga pedesaan di Indonesia menggunakan sumber tenaga

listrik dari PLN. Hanya penduduk yang lokasinya sangat terpencil masih memanfaatkan

sumber-sumber lain sehingga tujuan informasi utama terkait listrik adalah jumlah pengguna

rumah tangga dan waktu rata-rata pelayanan listrik, terutama dari PLN. Pada bagian

pendidikan, responden diharapkan dapat menginformasikan kondisi aksesibilitas anak-anak

usia sekolah perjalanan ke sekolah dasar dan menengah yang bertujuan untuk mengidetifikasi

keberadaan sekolah di tingkat desa yang selanjutnya mempertanyakan jenis moda transportasi

yang digunakan, jarak, waktu perjalanan, dan biaya perjalanan ke sekolah.

Pada bagian pendidikan akan dipertanyakan tentang fasilitas kesehatan yang

mencakup keberadaannya di tingkat desa; kondisi aksesibilitas untuk mencapai fasilitas

tersebut; jenis fasilitas dan jumlah paramedis. Pada sektor perikanan aka dipertanyakan

terkait produksi, produksi dan industri kecil, jenis komoditas yang diproduksi dan jumlah

rumah tangga yang terlibat, jumlah produksi penjualan, dan masalah aksesibilitas yang

dihadapi untuk menjual produk. Identifikasi masalah aksesibilitas mencakup kualitas jalan,

jarak, pengangkutan produk, waktu tempuh dan biaya perjalanan. Pada bagian perikanan juga

dipertanyakan tentang jenis, jumlah, dan kapasitas fasilitas pengolahan hasil.

Pada bagian pasar/pelabuhan didefinisikan sebagai pasar untuk perdagangan

konsumsi barang sehari-hari. Keberadaan pasar sangat penting sehingga perlu dipertanyakan

tentangkeberadaan, lokasi, dan tingkat kesulitan untuk mencapainya. Kualitas jalan, modus

transportasi, jarak, waktu dan biaya akan menjadi komponen yang menentukan aksesibilitas

masyarakat untuk mencapai pasar/pelabuhan.

Executive Summary 30

Page 31: Executive Summary Ikan Kayong

Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara

Dalam pelaksanaan IRAP di Indonesia pada periode 2003-2004, nilai indikator

dipersempit, yaitu dalam kisaran 1 sampai 3. Kisaran ini berbeda dari yang digunakan dalam

periode dari 2001-2002, yaitu 1 sampai 7. Tujuannya adalah untuk mempermudah proses

perhitungan. Jumlah indikator didefinisikan dari hasil kuesioner, sementara nilai

didefinisikan oleh staf perencana di tingkat kabupaten. Oleh karena itu, nilai indikator akan

seragam untuk semua desa di satu kabupaten. Sementara itu, tidak semua indikator memiliki

kontribusi yang sama penting dalam penentuan kondisi aksesibilitas di desa. Oleh karena itu,

harus ditentukan bobot pada masing-masing indikator, penentuan bobot indikator dalam

periode 2003-2004 tidak akan berubah dibandingkan dengan tahun

Secara teoritis diketahui bahwa kondisi akses memiliki hubungan yang berlawanan

dengan jarak, waktu dan biaya dengan rumus sebagai berikut:

Akses = f (jarak, waktu, biaya) ................................................................... (1)

Masalah akses ini menjadi lebih penting bagi masyarakat terkait dampaknya. Perhitungan

skor aksesibilitas dirumuskan berdasarkan nilai indikator dan bobot indikator rata-rata dari

setiap indikator.

Selanjutnya, langkah terakhir adalah penentuan peringkat prioritas dari masing-masing

desa/kecamatan yang didasarkan dari skor aksesibilitas, dimana semakin tinggi skor

aksesibilitas maka lebih berat masalahnya sehingga maka perlu mendapatkan prioritas untuk

meningkatkan aksesibilitas. Namun, hasil identifikasi tersebut merupakan langkah awal yang

masih harus dikonfirmasi dengan program perencanaan dan kegiatan di desa tersebut karena

pada saat yang sama ketika melakukan survei, perencanaan yang sudah direncanakan terkait

transportasi atau non-transportasi dapat meningkatkan masalah aksesibilitas pada sektor

pendidikan di desa yang satu dibandingkan desa lainnya sehingga peringkat prioritas dapat

berpindah.

REKAPITULASI NILAI AKSESIBILITAS

Penentuan Prioritas Sektor Kabupaten Kayong Utara

Aksesibilitas adalah tingkat kemudahan atau kesulitan terhadap akses barang dan jasa.

Konsep yang diterapkan pada kegiatan ini adalah aksesibilitas merupakan tingkat kesulitan.

Executive Summary 31

Page 32: Executive Summary Ikan Kayong

Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara

Hal ini berarti semakin tinggi nilai aksesibilitas maka semakin sulit akses terhadap barang

dan jasa, dan sebaliknya semakin rendah nilai aksesibilitas maka semakin mudah akses

terhadap barang dan jasa. Rekapitulasi rerata nilai aksesibilitas infrstruktur dasar industri

perikanan dari persepsi nelayan di Kabupaten Kayong Utara diwakili oleh Kecamatan

Sukadana untuk perikanan budidaya dan Kecamatan Pulau Maya untuk perikanan tangkap.

Prioritas Uraian Rerata Total Nilai Aksesibilitas

1 Listrik 10.96

1.1. Biaya penggunaan 11.26

1.2. Waktu penggunaan 10.67

2 Jalan dan Jasa Transportasi 8.59

2.1. Kualitas jalan 11.33

2.2. Jarak menuju lokasi 10.80

2.3. Biaya perjalanan menuju lokasi 7.89

2.4. Waktu perjalanan menuju lokasi 7.29

3.5. Bagaimana mencapai lokasi 5.61

3 Pasar/Pelabuhan 8.04

3.1. Jarak 11.82

3.2. Kualitas jalan menuju pasar 10.00

3.3. Waktu menuju pasar 7.49

3.4. Biaya ke pasar 6.86

3.5. Cara dan waktu menuju pasar 4.06

4 Perikanan 7.28

4.1. Jumlah fasilitas 10.19

4.2. Kualitas jalan menuju pelabuhan 10.13

4.3. Waktu menuju pelabuhan 9.30

4.4. Biaya menju pelabuhan 7.97

4.5. Jarak menuju pelabuhan 4.69

4.6. Tempat menjual hasil 4.50

4.7. Alat mengangkut hasil 4.22

5 Air 6.93

5.1. Kualitas air 9.37

Executive Summary 32

Page 33: Executive Summary Ikan Kayong

Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara

Prioritas Uraian Rerata Total Nilai Aksesibilitas

5.2. Waktu menuju sumber 7.47

5.3. Jarak untuk mengambil air 3.94

6 Pendidikan 6.00

6.1. Jarak menuju sekolah 9.01

6.2. Waktu untuk ke sekolah 6.41

6.3. Biaya untuk ke sekolah 4.48

6.4. Cara menuju ke sekolah 4.11

7 Kesehatan 5.83

7.1. Jarak menuju fasilitas 8.62

7.2. Biaya menuju fasilitas 5.22

7.3. Waktu menuju fasilitas 4.98

7.4. Cara menuju fasilitas 4.50

Sumber: analisis primer, 2014

Hasil rekapitulasi rerata total nilai aksesibilitas di Kabupaten Kayong Utara

menunjukkan bahwa listrik menjadi prioritas pertama dalam perbaikan infrastruktur dasar

industri perikanan karena listrik mempunyai manfaat ekonomi, sosial, kultural, dan politik.

Manfaat ekonomi, pembangunan listrik akan memacu pertumbuhan industri, meningkatkan

produksi, dan memperuas jaringan perdagangan. Manfaat sosial, jaringan listrik bukan hanya

menciptakan proses pemenuhan kebutuhan hidup menjadi lebih efektif dan efisien, tetapi juga

memperlebar jaringan sosial. Manfaat politik, pembangunan politik akan memperkuat public

trust sehingga pemerintah dapat optimal melaksanakan perannya sebagai institusi yang

mengatur, melayani, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Manfaat kultural,

pembangunan listrik dapat mempertemukan berbagai macam pengetahuan, norma dan nilai

sosial. Namun, kenyataannya infrastruktur listrik selama ini menghadapi persoalan, yaitu

keterbatasan infrastruktur sehingga belum terpenuhinya standar pelaanan minimum dan

terhambatnya peningkatan daya saing ekonomi, pertumbuhan dan intensitas yang masih

tinggi, pembangunan, pengelolaan proses distribusi, retribusi, dan kontrol penggunaan.

Demikian halnya dengan prioritas kedua dalam infrastruktur dasar, yaitu jalan dan

jasa transportasi yang berfungsi melayani mobilitas orang, barang, dan jasa baik lokal,

regional, nasional maupun internasional, serta peranannya sebagai pendukung pembangunan

sektor lainnya. Infrastruktur transportasi merupakan bagian yang amat penting dari

Executive Summary 33

Page 34: Executive Summary Ikan Kayong

Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara

pembangunan daerah khususnya karena merupakan unsur vital dalam kehidupan masyarakat.

Infrastruktur transportasi juga merupakan infrastruktur yang berfungsi untuk pengangkutan

yang berperan dalam merangsang pertumbuhan ekonomi karena ketersediaan jalan akan

meminimalkan modal komplementer sehingga proses produksi dan distribusi akan lebih

efisien. Pembangunan prasarana jalan turut akan meningkatkan pertumbuhan wilayah-

wilayah baru dengan meningkatnya volume lalu lintas. Sebaiknya prasarana jalan yang buruk

dan rusak akan menghambat alokasi sumber daya, pengembangan industri, pendistribusian

faktor produksi, barang dan jasa, yang pada akhirnya akan memengaruhi pendapatan.

Transportasi yang meliputi prasarana jalan, transportasi sungai, danau penyeberangan,

laut, dan udara untuk mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat selama ini masih

menghadapi permasalahan, antara lain: (i) Belum tertatanya sistem transportasi yang

terkoneksi secara intermoda/multimoda yang mampu menurunkan biaya transportasi; (ii)

Belum memadainya sarana dan prasarana transportasi publik sehingga masyarakat

menggunakan kendaraaan pribadi; (iii) Belum optimalnya penyelenggaraan transportasi

keperintisan untuk memenuhi aksesibilitas masyarakat perdesaan; (iv) Belum optimalnya

pemanfaatan alternatif sumber pendanaan terutama dari perbankan nasional maupun swasta.

Transportasi juga berperan mendukung pembangunan sektor industri, perikanan,

perdagangan, dan pariwisata karena peningkatan kapasitas infrastruktur transportasi dapat

menunjang kawasan industri; dan memperlancar distribusi dan penyediaan jasa tansportasi

untuk mendukung pengembangan industri kecil, industri menengah termasuk industri

kerajinan dan industri rumah tangga agar dapat menunjang pemasarannya. Transportasi dapat

memperlancar distribusi komoditas hasil perikanan ke wilayah pemasaran sehingga dapat

menjamin stabilitas harga dan distribusi perdagangan; menerapkan kebijaksanaan tarif yang

wajar dan terjangkau oleh masyarakat; mengembangkan transportasi ke daerah tujuan wisata

dan mendukung kegiatan kepariwisataan dengan menyediakan sarana transportasi yang

dibutuhkan; dan mendukung perkembangan pariwisata dan perdagangan.

Prioritas ketiga adalah pasar/pelabuhan. Pasar menjadi prioritas selanjutnya dalam

infrastruktur dasar industri perikanan karena pada Kecamatan Sukadana dan Kecamatan

Pulau Maya tida memiliki fasilitas pasar atau depo perikanan bagi nelayan baik budidaya atau

tangkap sehingga hasil perikanan khususnya tangkap dijual ke pelabuhan yang berada di

kecamatan Teluk batang atau pontianak. Sementara lokasi lainnya, jarak, biaya dan waktu

Executive Summary 34

Page 35: Executive Summary Ikan Kayong

Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara

menuju pelabuhan juga menjadi faktor pertimbangan nelayan hasil perikanannya, sedangkan

transportasi publik tidak tersedia.

Selanjutnya, sektor perikanan juga menjadi infrastruktur dasar keempat yang perlu

mendapat prioritas aksesibilitas karena merupakan sektor mata pencaharian utama sebagian

besar penduduk di Kabupaten Kayong Utara. Peran penting infrastruktur tersebut dalam

pengembangan suatu wilayah terutama terletak pada fungsinya sebagai input dalam proses

produksi. Oleh sebab itu, bentuk keberhasilan pembangunan masyarakat pedesaan berada

pada sektor perikanan. Pembangunan sektor perikanan bertujuan untuk meningkatkan

produksi komoditas perikanan, perluasan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan

petani secara khusus dan menunjang pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Analisis infrastruktur industri perikanan budidaya umumnya terkait penambahan

lahan, penambahan/perbaikan saluran irigasi, jalan, balai benih, serta penyediaan pakan.

Sebaran kebutuhan sarana trasnportasi berupa jalan dan penyediaan saluran air adalah

prorporsional dengan penambahan kebutuhan areal lahan budidaya. Perencanaan jaringan

jalan akses yang saling keterkaitan antar pusat-pusat kegiatan, yaitu pusat pemerintahan,

pusat kegiatan ekonomi, sentra produksi perikanan diharapkan dapat mewujudkan interaksi

yang baik pada pusat-pusat kegiatan tersebut.

Penyediaan benih bermutu dalam jumlah yang cukup merupakan salah satu kunci

keberhasilan pencapaian target produksi sehingga peran balai benih ikan tawar sangat

memerlukan penambahan kapasitas pembenihan dengan revitalisasi unit-unit pembenihan

yang sudah ada maupun penambahan unit pembenihan yang baru. Sementara itu, faktor

berikutnya adalah penyediaan pakan ikan karena biaya pakan merupakan salah satu

komponen budidaya yang cukup besar.

Analisis infrastruktur perikanan tangkap menunjukkan sangat ditetukan oleh

penambahan/revitalisasi/optimalisasi pelabuhan perikanan untuk meningkatkan hasil dan

mutu tangkapan. Pelabuhan merupakan interface antara aktivitas perikanan tangap dengan

aktivitas perikanan di darat (pengolahan dan pemasaran) sehingga pelabuhan perikanan

merupakan pusat segala aktivitas yang berhubungan dengan usaha penangkapan ikan dan

usaha pendukung lainnya seperti penyediaan bahan perbekalan, perkapalan, perbengkelan,

pengolahan hasil tangkapan, dan lain-lain.

Executive Summary 35

Page 36: Executive Summary Ikan Kayong

Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara

Prioritas kelima adalah infrastruktur air karena pelaksanaan, pengembangan, dan

pengelolaan sumber daya air tersebut mengalami beberapa kendala/permasalahan yang sangat

kompleks. Secara umum permasalahan-permasalahan yang dihadapi adalah terkait dengan

pemenuhan standar pelayanan minimal dan dukungan terhadap daya saing sektor riil

khususnya perikanan. Air bersih juga merupakan kebutuhan vital yang mutlak diperlukan

dalam kehidupan manusia sehingga pengadaan sumber daya ini termasuk dalam prioritas

pembangunan.

Air harus dipandang sebagai barang ekonomi sehingga untuk mendapatkannya

memerlukan pengorbanan baik waktu maupun biaya. Sebagaimana barang ekonomi lainnya,

air mempunyai nilai bagi penggunanya, yaitu jumlah maksimum yang bersedia dibayarkan

untuk penggunaan sumber daya tersebut, dimana pengguna akan menggunakan air selama

manfaat dari tambahan setiap kubik air yang digunakan melebihi biaya yang dikeluarkan

(Briscoe dalam Oktavianus, 2003).

Permasalahan yang masih dijumpai dalam pengembangan dan pengelolaan sumber

daya air akibat belum terpenuhinya standar pelayanan minimal antara lain: (i) Meningkatnya

kebutuhan air baku sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi yang

tidak disertai dengan meningkatnya pasokan air baku sehingga tingkat layanan air baku

rendah terutama; (ii) Pola pemanfaatan air yang tidak efisien, boros, dan tidak ramah

lingkungan; (iii) Belum optimalnya koordinasi dan fungsi kelembagaan pengelolaan sumber

daya air, (iv) Kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat sebagai salah satu prasyarat

terjaminnya keberlanjutan pola pengelolaan sumber daya air karena masih terbatasnya

kesempatan dan kemampuan.

Prioritas terakhir dalam infrastruktur dasar perikanan adalah sektor pendidikan dan

kesehatan. Infrastruktur pendidikan merupakan infrastruktur yang berfungsi untuk

meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan (rehabilitasi sekolah dasar dan menengah

dan penyediaan meubeler) yang berperan dalam merangsang pertumbuhan ekonomi karena

ketersediaan prasarana pendidikan akan memudahkan masyarakat untuk belajar.

Pembangunan prasarana pendidikan turut akan meningkatkan pertumbuhan wilayah-wilayah

baru dengan meningkatnya kualitas dan kuantitas masyarakat yang belajar.

Sementara itu, pembangunan kesehatan menjadi bagian integral dari pembangunan

nasional karena bidang kesehatan menyentuh hampir seluruh aspek kehidupan manusia

secara berkesinambungan, yang merupakan suatu rangkaian pembangunan yang menyeluruh,

Executive Summary 36

Page 37: Executive Summary Ikan Kayong

Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara

terpadu, dan terarah. Pelayanan kesehatan melalui rumah sakit dan puskesmas serta

pelayanan kesehatan lainnya diharapkan meningkatkan mutu kesehatan yang menjangkau

seluruh masyarakat untuk mewujudkan pembangunan kesehatan yang merata. Pengembangan

infrastruktur kesehatan, baik secara kuantitas maupun kualitas, akan mendorong peningkatan

kualitas sumber daya manusia, yang merupakan faktor input pertumbuhan ekonomi yang

berkesinambungan.

Oleh sebab itu, sektor pendidikan dan kesehatan meskipun menjadi prioritas terakhir

tetapi sangat berperan dalam peningkatan kualitas sumberdaya manusia sehingga perlu

menjadi pertimbangan karena beberapa alasan: (i) Jumlah dan tenaga pendidik dibandingkan

dengan jumlah siswa memiliki rasio yang masih dibawah standar nasional; (ii) Kualitas dan

kompentensi tenaga pendidik yang masih perlu ditingkatkan; (iv) Fasilitas infrastruktur yang

perlu ditingkatkan untuk menunjang peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Sementara

itu, beberapa alasan peningkatan infrastruktur dasar sektor kesehatan antara lain: (i) jumlah

sarana kesehatan yang masih terbatas dan bahkan tidak tersedia; (ii) Tenaga kesehatan yang

amsih terbatas dan bahkan tidak tersedia untuk melayani masyarakat di Kabupaten Kayong

Utara.

Penentuan Desa dan Sektor Prioritas

Rekapitulasi rerata nilai aksesibilitas infrstruktur dasar industry perikanan di

Kabupaten kayong Utara yang diwakili Kecamatan Sukadana sebagai daerah perikanan

budidaya dan Kecamatan Pulau Maya sebagai daerah perikanan tangkap untuk

mengidentifikasi nilai aksesibilitas masing-masing desa.

Desa/Kecamatan Sektor Aksesibilitas Rerata Nilai Aksesibilitas

Desa Sedahan Jaya/Kecamatan Sukadana

1. Jalan dan Jasa Transportasi 4,20

2. Air 6,68

3. Listrik 7,55

4. Pendidikan 5,45

5. Kesehatan 5,05

6. Perikanan 4,27

7. Pasar 13,32

Desa Tanjung Satai/Kecamatan

1. Jalan dan Jasa Transportasi 9,95

2. Air 7,42

Executive Summary 37

Page 38: Executive Summary Ikan Kayong

Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara

Desa/Kecamatan Sektor Aksesibilitas Rerata Nilai Aksesibilitas

3. Listrik 11,63

4. Pendidikan 6,52

5. Kesehatan 6,53

6. Perikanan 8,76

7. Pasar 8,04

Sumber: analisis primer, 2014

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa di Desa Sedahan menunjukkan bahwa

infrastruktur Pasar menjadi prioritas utama untuk penanganan aksesibilitas, diikuti dengan

listrik dan air; sedangkan sektor perikanan tidak menjadi prioritas penanganan utama karena

umumnya perikanan budidaya di Kabupaten Kayong Utara hanya merupakan sebagian kecil

sumber mata pencaharian masyarakat yang umumnya diusahakan bersama dengan padi (mina

padi) dan pada tingkat kabupaten hanya mencapai 4,48% dari keseluhan produksi perikanan

sedangkan 95,52% masih didominasi oleh perikanan tangkap.

Sektor perikanan menjadi sektor prioritas pananganan aksesibilitas ke-3 di Tanjung

Satai; setelah listrik dan jalan transportasi karena sebagaian besar penduduk yang bermata

pencaharian sebagai nelayan adalah perikanan tangkap apalagi Tanjung Satai merupakan

daerah kepulauan dengan sumberdaya perikanan tangkap yang masih besar potensinya namun

belum dapat dioptimalkan karena salah satunya keterbatasan saran dan prasarana. Daerah

tersebut hanya memiliki darmaga dan cold-storage, sedangkan pelabuhannya berada di

Kecamatan Teluk Batang sehingga nelayan akan membawa hasil tangkapan nya ke pelabuhan

di Kecmatan Teluk Batang tersebut untuk dijual dan bahkan sampai ke Pontianak.

Penentuan Intervensi Penanganan Sarana Prasarana Aksesibilitas Infrastruktur

Penentuan intervensi yang akan diambil berdasarkan nilai aksesibilitas yang telah

diperoleh dengan memperhatikan nilai aksesibilitas pada sarana dan prasarana infrstruktur

dasar.

Sektor Aksesibilitas Infrastruktur

Sarana dan Prasarana Aksesibilitas Infrastruktur

Nilai Rerata Aksesibilitas Desa

Sukadana Pulau Maya1. Jalan dan Jasa Transportasi 4,20 9,95

Executive Summary 38

Page 39: Executive Summary Ikan Kayong

Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara

Jarak menuju lokasi 4,00 12,00

Kualitas jalan 4,78 13,67

Biaya perjalanan menuju lokasi 4,11 8,92

Waktu perjalanan menuju lokasi 3,90 8,11

Bagaimana mencapai tujuan lokasi 4,22 7,052. Air 6,68 7,42

Kualitas air 8,41 10,04

Jarak untuk mengambil air 7,70 8,28

Waktu menuju sumber 3,94 3,943. Listrik 7,55 11,43

Biaya penggunaan 6,19 12,99

Waktu penggunaan 8,91 10,274. Perikanan 4,27 8,76

Tempat menjual hasil 4,42 8,66

Jarak ke pasar - 7,88

Jumlah fasilitas - 8,56

Kualitas jalan menuju pelabuhan 4,50 9,00

Biaya menuju pasar - 11,67

Waktu menuju pasar 3,89 11,67

Alat mengangkut produksi - 4,22

Kapasitas fasilitas - 8,445. Pendidikan 5,45 6,52

Jarak menuju sekolah 7,42 10,55

Biaya untuk ke sekolah 4,11 4,81

Waktu untuk ke sekolah 6,16 6,63

Cara menuju ke sekolah 4,11 4,116. Kesehatan 5,05 6,53

Jarak menuju fasilitas 7,10 10,00

Biaya menuju fasilitas 4,39 5,97

Waktu perjalanan menuju fasilitas 4,22 5,65

Cara menuju fasilitas 4,50 4,507. Pasar 13,32 8,04

Tempat 13,32 -

Jarak menuju pasar - 11,82

Biaya ke pasar - 6,86

Waktu menuju pasar - 11,67

Cara menuju pasar - 4,06

Executive Summary 39

Page 40: Executive Summary Ikan Kayong

Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa pada Desa Sedahan Jaya menunjukkan bahwa

sarana dan prasarana infrastruktur dasar yang menjadi prioritas utama penanganan

aksesibilitas, antara lain : (i) kualitas jalan dalam jalan dan sarana transportasi; (ii) Kualitas

air dalam sarana dan prasarana air; (iii) Waktu penggunaan dalam sarana dan prasarana

listrik; (iv) Tempat menjual hasil dalam sarana dan prasarana perikanan; (v) Jarak menunju

sekolah dalam sarana dan prasarana pendidikan; (vi) Jarak menunju fasilitas dalam sarana

dan prasarana kesehatan; (vii) Tempat dalam sarana dan prasarana pasar.

Sementara itu, pada Desa Tanjung Satai menunjukkan bahwa sarana dan prasarana

infrastruktur dasar yang menjadi prioritas utama penanganan aksesibilitas, antara lain : (i)

kualitas jalan dalam jalan dan sarana transportasi; (ii) Kualitas air dalam sarana dan prasarana

air; (iii) Biaya penggunaan dalam sarana dan prasarana listrik; (iv) Biaya dan waktu menuju

pasar dalam sarana dan prasarana perikanan; (v) Jarak menunju sekolah dalam sarana dan

prasarana pendidikan; (vi) Jarak menunju fasilitas dalam sarana dan prasarana kesehatan;

(vii) Jarak menuju pasar dalam sarana dan prasarana pasar.

Hasil pengamatan ini juga menunjukkan bahwa tempat, jarak, waktu, dan jumlah

menjadi faktor kunci dalam penanganan prioritas infrastruktur dasar industri perikanan.

PENANGANAN INFRASTRUKTUR DASAR

Industrialisasi kelautan dan perikanan adalah integrasi sistem produksi hulu dan hilir

untuk meningkatkan skala dan kualitas produksi, produktivitas, daya saing, dan nilai tambah

sumber daya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan. Tujuan industrialisasi kelautan dan

perikanan adalah terwujudnya percepatan peningkatan pendapatan pembudidaya, nelayan,

pengolah, pemasar, dan petambak. Oleh sebab itu, industrialisasi kelautan dan perikanan

dalam rencana strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2010-2014 dengan

strategi sebagai berikut: (i) Pengembangan komoditas dan produk unggulan berorientasi

pasar; (ii) Penataan dan pengembangan kawasan dan sentra produksi secara berkelanjutan;

(iii) Pengembangan konektivitas dan infrastruktur; (iv) Pengembangan usaha dan investasi;

(v) Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta sumber daya manusia; (vi)

Pengendalian mutu dan keamanan produk; dan (vii) Penguatan pengawasan pemanfaatan

sumber daya kelautan dan perikanan.

Selanjutnya, pengembangan konektivitas dan infrastruktur dasar yang termuat dalam

salah satu strategi industri perikanan dan kelautan menjadi fokus kegiatan Infrastruktur Dasar

Executive Summary 40

Page 41: Executive Summary Ikan Kayong

Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara

Industri Perikanan Daerah Tertinggal di Kabupaten Kayong Utara dapat dicapai melalui

strategi sebagai berikut:

(i) Penguatan sistem dan manajemen pelabuhan perikanan;

(ii) Pembangunan dan manajemen infrastruktur dasar dan pelayanan publik terintegrasi;

(iii) Peningkatan dan perluasan hubungan bisnis hulu-hilir, hulu-hulu dan hilir-hilir melalui

jaringan komunikasi; dan

(iv) Pengembangan hubungan geografis antar kawasan melalui pembangunan dan

manajemen infrastruktur dasar pelayanan publik yang terintegrasi.

(v) Peningkatan infrastruktur perikanan tangkap yang diarahkan untuk pembangunan secara

selektif pada lokasi terpilih, misalnya Kecamatan Teluk Batang dan Pulau maya.

(vi) Penyediaan infrastruktur perikanan budidaya dengan memprioritaskan pada perbaikan

atau pembangunan infrastruktur untuk komoditas utama, misalnya lele, nila atau

bandeng.

(vii) Peningkatan infrastruktur pengolahan dengan upaya meningkatkan kecukupan sarana

dan prasarana seperti listrik, air dan jalan.

(viii) Peningkatan infrastruktur pemasaran untuk meningkatkan prasarana pemasarana dalam

negeri dalam bentuk pengembangan depo pemasaran hasil perikanan.

(ix) Pengembangan sistem pemantauan dan pelaporan infrastrukturperikanan yang

mencakup standar satuan atau obyek penilaian kondisi.

Setelah melakukan identifikasi maka perlu dilakukan identifikasi pengelolaan

penanganan/pembangunan, termasuk didalamnya instansi yang akan melakukan penanganan

tersebut.

Langkah-Langkah Penanganan

Perencanaan (Planning)

Perencanaan disusun secara komprehensif dan konsisten serta mengacu kepada

konsep bottom-up planning, dimana keputusan yang diambil didapat dari aspirasi bawah.

Semua masukan perencanaan harus dapat mengakomodasikan aspirasi masyarakat secara

demokratis, melalui keterlibatan berbagai kelembagaan sosial politik dan sosial ekonomi,

Executive Summary 41

Page 42: Executive Summary Ikan Kayong

Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara

perguruan tinggi, LSM, tokoh masyarakat yang dapat dilaksanakan melalui forum dialog, dan

hasilnya kemudian dikaji lebih lanjut melalui forum diskusi Pemerintah Daerah dan DPRD.

Proses pemberian masukan dan asistensi dapat dilakukan kepada Pemerintah Pusat yang

berdiri sebagai policy maker dalam lingkup nasional.

Pelaksanaan (Execution)

Pelaksanaan pembangunan daerah sebagai upaya penyelesaian permasalahan

ketertinggalan dan keterpencilan didesentralisasikan kepada pemerintah kabupaten/kota

sesuai dengan Undang-Undang nomor 32 tahun 2004. Untuk menunjang upaya Pemerintah

Kabupaten, seluruh potensi masyarakat yang tergabung dalam berbagai kelembagaan di

daerah diharapkan ikut membantu. Hal ini sejalan dengan tuntutan pemenuhan kebutuhan

dasar masyarakat dan sekaligus sebagai manifestasi penerapan paradigma baru pembangunan

yang berpihak kepada masyarakat.

Dalam paradigma baru yaitu penerapan konsep good governance dalam

pembangunan, masyarakat ditempatkan sebagai pelaku utama dan kesejajaran peran antara

pemerintah, masyarakat dan pelaku bisnis dijunjung tinggi. Dalam rangka mewujudkan

kesejajaran masyarakat, dilakukan pemberdayaan dengan memberikan ruang untuk

meningkatkan partisipasi dalam setiap pengambilan keputusan.

Pengendalian/Pengawasan (Monitoring)

Pengendalian / pengawasan pada hakekatnya akan, perlu dan harus dilakukan oleh

setiap penyandang dana dalam kegiatan pembangunan. Dalam hal ini, selayaknya

pengendalian dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Internal Pemerintah

Kabupaten itu sendiri. Bahkan dalam era transparansi ini, masyarakat dan pihak swasta juga

dapat terlibat dalam pengendalian pembangunan. Pemerintah Kabupaten dengan DPRD

setempat dapat menyiapkan wadah bagi masyarakat dan pihak swasta untuk dapat

memberikan masukan/informasi hasil pengawasan, agar dapat ditindaklanjuti oleh

pemerintah. Pemberian sanksi bagi aparat/lembaga yang melakukan kesalahan menjadi syarat

mutlak berfungsinya pengawasan. Pengendalian pembangunan diajukan pada penilaian

pencapaian sasaran fungsional dari suatu program/kegiatan/proyek sehingga diharapkan dari

setiap pembangunan dapat diketahui hasil dan manfaatnya.

Evaluasi (Evaluation)

Executive Summary 42

Page 43: Executive Summary Ikan Kayong

Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara

Evaluasi pelaksanaan pembangunan merupakan usaha yang dilakukan dalam rangka

mengukur dan menilai kinerja pembangunan seta merekomendasikan bahan masukan bagi

penyusunan rencana kebijakan pembangunan selanjutnya. Pada hakekatnya evaluasi berjalan

beriringan dengan kegiatan monitoring (Monev-Monitoring Evaluation). Sehingga pada

dasarnya seperti juga pada monitoring, evaluasi seharusnya dilakukan oleh setiap penyandang

dana pembangunan. Terutama untuk program pembangunan yang berkelanjutan dan

berjangka panjang, evaluasi memiliki arti strategis untuk mereview arah, manfaat dan

pencapaian hasil yang telah dilaksanakan.

Dalam paradigma baru, evaluasi pelaksanaan pembangunan dapat dilakukan oleh

pemerintah bersama-sama dengan masyarakat. Kehadiran berbagai potensi kelembagaan di

luar birokrasi pemerintah dapat dipesankan untuk menilai keberhasilan pelaksanaan program

pembangunan dengan difasilitasi oleh instansi pemerintah.

Kerangka Strategi Pembangunan Infrastruktur

Penataan Ruang Berkualitas

Konsep penataan ruang yang berwawasan lingkungan bertujuan untuk menciptakan

ruang yang berkualitas dan memberikan kemanfaatan bagi masyarakat maupun sektoral

dengan memperhatikan 2 (dua) dimensi penting, yaitu: (i) Skala kewilayahan; (ii) Skala

komunitas. Skala kewilayahan terkait dengan pemanfaatan ruang menurut daya dukung dan

daya tampung. Mengingat bahwa, perkembangan jumlah penduduk akan membawa

konsekuensi terhadap peningkatan kebutuhan akan sumber daya alam dan energi untuk

menopang keberlanjutan kehidupan.

Ppenataan ruang perlu memperhatikan kapasitas daya dukung dan daya tampung

lahan, apakah ruang yang direncanakan mampu untuk mendukung keberlanjutan dari

kehidupan manusia dan makhluk hidup yang lain dalam jangka panjang. Kemampuan daya

dukung lahan akan direpresentasikan dari sumber-sumber daya alam yang akan dimanfaatkan

untuk menopang kehidupan makhluk hidup yang tinggal di atas lahan tersebut. Di samping

itu, dari sisi dimensi ruang, apakah ruang yang direncanakan tersebut mampu untuk

memberikan ruang gerak/mobilitas manusia (termasuk barang dan jasa) yang hidup di atas

lahan tersebut selama beberapa tahun perencanaan. Hal ini penting untuk memastikan bahwa

seluruh aktivitas yang membutuhkan mobilitas yang akan berlangsung di atas lahan tersebut

dalam jangka waktu lama, dapat terakomodir.

Executive Summary 43

Page 44: Executive Summary Ikan Kayong

Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara

Dimensi kedua adalah skala komunitas, yaitu penataan ruang harus memperhatikan

karakteristik sosial-budaya masyarakat yang akan menempati lahan tersebut. Karakter

masyarakat dapat mempengaruhi perkembangan guna lahan yang di tempatinya. Oleh karena

itu, dalam penataan ruang perlu memperhatikan sifat komunitas yang akan ditempatkan

dalam lahan tersebut.

Dengan memperhatikan dua dimensi penting di atas (skala kewilayahan dan skala

komunitas), penataan ruang diharapkan dapat mewujudkan tatanan kehidupan yang seimbang

dan harmonis, sehingga dengan demikian penataan ruang yang berwawasan lingkungan

diharapkan mampu mendukung terealisasinya goal pembangunan nasional, yaitu

pembangunan yang pro-poor, pro-growth, dan pro-environment.

Penguatan Kapasitas Instansi Daerah

Strategi kedua adalah penguatan kapasitas instansi di daerah dalam penyelenggaraan

infrastruktur untuk memastikan bahwa setiap daerah memiliki pemahaman/kompetensi yang

memadai untuk mendukung terciptanya pembangunan infrastruktur yang berorientasi pada

peningkatan kualitas lingkungan. Pemahaman atau kompetensi yang dibutuhkan tersebut

sangat terkait dengan kualitas sumber daya manusia sebagai aparat pemerintah yang memiliki

tugas dan kewenangan dalam menciptakan pembangunan infrastruktur yang berwawasan

lingkungan. Oleh karena itu penting kiranya memberikan pemahaman yang benar mengenai

proses pembangunan infrastruktur dari tahap perencanaan hingga operasional.

Adanya kualitas sumberdaya manusia yang memadai dalam penyelenggaraan

infrastruktur untuk meningkatkan kualitas lingkungan erat kaitanya dengan proses

perencanan penataan ruang, sebagaimana telah diamanatkan dalam UU No. 26 tahun 2007

tentang Penataan Ruang, dimana dijelaskan bahwa dalam rangka pelaksanaan pemanfaatan

ruang agar sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, maka Pemerintah dan pemerintah

daerah dapat memberikan insentif dan/atau disinsentif.

Kebijakan insentif merupakan perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan atau

kompensasi terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang, misalnya

berupa: keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa ruang, dan

urun saham; pembangunan serta pengadaan infrastruktur; kemudahan prosedur perizinan; dan

pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan/atau pemerintah daerah. Sementara

itu, kebijakan disinsentif merupakan perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan,

Executive Summary 44

Page 45: Executive Summary Ikan Kayong

Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara

atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang, misalnya berupa:

pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk

mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang; dan pembatasan penyediaan

infrastruktur, pengenaan kompensasi, dan penalti.

Kebijakan insentif dan disinsentif dalam pembangunan infrastruktur sebagaimana

dijelaskan di atas ditujukan untuk menciptakan lingkungan yang lebih berkualitas, atau

memberikan kemanfaatan bagi masyarakat secara luas. Di samping itu, kebijakan insentif dan

disinsentif ini merupakan wujud konkret penegakan fungsi good governance dalam

penyelenggaraan infrastruktur yang berwawasan lingkungan.

Namun, masalah pokok yang seringkali menjadi kendala bagi pemerintah daerah,

yaitu mekanisme pengawasan dan pengendalian terhadap proses pembangunan di segala

sektor. Masih lemahnya pengawasan di daerah menjadi salah satu penyebab terjadinya

pergeseran dalam peruntukkan ruang. Kasus-kasus berkembangnya pemanfaatan ruang yang

tidak sesuai dengan peruntukkannya, merupakan bukti dari lemahnya mekanisme

pengawasan di daerah, terutama dalam hal pemberian ijin pembangunan fisik infrastruktur.

Untuk itu, mekanisme pengawasan perlu diperketat dan ditingkatkan.

Di samping itu, dalam rangka proses penyelesaian/legalisasi perencanaan tata ruang

wilayah (RTRW) baik di setiap provinsi maupun kabupaten/kota dalam bentuk Peraturan

Daerah (Perda), maka strategi yang kiranya dapat dilakukan oleh pemerintah adalah

dukungan finansial untuk menuju ke proses tersebut. Dukungan finansial tersebut dapat

ditempuh melalui intervensi fiskal berupa Dana Alokasi Khusus, mengingat hal ini dapat

dipandang sebagai salah satu program Pemerintah yang perlu mendapat prioritas. Dengan

demikian, proses penyelesaian legalisasi Perda Tata Ruang di tiap Wilayah Provinsi atau

kabupaten/kota dapat terwujud.

Keterlibatan masyarakat juga menjadi bagian penting dalam mekanisme pengawasan.

Strategi ini dapat menjadi salah satu strategi yang efektif untuk mendukung upaya

mewujudkan lingkungan yang berkualitas. Masyarakat perlu diberikan ruang atau saluran

untuk menyampaikan aspirasi dan inisiatifnya guna mendukung langkah-langkah pemerintah

dalam menciptakan lingkungan yang berkualitas.

Penguatan Kerjasama Antar Sektor Terkait

Executive Summary 45

Page 46: Executive Summary Ikan Kayong

Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara

Kerjasama berbagai stakeholders diperlukan untuk mewujudkan sinergisme dalam

implementasinya. Prinsip kerjasama yang dibangun adalah kerjasama yang saling

memberikan manfaat/keuntungan. Manfaat yang dimaksudkan dalam hal ini adalah

terciptanya kualitas lingkungan hidup melalui pembangunan infrastruktur. Oleh sebab itu,

perlu kerjasama antara pihak-pihak yang terkait.

No. Dukungan Kegiatan Instansi Terkait

1. Penyediaan sarana air bersih

Pekerjaan Umum

Energi dan Sumberdaya Mineral

Kesehatan

Pendidikan dan Kebudayaan

2.Pembangunan saluran irigasi untuk budidaya perikanan

3. Penyediaan jaringan listrik

4. Pembangunan akses jalan dan jalan lingkungan

5.Penyediaan BBM perikanan dan pasokan untuk SPDN

6.Penyediaan sarana, prasarana, dan layanan kesehatan

7.Penyediaan sarana, prasarana, dan layanan pendidikan

Sumber: analisis data primer dan sekunder, 2014

Penguatan Kapasitas Pendanaan

Menurut UU no. 32 tahun 2009 dinyatakan secara tegas bahwa, evaluasi secara

holistik terhadap dampak yang diperkirakan akan terjadi, dimana hal tersebut telah dikaji

dalam dokumen AMDAL belum dapat berjalan secara efektif karena kelemahannya terkait

pengawasan. Di sisi lain, dokumen AMDAL mewajibkan adanya kegiatan rencana

pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup atau yang disebut RKL dan RPL. Kegiatan ini

belum sepenuhnya dapat dijalankan mengingat keterbatasan sumber daya (SDM dan

finansial). Kasus-kasus yang terjadi di daerah mencerminkan masih minimnya dukungan

sumber daya yang dimiliki untuk dapat menjalankan kegiatan RKL dan RPL tersebut.

Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah bahwa di dalam UU 32 tahun 2009

dinyatakan bahwa setiap Pemegang izin lingkungan yang diwajibkan untuk memiliki

AMDAL maupun UKL/UPL, wajib menyediakan dana penjaminan untuk pemulihan fungsi

lingkungan hidup, bilamana pada suatu ketika terjadi adanya gangguan terhadap fungsi-

Executive Summary 46

Page 47: Executive Summary Ikan Kayong

Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara

fungsi lingkungan, seperti pencemaran, polusi, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, hal ini

menjadi cukup krusial bagi daerah-daerah yang tidak memiliki kapasitas dalam hal

pendanaan untuk menjamin upaya pemulihan fungsi lingkungan hidup bagi proyek-proyek

pembangunan fisik yang berskala besar yang jika tidak dilakukan pengawasan secara ketat

akan menimbulkan dampak negatif dan dapat mengganggu fungsi-fungsi lingkungan hidup.

Rekomendasi

Dampak positif dari pembangunan infrastruktur adalah peningkatan kesejahteraan

rakyat dan pendapatan daerah tersebut sehingga tinjauan pelaksanaan dan perbaikan

infrastruktur dasar khususnya industri perikanan di daerah harus memperhatikan lokasi,

fungsi, dimensi, waktu dan kewenangan. Pertama, aspek lokasi. Dasar penilaian aspek lokasi

adalah Rencana Tata Ruang Wilayah yang ada. Kedua, aspek fungsi. Penilaian aspek fungsi

didasarkan pada dokumen perencanaan yang ada. Baik itu RPJP Nasional, RPJM Nasional,

Renstra Kementerian, RPJP dan RPJM Daerah maupun Renstra Instansi yang ada. Ketiga,

aspek dimensi. Ukuran dimensi atau luasan dibagi berdasarkan pada Peraturan Menteri LH

no. 11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib dilengkapi

dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no.

10/PRT/M/2008 tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Bidang PU yang

wajib dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya

Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL). Keempat, aspek waktu. Nilai waktu menghubungkan

antara proses perencanaan, termasuk didalamnya keberadaan dokumen lingkungan (AMDAL

atau UKL/UPL), dengan pelaksanaan konstruksi. Pembuatan dan penilaian dokumen

lingkungan (AMDAL atau UKL/UPL) harus seiring dengan pelaksanaan perencanaan, baik

yang saat masih berujud Masteplan ataupun DED. Kelima, aspek kewenangan. Aspek

kewenangan yang ditinjau disini adalah kewenangan didasarkan pada tupoksi yang ada,

apakah kegiatan pembangunan tersebut menjadi tanggung jawab pemerintah pusat atau

pemerintah daerah. PP no 38 tahun 2007 tentang Pembagian Kewenangan Pusat dan Daerah

merupakan acuan yang digunakan termasuk didalamnya Peraturan Perundangan Bidang PU

yang mengatur tentang pembagian kewenangan.

Disamping itu, ada beberapa hal yang menjadi perhatian terkait infrastruktur dasar

industri perikanan khususnya di Kabupaten Kayong Utara, antara lain:

(i) Penambahan infrastruktur perikanan tangkap perlu dilakukan dengan sangat hati-hati

dan selektivitas yang tinggi dengan memperhitungkan penataan jenis dan jumlah kapal

Executive Summary 47

Page 48: Executive Summary Ikan Kayong

Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan Daerah Tertinggal Kabupaten Kayong Utara

perikanan, alat tangkap, alat bantu penangkapan, serta alur penangkapan dan wilayah

penangkapan.

(ii) Pengembangan infrastruktur perikanan budidaya berbasis perairan darat (tawar atau

payau) dapat diarahkan melalui peningkatan produktivitas lahan atau mina padi,

sedangkan marinekultur diarahkan pada pengembangan lahandan peningkatan

produktivitas lahan. Sebaran penambahan infrastruktur budidaya diprioritaskan pada

wilayah yang telah ditetapkan atau akan ditetapkan sebagai kawasan minapolitan.

(iii) Peningkatan infrastruktur pengolahan harus memperhitungkan ketersediaan jumlah

bahan baku dan perubahan komposisi produksi yang akan lebih besar, sedangkan

peningkatan infrastruktur pemasaran terutama dilakukan untuk meningkatkan prasarana

pemasaran dalam bentuk pengembangan depo pemasaran hasil perikanan.

(iv) Pembangunan prasarana perikanan baru harus didasarkan atas data dan informasi yang

akurat, berdasarkan potensi yagn ada melalui SIDCOM (Survey, Investigation, Design,

Contruction, Operation, Maintenance) terlebih dahulu serta kecukupan dukungan

sektor lainnya seperti jalan, air, dan listrik. Selain itu, diperlukan juga upaya menggali

investasi sektor swasta dalam pembangunan infrastruktur perikanan melalui kebijakan

insentif dan disinsentif.

(v) Peningkatan komitmen penyediaan anggaran operasional dan pemeliharaan dari

pemerintah daerah dan pusat sebelum sarana dan prasarana dibangun serta adanya

pembagian kewenangan yang jelas.

Executive Summary 48