HALAMAN JUDUL EXECUTIVE SUMMARY - …web.irigasi.net/sites/default/files/Executive Summary...

30
HALAMAN JUDUL EXECUTIVE SUMMARY KAJIAN JARINGAN IRIGASI DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DESEMBER, 2015

Transcript of HALAMAN JUDUL EXECUTIVE SUMMARY - …web.irigasi.net/sites/default/files/Executive Summary...

HALAMAN JUDUL

EXECUTIVE SUMMARY

KAJIAN JARINGAN IRIGASI DALAM MENDUKUNG KETAHANAN

PANGAN

DESEMBER, 2015

Executive Summary

Pusat Litbang Sumber Daya Air ii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT kami dapat menyelesaikan kegiatan Kajian

Jaringan Irigasi Dalam Mendukung Ketahanan Pangan. yang dilaksanakan oleh

Balai Litbang Teknologi Irigasi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber

Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, yang dibiayai

oleh APBN Tahun 2015.

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan informasi luas daerah

irigasi yang terverifikasi dan kinerja jaringan irigasi di Indonesia. Kegiatan ini

termasuk dalam kelompok output teknologi terapan dan mendukung teknologi

irigasi hemat air, dengan komponen output peta daerah Irigasi dan kinerja jaringan

irigasi.

Executive Summary ini merupakan ringkasan laporan hasil kegiatan Kajian

Jaringan Irigasi Dalam Mendukung Ketahanan Pangan yang disusun oleh Tim

Peneliti, yaitu Joko Triyono, STP, M.Eng sebagai ketua Tim, dibantu oleh Suryo

Kuncoro, SSi; Marasi Deon J., ST, MPSDA; Hanhan A.S., STP., M.Agr; Sulardi,

S.Sos; dan Ir. M. Muqorrobin dibawah bimbingan Kepala Balai Litbang Teknologi

Irigasi selaku Penanggung Jawab Kegiatan.

Terima kasih kepada narasumber dan semua pihak yang telah membantu

sehingga dapat terlaksana kegiatan Kajian Jaringan Irigasi Dalam Mendukung

Ketahanan Pangan. Masukan, saran dan kritik sangat kami harapkan untuk

menyempurnakan laporan ini.

Bandung, Desember 2015

Kepala Pusat Litbang Sumber Daya Air

Dr. Ir. William M. Putuhena, M.Eng

NIP. 19570722 198503 1 002

Executive Summary

Pusat Litbang Sumber Daya Air iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ iv

DAFTAR TABEL ...................................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. vi

1. Latar Belakang .................................................................................... 1

2. Tujuan ................................................................................................. 2

3. Sasaran ............................................................................................... 2

3.1. Sasaran Keluaran (Output).................................................................. 2

3.2. Sasaran Mutu ...................................................................................... 2

4. Lingkup Kegiatan ................................................................................. 2

5. Metode ................................................................................................ 2

5.1. Pemetaan Daerah Irigasi ..................................................................... 2

5.2. Rapid Assessment Kinerja Jaringan Irigasi ......................................... 4

6. Hasil Kegiatan dan Pembahasan ........................................................ 5

6.1. Hasil Kegiatan ..................................................................................... 5

6.2. Pembahasan ..................................................................................... 19

7. Kesimpulan dan Saran ...................................................................... 21

7.1. Kesimpulan........................................................................................ 21

7.2. Saran ................................................................................................. 22

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 23

LAMPIRAN ........................................................................................................... 24

Executive Summary

Pusat Litbang Sumber Daya Air iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.Skema pembuatan peta daerah irigasi .................................................. 4

Gambar 3.Peta Daerah Irigasi Provinsi Jawa Barat ............................................... 9

Gambar 4.Peta Daerah Irigasi Provinsi Jawa Tengah dan DIY ............................ 10

Gambar 5.Peta Daerah Irigasi Provinsi Jawa Tengah dan DIY ............................ 11

Gambar 6. Peta Daerah Irigasi Provinsi Jawa Tengah dan DIY ........................... 12

Gambar 7. Peta Daerah Irigasi Provinsi Jawa Tengah dan DIY ........................... 13

Gambar 8. Peta Daerah Irigasi Provinsi Jawa Tengah dan DIY ........................... 14

Gambar 9. Peta Daerah Irigasi Provinsi Jawa Timur ............................................ 15

Gambar 10. Peta Daerah Irigasi Provinsi Jawa Timur .......................................... 16

Executive Summary

Pusat Litbang Sumber Daya Air v

DAFTAR TABEL

Tabel 3. Identifikasi Daerah Irigas .......................................................................... 6

Tabel 4. Hasil Verifikasi Luas Daerah Irigasi ........................................................ 17

Tabel 5. Kinerja Jaringan Irigasi ........................................................................... 18

Executive Summary

Pusat Litbang Sumber Daya Air vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kurva S

Lampiran 2 Capaian Sasaran Output

Lampiran 3.KuisionerRapid Assesment

Lampiran 4. Perbandingan Data Daerah Irigasi

Lampiran 5. Lembar Konsultasi dengan Narasumber

Executive Summary

Pusat Litbang Sumber Daya Air 1

1. Latar Belakang

Salah satu kebijakan pemerintah saat ini adalah “Kedaulatan Pangan Berbasis

Agribisnis”. Sebagai perwujudan kebijakan tersebut maka akan dilaksanakan

Pembangunan Irigasi dan Bendungan, Rehabilitasi jaringan irigasi yang rusak 3

juta hektar dan pembukaan 1 juta lahan kering di Luar Jawa dan Bali.

Sejalan dengan kebijakan tersebut Pemerintah menargetkan 3 komoditas utama

swasembada pangan yaitu beras, jagung dan kedelai, untuk itu 3 faktor kunci

menjadi pijakan penopang komoditas tersebut yaitu irigasi, benih dan alat mesin

pertanian.Rapat terbatas bidang perekonomian (Kamis 30 Oktober 2014, istana

presiden.com) Presiden menekankan pentingnya bendungan, bendung dan

saluran irigasi untuk mewujudkan kedaulatan pangan bagi indonesia.

Perubahan Kepmen PU No. 390/2007 menjadi Kepmen PU No. 293/2014

menetapkan status daerah irigasi Indonesia seluas 9,136 juta Ha terbagi dalam

irigasi rawa (1,643 juta Ha), irigasi air tanah (113.600 Ha), irigasi tambak (189.747

Ha), irigasi pompa (44.230 Ha) dan irigasi permukaan (7,145 juta Ha). Namun

informasi ini belum tersedia dalam bentuk geospasial.

Salah satu bentuk dukungan luasan irigasi di atas adalah dengan pembuatan peta

luas irigasi dalam bentuk geospasial memanfatkan peta BIG, kondisi tanah, citra

(ALOS, LANDSAT) dan informasi lapangan, sehingga memudahkan apabila

terjadi perubahan data. Untuk itu sangat perlu dilakukan sampel pengecekan

lapangan menggunakan peralatan survey yang langsung dapat mengirimkan data

ke server, sehingga keabsahan data dapat terjamin dan pengkoreksian dapat

dilakukan dengan seksama.

Selain dukungan luasan irigasi tersebut di atas diperlukan juga informasi kinerja

jaringan irigasi (bendung, saluran primer, saluran sekunder dan bangunan

pelengkap), untuk dapat memperkirakan kondisi dan fungsi jaringan irigasi

sehingga dapat mendorong peningkatan produksi beras dalam rangka mendukung

kedaulatan pangan.

Berdasarkan alasan tersebut Balai Irigasi akan melakukan kegiatan verifikasi data

luasan irigasi dalam bentuk peta spasial dan penilaian kinerja jaringan irigasi

berdasarkan assessment (Permen 32/2007) sampel dari beberapa daerah irigasi

diharapkan dapat dijadikan informasi mengenai kondisi irigasi nasional, sehingga

Executive Summary

Pusat Litbang Sumber Daya Air 2

memudahkan pimpinan dalam mengambil kebijakan terkait daerah irigasi.

Informasi ini tidak hanya diperlukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum, akan

tetapi juga sangat diperlukan oleh sektor lain seperti Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional, Pertanian, Perindustrian, Perikanan dan lain-lain.

Kegiatan ini merupakan bagian dari kegiatan terintegrasi Pusat Litbang Sumber

Daya Air dalam kelompok output teknologi terapan untuk mendukung teknologi

irigasi hemat air.

2. Tujuan

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan informasi luas daerah irigasi

yang terverifikasi dan kinerja jaringan irigasi di Indonesia.

3. Sasaran

3.1. Sasaran Keluaran (Output)

Output dari kegiatan ini adalah Naskah Ilmiah Verifikasi Data Luasan Daerah

Irigasi Dalam Mendukung Ketahanan Pangan serta menghasilkan Komponen

Output berupa data spasial yang mencakup peta daerah irigasi dan kinerja

jaringan irigasi.

3.2. Sasaran Mutu

Sasaran mutu kegiatan ini adalah menghasilkan 1 (satu) naskah ilmiah mengenai

50 Daerah irigasi permukaan yang menunjukkan luas terverifikasi (pengecekan

lapangan) dilengkapi dengan peta beserta kinerja jaringannya, tercapai pada

bulan Desember 2015.

4. Lingkup Kegiatan

Lingkup kegiatan Kajian Jaringan Irigasi dalam mendukung ketahanan pangan ini

adalah :

1) Pembuatan Peta Daerah Irigasi permukaan yang terdapat pada Keputusan

Menteri Pekerjaan Umum Nomor 293/KPTS/M/2014 yang telah diverifikasi

luasannya.

2) Melakukan penilaian cepat (rapid assesment) Kinerja Jaringan Irigasi.

5. Metode

5.1. Pemetaan Daerah Irigasi

1. Identifikasi Daerah Irigasi

Executive Summary

Pusat Litbang Sumber Daya Air 3

Daerah irigasi permukaan di Indonesia sebanyak 47.027, yang menjadi

kewenangan pusat pusat sebanyak 283 DI, kewenangan provinsi 983 DI

dan terbanyak merupakan kewenangan kabupaten/kota yakni 46.761 DI.

Untuk mendapatkan daerah irigasi yang dijadikan sampel digunakan

metode proporsional stratified random sampling yaitu pemilihan secara

acak terhadap sampel yang sesuai strata dengan jumlah proporsional

sesuai sebarannya. Strata yang digunakan adalah daerah irigasi

kewenangan pusat yang mempunyai luas layanan diatas 5.000 ha yang

masuk dalam program rehabilitasi seluas 3 juta hektar. Jumlah sampel

diambil berdasarkan sebaran lokasi DI, pulau yang mempunyai sebaran DI

yang banyak maka sampelnya akan lebih banyak

2. Verifikasi Luas Daerah Irigasi

Hasil Penelusuran lapangan menggunakan GPS diolah dan dianalisa

secara spasial menggunakan perangkat lunak pemetaan (ArcGIS) untuk

mendapatkan peta daerah irigasi lapangan. Hasil dari tracking lapangan ini

nantinya digunakan untuk mengkoreksi hasil kerja pembuatan peta daerah

irigasi dari data kontur dan jaringan irigasi yang sebelumnya telah

dibuat.Beberapa tahap pembuatan Peta Daerah Irigasi menggunakan data

sebagai berikut :

a. Peta Kontur

Peta kontur adalah peta yang menggambarkan ketinggian tempat dengan

menggunakan garis kontur. Garis kontur adalah garis pada peta yang

menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama.

b. Peta Jaringan Irigasi

Dalam peta ini berisi jaringan irigasi terdiri dari petak-petak tersier,

sekunder dan primer yang berlainan antara saluran pembawa dan saluran

pembuang, panjang saluran, serta elevasi saluran yang nantinya digunakan

dalam penentuan batas daerah irigasi.

c. Tool Hidrologi

Tool Hidrologi terdapat di Software ArcGIS yang berada dalam sub Tool

Spatial Analyst, dalam tahap inilah pembuatan peta daerah irigasi dilakukan

dengan menggunakan data utama peta kontur dan data jaringan irigasi.

Executive Summary

Pusat Litbang Sumber Daya Air 4

Komponen tool yang digunakan dalam pembuatan peta daerah irigasi

adalah :

Fill :Melakukan Fiil Sink pada data raster permukaan (DEM) untuk

menghilangkan cacat/kesalahan pada data tersebut.

Flow Accumulation: Membuat raster yang menggambarkan piksel

dimana aliran terkumpul.

Flow Direction :Arah dari setiap piksel yang menunjukkan piksel

terendah di sekitarnya.

Snap Pour Points : Snaps pour points piksel yang memiliki nilai dari

Flow Accumulation terbesar dalam jarak tertentu.

Watershed : Menentukan contributing area (wilayah yang memasok

air) di atas sekumpulan piksel dalam sebuah raster.

Gambar 1.Skema pembuatan peta daerah irigasi

5.2. Rapid Assessment Kinerja Jaringan Irigasi

Kinerja jaringan irigasi dinilai menggunakan bantuan berupa kuisioner. Penilaian

kinerja irigasi dilakukan dengan menilai kondisi prasarana fisik yang terdiri dari :

1. Bangunan utama bagian yang dinilai adalah bendung dan pintu-pintu bendung

berikut bagian penggeraknya.

2. Saluran Pembawa

3. Bangunan pada saluran pembawa yaitu bangunan pengatur (Bagi/sadap/bagi

sadap); Pengukur debit; bangunan pelengkap.

Executive Summary

Pusat Litbang Sumber Daya Air 5

4. Saluran Pembuang

5. Jalan inspeksi

6. Kantor, Perumahan dan Gudang

Prasarana fisik tersebut dinilai kondisinya pada saat itu secara kualitatif yaitu :

1. Sangat baik : kondisinya tidak ada kerusakan.

2. Baik : Terjadi kerusakan maksimal 20%

3. Kurang Baik : Terjadi kerusakan 20% s/d 40%

4. Rusak : Terjadi kerusakan lebih dari 40%

Selanjutnya hasil penilaian kualitatif di lapangan diubah menjadi kuantitatif untuk

mendapatkan nilai dalam bentuk angka.

6. Hasil Kegiatan dan Pembahasan

6.1. Hasil Kegiatan

6.1.1. Persiapan

1. Tim pelaksana kegiatan Kajian Jaringan Irigasi Dalam Mendukung Ketahanan

Pangan sesuai Surat Keputusan Kepala Satuan Kerja Balai Irigasi Nomor

02/KPTS/La.02/SATKER/2015 tanggal 2 Januari 2015

2. Rancangan kerja pelaksanaan kegiatan Penyusunan Kajian Kebijakan Bidang

Irigasi secara detail dituangkan dalam RMP Kegiatan Penyusunan Kajian

Kebijakan Bidang Irigasi yang berisi : umum; informasi kegiatan; sasaran mutu

kegiatan; persyaratan teknis dan administrasi; struktur organisasi; tugas

tanggung jawab dan wewenang; kebutuhan sumber daya; bagan alir

pelaksanaan kegiatan; jadwal pelaksanaan kegiatan; jadwal personil; jadwal

penggunaan sarana dan prasarana; rencana dan metode verifikasi, validasi,

monitoring, evaluasi, inspeksi dan pengujian dan kriteria penerimaannya; daftar

kriteria penerimaan; daftar dokumensistem manajemen mutu; daftar rekaman;

daftar pustaka; lampiran.

3. Rencana Mutu Pelaksanaan (RMP)

Dokumen RMP dibuat terpisah dari laporan ini, telah disahkan oleh Kepala

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air pada tanggal 24

Februari 2015 dengan Nomor Dokumen : DSM/PUSAIR/RMP/IRIGASI-

LITBANG/03

Executive Summary

Pusat Litbang Sumber Daya Air 6

6.1.2. Pelaksanaan

1. Pembuatan Peta Daerah Irigasi

Pada tahapan ini kegiatan yang dilakukan adalah :

a. Koordinasi dengan instansi terkait untuk penyiapan data sekunder :

Hasil dari kegiatan ini telah didapatkan data sekunder berupa Pengelolaan

Aset Irigasi (PAI) dari BBWS Serayu Opak yaitu DI Serayu, DI Singomerto,

DI Tajum, DI Banjarcahyana, DI Wadas Lintang, DI Boro, Kedung Putri, DI

Sempor, DI Serayu, DI Tuk Kuning, DI Kalibawang, DI Van Der Weich. Data

PAI juga diperoleh dari Seksi Pengembangan Sistem Informasi Subdit

Informasi dan Data SDA Direktorat Pengembangan SDA Direktorat Jenderal

SDA yaitu : DI Antokan, DI Keligi Tugu Mulyo, DI Delta Brantas, DI Lodoyo,

DI Mrican Kiri, DI Pacal, DI Gondang, DI Bulucenrana, DI Kalola Kalosi, DI

Palakka, DI Patiro, DI Kalaena Kiri dan DI Sanrego.

b. Identifikasi Daerah Irigasi

Untuk mendapatkan daerah irigasi yang dijadikan sampel digunakan metode

proporsional stratified random sampling yaitu pemilihan secara acak

terhadap sampel yang sesuai strata dengan jumlah proporsional sesuai

sebarannya. Stratifikasi yang digunakan adalah daerah irigasi kewenangan

pusat yang mempunyai luas layanan diatas 5.000 ha yang masuk dalam

program rehabilitasi seluas 3 juta hektar. Hasil identifikasi daerah irigasi yang

akan menjadi sampel dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

Tabel 1. Identifikasi Daerah Irigas

No Provinsi Pengelola Nama DI Luas DI

(ha)

1

NAD BWS Sumatera I

Jambo Aye Langkahan 19473

2 Kotacane lama 19473

3 Baro Raya 12194

4 KruengTiro 6924

5

SUMUT BWS Sumatera II

Sungai Ular 18500

6 Bt. Angkola 7200

7 Namu Sira-sira 6300

8 Paya Sordang 4350

9 SUMBAR BWS Sumatera III Bt. Anai 13604

10

BWS Sumatera III Antokan 4200

Executive Summary

Pusat Litbang Sumber Daya Air 7

11 SUMSEL BBWS Sumatera VIII Kelingi Tugu Mulyo 10163

12

LAMPUNG BBWS Mesuji Sekampung

Way Rarem 21220

13 Way Sekampung 76006

14 Way Seputih 20201

15 Pisang 10525

16 Way Pangubuan 5000

17

JABAR

BBWS Citanduy Ciramajaya 8462

18

BBWS Cimanuk-Cisanggarung

Kamun 6219

19 Cikeusik 6924

20 Cipancuh 6318

21 BBWS Citarum Cihea 5484

22 BBWS Citarum Cileuleuy 5378

23

JATENG BBWS Serayu Opak

Singomerto 5863

24 Boro 5136

25 Tajum 3200

26 Banjarcahyana 5001

27 Kalibawang 7152

28 Kedung Putri 4341

29 Van Der Weich 5159

30 Progo Manggis 3633

31 Sempor 6478

32 Serayu 20795

33 Tuk Kuning 264

34 Wadas Lintang 31853

35 BBWS Pemali Juana Sidorejo 7938

36

JATIM

BBWS Brantas

Bondoyudo 11784

37 Delta Brantas 17942

38 Lodoyo 12217

39 Siman 23060

40 Mrican 30341

41 Baru 15910

42 Bedadung 16688

43 BBWS Bengawan Solo Pacal 13202

44 BBWS Bengawan Solo Gondang 10588

45

SULSEL BBWS Pompengan-Jeneberang

Bulucenrana 5.999

46 KalolaKalosi 4.317

47 Palakka 4.633

48 Patiro 4.970

49 Kalaena Kiri 18.184

50 Sanrego 9.457

Executive Summary

Pusat Litbang Sumber Daya Air 8

c. Proses Pembuatan Peta Daerah Irigasi

Berdasarkan data yang diperoleh, dalam pembuatan peta daerah irigasi

menggunakan beberapa cara dalam pelaksanaannya, yaitu :

1) Data PAI (Pengelolaan Aset Irigasi)

Salah satu cara pembuatan peta dengan menggunakan data PAI

merupakan cara paling cepat dan mudah karena koordinat bendung dan

saluran sudah terekam dalam bentuk spasial sehingga pengolahan lebih

lanjut dapat langsung dikerjakan.Namun tidak semua DI mempunyai data

PAI sehingga data yang digunakan terbatas hanya untuk beberapa DI

saja.

2) Data koordinat bendung dan saluran

Untuk beberapa DI yang tidak mempunyai data PAI, sebagian sudah

mempunyai koordinat bendung dan saluran namun dalam bentuk tertulis

atau tabel, sehingga butuh waktu untuk mengubahnya ke dalam informasi

spasial. Setelah data terkonversi ke dalam informasi spasial kemudian

dapat dilakukan pengolahan lebih lanjut dalam pembuatan peta daerah

irigasi.

3) Identifikasi melalui citra/google earth

Metode ini dilakukan ketika DI yang akan di crosscheck dilapangan belum

mempunyai data sama sekali selain koordinat bendung. Metode ini

menghabiskan waktu paling lama karena perlu ketelitian dalam identifikasi

bendung dan saluran melalui citra/google earth.Setelah bendung dan

saluran teridentifikasi maka selanjutnya adalah pembuatan peta daerah

irigasi.

d. Verifikasi dengan data tabular

Hasil yang diperoleh dari pembuatan peta daerah irigasi ini adalah peta

daerah irigasi dan data tabel. Peta daerah irigasi di cek dilapangan mengenai

kesesuaian data mengenai cakupan wilayah administrasi tingkat desa

daerah irigasi yang dilayani beserta luasan yang ada. Dengan data hasil

sementara ini nantinya akan di diskusikan dengan dinas setempat yang

terkait dengan kegiatan. Peta daerah irigasi dapat dilihat pada komponen

output yang terpisah dari laporan ini.Berikut adalah printscreen hasil kegiatan

pembuatan beberapa peta daerah irigasi:

Executive Summary

Pusat Litbang Sumber Daya Air 9

Gambar 2.Peta Daerah Irigasi Provinsi Jawa Barat

Executive Summary

Pusat Litbang Sumber Daya Air 10

Gambar 3.Peta Daerah Irigasi Provinsi Jawa Tengah dan DIY

Executive Summary

Pusat Litbang Sumber Daya Air 11

Gambar 4.Peta Daerah Irigasi Provinsi Jawa Tengah dan DIY

Executive Summary

Pusat Litbang Sumber Daya Air 12

Gambar 5. Peta Daerah Irigasi Provinsi Jawa Tengah dan DIY

Executive Summary

Pusat Litbang Sumber Daya Air 13

Gambar 6. Peta Daerah Irigasi Provinsi Jawa Tengah dan DIY

Executive Summary

Pusat Litbang Sumber Daya Air 14

Gambar 7. Peta Daerah Irigasi Provinsi Jawa Tengah dan DIY

Executive Summary

Pusat Litbang Sumber Daya Air 15

Gambar 8. Peta Daerah Irigasi Provinsi Jawa Timur

Executive Summary

Pusat Litbang Sumber Daya Air 16

Gambar 9. Peta Daerah Irigasi Provinsi Jawa Timur

Executive Summary

Pusat Litbang Sumber Daya Air 17

Tabel 2. Hasil Verifikasi Luas Daerah Irigasi

No Nama DI Luas Daerah Irigasi (ha)

Hasil verifikasi Kepmen selisih

1 Bendung Boro 5.136 5.136 0

2 Bendung Kalibawang 7.151 7.152 -1

3 Bendung Kedung Putri 4.343 4.341 +2

4 Bendung Progo Manggis 3.635 3.633 +2

5 Bendung Sempor 6.475 6.478 -3

6 Bendung Mataram van der weich 5.033 5.159 -126

7 Bendung Banjarcahyana 5.005 5.001 +4

8 Bendung Serayu 20.796 20.795 +1

9 Bendung Singomerto 5.864 5.863 +1

10 Bendung Tajum 3.203 3.200 +3

11 Bendung Tuk Kuning 263 264 -1

12 Bendung Wadas Lintang 31.855 31.853 +2

13 Bendung Sidorejo 6.517 7.938 -1421

14 Cileuleuy 8.908 5.378 +3530

15 Ciramajaya 1.249 8.462 -7213

16 Cikeusik 8.010 6.924 +1086

17 Cipancuh 6.652 6.318 +334

18 Kamun LB 6.538 6.219 +319

19 Siman 30.460 23.060 +7400

20 Pacal 19.768 13.202 +6566

21 Delta Brantas 24.679 17.942 +6737

22 Gondang 13.329 10.588 +2741

23 Mrican Kiri 18.461 30.341 -11880

24 Lodoyo 16.558 12.217 +4341

25 Baru 15.910 15.910 0

26 Bedagung 16.688 16.688 0

27 Bondoyudo 11.784 11.784 0

28 Way Seputih 16.399 20.201 -3802

29 Way Rarem 15.356 21.220 -5864

30 Way Sekampung 41.245 76.006 -34761

31 Way Pengubuan 3.351 5.000 1649

32 Way jepara 6.147 6.651 504

33 Kutacane Lama 12.998 5.425 7573

34 Bendung Baro Raya 13.216 12.194 1022

35 Jambo aye langkahan 22.317 19.473 2844

36 Tiro 6.344 6.924 580

37 Namu sirasira 3.536 6.300 2764

38 Paya Sordang 3.119 4.350 1231

39 Batang Angkola 4.486 7.200 2714

40 Sungai Ular 14.301 18.500 4199

Executive Summary

Pusat Litbang Sumber Daya Air 18

No Nama DI Luas Daerah Irigasi (ha)

Hasil verifikasi Kepmen selisih

41 Batang Anai 8.453 13.604 5151

42 Batang Antokan 1.691 4.200 2509

43 Kelingi Tugu Mulyo 10.163 10.163 0

44 Bulutimorang 5.660 5.442 218

45 Bulucenrana 10.508 5.999 4509

46 Kalola kalosi 9.183 4.317 4866

47 Palakka 4.168 4.633 465

48 Pattiro 5.028 4.970 58

49 Sanrego 5.581 9.457 3876

50 Kalaena Kiri 1.219 1.219 0

2. Kinerja Jaringan Irigasi

Hasil penilaian cepat kinerja jaringan irigasi dapat dilihat pada Tabel 5 berikut

ini :

Tabel 3. Kinerja Jaringan Irigasi

No Nama DI Nilai Kinerja Jaringan Irigasi

1 Bendung Boro 73,95 Baik

2 Bendung Sidorejo 68,00 Kurang dan perlu perhatian

3 Cileuleuy 72,10 Baik

4 Cikeusik 64,00 Kurang dan perlu perhatian

5 Cipancuh 61,71 Kurang dan perlu perhatian

6 Kamun 64,00 Kurang dan perlu perhatian

7 Siman 63,52 Kurang dan perlu perhatian

8 Delta Brantas 64,27 Kurang dan perlu perhatian

9 Mrican Kiri 71,30 Baik

10 Lodoyo 70,30 Baik

11 Baru 71,21 Baik

12 Bedadung 64,75 Kurang dan perlu perhatian

13 Bondoyudo 66,01 Kurang dan perlu perhatian

14 Bendung Baro Raya 62,80 Kurang dan perlu perhatian

15 Jambo aye langkahan 63,45 Kurang dan perlu perhatian

16 Namu sirasira 59,70 Kurang dan perlu perhatian

17 Paya Sordang 60,76 Kurang dan perlu perhatian

18 Sungai Ular 72,40 Baik

19 Batang Anai 76,00 Baik

20 Batang Antokan 74,00 Baik

21 Kelingi Tugu Mulyo 55,00 Kurang dan perlu perhatian

22 Bulucenrana 69,06 Kurang dan perlu perhatian

23 Palakka 66,93 Kurang dan perlu perhatian

Executive Summary

Pusat Litbang Sumber Daya Air 19

No Nama DI Nilai Kinerja Jaringan Irigasi

24 Pattiro 69,04 Kurang dan perlu perhatian

25 Sanrego 69,30 Kurang dan perlu perhatian

26 Kalaena Kiri 65,46 Kurang dan perlu perhatian

6.1.3. Tahap Pelaporan

a. Laporan Awal

Dalam tahap ini merupakan tahap awal dari kegiatan dimana rancangan

kegiatan awal dilakukan dalam tahap ini sehingga tahap-tahap kegiatan

selanjutnya dapat terlaksana dengan baik.

b. Laporan Interim

Dalam tahap ini merupakan pelaporan dari kegiatan awal telah mengalami

perkembangan sampai sejauh mana sehingga dapat diketahuiberapa tingkat

kemajuan.

c. Konsep Laporan Akhir

Dalam tahap ini merupakan pelaporan dari seluruh kegiatan, sehingga

diketahui hasil dari kegiatan untuk menjawab tujuan dilaksanakan kegiatan ini

d. Konsep output

Tahapan yang terdiri dari komponen output dan output. Pada kegiatan ini

komponen output berupa peta daerah irigasi dan kinerja jaringan irigasi,

sedangkan output berupa Naskah Ilmiah Verifikasi Data Luasan Daerah Irigasi

Dalam Mendukung Ketahanan Pangan.

6.2. Pembahasan

Pada tahap identifikasi Daerah Irigasi bertujuan untuk mendapatkan sampel

daerah irigasi yang akan dikaji. Pada tahap ini menggunakan 3 (tiga) sumber

data yaitu Kepmen PU 293/2014, Sistem Pengelolaan Data Irigasi (SPDI) dan

Water Resources Data Centre (WRDC). Sampel DI dipilih dari ketiga data

tersebut yang mempunyai perbedaan data yang cukup besar. Daerah yang

mempunyai perbedaan data yang cukup besar yaitu Provinsi Nangroe Aceh

Darusalam, Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi

Lampung, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Timur

dan Provinsi Sulawesi Selatan (dapat dilihat pada lampiran 4). Selanjutnya

dari provinsi-provinsi tersebut dipilih daerah irigasi permukaan yang menjadi

sampel menggunakan metode proporsional stratified random sampling yaitu

Executive Summary

Pusat Litbang Sumber Daya Air 20

pemilihan secara acak terhadap sampel yang sesuai strata yang telah

ditentukan dengan jumlah sampel proporsional sesuai sebarannya. Strata

yang digunakan adalah daerah irigasi kewenangan pusat yang masuk dalam

program rehabilitasi seluas 3 juta hektar. Jumlah sampel diambil berdasarkan

sebaran lokasi DI, pulau yang mempunyai sebaran DI yang banyak maka

sampelnya akan lebih banyak. Hasil dari identifikasi di dapatkan sebanyak 50

(lima puluh) daerah irigasi yang dapat digunakan menjadi sampel. Daerah

irigasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.

Dari hasil survey lapangan diperoleh data luas hasil verifikasi seperti yang

ditampilkan dalam Tabel 4. Dari tabel tersebut dapat diketahui luasan daerah

irigasi hasil survey lapangan, luas berdasarkan kepmen, dan selisih luas hasil

survey lapangan dan kepmen.Banyak faktor yang mempengaruhi luasan hasil

survey dan luas daerah irigasi menurut kepmen dimana faktor yang paling

berperan besar adalah karena adanya alih fungsi lahan. Jumlah penduduk

yang semakin bertambah memaksa terbangunnya permukiman dimana lahan

yang cukup berpotensi untuk dilakukan lahan terbangun tersebut adalah

sawah yang juga sebagian besar terdapat pada lereng datar sehingga sesuai

untuk dijadikan permukiman. Hal ini akan mengurangi luasan daerah irigasi

dari tahun ke tahun. Selain itu faktor yang lain adalah debit air yang tidak

stabil dan kebanyakan malah berkurang dari tahun ke tahun. Sawah yang

tidak terjangkau oleh saluran irigasi akan mengalami kekeringan dan akhirnya

mengalami perubahan alih fungsi lahan. Berkurangnya debit air ini dapat

terjadi karena beberapa sebab, yaitu berkurangnya sumber mata air dari

sungai utama dan juga adanya penyedotan menggunakan pompa air.

Beberapa kasus yang ditemui dilapangan adalah banyaknya petani yang

menggunakan pompa air untuk mengaliri sawah mereka yang berlereng lebih

tinggi dari saluran irigasi, hal ini akan mengakibatkan berkurangnya debit air

sehingga air tidak menjangkau daerah hilir. Jika hal ini semakin berlanjut

maka sawah irigasi yang tidak teraliri air akan berubah fungsi lahan.

Dalam pelaksanaan kegiatan ini Balai Irigasi bekerjasama (Joint research)

dengan Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh Lembaga Antariksa dan

Penerbangan Nasional (LAPAN). Pada tahun anggaran 2015 LAPAN sedang

melaksanakan penelitian mengenai identifikasi kerusakan Jaringan Irigasi

Executive Summary

Pusat Litbang Sumber Daya Air 21

menggunakan citra satelit. Balai irigasi dari kerja sama ini akan mendapatkan

luasan DI dari analisa citra satelit.

Gambar 11. Diskusi Pembahasan Joint Research dengan LAPAN

Kinerja jaringan irigasi yang ditunjukkan pada Tabel 5 dapat diketahui dari 26

Daerah irigasi yang diamati hanya 8 (delapan) daerah irigasi dalam kondisi

baik, sisanya dengan kondisi kurang dan perlu perhatian. Berdasarkan

kenyataan di atas bahwa sebagian besar kinerja jaringan irigasi di Indonesia

kurang baik, hal ini mengakibatkan menurunkan tingkat pelayanan kepada

petani karena penggunaan air yang tidak effisien. Akibat selanjutnya akan

mengurangi luas tanam, luas panen dan hasil produksi pangan khususnya

padi sawah, sehingga mengancam ketahanan pangan nasional.

7. Kesimpulan dan Saran

7.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil kegiatan kajian jaringan irigasi dalam mendukung

ketahanan pangan adalah sebagai berikut :

1. Hasil verifikasi luas daerah irigasi pada kepmen PU Nomor 293 tahun 2014

tentang penetapan status daerah irigasi yang pengelolaannya menjadi

wewenang dan tanggung jawab pemerintah, pemerintah provinsi, dan

pemerintah kabupaten/kota terdapat kesamaan dan ketidaksaman (lebih

besar atau lebih kecil) luas daerah irigasi karena alih fungsi lahan.

2. Hasil penilaiaan cepat kinerja jaringan irigasi menunjukkan bahwa sebagian

besar kinerja jaringan irigasi mempunyai nilai kurang dan perlu mendapatkan

perhatian karena mengalami kerusakan prasarana fisik berkisar 40%,

sehingga sudah mempegaruhi tingkat layanan kepada petani.

3. Kajian Jaringan Irigasi dalam mendukung ketahanan pangan nantinya dapat

berfungsi sebagai sarana untuk memonitoring perkembangan kinerja bendung

Executive Summary

Pusat Litbang Sumber Daya Air 22

sehingga dapat dilakukan kebijakan/tindakan lebih lanjut terhadap daerah

irigasi yang bersangkutan.

7.2. Saran

1. Pemutakhiran data inventarisasi luasan daerah irigasi dilakukan agar dapat

diperoleh informasi mengenai kondisi jaringan daerah irigasi terkini dan dapat

digunakan sebagai arsip data nasional.

2. Perlu adanya koordinasi lebih lanjut dengan Dirjen SDA agar tidak terjadi

pengulangan kegiatan pembuatan peta daerah irigasi yang sama sehingga

tujuan kegiatan dapat tercapai.

Executive Summary

Pusat Litbang Sumber Daya Air 23

DAFTAR PUSTAKA

Daud.S 1996.Pengaturan Hukum Sumber Daya Air dan Lingkungan Hidup di

Indonesia.P.T. Alumni. Bandung.

Edy P. 2005.Sistem Informasi Geografis.CV Informatika. Bandung.

Juhadi dan Dewi Liesnoor. 2006. Desain dan Komposisi Peta Tematik. Semarang:

UNNES Press.

Kementerian Pekerjaan Umum. 2007. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

32/PRT/M/2007TentangPedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan

Irigasi. Jakarta.

Kementerian Pekerjaan Umum. 2014. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum

Nomor 293/PRT/M/2014 TentangPenetapan Status Daerah Irigasi yang

Pengelolaannya menjadi Tanggung Jawab Pemerintah. Pemerintah Provinsi

dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. 2006. Peraturan Pemerintah Nomor. 20 Tahun 2006

Tentang Irigasi. Jakarta.

Topik 5. Irigasi Permukaan-dkk. Teknik Irigasi dan drainase : Topik 5. Irigasi

Permukaan, web.ipb.ac.id/-tepfteta/elearning/pdf/Topik 5 Kuliah-irigasi

permukaan.28 Juli 2015

Executive Summary

Pusat Litbang Sumber Daya Air 24

LAMPIRAN