Executive Summary Ok

download Executive Summary Ok

of 24

description

laporan

Transcript of Executive Summary Ok

1. PENDAHULUAN1.1. LATAR BELAKANGDewasa ini, dalam kondisi ketersediaan sumberdaya alam bagi pembangunan yang semakin terbatas, maka eksplorasi dan ekploitasi serta pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam yang dimiliki menjadi sangat penting dan merupakan prioritas perhatian bagi setiap wilayah di Indonesia, termasuk Kota Cilegon. Indonesia sebagai negara kepulauan yang sangat luas, sumberdaya kelautan termasuk di dalamnya bidang perikanan memiliki potensi besar untuk dijadikan tumpuan (prime mover) pembangunan ekonomi berbasis sumberdaya alam (resource based economy).Bidang kelautan dapat menjadi salah satu sumber pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, baik bagi negara ataupun bagi suatu daerah yang memiliki sumberdaya yang melimpah, karena: a) kapasitas suplai sangat besar, sementara permintaan terus meningkat; b) pada umumnya ouput dapat diekspor, sedangkan input berasal dari sumberdaya lokal; (c) dapat membangkitkan industri hulu dan hilir yang besar, sehingga dapat menyerap tenaga kerja yang cukup banyak; d) umumnya berlangsung di daerah; dan e) industri kelautan, maritim, perikanan, bioteknologi dan pariwisata bahari yang bersifat dapat diperbarui (renewable resources), sehingga mendukung pelaksanaan pembangunan berkelanjutan.Namun, dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya kelautan selama ini, banyak isu-isu mendesak yang perlu mendapat perhatian, antara lain: pertambahan jumlah penduduk di wilayah pesisir yang cukup pesat, hal ini memerlukan sumberdaya kelautan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya; masih banyaknya praktek pemanfaatan sumberdaya kelautan yang merusak dan illegal; tidak seimbangnya pemanfaaatan sumberdaya antar kawasan dan antar jenis sumber daya; adanya pemahaman yang sempit dalam implementasi otonomi daerah serta belum lengkapnya peraturan operasional; dan belum bersinerginya pemanfaatan sumberdaya kelautan dalam satu kesatuan kebijakan dan perencanaan yang komprehensif.Kota Cilegon merupakan sebuah kota pesisir yang perkembangannya sangat pesat, umumnya kota yang terletak di pesisir berkembang lebih cepat daripada kota-kota lainnya yang berada jauh di daratan (perbukitan, pedalaman), karena wilayahpesisir merupakan akses penting yang menghubungkan wilayah daratan dengan wilayah daratan lainnya. Sejak jaman dulu transportasi laut merupakan transportasi utama yang digunakan oleh para pedagang dari luar Pulau Jawa dan dari luar Nusantara, sehingga kota-kota yang berada di pesisir termasuk Kota Cilegon berkembang lebih cepat.Namun pesatnya perkembangan kota-kota pesisir tersebut, selain memberikan keuntungan ekonomis juga menimbulkan berbagai persoalan seperti adanya dampak lingkungan. Menurut Cicin-Sain dan Knecht (1998), pemanfaatan ruang wilayah pesisir yang berkembang secara intensif mengakibatkan terlampauinya daya dukung atau kapasitas berkelanjutan dari ekosistem pesisir, seperti pencemaran, overfishing, degradasi fisik habitat dan abrasi pantai terutama pada kawasan pesisir yang padat penduduknya dan tinggi tingkat pembangunannya.Kota Cilegon merupakan bagian dari Provinsi Banten, berada di ujung barat laut pulau Jawa, di tepi Selat Sunda. Kota Cilegon juga dikenal sebagai Kota Industri, atau sering juga dijuluki Kota Baja, karena kota ini merupakan penghasil baja terbesar di Asia Tenggara melalui Kawasan Industri Krakatau Steel. Di Kota Cilegon terdapat berbagai macam objek vital Negara, antara lain adalah: Pelabuhan Merak, Pelabuhan Cigading Habeam Centre, Kawasan Industri Krakatau Steel, PLTU Suralaya, PLTU Krakatau Daya Listrik, Krakatau Tirta Industri Water Treatment Plant (dalam Rencana), dan Kawasan Industri Berikat Selat Sunda.Sebagian besar masyarakat yang berada di pesisir Kota Cilegon umumnya menggantungkan hidupnya pada sumberdaya hayati laut, terutama sektor kelautan dan perikanan. Aktivitas pemanfaatan sumberdaya kelautan di Kota Cilegon hampir dipastikan akan bersentuhan langsung dengan wilayah pesisir dan laut Kota Cilegon, terutama terhadap keberadaan ekosistem terumbu karang, lamun, mangrove, dan kondisi perairan, karena umumnya kegiatan pemanfaatan sumberdaya kelautan berada di wilayah perairan pantai yang merupakan habitat terumbu karang, mangrove, lamun dan biota lainnya. Akibatnya, bila aktivitas pemanfaatan sumberdaya kelautan menggunakan cara-cara yang tidak ramah lingkungan, tentu secara langsung akan mempengaruhi ekosistem perairan dan pesisir. Aktivitas lainnya yang juga mempengaruhi kondisi perairan, laut, terumbu karang, lamun, dan ekosistem mangrove di Kota Cilegon, baik secara langsung maupun tidak langsung, adalah kegiatan industri, sebab aktifitas industri di Kota Cilegon pasti akan mencemari dan mempengaruhi kondisi dan status perairan serta laut Kota Cilegon, termasuk sumberdaya kelautannya. Selain itu aktifitas lainnya yang mempengaruhi antara lain adalah konversi wilayah pesisir untuk aktifitas masyarakat dan perumahan, aktifitas pelayaran laut, pembangunan fisik dan limbah rumah tangga.Menurut KP3K-DKP (2009), masalah pencemaran disebabkan aktivitas manusia seperti pembukaan lahan untuk pertanian, pengembangan perkotaan dan industri, penebangan kayu dan penambangan di daerah tangkapan air atau daerah aliran sungai (DAS) serta limbah rumah tangga yang tinggal di daerah pesisir. Pembukaan lahan pertanian telah meningkatkan limbah pertanian baik padat maupun cair yang masuk ke perairan melalui aliran sungai. Pesatnya pengembangan perkotaan dan industri telah meningkatkan jumlah limbah terutama limbah cair yang sulit dikontrol.Saat ini kegiatan dan aktifitas industri di Kota Cilegon semakin tinggi, termasuk juga aktifitas pelayaran dan transportasi laut di Kota Cilegon semakin padat, hal ini tentu membutuhkan perhatian ekstra dari pemerintah Kota Cilegon dan semua stakeholders (pihak terkait) agar wilayah perairan laut Kota Cilegon dan potensi sumberdaya kelautan yang ada di dalamnya tetap terjaga kelestariannya akibat dari kegiatan tersebut. Selain hal tersebut di atas, saat ini belum ada data yang valid dan aktual mengenai kondisi dan potensi lingkungan pesisir dan laut di Kota Cilegon, padahal data yang aktual dan valid merupakan dasar bagi Pemerintah Kota Cilegon untuk merencanakan, menyusun, dan menentukan kebijakan serta program kegiatan selanjutnya yang akan dilakukan di wilayah Kota Cilegon.Oleh karena itu perlu dilakukan suatu kegiatan kajian ilmiah untuk mengetahui kondisi lingkungan laut dan pesisir serta sumberdaya yang ada di dalamnya. Maka, melalui kegiatan kajian ilmiah Penyusunan Pemetaan Sumberdaya Kelautan Kota Cilegon ini, hal tersebut dapat dicapai.

1.2. RUMUSAN MASALAHKota Cilegon termasuk dalam lintasan perairan internasional dan merupakan pintu gerbang utama yang menghubungkan Pulau Jawa dengan Sumatera. Kegiatan perekonomian nasional dan internasional bergerak di Kota Cilegon, selain itu sebagai daerah tujuan investasi, Kota Cilegon memiliki daya tarik bagi investor dalam dan luar negeri, hal ini dapat dilihat dari tingginya minat investor menanamkan modalnya di Kota Cilegon. Semakin pesatnya pertumbuhan ekonomi dan industri di Kota Cilegon, menyebabkan dampak positif berupa penyerapan tenaga kerja, pengurangan tingkat pengangguran, peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) yang dapat meningkatkan kekuatan ekonomi Kota Cilegon. Selain berdampak positif, hal tersebut juga dapat menimbulkan dampak negatif yang tidak bisa terbendung, yakni kerusakan alam. Sebagai kota industri, di Kota Cilegon terdapat lebih dari 40 perusahaan besar yang bergerak di bidang Industri kimia, pabrik industri kimia sangat rawan sekali untuk terjadinya pencemaran lingkungan, yang berasal dari buangan industri maupun yang berasal dari alat transportasi yang mengangkut bahan dan hasil industry, serta limbah rumah tangga, oleh sebab itu Pemerintah Kota Cilegon harus berupaya semaksimal mungkin untuk mencegah dan mengurangi terjadinya pencemaran lingkungan.

1.3. MAKSUD DAN TUJUANMaksud dari kegiatan kajian ilmiah Penyusunan Pemetaan Sumberdaya Kelautan Kota Cilegon ini adalah untuk mengetahui potensi sumberdaya kelautan yang ada di wilayah perairan Kota Cilegon.Sedangkan tujuan dari kegiatan kajian ilmiah Penyusunan Pemetaan Sumberdaya Kelautan Kota Cilegon ini adalah:1) Melakukan identifikasi dan inventarisasi potensi sumberdaya kelautan serta data bio-ekologi dan hidro-oseanografi di perairan Kota Cilegon.2) Membangun database sumberdaya kelautan beserta atribut lainnya.3) Melakukan pemetaan sumberdaya kelautan serta data bio-ekologi dan hidro-oseanografi di perairan Kota Cilegon.

1.4. SASARANSasaran yang penting untuk dicapai sebagai produk keluaran dari kegiatan kajian ilmiah Penyusunan Pemetaan Sumberdaya Kelautan Kota Cilegon ini antara lain :1) Tersedianya data dan informasi potensi sumberdaya kelautan yang aktual di Kota Cilegon.2) Tersedianya peta potensi sumberdaya kelautan yang aktual di Kota Cilegon3) Tersusunnya rekomendasi untuk pembuatan kebijakan bagi pemanfaatan potensi potensi sumberdaya kelautan di Kota Cilegon.1.5. KELUARANKeluaran dari kegiatan kajian ilmiah Penyusunan Pemetaan Sumberdaya Kelautan Kota Cilegon ini ini berupa:1) Laporan dalam bentuk database sumberdaya kelautan Kota Cilegon yang terdiri dari: potensi perikanan tangkap, terumbu karang, ikan terumbu, ekosistem mangrove, lamun, perairan dangkal, kondisi biofisik dan sosial ekonomi pesisir.2) Rekomendasi kebijakan untuk pengelolaan sumberdaya kelautan Kota Cilegon.

1.6. DATA DASARData dasar yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan kajian ilmiah Penyusunan Pemetaan Sumberdaya Kelautan Kota Cilegon, meliputi :1) Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Cilegon.Kedalaman informasi: pola ruang, struktur ruang, dan arahan pemanfaatan ruang.Sumber: BAPPEDA2) Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP3K) Kota Cilegon.Kedalaman informasi: pola ruang, struktur ruang, dan arahan pemanfaatan ruang.Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan3) Peta Lingkungan Pantai Indonesia (LPI) Skala 1 : 100.000 sampai dengan Skala 1 : 50.000.Kedalaman Informasi : Garis Pantai, Batu Karang, Terumbu, Beting Karang, Tempat Berlabuh, Menara Suar, Dilarang Berlabuh, Stasiun Radar, Kerangka Berbahaya, Kabel Dalam Air, Pipa Dalam Air, Sistim Pemisahan Lalu lintas, Batas Sektor, Daerah Latihan, Daerah Larangan, Terlarang, Pelampung.Sumber: Bakosurtanal4) Peta Laut Skala 1 : 100.000 sampai dengan Skala 1 : 50.000.Kedalaman Informasi : Kedalaman, Pasang surut, Arus, Garis Pantai, Batu Karang, Terumbu, Beting Karang, Tempat Berlabuh, Menara Suar, Dilarang Berlabuh, Stasiun Radar, Kerangka Berbahaya, Kabel Dalam Air, Pipa Dalam Air, Sistim Pemisahan Lalulintas, Batas Sektor, Daerah Latihan, Daerah Larangan, dll.Sumber: Dishidros TNI AL dan atau dinas perhubungan (bidang alur laut)5) Data Hidro-oseanografi wilayah pesisir dan laut Kota Cilegon.Kedalaman informasi: kecerahan, kekeruhan, salinitas, suhu, gelombang, pasang surut, arah dan kecepatan arus, oksigen terlarut (DO), dan derajat keasaman (pH).Sumber: Survey, pengukuran di lapangan, dan hasil penelitian sebelumnya.6) Data Bio-ekologi wilayah pesisir dan laut Kota Cilegon.Kedalaman informasi: terumbu karang, ikan karang, sumberdaya ikan, lamun, mangrove, kesuburan perairan, bathimetri perairan, substrat dasar perairan. Sumber: Survey, pengukuran di lapangan, dan hasil penelitian sebelumnya.7) Data Sosial Ekonomi.Kedalaman informasi: tingkat pemanfaatan sumberdaya kelautan, demografi, geografi, klimatologi, jumlah fasilitas, sarana dan prasarana, fasilitas publik, mata pencaharian, tingkat partisipasi masyarakat, dan data penting lainnya.Sumber: Survey, kuesioner, FGD, dan hasil penelitian sebelumnya.

1.7. LINGKUP KEGIATANKegiatan kajian ilmiah Penyusunan Pemetaan Sumberdaya Kelautan Kota Cilegon ini secara fisik meliputi seluruh wilayah Kota Cilegon dalam batas administrasi kecamatan dan desa berdasarkan lingkup kegiatannya. Kegiatan ini dibagi menjadi beberapa tahap kegiatan sebagai berikut :1) Persiapan dan koordinasi dengan instansi terkait untuk pelaksanaan kegiatan.2) Mengumpulkan data sekunder yg berhubungan dengan rencana kegiatan.a) Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Cilegon.b) Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP3K) Kota Cilegon.c) Peta Lingkungan Pantai Indonesia (LPI).d) Peta Laut.e) Data Hidro-oseanografi.f) Data Bio-ekologi.g) Data Sosial Ekonomi.3) Pemaparan dan pembahasan laporan pendahuluan.4) Survei lapangan di wilayah kajian yang meliputi :a) Penentuan stasiun, lokasi, dan jumlah stasiun untuk pengukuran dan pengambilan sampel berdasarkan data sekunder dan informasi dari pemerintah maupun dari hasil penelitian sebelumnya.b) Pengambilan sampel data untuk identifikasi awal, inventarisasi dan pemetaan (ground check) di wilayah kajian.c) Pengambilan data eksisting untuk kondisi wilayah kajian dan status kekiniannya.d) Pengukuran parameter hidro-oseanografi di wilayah kajian.e) Pengukuran parameter bio-ekologi di wilayah kajian.f) Pengumpulan data eksisting kondisi sosial ekonomi di wilayah kajian.5) Membuat database dari seluruh data primer (in-situ) dari hasil pengukuran, maupun data dari hasil wawancara dan FGD yang telah dikumpulkan saat survey lapangan6) Analisis data, yang meliputi :a) Analisis kondisi dan status terkini sumberdaya kelautan di wilayah kajian.b) Analisis data dan kondisi terkini parameter hidro-oseanografi di wilayah kajian, c) Analisis data dan kondisi terkini parameter bio-ekologi di wilayah kajian.d) Analisis data dan kondisi terkini sosial ekonomi di wilayah kajian.e) Analisis data dan kondisi terkini tingkat pemanfaatan sumberdaya kelautan di wilayah kajian.7) Pemetaan kondisi dan status terkini sumberdaya kelautan di wilayah kajian .8) Perumusan dan penyusunan strategi pengelolaan sumberdaya kelautan di Kota Cilegon.9) Penyusunan Buku/Atlas potensi kelautan Kota Cilegon.10) Pelaporan, yang mencakup:a) Laporan Pendahuluan, yang berisi pemahaman terhadap pekerjaan, persepsi dasar lingkup pengerjaan, cara-cara penanganan masalah, pemilihan lokasi, rencana kerja, masalah yang dihadapi dan rekomendasi usaha-usaha penunjang. Buku Laporan Pendahuluan sebanyak 5 Eksemplar.b) Laporan Akhir, yang merupakan hasil final dari seluruh pekerjaan pengelolaan yang disempurnakan. Buku Laporan Akhir sebanyak 10 Eksemplar.c) CD dan Soft File, yang berisi data mentah (RAW) data dari seluruh data yang diambil saat survei, shp peta dan laporan akhir.d) Album Peta dan Atlas, yang berisi peta-peta hasil analisis dalam format A3.

2. SUMBERDAYA KELAUTAN KOTA CILEGON2.1. TERUMBU KARANGDari hasil interpretasi Citra Alos Avnir 2010 (Tim Penyusun, 2013), diketahui luas ekosistem terumbu karang di perairan Kota Cilegon pada tahun 2010 mencapai 2.223 ha, yang terdiri dari Karang Hidup 817 ha (36,74%) dan Karang Mati 1.407 ha (63,26%). Penyebaran terumbu karang meliputi hampir seluruh perairan pantai Kota Cilegon, dengan cakupan yang cukup luas di perairan pantai bagian utara dan selatan, hingga berjarak 2 km dari garis pantai. Habitat terumbu karang juga melingkupi perairan pulau-pulau kecil yang ada di wilayah perairan Kota Cilegon. Secara umum terumbu karang yang terdapat di perairan Kota Cilegon termasuk dalam tipe terumbu karang tepi atau karang penerus atau fringing reefs.Menurut keadaannya, terumbu karang yang berada disekitar pesisir pantai umumnya telah mengalami degradasi yang cukup parah, terlebih di perairan pantai bagian utara (Kecamatan Pulomerak). Dari pengecekan lapangan (4-5 November 2013), seperti yang terlihat di perairan disekitar PLTU Suralaya, ekosistem terumbu karang telah terselimuti sedimen (endapan) di hampir seluruh tubuh karang, disertai dengan tumbuhnya alga. Secara umum dapat disimpulkan, bahwa kerusakan terumbu karang yang paling parah umumnya terjadi pada perairan pantai di sekitar kawasan industri dan pelabuhan, dimana sejumlah industri teridentifikasi memiliki saluran pembuangan yang mengarah ke perairan (laut).Kerusakan terumbu karang telah berlangsung sejak lama, sebagaimana hasil hasil penelitian Kiswara (1995) telah memberikan kesimpulan bahwa di Pulau Merak, terumbu karang telah mengalami kerusakan dan dikategorikan buruk. Berbagai penyebab kerusakan terumbu karang antara lain penambangan pasir pantai, pengambilan karang, pencemaran pantai oleh industri dan limbah kapal, aktivitas penambatan jangkar kapal, serta termasuk aktivitas alam seperti arus dan gelombang yang diindikasikan dengan keberadaan rubble (pecahan karang) yang dapat dijumpai di beberapa pantai. Pada dasarnya, proses kerusakanterumbu karang sejalan dengan proses industrialisasi yang terjadi di wilayah pesisir Kota Cilegon.

Cadangan ekosistem terumbu karang dengan tutupan karang hidup yang masih relatif baik dapat ditemui di sejumlah lokasi, dimana secara sampling (pengecekan lapangan) terlihat habitat yang masih bertumbuh kembang dengan baik, khususnya di perairan di sekitar pulau-pulau kecil, terutama Pulau Merak Besar, Pulau Merak Kecil, dan Pulau Tempurung. Adapun kondisi terumbu karang di Pulau Tempurung dapat dikatakan yang terbaik, dikarenakan perairan ini berada cukup jauh dari pesisir, sehingga gangguan atas pertumbuh kembangannya relatif kecil. Pada tempat-tempat yang diteliti terlihat beragam jenis karang termasuk biota yang hidup didalamnya. Jenis karang keras (hard coral) yang dijumpai meliputi jenis Acropora dan non-Acropora dengan variasi spesies yang cukup beragam, seperti bentuk bercabang (branching), bentuk padat (massive), bentuk kerak (encrusting), bentuk lembaran (foliose), bentuk jamur (mushroom), bentuk submasif (submassive), karang api (millepora), dan karang biru (heliopora). Demikian halnya dengan karang lunak (soft coral), pada daerah yang diteliti dijumpai jenis heliofungia actiniformis, sinularia flexibilis, anemone, dan gorgonians (akar bahar).Upaya rehabilitasi dan pelestarian terumbu karang masih bersifat rintisan dan terbatas, serta baru diupayakan kurang dari 2 tahun terakhir, seperti upaya transplantasi karang yang dilakukan di perairan Pulau Merak Besar. Dari pengecekan lapangan yang dilakukan selama bulan November 2013, transplantasi karang yang telah diusahakan menunjukkan kemajuan dari aspek pertumbuhan karang.2.2. PERIKANAN TANGKAPPerkembangan Volume dan Nilai Produksi Perikanan Kota Cilegon Tahun 2005-2010

TahunVolume Produksi (Ton)Nilai Produksi (Rp. Milyar)

Perikanan TangkapPerikanan BudidayaPerikanan TotalPerikanan TangkapPerikanan BudidayaPerikanan Total

2005299,40-299,402,95-2,95

2006165,166,20171,361,760,071,83

2007173,4212,10185,521,840,151,99

2008150,8025,43176,231,470,411,88

2009224,1098,40322,502,841,153,99

2010187,90221,76409,662,502,905,40

2011279,80226,60506,404,172,646,81

2012293,80249,30543,104,423,077,49

2.3. PADANG LAMUN DAN MANGGROVEBerdasarkan Peta Agihan Terumbu Karang 2002, yang dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten bekerjasama dengan PUSPICS Fakultas Geografi-UGM, diinformasikan mengenai keberadaan padang lamun di wilayah perairan pantai Kecamatan Pulomerak, tepatnya di perairan pantai Lebak Gede dan Suralaya. Sementara itu, berdasarkan interpretasi Citra Alos Avnir 2010 (Tim Penyusun, 2013), diketahui luas ekosistem padang lamun di perairan Kota Cilegon pada tahun 2010 adalah 328 ha. Dari inter-pretasi citra tersebut terlihat pola penyebaran utama ekosistem padang lamun berada di perairan pantai bagian utara (di sekitar PLTU Suralaya). Sedangkan ekosistem lainnya dalam luasan yang terbatas tersebar hampir di sepanjang perairan pantai Kota Cilegon.Dari hasil pengecekan lapangan (2014), ekosistem lamun yang ditemukan berada disekitar pantai Tanjung Peni, dengan penyebaran yang sangat sedikit. Sedangkan pengecekan di lokasi lainnya diketahui bahwa area yang diidentifikasi sebagai ekosistem padang lamun merupakan habitat beberapa jenis alga, dan sebagian diantaranya tumbuh menutupi badan terumbu karang mati. Beberapa jenis alga tersebut antara lain alga cokelat (phaeophyta), rumput cokelat corong (padina australis), dansargassum duplicatum. Dari kondisi yang terlihat menunjukkan fenomena kerusakan koral (terumbu karang) yang dipengaruhi oleh buangan nutrisi (polusi) dari daratan, sehingga menyuburkan alga. Dalam situasi ini, terumbu karang bisa sepenuhnya dilingkupi alga, menggantikan koral yang menetap diatasnya.Dari kajian yang dilakukan Faikoh (Deteksi Perubahan Ruang Terbuka Hijau di Kota Industri Cilegon, IPB, 2008) diperoleh informasi perkembangan luasan ekosistem mangrove untuk tahun 1983, 1992, 2003, dan 2006. Melalui interpretasi Citra Landsat MSS 1983, luas ekosistem mangrove di pesisir Kota Cilegon pada tahun 1983 yang terdeteksi seluas 94,77 ha. Kemudian dengan menggunakan Citra Landsat TM 1992, luas ekosistem mangrove pada tahun 1992 terdeteksi seluas 186,03 ha. Selanjutnya luas ekosistem mangrove menurun menjadi 112,32 ha di tahun 2003 (interpretasi Citra Landsat TM 2003), dan kembali menyusut menjadi 110,57 ha di tahun 2006 (interpretasi Citra Landsat 7 ETM+ 2006). Informasi lain yang diperoleh dari laporan Basemap Environtmental Bapedal-KLH (2002) menyebutkan bahwa luas mangrove di Kota Cilegon pada tahun 2002 adalah 124,26 ha. Sedangkan berdasarkan interpretasi atas Citra Alos Avnir 2010 (Tim Penyusun, 2013), diketahui luasan ekosistem mangrove di pesisir Kota Cilegon pada tahun 2010 hanya tersisa 69,10 ha. Mengacu pada informasi diatas, maka luasan ekosistem mangrove telah mengalami penyu-sutan seluas 25,67 ha (27,08%) bila merujuk pada luas tahun 1983, dan bila merujuk pada luas tahun 1992 maka penyusutannya mencapai 116,93 ha (62,85%). Dengan berasumsi pada data tahun 1992, maka luas ekosistem mangrove yang tersisa saat ini diduga hanya 37,15% dari kondisi alaminya (pada awalnya).Dari peninjauan lapangan diketahui jenis-jenis mangrove yang terdapat di pesisir Kota Cilegon seperti yang terlihat di Urangan dan Karangketuk antara lainRhizophora spp (Bakau) dan Avicennia spp (Api-api). Pada Ekosistem mangrove di Urangan, terdapat variasi vegetasi lainnya yang tumbuh di lingkungan ekosistem mangrove, seperti Nypa Fruticans (Nipah).2.4. KESUBURAN PERAIRANData Satelit Aqua Modis Tahun 2013 menunjukkan kelimpahan klorofil-a di wilayah perairan Kota Cilegon berkisar 0,38-3,90 mg/l. Kelimpahan klorofil-a cenderung lebih tinggi di wilayah perairan pantai, dimana konsentrasi utama berada pada perairan pantai Lebak Gede (dan sekitar perairan Pulau Merak Besar), Suralaya, dan Gunung Sugih.Berdasarkan hasil analisis laboratorium terhadap 20 sampel air (dari 20 stasiun pengukuran lapangan, pada 26-27 November 2013) yang telah diklasifikasikan menurut jenis, serta dihitung jumlah dan kelimpahan Plankton menunjukkan bahwa jumlah plankton perstasiun berkisar pada 50 hingga 160 individu/10ml atau dengan kelimpahan yang berkisar antara 1 sampai 16 individu/ml.2.5. BATIMETRIBerdasarkan sebarannya secara spasial, kedalaman perairan (laut) Kota Cilegon memperlihatkan kedalaman yang kian bertambah seiring semakin jauh letaknya dari daratan (semakin menuju lepas pantai), serta kedalaman tersebut akan berkurang ketika mendekati pulau-pulau kecil yang ada. Sepanjang pesisir Kota Cilegon merupakan daerah pelabuhan laut, maka profil kedalaman di tengah laut sudah melebihi kedalaman 10 meter. Jika dilihat dari satu garis transek yang ditarik dari darat sampai 4,5 km ke arah laut, menunjukkan profil kedalaman laut dengan jarak satu kilometer ke arah laut masih berada pada kedalaman 20 meter. Sedangkan untuk jarak yang lebih jauh lagi ke tengah laut, kedalaman mencapai angka 40-50 meter.Profil kedalaman di tengah laut bersifat stabil atau statis karena pertambahan dan pengurangan kedalaman tidak terlalu jauh. Berdasarkan pengukuran lapangan yang dilakukan pada 20 titik stasiun di sepanjang perairan Cilegon, kedalaman perairan ini berada pada rentang 7-68 meter.Hasil survey tersebut juga selaras dengan profil batimetri yang diperoleh dari satelit Global Bathymetry and Elevation Data SRTM30_PLUS V8.0.Marine Geodesy TOPEX.

2.6. KECERAHAN PERAIRANhasil pengukuran lapangan pada 20 stasiun pengamatan yang berjarak 200 meter hingga 7 km dari garis pantai, yang dilakukan pada 26-27 November 2013 (Tim Penyusun, 2013), menunjukkan kecerahan perairan yang bervariatif, dengan kisaran 2-10 meter. Hanya 15 dari 20 stasiun yang menunjukkan kecerahan perairan yang berada pada toleransi yang baik, dimana tingkat kecerahan tertinggi (10 meter) ditemukan pada stasiun 2 dan 19 yang berjarak sekitar 2-3 km dari garis pantai. Sementara itu, 5 stasiun menunjukkan kondisi tingkat kecerahan yang berada pada kisaran 1,9-2,7 meter, dengan kata lain tidak berada dalam batas toleransi yang baik bagi biota laut dan budidaya. Keempat stasiun tersebut merupakan titik pengukuran yang memiliki jarak yang dekat (perairan pantai) dengan daratan, yaitu stasiun 6, 8, 9, 12, dan 20. Sedangkan data kecerahan perairan yang didapat dari Dinas Lingkungan hidup Kota Cilegon pada pekerjaan pemanfaatan dan analisa laboratorium kualitas air laut tahun 2014 dapat dilihat pada table berikut.

Hasil pengujian Kualitas air laut di Kota Cilegon Tahun 2014(kecerahan Perairan)TitikNama Sampel Air LautKecerahan

meter

1Pelabuhan Merak I2.75

2Pantai Mabak2.85

3Jetty PT. Vopak3.3

4Jetty PT. Dover3.15

5Pelabuhan Wanasari3.7

6Jetty PT. Krakatao Posco3.2

7Pelabuhan Pelindo II0.9

8PT. Indorama / Polypel2.3

9Jetty PT. Asahimas3

10PT. Chandra Asry2.15

11PLTU Suralaya2

12Pelabuhan PT. Indah Kiat2

13PT. Dover Chemical3

14Jetty PT. Unggul Indah Cahaya3

15Jetty PT. MCCI3

16Jetty PT. Titan4

17Jetty PT. KDL3

18Jetty PT. KBS3.5

19PT. Doongjin2

20Pelabuhan Merak II3

Baku Mutu*>3

2.7. SUHU DAN SALINITAS PERAIRANhasil pengukuran yang dilakukan pada 26-27 November 2013 (Tim Penyusun, 2013), dengan kondisi lingkungan saat dilakukan pengukuran yang dipengaruhi musim penghujan, diperoleh informasi suhu permukaan laut pada 20 stasiun pengamatan yang berkisar 26,0-30,6 C. Nilai suhu pada tiap-tiap stasiun pengamatan menunjukkan nilai yang tidak begitu berfluktuasi, dan umumnya masih berada pada toleransi yang cukup baik.Sedangkan data suhu perairan yang didapat dari Dinas Lingkungan hidup Kota Cilegon pada pekerjaan pemanfaatan dan analisa laboratorium kualitas air laut tahun 2014 dapat dilihat pada table berikut.

Hasil pengujian Kualitas air laut di Kota Cilegon Tahun 2014 (suhu perairan)TitikNama Sampel Air LautSuhu

C

1Pelabuhan Merak I30.6

2Pantai Mabak31.8

3Jetty PT. Vopak30.7

4Jetty PT. Dover31.5

5Pelabuhan Wanasari31.4

6Jetty PT. Krakatao Posco31.3

7Pelabuhan Pelindo II31.2

8PT. Indorama / Polypel31.2

9Jetty PT. Asahimas34.8

10PT. Chandra Asry34.8

11PLTU Suralaya32.4

12Pelabuhan PT. Indah Kiat30.1

13PT. Dover Chemical29.7

14Jetty PT. Unggul Indah Cahaya29.2

15Jetty PT. MCCI29.1

16Jetty PT. Titan31.4

17Jetty PT. KDL29.9

18Jetty PT. KBS30.2

19PT. Doongjin29.5

20Pelabuhan Merak II28.7

Baku Mutu*-

Kadar garam (salinitas) hasil pengukuran lapangan yang dilakukan pada 26-27 November 2013 untuk cakupan area penelitian yang lebih menyeluruh, menunjukkan kondisi salinitas di wilayah perairan Kota Cilegon berkisar antar 31,0-34,5 ppt.Sedangkan data salinitas perairan yang didapat dari Dinas Lingkungan hidup Kota Cilegon pada pekerjaan pemanfaatan dan analisa laboratorium kualitas air laut tahun 2014 dapat dilihat pada table berikut.Hasil pengujian Kualitas air laut di Kota Cilegon Tahun 2014(salinitas perairan)

TitikNama Sampel Air LautSalinitas

%

1Pelabuhan Merak I39

2Pantai Mabak40

3Jetty PT. Vopak39

4Jetty PT. Dover40

5Pelabuhan Wanasari40

6Jetty PT. Krakatao Posco40

7Pelabuhan Pelindo II40

8PT. Indorama / Polypel40

9Jetty PT. Asahimas40

10PT. Chandra Asry40

11PLTU Suralaya37

12Pelabuhan PT. Indah Kiat38

13PT. Dover Chemical38

14Jetty PT. Unggul Indah Cahaya38

15Jetty PT. MCCI38

16Jetty PT. Titan38

17Jetty PT. KDL38

18Jetty PT. KBS38

19PT. Doongjin38

20Pelabuhan Merak II38

Baku Mutu*-

2.8. PASANG SURUTPada saat pelaksanaan survey yang dilakukan selama tiga hari menunjukkan pola pasut dengan tipe semidiurnal (ganda) dengan dua kali pasang dan dua kali surut dalam satu hari. Kondisi surut pertama terjadi pada pukul 02.00-05.00 WIB yang dilanjutkan kondisi pasang pada pukul 09.00-12.00 WIB. Kondisi surut kedua terjadi pada pukul 15.00-18.00 WIB dan kondisi pasang kedua pada pukul 21.00-24.00 WIB. Ketinggian elevasi muka laut maksimal hanya mencapai 0,2401 meter dan nilai minimal -0.2203 meter, sehingga rentang pasut yang dimiliki dalam waktu tiga hari tersebut 0,4664 meter. Rentang pasut tertinggi terjadi pada musim Barat atau bulan Januari, yaitu sebesar 0,7646 meter. 2.9. GELOMBANGkecenderungan pola angin dan gelombang menurut Data Satelit Aviso 2010 menunjukkan di saat musim timur angin bergerak ke arah barat dan berkecepatan 3,18-6,26 m/s, dengan kisaran ketinggian gelombang 0,13-0,22 meter. Sementara itu, saat musim barat angin bergerak ke arah timur dengan kecepatan berkisar 3,81-5,54 m/s, dan dengan ketinggian gelombang berkisar 0,57-0,71 meter. Saat musim timur maupun musim barat, kecepatan angin dan ketinggian gelombang di wilayah perairan Kota Cilegon bagian utara cenderung lebih tinggi dibandingkan di bagian tengah dan selatan, dimana pola ini pun juga ditunjukkan dari hasil pengukuran lapangan.

2.10. ARAH DAN KECEPATAN ARUSData Satelit Aviso 2010 menunjukkan, saat musim barat arus di wilayah perairan Kota Cilegon berkecenderungan ke arah tenggara, dengan rata-rata kecepatan 0,40-0,60 m/s. Demikian halnya pada musim Timur yakni angin bergerak dari benua Australia menuju Benua Asia. Keadaan ini mengakibatkan pergerakan massa air di Laut Jawa memiliki arah yang berlawanan dengan kondisi pada saat Musim Barat yakni massa air akan bergerak menuju Selat Malaka dan sebagian akan masuk ke Samudera hindia melalui Selat Sunda. Saat musim timur, angin di wilayah perairan Kota Cilegon berkecenderungan ke arah barat laut, dengan rata-rata kecepatan 0,50-0,70 m/s. Kecepatan arus di wilayah perairan Kota Cilegon bagian utara pada saat musim timur maupun musim barat cenderung lebih tinggi, dan semakin ke bagian selatan kecepatannya semakin rendah. Sementara itu, pola arus laut di wilayah perairan Kota Cilegon berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan pada 26-27 November 2013 (Tim Penyusun 2013) menunjukkan informasi kecepatan arus berkisar 0,12-0,85 m/s, dan arah arus ber-kisar 30-210 (timur s.d. timur laut).2.11. TINGKAT PEMANFAATANPERIKANAN TANGKAPKeterbatasan produksi perikanan tangkap tidak terlepas dari kondisi sumberdaya manusia dan peralatan yang juga terbatas dan dikembangkan dengan cara tradisional. Hingga tahun 2012 jumlah nelayan di Kota Cilegon tercatat sebanyak 687 jiwa, dengan basis aktivitas yang tersebar di 11 lokasi. Jumlah nelayan tersebut mengalami peningkatan yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan kondisi tahun 2005 yang hanya 438 jiwa. Sementara itu, armada dan peralatan penangkapan ikan yang ada saat ini (tahun 2012) berjumlah 414 unit, dimana dari komposisi jenisnya menunjukkan sisi keterbatasan yang menyebabkan nelayan-nelayan Cilegon hanya memiliki kemampuan untuk menjelajahi perairan pantai.Sarana Penangkapan Ikan di Kota Cilegon Tahun 2012Jenis Usaha PenangkapanJenis Sarana Penangkapan (Unit)

Perahu Tanpa MotorPerahu Motor TempelKapal Motor 0-5 GTKapal Motor 5-10 GTKapal 30 GT

1.Bagan Kambang---9-

2.Pancing171061610-

3.Serok16108---

4.Jaring55810-3

5.Bubu-20---

6.Bagan Tancap315--3

Sumber : Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Cilegon, 2013

Total Armada Penangkapan Ikan 414 Unit, 12.3% nya masih berupa jukung (dengan atau tanpa motor tempel) akibatnya daya jelajah nelayan Kota Cilegon tidak dapat jauh.Produksi Perikanan Kota Cilegon Th.2014 (Periode Januari s/d Desember) : Produksi Perikanan Tangkap: 290.6 Ton Target Daerah Produksi Perikanan Tangkap (2014): 309,2 Ton ( 94 %) Nilai Produksi Perikanan Tangkap: Rp. 6.835.725.000,-

PERHUBUNGAN LAUTPelabuhan Merak merupakan Jembatan Terapung yang menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera, memiliki peranan yang sangat penting dalam sistem transportasi regional dan nasional, khususnya dalam mendukung pergerakan barang dan orang. Aktivitas angkutan penyeberangan di Pelabuhan Merak selama kurun waktu 2005-2012 menunjukkan: (1) perkembangan jumlah trip yang fluktuatif dan cenderung meningkat, dengan intensitas rata-rata 27.318 trip/tahun; (2) perkembangan jumlah penumpang yang diangkut cenderung menurun, dengan intensitas rata-rata 1.680.570 orang/tahun; (3) perkembangan jumlah kendaraan yang diangkut cenderung meningkat, dengan intensitas rata-rata 1.644.506 unit/tahun.Pelabuhan umum di Kota Cilegon merupakan komponen yang memiliki peran penting dalam menopang kegiatan perekonomian regional, merupakan simpul distribusi barang berorientasi nasional dan internasional. Selama kurun waktu 2005-2012, volume ekspor-impor di pelabuhan umum di Kota Cilegon menunjuk-kan perkembangan kapasitas volume yang meningkat, dimana volume ekspor tahun 2005 sebesar 1.195 ribu ton dan di tahun 2012 sebesar 1.729 ribu ton. Sedangkan volume impor yang sebesar 8.044 ribu ton tahun 2005, menjadi 16.549 ribu ton di tahun 2012. Stabilitas dan kontinuitas volume bongkar muat barang pada pelabuhan-pelabuhan penting ini adalah indikasi masih berperan pentingnya keberadaan dan fungsi pelabuhan.Ditinjau dari nilainya, aktivitas ekspor pada pelabuhan-pelabuhan di Kota Cilegon selama periode 2005-2012 terus meningkat, dimana nilai pada tahun 2005 sebesar US$ 710 juta, dan pada tahun 2012 sebesar US$ 2.665 juta. Nilai impor di tahun 2005 sebesar US$ 3.326 juta, dan pada tahun 2012 sebesar US$ 11.730 juta. Koneksi/jaringan asal-tujuan dari pelabuhan-pelabuhan umum Kota Cilegon mencakup negara-negara yang tersebar di seluruh benua, yang secara garis besar dikelompok-kan dalam wilayah Asia (Asean dan Non Asean), Afrika, Australia, Amerika dan Eropa. Sedangkan komoditi yang diangkut didominasi oleh barang-barang buatan pabrik dan bahan-bahan kimia.PARIWISATA BAHARIMeski memiliki garis pantai 46,86 km, serta memiliki 5 pulau-pulau kecil di wilayah perairannya, namun pariwisata bahari di Kota Cilegon cenderung tidak berkembang. Hal tersebut disebabkan oleh penguasaan lahan pesisir pantai oleh industri dan pelabuhan, yang tentunya kurang memiliki korelasi dengan pariwisata bahari secara fungsi ruang. Sehingga, pengembangan pariwisata bahari berada dalam lingkungan yang cenderung kurang kondusif. Hingga saat ini, kawasan pariwisata bahari yang masih eksis dan masih dikunjungi masyarakat hanya Pantai Kelapa Tujuh. Beberapa hotel yang dilengkapi dengan sarana wisata terlihat relatif sepi pengunjung (peminat). Bahkan dalam survey lapangan diperoleh informasi mengenai ditutupnya Hotel Pulorida (di jual).Potensi pengembangan pariwisata bahari masih memiliki peluang, dimana secara informal terlihat aktivitas-aktivitas wisata bahari yang cenderung berkembang secara alami, seperti pemancingan di sekitar Pelabuhan Merak dan Pulau Merak Besar. Disamping itu, dari hasil survey lapangan juga menunjukkan bahwa pulau-pulau kecil yang ada memiliki peluang untuk dikembangkan sebagai destinasi pariwisata bahari, dengan suguhan atraksi panorama hingga alam bawah laut di sekitar pulau-pulau kecil itu sendiri, seperti di Pulau Tempurung, Pulau Merak Besar dan Pulau Merak Kecil. Pariwisata bahari dalam konteks pariwisata yang berbasis sumberdaya alam memiliki peluang untuk dikembangkan di Kota Cilegon. Berdasarkan kondisi lingkungan alami yang ada, Kota Cilegon memiliki sejumlah sumberdaya yang dapat dikembangkan sebagai media wisata bahari, antara lain pantai, mangrove, terumbu karang, dan pulau-pulau kecil.

2.12. SOSIAL EKONOMIhasil analisis kondisi perekonomian di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Kota Cilegon diperoleh kesimpulan sebagai berikut :a) Wilayah Pesisir Basis Kegiatan Ekonomi Kota Cilegon, yang ditandai dengan aglomerasi aktivitas sektor-sektor ekonomi basis di wilayah pesisir Kota Cilegon, khususnya industri dan perangkutan yang berkontribusi > 60% terhadap perekonomian Kota Cilegon. b) Wilayah Pesisir Sebagai Simpul Perekonomian Regional, yang ditandai dengan aktivitas dan intensitas ekspor-impor di Pelabuhan Merak dan Cigading, dengan rata-rata volume ekspor-impor 11.582 ton/tahun dengan rata-rata nilai US$ 6.151 juta/tahun.c) Stagnasi kontribusi sektor kelautan dan perikanan terhadap perekonomian Kota Cilegon, yang ditandai dengan perkembangan kontribusi sektor kelautan dan perikanan (sektor perikanan, sektor perhubungan laut, dan sektor pariwisata/hotel dan restoran) dari sekitar 6,89% di tahun 2005 menjadi 6,62% di tahun 2010, dimana laju pertumbuhan sektor kelautan dan perikanan yang lebih lambat dari laju pertumbuhan ekonomi Kota Cilegon.d) Keterbatasan Kapasitas dan Produktivitas Usaha Perikanan, yang ditandai dengan: (a) rendahnya volume produksi perikanan, dimana produksi perikanan hingga tahun 2010 hanya sebesar 409,66 ton, yang berasal dari 187,90 ton produksi perikanan tangkap dan 221,76 ton produksi perikanan budidaya, total produksi hanya memenuhi 4,77% dari kebutuhan konsumsi ikan lokal sesuai standar FAO); (b) jenis komoditi pembudidaya ikan yang dikembangkan terbatas, khususnya ikan lele dan nila; (c) sarana usaha yang terbatas, dimana jumlah nelayan periode 2003-2009 meningkat 173,91% dan jumlah armada kapal motor 2005-2009 meningkat 175,44%, namun sarana usaha yang digunakan masih sederhana dan memiliki daya jelajah yang terbatas; (d) sebagian besar hasil produksi dijual keluar daerah, karena belum didukung keberadaan fasilitas pendaratan ikan.e) Keterbatasan Daya Saing Destinasi Pariwisata Bahari, yang ditandai dengan kurang berkembang-nya mutu dan variasi atraksi pada destinasi wisata bahari, yang menyebabkan lemahnya daya saing terhadap atraksi wisata sejenis dan teraglomerasi yang berkembang di pesisir barat Provinsi Banten;Kondisi terakhir Sosial ekonomi masyarakat pesisir Kota Cilegon dengan luas keseluruhan 360.5 KM dengan luas laut 191,17 KM dan luas daratan 175.5 KM yang terbagi dalam 8 Kecamatan (Cilegon,Cibeber,Ciwandan, Pulomerak, Purwakarta, Jombang, Citangkil, & Grogol) dimana ada 4 kecamatan pesisir ( Pulomerak, Grogol, Citangkil & Ciwandan) dengan 13 Kelurahan pesisir.

Kelurahan Pesisir dan Panjang Garis PantaiNo.Desa/KelurahanKecamatanPanjang garis pantai (km)

1SuralayaPulomerak2.9

2Lebak GedePulomerak4.1

3MekarsariPulomerak2.4

4TamansariPulomerak0.8

5GeremGrogol2.9

6Rawa ArumGrogol0.7

7WarnasariCitangkil1.2

8SamangrayaCitangkil1.0

9KubangsariCiwandan1.9

10Tegal RatuCiwandan1.4

11RandakariCiwandan0.6

12KepuhCiwandan2.3

13Gunung SugihCiwandan2.8

Jumlah25

Sumber : Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Cilegon, 2015Kota Cilegon mempunyai panjang garis pantai sepanjang 25 KM (UU No.19Th.1999) Tahun 2014 setelah dilakukan pengukuran Zonasi = 51,58 KM, dengan jumlah pulau 5 buah yaitu : (1) Pulau Merak Besar = 51,35 Ha ; (2) Merak Kecil=1,04Ha ;(3) Tempurung=3,94 Ha ; (4) Ular=2,43 Ha; (5) Pulorida=2,25 Ha dan Luas Pesisir = 118,03 KM

Jumlah Penduduk Laki-laki sebanyak 165.285 jiwa dan perempuan sebanyak 165.285 jiwa jadi secara keseluruhan berjumlah 385.720 jiwa dari jumlah tersebut sebanyak 162.864 jiwa tinggal didaerah pesisir.Penduduk yang tinggal didaerah pesisir diantaranya bermata pencaharian sebagai nelayan dengan rincian sebagai berikut :

Jumlah Nelayan tahun 2014KecamatanDesa/kelurahanJumlah

PulomerakSuralaya62

Lebak Gede34

Mekarsari77

Tamansari79

GrogolGerem52

Rawa Arum71

PurwakartaKebon Dalem12

CilegonCiwaduk10

Bendungan1

Cilegon1

Ciwedus1

Bagendung1

CibeberKedaleman15

CitangkilWarnasari20

Semang Raya8

Lebak Denok6

Taman Baru2

Citangkil8

Kebonsari38

Deringo8

CiwandanKepuh48

Gunung Sugih19

Tegal Ratu8

Kubang Sari8

Banjarnegara3

JombangJombang1

Jumlah593

Sumber: Dinas Pertanian dan Kelautan Kota CilegonJumlah nelayan tahun 2015 berkurang 13 orang dibandingkan tahun 2014 yang berjumlah 611 nelayan, dikarenakan adanya nelayan yang berpindah profesi pekerjaan, nelayan yang berpindah tempat tinggal dan juga ada yg meninggal dunia dengan Kelompok Usaha Bersama (KUB) Perikanan Tangkap berjumlah 20 kelompok.Sedangkan untuk Pangkalan tersebar dalam beberapa kecamatan dan kelurahan dengan rincian sebagai berikut:

Daftar Pangkalan Nelayan Kota CilegonNoKecamatanTempat PangkalanAsal NelayanJumlah Nelayan

1CiwandanTanjung LenengCiwandan80

2

Pulomerak

Pantai MabakMekarsari52

Medaksa SeberangTamansari51

KaltekTamansari55

Pantai LebakgedeLebakgede43

Tanjung PujutSuralaya50

3

Grogol

LeleanGerem100

Pangkalan KuranganRawaarum23

4

Citangkil

Tanjung Peni

Citangkil90

Ciwandan6

Tanjung PeniPurwakarta28

5CibeberPangkalan Terate15

Total593

Sumber: Dinas pertanian dan Kelautan Kota Cilegon

Total Armada Penangkapan Ikan 414 Unit, 12.3% nya masih berupa jukung (dengan atau tanpa motor tempel) akibatnya daya jelajah nelayan kota cilegon tidak dapat jauh.