EPISTAKSIS

24
EPISTAKSIS BAB I Pendahuluan Hidung merupakan organ penting yang seharusnya mendapat perhatian lebih dari biasanya; merupakan salah satu organ pelindung tubuh terpenting terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan. 1 Rongga hidung kita kaya dengan pembuluh darah. Pada rongga bagian depan, tepatnya pada sekat yang membagi rongga hidung kita menjadi dua, terdapat anyaman pembuluh darah yang disebut pleksus Kiesselbach. Pada rongga bagian belakang juga terdapat banyak cabang-cabang dari pembuluh darah yang cukup besar antara lain dari arteri sphenopalatina. 2 Epistaksis adalah perdarahan yang berasal dari hidung dan dapat timbul spontan tanpa dapat ditelusuri sebabnya. 3 Epistaksis bukanlah suatu penyakit melainkan suatu tanda atau gejala. Walau pada umumnya epistaksis dapat diatasi dengan mudah, namun perdarahan hidung merupakan masalah yang sangat lazim, sehingga tiap dokter harus siap menangani kasus demikian. 1 Ajat rostaman 03310015 1

Transcript of EPISTAKSIS

Page 1: EPISTAKSIS

EPISTAKSIS

BAB I

Pendahuluan

Hidung merupakan organ penting yang seharusnya mendapat

perhatian lebih dari biasanya; merupakan salah satu organ pelindung

tubuh terpenting terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan. 1

Rongga hidung kita kaya dengan pembuluh darah. Pada rongga

bagian depan, tepatnya pada sekat yang membagi rongga hidung kita

menjadi dua, terdapat anyaman pembuluh darah yang disebut pleksus

Kiesselbach. Pada rongga bagian belakang juga terdapat banyak

cabang-cabang dari pembuluh darah yang cukup besar antara lain dari

arteri sphenopalatina.2

Epistaksis adalah perdarahan yang berasal dari hidung dan

dapat timbul spontan tanpa dapat ditelusuri sebabnya.3 Epistaksis

bukanlah suatu penyakit melainkan suatu tanda atau gejala. Walau

pada umumnya epistaksis dapat diatasi dengan mudah, namun

perdarahan hidung merupakan masalah yang sangat lazim, sehingga

tiap dokter harus siap menangani kasus demikian.1

Pada umumnya terdapat dua sumber perdarahan yaitu dari

bagian anterior dan bagian posterior. Epistaksis anterior dapat berasal

dari Pleksus Kiesselbach atau dari arteri athmoidalis anterior.

Sedangkan epistakasis posterior dapat berasal dari arteri

sphenopalatina dan arteri ethmoid posterior. Epistaksis biasanya

terjadi tiba-tiba. Perdarahan mungkin banyak, bisa juga sedikit.

Penderita selalu ketakutan sehingga merasa perlu memanggil dokter.

Ajat rostaman 03310015 1

Page 2: EPISTAKSIS

EPISTAKSIS

Mimisan atau dalam bahasa kedokterannya disebut Epistaksis

merupakan gejala yang sangat sering dijumpai sehari – hari pada anak

- anak maupun usia lanjut. Walau demikian banyak orang tua yang

ketakutan dan bingung bila anaknya kedapatan sedang mimisan.

Mimisan sendiri bukan merupakan suatu penyakit tetapi merupakan

gejala dari suatu penyakit, itu artinya mimisan bisa terjadi karena

bermacam sebab dari yang ringan sampai yang berat.

Ajat rostaman 03310015 2

Page 3: EPISTAKSIS

EPISTAKSIS

BAB II

PEMBAHASAN

Definisi

Epistaksis adalah keluarnya darah dari hidung; merupakan suatu

tanda atau keluhan bukan penyakit1,3. Perdarahan dari hidung dapat

merupakan gejala yang sangat menjengkelkan dan mengganggu, dan

dapat pula mengancam nyawa. Faktor etiologi harus dicari dan

dikoreksi untuk mengobati epistaksis secara efektif.3

Vaskularisasi

Hidung kita kaya pembuluh darah, yang berasal dari Arteri

karotis eksterna dan interna (A. karotis eksterna & interna). A. karotis

eksterna mensuplai darah ke hidung lewat A. maksilaris interna dan A.

Ajat rostaman 03310015 3

Page 4: EPISTAKSIS

EPISTAKSIS

fasialis. Cabang terminal A. fasialis yaitu A. labialis superior, mensuplai

darah ke dasar hidung dan septum bagian anterior. Sedangkan A.

maksilaris interna akan masuk fossa pterigomaksilaris dan kemudian

membentuk 4 percabangan arteri, yaitu: posterior superior alveolar,

descending palatine, infraorbital, sphenopalatine, pterygoid canal, dan

pharyngeal. A.descending palatine berjalan ke bawah melalui kanalis

palatina mayor dan mensuplai darah ke dinding lateral hidung, serta

juga septum hidung bagian anterior lewat percabangan ke foramen

incisivus. Adapun A. sfenopalatin masuk hidung dekat area perlekatan

posterior konka media untuk kemudian mensuplai dinding lateral

hidung, dan juga memberikan percabangannya ke septum hidung

anterior. Arteri karotis interna memberikan kontribusi pada sistem

vaskularisasi hidung, terutama lewat cabangnya, A. ophtalmicus.

Pleksus Kiesselbach atau Little area, terletak di bagian anterior tulang

rawan septum. Setiap cabang arteri yang mensuplai hidung ke area ini

saling berhubungan membentuk anastomosis.

Etiologi

Perdarahan hidung diawali oleh pecahnya pembuluh darah di

dalam selaput mukosa hidung. Delapan puluh persen perdarahan

berasal dari pembuluh darah Pleksus Kiesselbach (area Little). Pleksus

Kiesselbach terletak di septum nasi bagian anterior, di belakang

persambungan mukokutaneus tempat pembuluh darah yang kaya

anastomosis4. Epistaksis dapat ditimbulkan oleh sebab-sebab lokal dan

umum atau kelainan sistemik.3,4,5,6

1) Lokal

Trauma. Epistaksis yang berhubungan dengan neoplasma

biasanya mengeluarkan sekret dengan kuat, bersin, mengorek

hidung, trauma seperti terpukul, jatuh dan sebagainya. Selain itu

Ajat rostaman 03310015 4

Page 5: EPISTAKSIS

EPISTAKSIS

iritasi oleh gas yang merangsang dan trauma pada pembedahan

dapat juga menyebabkan epistaksis.

Infeksi. Infeksi hidung dan sinus paranasal, rinitis, sinusitis serta

granuloma spesifik, seperti lupus, sifilis dan lepra dapat

menyebabkan epistaksis.

Neoplasma. Epistaksis yang berhubungan dengan neoplasma

biasanya sedikit dan intermiten, kadang-kadang ditandai dengan

mukus yang bernoda darah, Hemongioma, karsinoma, serta

angiofibroma dapat menyebabkan epistaksis berat.

Kelainan congenital. Kelainan kongenital yang sering

menyebabkan epistaksis ialah perdarahan telangiektasis

heriditer (hereditary hemorrhagic telangiectasia/Osler's disease).

Pasien ini juga menderita telangiektasis di wajah, tangan atau

bahkan di traktus gastrointestinal dan/atau pembuluh darah

paru.

Sebab-sebab lain termasuk benda asing dan perforasi septum.

Perforasi septum nasi atau abnormalitas septum dapat menjadi

predisposisi perdarahan hidung. Bagian anterior septum nasi,

bila mengalami deviasi atau perforasi, akan terpapar aliran

udara pernafasan yang cenderung mengeringkan sekresi hidung.

Pembentukan krusta yang keras dan usaha melepaskan dengan

jari menimbulkan trauma digital. Pengeluaran krusta berulang

menyebabkan erosi membrana mukosa septum dan kemudian

perdarahan.

Pengaruh lingkungan.Misalnya tinggal di daerah yang sangat

tinggi, tekanan udara rendah atau lingkungan udaranya sangat

kering

2) Sistemik

Ajat rostaman 03310015 5

Page 6: EPISTAKSIS

EPISTAKSIS

Kelainan darah. Misalnya trombositopenia, hemofilia dan

leukemia, ITP, diskrasia darah, obat-obatan seperti terapi

antikoagulan, aspirin dan fenilbutazon dapat pula

mempredisposisi epistaksis berulang.

Penyakit kardiovaskuler. Hipertensi dan kelainan pembuluh

darah, seperti pada aterosklerosis, nefritis kronik, sirosis hepatis,

sifilis, diabetes melitus dapat menyebabkan epistaksis. Epistaksis

akibat hipertensi biasanya hebat, sering kambuh dan

prognosisnya tidak baik.

Biasanya infeksi akut pada demam berdarah, influenza, morbili,

demam tifoid.

Gangguan endokrin. Pada wanita hamil, menarche dan

menopause sering terjadi epistaksis, kadang-kadang beberapa

wanita mengalami perdarahan persisten dari hidung menyertai

fase menstruasi.

Defisiensi Vitamin C dan K

Alkoholisme

Penyakit von Willebrand

Sumber perdarahan

Menentukan sumber perdarahan amat penting, meskipun kadang-

kadang sukar ditanggulangi. Pada umumnya terdapat dua sumber

perdarahan, yaitu dari bagian anterior dan posterior.

1. Epistaksis anterior dapat berasal dari Pleksus Kiesselbach,

merupakan sumber perdarahan paling sering dijumpai anak-

anak. Dapat juga berasal dari arteri ethmoid anterior.

Perdarahan dapat berhenti sendiri (spontan) dan dapat

dikendalikan dengan tindakan sederhana.3,5,6

Ajat rostaman 03310015 6

Page 7: EPISTAKSIS

EPISTAKSIS

Epistaksis anterior

2. Epistaksis posterior, berasal dari arteri sphenopalatina dan arteri

ethmoid posterior.Perdarahan cenderung lebih berat dan jarang

berhenti sendiri, sehingga dapat menyebabkan anemia,

hipovolemi dan syok. Sering ditemukan pada pasien dengan

penyakit kardiovaskular.3,5,6

Epistaksis posterior

Ajat rostaman 03310015 7

Page 8: EPISTAKSIS

EPISTAKSIS

Gambaran Klinis dan Pemeriksaan

Pasien sering menyatakan bahwa perdarahan berasal dari

bagian depan dan belakang hidung. Perhatian ditujukan pada bagian

hidung tempat awal terjadinya perdarahan atau pada bagian hidung

yang terbanyak mengeluarkan darah.5

Kebanyakan kasus epistaksis timbul sekunder trauma yang

disebabkan oleh mengorek hidung menahun atau mengorek krusta

yang telah terbentuk akibat pengeringan mukosa hidung berlebihan.

Penting mendapatkan riwayat trauma terperinci. Riwayat pengobatan

atau penyalahgunaan alkohol terperinci harus dicari. Banyak pasien

minum aspirin secara teratur untuk banyak alasan. Aspirin merupakan

penghambat fungsi trombosit dan dapat menyebabkan pemanjangan

atau perdarahan. Penting mengenal bahwa efek ini berlangsung

beberapa waktu dan bahwa aspirin ditemukan sebagai komponen

dalam sangat banyak produk. Alkohol merupakan senyawa lain yang

banyak digunakan, yang mengubah fungsi pembekuan secara

bermakna.6

Alat-alat yang diperlukan untuk pemeriksaan adalah lampu

kepala, speculum hidung dan alat penghisap(bila ada) dan pinset

bayonet, kapas, kain kassa.6

Untuk pemeriksaan yang adekuat pasien harus ditempatkan

dalam posisi dan ketinggian yang memudahkan pemeriksa bekerja.

Harus cukup sesuai untuk mengobservasi atau mengeksplorasi sisi

dalam hidung. Dengan spekulum hidung dibuka dan dengan alat

pengisap dibersihkan semua kotoran dalam hidung baik cairan, sekret

maupun darah yang sudah membeku; sesudah dibersihkan semua

lapangan dalam hidung diobservasi untuk mencari tempat dan faktor-

faktor penyebab perdarahan. Setelah hidung dibersihkan, dimasukkan

Ajat rostaman 03310015 8

Page 9: EPISTAKSIS

EPISTAKSIS

kapas yang dibasahi dengan larutan anestesi lokal yaitu larutan

pantokain 2% atau larutan lidokain 2% yang ditetesi larutan adrenalin

1/1000 ke dalam hidung untuk menghilangkan rasa sakit dan

membuat vasokontriksi pembuluh darah sehingga perdarahan dapat

berhenti untuk sementara.3,5,7 Sesudah 10 sampai 15 menit kapas

dalam hidung dikeluarkan dan dilakukan evaluasi.7

Pasien yang mengalami perdarahan berulang atau sekret berdarah

dari hidung yang bersifat kronik memerlukan fokus diagnostik yang

berbeda dengan pasien dengan perdarahan hidung aktif yang prioritas

utamanya adalah menghentikan perdarahan. Pemeriksaan yang

diperlukan berupa:5,6

A. Rinoskopi anterior

Pemeriksaan harus dilakukan dengan cara teratur dari anterior

ke posterior. Vestibulum, mukosa hidung dan septum nasi,

dinding lateral hidung dan konkha inferior harus diperiksa

dengan cermat.

B. Rinoskopi posterior

Pemeriksaan nasofaring dengan rinoskopi posterior penting pada

pasien dengan epistaksis berulang dan sekret hidung kronik

untuk menyingkirkan neoplasma.

C. Pengukuran tekanan darah

Tekanan darah perlu diukur untuk menyingkirkan diagnosis

hipertensi, karena hipertensi dapat menyebabkan epistaksis

yang hebat dan sering berulang.

D. Rontgen sinus dan CT-Scan atau MRI

Rontgen sinus dan CT-Scan atau MRI penting mengenali

neoplasma atau infeksi.

E. Endoskopi hidung untuk melihat atau menyingkirkan

kemungkinan penyakit lainnya

Ajat rostaman 03310015 9

Page 10: EPISTAKSIS

EPISTAKSIS

Tampilan endoskopi epistaksis posterior

F. Skrining terhadap koagulopati

Tes-tes yang tepat termasuk waktu protrombin serum, waktu

tromboplastin parsial, jumlah platelet dan waktu perdarahan.

G. Riwayat penyakit

Riwayat penyakit yang teliti dapat mengungkapkan setiap

masalah kesehatan yang mendasari epistaksis.

Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan epistaksis adalah untuk menghentikan

perdarahan. Hal-hal yang penting dicari tahu adalah:1,5,6

1. Riwayat perdarahan sebelumnya.

2. Lokasi perdarahan.

3. Apakah darah terutama mengalir ke tenggorokan (ke posterior)

atau keluar darihidung depan (anterior) bila pasien duduk tegak.

4. Lamanya perdarahan dan frekuensinya

5. Riwayat gangguan perdarahan dalam keluarga

Ajat rostaman 03310015 10

Page 11: EPISTAKSIS

EPISTAKSIS

6. Hipertensi

7. Diabetes mellitus

8. Penyakit hati

9. Gangguan koagulasi

10. Trauma hidung yang belum lama

11. Obat-obatan, misalnya aspirin, fenil butazon

Tiga prinsip utama dalam menanggulangi epistaksis yaitu :

menghentikan perdarahan, mencegah komplikasi dan mencegah

berulangnya epistaksis. Kalau ada syok, perbaiki dulu kedaan umum

pasien.6 Tindakan yang dapat dilakukan antara lain:3,6,7

Perbaiki keadaan umum penderita, penderita diperiksa dalam

posisi duduk kecuali bila penderita sangat lemah atau keadaaan

syok.

Pada anak yang sering mengalami epistaksis ringan, perdarahan

dapat dihentikan dengan cara duduk dengan kepala ditegakkan,

kemudian cuping hidung ditekan ke arah septum selama

beberapa menit (metode Trotter)

Metode Trotter

Pada epistaksis anterior, jika sumber perdarahan dapat dilihat

dengan jelas, dilakukan kaustik dengan larutan nitras argenti 20%-

Ajat rostaman 03310015 11

Page 12: EPISTAKSIS

EPISTAKSIS

30%, asam trikloroasetat 10% atau dengan elektrokauter. Sebelum

kaustik diberikan analgesia topikal terlebih dahulu.

Bila dengan kaustik perdarahan anterior masih terus berlangsung,

diperlukan pemasangan tampon anterior dengan kapas atau kain

kasa yang diberi vaselin yang dicampur betadin atau zat antibiotika.

Dapat juga dipakai tampon rol yang dibuat dari kasa sehingga

menyerupai pita dengan lebar kurang ½ cm, diletakkan berlapis-

lapis mulai dari dasar sampai ke puncak rongga hidung. Tampon

yang dipasang harus menekan tempat asal perdarahan dan dapat

dipertahankan selama 1-2 hari.

Tampon anterior dan tampon rol anterior

Perdarahan posterior diatasi dengan pemasangan tampon

posterior atau tampon Bellocq, dibuat dari kasa dengan ukuran

lebih kurang 3x2x2 cm dan mempunyai 3 buah benang, 2 buah

pada satu sisi dan sebuah lagi pada sisi yang lainnya. Tampon

harus menutup koana (nares posterior). Teknik Pemasangan

untuk memasang tampon Bellocq, dimasukkan kateter karet

melalui nares anterior sampai tampak di orofaring dan kemudian

ditarik ke luar melalui mulut. Ujung kateter kemudian diikat pada

dua buah benang yang terdapat pada satu sisi tampon Bellocq

Ajat rostaman 03310015 12

Page 13: EPISTAKSIS

EPISTAKSIS

dan kemudian kateter ditarik keluar hidung. Benang yang telah

keluar melalui hidung kemudian ditarik, sedang jari telunjuk

tangan yang lain membantu mendorong tampon ini ke arah

nasofaring. Jika masih terjadi perdarahan dapat dibantu dengan

pemasangan tampon anterior, kemudian diikat pada sebuah kain

kasa yang diletakkan di tempat lubang hidung sehingga tampon

posterior terfiksasi. Sehelai benang lagi pada sisi lain tampon

Bellocq dikeluarkan melalui mulut (tidak boleh terlalu kencang

ditarik) dan diletakkan pada pipi. Benang ini berguna untuk

menarik tampon keluar melalui mulut setelah 2-3 hari. Setiap

pasien dengan tampon Bellocq harus dirawat.

Tampon Bellocq

Sebagai pengganti tampon Bellocq dapat dipakai kateter Foley

dengan balon. Balon diletakkan di nasofaring dan dikembangkan

dengan air

Ajat rostaman 03310015 13

Page 14: EPISTAKSIS

EPISTAKSIS

Tampon posterior dengan Kateter Foley

Di samping pemasangan tampon, dapat juga diberi obat-obat

hemostatik. Akan tetapi ada yang berpendapat obat-obat ini

sedikit sekali manfaatnya.

Ligasi arteri dilakukan pada epistaksis berat dan berulang yang

tidak dapat diatasi dengan pemasangan tampon posterior. Untuk

itu pasien harus dirujuk ke rumah sakit.

Komplikasi

Dapat terjadi langsung akibat epistaksis sendiri atau akibat

usaha penanggulangannya. Akibat pemasangan tampon anterior dapat

timbul sinusitis (karena ostium sinus tersumbat), air mata yang

berdarah (bloody tears) karena darah mengalir secara retrograd

melalui duktus nasolakrimalis dan septikemia. Akibat pemasangan

tampon posterior dapat timbul otitis media, haemotympanum, serta

laserasi palatum mole dan sudut bibit bila benang yang dikeluarkan

melalui mulut terlalu kencang ditarik.

Ajat rostaman 03310015 14

Page 15: EPISTAKSIS

EPISTAKSIS

Sebagai akibat perdarahan hebat dapat terjadi syok dan

anemia. Tekanan darah yang turun mendadak dapat menimbulkan

iskemia otak, insufisiensi koroner dan infark miokard dan akhirnya

kematian. Harus segera dilakukan pemberian infus atau transfusi

darah.6

Pencegahan Perdarahan Berulang

Setelah perdarahan untuk sementara dapat diatasi dengan

pemasangan tampon, selanjutnya perlu dicari penyebabnya. Perlu

dilakukan pemeriksaan laboratorium darah lengkap, pemeriksaan

fungsi hepar dan gijal, gula darah, hemostasis,. Pemeriksaan foto polos

atau CT SCAN sinus dicurigai ada sinusitis. Konsul ke Penyakit Dalam

atau Kesehatan Anak bila dicurigai adanya kelainan sistemik.8

Progosis

Sembilan puluh persen kasus epistaksis anterior dapat berhenti

sendiri. Pada pasien hipertensi dengan/tanpa arteriosklerosis, biasanya

perdarahan hebat, sering kambuh dan prognosisnya buruk.6

Ajat rostaman 03310015 15

Page 16: EPISTAKSIS

EPISTAKSIS

BAB III

Kesimpulan

Epistaksis (perdarahan dari hidung) adalah suatu gejala dan

bukan suat penyakit, yang disebabkan oleh adanya suatu kondisi

kelainan atau keadaan tertentu. Epistaksis bisa bersifat ringan sampai

berat yang dapat berakibat fatal. Epistaksis disebabkan oleh banyak

hal, namun dibagi dalam dua kelompok besar yaitu sebab lokal dan

sebab sistemik. Epistaksis dibedakan menjadi dua berdasarkan

lokasinya yaitu epistaksis anterior dan epistaksis posterior. Dalam

memeriksa pasien dengan epistaksis harus dengan alat yang tepat dan

dalam posisi yang memungkinkan pasien untuk tidak menelan

darahnya sendiri.

Prinsip penanganan epistaksis adalah menghentikan

perdarahan, mencegah komplikasi dan mencegah berulangnya

epistaksis. Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk memeriksa pasien

dengan epistaksis antara lain dengan rinoskopi anterior dan posterior,

pemeriksaan tekanan darah, foto rontgen sinus atau dengan CT-Scan

atau MRI, endoskopi, skrining koagulopati dan mencari tahu riwayat

penyakit pasien. Tindakan-tindakan yang dilakukan pada epistaksis

adalah:

Memencet hidung

Pemasangan tampon anterior dan posterior

Kauterisasi

Ligasi (pengikatan pembuluh darah)

Epsitaksis dapat dicegah dengan antara lain tidak memasukkan

benda keras ke dalam hidung seperti jari, tidak meniup melalui hidung

Ajat rostaman 03310015 16

Page 17: EPISTAKSIS

EPISTAKSIS

dengan keras, bersin melalui mulut, menghindari obat-obatan yang

dapat meningkatkan perdarahan, dan terutam berhenti merokok

DAFTAR PUSTAKA

1. Warta Medika. Mimisan atau Epistaksis. Warta Medika [serial

online] 2007 Jul 2[cited 2009 Mar 4] Available from: http://www.wartamedika.com/2007/07/mimisan- atau-epistaksis.html

2. Wikipedia. Epistaxis. Wikipedia 2009 Feb 10 [cited 2009 Feb 28]

Available from: http://en.wikipedia.org/wiki/Epistaxis

3. Schlosser RJ. Epistaxis. New England Journal Of Medicine [serial

online] 2009 feb 19 [cited 2009 feb 28] Available from:

http://content.nejm.org/cgi/content/full/360/8/784

4. Suryowati E. Epistaksis. Medical Study Club FKUII [cited 2009 Mar 1] Available

from:http://fkuii.org/tikidownload_wiki_attachment.php?attId=2175&page=LEM

%20FK%20UII

5. Evans JA. Epistaxis: Treatment & Medication. eMedicines

Specialities 2007 Nov 28 [cited Mar 2] Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/764719-treatment

6. Anias CR. Epistaxis. Otorrhinolaryngology [serial online] cited

2009 Mar 4 Availablefrom

:http://www.medstudents.com.br/otor/otor3.htm

7. Freeman R. Nosebleed. Health Information Home [serial online]

2007 Feb 2 [cited 2009 Mar 4] Available from :

http://my.clevelandclinic.org/disorders/Nosebleed/

hic_Nosebleed_Epistaxis.aspx

8. Iskandar N, Supardi EA. (eds) Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga

Hidung Tenggorokan. Edisi Enam, Jakarta FKUI, 2007, hal. 91,

155-159.

Ajat rostaman 03310015 17

Page 18: EPISTAKSIS

EPISTAKSIS

DAFTAR ISI

KATA

PENGANTAR……………………………………………………………………..

i

DAFTAR

ISI……………………………………………………………………………….ii

BAB

I……………………………………………………………………………………

…..1

Pendahuluan………………………………………………………..

………….1

BAB

II……………………………………………………………………………………

….3

Definisi……………………………………………………………………………

……..3

Vaskularisasi……………………………………………………………………

..……3

Etiologi……………………………………………………………………………

……..4

Sumber

perdarahan…………………………………………………………………6

Gambaran Klinis dan

Pemeriksaan…………………………………………….8

Penatalaksanaan………………………………………………………

………10

Ajat rostaman 03310015 18

Page 19: EPISTAKSIS

EPISTAKSIS

Komplikasi………………………………………………………………

……...14

Pencegahan Perdarahan

Berulang………………………………….….15

Progosis…………………………………………………………………

……….15

BAB III…………………………………………………………………………..

…………16

Kesimpulan……………………………………………………………………..16

DAFTAR

PUSTAKA……………………………………………………………………..17

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan pada kehadirat Tuhan Yang

Maha Esa karena berkat rahmat dan karuniaNya, penulis dapat

menyelesaikan refrat “EPISTAKSIS” dalam rangka melengkapi

persyaratan kepaniteraan klinik senior dibagian Ilmu Penyakit Hidung

& Tenggorokan RSUD Dr. RM. Djoelham, Binjai.

Ajat rostaman 03310015 19

Page 20: EPISTAKSIS

EPISTAKSIS

Dalam kesempatan ini, penyusun hendak menyampaikan rasa

terima kasih kepada Dr. Poppy Sartika, Sp. THT-KL dan Dr. Azwan

Mandai, Sp. THT yang telah membimbing dan mengarahkan penulis

selama menjalani program Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Penyakit

Telinga Hidung dan Tenggorokan dalam menyusun refrat ini.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa refrat ini jauh dari

sempurna. Untuk itu lah, saran dan kritik yang membangun paper ini

sangat penyusun harapkan. Semoga laporan kasus ini dapat

bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi pembacanya.

Binjai, Maret 2011

Penyusun

Ajat rostaman 03310015 20