EPISTAKSIS
Transcript of EPISTAKSIS
EPISTAKSIS
BAB I
Pendahuluan
Hidung merupakan organ penting yang seharusnya mendapat
perhatian lebih dari biasanya; merupakan salah satu organ pelindung
tubuh terpenting terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan. 1
Rongga hidung kita kaya dengan pembuluh darah. Pada rongga
bagian depan, tepatnya pada sekat yang membagi rongga hidung kita
menjadi dua, terdapat anyaman pembuluh darah yang disebut pleksus
Kiesselbach. Pada rongga bagian belakang juga terdapat banyak
cabang-cabang dari pembuluh darah yang cukup besar antara lain dari
arteri sphenopalatina.2
Epistaksis adalah perdarahan yang berasal dari hidung dan
dapat timbul spontan tanpa dapat ditelusuri sebabnya.3 Epistaksis
bukanlah suatu penyakit melainkan suatu tanda atau gejala. Walau
pada umumnya epistaksis dapat diatasi dengan mudah, namun
perdarahan hidung merupakan masalah yang sangat lazim, sehingga
tiap dokter harus siap menangani kasus demikian.1
Pada umumnya terdapat dua sumber perdarahan yaitu dari
bagian anterior dan bagian posterior. Epistaksis anterior dapat berasal
dari Pleksus Kiesselbach atau dari arteri athmoidalis anterior.
Sedangkan epistakasis posterior dapat berasal dari arteri
sphenopalatina dan arteri ethmoid posterior. Epistaksis biasanya
terjadi tiba-tiba. Perdarahan mungkin banyak, bisa juga sedikit.
Penderita selalu ketakutan sehingga merasa perlu memanggil dokter.
Ajat rostaman 03310015 1
EPISTAKSIS
Mimisan atau dalam bahasa kedokterannya disebut Epistaksis
merupakan gejala yang sangat sering dijumpai sehari – hari pada anak
- anak maupun usia lanjut. Walau demikian banyak orang tua yang
ketakutan dan bingung bila anaknya kedapatan sedang mimisan.
Mimisan sendiri bukan merupakan suatu penyakit tetapi merupakan
gejala dari suatu penyakit, itu artinya mimisan bisa terjadi karena
bermacam sebab dari yang ringan sampai yang berat.
Ajat rostaman 03310015 2
EPISTAKSIS
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi
Epistaksis adalah keluarnya darah dari hidung; merupakan suatu
tanda atau keluhan bukan penyakit1,3. Perdarahan dari hidung dapat
merupakan gejala yang sangat menjengkelkan dan mengganggu, dan
dapat pula mengancam nyawa. Faktor etiologi harus dicari dan
dikoreksi untuk mengobati epistaksis secara efektif.3
Vaskularisasi
Hidung kita kaya pembuluh darah, yang berasal dari Arteri
karotis eksterna dan interna (A. karotis eksterna & interna). A. karotis
eksterna mensuplai darah ke hidung lewat A. maksilaris interna dan A.
Ajat rostaman 03310015 3
EPISTAKSIS
fasialis. Cabang terminal A. fasialis yaitu A. labialis superior, mensuplai
darah ke dasar hidung dan septum bagian anterior. Sedangkan A.
maksilaris interna akan masuk fossa pterigomaksilaris dan kemudian
membentuk 4 percabangan arteri, yaitu: posterior superior alveolar,
descending palatine, infraorbital, sphenopalatine, pterygoid canal, dan
pharyngeal. A.descending palatine berjalan ke bawah melalui kanalis
palatina mayor dan mensuplai darah ke dinding lateral hidung, serta
juga septum hidung bagian anterior lewat percabangan ke foramen
incisivus. Adapun A. sfenopalatin masuk hidung dekat area perlekatan
posterior konka media untuk kemudian mensuplai dinding lateral
hidung, dan juga memberikan percabangannya ke septum hidung
anterior. Arteri karotis interna memberikan kontribusi pada sistem
vaskularisasi hidung, terutama lewat cabangnya, A. ophtalmicus.
Pleksus Kiesselbach atau Little area, terletak di bagian anterior tulang
rawan septum. Setiap cabang arteri yang mensuplai hidung ke area ini
saling berhubungan membentuk anastomosis.
Etiologi
Perdarahan hidung diawali oleh pecahnya pembuluh darah di
dalam selaput mukosa hidung. Delapan puluh persen perdarahan
berasal dari pembuluh darah Pleksus Kiesselbach (area Little). Pleksus
Kiesselbach terletak di septum nasi bagian anterior, di belakang
persambungan mukokutaneus tempat pembuluh darah yang kaya
anastomosis4. Epistaksis dapat ditimbulkan oleh sebab-sebab lokal dan
umum atau kelainan sistemik.3,4,5,6
1) Lokal
Trauma. Epistaksis yang berhubungan dengan neoplasma
biasanya mengeluarkan sekret dengan kuat, bersin, mengorek
hidung, trauma seperti terpukul, jatuh dan sebagainya. Selain itu
Ajat rostaman 03310015 4
EPISTAKSIS
iritasi oleh gas yang merangsang dan trauma pada pembedahan
dapat juga menyebabkan epistaksis.
Infeksi. Infeksi hidung dan sinus paranasal, rinitis, sinusitis serta
granuloma spesifik, seperti lupus, sifilis dan lepra dapat
menyebabkan epistaksis.
Neoplasma. Epistaksis yang berhubungan dengan neoplasma
biasanya sedikit dan intermiten, kadang-kadang ditandai dengan
mukus yang bernoda darah, Hemongioma, karsinoma, serta
angiofibroma dapat menyebabkan epistaksis berat.
Kelainan congenital. Kelainan kongenital yang sering
menyebabkan epistaksis ialah perdarahan telangiektasis
heriditer (hereditary hemorrhagic telangiectasia/Osler's disease).
Pasien ini juga menderita telangiektasis di wajah, tangan atau
bahkan di traktus gastrointestinal dan/atau pembuluh darah
paru.
Sebab-sebab lain termasuk benda asing dan perforasi septum.
Perforasi septum nasi atau abnormalitas septum dapat menjadi
predisposisi perdarahan hidung. Bagian anterior septum nasi,
bila mengalami deviasi atau perforasi, akan terpapar aliran
udara pernafasan yang cenderung mengeringkan sekresi hidung.
Pembentukan krusta yang keras dan usaha melepaskan dengan
jari menimbulkan trauma digital. Pengeluaran krusta berulang
menyebabkan erosi membrana mukosa septum dan kemudian
perdarahan.
Pengaruh lingkungan.Misalnya tinggal di daerah yang sangat
tinggi, tekanan udara rendah atau lingkungan udaranya sangat
kering
2) Sistemik
Ajat rostaman 03310015 5
EPISTAKSIS
Kelainan darah. Misalnya trombositopenia, hemofilia dan
leukemia, ITP, diskrasia darah, obat-obatan seperti terapi
antikoagulan, aspirin dan fenilbutazon dapat pula
mempredisposisi epistaksis berulang.
Penyakit kardiovaskuler. Hipertensi dan kelainan pembuluh
darah, seperti pada aterosklerosis, nefritis kronik, sirosis hepatis,
sifilis, diabetes melitus dapat menyebabkan epistaksis. Epistaksis
akibat hipertensi biasanya hebat, sering kambuh dan
prognosisnya tidak baik.
Biasanya infeksi akut pada demam berdarah, influenza, morbili,
demam tifoid.
Gangguan endokrin. Pada wanita hamil, menarche dan
menopause sering terjadi epistaksis, kadang-kadang beberapa
wanita mengalami perdarahan persisten dari hidung menyertai
fase menstruasi.
Defisiensi Vitamin C dan K
Alkoholisme
Penyakit von Willebrand
Sumber perdarahan
Menentukan sumber perdarahan amat penting, meskipun kadang-
kadang sukar ditanggulangi. Pada umumnya terdapat dua sumber
perdarahan, yaitu dari bagian anterior dan posterior.
1. Epistaksis anterior dapat berasal dari Pleksus Kiesselbach,
merupakan sumber perdarahan paling sering dijumpai anak-
anak. Dapat juga berasal dari arteri ethmoid anterior.
Perdarahan dapat berhenti sendiri (spontan) dan dapat
dikendalikan dengan tindakan sederhana.3,5,6
Ajat rostaman 03310015 6
EPISTAKSIS
Epistaksis anterior
2. Epistaksis posterior, berasal dari arteri sphenopalatina dan arteri
ethmoid posterior.Perdarahan cenderung lebih berat dan jarang
berhenti sendiri, sehingga dapat menyebabkan anemia,
hipovolemi dan syok. Sering ditemukan pada pasien dengan
penyakit kardiovaskular.3,5,6
Epistaksis posterior
Ajat rostaman 03310015 7
EPISTAKSIS
Gambaran Klinis dan Pemeriksaan
Pasien sering menyatakan bahwa perdarahan berasal dari
bagian depan dan belakang hidung. Perhatian ditujukan pada bagian
hidung tempat awal terjadinya perdarahan atau pada bagian hidung
yang terbanyak mengeluarkan darah.5
Kebanyakan kasus epistaksis timbul sekunder trauma yang
disebabkan oleh mengorek hidung menahun atau mengorek krusta
yang telah terbentuk akibat pengeringan mukosa hidung berlebihan.
Penting mendapatkan riwayat trauma terperinci. Riwayat pengobatan
atau penyalahgunaan alkohol terperinci harus dicari. Banyak pasien
minum aspirin secara teratur untuk banyak alasan. Aspirin merupakan
penghambat fungsi trombosit dan dapat menyebabkan pemanjangan
atau perdarahan. Penting mengenal bahwa efek ini berlangsung
beberapa waktu dan bahwa aspirin ditemukan sebagai komponen
dalam sangat banyak produk. Alkohol merupakan senyawa lain yang
banyak digunakan, yang mengubah fungsi pembekuan secara
bermakna.6
Alat-alat yang diperlukan untuk pemeriksaan adalah lampu
kepala, speculum hidung dan alat penghisap(bila ada) dan pinset
bayonet, kapas, kain kassa.6
Untuk pemeriksaan yang adekuat pasien harus ditempatkan
dalam posisi dan ketinggian yang memudahkan pemeriksa bekerja.
Harus cukup sesuai untuk mengobservasi atau mengeksplorasi sisi
dalam hidung. Dengan spekulum hidung dibuka dan dengan alat
pengisap dibersihkan semua kotoran dalam hidung baik cairan, sekret
maupun darah yang sudah membeku; sesudah dibersihkan semua
lapangan dalam hidung diobservasi untuk mencari tempat dan faktor-
faktor penyebab perdarahan. Setelah hidung dibersihkan, dimasukkan
Ajat rostaman 03310015 8
EPISTAKSIS
kapas yang dibasahi dengan larutan anestesi lokal yaitu larutan
pantokain 2% atau larutan lidokain 2% yang ditetesi larutan adrenalin
1/1000 ke dalam hidung untuk menghilangkan rasa sakit dan
membuat vasokontriksi pembuluh darah sehingga perdarahan dapat
berhenti untuk sementara.3,5,7 Sesudah 10 sampai 15 menit kapas
dalam hidung dikeluarkan dan dilakukan evaluasi.7
Pasien yang mengalami perdarahan berulang atau sekret berdarah
dari hidung yang bersifat kronik memerlukan fokus diagnostik yang
berbeda dengan pasien dengan perdarahan hidung aktif yang prioritas
utamanya adalah menghentikan perdarahan. Pemeriksaan yang
diperlukan berupa:5,6
A. Rinoskopi anterior
Pemeriksaan harus dilakukan dengan cara teratur dari anterior
ke posterior. Vestibulum, mukosa hidung dan septum nasi,
dinding lateral hidung dan konkha inferior harus diperiksa
dengan cermat.
B. Rinoskopi posterior
Pemeriksaan nasofaring dengan rinoskopi posterior penting pada
pasien dengan epistaksis berulang dan sekret hidung kronik
untuk menyingkirkan neoplasma.
C. Pengukuran tekanan darah
Tekanan darah perlu diukur untuk menyingkirkan diagnosis
hipertensi, karena hipertensi dapat menyebabkan epistaksis
yang hebat dan sering berulang.
D. Rontgen sinus dan CT-Scan atau MRI
Rontgen sinus dan CT-Scan atau MRI penting mengenali
neoplasma atau infeksi.
E. Endoskopi hidung untuk melihat atau menyingkirkan
kemungkinan penyakit lainnya
Ajat rostaman 03310015 9
EPISTAKSIS
Tampilan endoskopi epistaksis posterior
F. Skrining terhadap koagulopati
Tes-tes yang tepat termasuk waktu protrombin serum, waktu
tromboplastin parsial, jumlah platelet dan waktu perdarahan.
G. Riwayat penyakit
Riwayat penyakit yang teliti dapat mengungkapkan setiap
masalah kesehatan yang mendasari epistaksis.
Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan epistaksis adalah untuk menghentikan
perdarahan. Hal-hal yang penting dicari tahu adalah:1,5,6
1. Riwayat perdarahan sebelumnya.
2. Lokasi perdarahan.
3. Apakah darah terutama mengalir ke tenggorokan (ke posterior)
atau keluar darihidung depan (anterior) bila pasien duduk tegak.
4. Lamanya perdarahan dan frekuensinya
5. Riwayat gangguan perdarahan dalam keluarga
Ajat rostaman 03310015 10
EPISTAKSIS
6. Hipertensi
7. Diabetes mellitus
8. Penyakit hati
9. Gangguan koagulasi
10. Trauma hidung yang belum lama
11. Obat-obatan, misalnya aspirin, fenil butazon
Tiga prinsip utama dalam menanggulangi epistaksis yaitu :
menghentikan perdarahan, mencegah komplikasi dan mencegah
berulangnya epistaksis. Kalau ada syok, perbaiki dulu kedaan umum
pasien.6 Tindakan yang dapat dilakukan antara lain:3,6,7
Perbaiki keadaan umum penderita, penderita diperiksa dalam
posisi duduk kecuali bila penderita sangat lemah atau keadaaan
syok.
Pada anak yang sering mengalami epistaksis ringan, perdarahan
dapat dihentikan dengan cara duduk dengan kepala ditegakkan,
kemudian cuping hidung ditekan ke arah septum selama
beberapa menit (metode Trotter)
Metode Trotter
Pada epistaksis anterior, jika sumber perdarahan dapat dilihat
dengan jelas, dilakukan kaustik dengan larutan nitras argenti 20%-
Ajat rostaman 03310015 11
EPISTAKSIS
30%, asam trikloroasetat 10% atau dengan elektrokauter. Sebelum
kaustik diberikan analgesia topikal terlebih dahulu.
Bila dengan kaustik perdarahan anterior masih terus berlangsung,
diperlukan pemasangan tampon anterior dengan kapas atau kain
kasa yang diberi vaselin yang dicampur betadin atau zat antibiotika.
Dapat juga dipakai tampon rol yang dibuat dari kasa sehingga
menyerupai pita dengan lebar kurang ½ cm, diletakkan berlapis-
lapis mulai dari dasar sampai ke puncak rongga hidung. Tampon
yang dipasang harus menekan tempat asal perdarahan dan dapat
dipertahankan selama 1-2 hari.
Tampon anterior dan tampon rol anterior
Perdarahan posterior diatasi dengan pemasangan tampon
posterior atau tampon Bellocq, dibuat dari kasa dengan ukuran
lebih kurang 3x2x2 cm dan mempunyai 3 buah benang, 2 buah
pada satu sisi dan sebuah lagi pada sisi yang lainnya. Tampon
harus menutup koana (nares posterior). Teknik Pemasangan
untuk memasang tampon Bellocq, dimasukkan kateter karet
melalui nares anterior sampai tampak di orofaring dan kemudian
ditarik ke luar melalui mulut. Ujung kateter kemudian diikat pada
dua buah benang yang terdapat pada satu sisi tampon Bellocq
Ajat rostaman 03310015 12
EPISTAKSIS
dan kemudian kateter ditarik keluar hidung. Benang yang telah
keluar melalui hidung kemudian ditarik, sedang jari telunjuk
tangan yang lain membantu mendorong tampon ini ke arah
nasofaring. Jika masih terjadi perdarahan dapat dibantu dengan
pemasangan tampon anterior, kemudian diikat pada sebuah kain
kasa yang diletakkan di tempat lubang hidung sehingga tampon
posterior terfiksasi. Sehelai benang lagi pada sisi lain tampon
Bellocq dikeluarkan melalui mulut (tidak boleh terlalu kencang
ditarik) dan diletakkan pada pipi. Benang ini berguna untuk
menarik tampon keluar melalui mulut setelah 2-3 hari. Setiap
pasien dengan tampon Bellocq harus dirawat.
Tampon Bellocq
Sebagai pengganti tampon Bellocq dapat dipakai kateter Foley
dengan balon. Balon diletakkan di nasofaring dan dikembangkan
dengan air
Ajat rostaman 03310015 13
EPISTAKSIS
Tampon posterior dengan Kateter Foley
Di samping pemasangan tampon, dapat juga diberi obat-obat
hemostatik. Akan tetapi ada yang berpendapat obat-obat ini
sedikit sekali manfaatnya.
Ligasi arteri dilakukan pada epistaksis berat dan berulang yang
tidak dapat diatasi dengan pemasangan tampon posterior. Untuk
itu pasien harus dirujuk ke rumah sakit.
Komplikasi
Dapat terjadi langsung akibat epistaksis sendiri atau akibat
usaha penanggulangannya. Akibat pemasangan tampon anterior dapat
timbul sinusitis (karena ostium sinus tersumbat), air mata yang
berdarah (bloody tears) karena darah mengalir secara retrograd
melalui duktus nasolakrimalis dan septikemia. Akibat pemasangan
tampon posterior dapat timbul otitis media, haemotympanum, serta
laserasi palatum mole dan sudut bibit bila benang yang dikeluarkan
melalui mulut terlalu kencang ditarik.
Ajat rostaman 03310015 14
EPISTAKSIS
Sebagai akibat perdarahan hebat dapat terjadi syok dan
anemia. Tekanan darah yang turun mendadak dapat menimbulkan
iskemia otak, insufisiensi koroner dan infark miokard dan akhirnya
kematian. Harus segera dilakukan pemberian infus atau transfusi
darah.6
Pencegahan Perdarahan Berulang
Setelah perdarahan untuk sementara dapat diatasi dengan
pemasangan tampon, selanjutnya perlu dicari penyebabnya. Perlu
dilakukan pemeriksaan laboratorium darah lengkap, pemeriksaan
fungsi hepar dan gijal, gula darah, hemostasis,. Pemeriksaan foto polos
atau CT SCAN sinus dicurigai ada sinusitis. Konsul ke Penyakit Dalam
atau Kesehatan Anak bila dicurigai adanya kelainan sistemik.8
Progosis
Sembilan puluh persen kasus epistaksis anterior dapat berhenti
sendiri. Pada pasien hipertensi dengan/tanpa arteriosklerosis, biasanya
perdarahan hebat, sering kambuh dan prognosisnya buruk.6
Ajat rostaman 03310015 15
EPISTAKSIS
BAB III
Kesimpulan
Epistaksis (perdarahan dari hidung) adalah suatu gejala dan
bukan suat penyakit, yang disebabkan oleh adanya suatu kondisi
kelainan atau keadaan tertentu. Epistaksis bisa bersifat ringan sampai
berat yang dapat berakibat fatal. Epistaksis disebabkan oleh banyak
hal, namun dibagi dalam dua kelompok besar yaitu sebab lokal dan
sebab sistemik. Epistaksis dibedakan menjadi dua berdasarkan
lokasinya yaitu epistaksis anterior dan epistaksis posterior. Dalam
memeriksa pasien dengan epistaksis harus dengan alat yang tepat dan
dalam posisi yang memungkinkan pasien untuk tidak menelan
darahnya sendiri.
Prinsip penanganan epistaksis adalah menghentikan
perdarahan, mencegah komplikasi dan mencegah berulangnya
epistaksis. Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk memeriksa pasien
dengan epistaksis antara lain dengan rinoskopi anterior dan posterior,
pemeriksaan tekanan darah, foto rontgen sinus atau dengan CT-Scan
atau MRI, endoskopi, skrining koagulopati dan mencari tahu riwayat
penyakit pasien. Tindakan-tindakan yang dilakukan pada epistaksis
adalah:
Memencet hidung
Pemasangan tampon anterior dan posterior
Kauterisasi
Ligasi (pengikatan pembuluh darah)
Epsitaksis dapat dicegah dengan antara lain tidak memasukkan
benda keras ke dalam hidung seperti jari, tidak meniup melalui hidung
Ajat rostaman 03310015 16
EPISTAKSIS
dengan keras, bersin melalui mulut, menghindari obat-obatan yang
dapat meningkatkan perdarahan, dan terutam berhenti merokok
DAFTAR PUSTAKA
1. Warta Medika. Mimisan atau Epistaksis. Warta Medika [serial
online] 2007 Jul 2[cited 2009 Mar 4] Available from: http://www.wartamedika.com/2007/07/mimisan- atau-epistaksis.html
2. Wikipedia. Epistaxis. Wikipedia 2009 Feb 10 [cited 2009 Feb 28]
Available from: http://en.wikipedia.org/wiki/Epistaxis
3. Schlosser RJ. Epistaxis. New England Journal Of Medicine [serial
online] 2009 feb 19 [cited 2009 feb 28] Available from:
http://content.nejm.org/cgi/content/full/360/8/784
4. Suryowati E. Epistaksis. Medical Study Club FKUII [cited 2009 Mar 1] Available
from:http://fkuii.org/tikidownload_wiki_attachment.php?attId=2175&page=LEM
%20FK%20UII
5. Evans JA. Epistaxis: Treatment & Medication. eMedicines
Specialities 2007 Nov 28 [cited Mar 2] Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/764719-treatment
6. Anias CR. Epistaxis. Otorrhinolaryngology [serial online] cited
2009 Mar 4 Availablefrom
:http://www.medstudents.com.br/otor/otor3.htm
7. Freeman R. Nosebleed. Health Information Home [serial online]
2007 Feb 2 [cited 2009 Mar 4] Available from :
http://my.clevelandclinic.org/disorders/Nosebleed/
hic_Nosebleed_Epistaxis.aspx
8. Iskandar N, Supardi EA. (eds) Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga
Hidung Tenggorokan. Edisi Enam, Jakarta FKUI, 2007, hal. 91,
155-159.
Ajat rostaman 03310015 17
EPISTAKSIS
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR……………………………………………………………………..
i
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………………….ii
BAB
I……………………………………………………………………………………
…..1
Pendahuluan………………………………………………………..
………….1
BAB
II……………………………………………………………………………………
….3
Definisi……………………………………………………………………………
……..3
Vaskularisasi……………………………………………………………………
..……3
Etiologi……………………………………………………………………………
……..4
Sumber
perdarahan…………………………………………………………………6
Gambaran Klinis dan
Pemeriksaan…………………………………………….8
Penatalaksanaan………………………………………………………
………10
Ajat rostaman 03310015 18
EPISTAKSIS
Komplikasi………………………………………………………………
……...14
Pencegahan Perdarahan
Berulang………………………………….….15
Progosis…………………………………………………………………
……….15
BAB III…………………………………………………………………………..
…………16
Kesimpulan……………………………………………………………………..16
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………………..17
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan pada kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa karena berkat rahmat dan karuniaNya, penulis dapat
menyelesaikan refrat “EPISTAKSIS” dalam rangka melengkapi
persyaratan kepaniteraan klinik senior dibagian Ilmu Penyakit Hidung
& Tenggorokan RSUD Dr. RM. Djoelham, Binjai.
Ajat rostaman 03310015 19
EPISTAKSIS
Dalam kesempatan ini, penyusun hendak menyampaikan rasa
terima kasih kepada Dr. Poppy Sartika, Sp. THT-KL dan Dr. Azwan
Mandai, Sp. THT yang telah membimbing dan mengarahkan penulis
selama menjalani program Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Penyakit
Telinga Hidung dan Tenggorokan dalam menyusun refrat ini.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa refrat ini jauh dari
sempurna. Untuk itu lah, saran dan kritik yang membangun paper ini
sangat penyusun harapkan. Semoga laporan kasus ini dapat
bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi pembacanya.
Binjai, Maret 2011
Penyusun
Ajat rostaman 03310015 20