Epistaksis Berulang

33
Epistaksis Berulang Lutfiani Azahra Agustria Anggraeny Malvin Wiraldo Witrisyah Putri

description

epistaksis atau mimisan adalah keluarnya darah dari hidung oleh akibat pecahnya anyaman pembuluh darah di hidung atau dikenal dengaan pleksus kisselbach

Transcript of Epistaksis Berulang

Epistaksis Berulang

Lutfiani AzahraAgustria Anggraeny

Malvin WiraldoWitrisyah Putri

KASUS

Pasien Laki – laki usia 16 tahun, datang dengan keluhan perdarahan di hidung dengan volume banyak. Riwayat trauma (-).

a. Buatlah Anamnesis secara sistematis untuk mengarahkan diagnosis pada pasien

b. Rencana pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis pada pasien

c. Apa diagnosis kerja dan diagnosis bandingd. Gambar dan jelaskan anatomi dari percabangan arteri

carotis

Pasien laki-laki (14 tahun)

Mimisan

RPD &RPS

Pikirkan epidemiologi dan insidensi pada laki-laki remaja:- Juvenile angifibroma?- Trauma?

Trauma. Infeksi. Neopasma. Kelainan kongenital. Kardiovaskular. Kelainan darah.Perubahan tekanan. Faktor endokrin. Infeksi sistemik

-Riwayat mimisan berulang-Kali ini volume darah 100cc

Anamnesis

• Adakah hidung tersumbat?• Perdarahan yang banyak dan berulang?• Hidung berair (rinorea)?• Gangguan penciuman?• Gangguan pendengaran?• Pembengkakan pada palatum?• Adakah demam?

• Adakah penyakit seperti leukemia, trombositopenia, hemofilia?

• Adakah penyakit jantung, hipertensi, kelainan pembuluh darah seperti arteriosklerosis?

• Adakah penyakit diabetes mellitus?• Apakah telah mengkonsumsi obat pengencer

darah?• Apakah ada riwayat trauma?

Pemeriksaan Fisik

• Rinoskopi posterior: massa tumor, konsistensi kenyal, warna bervariasi dari abu-abu sampai merah muda. Bagian tumor yang terlihat di nasofaring biasanya diliputi oleh selaput lendir berwarna keunguan, sedangkan bagian yang meluas ke luar nasofaring berwarna putih atau abu-abu.Usia muda merah muda.Usia tua kebiruan (fibroma>)Kadang ada ulserasi

Pemeriksaan Penunjang

• Radiologi (posisi AP, Lateral, Waters)Dijumpai tanda Holman-Miller pada pemeriksaan x-foto polos berupa lengkungan ke depan dari dinding posterior sinus maksila.Pendorongan prosesus pterigoides ke belakang, sehingga fissura pterigo-palatina melebar.Akan terlihat juga adanya massa jaringan lunak di daerah nasofaring yang dapat mengerosi dinding tulang orbita, arkus zigoma dan tulang di sekitar nassofaring

• CT scan dengan kontrasPerluasan masa tumor serta destruksi tulang ke jaringan sekitarnya.

• MRIUntuk menentukan batas tumor terutama yang sudah meluas ke intrakranial

• BiopsiTidak dilakukan

• Arteriografi arteri karotis eksternaMemperlihatkan vaskularisasi tumor yang biasanya berasal dari cabang a. maksilaris interna homolateral terdorong ke depan sebagai akibat dari pertumbuhan tumor dari posterior ke anterior dan dari nasofaring ke arah fosa pterigimaksila.Massa tumor akan terisi oleh kontras pada fase kapiler dan akan mencapai maksimum setelah 3-6 detik zat kontras disuntikan.

Juvenile Angiofibroma Nasofaring

Diagnosis Banding

• Polip koana• Adenoid hipertrofi• Obstruksi nasal (seperti polip nasal, polip

antrokoana, papiloma inverted)• Polip angiomatosa• Carsinoma nasofaring

Etiologi Epistaksis- Trauma: Ringan (mengorek hidung, mengeluarkan ingus terlalu

keras), berat (terpukul, jatuh, KLL)- Infeksi: rinitis, sinusitis- Neopasma : hemaangioma, karsinoma, angiofibroma- Kelainan kongenital : talangiektasis hemoragik herediter – Osler’s

disease- Kardiovaskular : hipertensi, arteriosklerosis- Kelainan darah : trombositopenia, hemofilia, leukemia, purpura

Henoch Schonlein- Perubahan tekanan: Caisson’s disease- Faktor endokrin : kehamilan, feokromositoma- Infeksi sistemik : DBD, influenza

ANGIOFIBROMA NASOFARING

• Tumor jinak nasofaring yang secara histologik jinak tetapi secara klinis bersifat ganas karena mempunyai kemampuan mendestruksi tulang dan meluas ke jaringan sekitarnya serta sangat mudah terjadi perdarahan yang sulit dihentikan.

Epidemiologi

• Tumor ini jarang ditemukan dan diperkirakan hanya 0,5% dari tumor leher dan kepala. Tumor ini banyak menyerang anak muda terutama remaja pria.

Etiologi

• Idiopatik• Ketidakseimbangan hormonal

Gejala Klinis

• Hidung tersumbat yang bersifat progresif• Epistaksis berulang yang masif pasien

tampak anemis• Rinorea

Diagnosis

• Rinoskopi anterior massa tumor dengan konsistensi kenyal dan warna bervariasi dari abu-abu sampai merah muda, tampak mukosa hipervaskularisasi, bisa tampak perdarahan aktif.

• Histopatologi jaringan tumor berupa fibroblast yang berbentuk stellata dan berada dekat dengan pembuluh darah.

Pemeriksaan Penunjang

• X-ray kepala potongan antero-posterior, lateral, dan waters gambaran “Holman Miller” pendorongan prosesus pterigoides ke belakang CT scan kepala dengan menggunakan zaat kontras

• Angiografi mencari feeding artery (sumber perdarahan)

Staging

• Stadium I : tumor nasofaring• Stadium II : tumor meluas ke rongga hidung

dan atau ke sinus sphenoidalis• Stadium III : tumor meluas ke salah satu atau

lebih sinus maksila atau sinus etmoidalis, fossa pterigomaksila dan infratemporal, rongga mata dan atau pipi.

• Stadium IV : tumor meluas ke rongga intrakranial

Tatalaksana

• Operasi dengan menggunakan beberapa pendekatan:

• Transpalatal• Rinotomi lateral• Rinotomi sublabial• Kombinasi dengan kraniotomi bila sudah

meluas ke intrakranial

• Angiofibroma merupakan satu-satunya tumor yang tidak dilakukan biopsi (kontraindikasi) karena tindakan biopsi akan menyebabkan perdarahan massif.