MAKALAH EPISTAKSIS
description
Transcript of MAKALAH EPISTAKSIS
MAKALAH
epistaksisDisusun Sebagai Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah
Dosen Pengajar : Ibu Sinta Khirsnamurti, S.Kep., Ners
Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Andriyansyah (2120101698)
2. Arum Desi Anggraini (2120101701)
3. Dias Anugrah Pangesti D (2120101707)
4. Dwi Ana Safriliani (2120101708)
5. Fajar Rachmawan (2120101713)
6. Galih Setiyawan (2120101715)
7. Ida Lestari (2120101717)
8. Mediana Ditra Arista (2120101722)
9. Nurjanah (2120101727)
10. Riska Rindi Afriyani (2120101733)
11. Ristiyanti Kartika Dewi (2120101735)
12. Silvia Anita Dwi Cahyani(2120101739)
13. Sri Hartini (2120101742)
Kelas II A
AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO
YOGYAKARTA
2011
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “EPISTAKSIS”
Penulis menyadari bahwa terselsaikan makalah ini adalah berkat bantuan dan
tuntunan-Nya dan tidak lepas pula dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan
ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu
Sinta Khrisnamurti, S. Kep., Ners selaku dosen pembimbing penulis, serta semua pihak yang
membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki, sehingga makalah
ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
akan menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca guna
penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.
Yogyakarta, November 2011
Penulis
1
DAFAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 1
C. Tujuan...................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Epistaksis............................................................................................... 2
B. Tanda dan Gejala Epistaksis................................................................................... 2
C. Etiologi Epistaksis................................................................................................... 2
D. Patofisiologi Epistaksis............................................................................................ 3
E. Komplikasi Epistaksis............................................................................................. 4
F. Penatalaksanaan Epistaksis...................................................................................... 4
G. Diagnosa Keperawatan Epistaksis........................................................................... 6
H. Perencanaan Keperawatan Epistaksis...................................................................... 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................................. 19
.................................................................................................................................
B. Saran........................................................................................................................ 19
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Epistaksis atau perdarahan hidung sering ditemukan sehari-hari, dan hampir 90%
dapat berhenti sendiri. Pada masyarakat awam epistaksis sering disebut sebagai mimisan.
Epistaksis bukan merupakan suatu penyakit, melainkan sebagai gejala dari suatu kelainan.
Perdarahan dari hidung ini bagi sebagian orang merupakan gejala yang sangat
menjengkelkan dan mengganggu. Faktor etiologi harus dicari dan dikoreksi untuk mengobati
epistaksis secara efektif. Perdarahan hidung tampak lebih sering terjadi pada masa awal
kanak-kanak sampai pubertas. Walaupun pada kelompok usia tersebut biasanya tidak serius.
Epistaksis berat atau yang mengancam jiwa tampaknya meningkat dengan bertambahnya usia.
Pada akhirnya, ketika epistaksis tidak tertangani tentunya akan menimbulkan
komplikasi yang kemudian juga bisa menimbulkan kematian. Sehingga berdasarkan
hal tersebut pengetahuan mengenai epistaksis merupakan sebuah hal yang penting.
Maka dari itu penulis tertarik untuk menyusun makalah mengenai epistaksis.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan
masalah “Bagaimana penerapan diagnose keperawatan pada pasien epistaksis?”.
C. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah antara lain: mengetahui
pengertian, tanda dan gejala, etiologi, patofisiologi, komplikasi, penatalaksanaan, dan
diagnose keperawatan dari epistaksis.
1
BAB II
PEMBAHASANA. Pengertian Epistaksis
Epistaksis dibagi menjadi 2 yaitu anterior (depan) dan posterior (belakang). Kasus
epistaksis anterior terutama berasal dari bagian depan hidung dengan asal perdarahan
berasal dari pleksus kiesselbach. Epistaksis posterior umumnya berasal dari rongga
hidung posterior melalui cabang a.sfenopalatina.
Epistaksis anterior menunjukkan gejala klinik yang jelas berupa perdarahan dari
lubang hidung. Epistaksis posterior seringkali menunjukkan gejala yang tidak terlalu jelas
seperti mual, muntah darah, batuk darah, anemia dan biasanya epistaksis posterior
melibatkan pembuluh darah besar sehingga perdarahan lebih hebat.
B. Tanda Dan Gejala Epistaksis
Biasanya epistaksis terjadi tanpa tanda-tanda peringatan. Darah akan mengalir
perlahan-lahan tetapi bebas melalui satu atau kadang-kadang kedua lumen hidung.
Tanda-tanda terjadinya perdarahan hidung antara lain adalah adanya perdarahan
yang keluar dari salah satu atau kedua lubang hidung, penderita sering menelan, dan
penderita merasa ada cairan dibagian belakang hidung dan tengorokan.
C. Etiologi Epistaksis
Penyebab epistaksis pada anak
1. Anak mengorek-orek lubang hidung
2. Adanya peradangan atau iritasi pada hidung
3. Anak yang menderita demam
4. Menghirup bahan-bahan kimian yang menyebabkan iritasi pada mukosa hidung
5. Luka akibat kecelakaan atau terbentur benda keras, dipukul dan dihantam yang
mengenai hidung
6. Infeksi lokal saluran hidung
7. Suhu udara yang terlalu dingin atau terlalu panas yang menyebabkan mukosa hidung
mongering
8. Anak memasukan benda-banda asing ke lubang hidung, dan meniupnya lewat hidung
2
Penyebab epitaksis pada umumnya :
Anterior
1. Infeksi lokalo Vestibulitiso Sinusitis
2. Selaput lendir yang kering pada hidung yang mengalami cederao Trauma, misalnya mengorek hidung, terjatuh, terpukul, adanya benda asing
dihidung, trauma pembedahan atau iritasi oleh gas yang merangsango Patah tulang
3. Penyakit kardiovaskulero Penyempian arteri (arteriosklerosis)o Tekanan darah tinggi
4. Infeksi iskemiko Demem berdarah o Influenzao Morbilio Demam tipoid
5. Kelainan daraho Anemia aplastiko Leukemia o Trombositopeniao Hemofiliao Telangiektasi hemoragik herediter
6. Tumor pada hidung, sinus atau nasofaring, baik jinak maupun ganas7. Gangguan pada endokrin seperti pada kehamilan, menars, monopause8. Pengaruh lingkungan, misalnya perubahan tekanan atmosfir mendadak (seperti pada
penerbang dan penyelam/ penyakit caisson) atau lingkungan yang udaranya sangat dingin.
9. Benda asing da rinolit, dapat menyebabkan mimian ringan disertai ingus berbau busuk10. Idiopatik, biasanya merupakakn mimisan yang ringan dan berulang pada anak dan
remajaD. Patofisiologi Epistaksis
Terdapat banyak pembuluh darah plaksus di rongga hidung, Sekat Rongga hidung ,
dibagian belakang dan bagian depan Terjadi luka Darah mengalir Darah dari
rongga depan menuju rongga hidung sedangkan darah dari belakang menuju tenggorokan
Menyebabkan perdarahan sehingga timbul mual, muntah, batuk darah, dan muntah
3
darah
E. Komplikasi Epistaksis
1. Sinusitis
2. Septahematom
3. Deformitas
4. Aspirasi
5. Krusakan jaringan hidng
6. infeksi
Jika epistaksis tidak berhenti darah dapat masuk ke telinga tengah dan sudut mata,
sehingga menyebabkan TD rendah menurun, jantung berdetak kencang, susah bernafas,
muka pucat, hingga menimbulkan kematian.
F. Penatalaksanaan Epistaksis
Pengobatan
Pengobatan anterior
o Pederita sebaiknya duduk tegak agar tekanna vaskuler berkurang dan mudah membatukkan darah dari tenggorokan
o Epistaksis anterior yang ringan biasanya dihentikan dengan cara menekan cuping hidung selama 5-10 menit
o Jika tindakan ditas tidak mampu menghentikan pendarahan maka dipasang tempo anterior yang telh dibasahi dengan adrenalin dan lidokain aau pantokain untuk menghentikan pendarahan dan mengurangi rasa nyeri
o Setelah pendarahan berhenti, dilakukan penyumbatan sumber pendarahan dengan menyemprotkan larutan perak nitrat 20-30 % ( atau asam tricloracetat 10% ) atau dengan elektrokauter
o Bila denga cara tersebut pendarahan masih terus berlangsung, maka diperlukan pemasanga tampon anterior yang telah diberikan vaselin atau salep antibiotika agar tidak melekat sehingga tidak tejadi pendarahan ulang pada saat tampon dilepaskan. Tampon anterior dimasukan meleui lubang hidung depan, dipasang scara berlapis mulai dari dasar sampai puncak rongga hidung dan harus menekan sumber pendarahan. Tampon dipasang 1-2 hari.
o Jika tidak ada penyakit yang mendasarinya, penyakit tidak perlu dirawat dan diminta lebih banyak duduk serta mengangkat kepalanya sedikit pada malam hari. Penderita lanjut usia harus dirawat.
Epistaksis posterioro Pada epitaksis posterior, sebagian besar darah masuk ke dalam bagian
mulut sehingga pemesangan tampon anterior tidak dapat menghenikan pendarahan
4
o Pendarahan posterior lebih sukar diatasi karena pendarahan biasanya hebat dan sulit melihat bagian belekang dari rongga hidung
o Dilakukan pemesangan tampon posterior ( tampon bellocq), yaitu tampon yang mempunyai 3 helei benang, 1 helei disetiap ujungnya, dan satu helei ditengah. Tampon dipasang selama 2-3 hari disertai dengan pemberian antibiotik per-oranl untuk mencegah infeksi pada sinus ataupun telinga tengah.
o Pada epitaksis yang berat dan berulang, dan tidak dapat diatasi dengan pemasangan tampon, perlu dilakukan pengikatann arteri etmoidalis anterior dan posterior atau arteri maksilaris interna.
o Epitaksis akibat patah tulang atau septum hidung biasanya berlangsung singkat dan berhenti secara spontan, kadang-kadang timbul kembali setelah beberapa jam atau beberapa hari kemudian setelah pembengkakan berulan. Jika hal ini terjadi mungkinperlu dilakukan pembedahan terhadap patah tulang atau pengikatan arteri.
o Pada penderita telengektasis hemoragik herediter ( kelainan bentuk pembuluh darah), epiktaksis yang hebat bisa menyebabkan anemia berat yang tidak mudah dikoreksi dengan pemberian zat besi tambahan. Untuk mengatasi anemia, dilakukan pencangkokan klit ke dalam septum hidung.
5
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
epistaksis
Diagnosa Keperawatan :
1. PK : Perdarahan
2. Risiko Aspirasi
3. Kekurangan volume cairan
4. Kekurangan volume cairan
5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
6. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
6
Posterior
Mual
Muntah
Batuk
Anemia
Nafsu makan
Penurunan intake nutrisi
Penurunan tek. darah
DX:
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari keb. Tubuh
Kekurangan vol . cairan
Pendarahan akut
syokk
Iskemik serebri
Insufisiensi koroner
Infark miokard
DX:
Perkusi jaringan tidak efektif, cardiopulmonal, serebra
Pembuluh darah terbuka
Darah masuk kesaluran nafas bawah
Ceptahematum
Infeksi
Deformitas hitung
DX:
risiko aspirasi
pola napas tdk efektif
pk: sepsis
gangguan konsep diri body image
DX:
Risiko infeksi
DX:
hipertermi
Penurunan vol. darah
Anemia
Tek. Darah turun
kakikardi
7. Bersihan Jalan Nafas tidak efektif Risiko infeksi
H. Perencanaan Keperawatan
1. PK : Perdarahan
Tujuan : Perawat dapat meminimalkan perdarahan dan mencegah komplikasi setelah .
. . x 24 jam dengan criteria hasil :
Tidak terjadi perdarahan
Vital sign normal
Anemis
Intervensi
Monitor keadaan umum pasien
Monitor tanda vital
Monitor jumlah perdarahan pasien
Awas jika terjadi anemi
Kolaborasi dengan dokter mengenai masalah yang terjadi dengan perdarahan :
pemberian tranfusi, medicasi
2. Risiko AspirasiDefinisi: Resiko masknya sekresi gastrointestinal, sekresi orofaring, kotoran atau debu, atau cairan kedalam saluran trakeobronkial.
Faktor Risiko:
Penurunan mortilitas gastrointestinal Pengosongan lambung yang lambat Penurunan refleks muntah Penurunan refleks batuk Pembedahan wajah Trauma wajah Slang gastrointestinal Sfingter esofagus bawah inkompeten Peningkatan residu lambung Peningkatan tekanan intra gastrik Gangguan menelan Memberian medikasi Pembedahan leher Trauma leher Pembedahan mulut Trauma mulut
7
Adanya slang endotrakea Adanya slang trakeostomi Penurunan tingkat kesadaran Situasi yang menghambat elevasi tubuh bagian atas Pemberian makan melalui slang Rahang yang menutup kuat
NOC:
Respiratory status: Ventilation Aspiration control Swallowing status
Kriteria hasil: Klien dapat bernafas engan mudah, tidak irama, frekuensi pernafasan normal Pasien mampu menelan, mengunyah tanpa terjadi aspirasi, dan mampu
melakukan oral hygiene Jalan nafas paten, mudah bernafas, tidak merasa tercekik dan tidak ada suara
nafas abnormal
NIC:
Aspiration precaution
Monitor tingkat kesadaran, reflek batuk dan kemampuan menelan Monitor status paru Pelihara jalan nafas Lakukan suction jika diperlukan Cek nasogastrik sebelum makan Hindari makan kalau residu masih banyak Potong makanan kecilk-kecil Haluskan obat sebelum pemberian Naikkan kepala 30-45 derajat setelah makan
8
DIAGNOSA KEPERAWATAN/MASALAH
KOLABORASI
PERENCANAAN
TUJUAN DAN KRITERIA (NOC)
INTERVENSI (NIC)
Resiko aspirasi b.d batuk dan reflek menelan, penurunan kesadaran, tindakan trakeostomi/endotrakeal/selang gastrointestinal
DO:Peningkatan tekanan dalam lambungElevasi tubuh bagian atasPenurunan tingkat kesadaranPeningkatan residu lambungMenurunnya fungsi sfingter esofagusGangguan menelanNGTPenekanan reflek batuk dan gangguan reflekPenurunan mortilitas gastrointestinal
Kontrol aspirasiIdentifikasi faktor risikoMencegah faktor risikoMemposisikan diri duduk untuk makan/minumMempertahankan konsistensi cairan dan makanan
Pencegahan aspirasi Monitor tingkat kesadaran,
refleks batuk, refleks gag, dan kemempuan menelan
Monitor status pulmoner Monitor jalan nafas Posisikan meninggi 900
Pertahankan suction tersedia ditempat
Berikan makanan dalam porsi kecil
Cek residu dari tube sebelum memberikan makanan
Cegah pemberian makanan jika residu tinggi/banyak
Berikan makanan atau cairan yang dapat diberikan secara bolus
Pertahankan kepela tempat tidur dielevasi 30 sampai 45 menit setelah pemberian makan
3. Kekurangan volume cairan Devinisi : penurunan cairan intavaskular, interstisial, dan atau intraselural. Ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan pada natrium. Batasan karakterisrik :
Perubahan pada status mental
Penurunan pada tekanan darah
Penurunan pada tekanan nadi
Penurunan volume nadi
Penurunan turgor kulit
Penurunan tugor lidah
Penurunan haluaran urin
Penurunan pengisian vena
Membrane mukosa kering
Kulit kering
Peningkatan hematokrit
9
Peningkatan suhu tubuh
Peningkatan frekuensi nadi
Peningkatan konsentrasi urin
Penurunan berat badan tiba-tiba (kecuali pada ruang ke tiga)
Haus
Kelemahan
Faktor yang berhubungan
kehilangan cairan aktif
kegagalan mekanisme regulasi
DIAGNOSA KEPERAWATAN/MASALAH KOLABORASI
PERENCANAANTUJUAN DAN KRITERIA (NOC)
INTERVENSI (NIC)
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan: kehilangan volume cairan secara aktif, kegagalan mekanisme pengaturan, diare
DS :HausDO :Penurunan turgor kulit / lidah Membrane mucosal / kulit keringPeningkatan denyut nadi Penurunan tekanan darahPenurunan tekanan volume /nadiPengisian vena menurunPerubahan status mentalKonsentrasi urin meningkatTemperature tubuh meningkatKehilangan berat badan secara tiba-tibaPenuruan urin out putHMT meningkatkelemahan
NOCFluid balanceKarakteristik :Tekanan darah dbn MAP dbn Tekan venaCentral adekuatPulsasi perifer terabaIntake out put 24 jam seimbangKehausan tidak ada Hidrasi kulit baikMembrane mukosa lembabElektrolit serum dbnKebingungan tidak terjadi
NICManajemen diareIdentifikasi factor-faktor yang memungkinkan timbulnya diare Monitor tanda dan gejala diare Instruksikan keluarga pasien untuk melaporkan setiap episode diareObservasi turgor kulit secara teraturLakukan pemeriksaan kulturDan ensitivitas fasesEvaluasi obat-obatan terhadap efek samping gastrointestinalAjarkan pasian atau keluarga untuk meminum obat diare dengan tepatEvaluasi catatan asupan nutrisiMonitor kulit di area perineal terhadap iritasi dan ulserasiUkur keluaran fesesBerikan diit rendah serat, tinggi protein, dan tinggi kaloriInstruksikan larangan mengkonsumsi laksatif
4. Gangguan Citra TubuhDefinisi :konfusi dalam gambaran mental fisik diri individu
10
PERENCANAANTUJUAN DAN KRITERIA (NOC) INTERVENSI (NIC)
Setelah perawatan ,klien mempunyai gambaran tubuh yang positifKriteria hasil:
Klien mampu menerima adanya perubahan pada tubuhnya
Klien menyatakan puas dengan gambaran tubuhnya
Klien menyatakan puas dengan fungsi tubuhnya
Klien mampu menyesuaikan diri dengan perubahanfungsi tubuhnya
Klien menyatakan keinginanya untuk menggunakan strategi untuk meningkatkan penampilan dan fungsi tubuhnya
Peningkatan gambaran tubuh (body image enhancement) :
Tentukan gambaran tubuh yang diinginkan pasien sesuai dengan tingkat perkembanganya
Gunakan penjelasan untuk mengantisipasi dan menyiapkan pasien menerima perubahan gambaran tubuh yang dipredisikan
Ajak pasien untuk mendiskusikan perubahan yang terjadi karena proses penyakit atau pembedahan
Bantu pasien mengungkapkan perubahan gambaran tubuh atau fungsi tubuh saat ini
Bantu pasien untuk memisahkan antara perubahan gambaran tubuh dengan rasa tidak berharga
Bantu pasien mengungkapkan pengaruh pergaulan kelompok (peer group) terhadap keadaan tubuh pasien saat ini
Dorong pasien untuk mendiskusikan stressor yang mempengaruhi gambaran tubuh akibat keadaan kogenital,injuri,penyakit atau pembedahan
Identifikasi kebudayaan,agama,ras,gender,dan usia pasien yang mempengaruhi gambaran tubuh
Monitor statemen berulang yang mengkritik diri
Monitor statemen berulang yang mengidentifikasi presepsi gambaran tubuh
Tentukan apakah perubahan gambaran tubuh berontribusi meningkatkan isolasi sosial
Dorong pasien mengidentifikasi bagian tubuh yang paling disukai
Dorong pasien mengidentifikasi tindakan yang tepat meningkatkan penampilan
5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
11
Definisi : penurunan sirkulasi darah ke perifer yang dapat mengganggu kesehatan
Batasan Karakteristik
Tidak ada nadi
Perubahan fungsi motorik
Perubahan karakteristik kulit ( warna, elastisitas, rambut, kelembaban,
kuku, sensasi, suhu)
Perubahan tekanan darah di ekstermitas
Klaudikasi
Warna tidak kembali ke tungkai saat tungkai diturunkan
Kelambatan penyembuhan lika perifer
Penurunan nadi
Edema
Nyeri ekstermitas
Parestesia
Warna kulit pucat saat elevasi
Faktor yang berhubungan
Defisiensi pengetahuan tentang faktor pemberat ( mis., merokok, gaya
hidup kurang gerak, trauma, obesitas, asupan garam, imobilitas )
Defisiensi pengetahuan tentang proses penyakit ( mis., diabetes,
hiperlipidemia )
Diabetes militus
Hipertensi
Gaya hidup kurang gerak
Merokok
DIAGNOSA
KEPERAWATAN /
MASALAH
PERENCANAAN
TUJUAN DAN
KRITERIA ( NOC )
INTERVENSI ( NIC )
12
KOLABORASI
Ketidakefektifan
perfusi jaringan b.d
penurunan Hb,
ketidakseimbangan
ventilasi dengan
aliran darah
NOC :
Status perfusi
jaringan perifer dan
cerebral
Kriteria :
Pengisisan capilary
refil
Ketakutan pulsasi
perifer distal
Ketakutan pulsasi
perifer proksimal
Kesimetrisan
pulsasi perifer
proksimal
Tingkat sensasi
normal
Warna kulit normal
Suhu kulit hangat
Tidak ada edema
perifer
Tidak ada nyeri
pada ekstermitas
Status sirkulasi
Kriteria
Tekanan darah
dalam batas normal
( dbn )
Kekuatan nadi
dalam batas normal
Rata –rata tekanan
darah dalam batas
normal
NIC :
1. Perawatan Sirkulasi
Kegiatan :
Cek nadi perifer
Catat warna kulit dan
temperatur
Cek capilery refill
Catat prosentase edema
terutama di ekstermitas
Jangan mengelevasi tangan
melebihi jantung
Jaga kehangatan klien elevasi
ekstermitas yang edema jika
dianjurkan, pastikan tidak ada
tekanan di tumit
Monitor status cairan,
masukan dan keluaran yang
sesuai monitor lab Hb dan
Hmt
Monitor perdarahan
Monitor status hemodinamik,
neurologis dan tanda vital
2. Monitor tanda vital
Kegiatan :
Monitor tekanan darah, nadi,
suhu dan RR
Catat adanaya fluktuasi
tekanan darah
Monitor tekanan darah saat
klien berbaring, duduk dan
berdiri
Ukur tekanan darah pada
13
Tekana vena
sentral dalam batas
normal
Tidak ada
hipotensi
ortostastik
Tidak ada bunyi
jantung tambahan
Tidak ada angina
Tidak ada
hipotensi otostatik
AGD dalam batas
normal
Perbedaan O2
arteri dan vena
dalam batas
normal
Tidak ada suara
nafas tambahan
Kekuatan pulsasi
perifer
Tidak ada
pelebaran vena
Tidak ada edema
perifer
Status kognitif
kedua lengan dan bandingkan
Monitor TD, nadi RR,
sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
Monitor frekuensi dan iranma
jantung
Monitor bunyi jantung
Monitor frekuensi dan irama
pernafasan
Monitor suara paru
Monitor suara nafas abnormal
Monitor suhu, warna dan
kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
3. Monitor Status Neurologi
Kegiatan :
Monitor ukuran, bentuk,
kesimetrian dan reaksi pupil
Monitor tingkat kesadaran
Monitor tingkat orientasi
Monitor GCS
Monitor tanda vital
Monitor respon pasien
terhadap pengobatan
6. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
KETIDAKSEIMBANGA
N NUTRISI: KURANG
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan
MONITOR NUTRISI
Berat badan pasien
14
DARI KEBUTUHAN
TUBUH
Definisi: keadaan dimana
individu mengalami intake
nutrisi yang kurang dari
kebutuhan tubuh untuk
memenuhi kebutuhan
metabolik
Faktor yang
berhubungan:
Ketidakmampuan
menelan
Penyakit kronik
Intoleransi makanan
Kesulitan mengunyah
Mual
Muntah
Hilang nafsu makan
selama .......x24 jam status
nutrisi pasien normal
dengan indikator :
Intake nutrien normal
Intake makanan dan
cairan normal
Berat badan normal
Massa tubuh normal
Pengukuran biokimia
normal
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan
selama .......x24 jam status
nutrisi: intake nutrient
pasien adekuat dengan
indikator :
intake kalori
intake protein
intake lemak
intake karbohidrat
intake vitamn
intake mineral
intake zat besi
intake kalsium
dalam batas normal
Monitor adanya
penurunan berat badan
Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakuakn
Monitor interaksi anak
dan orang tua selama
makan
Monitor lingkungan
selama makan
Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak selama
jam makan
Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan,
rambut kusam, total
protein, Hb dan kadar Ht
Monitor makanan
kesukaan
Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
Monitor pucat,
kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
Monitor kalori dan
intake nutrisi
Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oval
Catat jika lidah berwarna
15
megenta, scarlet
MANAJEMEN NUTRISI
Kaji adanya alergi makanan
Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien
Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe
Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein dan
vitamin C
Berikan subtansi gula
Yakinkan diet yang
dimakan mengandung
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Berikan makanan yang
terpilih (sudah
dikonsultasikan dengan ahli
gizi)
Ajarkan pasien
bagaimana membuat
catatan makanan harian
Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
Berikan informasi
tentang kebutuhan nutrisi
7. Bersihan Jalan Nafas tidak efektif
16
Tujuan : Bersihan jalan nafas menjadi efektif
Kriteria : Frekuensi nafas normal, tidak ada suara nafas tambahan, tidak menggunakan otot pernafasan tambahan, tidak terjadi dispnoe dan sianosis
No. Intervensi Rasional1 2 31 Mandiri
Kaji bunyi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada.
Catat kemampuan mengeluarkan mukosa/batuk efektif
Penurunan bunyi nafas dapat menyebabkan atelektasis, ronchi dan wheezing menunjukkan akumulasi sekret
Sputum berdarah kental atau cerah dapat diakibatkan oleh kerusakan paru atau luka bronchial
· Berikan posisi fowler atau semi fowler tinggi
Bersihkan sekret dari mulut dan trakea
Pertahankan masuknya cairan sedikitnya sebanyak 250 ml/hari kecuali kontraindikasi
Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasan
Mencegah obstruksi/aspirasi
Membantu pengenceran sekret
1 2 32 Kolaborasi
Berikan obat sesuai dengan indikasi mukolitik, ekspektoran, bronkodilator
Mukolitik untuk menurunkan batuk, ekspektoran untuk membantu memobilisasi sekret, bronkodilator menurunkan spasme bronkus dan analgetik diberikan untuk menurunkan ketidaknyamanan
8. Risiko infeksi :Definisi : peningkatan risiko masuknya organisme patogen
Perencanaan Tujuan dan kreteria (noc) Intervensi (nic)Noc:
Kontrol nyeri Mengenali faktor penyebab Mengeneli lamanya (onset) sakit Menggunakan Metode non-analgetik
Nic : Menejemen nyeri Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
17
untuk mengurangi nyeri Menggunakan anagetik sesuai
kebutuhan
Tingkat nyeri Aetelah dilakukan selama....jam/hari,
pasien akan menunjukan tingkat nyeri berkurang atau hilang.
Karakteristik : Frekuensi nyeri Ekspresi nyeri pada wajah Posisi tubuh protektif Ketegangan otot Perubahan pada frekuensi pernapasan Perubahan tekanan darah Perubahan nadi ( heat rate)
Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
Gunakan tehnik komunikasi teraupetik untuk mengetahui pengalaman nyeri
Kaji kultur yang mempengarui respos nyeri
Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi Ajarkan tentang tehnik non
farmakologi Berikan analgetik sesuai resep Evaluasi keefektifan kontrol nyeri Tingkatkan istirahat Kolaburasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Epistaksis merupakan perdarahan yang terjadi pada rongga hidung, ditandai dengan adanya darah yang keluar dari rongga hidung dan merasa terdapat cairan yang mengalir dari rongga hidung dan tenggorokan. Penyebab diantaranya dikarenakan Infeksi local, Selaput lendir yang kering pada hidung yang mengalami cedera,
18
Penyakit kardiovaskuler, Infeksi iskemik dan Kelainan darah sehingga dapat menimbulkan komplikasi seperti infeksi, deformitas, dan kerusakan jaringan. Epistaksis dapat menyebabkan kematian apabila darah masuk ke telinga bagian tengah dan sudut mata yang memengaruhi detak jantung dan menimbulkan kematian.
B. Saran
19