ENDOMETRIOSIS

10
BAB I PENDAHULUAN Endometrium adalah lapisan epitel yang melapisi rongga rahim. Permukaannya terdiri atas selapis sel kolumnar yang bersilia dengan kelenjar sekresi mukosa rahim yang berbentuk invaginasi ke dalam stroma selular. Kelenjar dan stroma mengalami perubahan yang siklik, bergantian antara pengelupasan dan pertumbuhan baru setiap sekitar 28 hari. Ada 2 lapisan : yaitu lapisan fungsional letaknya superficial yang akan mengelupas setiap bulan dan lapisan basal tempat lapisan fungsional berasal yang tidak ikut mengelupas. Epitel lapisan fungsional menunjukkan perubahan proliferasi yang aktif setelah periode haid sampai terjadi ovulasi, kemudian kelenjar endometrium mengalami fase sekresi. Kerusakan yang permanen lapisan basal akan menyebabkan amenore. Kejadian ini dipakai sebagai dasar teknik ablasi endometrium untuk pengobatan menorragi. Perubahan normal dalam histology endometrium selama siklus haid di tandai dengan perubahan sekresi dari

description

Endometrium adalah lapisan epitel yang melapisi rongga rahim. Permukaannya terdiri atas selapis sel kolumnar yang bersilia dengan kelenjar sekresi mukosa rahim yang berbentuk invaginasi ke dalam stroma selular. Kelenjar dan stroma mengalami perubahan yang siklik, bergantian antara pengelupasan dan pertumbuhan baru setiap sekitar 28 hari.

Transcript of ENDOMETRIOSIS

DEFINISI

BAB I

PENDAHULUAN

Endometrium adalah lapisan epitel yang melapisi rongga rahim. Permukaannya terdiri atas selapis sel kolumnar yang bersilia dengan kelenjar sekresi mukosa rahim yang berbentuk invaginasi ke dalam stroma selular. Kelenjar dan stroma mengalami perubahan yang siklik, bergantian antara pengelupasan dan pertumbuhan baru setiap sekitar 28 hari.

Ada 2 lapisan : yaitu lapisan fungsional letaknya superficial yang akan mengelupas setiap bulan dan lapisan basal tempat lapisan fungsional berasal yang tidak ikut mengelupas. Epitel lapisan fungsional menunjukkan perubahan proliferasi yang aktif setelah periode haid sampai terjadi ovulasi, kemudian kelenjar endometrium mengalami fase sekresi. Kerusakan yang permanen lapisan basal akan menyebabkan amenore. Kejadian ini dipakai sebagai dasar teknik ablasi endometrium untuk pengobatan menorragi.

Perubahan normal dalam histology endometrium selama siklus haid di tandai dengan perubahan sekresi dari hormone steroid ovarium. Jika endometrium terus terpapar oleh stimulasi estrogen, endogen, atau eksogen akan menyebabkan hiperplasi. Hiperplasi yang benigna bisa berubah menjadi maligna.

Perubahan endometrium di control oleh siklus ovarium. Rata-rata siklus 28 hari dan terdiri atas (1.) Fase folikular (2.) ovulasi (3.) pasca ovulasi atau fase luteal. Jika siklus nya memanjang, fase folikular nya memanjang, sedangkan fase luteal nya tetap 14 hari.

Siklus haid normal karena (1.) adanya hypothalamus-pituitary-ovarium endocrine axis, (2.) adanya respon folikel dalam ovarium, (3.) fungsi uterus.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. DEFINISI

Endometritis adalah peradangan yang terjadi pada endometrium, yaitu lapisan sebelah dalam pada dinding rahim yang terjadi akibat infeksi.

Terdapat berbagai tipe endometritis, yaitu:

1. endometritis post partum (radang dinding rahim sesudah melahirkan),

2. endometritis sinsitial (peradangan dinding rahim akibat tumor jinak disertai sel sintitial dan trofoblas yang banyak),

3. endometritis tuberkulosa (peradangan pada dinding rahim endometrium dan tuba fallopi biasanya akibat Mycobacterium tuberculosis.

B. ETIOLOGIMikroorganisme yang menyebabkan endometritis diantaranya

-Campylobacter foetus Brucella sp.- Vibrio sp.

-Trichomonas foetus Endometritis juga dapat diakibatkan oleh bakteri oportunistik spesifik seperti Corynebacterium pyogenes, Eschericia coli dan Fusobacterium necrophorum. C. EPIDEMIOLOGI

Insiden bervariasi tergantung pada rute pengiriman dan populasi pasien. Setelah melahirkan melalui vagina, insiden adalah 1-3%. Setelah kelahiran sesar berkisar antara kejadian, 13-90%, tergantung pada faktor risiko dan apakah antibiotik profilaksis perioperatif telah diberikan.

endometritis dapat terjadi di hingga 70-90% dari kasus didokumentasikan salpingitis.

D. PATOGENESISRahim merupakan organ yang steril sedangkan di vagina terdapat banyak mikroorganisme oportunistik. Mikroorganisme dari vagina ini dapat secara asenden masuk ke rahim terutama pada saat perkawinan atau melahirkan. Bila jumlah mikroorganisme terlalu banyak dan kondisi rahim mengalami gangguan maka dapat terjadi endometritis . Kejadian endometritis kemungkinan besar terjadi pada saat kawin suntik atau penanganan kelahiran yang kurang higienis, sehingga banyak bakteri yang masuk, seperti bakteri non spesifik (E. coli, Staphilylococcus, Streptococcus dan Salmonella), maupun bakteri spesifik (Brucella sp, Vibrio foetus dan Trichomonas foetus. E. Gejala KlinisGejala klinis endometritis yaitu

1. Lendir vagina yang berwarna keputihan sampai kekuningan yang berlebihan

2. Rahim membesar

3. Penderita dapat nampak sehat, walaupun dengan lendir vagina yang kekuningan dan dalam rahimnya tertimbun cairan.

4. Pengaruh endometritis terhadap kesuburan dalam jangka pendek adalah menurunkan kesuburan 5. Jangka panjang endometritis menyebabkan gangguan reproduksi karena terjadi perubahan saluran reproduksi.

6. Nyeri yg samar-samar pada perut bagian bawah F. PENEGAKAN DIAGNOSISDiagnosis biasanya didasarkan pada temuan klinis.* Demam* Lower sakit perut* Lokhia berbau busuk dalam populasi obstetri* Abnormal pendarahan vagina* Abnormal discharge vagina* Dispareunia (mungkin hadir pada pasien dengan penyakit panggul [inflamasi PID])* Disuria (mungkin hadir pada pasien dengan PID)* Malaise

Pemeriksaan Fisik* Demam, biasanya terjadi dalam 36 jam setelah melahirkan, pada populasi obstetri* Lower sakit perut* Uterine kelembutan* Adnexal kelembutan jika ada salpingitis terkait* Lokhia berbau busuk

G. DiagnosisEndometritis dapat terjadi secara klinis dan subklinis. Diagnosis endometritis dapat didasarkan :-.Riwayat kesehatan,

-.Pemeriksaan rektal, -.Pemeriksaan vaginal -.Biopsi. Pemeriksaan vaginal dapat dilakukan dengan menggunakan vaginoskop dengan melihat adanya lendir, lubang leher rahim (serviks) agak terbuka dan kemerahan di daerah vagina dan leher rahim. Pada palpasi per rektal akan teraba dinding rahim agak kaku dan di dalam rahim ada cairan tetapi tidak dirasakan sebagai fluktuasi (tergantung derajat infeksi)H. Terapi1.Pemberian antibiotik sesuai hasil kultur hapusan vagina.2.Oksitosin juga diberikan untuk meningkatkan kontraksi uterus.3.Penambahan cairan diperlukan untuk menghindari dehidrasi akibat peningkatan suhu tubuh.4.Afterpain dan nyeri abdomen diatasi dengan pemberian analgesic.5.Duduk pada posisi fowler dan berjalan akan membantu drainase lochia untuk mencegah bendungan sekret yang terinfeksi.6.Ibu dianjurkan untuk mencuci tangan dengan teknik yang benar setelah mengganti pembalut harus memakai sarung tangan dan senantiasa mencuci tangan baik sebelum maupun sesudahnya.I. Pencegahan dan penanganan1. Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi dan kelemahan serta mengobati penyakit-penyakit yang diderita ibu. 2. Pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu. 3. Koitus pada hamil tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan dilakukan hati-hati karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban. Kalau ini terjadi infeksi akan mudah masuk dalam jalan lahir. Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama/menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut.

4. Menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin.

5. Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam maupun perabdominam dibersihkan, dijahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas.

6. Mencegah terjadinya perdarahan banyak, bila terjadi darah yang hilang harus segera diganti dengan tranfusi darah. 7. Semua petugas dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan mulut dengan masker; yang menderita infeksi pernafasan tidak diperbolehkan masuk ke kamar bersalin. 8. Alat-alat dan kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus suci hama. 9. Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi dengan sterilisasi yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah.

J. Prognosis

Prognosis baik bila pasien mendapat penanganan yang tepat

BAB III

KESIMPULAN

1. Endometritis adalah peradangan yang terjadi pada endometrium, yaitu lapisan sebelah dalam pada dinding rahim yang terjadi akibat infeksi.

2. Penyebab endometritis adalah :

-Campylobacter foetus Brucella sp.

- Vibrio sp.

-Trichomonas foetus

3.Terapi endometritis, dapat dilakukan melalui pemberian antibiotik sistemik, irigasi rahim, pemberian hormon estrogen untuk menginduksi respon rahim, dan injeksi prostaglandin untuk menginduksi uterus.

DAFTAR PUSTAKA

1. Morgan Geri & Hamilton Carole, Panduan Praktis Obstetri & Ginekologi, hal 347-350

2. Sofoewan M. Sulchan, Ilmu Kebidanan Sarwono Edisi IV, Endometrium dan desidual. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawiro Harjo; 2008. Hal 130-131