188469579 Referat Endometriosis

45
ENDOMETRIOSIS I. PENDAHULUAN Angka kejadian endometriosis cenderung meningkat setiap tahun, walaupun data pastinya belum dapat diketahui. Menurut Jacob (2007), angka kejadian di Indonesia belum dapat diperkirakan karena belum ada studi epidemiologik, tapi dari data temuan di rumah sakit, angkanya berkisar 13,6-69,5% pada kelompok infertilitas. Bila presentase tersebut dikaitkan dengan jumlah penduduk sekarang, maka di negeri ini akan ditemukan sekitar 13 juta penderita endometriosis pada wanita usia produktif. Kaum perempuan tampaknya perlu mewaspadai penyakit yang seringkali ditandai dengan nyeri hebat pada saat haid (Widhi, 2007). 1,4 Penyebab endometriosis dapat disebabkan oleh kelainan genetik, gangguan sistem kekebalan yang memungkinkan sel endometrium melekat dan berkembang, serta pengaruh-pengaruh dari lingkungan. Sumber lain menyebutkan bahwa pestisida dalam makanan dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormon. Faktor-faktor lingkungan seperti pemakaian wadah plastik, microwave, dan alat memasak dengan jenis tertentu dapat menjadi penyebab endometriosis. 1,4,5 1

description

referat

Transcript of 188469579 Referat Endometriosis

Page 1: 188469579 Referat Endometriosis

ENDOMETRIOSIS

I. PENDAHULUAN

Angka kejadian endometriosis cenderung meningkat setiap tahun,

walaupun data pastinya belum dapat diketahui. Menurut Jacob (2007), angka

kejadian di Indonesia belum dapat diperkirakan karena belum ada studi

epidemiologik, tapi dari data temuan di rumah sakit, angkanya berkisar 13,6-

69,5% pada kelompok infertilitas. Bila presentase tersebut dikaitkan dengan

jumlah penduduk sekarang, maka di negeri ini akan ditemukan sekitar 13 juta

penderita endometriosis pada wanita usia produktif. Kaum perempuan

tampaknya perlu mewaspadai penyakit yang seringkali ditandai dengan nyeri

hebat pada saat haid (Widhi, 2007).1,4

Penyebab endometriosis dapat disebabkan oleh kelainan genetik,

gangguan sistem kekebalan yang memungkinkan sel endometrium melekat dan

berkembang, serta pengaruh-pengaruh dari lingkungan. Sumber lain

menyebutkan bahwa pestisida dalam makanan dapat menyebabkan

ketidakseimbangan hormon. Faktor-faktor lingkungan seperti pemakaian

wadah plastik, microwave, dan alat memasak dengan jenis tertentu dapat

menjadi penyebab endometriosis.1,4,5

Penyakit endometriosis umumnya muncul pada usia produktif. Angka

kejadian endometriosis mencapai 5-10% pada wanita umumnya dan lebih 50%

terjadi pada wanita perimenopause. Gejala endometriosis sangat tergantung

pada letak sel endometrium ini berpindah. Yang paling menonjol adalah

adanya nyeri pada panggul, sehingga hampir 71-87% kasus didiagnosa akibat

keluhan nyeri kronis hebat pada saat haid, dan hanya 38% yang muncul akibat

keluhan infertil. Tetapi ada juga yang melaporkan pernah terjadi pada masa

menopause dan bahkan ada yang melaporkan terjadi pada 40% pasien

histerektomi (pengangkatan rahim). Selain itu juga, 10% endometriosis ini

dapat muncul pada mereka yang mempunyai riwayat endometriosis dalam

keluarganya. 1,4,5

II. DEFINISI

1

Page 2: 188469579 Referat Endometriosis

Endometriosis didefinisikan sebagai adanya jaringan endometrium yang

tumbuh diluar dari jaringan uterus. Endometriosis ini dapat ditemukan di antara

serabut otot miometrium (adenomiosis atau endometriosis uteri) atau di

berbagai lokasi di rongga panggul. Daerah yang paling sering terkena adalah

organ pelvis dan peritoneum, walaupun daerah lain bisa terkena. Endometriosis

dapat muncul, namun sangat jarang, pada wanita postmenopause, dan biasanya

terjadi pada wanita usia reproduktif.1,2

Gambar 1. Lokasi yang sering ditemukan adanya endometriosis

(Dikutip dari kepustakaan 3)

Manifestasi klinisnya dapat berupa lesi, biasanya didapatkan pada

permukaan peritoneum dari organ reproduksi, tetapi dapat juga muncul

didaerah mana saja di tubuh wanita (gambar 1). Ukuran dari lesi sangat

bervariasi mulai dari mikroskopik hingga massa invasif yang luas yang

mengikis bagian dalam organ dan menyebabkan perlengketan luas. Pada

beberapa kasus endometriosis dapat berupa asimptomatik, dapat pula

menimbulkan gejala nyeri pinggang bahkan sampai infertilitas. Dampak

psikologis dari rasa nyeri hebat yang terjadi semakin bertambah akibat

2

Page 3: 188469579 Referat Endometriosis

pengaruh penyakit ini terhadap fertilitas pasien. Penyakit ini tak pernah

sembuh sempurna dan terapi ditujukan untuk penekanan lesi secara medis

(medical supression) – maupun secara pembedahan (surgical excision) untuk

meringankan keluhan penderita1,2

III. INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI

Insiden endometriosis sulit untuk dinilai, kebanyakan wanita dengan

penyakit ini seringkali tanpa gejala, dan modalitas pencitraan memiliki

sensitivitas rendah untuk diagnosis. Wanita dengan endometriosis umumnya

tidak menunjukkan gejala, subfertil, atau menderita berbagai tingkat nyeri

panggul. Metode utama dari diagnosis adalah laparoskopi, dengan atau tanpa

biopsi untuk diagnosis histologis (Kennedy, 2005; Marchino, 2005). Dengan

menggunakan standar ini, peneliti telah melaporkan kejadian tahunan

endometriosis menjadi 1,6 kasus per 1.000 perempuan berusia antara 15 dan

49 tahun (Houston, 1987). Pada wanita tanpa gejala, prevalensi endometriosis

berkisar 2% - 22%, tergantung pada populasi yang diteliti (Eskenazi, 1997;

Mahmood, 1991; Moen, 1997). Namun, karena kaitannya dengan infertilitas

dan nyeri pelvis, endometriosis terutama lebih menonjol pada sub-populasi

perempuan dengan keluhan ini. Pada wanita infertil, prevalensi telah

dilaporkan antara 20% sampai 50% dan pada mereka dengan nyeri panggul,

40%sampai 50%.3

Endometriosis selama kurang lebih 30 tahun terakhir ini terjadi

peningkatan angka kejadian. Angka kejadian antara 5-15% dapat ditemukan di

antara semua operasi pelvik. Endometriosis jarang terjadi pada orang negro,

dan lebih sering didapatkan pada wanita-wanita dari golongan sosio-ekonomi

tinggi. Yang menarik perhatian adalah bahwa endometriosis lebih sering

ditemukan pada wanita yang belum menikah pada usia muda, dan yang tidak

mempunyai banyak anak. Rupanya fungsi ovarium secara klinis yang terus

menerus tanpa diselingi kehamilan, memegang peranan dalam terjadinya

endometriosis.4

3

Page 4: 188469579 Referat Endometriosis

Setiap tahunnya angka kejadian endometriosis terus bertambah, dan

hingga saat ini diperkirakan ada 70 juta penderita penyakit ini. Di Amerika

Serikat, diperkirakan lebih dari 7 juta wanita mengidap endometriosis. Angka

kejadian di Indonesia  belum dapat diperkirakan karena belum ada studi

epidemiologik, tapi dari data temuan di rumah sakit, angkanya berkisar 13,6-

69,5% pada kelompok infertilitas. Bila persentase tersebut dikaitkan dengan

jumlah penduduk sekarang, maka di negeri ini akan ditemukan sekitar 13 juta

penderita endometriosis pada wanita usia produktif.5

IV. ANATOMI

A. Uterus

Uterus adalah suatu struktur otot yang cukup kuat, bagian luarnya ditutupi

oleh peritoneum sedangkan rongga dalamnya dilapisi oleh mukosa uterus.

Dalam keadaan tidak hamil, uterus terletak dalam rongga panggul di antara

kandung kemih dan rektum. Uterus berbentuk seperti buah pear, mempunyai

rongga yang terdiri dari tiga bagian besar, yaitu: badan uterus (korpus uteri),

leher uterus (serviks uteri), dan rongga uterus (kavum uteri). Bagian uterus

antara kedua pangkal tuba, yang disebut fundus uteri, merupakan bagian

proksimal uterus. Serviks uteri terbagi atas dua bagian yaitu pars supravaginal

dan pars vaginal. Bagian uterus antara serviks uteri dan korpus disebut ismus

atau segmen bawah uterus, bagian penting dalam kehamilan dan persalinan

karena akan mengalami peregangan.6

Dinding uterus secara histologik terdiri atas tiga lapisan: lapisan serosa

(lapisan peritoneum), lapisan otot (lapisan miometrium), lapisan mukosa

(endometrium). Posisi dan letak uterus dalam rongga panggul terfiksasi dengan

baik karena disokong dan dipertahankan oleh: tonus uterus sendiri, tekanan

intra abdominal, otot-otot dasar panggul, dan ligamen-ligamen seperti

ligamentum kardinal kanan dan kiri, ligamentum sakrouterina, ligamentum

rotundum, ligamentum latum, dan ligamentum infundibulopelvikum.6

4

Page 5: 188469579 Referat Endometriosis

Pada uterus selaput yang melapisi permukaan dalam miometrium disebut

endometrium. Endometrium ini mempunyai tiga fungsi penting, yaitu sebagai

tempat nidasi, tempat terjadinya proses haid, dan sebagai petunjuk gangguan

fungsional dari steroid seks. Pada usia reproduksi dan dalam keadaan tidak

hamil, endometrium mengalami berbagai perubahan siklik yang berkaitan

dengan aktivitas ovarium. Endometrium terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan

basal dan lapisan fungsional. Dibawah pengaruh estrogen, lapisan fungsional

akan berploriferasi dan di bawah pengaruh estrogen dan progesteron lapisan itu

akan mengalami sekresi. Bila terjadi fertilisasi dan implantasi, maka dari

lapisan ini akan dibentuk desidua, dan bila tidak, akan timbul haid lagi.4

Gambar 2. Uterus

(Dikutip dari kepustakaan 7)

B. Ovarium

5

Page 6: 188469579 Referat Endometriosis

Gambar 3. Ovarium

(Dikutip dari kepustakaan 3)

Terdapat dua ovarium di tubuh wanita, masing-masing di kiri dan kanan

uterus, dilapisi mesovarium dan tergantung di belakang ligamentum latum.

Bentuknya seperti buah almon, sebesar ibu jari tangan berukuran 2,5-5cm x

1,5-2 cm x 0,6-1 cm. Ovarium ini posisinya ditunjang oleh mesovarium,

ligamentum ovarika, dan ligamentum infundibulopelvikum.6

Menurut strukturnya ovarium terdiri dari: korteks dan medulla. Korteks

atau zona parenkimatosa terdiri dari tunika albuginea, yaitu epitel kubik,

jaringan ikat, stroma, folikel primordial, dan folikel de Graaf. Medulla atau

zona vaskulosa terdiri dari stroma berisi pembuluh darah, serabut saraf, dan

otot polos.Pada wanita diperkirakan sekitar 100 ribu folikel primer. Pada masa

reproduktif, tiap bulan satu folikel atau terkadang dua folikel akan matang.

Fungsi ovarium yang utama adalah menghasilkan sel telur, menghasilkan

hormon progesteron dan estrogen serta berperan dalam proses siklus haid.6

6

Page 7: 188469579 Referat Endometriosis

Gambar 4. Siklus Haid

(Dikutip dari Kepustakaan 3)

Siklus haid dapat dibedakan atas dua, yaitu:4

Siklus Ovarium

1. Fase Folikular

Siklus diawali dengan hari pertama menstruasi atau terlepasnya

endometrium. FSH merangsang pertumbuhan beberapa folikel primordial

dalam ovarium. Umumnya, hanya satu yang terus berkembang dan menjadi

folikel de Graaf dan yang lainnya berdegenerasi. Folikel terdiri dari sebuah

ovum dan dua lapisan sel yang mengelilinginya. Lapisan dalam, yaitu sel-sel

granulosa mensintesis progesteron yang disekresi ke dalam cairan folikular

selama paruh pertama siklus menstruasi dan bekerja sebagai prekursor pada

sintesis estrogen oleh lapisan sel teka interna yang mengelilinginya. Estrogen

disintesis dalam sel-sel lutein pada teka interna. Di dalam folikel, oosit primer

mulai menjalani proses pematangannya. Pada waktu yang sama, folikel yang

7

Page 8: 188469579 Referat Endometriosis

sedang berkembang mensekresi estrogen lebih banyak. Peningkatan estrogen

memberikan umpan balik positif terhadap pusat siklik untuk menekan produksi

FSH, sehingga lobus anterior hipofisis dapat mengeluarkan hormon

gonadotropin yang kedua, yakni LH (Luteinizing Hormone).4

2. Fase Ovulasi

Estrogen merupakan faktor utama yang berperan pada ovulasi.

Peningkatan jumlah estrogen mengakibatkan feed back positif ke hipofisis

anterior untuk menghasilkan LH. Sekresi LH terjadi perlahan-lahan pada hari

ke-8 hingga 12, dan semakin cepat di atas hari 12. Di bawah pengaruh LH,

folikel de Graaf menjadi lebih matang mendekati permukaan ovarium dan

kemudian terjadilah ovulasi.4

Pada ovulasi ini kadang-kadang terdapat perdarahan sedikit yang akan

merangsang peritoneum di pelvis, sehingga timbul rasa sakit yang disebut

intermenstrual pain. Setelah ovulasi terjadi, folikel de Graaf berubah menjadi

korpus rubrum (berwarna merah oleh karena perdarahan tersebut di atas) yang

kemudian menjadi korpus luteum (warnanya menjadi kuning) yang

menghasilkan progesteron dan akan berpengaruh terhadap endometrium.

3. Fase Luteal

Fase ini ditandai dengan produksi progesteron oleh korpus luteum dalam

ovarium. Produksi progesteron bergantung dari produksi LH oleh hipofisis.

Bila tidak ada pembuahan, korpus luteum berdegenerasi dan ini mengakibatkan

kadar estrogen dan progeteron menurun. Bila terjadi pembuahan dalam masa

ovulasi, maka korpus luteum tersebut dipertahankan.4

Siklus Endometrium

1. Fase Proliferasi

Segera setelah menstruasi, endometrium dalam keadaan tipis dan dalam

keadaan istirahat. Kadar estrogen yang meningkat dari folikel yang

berkembang akan merangsang stroma endometrium untuk mulai tumbuh dan

menebal, kelenjar-kelenjar menjadi hipertrofi dan berproliferasi serta pembuluh

darah menjadi banyak. Kelenjar-kelenjar dan stroma berkembang sama

cepatnya. Kelenjar makin bertambah panjang tetapi tetap lurus dan berbentuk

8

Page 9: 188469579 Referat Endometriosis

tubulus. Stroma cukup padat pada lapisan basal tetapi makin ke permukaan

semakin longgar. Pembuluh darah akan mulai berbentuk spiral dan lebih kecil.

Lamanya fase proliferasi sangat berbeda-beda pada tiap orang dan berakhir

pada saat terjadinya ovulasi.4

2. Fase Sekresi

Setelah ovulasi, dibawah pengaruh progesteron yang meningkat dan terus

diproduksinya estrogen oleh korpus luteum, endometrium mulai menebal.

Kelenjar menjadi lebih besar dan berkelok-kelok dan epitel kelenjar menjadi

berlipat-lipat. Stroma menjadi edematosa dan pembuluh darah menjadi makin

berebentuk spiral dan melebar. Lamanya fase sekresi sama pada setiap

perempuan yaitu 14 ± 2 hari.4

3. Fase Menstruasi

Korpus luteum berfungsi sampai kira-kira hari ke-23 atau 24 pada siklus

28 hari. Bila tidak ada pembuahan, korpus luteum berdegenerasi dan ini

mengakibatkan kadar estrogen dan progesteron menurun. Menurunnya kadar

estrogen dan progesteron menimbulkan efek pada arteri yang berkelok-kelok di

endometrium. Tampak dilatasi dan statis sengan hiperemia yang diikuti oleh

spasme dan iskemia. Sesudah itu terjadi degenerasi serta perdarahan dan

pelepasan endometrium yang nekrotik. Proses ini disebut haid atau mensis.

Bilamana ada pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum tersebut

akan dipertahankan, bahkan berkembang menjadi korpus luteum graviditatis.4

Perdarahan menstruasi sebagian besar berasal dari arteri dan sebagian kecil

dari vena. Sekret yang dikeluarkan agak berbau karena adanya sekresi dari

kelenjar sebaseus dan dekomposisi elemen darah. Darah menstruasi memiliki

jumlah protrombin dan fibrinogen yang kurang tetapi kaya akan kalsium.

Secara mikroskopik darah menstruasi terdiri dari sel-sel darah merah, sejumlah

besar leukosit,epitel vagina, mukus servikal, fragmen endometrium dengan

makrofag, histiosit, sel mast dan bakteri. Sekret menstruasi juga terdiri dari

kolestrol, estrogen, lipid dan prostaglandin.4

V. ETIOLOGI DAN PATOGENESIS

9

Page 10: 188469579 Referat Endometriosis

Walaupun tanda dan gejala dari endometriosis telah dikemukakan sejak

tahun 1800, tetapi baru dikenal oleh kalangan dunia kesehatan baru pada aband

ke-20. Beberapa teori telah diajukan untuk menjelaskan kelainan histologi dari

Endometriosis.3,8,9,10

1. Teori Menstruasi Retrograde

Banyak teori tentang patogenesis endometriosis yang telah dikemukakan,

namun teori menstruasi retrograde yang paling banyak diterima secara

eksperimen maupun kinis oleh banyak ahli. Teori menstruasi retrograde atau

juga dikenal sebagai teori implantasi pertama dikemukakan oleh Sampson pada

tahun 1927, menyatakan bahwa terjadi refluks jaringan endometritik yang

viabel melalui tuba Fallopi saat menstruasi dan mengadakan implantasi pada

permukaan peritoneum dan organ pelvik. Teori ini berdasarkan 3 asumsi:

pertama, terjadi menstruasi retrograde melalui tuba Fallopi selama menstruasi;

kedua, refluks jaringan endometritik viabel pada kavum pertoneum; ketiga,

jaringan endometritik yang viabel dapat melengket pada peritoneum melalui

rangkaian proses invasi, implantasi, dan proliferasi. Awalnya teori ini tidak

populer dan cukup lama ditinggalkan karena menstruasi retrograde

diasumsikan sangat jarang terjadi. Beberapa penelitian kemudian membuktikan

bahwa angka kejadian menstruasi retrograde cukup tinggi. Mula-mula oleh

Watkins pada tahun 1938 yang melaporkan adanya tumpahan darah haid

melalui tuba Fallopi wanita yang dilakukan operasi laparotomi saat haid.

Setelah itu Goodal melaporkan menstruasi retrograde terjadi pada 50 persen

wanita yang dilakukan laparotomi saat haid. Penelitian terakhir dengan

pemeriksaan laparoskopi melaporkan angka kejadian menstruasi retrograde

mencapai 70-90 persen wanita.8

10

Page 11: 188469579 Referat Endometriosis

Gambar 5. Teori Mentruasi Retrograde

(Dikutip dari kepustakaan 11)

2. Teori Metaplasia Selomik

Pada teori ini dikemukakan bahwa endometriosis terjadi karena

rangsangan pada sel-sel epitel berasal dari selom yang dapat mempertahankan

hidupnya di daerah pelvis. Rangsangan ini akan menyebabkan metaplasia dari

sel-sel epitel itu, sehingga terbentuk jaringan endometrium. Teori metaplasia

selom (coelomic) menunjukkan bahwa peritoneum parietalis adalah jaringan

pluripotensial yang dapat mengalami transformasi metaplasia menjadi jaringan

histologi yang tidak dapat dibedakan dari endometrium normal. Karena

ovarium dan progenitor endometrium, saluran mullerian, berasal dari epitel

selom, metaplasia dapat menjelaskan perkembangan endometriosis ovarium.

Selain itu, teori tersebut telah diperluas sampai mencakup peritoneum karena

potensi proliferasi dan diferensiasi dari mesotelium peritoneal. Teori ini

menarik pada kasus endometriosis tanpa adanya menstruasi, seperti pada

wanita premenarche dan menopause, dan pada laki-laki dengan karsinoma

prostat diterapi dengan estrogen dan orchiektomi. Namun, tidak adanya

endometriosis pada jaringan lain yang berasal dari epitel selom menentang

teori ini. 3,9,10

3. Teori Imunologik

Menurut teori ini faktor genetik dan imunologis sangat berperan terhadap

timbulnya endometriosis. Ditemukan penurunan imunitas seluler pada jaringan

endometrium wanita yang menderita endometriosis. Cairan peritoneumnya

ditemukan aktivitas makrofag yang meningkat, penurunan aktivitas natural

11

Page 12: 188469579 Referat Endometriosis

killer cell, dan penurunan aktivitas sel-sel limfosit. Makrofag akan

mengaktifkan jaringan endometriosis dan penurunan sistem imunologis tubuh

akan menyebabkan jaringan endometriosis terus tumbuh tanpa hambatan.

Makin banyak regurgitasi darah haid, makin banyak pula sistem pertahanan

tubuh yang terpakai. Pada wanita dengan darah haid sedikit, atau pada wanita

yang jarang haid, sangat jarang ditemukan endometriosis. Disamping itu masih

terbuka kemungkinan timbulnya endometriosis dengan jalan penyebaran

melalui darah ataupun limfe.3,8

4. Teori Penyebaran Limfatik dan Hematogen

Bukti juga mendukung konsep endometriosis yang berasal dari penyebaran

limfatik atau vaskular menyebar dari jaringan endometrium. Temuan

endometriosis di lokasi yang tidak biasa, seperti perineum atau pangkal paha,

memperkuat teori ini. Wilayah retroperitoneal memiliki sirkulasi limfatik

berlimpah. Dengan demikian, pada kasus-kasus di mana tidak ada ditemukan

implantasi peritoneal, tetapi semata-mata merupakan lesi retroperitoneal yang

terisolasi, diduga menyebar secara limfatik. Selain itu, kecenderungan

adenokarsinoma endometrium untuk menyebar melalui jalur limfatik

menunjukkan endometrium dapat diangkut melalui jalur ini. Meskipun teori ini

tetap menarik, beberapa studi telah melakukan eksperimen mengevaluasi

bentuk transmisi endometriosis ini.3

Dari beberapa teori penyebab endometriosis yang dikemukakan beberapa

pustaka juga memaparkan faktor-faktor resiko yang terdapat pada

endometriosis:

1. Familial Clustering

Beberapa bukti yang berkaitan dalam terjadinya endometriosis. Meskipun

pola warisan genetik mendel yang telah diidentifikasi tidak jelas, kejadian

meningkat pada anak kandung. Sebagai contoh dalam studi genetik wanita

dengan endometriosis, Simpson dan rekan-rekannya (1980) mencatat bahwa

5,9% dari saudara kandung perempuan dan 8,1% dari ibu yang telah menderita

endometriosis dibandingkan dengan 1% dari saudara perempuan tingkat

pertama suami. Penelitian lebih lanjut telah mengungkapkan bahwa wanita

12

Page 13: 188469579 Referat Endometriosis

dengan endometriosis dan anak kandung yang menderita endometriosis lebih

cenderung memiliki endometriosis berat (61%) daripada wanita tanpa anak

kandung yang menderita endometriosis (24%). Selain itu, Stefansson dan

rekan-rekannya (2002), dalam analisis mereka dari studi berbasis populasi

besar di Islandia, menunjukkan koefisien kekerabatan yang lebih tinggi pada

wanita dengan endometriosis dibandingkan dengan kontrol. Dalam studi ini,

rasio risiko adalah 5.2 untuk saudara kandung dan 1,56 untuk sepupu. Studi

juga menunjukkan indeks untuk endometriosis pada pasangan kembar

monozigot, memberi kesan sebuah dasar genetik.3

2. Cacat Anatomi

Obstruksi saluran reproduksi dapat menjadi predisposisi perkembangan

endometriosis, kemungkinan melalui eksaserbasi menstruasi retrograd. Dengan

demikian, endometriosis telah diidentifikasi pada wanita dengan selaput dara

imperforata dan septum vagina transversal. Karena asosiasi ini, laparoskopi

diagnostik untuk mengidentifikasi dan mengobati endometriosis disarankan

pada saat operasi korektif untuk banyak anomali. Perbaikan cacat anatomi

tersebut dilakukan untuk mengurangi risiko pengembangan endometriosis.3

3. Polusi Lingkungan

Ada banyak penelitian menunjukkan paparan polusi lingkungan mungkin

memainkan peran dalam perkembangan endometriosis. Polusi yang paling

sering adalah 2,3,7,8-tetrachlorodibenzo-p-dioksin (TCDD) dan senyawa

dioxinlain. Pada saat berikatan, TCDD mengaktifkan reseptor aril hidrokarbon.

Fungsi reseptor ini sebagai faktor transkripsi dasar, dan mirip dengan

kelompok reseptor hormon steroid protein, mengarahkan ke berbagai

transkripsi gen. Akibatnya, TCDD dan senyawa dioxin lain bisa merangsang

endometriosis melalui peningkatan jumlah interleukin, aktivasi enzim sitokrom

P-450 seperti aromatase, dan perubahan dalam remodeling jaringan. Selain itu,

TCDD dalam hubungannya dengan kehadiran estrogen untuk merangsang

pembentukan endometriosis, dan dengan adanya TCDD untuk memblokir

progesteron yang menginduksi regresi endometriosis.3

13

Page 14: 188469579 Referat Endometriosis

Dalam lingkungan, TCDD dan senyawa dioxin adalah limbah pengolahan

produk industri. Mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi atau kontak

yang tidak disengaja adalah bentuk paparan yang paling sering terjadi.

Meskipun endometriosis dan TCDD pada awalnya dikaitkan dengan binatang

primata, studi pada manusia juga mencatat prevalensi endometriosis lebih

tinggi pada wanita dengan konsentrasi dioxin dalam ASI (air susu ibu) yang

tinggi. Selain itu, studi selanjutnya telah menunjukkan jumlah dioxin serum

lebih tinggi pada wanita infertil dengan endometriosis dibandingkan dengan

infertil kontrol.3

VI. GEJALA KLINIS

Endometriosis didapatkan pada wanita subfertil, dengan gejala dismenore,

dispareunia, atau nyeri pelvik kronik. Namun tidak menutup kemungkinan

gejala ini disebabkan oleh adanya penyakit lain. Endometriosis bisa tanpa

gejala, bahkan pada wanita dengan ovarium endometriosis ataupun

endometriosis rektovaginal yang sangat invasif.9

Gejala-gejala yang sering ditemukan pada penyakit ini adalah:4,10

- Dismenore pada endometriosis biasanya merupakan rasa nyeri waktu

haid yang semakin lama semakin menghebat. Penyebab dari dismenore

ini tidak diketahui, tetapi mungkin ada hubungannya dengan

vaskularisasi dan perdarahan dalam sarang endometriosis pada waktu

sebelum dan semasa haid. Nyeri tidak selalu didapatkan pada

endometriosis walaupun kelainan sudah luas, sebaliknya kelainan

ringan dapat menimbulkan rasa nyeri yang lebih hebat.

- Dispareunia yang merupakan gejala yang sering dijumpai, disebabkan

oleh karena adanya endometriosis di dalam kavum douglas.

- Diskezia atau nyeri pada saat defekasi terutama pada waktu haid,

disebabkan oleh adanya endometriosis pada rektosigmoid. Kadang-

kadang bisa terjadi stenosis dari lumen usus besar tersebut.

- Endometriosis pada kandung kencing jarang terdapat, gejalanya berupa

gangguan miksi dan hematuria pada waktu haid.

14

Page 15: 188469579 Referat Endometriosis

- Gangguan haid dan siklusnya dapat terjadi apabila kelainan pada

ovarium yang luas sehingga mengganggu fungsi ovarium.

- Ada korelasi yang nyata antara endometriosis dan infertilitas.

Sebanyak 30% - 40% wanita dengan endometriosis mengalami

infertilitas. Menurut Rubin kemungkinan untuk hamil pada wanita

dengan endometriosis ialah kurang lebih separuh dari wanita biasa.

Faktor penting yang menyebabkan infertilitas pada endometriosis

adalah apabila motilitas tuba terganggu akibat fibrosis dan perlekatan

jaringan di sekitarnya.

Pada pemeriksaan ginekologi, khususnya pada pemeriksaan

vaginorektoabdominal, ditemukan pada endometriosis ringan pada benda-

benda padat sebesar butir beras sampai butir jagung di kavum douglas dan pada

ligamentum sakrouterinum dengan uterus dalam retrofleksi dan terfiksasi.4

VII. DIAGNOSIS

Diagnosis endometriosis dibuat atas dasar anamnesis, pemeriksaan fisik,

dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis dapat dilihat dari gejala klinis

seperti yang dijelaskan diatas. Sedangkan pada pemeriksaan fisik dapat

dilakukan inspeksi visual yang teliti yang mungkin dapat menemukan

implantasi pada luka yang sudah sembuh, terutama pada parut episiotomi dan

parut seksio sesaria terutama dengan insisi pfannensteil. Sedangkan pada

pemeriksaan bimanual, dapat ditemukan nyeri tekan pada nodul di forniks

posterior vagina dan ligamen sakrouterina serta nyeri saat gerakan uterus.

Posisi uterus mungkin menetap dan retroversi karena adhesi pada cul-de-sac.

Pemeriksaan spekulum juga dapat dilakukan untuk menilai ada tidaknya lesi

kebiruan atau kemerahan pada serviks atau forniks posterior. Biopsi mungkin

dapat dilakukan untuk membuktikan lesi tersebut suatu endometriosis atau

tidak.3,10

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

15

Page 16: 188469579 Referat Endometriosis

Pada endometriosis, pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk

menyingkirkan penyebab lain nyeri pelvik. Pemeriksaan darah rutin, urin rutin,

kultur urin dan vaginal swab mungkin diperlukan untuk menyingkirkan infeksi

atau penyakit menular seksual penyakit infeksi panggul.3

Selain itu, serum antigen kanker CA-125 sering meningkat pada wanita

dengan endometriosis. Namun, marker ini juga meningkat pada penyakit pelvik

lain dan mempunyai spesifitas yang kecil dalam diagnosis endometriosis.3

2. Pemeriksaan Radiologi

Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal telah digunakan dalam

membantu mendiagnosis endometriosis. Walaupun USG transvaginal

digunakan untuk mengevaluasi gejala terkait endometriosis dan akurat dalam

mendeteksi endometrioma, gambaran endometriosis superfisial dan adhesi

endometriotik yang didapatkan tidak adekuat. Teknik radiologi lainnya seperti

CT-Scan, dan MRI, dapat digunakan hanya untuk sebagai konfirmasi tambahan

saja, tapi tidak dapat digunakan sebagai alat bantu diagnosis utama, karena

selain biaya lebih mahal dari USG, informasi yang diberikan masih dapat

kurang jelas.3

3. Pemeriksaan Laparoskopi

Diagnosis pasti endometriosis hanya dapat ditegakkan dengan

pemeriksaan laparoskopi dan pemeriksaan histopatologik. Gambaran dari

endometriosis pada pemeriksaan laparoskopi ini sangat variabel. Gambaran

klasik endometriosis yaitu kista berwarna ‘blue-black powder-burn’. Selain itu,

dapat juga ditemukan lesi non-klasik yaitu gambaran lesi berwarna merah,

putih, tidak berpigmen dan vesikuler. Lesi merah merupakan tipe

endometriosis yang aktif. Lokasi yang sering terdapat ialah pada ovarium, dan

biasanya di sini didapati pada kedua ovarium. Pada ovarium tampak kista-kista

biru kecil sampai kista besar berisi darah tua menyerupai coklat.3,10,12

16

Page 17: 188469579 Referat Endometriosis

Gambar 6. Lesi kemerahan endometriosis pada berbagai tempat.

(Dikutip dari kepustakaan 10)

Gambar 7. Lesi endometriosis pada peritoneum.

(Dikutip dari kepustakaan 10)

17

Page 18: 188469579 Referat Endometriosis

Gambar 8. Lesi endometriosis pada cavum douglasi dan sebelah kanan dari

lig.sakrouterina.

(Dikutip dari kepustakaan 10)

4. Pemeriksaan Histopatologik

Pada pemeriksaan histopatologik ditemukan ciri-ciri khas endometriosis,

yaitu kelenjar-kelenjar dan stroma endometrium, dan perdarahan bekas dan

baru berupa eritrosit pigmen hemosiderin dan sel-sel radang dan jaringan ikat,

sebagai reaksi jaringan normal di sekelilingnya.3

Gambar 9. Pemeriksaan histopatogik.

Tampak kelenjar dan stroma endometrium pada colon.

(Dikutip dari kepustakaan 3)

VIII. KLASIFIKASI

Sistem klasifikasi yang paling luas digunakan adalah klasifikasi dari

American Fertility Society. Sistem ini berdasarkan gambaran klinis, ukuran dan

kedalaman implantasi pada ovari dan peritoneum; kewujudan, penjalaran dan

18

Page 19: 188469579 Referat Endometriosis

tipe adhesi adnexal; derajat obliterasi cul-de-sac. Parameter seperti derajat

nyeri dan infertilitas tidak dimasukkan. Tambahan pula identifikasi visual

endometriosis ini tidak akurat pada kebanyakan kasus; oleh itu sistem

klasifikasi ini hanya untuk penggunaan praktis harian.1,3

Gambar 10. Revisi Klasifikasi Endometriosis oleh ‘The American Fertility

Society’

(Dikutip dari kepustakaan 1)

Pada tahun 2009, seorang peneliti yang berasal dari Amerika Serikat

mengembangkan sebuah indeks fertilitas pada penderita endometriosis setelah

surgical staging, yaitu Endometriosis Fertility Index (EFI) dengan

19

Page 20: 188469579 Referat Endometriosis

menggunakan status fungsional dari tuba, ovarium, dan fimbri, untuk

memprediksi kemungkinan mereka hamil secara alami.13

Tabel 1. Derajat Disfungsi Tuba, Fimbria, dan Ovarium

(Dikutip dari kepustakaan 12)

IX. DIAGNOSIS BANDING

Adenomiosis uteri, radang pelvik dengan tumor adneksa dapat

menimbulkan kesukaran dalam diagnosis. Pada kelainan di luar endometriosis

jarang terdapat perubahan-perubahan berupa benjolan kecil di kavum Douglasi

dan ligamentum sakrouterina. Kombinasi adenomiosis uteri atau mioma uteri

dengan endometriosis dapat pula ditemukan. Endometriosis ovarii dapat

menimbulkan kesukaran diagnosis banding dengan kista ovarium.4

X. PENATALAKSANAAN

Pengobatan untuk endometriosis bergantung pada gejala khusus wanita itu,

tingkat keparahan gejala, lokasi lesi endometriosis, tujuan untuk pengobatan,

dan keinginan untuk melestarikan kesuburan masa depan. Faktor yang paling

penting ketika menentukan pengelolaan yang paling tepat adalah apakah pasien

mencari pengobatan untuk infertilitas atau sakit, sebagai pengobatan akan

berbeda berdasarkan gejala.3,13

1. Terapi Ekpektatif

20

Page 21: 188469579 Referat Endometriosis

Beberapa peneliti memakai strategi pengobatan yang disebut terapi

ekspektatif. Penderita endometriosis yang didiagnosis dengan laparoskopi,

akan diobservasi untuk mencapai suatu kehamilan tanpa terapi (treatment-

independent therapy). Dasar dari terapi ekspektatif adalah endometriosis yang

ringan tanpa disertai keluhan simptomatik tidak akan memberikan efek pada

fertilitas.14

Pengobatan ekspektatif ini akan berguna bagi wanita dengan gejala dan

kelainan fisik yang ringan. Pada wanita yang sudah agak berumur, pengawasan

ini bisa dilanjutkan sampai menopause, karena sesudah itu gejala-gejala

endometriosis hilang sendiri. Sikap yang sama diambil pada wanita yang lebih

muda, yang tidak mempunyai persoalan tentang infertilitas, akan tetapi pada

wanita yang ingin mempunyai anak, jika ditunggu 1 tahun tidak terjadi

kehamilan, perlu dilakukan pemeriksaan terhadap infertilitas dan diambil sikap

yang lebih aktif. Pada observasi seperti yang diterangkan sebelumnya, harus

dilakukan pemeriksaan secara periodik dan teratur untuk meneliti

perkembangan penyakitnya dan jika perlu mengubah sikap ekspektatif. Dalam

masa observasi ini dapat diberikan pengobatan paliatif berupa pemberian

analgesik untuk mengurangi rasa nyeri.4

Terapi analgesik yang sering digunakan untuk penderita endometriosis

adalah obat anti inflamasi non steroid (NSAID). NSAID menghambat

siklooksigenase isoenzim 1 dan 2 (COX-1 dan COX-2), dan dalam kelompok

ini, selektif COX-2 inhibitor selektif menghambat COX-2 isoenzyme. Enzim

ini bertanggung jawab untuk sintesis prostaglandin yang terlibat dalam rasa

sakit dan peradangan yang terkait dengan endometriosis. Obat anti-inflamasi

nonsteroid menjadi lini pertama terapi pada wanita dengan dismenorea primer

atau nyeri panggul sebelum konfirmasi laparoskopi endometriosis, dan pada

wanita dengan gejala rasa sakit yang minimal atau ringan yang berhubungan

dengan endometriosis diketahui. Jenis NSAID yang umum digunakan yaitu

ibuprofen dan asam mefenamat.3

2. Terapi Hormonal

21

Page 22: 188469579 Referat Endometriosis

Sebagai dasar pengobatan hormonal ialah bahwa pertumbuhan dan fungsi

jaringan endometriosis, seperti jaringan endometrium yang normal, yang

dikontrol oleh hormon-hormon steroid. Data laboratorium menunjukkan bahwa

jaringan endometriosis pada umumnya mengandung reseptor estrogen,

progesteron dan androgen. Pada hewan coba, estrogen merangsang

pertumbuhan jaringan endometriosis, androgen menyebabkan atrofi sedangkan

pengaruh progesteron kontroversial. Progesteron sendiri mungkin merangsang

pertumbuhan endometriosis, namun progesteron sintetik yang umumnya

mempunyai efek androgenik tampaknya menghambat pertumbuhan

endometriosis.4

Atas dasar tersebut, maka prinsip dasar pengobatan hormonal

endometriosis adalah menciptakan lingkungan hormon yang rendah estrogen

dan asiklik. Kadar estrogen yang rendah menyebabkan atrofi jaringan

endometriosis. Sedangkan keadaan yang asiklik mencegah terjadinya haid,

yang berarti tidak terjadinya pelepasan jaringan endometrium yang normal

maupun jaringan endometriosis. Prinsip kedua yaitu menciptakan lingkungan

hormon yang tinggi androgen atau tinggi progestogen (progesteron sintetik)

yang secara langsung menyebabkan atrofi jaringan endometriosis.4

- Pil Kontrasepsi Kombinasi

Pil Kontrasepsi Kombinasi (estrogen dan progestron) dapat digunakan

untuk terapi endometriosis. Obat ini berkerja dengan cara menghambat aksis

hipotalamik-ovari. Ia menghambat hormon luteinizing (LH) dan hormon

stimulasi folikel (FSH), menghalang ovulasi dan menyebabkan dinding

endometrium menjadi atrofi.3,13

Terapi standar yang dianjurkan adalah 0,03 mg etinil estradiol dan 0,3 mg

norgestrel per hari. Bila terjadi ‘breakthrough’, dosis ditingkatkan menjadi

0,05 mg etinil estradiol dan 0,5 mg norgestrel per hari atau maksimal 0,08 mg

etinil estradiol dan 0,8 mg norgestrel per hari. Pemberian tersebut terus

menerus setiap hari selama 6-9 bulan, bahkan ada yang menganjurkan minimal

satu tahun dan bila perlu dilanjutkan sampai 2-3 tahun.4

22

Page 23: 188469579 Referat Endometriosis

Dilaporkan bahwa 30% penderita menyatakan keluhannya berkurang dan

hanya 18% yang secara obyektif mengalami kesembuhan, 41% penderita tidak

menyelesaikan terapinya karena mengalami efek samping. Efek samping dari

terapi ini seperti nyeri kepala, nausea, perdarahan ireguler, dan pertambahan

berat badan.4,13

- Gonadotropin-releasing Hormon Analog (GnRH analog)

GnRH analog telah digunakan secara efektif untuk membebaskan nyeri

dan mengurangi ukuran dari implantasi endometriosis. Obat ini menekan

produksi estrogen oleh ovarium dengan menghambat sekresi hormon pengatur

dari kelenjar pituitari. Sebagai akibatnya, periode-periode menstruasi berhenti,

seperti menopause. Agonis GnRH mensuplai stimulasi secara konstan pada

reseptor LHRH. Ini menghambat aksis pituitari-ovarium dan menyebabkan

sekresi FSH dan LH berkurang sekaligus kadar estrogen dan progesteron turut

berkurang. Ini menyebabkan dinding endometrium menjadi atrofi dan

hipoestrogenik.Dosis yang dianjurkan adalah leuprolin asetat 3,75 mg/bulan

secara injeksi intramuskular selama 6 bulan. Terapi ini dilimitasi selama 6

bulan untuk menghindari efek samping yang dapat terjadi karena keadaan

hipoestrogenik seperti sakit kepala, hot flushes, depresi, pengurangan densitas

tulang, perubahan mood dan perubahan profil lipoprotein.1,10,13

- Androgen

Preparat yang dipakai adalah metiltestosteron sublingual dengan dosis 5

mg sampai 10 mg per hari. Kerugian terapi ini adalah dapat menyebabkan

maskulinisasi terutama pada dosis jangka panjang. Selain itu masih mungkin

terjadi ovulasi atau kehamilan terutama pada dosis 5 mg perhari. Bila terjadi

kehamilan, terapi harus dihentikan karena dapat menyebabkan cacat bawaan

pada janin.4

- Progestin

Progestin mempunyai efek antiendometriotik yang menyebabkan

desidualisasi dan atrofi pada jaringan endometrium. Progestin juga

menghambat ovulasi dengan menghambat luteinizing hormon (LH) dan

23

Page 24: 188469579 Referat Endometriosis

mungkin dapat menyebabkan amenore. Dosis yang diberikan adalah

medroksiprogesteron asetat 30-50 mg per hari atau noerestisteron asetat 30 mg

per hari. Pemberian parenteral dapat menggunakan medroksiprogesteron asetat

150 mg setiap 3 bulan sampai 150 mg setiap bulan.Penghentian terapi

parenteral dapat diikuti dengan anovulasi selama 6-12 bulan, sehingga cara ini

tidak menguntungkan bagi mereka yang ingin segera mempunyai anak. Lama

pengobatan dengan progestogen yang dianjurkan adalah 6-9 bulan. Efek

samping yang dapat terjadi adalah ‘breakthrough bleeding’, perubahan mood,

perdarahan ireguler, amenore, muntah, pertambahan berat badan dan retensi

cairan. Terapi ini sesuai untuk penderita endometriosis yang tidak segera ingin

hamil.3,4

- Danazol

Danazol menimbulkan keadaan asiklik, androgen tinggi, dan estrogen

rendah.Dosis yang digunakan untuk endometriosis ringan (stadium 2) atau

sedang (stadium 3) adalah 400 mg perhari sedangkan untuk endometriosis yang

berat (stadium 4) dapat diberikan sampai 800 mg perhari. Lama pemberian

minimal 6 bulan dapat pula diberikan 12 minggu sebelum terapi pembedahan

konservatik dilakukan. Danazol memilki efek samping berupa akne,

hirsutisme, kulit berminyak, perubahan suara, pertambahan berat badan, dan

edema.Kehamilan dan menyusui merupakan kontrindikasi absolut dari

pemakaian danazol.6

3. Terapi Pembedahan

Terapi pembedahan dapat digunakan pada penderita endometriosis yang

berat atau yang tidak berespon baik dengan terapi medis atau penderita dengan

keluhan infertilitas, terapi pembedahan ini terdiri daripada terapi pembedahan

konservatif dan pembedahan definitif.11,14

a) Terapi Konservatif

Terapi ini bertujuan untuk mengembalikan anatomi normal penderita dan

mengurangi serta menghilangkan lesi endometriotik. Pembedahan konservatif

24

Page 25: 188469579 Referat Endometriosis

dapat dilakukan dengan dua cara pendekatan yakni laparotomi atau laparoskopi

operatif.3,10

o Eksisi atau destruksi dengan cara vaporisasi laser, elektrokoagulasi,

koagulasi termal secara langsung pada permukaan lesi atau dapat juga

eksisi komplit pada endometrioma.

o Laparoscopic Uterine Nerve Ablation (LUNA) adalah prosedur

pembedahan konservatif yang digunakan untuk mengatasi dismenore, atau

nyeri saat menstruasi, yang disebabkan oleh endometriosis. Selama

prosedur, dokter bedah dapat memotong, membakar, atau menghancurkan

bundel saraf simpatik dan para-simpatik. Saraf ini membawa sensasi rasa

sakit dari uterus, dan ilmuwan percaya bahwa saraf ini yang terlibat dalam

dismenore. Studi menunjukkan bahwa LUNA dapat mengurangi

dismenore pada 80 persen wanita.

b) Terapi Definitif

Terapi ini terdiri dari histerektomi dengan bilateral salfingooferektomi,

eksisi luas pada permukaan peritoneal atau endometrioma dan adhesiolisis.

Histerektomi total dan oferektomi bilateral sesuai untuk penderita yang tidak

mau mempertahankan fungsi reproduksinya. Namun, sesudah histerektomi dan

oforektomi bilateral, pasien mempunyai resiko hipoestrogenisme prematur

seperti ‘hot flushes’, osteoporosis dan menurunnya libido. Biasanya setelah

operasi ini, diberikan terapi pengganti hormon post-operatif. Gabungan dosis

rendah estrogen-progestin adalah bentuk pengobatan yang diinginkan dari

terapi hormon postmenopause setelah perawatan bedah radikal.3,10,15

XI. PENCEGAHAN

Kehamilan adalah cara pencegahan yang paling baik untuk endometriosis.

Gejala-gejala endometriosis memang berkurang atau hilang pada waktu dan

sesudah kehamilan kerana regrasi endometrium dalam sarang-sarang

endometriosis. Oleh sebab itu hendaknya perkawinan jangan ditunda terlalu

lama, dan sesudah perkawinan hendaklah diusahakan mendapat anak-anak

yang diinginkan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sikap demikian itu tidak

25

Page 26: 188469579 Referat Endometriosis

hanya merupakan profilaksis yang baik terhadap endometriosis timbul. Selain

itu, jangan melakukan pemeriksaan yang kasar atau melakukan kerokan pada

waktu haid, kerana dapat menyebabkan mengalirnya darah haid dari uterus ke

tuba dan ke rongga panggul.4

XII. PROGNOSIS

Konseling yang tepat pada penderita endometriosis memerlukan perhatian

pada beberapa aspek penyakit tersebut. Yang paling penting adalah penilaian

awal derajat penyakit secara operatif. Gejala dan keinginan pasien untuk

mendapatkan anak turut menjadi penentu jenis terapi yang sesuai. Perhatian

jangka panjang harus dilakukan karena semua terapi memberikan perbaikan

namun tidak menyembuhkan, walaupun setelah terapi definitif, endometriosis

masih dapat muncul kembali. Namun resikonya cukup rendah (kira-kira 30%).

Terapi pengganti estrogen tidak meningkatkan resiko secara signifikan. Selain

itu, setelah terapi konservatif, dilaporkan kadar kekambuhan bervariasi namun

umumnya lebih 10% dalam 3 tahun dan lebih 35% dalam 5 tahun. Kadar

rekurensi setelah terapi medis juga bervariasi dan dilaporkan hampir sama

dengan terapi pembedahan. Walaupun banyak penderita mengetahui

endometriosis mempunyai sifat progresif yang lama, namun terapi konservatif

dapat mencegah histerektomi pada kebanyakan kasus. Penyebab endometriosis

pada setiap individu tidak dapat langsung diprediksi dan modalitas terapi akan

datang harus lebih baik dari terapi yang adasaat ini.1

XIII. KESIMPULAN

Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang

masih berfungsi terdapat di luar kavum uteri. Jaringan ini yang terdiri atas

kelenjar-kelenjar dan stroma, terdapat di dalam miometrium ataupun di luar

uterus. Bila jaringan endometrium terdapat di dalam miometrium disebut

adenomiosis, dan bila di luar uterus disebut endometriosis. Lokasi yang sering

ditemukan endometriosis adalah pada ovarium, septum retrovaginal dan rongga

pelvik. Penyebab utama endometriosis belum dapat dipastikan, akan tetapi

26

Page 27: 188469579 Referat Endometriosis

kemungkinan dapat disebabkan aliran menstruasi mundur, metaplasia,

penyebaran limfatik dan vaskuler, faktor imunologik serta induksi hormonal.

Gejala endometriosis yang sering dirasakan oleh penderita yaitu antara lain

berupa nyeri haid (dismenore), nyeri panggul kronik, nyeri saat berhubungan

(dispareunia) dan infertilitas. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan

anamnesis, pemeriksaan fisik dan juga pemeriksaan laparoskopi.

Pengobatan untuk endometriosis bergantung pada gejala khusus wanita

itu, tingkat keparahan gejala, lokasi lesi endometriosis, tujuan untuk

pengobatan, dan keinginan untuk melestarikan kesuburan masa depan. Faktor

yang paling penting ketika menentukan pengelolaan yang paling tepat adalah

apakah pasien mencari pengobatan untuk infertilitas atau sakit, sebagai

pengobatan akan berbeda berdasarkan gejala. Penanganan dapat dilakukan

dengan terapi medis seperti pemberian analgesik, GnRH agonis, progestin, pil

kontrasepsi oral dan danazol. Sedangkan untuk terapi pembedahan, sering

dilakukan secara konservatif yaitu dengan laparoskopi dan laparotomi melalui

pelepasan pelekatan, merusak jaringan endometriotik, rekonstruksi anatomi

sebaik mungkin, mengangkat kista dan melenyapkan implantasi dengan sinar

atau elektrokauter dan secara definitif dengan histerektomi, bilateral

salfingooferektomi, eksisi luas pada permukaan peritoneal atau endometrioma

dan adhesiolisis.

DAFTAR PUSTAKA

1. Alan DeCherney, Kenneth Muse. Endometriosis. In: Alan DeCherney,

Lauren Nathan, Murphy Goodwin, Neri Laufer, eds. (Lange) Current

Diagnosis & Treatment Obstetrics & Gynecology, Ed. 10th. Amerika: The

McGraw-Hill Companies. 2007

2. Derek Llewellyn , Jones. Fundamentals of Obstetrics and Gynaecology,

Ed. 6th. Sydney: Hipokrates. 2002. p.254-9

27

Page 28: 188469579 Referat Endometriosis

3. Bruce, Carr. Endometriosis. In: John Schorge, Joseph Schaffer, Lisa

Halvorson, Barbara Hoffman, Karen Bradshaw, Gary Cunningham.

Williams Gynecology. China: The McGraw-Hill Companies. 2008

4. Prabowo, Raden Prajitno. Endometriosis. Dalam: Wikojosastro H, Abdul

Bari Saifuddin, Triatmojo Rachimhadhi. Ilmu Kandungan, Edisi ke 2.

Jakarta; Balai Penerbit FKUI:2008.p.316-27

5. Danudjo Oepomo, T. Dampak Endometriosis pada Kualitas Hidup

Perempuan. [serial online]. [cited 2013 June 7]. Available from:

http://www.google.co.id/#hl=id&biw=1366&bih=551&sclient=psyab&q=

Dampak+Endometriosis+pada+Kualitas+Hidup+Perempuan

6. Mochtar R. Anatomi Alat-Alat Kandungan. Dalam: Sinopsis Obstetri, edisi

2. Jakarta: EGC. 1998: p.5-12

7. Anonymous. Chapter 27 Uterine Anatomy. [serial online]. [cited 2013

June 7]. Available from: http://apbrwww5.apsu.edu/thompsonj/Anatomy

%20&%20Physiology/2020/2020%20Exam%20Reviews/Exam%205/

CH27% 20Uterine%20Anatomy.htm

8. Overton, Caroline., Davis, Colin,. McMillan, Lindsay,. Shaw, Robert W.

An Atlas of Endometriosis Third Edition. United Kingdom; Informa

Healthcare:2007

9. Berek J. Berek & Novak's Gynecology, Ed. 14th. California: Lippincott

Williams & Wilkins. 2007

10. Kapoor D. Endometriosis.[serial online]. [cited 2013 June 7]. Available

from: http://emedicine.medscape.com/article/271899-overview#showall

11. Krotec JW, Perkins S. Endometriosis for Dummies. New York: Wiley

Publishing, Inc. 2007.p.55-77

12. Adamson, GD. Pasta, DJ. Endometriosis Fertility Index: The New,

Validated Endometriosis Staging System. [serial online]. [cited 2013 June

7]. Available from: http://www.endometriosiszone.org/content/PDF/EFI-

Endometriosis-FNS-Fertil-Steril-Article.pdf

13. Pernol M. Benson and Pernolls, Handbook of Obstetrics Gynecology, Ed.

10th. Amerika: The McGraw-Hill Companies. 2001.p.755-67

28

Page 29: 188469579 Referat Endometriosis

14. Nusratudin A. Hubungan Endometriosis dan Infertilitas. [serial online].

[cited 2013 June 9]. Available from: http://med.unhas.ac.id/index.php?

option=com_content&view=article&id=163:hubungan-endometriosis-dan-

infertilitas&catid=101&Itemid=48.\

15. Fairley, Diana Hamilton. Endometriosis. In : Lecture Notes Obstetrics and

Gynaecology 2nd Edition. USA:Blackwell Publishing I.td.2004.p.240-2

29