s Endometritis Endometriosis

24
BAB II PEMBAHASAN A. SERVISITIS 1. Defenisi Servisitis adalah peradangan dari selaput lendir dari kanalis servikalis. karena epitel selaput lendir kanalis servikalis hanya terdiri dari satu lapisan sel selindris sehingga lebih mudah terinfeksi dibanding selaput lendir vagina. (gynekologi . FK UNPAD, 1998). Juga merupakan : a. Infeksi non spesifik dari serviks b. Erosi ringan (permukaan licin), erosi kapiler (permukaan kasar), erosi folikuler (kistik) c. Biasanya terjadi pada serviks bagian posterior Pada seorang multipara dalam keadaan normal canalis cervikalis bebas kuman, pada seorang multipara dengan ostium uteri eksternum sudah lebih terbuka, batas atas dari daerah bebas kuman ostium uteri internum. Walaupun begitu canalis cervicalis terlindung dari infeksi oleh adanya lendir yang kental yang merupakan barier terhadap kuman-kuman yang ada didalam vagina. Terjadinya cervisitis dipermudah oleh adanya robekan serviks, terutama yang menimbulkan ectropion.(Sarwono, 2008).

Transcript of s Endometritis Endometriosis

BAB IIPEMBAHASAN

A. SERVISITIS1. DefenisiServisitis adalah peradangan dari selaput lendir dari kanalis servikalis. karena epitel selaput lendir kanalis servikalis hanya terdiri dari satu lapisan sel selindris sehingga lebih mudah terinfeksi dibanding selaput lendir vagina. (gynekologi . FK UNPAD, 1998). Juga merupakan :

a. Infeksi non spesifik dari serviks

b. Erosi ringan (permukaan licin), erosi kapiler (permukaan kasar), erosi folikuler (kistik)c. Biasanya terjadi pada serviks bagian posterior

Pada seorang multipara dalam keadaan normal canalis cervikalis bebas kuman, pada seorang multipara dengan ostium uteri eksternum sudah lebih terbuka, batas atas dari daerah bebas kuman ostium uteri internum. Walaupun begitu canalis cervicalis terlindung dari infeksi oleh adanya lendir yang kental yang merupakan barier terhadap kuman-kuman yang ada didalam vagina. Terjadinya cervisitis dipermudah oleh adanya robekan serviks, terutama yang menimbulkan ectropion.(Sarwono, 2008).2. EtiologiServisitis disebabkan oleh kuman-kuman, dapat juga disebabkan oleh robekan serviks terutama yang menyebabkan ectropion, alat-alat atau alat kontrasepsi, tindakan intrauterine seprti dilatasi, dan lain-lain.Servicitis dapat disebabkan oleh salah satu dari sejumlah infeksi, yang paling umum adalah :

a. Klamidia dan gonore, klamidia dengan akuntansi untuk sekitar 40% kasus. Gonorroe, sediaan hapus dari fluor cerviks terutama purulen.

b. Trichomonas vaginalis dan herpes simpleks adalah penyebab yang kurang umum dari cervicitis.

c. Peran Mycoplasma genitalium dan vaginosis bakteri dalam menyebabkan servisitis masih dalam penyelidikan. d. Sekunder terhadap kolpitis.

e. Tindakan intra dilatasi dll.

f. Alat-alat atau obat kontrasepsi.

g. Robekan serviks terutama yang menyebabkan ectroption/ extropin3. Gejala Klinisa. Flour hebat, biasanya kental atau purulent dan biasanya berbaub. Sering menimbulkan erusio (erythroplaki) pada portio yang tampak seperti daerah merah menyala.c. Pada pemeriksaan inspekulo kadang-kadang dapat dilihat flour yang purulent keluar dari kanalis servikalis. Kalau portio normal tidak ada ectropion, maka harus diingat kemungkinan gonorroed. Sekunder dapat terjadi kolpitis dan vulvitise. Pada servisitis kroniks kadang dapat dilihat bintik putih dalam daerah selaput lendir yang merah karena infeksi. Bintik-bintik ini disebabkan oleh ovulonobothi dan akibat retensi kelenjer-kelenjer serviks karena saluran keluarnya tertutup oleh pengisutan dari luka serviks atau karena peradangan.f. Gejala-gejala non spesifik seperti dispareuni, nyeri punggung, dan gangguan kemihg. Perdarahan saat melakukan hubungan seks4. Klasifikasia) Servisitis Akuta

Infeksi yang diawali di endoserviks dan ditemukan pada gonorroe, infeksi postabortum, postpartum, yang disebakan oleh streptococcus, sthapilococus, dan lain-lain. Dalam hal ini streptococcus merah dan membengkak dan mengeluarkan cairan mukopurulent, akan tetapi gejala-gejala pada serviks biasanya tidak seberapa tampak ditengah-tengah gejala lain dari infeksi yang bersangkutan.Pengobatan diberikan dalam rangka pengobatan infeksi tersebut. Penyakitnya dapat sembuh tanpa bekas atau dapat menjadi kronika.b) Servisitis Kronika

Penyakit ini dijumpai pada sebagisn wanita yang pernah melahirkan. Luka-luka kecil atau besar pada servik karena partus atau abortus memudahkan masuknya kuman-kuman ke dalam endoserviks serta kelenjer-kelenjernya sehingga menyebabkan infeksi menahun.

Beberapa gambaran patologis dapat ditemukan :1) Serviks kelihatan normal, hanya pada pemeriksaan mikroskopis ditemukan infiltrasi leukosit dalam stroma endoserviks. Servicitis ini menimbulkan gejala, kecuali pengeluaran secret yang agak putih-kuning.2) Di sini ada portio uteri disekitar ostium uteri eksternum, tampak daerah kemerah-merahan yang tidak dipisahkan secara jelas dari epitel porsio disekitarnya, secret yang dikeluarkan terdiri atas mucus bercampur nanah.3) Sobeknya pada serviks uteri disini lebih luas dan mukosa endoserviks lebih kelihatan dari luar (ekstropion). Mukosa dalam keadaan demikian mudah terkena infeksi dari vagina. Karena radang menahun, serviks bisa menjadi hipertropis dan mengeras, secret mukopurulent bertambah banyak.5. Servisitis Mukopurulen

Servisitis mukopurulen (MPC) ditandai oleh purulen atau mukopurulen endoserviks eksudat terlihat di kanal endoserviks atau dalam spesimen usap endoserviks. Beberapa ahli juga mendiagnosa MPC berdasarkan perdarahan serviks mudah diinduksi. Meskipun beberapa ahli menganggap peningkatan jumlah polimorfonuklear sel darah putih pada endoserviks Gram stain sebagai berguna dalam diagnosis MPC, kriteria ini belum standar, memiliki nilai prediktif positif rendah (PPV), dan tidak tersedia di beberapa pengaturan. MPC sering tanpa gejala, namun beberapa wanita memiliki keputihan abnormal dan perdarahan vagina (misalnya, setelah hubungan seksual ). MPC dapat disebabkan oleh Chlamydia trachomatis atau Neisseria gonorrhoeae , namun dalam kebanyakan kasus organisme tidak dapat diisolasi. MPC dapat bertahan meskipun program berulang dari terapi antimikroba. Karena kambuh atau reinfeksi dengan C. trachomatis atau N. gonorrhoeae biasanya tidak terjadi pada orang dengan kasus terus-menerus dari MPC, non-mikrobiologis determinan (misalnya, peradangan di zona ektopi) mungkin terlibat.Pasien yang memiliki MPC harus diuji untuk C. trachomatis dan N. gonorrhoeae dengan tes yang paling sensitif dan spesifik yang tersedia. Namun, MPC adalah bukan prediktor sensitif infeksi dengan organisme; kebanyakan wanita yang memiliki C. trachomatis atau N. gonorrhoeae tidak memiliki MPC.

6. Faktor ResikoBeberapa faktor yang mempengaruhi insiden kanker serviks yaitu:a. Usia.b. Jumlah perkawinanc. Hygiene dan sirkumsisid. Status sosial ekonomie. Pola seksualf. Terpajan virus terutama virus HIVg. Merokok7. Prognosis Karsinoma serviks yang tidak dapat diobati atau tidak memberikan respons terhadap pengobatan 95% akan mengalami kematian dalam 2 tahun setelah timbul gejala. Pasien yang menjalani histerektomi dan memiliki rasio tinggi terjadinya rekurensi harus terus diawasi karena lewat deteksi dini dapat diobati dengan radioterapi. Setelah histerektomi radikal, terjadinya 80% rekurensi dalam 2 tahun.8. PencegahanPencegahan terhadap kanker serviks dapat dilakukan dengan program skrinning dan pemberian vaksinasi. Di negara maju, kasus kanker jenis ini sudah mulai menurun berkat adanya program deteksi dini melalui pap smear. Vaksin HPV akan diberikan pada perempuan usia 10 hingga 55 tahun melalui suntikan sebanyak tiga kali, yaitu pada bulan ke nol, satu, dan enam. Dari penelitian yang dilakukan, terbukti bahwa respon imun bekerja dua kali lebih tinggi pada remaja putri berusia 10 hingga 14 tahun dibanding yang berusia 15 hingga 25 tahun.9. PengobatanLuka yang terinfeksi seperti halnya luka bedah yang terinfeksi lainnya, harus diatasi dengan pemasangan brainase. Salah satu terapi kombinasi antibiotik berspektrum luas. Harus diberikan kepada keadaan ini. Rasa nyeri diringankan dengan penggunaan preparat analgesik yng efektif dan bila terjadi retensi urin, pemasangan indwelling catheter harus dilakukan.10. Penatalaksanaan

a. Melakukan pemeriksaan fisik leher, abdomen serta genitalia dengan menggunakan inspekulob. Melakukan pemeriksaan penunjang dengan melakukan cek DPL(Diagnostic Peritoneal Lavage)dan dilakukan GTC.c. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan suami mengenai keadaan ibu saat ini, bahwa ibu mengalami radang mulut rahim.d. Melakukan inform consent untuk persetujuan tindakan medik yang akan dilakuan.Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk :a) Menganjurkan ibu untuk pemeriksaan paps mearb) Pemberian antibiotika terutama kalau dapat ditemukan gonococcus dalam secretc) Bila cervicitis tidak spesifik dapat diobati dengan rendaman dalam AgNO3 10 % dan irigasid) Erosi dapat disembuhkan dengan obat keras seperti, AgNO3 10 % atau Albothyl yang menyebabkan nekrose epitel silindris dengan harapan bahwa kemudian diganti dengan epitel gepeng berlapis banyak.e) Memberikan motivasi kepada ibu bahwa ibu dapat menghadapi masalah ini.f) Memberikan penyuluhan kepada ibu mengenai personal hygiene.g) Rujuk ibu ke pelayanan kesehatan yang lebih memadai untuk diadakan uji laboratorium dan pengobatan yang komprehensifB. ENDOMETRIOSIS

1. DefinisiEndometriosis adalah adanya kelenjar dan stroma endometrium di luar uterus, paling sering mengenai ovarium atau permukaan peritoneum viseralis yang mengantung. Meskipun jinak, endometriosis bersifat progresif, cenderung kambuh dan dapat mengivansi secara lokal, dapat memiliki banyak fokus yang tersebar luas (jarang), dan dapat terjadi dalam nodus limfe pelvis (30%). (Buku Saku Obstetri dan Ginekologi, 2009, Hal 666)Endometriosis adalah satu keadaan di mana jaringan endometrium yang masih berfungsi terdapat di luar kavum uteri. Jaringan ini yang terdiri atas kelenjar-kelenjar dan stroma, terdapat di dalam miometrium ataupun di luar uterus. (Prawihardjo, Ilmu Kandungan, 2010, Hal 314)Endometriosis adalah radang yang terkait dengan hormon estrogen berupa pertumbuhan jaringan endometrium yang disertai perambatan pembuluh darah, hingga menonjol keluar rahim dan menyebabkan pelvic pain.

2. Klasifikasi Berdasarkan visualisasi rongga pelvis dan volume tiga dimensi dari endometriosis dilakukan penilaian terhadap ukuran, lokasi dan kedalaman invasi, keterlibatan ovarium dan densitas dari perlekatan. Dengan perhitungan ini didapatkan nilai-nilai dari skoring yang kemudian jumlahnya berkaitan dengan derajat klasifikasi endometriosis. Nilai 1-4 adalah minimal (stadium I), 5-15 adalah ringan (stadium II), 16-40 adalah sedang (stadium III) dan lebih dari 40 adalah berat (stadium IV) (Rusdi, 2009).Derajat endometriosis berdasarkan skoring dari Revisi AFS

Endometriosis1cm

PeritoneumPermukaan124

Dalam246

OvariumKananPermukaan124

Dalam41620

KiriPermukaan124

Dalam41620

Perlekatan kavum douglasSebagianKomplit

440

OvariumPerlekatan2/3

KananTipis124

Tebal4816

KiriTipis124

Tebal4816

TubaKananTipis124

Tebal4816

KiriTipis124

Tebal4816

3. EtiologiAda beberapa faktor resiko penyebab terjadinya endometriosis, antara lain:

a. Wanita usia produktif ( 15 44 tahun )

b. Wanita yang memiliki siklus menstruasi yang pendek (7 hari)

d. Peningkatan jumlah estrogen dalam darah

e. Keturunan : memiliki ibu yang menderita penyakit yang sama.

f. Memiliki saudara kembar yang menderita endometriosis

g. Terpapar Toksin dari lingkungan Biasanya toksin yang berasal dari pestisida, pengolahan kayu dan produk kertas, pembakaran sampah medis dan sampah-sampah perkotaan.

Teori paling banyak diterima ialah migrasi trans tuba atau menstruasi retrogrand. Menurut teori ini, jaringan endometrium diregurgitasi dari uterus selama menstruasi ke tuba falopii dan kedalam rongga peritoneum, dan organ-organ lain.

Penyebabnya tidak diketahui, tetapi beberapa ahli mengemukakan teori berikut:

a. Teori menstruasi retrograd (menstruasi yang bergerak mundur)

Sel-sel endometrium yang dilepaskan pada saat menstruasi bergerak mundur ke tuba falopii lalu masuk ke dalam panggul atau perut dan tumbuh di dalam rongga panggul/perut.

b. Teori sistem kekebalan

Kelainan sistem kekebalan menyebabkan jaringan menstruasi tumbuh di daerah selain rahim.

c. Teori genetik

Keluarga tertentu memiliki faktor tertentu yang menyebabkan kepekaan yang tinggi terhadap endometriosis.

4. Patologia. Pada ovarium tampak kista biru kecil sampai kista besar (kadang sebesar tinju) berisi darah tua menyerupai coklat (kista coklat atau endometrioma).

b. Darah tua dapat keluar sedikit karena luka pada dinding kista dan dapat menyebabkan perlekatan.

c. Kista coklat kadang dapat mengalir dalam jumlah banyak ke rongga peritoneum karena robekan dinding kista dan menyebabkan acute abdomen.5. Gambaran KlinikTanda dan gejala endometriosis antara lain :a. Nyeri :

Dismenore sekunder

Dismenore primer yang buruk

Dispareunia

Nyeri ovulasi

Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi.

Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual

Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter

b. Perdarahan abnormal

Hipermenorea

Menoragia

Spotting sebelum menstruasi

Darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir menstruasi

c. Keluhan buang air besar dan buang air keci

Nyeri sebelum, pada saat dan sesudah buang air besar

Darah pada feces

Diare, konstipasi dan kolik

6. Diagnosisa. Dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinik dan dipastikan dengan laparoskopi

b. Pada endometriosis yang berlokasi pada forniks vagina posterior, perineum, parut laparotomi, biopsy dapat memberi kepastian

7. Penatalaksanaan Penanganan endometriosis terdiri atas pencegahan, pengawasan saja, terapi hormonal, pembedahan dan radiasia. PencegahanMeigh berpendapat bahwa kehamilan adalah cara pencegahan yang paling baik untuk endometriosis. Gejala-gejala endometriosis memang berkurang atau hilang pada waktu dah sesudah kehamilan karena regresi endometrium dalam sarang-sarang endometriosis. Oleh sebab itu hendaknya perkawinan jangan ditunda terlalu lama, dan sesudah perkawinan hendaknya diusahakan mendapat anak-anak yang diinginkan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sikap demikian itu tidak hanya merupakan profilaksis yang baik terhadap endometrisis, melainkan menghindari terjadinya infertilitas sesudah endometriosis timbul. Selain itu jangan melakukan pemeriksaan yang kasar atau melakukan kerokan pada waktu haid, oleh karena itu dapat menyebabkan mengalirnya darah haid dari uterus ke tuba dan rongga panggul.b. Observasi dan Pemberian AnalgetikaPengobatan ekspektatif ini akan berguna bagi wanita-wanita dengan gejala-gejala dan kelainan fisik yang ringan. Pada wanita yang sudah agak berumur, pengawasan itu bisa dilanjutkan sampai menopause, karena sesudah itu gejala-gejala endometriosis hilang sendiri. sikap yang sama dapat diambil pada wanita yang lebih muda, yang tidak mempunyai persoalan tentang infertilitas, akan tetapi pada wanita yang ingin mempunyai anak, jika setelah ditunggu 1 tahun tidak terjadi kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan terhadap infertilitas dan diambil sikap yang lebih aktif. Pada observasi seperti yang diterangkan, harus dilakukan pemeriksaan secara periodik dan teratur untuk meneliti perkembangan penyakitnyadan jika perlu mengubah sikap ekspektatifnya. Dalam masa observasi ini dapat diberi pengobatan paliatif berupa pemberian analgetika untuk mengurangi rasa nyeri.

c. Terapi HormonalObat-obatan yang biasa digunakan untuk mengobati endometriosisObatEfek samping

Pil KB kombinasi estrogen-progestinPembengkakan perut, nyeri payudara, peningkatan nafsu makan, pembengkakan pergelangan kaki, mual, perdarahan diantara 2 siklus menstruasi, trombosis vena dalam

ProgestinPerdarahan diantara 2 siklus menstruasi, perubahan suasana hati, depresi, vaginitis atrofika

DanazolePenambahan berat badan, suara lebih berat, pertumbuhan rambut, hot flashes, vagina kering, pembengkakan pergelangan kaki, kram otot, perdarahan diantara 2 siklus, payudara mengecil, perubahan suasana hati, kelainan fungsi hati, sindroma terowongan karpal

Agonis GnRHHot flashes, vagina kering, pengeroposan tulang, perubahan suasana hati

d. PembedahanAda 2 macan yaitu :a) Laparatomib) LaparaskopiLaparoskopi mempunyai beberapa keuntungan jika dibandingkan dengan Laparotomi, yakni Lama tinggal dirumah sakit lebih pendekyaitu sekitar 2 hari, jika dilaparotomi sekitar 5 hari. Kembalinya aktivitas kerja lebih cepat, Normalnya penderita dapat kembali sepenuhnya 7-10 hari, jika dilaparotomi 4-6 minggu. Ongkos perawatan lebih murah. Pembedahan radikal dilakukan pada wanita dengan endometriosis yang umurnya hampir 40 tahun atau lebih dan yang menderita penyakit yang luas disertai banyak keluhan. Operasi yang paling radikal adalah histerektomi total, salpingo-ooferektomi bilateral, dan pengangkatan semua sarang-sarang endometriosis yang ditemukan. Akan tetapi pada wanita kurang dari 40 tahun dapat dipertimbangkan untuk, meninggalkan sebagian dari jaringan ovariumyang sehat. Hal ini mencegah jangan sampai terlalu cepat timbul gejala-gejala pramenopause dan menopause dan juga mengurangi kecepatan timbulnya osteoporosis.e. RadiasiPengobatan ini bertujuan untuk menghentikan fungsi ovarium, terapi cara ini tidak dilakukan lagi, kecuali jika ada kontra indikasi terhadap pembedahan.C. ENDOMETRITIS1. DefinisiEndometritis adalah suatu peradangan endometrium yang biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri pada jaringan. Endometritis paling sering ditemukan setelah seksio sesaria, terutama bila sebelumnya pasien menderita koridamionitis, parkus dalam, atau pecahnya ketuban yang lama(Jones, L. Derek, 2002).

Endometritis merupakan infeksi polimikroba pada endometrium yang sering menyerang miometrium yang ada dibawahnya(Norwitz, 2007).2. EtiologiEndometritis disebabkan oleh bakteri atau kuman. Kuman yang menyebabkan peradangan endometrium ini ialah golongan streptokokus, stapilokokus, adakalanya basil tuberkolusis dan gonokokus(Sulaiman, 2001).

Endometritis disebabkan oleh infeksi yagn terjadi pada hari pertama dan kedua setelah persalinan biasanya disebabkan oleh streptokokus grup A. infeksi lain yang terjadi pada hari ke 3 dan ke 4 setelah persalinan biasanya disebabkan oleh pathogen enterik (Escherichia coli) atau anaerob. Endometritis yang terjadi lebih dari satu minggu setelah persalinan sering diakibatkan oleh Chlamydia trachomatis(Walsh, V. Linda, 2008).3. KlasifikasiMenurut Wiknjosastro (2002),-a. Endometritis akutaTerutama terjadi pada masa postpartum / post abortum. Pada endometritis postpartum regenerasi endometrium selesai pada hari ke-9, sehingga endometritis postpartum pada umumnya terjadi sebelum hari ke-9. Endometritis post abortum terutama terjadi pada abortus provokatus.Pada endometritis akuta, endometrium mengalami edema dan hiperemi, dan pada pemeriksaanmikroskopik terdapat hiperemi, edema dan infiltrasi leukosit berinti polimorf yang banyak, sertaperdarahan-perdarahan interstisial. Sebab yang paling penting ialah infeksi gonorea dan infeksipada abortus dan partus.Infeksi gonorea mulai sebagai servisitis akut, dan radang menjalar ke atas dan menyebabkanendometritis akut. Gejalanya adalah sebagai berikut:a) Demamb) Lochea berbau : pada endometritis post abortum kadang-kadang keluar flour yangpurulentc) Lochea lama berdarah malahan terjadi metrorrhagi.d) Kalau radang tidak menjalar ke parametrium atau parametrium tidak nyerib. Endometritis kronikaEndometritis kronika tidak seberapa sering terdapat, oleh karena itu infeksi yang tidak dalammasuknya pada miometrium, tidak dapat mempertahankan diri, karena pelepasan lapisanfungsional darn endometrium pada waktu haid. Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukanbanyak sel-sel plasma dan limfosit. Penemuan limfosit saja tidak besar artinya karena sel itu jugaditemukan dalam keadaan normal dalam endometrium. Gejala-gejala klinis endometritis kronika adalah leukorea dan menorargia. Pengobatan tergantung dari penyebabnya. Endometritis kronis ditemukan:a) Pada tuberkulosis

b) Jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus

c) Jika terdapat korpus alineum di kavum uteri

d) Pada polip uterus dengan infeksi

e) Pada tumor ganas uterus

Gejalanya adalah sebagai berikut :a) Flour albus yang keluar dari ostium.b) Kelainan haid seperti metrorrhagi dan menorrhagi.Terapinya adalah perlu dilakukan kuretase.4. Faktor predisposisia. Sectio cessariab. Ketuban pecah

c. Partus lamad. Anemiae. Perdarahan

f. Jaringan plasenta yang bertahan

g. Pemakaian AKDR terutama IUD(Krisnadi, R. Sofie, 2005)5. Gambaran klinisGambaran klinis dari endometritis tergantung pada jenis dan virulensi kuman, daya tahanpenderita dan derajat trauma pada jalan lahir. Kadang-kadang lokhea tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban. Keadaan ini dinamakan lokiometra dan dapat menyebabkankenaikan suhu yang segera hilang setelah rintangan dibatasi. Uterus pada endometrium agakmembesar, serta nyeri pada perabaan, dan lembek. Pada endometritis yang tidak meluaspenderita pada hari-hari pertama merasa kurang sehat dan perut nyeri, mulai hari ke 3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun, dandalam kurang lebih satu minggu keadaan sudah normal kembali, lokhea pada endometritis,biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal yang terakhir ini tidak boleh menimbulkananggapan bahwa infeksinya berat. Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh lokheayang sedikit dan tidak berbau. Gambaran klinik dari endometritis:d. nyeri abdomen bagian bawah.e. Mengeluarkan keputihan (leukorea).f. Kadang terjadi pendarahan.Dapat terjadi penyebaran.a) Miometritis (pada otot rahim).b) Parametritis (sekitar rahim).c) Salpingitis (saluran otot).d) Ooforitis (indung telur).e) Pembentukan penahanan sehingga terjadi abses. (Manuaba, I. B. G., 1998)Menurut Varney, H (2001), tanda dan gejala endometritis meliputi:a. Takikardi 100-140 bpm.b. Suhu 30 40 derajat celcius.c. Menggigild. Nyeri tekan uterus yang meluas secara lateral.e. Peningkatan nyeri setelah melahirkan.f. Sub involusi.

g. Distensi abdomen.h. Lokea sedikit dan tidak berbau/banyak, berbau busuk, mengandung darah seropurulen.i. Awitan 3-5 hari pasca partum, kecuali jika disertai infeksi streptococcus.j. Jumlah sel darah putih meningkat.6. PatofisiologiKuman-kuman masuk endometrium, biasanya pada luka bekas insersio plasenta, dan waktusingkat mengikut sertakan seluruh endometrium. Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapapatogen, radang terbatas pada endometrium. Jaringan desidua bersama-sama dengan bekuandarah menjadi nekrosis serta cairan. Pada batas antara daerah yang meradang dan daerah sehatterdapat lapisan terdiri atas lekosit-lekosit. Pada infeksi yang lebih berat batas endometriumdapat dilampaui dan terjadilah penjalaran7. Komplikasia. Wound infectionb. Peritonitisc. Adnexal infectiond. Parametrial phlegmone. Abses pelvisf. Septic pelvic thrombophlebitis.8. Penatalaksanaana. Antibiotika ditambah drainase yang memadai merupakan pojok sasaran terpi. Evaluasiklinis daan organisme yang terlihat pada pewarnaan gram, seperti juga pengetahuan bakteri yangdiisolasi dari infeksi serupa sebelumnya, memberikan petunjuk untuk terapi antibiotik.b. Cairan intravena dan elektrolit merupakan terapi pengganti untuk dehidrasi ditambahterapi pemeliharaan untuk pasien-pasien yang tidak mampu mentoleransi makanan lewat mulut. Secepat mungkin pasien diberikan diit per oral untuk memberikan nutrisi yang memadai.c. Pengganti darah dapat diindikasikan untuk anemia berat dengan post abortus atau postpartum.d. Tirah baring dan analgesia merupakan terapi pendukung yang banyak manfaatnya.e. Tindakan bedah: endometritis post partum sering disertai dengan jaringan plasenta yangtertahan atau obstruksi serviks. Drainase lokia yang memadai sangat penting. Jaringan plasentayang tertinggal dikeluarkan dengan kuretase perlahan-lahan dan hati-hati. Histerektomi dansalpingo oofaringektomi bilateral mungkin ditemukan bila klostridia teah meluas melampauiendometrium dan ditemukan bukti adanya sepsis sistemik klostridia (syok, hemolisis, gagalginjal)