Laporan Kasus Endometriosis

30
LAPORAN KASUS GINEKOLOGI KISTA ENDOMETRIOSIS I Gusti Agung Putra Mahautama H1A 008 020 PEMBIMBING : dr. Puspa Ambara, Sp.OG DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA DI SMF KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN 1

description

Endometriosis

Transcript of Laporan Kasus Endometriosis

Page 1: Laporan Kasus Endometriosis

LAPORAN KASUS GINEKOLOGI

KISTA ENDOMETRIOSIS

I Gusti Agung Putra Mahautama

H1A 008 020

PEMBIMBING :

dr. Puspa Ambara, Sp.OG

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

DI SMF KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

RSUP NTB DAN RSUP PRAYA

MATARAM

2012

1

Page 2: Laporan Kasus Endometriosis

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat

dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini tepat pada waktunya.

Laporan kasus yang berjudul “Kista Endometriosis” ini disusun dalam rangka

mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian SMF Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit

Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Bagian SMF Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit

Umum Daerah Praya.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis.

1. Dr. A. Rusdhy H. Hamid, Sp.OG, selaku Ketua SMF Obstetri dan Ginekologi RSUP

NTB.

2. Dr. I Made W. Mahayasa, Sp.OG, selaku Koordinator Pendidikan SMF Obstetri dan

Ginekologi RSUP NTB.

3. Dr. Puspa Ambara, Sp.OG, selaku pembimbing

4. Dr. H. Doddy A. K., Sp.OG (K), selaku supervisor

5. Dr. Agus Thoriq, Sp.OG, selaku supervisor

6. Dr. Edi Prasetyo Wibowo, Sp.OG, selaku supervisor

7. Dr. I Made Putra Juliawan, Sp.OG, selaku supervisor

8. Dr. Dewi Wijayanti, SP.OG, selaku supervisor

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan

bantuan kepada penulis.

Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih banyak

kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis

harapkan demi kesempurnaan laporan kasus ini.

Semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan

khususnya kepada penulis dan kepada pembaca dalam menjalankan praktek sehari-hari

sebagai dokter. Terima kasih.

Mataram, 15 Oktober 2012

Penulis

2

Page 3: Laporan Kasus Endometriosis

BAB I

PENDAHULUAN

Endometriosis adalah suatu penyakit yang lazim menyerang wanita di usia reproduksi.

Penyakit ini merupakan kelainan ginekologis yang menimbulkan keluhan nyeri haid, nyeri

saat senggama, pembesaran ovarium dan infertilitas. (Oepomo, 2009)

Endometriosis terjadi ketika suatu jaringan normal dari lapisan uterus yaitu endometrium

menyerang organ-organ di rongga pelvis dan tumbuh di sana. Jaringan endometrium yang

salah tempat ini menyebabkan iritasi di rongga pelvis dan menimbulkan gejala nyeri serta

infertilitas.

Jaringan endometriosis memiliki gambaran bercak kecil, datar, gelembung atau flek-

flek yang tumbuh di permukaan organ-organ di rongga pelvis. Flek-flek ini bisa berwarna

bening, putih, coklat, merah, hitam, atau biru. Jaringan endometriosis dapat tumbuh di permu

kaanrongga pelvis, peritoneum, dan organ di rongga pelvis, yang kesemuanya dapat berkemb

ang membentuk nodul-nodul. Endometriosis bisa tumbuh di permukaan ovarium atau

menyerang bagian dalam ovarium dan membentuk kista berisi darah yang disebut sebagai

kista endometriosis kista coklat. Kista ini disebut kista coklat karena terdapat penumpukan

darah berwarna merah coklat hingga gelap. Kista ini bisa berukuran kecil seukuran kacang

dan bisa tumbuh lebih besar dari buah anggur. Endometriosis dapat mengiritasi jaringan di

sekitarnya dan dapat menyebabkan perlekatan (adhesi) akibat jaringan parut yang

ditimbulkannya (Oepomo, 2009).

Endometriosis terjadi pada 10-14% wanita usia reproduksi dan mengenai 40-60% wanita

dengan dismenorhea dan 20-30% wanita subfertil. Saudara perempuan dan anak perempuan

dari wanita yang menderita endometriosis berisiko 6-9 kali lebih besar untuk berkembang

menjadi endometriosis (NHS, 2009).

Endometriosis menyebabkan nyeri panggul kronis berkisar 70%. Risiko

untuk menjadi tumor ovarium adalah 15 - 20%, angka kejadian infertilitas berkisar 30 - 40%,

dan risiko berubah menjadi ganas 0,7-1%. Endometriosis sekalipun sudah mendapat

pengobatan yang optimum memiliki angka kekambuhan sesudah pengobatan berkisar 30%

(NHS, 2009).

Penanganan endometriosis baik secara medikamentosa maupun operatif tidak memberika

n hasil yang memuaskan disebabkan patogenesis penyakit tersebut belum terungkap secara

tuntas. Keberhasilan penanganan endometriosis hanya dapat dievaluasi saat ini dengan

mempergunakan laparoskopi. Laparoskopi merupakan tindakan yang minimal invasif tetapi

3

Page 4: Laporan Kasus Endometriosis

memerlukan keterampilan operator, biaya tinggi dan kemungkinan dapat terjadi komplikasi

dariyang ringan sampai berat. Alasan yang dikemukakan tadi menyebabkan banyak penderita

endometriosis yang tidak mau dilakukan pemeriksaan laparoskopi untuk mengetahui apakah

endometriosis sudah berhasil diobati atau tidak (Oepomo, 2009).

4

Page 5: Laporan Kasus Endometriosis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

Endometriosis yaitu suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih

berfungsi berada di luar kavum uteri. Jaringan ini terdiri atas kelenjar dan stroma,

terdapat di dalam endometrium ataupun di luar uterus. Bila jaringan endometrium

terdapat di dalam miometrium disebut adenomiosis, bila brada di luar uterus disebut

endometriosis. Pembagian ini sudah tidak dianut lagi, karena secara patologik, klinik,

ataupun etiologic adenomiosis berbeda dengan endometriosis. Adenomiosis secara

klinis lebih banyak persamaan dengan mioma uteri. Adenomiosis sering ditemukan

pada multipara dalam masa premenopause, sedangkan endometriosis terdapat pada

wanita yang lebih muda dan yang infertile (Sarwono.2007). Terdapat kurang lebih

15% wanita reproduksi dan pada 30% dari wanita yang mengalami infertilitas.

Implantasi endometriosis bisa terdapat pada ovarium, ligamentum sakrouterina,

kavum dauglasi, ligamentum latum dan ligamentum rotundum, tuba fallopi, dan pada

tempat-tempat ekstra peritoneal ( serviks, vagina, vulva, dan kelenjar-kelenjar limfe).

Penampakan kasarnya bisa dalam bentuk luka berupa sebuah peninggian atau kista

yang berisi darah baru, merah atau biru-hitam. Karena termakan waktu, luka tersebut

berubah menjadi lebih rata dan berwarna coklat tua. Ukuran luka dapat berkisar dari

luka kecil dari 10 cm.

(Rayburn, F. William.2001)

2. Etiologi

Beberapa ahli mencoba menerangkan kejadian endometriosis yaitu berupa beberapa

teori,antara lain:

a. Teori Implantasi dan Regurgitasi.

Teori ini menerangkan adanya darah haid yang dapat menjalar dari kavum uteri

melalui tuba Falopii, tetapi teori ini tidak dapat menerangkan kasus endometriosis

di luar pelvis.

b. Teori Metaplasia.

Teori ini menerangkan terjadinya metaplasia pada sel-sel coelom yang berubah

menjadi endometrium.

5

Page 6: Laporan Kasus Endometriosis

Perubahan ini dikatakan sebagai akibat dari iritasi dan infeksi atau hormonal pada

epitel coelom. Secara endokrinologis hal ini benar karena epitel germinativum

dari ovarium, endometrium dan peritoneum berasal dari epitel coelom yang sama.

c. Teori Hormonal.

Telah lama diketahui bahwa kehamilan dapat menyembuhkan endometriosis.

Rendahnya kadar FSH, LH, dan E2 dapat menghilangkan endometriosis.

Pemberian steroid seks dapat menekan sekresi FSH, LH, dan E2. Pendapat yang

sudah lama dianut mengemukakan bahwa pertumbuhan endometriosis sangat

tergantung dari kadar estrogen di dalam tubuh.

d. Teori Imunologik.

Secara embriologis, sel epitel yang membungkus peritoneum parietal dan

permukaan ovarium sama asalnya, oleh karena itu sel endometriosis sejenis

dengan mesotel. Banyak peneliti berpendapat bahwa endometriosisn adalah suatu

penyakit autoimun karena memiliki criteria cenderung lebih banyak pada wanita,

bersifat familiar, menimbulkan gejala klinik, melibatkan multiorgan,

menunjukkan aktivitas sel B-poliklonal.

( Baziad,Ali dkk.1993)

3. Faktor-faktor resiko

Factor-faktor resiko untuk endometriosis :

a. Nuliparitas

b. Infertilitas

c. Usia 25-40 tahun

(Rayburn, F. William.2001)

4. Jenis- jenis endometriosis

Berdasarkan lokasi tempat endometriosis dibagi menjadi :

a. Endometriosis Interna (adenomiosi uteri)

Fokus Endometriosis berada multilokuler di dalam otot uterus. Akan terjadi

penebalan atau pembesaran uterus. Gejala yang timbul hampir tidak ada. Ada dua

gejala yang khas buat adenomiosis uterus, yaitu:

- Nyeri saat haid.

- Perdarahan haid yang banyak atau haid yang memanjang.

b. Endometriosis Tuba.

Yang paling sering terkena adalah bagian proksimal tuba.Akibatnya adalah:

- Saluran tuba tertutup,terjadi infertilitas.

6

Page 7: Laporan Kasus Endometriosis

- Resiko terjadinya kehamilan ektopik.

- Hematosalping

c. Edometriosis Ovarium

Akibat adanya endometriosis pada ovarium akan terbentuk kista coklat. Kista

coklat ini sering mengadakan perlekatan dengan organ-organ di sekitarnya dan

membentuk suatu konglomerasi.

d. Endometriosis Retroservikalis.

Pada rectal toucher sering teraba benjolan yang nyeri pada cavum Douglas.

Benjolan-benjolan ini akan melekat dengan uterus dan rectum, akibatnya adalah:

- Nyeri pada saat haid.

- Nyeri pada saat senggama.

Diagnosa banding yang perlu diperhatikan adalah:

- Karsinoma ovarium.

- Metastasis di kavum Douglas.

- Mioma multiple.

- Karsinoma rectum.

e. Endometriosis Ekstragenital.

Setiap nyeri yang timbul pada organ tubuh tertentu pada organ tbuh tertentu

bersamaan dengan datangnya haid harus dipikirkan adanya endometriosis.

( Baziad,Ali dkk.1993)

5. Patologi

Dimanapun lokasinya, endometrium ektopik, yang dikelilingi stroma , mengadakan

implantasi dan membentuk kista kecil, yang berespon terhadap sekresi estrogen dan

progesterone secara siklik, sama seperti yang terjadi di dalam endometrium uteri.

Selama menstruasi, terjadi perdarahan di dalam kista. Darah, jaringan endometrium

dan cairan jaringan terperangkap di dalam kista tersebut. Pada siklus berikutnya ,

cairan jaringan dan plasma darah diabsorpsi, sehingga meninggalkan darah kental

berwarna coklat. Ukuran maksimal kista tergantung lokasinya. Kista kecil mungkin

tetap kecil atau diserang makrofag dan menjadi luka fibrotic kecil. Kista cenderung

lebih besar dari pada kista lainnya, tetapi biasanya tidak lebih besar daripada jeruk

berukuran sedang. Ketika kista tumbuh, tekanan internal mungkin merusak dinding

endometrium yang aktif, sehingga kista tida berfungsi lagi.

7

Page 8: Laporan Kasus Endometriosis

Tidak jarang terjadi rupture dari kista yang kecil. Darah kental yang keluar sangat

iritatif dan mengakibatkan perlengketan multiple disekeliling kista. ( Jones. Derek

Llewellyn,2001).

6. Gejala- Gejala

Penderita endometriosis bisa datang dengan keluhan nyeri panggul, terutama bila

datang haid, infertilitas, disparenia, perdarahan uterus abnormal, rasa nyeri atau

berdarah ketika kencing atau pada rectum dalam masa haid. Gejala-gejala

endometriosisi datangnya berkala dan bervariasi sesuai datangnya haid tetapi bisa

menetap. Banyak penderita endometriosis yang tidak bergejala, dan terdapat sedikit

korelasi antara hebatnya gejala dengan beratnya penyakit.

Adapun gambaran klinis endometriosis menurut Sarwono yaitu :

a. Nyeri perut bawah yang progresif dan dekat paha yang terjadi pada dan selama

haid (dismenore)

Dismenorea pada endometriosis biasanya merupakan rasa nyeri waktu haid

yang semakin lama semakin hebat. Sebab dari dismenorea ini tidak diketahui

secara pasti tetapi mungkin ada hubungannya dengan vaskularisasi dan

perdarahan di dalam kista endometriosis pada waktu sebelum dan semasa haid.

Jika kista endometriumnya besar dan terdapat perlengketan ataupun jika lesinya

melibatkan peritoneum usus, keluhan dapat berupa nyeri abdomen bawah atau

pelvis yang konstan dengan intensitas yang berbeda-beda. (Derek Llewellyn-

Jones.2002)

b. Dispareunia

Merupakan keadaan yang sering dijumpai disebabkan oleh karena adanya

endometriosis di kavum douglasi.

c. Nyeri pada saat defekasi

Defekasi yang sukar dan sakit terutama pada waktu haid disebabkan oleh karena

adanya endometriosis pada dinding rektosigmoid.

d. Gangguan Haid (Polimenorea dan hipermenorea)

Gangguan haid dan siklusnya terjadi apabila kelainan pada ovarium demikian

luasnya sehingga fungsi ovarium terganggu.Menstruasi tidak teratur terdapat

pada 60% wanita penderita. Pasien mungkin mengeluhkan bercak merah

premenstruasi, perdarahan menstruasi dalam jumlah banyak (menoragia), atau

8

Page 9: Laporan Kasus Endometriosis

frekuensi menstruasi yang lebih sering dan banyak mengeluarkan darah. (Jones.

Derek Llewellyn.2001)

e. Infertilitas

Ada korelasi yang nyata antara endometriosis dan infertilitas. 30%-40% wanita

dengann endometriosis menderita infertilitas. Factor penting yang menyebabkan

infertilitas pada endometriosis adalah apabila mobilitas tuba terganggu karena

fibrosis dan perlekatan jaringan di sekitarnya. Pada pemeriksaaan ginekologik

khususnya pemeriksaan vagina-rekto-abdominal, ditemukan pada endometriosis

ringan benda-benda padat seperti butir beras sampai butir jagung di kavum

douglas dan pada ligamentum sakrouterinum dengan uterus dalam posisi

retrofleksi dan terfiksasi. (Wiknjosastro, hanifa.2007.)

7. Tanda

Tanda-tanda fisik dari endometriosis yaitu rahim yang terfiksasi ke belakang, terdapat

benjolan pada ligamentum sakrouterina dan dalam kavum douglasi, massa adneksa

yang asimetris, dan nyeri pada pemeriksaan bimanual. Luka yang terlihat pada

pemeriksaan speculum adalah sangat menunjukan endometriosis, dan jika ada harus

dilakukan pemeriksaan biopsy. (Rayburn, F. William.2001)

8. Diagnosis

Secara klinis endometriosis sering sulit dibedakan dari penyakit radang pelvis atau

kista ovarium lainnya. Visualisasi endometriosis diperlukan untuk memastikan

diagnosis. Cara yang biasa dilakukan untuk menegakan diagnose yaitu dengan

melakukan pemeriksan laparoskopi untuk melihat luka dan mengambil specimen

biopsy. Pemeriksaan ultrasonografi pelvis bias membantu untuk menilai massa dan

bisa menduga adanya endometriosis. Kadar antigen kanker 125 (CA-125) tinggi pada

penderita endometriosis.

(Rayburn, F. William.2001)

Adapun Pemeriksaan Penunjang yang dilakukan yaitu :

a. Laparoskopi

Bila ada kecurigaan endometriosis panggul , maka untuk menegakan diagnosis

yang akurat diperlukan pemeriksaan secara langsung ke rongga abdomen per

laparoskopi. Pada lapang pandang laparoskopi tampak pulau-pulau endometriosis

yang berwarna kebiruan yang biasanya berkapsul. Pemeriksaan laparoskopi

sangat diperlukan untuk mendiagnosis pasti endometriosis, guna menyingkirkan

9

Page 10: Laporan Kasus Endometriosis

diagnosis banding antara radang panggul dan keganasan di daerah pelviks.

Moeloek mendiagnosis pasien dengan adneksitis pada pemeriksaam dalam,

ternyata dengan laparoskopi kekeliruan diagnosisnya 54%, sedangkan terhadap

pasien yang dicurigai endometriosis, kesesuaian dengan pemeriksaan laparoskopi

adalah 70,8%.

b. Pemeriksaan Ultrasonografi

Secar pemeriksaan, USG tidak dapat membantu menentukan adanya

endometriosis, kecuali ditemukan massa kistik di daerah parametrium, maka pada

pemeriksaan USG didapatkan gambaran sonolusen dengan echo dasar kuat tanpa

gambaran yang spesifik untuk endometriosis.

9. Penanganan

Penanganan endometriosis terdiri atas pencegahan, observasi, terapi hormonal,

pembedahan dan radiasi.

a. Pencegahan

Bila disminorea yang berat terjadi pada seorang pasien muda, kemungkinana

bermacam-macam tingkat sumbatan pada aliran haid harus

dipertimbangkan.kemungkinan munculnya suatu tanduk rahim yang tumpul pada

rahimbikornuata atau sebuah sumbatan septum rahim atau vaginal harus

diingat.dilatasi serviks untuk memungkinkan pengeluaran darah haid yang lebih

mudah pada pasien dengan tingkat disminorea yang hebat.

( Moore, Hacker.2001)

Kemudian, adapula pendapat dari Meigs. Meigs berpendapat bahwa kehamilan adalah

pencegahan yang paling baik untuk endometriosis. Gejala- gejala endometriosis

memang berkurang pada waktu dan sesudah kehamilan karena regresi endometrium

dalam sarang-sarang endometriosis. Maka dari itu perkawinan hendaknya jangan

ditunda terlalu lama dan diusahakan secepatnya memiliki anak yang diinginkan dalam

waktu yang tidak terlalu lama. Sikap demikian tidak hanya merupaka profilaksis yang

baik untuk endometriosis, melainkan juga mrnghindari terjadinya infertilitas sesudah

endometrium timbul.selain itu juga jangan melakukan pemeriksaan yang kasar atau

kerokan saat haid, karena dapat mengalirkan darah haid dari uterus ke tuba fallopi dan

rongga panggul.

(Wiknjosastro, hanifa.2007.)

10

Page 11: Laporan Kasus Endometriosis

b.Observasi

pengobatab ini akan berguna bagi wanita dengan gejala dan kelainan fisik yang

ringan. Pada wanita yang agak berumur, pengawasan ini bisa dilanjutkan sampai

menopause, karena sesudah itu gejala-gejala endometriosis hilang sendiri. Dalam

masa observasi ini dapat diberi pengobatan paliatif berupa pemberian analgetik untuk

mengurangi rasa nyeri. (Wiknjosastro, hanifa.2007.)

c.Pengobatan Hormonal

Prinsip pertama pengobatan hormonal ini adalah menciptakan ingkungan hormone

rendah estrogen dan asiklik. Kadar estrogen yang rendah menyebabkan atrofi

jaringan endometriosis. Keadaan yang asiklik mencegah terjadinya haid, yang

berarti tidak terjadi pelepasan jaringan endometrium yang normal ataupun jaringan

endometriosis. Dengan demikian dapat dihindari timbulnya sarang endometriosis

yang baru karena transport retrograde jaringan endometrium yang lepas serta

mencegah pelepasan dan perdarahan jaringan endometriosis yang menimbulkan rasa

nyeri karena rangsangan peritoneum.

Prinsip kedua yaitu menciptakan lingkungan tinggi androgen atau tinggi

progesterone yang secara langsung dapat menyebabkan atrofi jaringan

endomeetriosis.

(Wiknjosastro, hanifa.2007.)

d.Pembedahan

adanya jaringan endometrium yang berfungsi merupakan syarat mutlak tumbuhnya

endometriosis. Oleh krarena itu pada waktu pembedahan,harus dapat menentukan

apakah ovarium dipertahankan atau tidak. Pada andometriosis dini , pada wanita yang

ingin mempunyai anak fungsi ovarium harus dipertahankan. Sebaliknya pada

endometriosis yang sudah menyebar luas pada pelvis, khususnya pada wanita usia

lanjut. Umumnya pada terapi pembedahan yang konservatif sarang endometriosis

diangkat dengan meninggalkan uterus dan jaringan ovarium yang sehat, dan

perlekatan sedapatnya dilepaskan. Pada operasi konservatif, perlu pula dilakukan

suspensi uterus, dan pengangkatan kelainan patologik pelvis. Hasil pembedahan untuk

infertile sangat tergantung pada tingkat endometriosis, maka pada penderita dengan

penyakit berat, operasi untuk keperluan infertile tidak dianjurkan. (Wiknjosastro,

hanifa.2007)

11

Page 12: Laporan Kasus Endometriosis

e.Radiasi

pengobatan ini bertujuan menghentikan fungsi ovarium, tapi sudah tidak dilakukan

lagi, kecuali jika ada kontraindikasi terhadap pembedahan. (Wiknjosastro,

hanifa.2007.)

12

Page 13: Laporan Kasus Endometriosis

BAB III

LAPORAN KASUS GINEKOLOGI

I. IDENTITAS

Nama : Nn. S

Usia : 24 tahun

Pekerjaan : IRT

Agama : Islam

Suku : Sasak

Alamat : Gunung Sari, Lombok Barat

RM : 044970

MRS : 17 September 2012

II. ANAMNESIS

Keluhan Utama : keluar darah dari vagina selama 1 minggu

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien merupakan rujukan dari Puskesmas Gunung Sari dengan G1P0A0 uk 12 minggu.

Darah keluar dari vagina sejak 1 minggu yang lalu berwarna merah segar dan makin lama

menjadi merah kehitaman tanpa disertai jaringan. Darah keluar merembes sedikit-sedikit

± 1 softtek, tidak berbau dan memuncak sejak kemarin pagi pukul 04.00 sejumlah ± 5

softtek berupa darah encer maupun gumpalan darah berwarna merah kehitaman. Nyeri

perut (+) dibagian bawah perut. Nyeri kadang menyertai keluarnya darah, kadang juga

tanpa keluarnya darah nyeri tetap hilang timbul. Keluhan pusing (+) dan pasien mengaku

pernah pingsan, riwayat keluar keputihan (-), demam (-), nafsu makan menurun,

BAB/BAK normal, keluhan mual (-), muntah (-). Pasien mengaku telat haid sejak 4 bulan

yang lalu. Pasien merasakan perut bagian bawahnya mulai membesar sejak 2 bulan yang

lalu. Pasien pernah tes kehamilan di puskesmas dan dinyatakan hamil. Pasien memiliki

riwayat pernah berobat ke RSUP NTB 2 minggu yang lalu dan dinyatakan hamil anggur

kemudian dilakukan kuretase.

Riwayat menstruasi :

Menarche usia 12 tahun. Siklus haid biasanya 28 hari dan lamanya haid 6 hari dengan

hari banyak haid 3-4 hari dan menghabiskan hingga 1-2 pembalut sehari. Riwayat nyeri

berlebihan saat menstruasi (-). Pasien lupa Hari pertama haid terakhir.

13

Page 14: Laporan Kasus Endometriosis

Riwayat dan rencana KB:

Ini adalah hamil pertama dan pasien belum pernah merencanakan menggunakan KB

sampai saat ini.

Riwayat pernikahan :

Pasien menikah petamakali pada usia 22 tahun. Pasien mengaku menikah 1 kali

Riwayat persalinan :

(-)

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien mengaku tidak pernah memiliki riwayat keluhan yang serupa. Pasien juga

menyangkal adanya riwayat penyakit jantung, ginjal, hipertensi, diabetes mellitus, dan

asma.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Menurut pasien di keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan seperti pasien.

Riwayat penyakit jantung, ginjal, hipertensi, diabetes mellitus, dan asma disangkal.

Riwayat Alergi :

Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan dan makanan.

III. STATUS GENERALIS

Keadaan umum : baik

Kesadaran : compos mentis

Tanda Vital

- Tekanan darah : 100/70 mmHg

- Frekuensi nadi : 92 x/menit

- Frekuensi napas : 20 x/menit

- Suhu : 36,3oC

Pemeriksaan Fisik Umum

- Mata : anemis (-/-), ikterus (-/-)

- Jantung : S1S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)

- Paru : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)

- Ekstremitas : edema - - akral teraba hangat + +

- - + +

14

Page 15: Laporan Kasus Endometriosis

IV. STATUS GINEKOLOGI

Abdomen :

Inspeksi → abdomen tampak mengalami pembesaran, tidak ada tanda-tanda

peradangan, bekas operasi (-).

Palpasi → teraba massa ukuran + 14x12 cm, berbatas tegas, padat kenyal,

terfiksir, permukaan rata, nyeri tekan (-), terletak di regio

hipogastrium

Inspekulo → porsio licin, cavum douglas tidak menonjol, OUE tertutup,

fluxus (+), fluor albus (-),

VT → OUE tertutup, teraba jaringan (-), nyeri goyang portio (-), uterus

teraba lunak, tidak ikut bergerak, bagian janin (-), CUAF, adneksa

dan parametrium : ditemukan masa di bagian depan uterus, cavum

douglas : tidak menonjol

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Ultrasonografi (USG) Abdomen :

Tampak uterus membesar ukuran 8,5 x 6,3 cm

Tampak massa hiperechoic di uterus

Kesan : Mioma uteri Subserous

Pemeriksaan Laboratorium :

Hb : 13,7 g/dL

RBC : 4,43 M/µl

WBC : 9,06 K/µl

PLT : 224 K/µl

HCT : 42,0 %

HbSAg : (-)

BT : 3’00”

CT : 5’30”

VI. DIAGNOSIS PRE OPERASI

Mioma Uteri (Subserous)

VII. RENCANA TINDAKAN

15

Page 16: Laporan Kasus Endometriosis

Observasi keadaan umum pasien dan vital sign

Konsultasi ke SPV, advice : persiapkan laparatomi

KIE pasien dan keluarganya

VIII. LAPARATOMI

Tindakan Operasi : Laparotomi dan salphingo ooforektomi dextra

Penemuan Intra Operasi :

Massa kistik di dextra uterus 15 x 10 cm berbentuk bulat lonjong

Terdapat perlekatan

Perdarahan ± 300 cc

Instruksi Post Operasi :

Pemeriksaan laboratorium post-operatif

Bila Hb < 8 g/dl, transfusi darah (PRC) hingga Hb 9-10 g/dl

Injeksi Ampisilin 1 gram per 6 jam

Observasi tanda vital dan keluhan pasien

IX. 2 JAM POST OPERATIF

Keluhan : -

KU : baik

TD : 100/80 mmHg

Nadi : 108 x/menit

Kes : CM E4V5M6

RR : 20 x/menit

Suhu : 36,2 oC

Perdarahan aktif : (-)

UO : 50 cc/jam

Pemeriksaan Laboratorium

Hb : 12,4 g/dL

RBC : 4,01 M/µl

WBC : 10,8 K/µl

PLT : 236 K/µl

HCT : 36,9 %

Assessment : 2 jam post laparotomi

Planning :

Observasi tanda vital dan keluhan pasien

16

Page 17: Laporan Kasus Endometriosis

KIE pasien untuk istirahat dan mobilisasi

Anjurkan minum obat

X. 1 HARI POST OPERATIF

Subyektif :

Keluhan : -

Obyektif :

KU : baik

Kes : compos mentis

TD : 100/70 mmHg

Nadi : 96 x/menit

RR : 20 x/menit

Suhu : 36,4oC

Perdarahan aktif : (-)

UO : 50 cc/jam

Assessment : 1 hari post laparotomi

Planning :

Observasi tanda vital dan keluhan pasien

KIE pasien untuk istirahat dan mobilisasi

Anjurkan minum obat

17

Page 18: Laporan Kasus Endometriosis

BAB IV

PEMBAHASAN

Diagnosis kerja awal pada pasien ini pada kurang tepat. Pada awalnya pasien ini di

diagnosis mioma uteri subserous oleh karena pada anamnesis ditemukan adanya riwayat

perdarahan pada pasien dan nyeri perut (+) dibagian bawah perut. Pada pemeriksaan fisik

ditemukan abdomen tampak mengalami pembesaran, teraba massa ukuran + 14x12 cm,

berbatas tegas, padat kenyal, terfiksir, permukaan rata, nyeri tekan (-), terletak di regio

hipogastrium. Pada inspekulo ditemukan fluxus (+) dan pada VT ditemukan, uterus,

teraba lunak, tidak ikut bergerak, adneksa dan parametrium : ditemukan masa di bagian

depan uterus. Pada pemeriksaan penunjang USG ditemukan tampak uterus membesar ukuran

8,5 x 6,3 cm, tampak massa hiperechoic di uterus kesan : mioma uteri subserous. Namun saat

durante operasi ditemukan kista endometriosis di bagian anterior dari uterus. Pengaburan

diagnosis ini terjadi karena pasien telah amenore sejak 4 bulan yang lalu dan dinyatakan

hamil dengan pp test positif. Sebab pp test positif ini kemungkinan akibat penyakit mola

hidatidosa yang dialami pasien. Pasien sempat di diagnosis mola hidatidosa 2 minggu yang

lalu dan dilakukan kuretase. Hal tersebut membuat kurangnya pengarahan anamnesis kearah

kista endometriosis.

Pada kista endometriosis biasanya didapatkan benjolan pada perut bagian bawah yang

membesar secara perlahan-lahan, disertai adanya keluhan nyeri perut bawah yang progresif

yang terjadi selama haid dismenorhea. Sebab dari dismenorhea pada

endometriosis tidak diketahui tetapi mungkin ada hubungannya dengan vaskularisasi 

dan perdarahan dalam sarang endometriosis pada waktu sebelum dan semasa haid. Namun

keluhan dismenorhea ini tidak ditemukan pada pasien. Gangguan Haid (Polimenorea dan

hipermenorea) yang biasanya terjadi pada endometriosis juga tidak ditemukan pada pasien.

Pada pemeriksaan fisik, hasil temuan kista endometriosis hampir sama dengan mioma

uteri dimana didapatkan massa tumor di regio suprapubis , terfiksir, batas tegas, 

tidak nyeri. Jadi untuk identifikasi kista endometriosis dapat dilakukan pemeriksaan USG.

Namun hasil USG pada kasus ini adalah mioma subserous.

Pada pasien ini dilakukan tindakan bedah berupa laparatomi. Penatalaksanaan pasien ini

sudah tepat, karena laparoskopi sesuai algoritma penatalaksanaan endometriosis tidak dapat

dilakukan di RSUP NTB karena keterbatasan alat. Pada pasien ini dilakukan salphingotomi

ooforektomi dextra dan adhesiolisis. Adapun pemilihan tindakan bedah  pada  pasien ini 

sudah tepat karena berdasarkan kepustakaan, kista endometriosis yang ukurannya lebih dari 2

18

Page 19: Laporan Kasus Endometriosis

cm atau yang sudah terjadi perlengketan lebih baik diobati dengan pembedahan, yang

bertujuan untuk mengangkat kista endometriosis dan membebaskan  perlengketan 

endometriosis. 

Pengangkatan adneksa dari endometriosis yang berat dilakukan bila adneksa sebelahnya

normal. Pada wanita yang usianya kurang dari 40 tahun, perlu dipertimbangkan untuk

meninggalkan sebagian jaringan ovarium yang sehat. Adhesiolisis pada pasien ini sudah tepat

karena bertujuan untuk memungkinkan mobilitas dan menormalkan kembali hubungan antara

organ - organ di dalam rongga pelvis. Selain itu juga tampak perlengketan hebat antara tuba

fallopi sinistra dan ovarium sinistra (massa berwarna putih keabu-abuan) dengan ileum dan

kolon.

19

Page 20: Laporan Kasus Endometriosis

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Diagnosis awal pasien ini yaitu mioma uteri kurang tepat. Pada saat durante operasi

ditemukan kista endometriosis. Jadi diperukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang yang lebih cerat lagi

2. Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien ini sudah tepat yaitu tindakan bedah.

Saran

1. Diperlukan deteksi dini terhadap

semua penyakit kandungan terutama kistaendometriosis karena dapat menyebabkan

infertilitas, oleh karena itu tenagakesehatan hendaknya  meningkatkan

kemampuannya dalam mendiagnosis penyakit kista endometriosis

20

Page 21: Laporan Kasus Endometriosis

DAFTAR PUSTAKA

American Society. Endometriosis a guide for patienthttp://www.asrm.org/Patients/

patientbooklets/endometriosis.pdf 

Baziad,Ali dkk.1993. Endokrinologi Ginekologi. Jakarta.Media Aesculapius

Jones. Derek Llewellyn.2001. Dasar-dasar obstetric dan ginekologi. jakarta. hipokrates

Moore, Hacker.2001. Esensial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta.Hipokrates

NHS Evidence. 2009.

Annual Evidence Update on Endometriosis – Epidemiology andaetiology.http://

www.library.nhs.uk/womenshealth/ViewResource.aspx?

resID=258981&tabID=290&catID=11472

Oepomo TD. 2009. Concentration of TNFα in the peritoneal fluid and serum of 

endometrioticpatients. http://www.unsjournals.com/DD0703D070302.pdf

Rayburn, F. William.2001. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta. Widya medika

Wiknjosastro, hanifa.2005. Ilmu Kandungan. Jakarta.yayasan bina pustaka

21