elka4.doc
-
Upload
albert-hanc -
Category
Documents
-
view
89 -
download
13
Transcript of elka4.doc
HALAMAN PENGESAHAN
No.Percobaan : 03
Judul : Monopulse final control element direct coupling
Nama : Albert Han Suhatra
No.Bp : 1101043033
Kelas/Kelompok : III B EC Mandiri/04
Dosen Pembimbing : 1. Hendrick, ST, MT.
2. Yulastri, ST, MT.
Tgl. Percobaan : 08 Oktober 2013
Tgl. Penyerahan : 22 Oktober 2013
Keterangan :
Nilai :
1 | A l b e r t H a n S u h a t r a
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Elka Industri ini yang berjudul
“Monopulse final control element direct coupling”. Selanjutnya salawat dan salam juga penulis
kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW.
Penulisan laporan ini tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa bimbingan dan bantuan
serta dukungan dari berbagai pihak. Seiring dengan ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada
dosen pembimbing yang telah membantu dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk
membuat laporan ini.
Penulis sadar dalam pembuatan laporan ini masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan. Oleh sebab itu penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi yang
membutuhkan bahan bacaan yang sama topiknya dengan laporan yang penulis sajikan.
Penulis juga mengharapkan kritikan dan saran demi penyempurnaan laporan ini. Akhir
kata, semoga tulisan ini dapat memberi manfaat kepada kita semua dan Allah SWT senantiasa
memberikan rahmat-Nya kepada kita semua. Amin.
Padang, Oktober 2013
Penulis
2 | A l b e r t H a n S u h a t r a
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Tujuan Percobaan
I.2 Landasan Teori
BAB II PEMBAHASAN
II.1 Gambar Rangkaian
II.2 Alat dan Bahan
II.3 Langkah Kerja
BAB III HASIL PERCOBAAN
III.1 Tabel
III.2 Analisa Data
BAB IV PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
IV.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
3 | A l b e r t H a n S u h a t r a
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
Tujuan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Membentuk tegangan trapesium menggunakan penyearah dan pembatas tegangan
menggunakan dioda zener.
2. Menggambarkan trapesium sebagai input tegangan.
3. Untuk mengetahui pengaruh pemberian transistor yang disisipkan pada rangkaian
UJT untuk pemicu SCR.
4. Menghubungkan sebuah lampu yang dipicu menggunakan SCR yang diatur
menggunakan potensiometer untuk mengubah besar gelombang mono untuk memicu
SCR dan melihat pengaruhnaya tehadap nyala dan redup lampu
1.2 Landasan Teori
Transistor persambungan-tunggal (unijunction transistor, atau disingkat menjadi
UJT) adalah transistor yang mempunyai dua daerah dengan tak-murnian berbeda dan tiga
penghubung-luar. Transistor dengan satu sambungan merupakan alat semikonduktor
berterminal tiga yang terbungkus dalam cara hamper sama dengan transistor biasa,
misalnya dalam paket plastic atau kotak TO, tetapi mempunyai cara kerja yang sangat
berlainan. Piranti ini mempunyai satu emiter dan dua basis. Emiternya mengandung tak-
murnian dalam kadar tinggi dan karena itu mengandung lubang dalam jumlah besar. Di pihak
lain, daerah n dari transistor hanya diberi tak-murnian dalam kadar rendah. Sebagai
akibatnya, hambatan antara basis-basis mempunyai harga relatif tinggi, biasanya antara 5
sampai 10 kΩ bila emiter dalam keadaan terbuka. Besaran ini disebut hambatan antar-basis
(Rbb).
4 | A l b e r t H a n S u h a t r a
Cara Kerja UJT:
Tegangan suply yagn diberikan ke UJT di antara basis 1 dan basis 2 (Vbb) akan
menyebabkan mengalirnya arus nominal yang rendah. Tegangan di antara basis 1 dan emiter
akan selalu berupa proporsi Vbb yang tetap sesuai dengan ;
Veb = η Vbb
Dengan η adalah rasio pengimbang yang merupakan sifat dasar.
Rasio ini berada di antara nilai 0.5 sampai 0.8. Seperti yang terbukti kemudian, ukuran η
sebesar 0.7 akan sangat berguna bagi UJT.
Bila tegangan Veb1 dibentuk oleh beberapa pengaturan sirkit eksternal, suatu nilai Vp akan
tercapai. Vp ini cukup untuk menghidupkan sambungan basis1-emiter, sehingga tahanannya
secara mendadak menjadi rendah dan arus Ie yang besar dapat mengalir.
Pengaturan rangkaian yang umum memberikan tegangan yang memadai kepada sambunga
basis1-emiter adalah jaringan pengisian CR. Tegangan pada kapasitor naik, kalau kapasitor diisi
dan mencapai nilai 0.63 Vs volt setelah CR detik. Karena Vp untuk UJT berkaiatan dengan nilai
η, dapat diatur supaya UJT ”menyala” setelah CR detik (konstanta waktunya).
UJT sebagai osilator relaksasi
5 | A l b e r t H a n S u h a t r a
Bila tegangan suply Vbb dihidupkan, UJT sebenarnya Off. Kapasitor C mulai terisi lewat
R dengna kecepatan yagn tergantung pada ukuran C dan R. Ketika Vc mencapai Vp, sambungna
basis1-emiter hidup dan muatan yang tersimpan dalam kapasitor dapat keluar melalui
sambungann basis1-emiter dan resistor Rb1. Hal ini menyebabkan terjadinya:
1. Pulsa arus yagn melalui Rb1 menghasilkan pulsa tegangan output positif pada Rb1.
2. Arus yangmengalir di antara basis 1 dan basis 2 bertambah dan tegangan pada Rb2
naik pula, menyebabkan suatu pulsa dari tingkat +Vbb menuju negatif dan diperoleh
pada output 2, yaitu di antara basis 2 dan 0 V
Bentuk gelombang untuk rangkaian relaksasi:
Rangkaian relaksasi bekerja sendiri, yaitu memulai osilasi segera setelah suplai dihidupkan.
Osilator relakasi digunakan untuk: menyuplai pulsa pemacu stroboskop, thyristor, triac, dan
rangkaian-rangkaian lainnya.
Rumus untuk η adalah:
6 | A l b e r t H a n S u h a t r a
η
Menguji UJT
Cara kerja UJT (Uni Junktion Transistor) adalah seperti switch, UJT kalau masih bisa on¬ off
berarti masih baik.
Jangkah pada 10 VDC dan potensio pada minimum, tegangan harus kecil. Setelah potensio
diputar pelan¬-pelan jarum naik sampai posisi tertentu dan kalau diputar terus jarum tetap disitu.
Bila jarum diputar pelan--pelan ke arah minimum lagi, pada suatu posisi tertentu tiba-¬tiba jarum
bergerak ke kiri dan bila putaran potensio diteruskan sampai minimum jarum tetap disitu. Bila
peristiwa tersebut terjadi, maka UJT masih baik.
SCR
Telah dibahas, bahwa untuk membuat thyristor menjadi ON adalah dengan memberi arus
trigger lapisan P yang dekat dengan katoda. Yaitu dengan membuat kaki gate pada thyristor
PNPN seperti pada gambar-4a. Karena letaknya yang dekat dengan katoda, bisa juga pin gate ini
disebut pin gate katoda (cathode gate). Beginilah SCR dibuat dan simbol SCR digambarkan
seperti gambar-4b. SCR dalam banyak literatur disebut Thyristor saja.
7 | A l b e r t H a n S u h a t r a
Struktur SCR
Melalui kaki (pin) gate tersebut memungkinkan komponen ini di trigger menjadi ON,
yaitu dengan memberi arus gate. Ternyata dengan memberi arus gate Ig yang semakin besar
dapat menurunkan tegangan breakover (Vbo) sebuah SCR. Dimana tegangan ini adalah tegangan
minimum yang diperlukan SCR untuk menjadi ON. Sampai pada suatu besar arus gate tertentu,
ternyata akan sangat mudah membuat SCR menjadi ON. Bahkan dengan tegangan forward yang
kecil sekalipun. Misalnya 1 volt saja atau lebih kecil lagi. Kurva tegangan dan arus dari sebuah
SCR adalah seperti yang ada pada gambar-5 yang berikut ini.
Karakteristik kurva I-V SCR
Pada gambar tertera tegangan breakover Vbo, yang jika tegangan forward SCR mencapai
titik ini, maka SCR akan ON. Lebih penting lagi adalah arus Ig yang dapat menyebabkan
tegangan Vbo turun menjadi lebih kecil. Pada gambar ditunjukkan beberapa arus Ig dan
korelasinya terhadap tegangan breakover. Pada datasheet SCR, arus trigger gate ini sering ditulis
dengan notasi IGT (gate trigger current). Pada gambar ada ditunjukkan juga arus Ih yaitu arus
8 | A l b e r t H a n S u h a t r a
holding yang mempertahankan SCR tetap ON. Jadi agar SCR tetap ON maka arus forward dari
anoda menuju katoda harus berada di atas parameter ini.
Sejauh ini yang dikemukakan adalah bagaimana membuat SCR menjadi ON. Pada
kenyataannya, sekali SCR mencapai keadaan ON maka selamanya akan ON, walaupun tegangan
gate dilepas atau di short ke katoda. Satu-satunya cara untuk membuat SCR menjadi OFF adalah
dengan membuat arus anoda-katoda turun dibawah arus Ih (holding current). Pada gambar-5
kurva I-V SCR, jika arus forward berada dibawah titik Ih, maka SCR kembali pada keadaan OFF.
Berapa besar arus holding ini, umumnya ada di dalam datasheet SCR.
Cara membuat SCR menjadi OFF tersebut adalah sama saja dengan menurunkan
tegangan anoda-katoda ke titik nol. Karena inilah SCR atau thyristor pada umumnya tidak cocok
digunakan untuk aplikasi DC. Komponen ini lebih banyak digunakan untuk aplikasi-aplikasi
tegangan AC, dimana SCR bisa OFF pada saat gelombang tegangan AC berada di titik nol.
Rangkaian SCR
9 | A l b e r t H a n S u h a t r a
BAB II
PERCOBAAN
2.1 Komponen dan Peralatan
1. Papan percobaan 1 buah
2. Power supply 1 buah
3. Resistor 4.7KΩ 1 buah
4. Resistor 470KΩ 1 buah
5. Resistor 470 Ω 1 buah
6. Resistor 47 Ω 1 buah
7. Resistor 15 KΩ 1 buah
8. Trimpot 100 KΩ 1 buah
9. Capasitor 0.1 uf 1 buah
10. Diode Zener ZPD18 1 buah
11. UJT 2N4871 1 buah
12. Transistor BC 560 1 buah
13. Osciloscope dan probe 1 set
14. Multimeter 2 buah
15. Jumper dan Kabel penghubung secukupnya
10 | A l b e r t H a n S u h a t r a
2.2 Rangkaian Percobaan
2.3 Langkah Kerja
1. Mempersiapkan semua komponen dan peralatan yang diperlukan di atas meja kerja.
2. Membuat rangkaian seperti yang terdapat pada gambar rangkaian percobaan yang
terdapat pada gambar rangkaian
3. Mencoba membuat rangaian dengan sumber menggunakan variable transformer
dengan besar 42 V untuk melihat bentuk gelombang input dan outputnya.
4. Setelah itu kita melakukan percobaan selanjutnya dengan menambahkan SCR pada
rangkaian dan memberi lampu sebagai indikator sehingga kita bisa melihat pengaruh
11 | A l b e r t H a n S u h a t r a
gelombang gigi gergaji pada lampu dengan menggunakan SCR dan pengaturan
dengna potensiometer.
5. Mencatat semua hasil percobaan yang didapat, kemuadian menguji atau
membandingkan hasil yang didapat dengan tabel kebenaran berdasarkan teori.
BAB III
HASIL PERCOBAAN
3.1 Gambar Gelombang
a) Pada titik E
Setting oscilloscope:
- probe x1
- volt/div = 1 V/div( Vrms = 42 V)
Pada titik E kita melihat bentuk gelombang gigi gergaji yang periodanya berubah-ubah
sesuai perubahan potensiometer. Periodenya berbanding lurus dengan perioda gelombang
trapesium. Puncak gelombang sebesar 12 Vpp, yang didapatkan dari:
U = Vz . η
= 18 Vpp . 0.66
12 | A l b e r t H a n S u h a t r a
= 11.88 Vpp ;(12Vpp)
Dimana, η
b) Pada titik G
Setting oscilloscope: - probe x10
-volt/div = 5 V/div
Pada gambar gelombang di titik G Untuk tahap fasa 90 derajat, thyristor akan on. Tegangan yang
melalui thyristor akan mendekati 1 V
c) Pada titik C
Setting oscilloscope: - probe x10
-volt/div = 1 V/div
13 | A l b e r t H a n S u h a t r a
d) Pada titik A
Setting oscilloscope: - probe x10
-volt/div = 1 V/div
Pada gambar Gelombang pada titik A berbentuk trapesium karena telah melalui zener 18
V, sehingga gelombang tersebut terpotong dan tingginya menjadi 18 V. Namun, karena dilihat
pada 90 derajat maka bentuk gelombang menjadi terlihat separohnya (separoh dari trapesium).
Pengaturan sudut ini dilakukan dengan menggeser potensiometer.
e) Pada Emitor UJT (titik E)
Melihat pengaruh pengaturan potensiometer terhadap lampu:
Lampu padam pada saat sudut pemicuan seperti gambar:
14 | A l b e r t H a n S u h a t r a
Setting oscilloscope: - probe x10
-volt/div = 1 V/div
- time/div = 1 ms/cm
Gelombang pada titik C, berbentuk seperti impuls yang frekuensinya sama dengan
frekuensi pada titik A, C, E, dan G. Pulsa ini digunakan untuk memicu SCR. Dimana SCR ini
terpicu dan menyalakan lampu pada susut 90 derajat.
Nilai C1 dan R B1 harus diperhitungkan agar puncak arus maksimum tidak melalui
emiter dan B1. Sementara itu, periode sinyal gigi gergaji dapat diperhitungkan:
T = 1 / f = R1 . C1 . ln 1/1- η
Dimana R1 adalah tahanan dalam pada transistor.
15 | A l b e r t H a n S u h a t r a
3.2 Analisa Data
Pada percobaan ini kami mendapat analisa data adalah sebagai berikut:.
Apabila sumber tegangan Vbb dihidupkan, kejadian yang terjadi pada rangkaian adalah
komponen UJT yang terpasang dalam rangkaian tidak akan aktif. Kapasitor C mulai terisi
lewat R dengan kecepatan yagn tergantung pada ukuran C dan R. Ketika Vc mencapai
Vp, sambungna basis1-emiter hidup dan muatan yang tersimpan dalam kapasitor dapat
keluar melalui sambungann basis1-emiter dan resistor Rb1. Hal ini menyebabkan
terjadinya:
1. Pulsa arus yagn melalui Rb1 menghasilkan pulsa tegangan output positif pada Rb1.
2. Arus yangmengalir di antara basis 1 dan basis 2 bertambah dan tegangan pada Rb2
naik pula, menyebabkan suatu pulsa dari tingkat +Vbb menuju negatif dan diperoleh
pada output 2, yaitu di antara basis 2 dan 0 V.
Untuk pengaturan pada rangkaian diberikan tegangan yang mencukupi pada sambunga
basis1-emiter adalah tegangan yang terisi pada pengisian CR. Tegangan pada kapasitor
naik, kalau kapasitor diisi dan mencapai nilai 0.63 Vs volt setelah CR detik. Karena Vp
untuk UJT berkaiatan dengan nilai η, dapat diatur supaya UJT ”menyala” setelah CR
detik (konstanta waktunya).
.
16 | A l b e r t H a n S u h a t r a
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Tegangan yang dihasilkan stabil, sehingga dapat digunakan sebagai tegangan
referensi
2. Dari percobaan ini kita dapat membuktikan bahwa nilai C dan R sangat
mempengaruhi frekuensi dan T pada output UJT.
3. Tegangan pada kapasitor naik, jika kapasitor diisi dan mencapai nilai 0.63 Vs volt
setelah CR detik
4. Pada titik E kit amelihat bentuk gelombang gigi gergaji yang periodanya berubah-
ubah sesuai perubahan potensiometer. Periodenya berbanding lurus dengan perioda
gelombang trapesium.
4.2 Saran
17 | A l b e r t H a n S u h a t r a
DAFTAR PUSTAKA
Jobsheet Laboratorium Analog Pratikum Elektronika Industri Semester V
www.gogoogle.co.id
www.wikipedia.com
18 | A l b e r t H a n S u h a t r a