Eklampsia LO

11
EKLAMPSIA DEFINISI Istilah eklampsia berasal dari bahasa Yunani dan berarti "halilintar". Kata tersebut dipakai karena seolah-olah gejala- gejala eklampsia timbul dengan tiba-tiba tanpa didahului oleh tanda-tanda lain. Sekarang kita ketahui bahwa eklampsia pada umumnya timbul pada wanita hamil atau dalam nifas dengan tanda- tanda pre-eklampsia. Pada wanita yang menderita eklampsia timbul serangan kejang yang diikuti oleh koma. Eklampsia lebih sering pada primigravida daripada multipara. Tergantung dari saat timbulnya eklampsia dibedakan eklampsia gravidarum (eklampsia antepartum), eklampsia parturientum (eklampsia intrapartum), dan eklampsia puerperale (eklampsia postpartum). Kebanyakan terjadi antepartum. Perlu dikemukakan bahwa pada eklampsia gravidarum sering kali persalinan mulai tidak lama kemudian. 2 Dengan pengetahuan bahwa biasanya eklampsia didahului oleh pre-eklampsia, tampak pentingnya pengawasan antenatal yang teliti dan teratur, sebagai usaha untuk mencegah timbulnya penyakit itu. 2 Eklampsia lebih sering terjadi pada : 1 1) Kehamilan kembar 2) Hydramnion 3) Mola hydatidosa ETIOLOGI / PATOGENESIS

description

cxgsg

Transcript of Eklampsia LO

Page 1: Eklampsia LO

EKLAMPSIA

DEFINISI

Istilah eklampsia berasal dari bahasa Yunani dan berarti "halilintar". Kata tersebut

dipakai karena seolah-olah gejala-gejala eklampsia timbul dengan tiba-tiba tanpa didahului oleh

tanda-tanda lain. Sekarang kita ketahui bahwa eklampsia pada umumnya timbul pada wanita

hamil atau dalam nifas dengan tanda-tanda pre-eklampsia. Pada wanita yang menderita

eklampsia timbul serangan kejang yang diikuti oleh koma. Eklampsia lebih sering pada

primigravida daripada multipara. Tergantung dari saat timbulnya eklampsia dibedakan eklampsia

gravidarum (eklampsia antepartum), eklampsia parturientum (eklampsia intrapartum), dan

eklampsia puerperale (eklampsia postpartum). Kebanyakan terjadi antepartum. Perlu

dikemukakan bahwa pada eklampsia gravidarum sering kali persalinan mulai tidak lama

kemudian.2

Dengan pengetahuan bahwa biasanya eklampsia didahului oleh pre-eklampsia, tampak

pentingnya pengawasan antenatal yang teliti dan teratur, sebagai usaha untuk mencegah

timbulnya penyakit itu.2

Eklampsia lebih sering terjadi pada :1

1) Kehamilan kembar

2) Hydramnion

3) Mola hydatidosa

ETIOLOGI / PATOGENESIS

Etiologi dan patogenesis preeklampsia dan eklampsia sampai saat ini masih belum sepenuhnya

difahami, masih banyak ditemukan kontroversi, itulah sebabnya penyakit ini sering disebut “the

disease of theories”. Pada saat ini hipotesis utama yang dapat diterima untuk menerangkan

terjadinya preeklampsia adalah : faktor imunologi, genetik, penyakit pembuluh darah dan

keadaan dimana jumlah trophoblast yang berlebihan dan dapat mengakibatkan ketidakmampuan

invasi trofoblast terhadap arteri spiralis pada awal trimester satu dan trimester dua. Hal ini akan

menyebabkan arteri spiralis tidak dapat berdilatasi dengan sempurna dan mengakibatkan

turunnya aliran darah di plasenta. Berikutnya akan terjadi stress oksidasi, peningkatan radikal

Page 2: Eklampsia LO

bebas, disfungsi endotel, agregasi dan penumpukan trombosit yang dapat terjadi diberbagai

organ.

PATOFISIOLOGI

Vasokonstriksi merupakan dasar patogenesis Preeklampsi-eklampsi. Vasokonstriksi

menimbulkan peningkatan total perifer resisten dan menimbulkan hipertensi. Adanya

vasokonstriksi juga akan menimbulkan hipoksia pada endotel setempat, sehingga terjadi

kerusakan endotel, kebocoran arteriole disertai perdarahan mikro pada tempat endotel. Selain itu

Hubel (1989) mengatakan bahwa adanya vasokonstriksi arteri spiralis akan menyebabkan

terjadinya penurunan perfusi uteroplasenter yang selanjutnya akan menimbulkan maladaptasi

plasenta. Hipoksia/anoksia jaringan merupakan sumber reaksi hiperoksidase lemak, sedangkan

proses hiperoksidasi itu sendiri memerlukan peningkatan konsumsi oksigen, sehingga dengan

demikian akan mengganggu metabolisme di dalam sel Peroksidase lemak adalah hasil proses

oksidase lemak tak jenuh yang menghasilkan hiperoksidase lemak jenuh. Peroksidase lemak

merupakan radikal bebas. Apabila keseimbangan antara perok-sidase terganggu, dimana

peroksidase dan oksidan lebih domi-nan, maka akan timbul keadaan yang disebut stess

oksidatif.3

Pada Preeklampsi-eklampsi serum anti oksidan kadarnya menurun dan plasenta menjadi

sumber terjadinya peroksidase lemak. Sedangkan pada wanita hamil normal, serumnya

mengandung transferin, ion tembaga dan sulfhidril yang berperan sebagai antioksidan yang

cukup kuat. Peroksidase lemak beredar dalam aliran darah melalui ikatan lipoprotein.

Peroksidase lemak ini akan sampai kesemua komponen sel yang dilewati termasuk sel-sel

endotel yang akan mengakibatkan rusaknya sel-sel endotel tersebut. Rusaknya sel-sel endotel

tersebut akan meng-akibatkan antara lain :3

adesi dan agregasi trombosit,

gangguan permeabilitas lapisan endotel terhadap plasma

terlepasnya enzim lisosom, tromboksan dan serotonin sebagai akibat dai rusaknya

trombosit

produksi prostasiklin terhenti

terganggunya keseimbangan prostasiklin dan tromboksan

Page 3: Eklampsia LO

terjadi hipoksia plasenta akibat konsumsi oksigen oleh peroksidase lema

PENATALAKSANAAN

a. Penatalaksanaan

Perawatan dara eklampsia yang utama ialah terapi suportif untuk

stabilisasi fungsi vital, yang harus selalu diingat Airway, Breathing, Circulation

(ABC), mengatasi dan mencegah kejang, mengatasi hipoksemia dan asidemia

mencegah trauma pada pasien pada waktu kejang, mengendalikan tekanan

darah, khususnya pada waktu krisis hipertensi, melahirkan janin pada waktu

yang tepat dan dengan cara yang tepat.1

Perawatan medikamentosa dan perawatan suprotif eklampsia,

merupakan perwatan yang sangat penting. Tujuan utama pengobatan

medikamentosa eklampsia ialah mencegah dan menghentikan kejang, mencegah

dan mengatasi penyulit, khususnya hipertensi krisis, mencapai stabilisasi ibu

seoptimal mungkin sehingga dapat melahirkan janin pada saat dan dengan cara

yang tepat. 1

1. Mengendalikan Kejang

Pada kasus preeklamsia yang lebih berat, juga kasus eklamsia,

magnesium sulfat yang diberikan secara parenteral merupakan

antikonvulsan yang efektif dan tidak menimbulkan penekanan sistem

saraf pusat pada ibu maupun janin. Magnesium sulfat dapat diberikan

secara intravena melalui infus kontinu atau secara intramuskular melalui

injeksi berkala. Dosis untuk preeklamsia berat adalah sama dengan dosis

untuk eklamsia. Karena persalinan dan pelahiran merupakan saat yang

paling mungkin untuk terjadinya kejang, perempuan dengan preeklamsia-

eklamsia biasanya diberikan magnesium sulfat selama persalinan dan 24

jam pascapartum. 2

Page 4: Eklampsia LO

Kejang eklamtik hampir selalu dicegah atau dihentikan oleh kadar

magnesium dalam plasma yang dipertahankan pada kisaran 4,8-8,4

mg/dL. Refleks patella menghilang jika kadar plasma mencapai

sekitar 10 meq/L atau 12 mg/dL, tanda ini merupakan peringatan akan

terjadinya keracunan magnesium. Jika kadar plasma meningkat melebihi

10 meq/L, pernapasan melemah, dan pada kadar≥ 12 meq/L terjadi

paralisis pernapasan yang diikuti dengan henti napas. 2

Terapi dengan kalsium glukonat atau kalsium klorida 1 g

intravena, disertai dengan penghentian magnesium sulfat, biasanya

memulihkan depresi napas ringan hingga sedang. Untuk depresi

napasyang berat dan henti napas, intubasi trakea segera dan ventilasi

mekanis dapat menyelamatkan jiwa. 2

2. Mengendalikan hipertensi

Hipertensi yang berbahaya dapat menyebabkan perdarahan

serebrovaskuler, ensefalopati hipertensif, dan dapat memicu kejang

eklamtik pada perempuan dengan preeklamsia. Komplikasi lainnya

meliputi gagal jantung kongestif afterload dan solusio plasenta. 2

Karena itu, National High Blood Pressure Education Program

Working Group secara khusus merekomendasikan bahwa tatalaksana

mencakup penurunan tekanan darah sistolik hingga ≤ 160

mmHg.Berdasarkan hasil pengamatan, terapi antihipertensi diberikan

pada perempuan yang memiliki tekanan darah sistolik ≥ 160mmHg atau

tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg. 2

Terdapat beberapa obat yang tersedia untuk menurunkan

tekanan darah yang sangat tinggi secara cepat pada perempuan dengan

penyakit hipertensi gestational. Tiga obat utama yang paling sering

digunakan di Amerika Utara dan Eropa adalah hydralazine, labetalol, dan

nifedipine. Selama bertahun-tahun hydralazine parenteral merupakan

Page 5: Eklampsia LO

satu-satunya diantara ketiga obat ini yang tersedia. Namun, saat

ditemukannya labetalol parenteral, banyak yang beranggapan bahwa

obat ini sama efektifnya dengan hydralazine untuk penggunaan

obstetris. Kemudian ditemukan nifedipine yang diberikan per oral, dan

obat ini menjadi sangat populer sebagai terapi lini pertama untuk

hipertensi gestational berat. 2

Hydralazine diberikan secara intravena dalam dosis inisial 5 mg,

diikuti dengan dosis 5 hingga 10 mg dalam interval 15-20 menit hingga

tercapainya respons yang diharapkan. Respons sasaran antepartum atau

intrapartum adalah penurunan tekanan darah diastolik hingga 90-100

mmHg, tetapi tidak lebih rendah dari ini agar tidak terjadi

perburukan perfusi plasental. Hydralazine yang diberikan dengan cara

tadi telah terbukti sangat efektif dalam mencegeha perdarahan otak. 2

Obat antihipertensif lain yang efektif dan lazim digunakan di

Amerika Serikat adalah labetalol intravena- penyekat α1 dan

penyekat β nonselektif. Sebagian ahli lebih memilih labetalol

dibandingkan hydralazine karena efek sampingya sedikit (Sibai,

2003). Sibai (2003) menganjurkan dosis labetalol 20 hingga 40 mg tiap

10-15 menit sebanyak yang diperlukan, dengan dosis maksimum

220 mg per siklus terapi. 2

Nifedipine menjadi populer karen efektivitasnya dalam mengendalikan

hipertensi akut terkait kehamilan. Kelompok kerja NHBPEP menganjurkan

dosis inisial 10 mg per oral, yang dapat diulang dalam 30 menit jika

diperlukan. 2

3. Terapi Cairan

Larutan ringer Laktat diberikan secar rutin dalam laju 60 ml hingga

tidak melebihi 125 ml per jam, kecuali terdapat kehilangan cairan

berlebihan akibat muntah, diare, atau diaforesis, atau yang lebih

Page 6: Eklampsia LO

mungkin, kehilangan darah dalam jumlah berlebihan akibat pelahiran. Oliguria

umum dijumpai pada preeklampsia berat. Jadi, bila digabungkan dengan

pengetahuan bahwa volume darah ibu kemungkinan berkurang dibandingkan

pada kehamilan normal, timbul keinginan untuk memperbanyak cairan

intravena. Infus cairan dalam jumlah besar akan menambah maldistribusi cairan

ekstravaskular sehingga meningkatkan resiko edema paru dan otak secara nyata.

4. Pelahiran

Untuk menghindari resiko pada ibu akibat pelahiran dengan bedah

caesar, awalnya dilakukan langkah-langkah untuk mencapai pelahiran per

vaginam pada perempuan dengan eklampsia. Setelah kejang, persalinan

sering kali maju secara spontan atau dapat berhasil diinduksi bahkan

pada perempuan yang masih jauh dari aterm sekalipun. Penyembuhan

cepat tidak langsung terjadi setelah pelahiran melalui jalan apapun,

tetapi morbiditas berat saat masa nifas lebih jarang terjadi pada

perempuan yang melahirkan per vagina.

Sikap terhadap kehamilan ialah semua kehamilan dengan eklampsia

harus diakhiri, tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin.

Persalinan diakhiri bila sudah mencapai stabilisasi (pemuliham

hemodinamika dan metabolism ibu. Pada perawatan

pascapersalinan, bila persalinan terjadi pervaginam, monitoring

tanda-tanda vital dilakukan sebagaimana lazimnya.

PROGNOSIS

Eklampsia selalu menjadi masalah yang serius, bahkan merupakan salah satu keadaan paling

berbahaya dalam kehamilan. Statistik menunjukkan di Amerika Serikat kematian akibat

eklampsia mempunyai kecenderungan menurun dalam 40 tahun terakhir, dengan persentase 10

% - 15 %. Antara tahun 1991 – 1997 kira – kira 6% dari seluruh kematian ibu di Amerika Serikat

adalah akibat eklampsia, jumlahnya mencapai 207 kematian. Kenyataan ini mengindikasikan

Page 7: Eklampsia LO

bahwa eklampsia dan pre eklamsia berat harus selalu dianggap sebagai keadaan yang

mengancam jiwa ibu hamil.

KOMPLIKASI

Komplikasi yang terberat ialah kematian ibu dan janin. Usaha utama ialah melahirkan

bayi hidup dari ibu yang menderita pre-eklampsia dan eklampsia. Komplikasi yang tersebut di

bawah ini biasanya terjadi pada pre-eklampsia berat dan eklampsia.2

1.      Solusio plasenta. Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut

dan lebih sering terjadi pada pre-eklampsia. Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo

15,5% sulusio plasenta disertai pre-eklampsia.2

2.      Hipofibrinogenemia. Pada pre-eklampsia berat Zuspan (1978) menemukan 23%

bipofibrinogenemia, maka dari itu penulis menganjurkan pemeriksaan kadar fibrinogen

secara berkala.2

3.      Hemolisis. Penderita dengan pre-eklampsia berat kadang-kadang menunjukkan gejala

klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus. Belum diketahui dengan pasti apakah ini

merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel darah merah. Nekrosis periportal hati

yang sering ditemukan pada autopsi penderita eklampsia dapat menerangkanikterus tersebut.2

4.      Perdarahan otak. Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal penderita

eklampsia.2

5.      Kelainan mata. Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai

seminggu, dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina; hal ini merupakan

tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri.2

6.      Edema paru-paru. Zuspan (1978) menemukan hanya satu penderita dari 69 kasus

eklampsia, hal ini disebabkan karena payah jantung.2

7.      Nekrosis hati. Nekrosis periportal hati pada pre-eklampsia-eklampsia merupakan akibat

vasopasmus arteriol umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklampsia, tetapi ternyata juga

ditemukan pada penyakit lain. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan

faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.2

8.      Sindroma HELLP. Yaitu haemolysis, elevated liver enzymes, dan low platelet count.2

Page 8: Eklampsia LO

9.      Kelainan ginjal. Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan

sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang

dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.2

10.  Komplikasi lain. Lidah tergigit, trauma dan frakura karena jatuh akibat kejang-kejang

pneumonia aspirasi, dan DIC (disseminated intravascular coogulation).2

11.  Prematuritas, dismaturitas dan kematian jani intra-uterin.2