eklampsia

43
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL PADA IBU HAMIL G1P00000 DENGAN EKLAMPSIA Disusun Sebagai Syarat Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal Yang diampu oleh Nana U, SST Oleh : 1. Hesi Nofi R (02) 2. Amilina A (05) 3. Rahayu N (09) 4. Windy Dwi (10) Tk.2B smt 4 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

description

kesehatan

Transcript of eklampsia

ASUHAN KEBIDANANKEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATALPADA IBU HAMIL G1P00000 DENGAN EKLAMPSIA

Disusun Sebagai Syarat Memenuhi TugasMata Kuliah Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal NeonatalYang diampu oleh Nana U, SST

Oleh :1. Hesi Nofi R (02)2. Amilina A (05)3. Rahayu N (09)4. Windy Dwi (10)Tk.2B smt 4

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYAJURUSAN KEBIDANANPROGRAM STUDI D III KEBIDANAN KAMPUS MAGETANMAGETAN2013KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT ,yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan kegawatdaruratan Maternal Neonatal. Sehingga dapat tersusun dengan baik dan selesai tepat waktu. Dalam penyusunan tugas ini penulis mendapat bantuan, pengarahan dan bimbingan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyusunan tugas ini.Penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini,termasuk laporan ini. Untuk itu penulis mohon kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan di masa yang akan datang.Semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Magetan, Maret 2015

Penulis

BAB 1Landasan Teori1.1 Eklamsi1.1.1 PengertianEklamsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelianan neurologik) dan atau koma dimana sebeblumnya sudah menunjukkan gejala gejala pre eklamsi (Sujiantini. asuhan patologi kebidanan, 2009).Menurut Chirdiono (2004 , 3) eklamsi bila disertai dengan penurunan kesadaran, kejang sampai dengan koma dan biasanya bersifat mendadak (akut) yakni tidak ada riwayat kelainan neorologik sebelumnya.1.1.2 Jenis EklamsiaMenurut Manuaba (1998;245-246)Berdasarkan waktu terjadinya eklampsia dapat di bagi :1.Eklampsia gravidarumKejadian 50% sampai 60 %Serangan terjadi dalam keadaan hamil2.Eklampsia parturientumKejadian sekitar 30 % sampai 50 %Saat sedang inpartuBatas dengan eklampsia gravidarum sukar di tentukan terutama saat mulai inpartu3.Eklampsia puerperium Kejadian jarang 10 %Terjadi serangan kejang atau koma seletah persalinan berakhirKejang kejang pada eklampsia terdiri dari 4 tingkat :1) Tingkat awal atau aura Berlangsung 30 35 detik Tangan dan kelopak mata gemetan Mata terbuka dengan pandangan kosong Kepala di putar ke kanan atau ke kiri2) Tingkat kejang tonikBerlangsung sekitar 30 detikSeluruh tubuh kaku : wajah kaku, pernafasan berhenti, dapat diikuti sianosis, tangan menggenggam, kaki di putar kedalam, lidah dapat tergigit.3) Tingkat kejang klonik a) Berlangsung 1 sampai 2 menitb) Kejang tonik berubah menjadi kejang klonikc) Konsentrasi otot berlangsung cepatd) Mulut terbuka tertutup dan lidah dapat tergigit sampai putuse) Mata melototf) Mulut berbuihg) Muka terjadi kongesti dan tampak sianosish) Penderita dapat jatuh, menimbulkan trauma tambahan4) Tingkat komaa) Setelah kejang klonik berhenti penderita menarik nafasb) Diikuti,yang lamanya bervariasiSelama terjadi kejang kejang dapat terjadi suhu naik mencapai 40 c, nadi bertambah cepat, dan tekanan darah meningkat.1.1.3 KomplikasiKejang dapat menimbulkan komplikasi pada ibu dan janin.1.Komplikasi ibu:a) Dapat menimbulkan sianosisb) Aspirasi air ludah menambah gangguan fungsi paruc)Tekanan darah meningkat menimbulkan perdarahan otak dan kegagalan jantung mendadakd)Lidah dapat tergigite)Jatuh dari tempat tidur menyebabkan fraktura dan luka lukaf)Gangguan fungsi ginjalg)Perdarahanh) Gangguan fungsi hati dan menimbulkan ikhterus2.Komplikasi janin dalam rahim:a) Asfiksia mendadakb) Solusio plasentac) Persalinan prematuritasBerbagai faktor yang mempengaruhi eklampsia :a) Jumlah primigravida terutama primigravida mudab) Distensi rahim berlebihan yaitu hidramnoin, hamil ganda dan mola hidatosac) Adanya penyakit yang menyertai kehamilan yaitu diabetes mellitus, kegemukand) Jumlah umur ibu di atas 35 tahun

1.1.4 Gejala dan tandaMenurut Sarwono (2006 : 295-296) Pada umumnya keja didahului oleh makin memburuknya pre-eklamsia dan terjadinya gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan, mual keras, nyeri di epigastrium, dan hiperrefleksia. Bila keadaan ini tidak dikenal dan tidak segera diobati, akan timbul kejang; terutama pada persalinan bahaya ini besar. Konvulsi eklampsia dibagi dalam 4 tingkat, yakni :1. Tingkat awal atau aura. Keadaan ini berlangsung kira-kira 30 detik. Mata penderita terbuka tanpa melihat, kelopak mata bergetar demikian pula tangannya, dan kepala diputar ke kanan atau ke kiri.2. Kemudian timbul kejang tonik yang berlangsung kurang lebih 30 detik. Dalam tingkat ini seluruh otot menjadi kaku, wajahnya kelihatan kaku, wajahnya kelihatan kaku, tangan menggenggam, dan kaki membengkok kedalam. Pernapasan berhenti, muka mulai menjadi sianotik, lidah dapat tergigit.3. Stadium ini kemudian disusul oleh tingkat kejang klonik yang berlangsung 1-2 menit. Spasmus tonik menghilang. Semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam tempo yang cepat. Mulut membuka dan menutup dan lidah dapat tergigit lagi. Bola mata menonjol. Dari mulut keluar ludah yang berbusa, muka menunjukkan kongesti dan sianosis. Penderita menjadi tak sadar. Kejang klonik ini dapat demikian hebatnya, sehingga penderita dapat terjatuh dari tempat tidurnya. Akhirnya, kejang terhenti dan penderita menarik napas secara mendengkur.4. Sekarang ia memasuki tingkat koma. Lamanya ketidaksadaran tidak selalu sama. Secara perlahan-lahan penderita menjadi sadar lagi, akan tetapi dapat terjadi pula bahwa sebelum itu timbul serangan baru dan yang berulang, sehingga ia tetap dalam koma.Selama serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat, dan suhu meningkat sampai 40 derajat Celcius. Sebagai akibat serangan dapat terjadi komplikasi-komplikasi seperti (1) lidah tergigit; perlukaan darah dan fraktura;(2) gangguan pernapasan; (3) solusio plasenta; (4) perdarahan otak.

1.1.5 DiagnosisMenurut Sarwono (2006; 296) Diagnosis eklampsia umumnya tidak mengalami kesukaran. Dengan adanya tanda dan gejala pre-eklampsia yang disusul oleh serangan kejang seperti telah diuraikan, maka diagnosis eklampsia sudah tidak diragukan. Walaupun demikian, eklampsia harus dibedakan dari (1) epilepsi; dalam anamnesis diketahui adanya serangan sebelum hamil atau pada hamil muda dan tanda pre-eklampsia tidak ada; (2) kejang karena obat anesthesia; apabila obat anesthesia lokal tersuntikkan kedalam vena, dapat ntimbul kejang; (3) koma karena sebab lain, seperti diabetes, perdarahan otak, meningitis, ensefalitis, dan lain-lain.

1.1.6 KomplikasiMenurut Sarwono (2006 : 296-297) Komplikasi yang terberat ialah kematian ibid an janin. Usaha utama ialah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita pre-eklampsia dan eklampsia. Komplikasi yang tersebut dibawah ini biasanya terjadi pada pre-eklampsia berat dan eklampsia.1. Solusio plasenta. Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada pre-eklampsia. Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo 15,5% solusio plasenta disertai pre-eklampsia.2. Hipofibrinogenemia. Pada pre-eklampsia berat Zuspan (1978) menemukan 23% hipofibrinogenemia, maka dari itu penulis menganjurkan pemeriksaan kadar fibrinogen secara berkala.3. Hemolisis. Pendeita dengan pre-eklampsia berat kadang-kadang menunjukkan gejala klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus. Belum diketahui dengan pasti apakah ini merupakan kerusakan sel-sel hati destruksi sel darah merah. Nekrosis periportal hati yang sering ditemukan pada autopsy penderita eklampsia dapat menerangkan ikterus tersebut.4. Perdarahan otak. Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal penderita eklampsia.5. Kelainan mata. Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai seminggu, dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina; hal ini merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri.6. Edema paru-paru. Zuspan (1978) menemukan hanya satu penderita dari 69 kasus eklampsia, hal ini disebabkan karena payah jantung.7. Nekrosis hati. Nekrosis periportal hati pada pre-eklampsia eklampsia merupakan akibat vasopasmus arteriol umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklampsia, tetapi ternyata juga ditemukan pada penyakit lain. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.8. Sindroma HELLP. Yaitu haemolysis, elevated liver enzyme, dan low platelet.9. Kelainan ginjal. Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel endotial tubulus ginjal tanpa kelainan stuktur lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.10. Komplikasi lain. Lidah tergigit, trauma dan fraktura karena jatuh akibat kejang-kejang pneumonia aspirasi, dan DIC ( disseminated intravascular coagulation ).11. Prematuritas, dismaturitas dan kelainan kematian janin intra uterine. 1.1.7 PrognosisMenurut Sarwono (2006 : 297) Eklampsia di Indonesia masih merupakan penyakit pada kehamilan yang meminta korban besar dari ibu dan bayi. Dari berbagai pengumuman, diketahui kematian ibu berkisar antara 9,8%-25,5% sedangkan kematian bayi lebih tinggi lagi, yakni 42,2%-48,9%. Sebaliknya, kematian ibu dayi di Negara maju lebih kecil. Tingginya kematian ibu dan anak di Negara-negara yang kurang maju disebabkan oleh kurang sempurnanya pengawasan antenatal dan natal; penderita-penderita eklampsia sering terlambat mendapat pengobatan yang tepat. Kematian ibu biasanya disebabkan oleh perdarahan otak, dekompensasio kordis dengan edema paru-paru, payah-ginjal, dan masuknya isi lambung kedalam jalan pernapasan waktu kejang. Sebab kematian bayi terutama oleh hipoksia intrauterine dan prematuritas.Menurut Sarwono (2006 : 297) Berlawanan dengan yang sering diduga, pre-eklampsia dan eklampsia tidak menyebabkan hipertensi menahun. Oleh penulis-penulis tersebut ditemukan bahwa penderita yang mengalami eklampsia pada kehamilan pertama, frekuensi hipertensi 15 tahun kemudian atau lebih baik tidak lebih tinggi daripada mereka yang hamil tanpa eklampsia. 1.1.8 PencegahanMenurut Sarwono (2006: 297-298)Pada umumnya timbulnya eklampsia dapat dicegah, atau frekuensinya dikurangi. Usaha-usaha untuk menurunkan frekuensi eklampsia terdiri atas :1) Meningkatkan jumlah balai pemeriksaan antenatal dan menusahakan agar semua wanita hamil memeriksakan diri sejak hamil muda;2) Mencari pada tiap pemeriksaan tanda-tanda pre-eklampsia dan mengobatinya segera apabila ditemukan;3) Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya pada kehamilan 37 minggu keatas apabila setelah dirawat tanda-tanda pre-eklampsia tidak juga dapat dihilangkan. 1.1.9 PenanggulanganMenurut Sarwono (2006 : 298-299)Tujuan utama pengobatan eklampsia ialah menghentikan berulangnya serangan kejang dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah keadaan ibu mengizinkan.Pengawasan dan perawatan yang intensif sangat penting bagi penanganan rumah sakit yang diperlukan obat penenang yang cukup untuk menghindarkan timbulnya kejang;penderita dalam hal ini dapat diberi diazepam 20mg IM. Selain itu, penderita harus disertai seorang tenaga yang terampil dalam resusitasi dan yang dapat mencegah terjadinya trauma apabila yang terjadi serangan kejang.Tujuan pertama pengobatan eklampsia ialah menghentikan kejang mengurangi vasopasmus, dan menghentikan deuresis. Dalam pada itu, pertolongan yang perlu diberikan jika timbul kejang ialah mempertahankan jalan pernapasan bebas, menghindarkan tergigitnya lidah, pemberian oksigen, dan menjaga agar penderita tidak mengalami trauma. Untuk menjaga jangan sampai terjadi kejang lagi yang selanjutnya mempengaruhi gejala-gejala lain, dapat diberikan beberapa obat, misalnya :1. Sodium pentothal sangat berguna untuk menghentikan kejang dengan segera bila diberikan secara intravena. Akan tetapi, obat ini mengandung bahaya yang tidak kecil. Mengingat hal ini, obat itu hanya dapat diberikan dirumah sakit dengan pengawasan yang sempurna dan tersedianya kemungkinan untuk intubasi dan resusitasi. Dosis inisial dapat diberikan sebanyak 0,2-0,3g dan disuntikkan perlahan-lahan.2. Sulfas magnesicus yang mengurangi kepekaan syaraf pusat pada hubungan neuromuskuler tanpa mempengaruhi bagian lain dari susunan saraf. Obat ini menyebabkan vasodilatasi, menurunkan tekanan darah, meningkatkan deuresis, dan menambah aliran darah ke uterus. Dosis inisila yang diberikan ialah 8g dalam larutan 40% secara intramuskulus; selanjutnya tiap 6 jam 4g, dengan syarat bahwa reflek patella masih positif, pernapasan 16 atau lebih per menit, deuresis harus melebihi 600ml per hari; selain intramuskulus, sulfas magnesikus dapat diberikan secara intravena; dosis inisial yang diberikan adalah 4g 40% MgSO4 dalam larutan 10 ml intravena secara perlahan-lahan, diikuti 8g IM dan selalu disedikan kalsium glukonas 1g dalam 10ml sebagai antidotum.Disini ditekankan bahwa pemberian obat-obatan tersebut disertai dengan pengawasan yang teliti dan terus menerus. Jumlah dan waktu pemberian obat disesuaikan dengan keadaan penderita pada tiap-tiap jam demi keselamatannya dan sedapat-dapatnya juga demi keselamatan janin dalam kandungan.Sebelum diberikan obat penenang yang cukup, maka penderita eklampsia harus dihindarkan dari semua rangsang yang dapat menimbulkan kejang, seperti keributan, injeksi, atau pemeriksaan dalam.Penderita dirawat dikamar isolasi yang tenang, tekanan darah, nadi, pernapasan dicatat tiap 30menit pada suatu kertas grafik; suhu dicatat tiap jam secara rectal. Bila penderita belum melahirkan, dilakukan pemeriksaan obstetric untuk mengetahui saat permulaan atau kemajuan persalinan. Untuk melancarkan pengeluarkan secret dari jalan pernapasan pada penderita dalam koma penderita dibaringkan dalam letak Trendelenburg dan selanjutnya dibalikkan ke sisi kiri dan kanan tiap jam untuk menghindarkan dekubitus. Alat penyedot disediakan untuk memberikan jalan pernapasan, dan oksigen diberikan pada sianosis. Dauer catheter dipasang untuk mengetahui deuresis dan untuk menentukan protein dalam air kencing secara kuantitatif. Balans cairan harus diperhatikan dengan cermat. Pemberian cairan harus disesuaikan dengan jumlah deuresis dan air yang hilang melalui kulit dan paru-paru; pada umumnya dalam 24 jam diberikan 2000ml. balans cairan dinilai dan disesuaikan tiap 6 jam.Kalori yang adekuat diberikan untuk menghindarkan katabolismus jaringan dan asidosis. Pada penderita koma atau kurang sdar pemberian kalori dilakukan dengan infuse dekstran, glukosa 10%, atau larutan asam amino, seperti Aminofusin. Cairan yang terakhir ini, selain mengandung kalori cukup, juga berisi asam amino yang diperlukan.

1.1.10 Tindakan obstetricMenurut Sarwono (2006: 299-300) Setelah kejang dapat diatasi dan keadaan umum penderita diperbaiki, maka direncanakan untuk mengakhiri kehamilan atau mempercepat persalinan dengan cara yang aman. Apakah pengakhiran kehamilan dilakukan dengan seksio sesarea atau dengan induksi persalinan per vaginam, hal tersebut tergantung dari banyak faktor, seperti keadaan serviks, komplikasi obstetric, paritas, adanya ahli anesthesia, dan sebagainya.Persalinan pervaginam merupakan cara yang paling baik bila dapat dilaksanakan cepat tanpa banyak kesulitan. Pada eklampsia gravidarum perlu diadakan induksi dengan amniotomi dan infuse pitosin, setelah penderita bebas dari serangan kejang selama 12 jam dan keadaan serviks mengizinkan. Tetapi, apabila serviks masih lancip dan tertutup terutama pada primigravida, kepala janin masih tinggi, atau ada persangkaan disproporsi sefalopelvik, sebaiknya dilakukan seksio sesarea.Jika persalinan sudah mulai pada kala I, dilakukan amniotomi untuk mempercepat partus dan bila syarat-syarat telah dipenuhi, dilakukan ekstrasi vakum atau cunam. Pilihan anesthesia untuk mengakhiri persalinan pada eklampsia tergantung dari keadaan umum penderita dan macam obat sedativa yang telah dipakai. Keputusan tentang hal ini sebaiknya dilakukan oleh ahli anesthesia. Anesthesia lokal dapat dipakai bila sedasi sudah berat. Anesthesia spinal dapat menyebabkan hipotensi yang berbahaya pada eklampsia; jadi sebaiknya jangan dipergunakan.Pengalaman menunjukkan bahwa penderita eklampsia tidak seberapa tahan terhadap perdarahan postpartum atau trauma obstetrik; keduanya dapat menyebabkan syok. Maka dari itu, semua tindakan obstetrik harus dilakukan seringan mungkin, dan selalu disediakan darah. Ergometrin atau metergin boleh diberikan pada perdarahan postpartum yang disebabkan oleh atonia uteri, tetapi jangan diberikan secara rutin tanpa indikasi.Setelah kelahiran, perawatan dan pengobatan intensif diteruskan untuk 48 jam. Bila tekanan darah turun, maka pemberian obat penenang dapat dikurangi setelah 24 jam postpartum untuk kemudian lambat laun dihentikan. Biasanya diuressis bertambah 24-48 jam setelah kelahiran dan edema serta proteinuria berkurang.

BAB IITINJAUAN TEORI

2.1 Pengkajian Data2.1.1 Data Subjektif1. Biodata1) Umur Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun (Manuaba, 1998:241).2. Keluhan UtamaMenjelang kejang-kejang dapat didahului gejala subyektif yaitu nyeri kepala di daerah frontal, nyeri epigastrium, penglihatan semakin kabur, terdapat mual dan muntah serta pemeriksaan menunjukkan hiper refleksia atau muntah terangsang (Manuaba,1998:245).3. Riwayat Kesehatan SekarangTerjadi sakit kepala terutama daerah frontalis, rasa nyeri di daerah epigastrium, ganngguan mata, penglihatan menjadi kabur, terdapat mual sampai muntah, gangguan pernafasan sampai sianosis, terjadi gangguan kesadaran (Manuaba, 1998:241).4. Riwayat Kesehatan LaluPenyakit yang menyertai hamil seperti diabetes mellitus, kegemukan. Terjadi kenaikan tekanan darah, pengeluaran protein dalam urine, edema kaki, tangan sampai muka (Manuaba, 1998:241).Hipertensi yang diperberat oleh kehamilan di tandai paling tidak dengan peningkatan sebesar 15 mmhg untuk tekanan diastolic atau 30 mmhg untuk tekanan sistolik, dan preeclampsia disertai dengan proteinuria atau edema patologis atau keduanya (Cunningham, 1995:777).5. Riwayat kehamilanHipertensi yang diperberat oleh kehamilan seperti itu dapat disertai dengan proteinuria atau edema patologis dan kemudian disebut superimposed preeclampsia (Cunningham,1995: 777).Eklampsi lebih sering terjadi pada : Kehamilan kembar, hydramnion, Mola hydatidosa, eklampsi dapat terjadi sebelum bulan ke 6 (Rukiyah, 2010: 187).6. Pola Kebiasaan Sehari-haria. Pola NutrisiTerjadinya spasme peqrfdssmbuluh darah anteriol mempengaruhi organ-organ penting mengakibatkan gangguan metabolisme jaringan dengan terjadinya metabolisme anaerob lemak dan protein. Didapatkan gejala mual dan muntah (Manuaba, 1998:240).b. Pola EliminasiSpasma anteriol menyebabkan aliran darah ke ginjal menurun sehingga filtrasi glomerulus berkurang. Penyerapan air dan garam tubulus tetap terjadi retensi air dan garam. Terjadi penurunan produksi urine spasmae anterior (Manuaba, 1998:241-242).c. Pola AktivitasTimbulnya cedera maternal resiko tinggi terhadap efek/respon merugikan terhadap intervensi terapeutik (Doengoes, 2001:332).d. Pola PsikososialKetakutan, anxietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman yang dirasakan pada klien/ janin (Doengoes, 2001:332).Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, prognosis, dan kebutuhan tindakan berhubungan dengan kurangnya penajaman/tidak mengenal sumber-sumber informasi, kesalahan interpretasi (Doengoes, 2001:189).e. Kehidupan SeksualPada umumnya coitus diperbolehkan pada masa kehamilan jika dilakukan dengan hati-hati, pada akhir kehamilan jika kepala sudah masuk rongga panggul, coitus sebaiknya dihentikan karena dapat menimbulkan perasaan nyeri, perdarahan, infeksi (Sarwono, 2007:160).2.1.2 Data Objektif1.Pemeriksaan Fisika.KesadaranBisa normal/ composmentis maupun menurun sampai koma (Manuaba, 1998:239).b.Tandatanda Vital1)Tekanan DarahTekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30 mmHg, tekanan darah diastolik 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam (Manuaba,1998:242).2) Nafas Pernafasan cepat secara tidak normal dan frekuensi meningkat, misal dalam keadaan asidosis metabolik. Pernafasan sulit peningkatan kedalam, peningkatan frekuensi >20/menit(Hiperpnea) sedangkan pernafasan yang ditandai dengan pola lambat, kurang lebih 10x/menit (Bradipnea) (Ambarwati, 2011: 8-9).3) Nadi : Bradikardi : 76 x/mnt4) Suhu : Tidak melebihi 38oC, jika melebihi merupakan tanda demam atau infeksi (Saifuddin, 2002).

2. Pemeriksaan Umum MukaEdema kehamilan patologis di antaranya pada muka (Doengoes, 2001:11).MataPenglihatan menjadi kabur (Manuaba, 1998:24).b. LeherDalam kehamilan biasanya kelenjar gondok ( kelenjar tyroid) mengalami hiperfungsi dan kadang-kadang disertai pembesaran ringan. Metabolisme basal dapat meningkat sampai 15-25%. Setelah persalinan fungsi dan besarnya kelenjar gondok pulih lagi(Sarwono, 2007: 526).c. DadaPada paru-paru ditemukan berbagai tingkat edema, bronkopneumonia sampai abses, menimbulkan sesak napas sampai sianosis. Sedangkan jantung terjadi perubahan degenerasi lemak dan edema, perubahan sub-endokardial, menimbulakan dikompensasio kordis sampai terhentinya fungsi jantung (Manuaba,1998: 241).d. AbdomenPada hamil tua perut menjadi tegang, pusat menonjol keluar. Pada perut ini juga timbul striae gravidarum dan hiperpigmentasi pada linea alba serta timbul pula linea nigra (Ibrahim, 1993:69).e. EkstremitasAdanya odema pada tungkai karena retensi air dan garam (Manuaba, 1998:241).Edema pretibia,dining abdomen, lombosakral,wajah, atau tangan (Rukiyah, 2010: 175).f. Berat badan Kenaikan berat badan 1kg atau lebih dalam seminggu (Manuaba,1998: 242).Perlu dipertimbangkan faktor resiko timbulnya hipertensi dalam kehamilan, kenaikan berat badan >0,57 kg/minggu (Saifuddin, 2009: 532).

3.Pemeriksaan PenunjangDitemukan proteinuria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kuantitatif plus 102 pada urine kateter atau urine aliran pertengahan (Manuaba, 1998:242).Secara kualitatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau secara kualitatif positif 2 (+2) (Rukiyah, 2010: 175).

2.2 Diagnosa kebidananIbu hamil ,G.P..00000., usia kehamilan, janin hidup / tidak, tunggal / kembar, intrauterine / ekstrauterin, letkep / letsu,keadaan jalan lahir, KU ibu dan janin baik atau tidak dengan eklamsiaMasalah yang kemungkinan terjadi :nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan, mual, nyeri epigastrium, dan hiperrefleksia yang dengan adanya tanda eklampsia. apabila tidak di atasi maka dapat menimbulkan kejang sampai koma pada ibu.2.3PerencanaanIbu hamil ,G.P..00000., usia kehamilan, janin hidup / tidak, tunggal / kembar, intrauterine / ekstrauterin, letkep / letsu,keadaan jalan lahir, KU ibu dan janin baik atau tidak dengan eklamsiaMasalah yang kemungkinan terjadi :nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan, mual, nyeri epigastrium, dan hiperrefleksia yang dengan adanya tanda eklampsia. apabila tidak di atasi maka dapat menimbulkan kejang sampai koma pada ibu.Tujuan : Proses kehamilan berjalan normal tanpa komplikasi sampai bayi aterm.Kriteria : - Keadaan umum baik TD: 100/70-120/90 mmHg N: 60-80x/menit S: 36-37,50C R: 16-24x/menit DJJ: 120-160x/menit Protein Urine : (-)Intervensi 1 Bebaskan jalan nafas, dengan memasang spatel pada mulut ibu agar lidah tidak tergigit dan jalan nafas bisa terbuka.R/ pertolongan pertama pada eklampsi2 Baringkan pasien pada sisi kiri dengan posisi trendelenbrug untuk R/ mengurangi resiko aspirasi 1 Beri O2 4 sampai 6 liter / menit R/ Meningkatkan oksigen dalam darah sehingga pemenuhan oksigen terpenuhi.2 Pasang infus glukosa 5 % di tambah dengan valium 10 20 mgrR/ Sebagai pemenuhan / pengganti energi3 Kontrol KU pasien R/ mendeteksi dan mengatasi sedini mungkin masalah yang munkin timbul4 Hindari terjadinya trauma tambahan sebab pasien dapat terjatuh dari tempat tidurnya saat terjadinya kejang.R/ trauma dapat memperburuk keadaan pasien5 Kolaborasi dengan dokter Sp,OG untuk penanganan selanjutnyaR/ penanganan masalah / komplikasi yang mungkin timbul

2.4 ImplementasiBerdasarkan Kepmenkes No 938 (2007), bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien, dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.

2.5 EvaluasiBerdasarkan Kepmenkes No 938 (2007), bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi klien.

BAB 3TINJAUAN KASUS

2.1 Pengkajian DataTanggal pengkajian : 30 Maret 2015, pukul 10.00 WIBTempat pengkajian : Ruang Bersalin Rumah Sakit MawarPengumpulan data1. Data subyektifa. BiodataIstriSuamiNama: Ny.NTn. SUmur: 27 tahun32 tahunAgama: IslamIslamSuku/bangsa: Jawa/IndonesiaJawa/IndonesiaPendidikan: SMPSMPPekerjaan: IRTWiraswasta (buruh)Penghasilan: -Rp. 800.000,-Status: MenikahMenikahUmur kawin: 24 tahun28 tahunLama/berapa kali: 1 thn/1 kali1 thn/1 kaliAlamat:Madiun

b. Keluhan utamaIbu kejang dan sesak.

c. Riwayat kesehatan1) DahuluIbu mengatakan sebelum hamil tidak pernah menderita seperti batuk yang lama, berdahak dan keluar darah serta berkeringat pada malam hari (TBC), nafsu makan berkurang, kencing berwarna kuning kecoklatan seperti teh, mata kuning (hepatitis), nafsu makan berkurang, berat badan berkurang drastis, mudah sakit dan lama sembuhnya (HIV/AIDS), sering kencing, banyak makan dan minum (DM), mudah lelah, konjungtiva palbebrae pucat (Anemia), penyakit tekanan darah tinggi (Hipertensi), bila terluka darah sulit membeku (Hemofilia), keputihan yang berbau, gatal, berwarna hijau kekuningan dan nyeri saat kencing atau keluar nanah (PMS), sering berdebar dan berkeringat malam hari, nyeri dada dan mudah lelah beraktivitas (Jantung), sesak nafas dan mengi (Asma), Ibu tidak memiliki hewan peliharaan kucing (TORCH).2) Sekarang Ibu mengatakan akhir-akhir ini sering pusing berat dan sesak (hipertensi).d. Riwayat kesehatan keluargaIbu mengatakan dalam keluarga ibu ada yang memiliki penyakit tekanan darah tinggi (Hipertensi), selain itu tidak ada yang menderita penyakit, antara lain : batuk yang lama, berdahak dan keluar darah serta berkeringat pada malam hari (TBC), nafsu makan berkurang, kencing berwarna kuning kecoklatan seperti teh, mata kuning (hepatitis), nafsu makan berkurang, berat badan berkurang drastis, mudah sakit dan lama sembuhnya (HIV/AIDS), sering kencing, banyak makan dan minum (DM), mudah lelah, konjungtiva palbebrae pucat (Anemia), bila terluka darah sulit membeku (Hemofilia), keputihan yang berbau, gatal, berwarna hijau kekuningan dan nyeri saat kencing atau keluar nanah (PMS), sering berdebar dan berkeringat malam hari, nyeri dada dan mudah lelah beraktivitas (Jantung), sesak nafas dan mengi (Asma), Ibu tidak memiliki hewan peliharaan kucing (TORCH). Dalam keluarga ibu dan suaminya tidak ada keturunan kembar.

e. Riwayat kebidanan1) HaidIbu mengatakan menstruasi pertama usia 13 tahun, lama 5 hari, teratur setiap 28 hari, konsistensi cair kadang bergumpal, warna merah tua, tidak nyeri saat menstruasi, keputihan 2-3 hari menjelang haid tidak bau, tidak gatal, dan berwarna putih jernih.HPHT : 03-08-2014 HPL : 10-05-20152) Riwayat Kehamilan sekarangIbu mengatakan sekarang ini hamil anak pertama. Pada trimester I ibu mengalami mual-muntah namun kondisi ibu tidak memburuk. Ibu rutin periksa ke bidan tiap bulan mendapat terapi penambah darah (Fe) dan multivitamin. Mulai usia kehamilan 6 bulan ibu mengeluh pusing, penglihatan agak kabur, dan tekanan darah ibu tinggi 140mmHg. Ibu mendapat nasehat mengenai untuk menurunkan tekanan darah dengan istirahat cukup, mengurangi pekerjaan rumah yang berat, makan makanan tinggi protein dan rendah lemak, karbohidrat, garam dan penambahan berat badan tidak berlebihan. Ibu selalu melakukan anjuran-anjuran bidan. Pada tanggal 30-03-2015 ibu periksa hamil ke bidan karena nyeri kepala hebat didapatkan hasil ekstremitas oedema serta tekanan darah 180/120 mmHg, protein urin (+++) dan akhirnya bidan merujuk ibu ke Rumah Sakit Mawar.3) Riwayat Keluarga BerencanaIbu belum pernah menggunakan KB, setelah melahirkan ibu belum memutuskan memilih jenis KB apa.f. Pola kebiasaan sehari-hari1) NutrisiSebelum hamil:Ibu mengatakan biasanya makan 3x sehari, porsi sedang dengan komposisi nasi, sayur, lauk (tahu, tempe, ayam, telur) serta buah (pisang, apel, papaya, sirsak, jeruk) 6-7 gelas perhari minum air mineral, ibu tidak punya pantangan makanan Selama hamil:Ibu mengatakan selama hamil makan seperti biasa (nasi, sayur, lauk dan buah). Ibu juga minum air putih (7-8 gelas/hari) minum susu selama hamil 2 gelas sehari. 2) Eliminasi Sebelum hamil:BAB 1x sehari tiap pagi, konsistensi lunak, warna kuning trengguli. Berkemih 4-6x sehari, warna kuning, jernih, bau khas amoniak, ibu tidak punya keluhan atau masalah saat BAB ataupun BAK.Selama hamil:BAB tiap pagi 1x.. BAK saat hamil muda dan akhir-akhir ini lebih sering dari biasanya, yaitu sampai 10x sehari, tidak ada keluhan saat BAB ataupun BAK.3) Istirahat tidurSebelum hamil:Sebelum hamil ibu tidur siang selama + 2 jam, kalau malam biasanya tidur pukul 21.00 dan bangun pukul 04.30 WIB. Tidur nyenyak dan kadang terbangun untuk minum atau BAK.Selama hamil:Sejak hamil ibu berhenti bekerja sehingga dapat tidur siang + 2jam. kalau malam biasanya pukul 20.00 WIB sudah tidur dan bangun pukul 05.00 WIB. Tidak ada gangguan saat tidur seperti tidur dan jarang terbangun.4) Personal hygieneSebelum hamil:Ibu mengatakan mandi 2x sehari, ganti pakaian tiap sore jika dirasa kotor, ganti pakaian dalam 2x sehari, gosok gigi 2x sehari dan keramas jika rambut dirasa sudah kotor (3-4x seminggu). Memotong kuku jika panjang atau kadang hanya membersihkannya.Selama hamil:Ibu mengatakan sama saja dengan saat sebelum hamil (mandi 2x sehari), ganti pakaian tiap sore atau jika dirasa kotor, ganti pakaian 2x sehari (pakaian dalam), gosok gigi 2x sehari dan keramas 3-4x (seminggu), hanya ibu lebih sering ganti baju karena saat hamil lebih sering berkeringat dan memngganti pakaian dalam saat merasakan kelembaban atau basah. Cebok dari depan ke belakang dan melakukan perawatan payudara setiap kali mandi.5) Aktifitas Sebelum hamil:Dirumah ibu melakukan kegiatan layaknya ibu rumah tangga seperti biasa seperti menyapu, memasak, mengepel, dllSelama hamil:Ibu melakukan kegiatan seperti biasanya hanya saja ibu sekarang dibantu oleh suaminya dalam mengerjakan pekerjaan rumah. Ibu tidak melakukan pekerjaan berat selama kehamilan ini. Ibu belum pernah senam hamil.6) Riwayat ketergantunganIbu dan suami tidak merokok, minum-minuman keras ataupun mengkonsumsi obat tertentu saat sakit. Ibu tidak mempunyai kebiasaan minum kopi atau pun teh. Ibu hanya minum obat-obatan yang diberikan oleh bidan.7) Latar belakang sosial budayaKeluarga ibu dan suami berasal dari jawa dan masih sangat taat dengan tradisi, namun bukan orang yang tidak bisa menerima perubahan ibu tidak memiliki pantangan makanan apapun. Ibu juga tidak pernah dipijat apalagi daerah perut. Saat mengetahui ibu hamil, keluarga mengadakan slamatan.8) Psikologi dan spiritualIbu dan keluarga sangat mengharapkan kehamilan ini. Ibu berdoa agar hipertensi saat kehamilannya sekarang dapat cepat sembuh dan kehamilan dan janinya dapat sehat. Suaminya pun juga melakukan hal yang sama. Ibu dan suami tidak mengharapkan jenis kelamin tertentu. Yang paling penting bayi mereka lahir selamat. Dan ibu sehat sebelum maupun sesudah lahiran.9) Kehidupan seksualSebelum hamil:Ibu biasanya berhubungan dengan suami 2-3x seminggu. Ibu maupun suami tidak mengalami keluhan saat berhubungan.Selama hamil:Selama hamil tidak ada masalah dalam pola seksual, frekuensi jarang 1x seminggu

2. Data obyektifa. Pemeriksaan umuma) Keadaan umum : kejang, kesadaran sopor.b) Tanda-tanda vitalT : 180/120 mmHgN : 120 x/mntR : 40 x/mntS : 38,5oCc) TB : 155 cmBB sebelum hamil : 67 kgBB teratur periksa (24 maret 2015) : 74 kgBB sekarang (30 maret 2015) : 74 kgLILA : 27cmb. Pemeriksaan fisikRambut:Bersih, hitam, penyebaran merata, tidak ada ketombe, keriting, tidak ada luka dan tidak mudah rontok.Muka:Pucat dan agak kaku.Mata:Simetris, konjungtiva palpebra merah muda, sclera putih, kelopak mata odem.Hidung:Simetris, tidak ada secret, tidak ada polip, tidak ada pernafasan cuping hidung.Mulut:Bibir kering, pucat, lidah kaku.Leher:Kaku, tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan limfe.Paru:Bentuk thorax simetris, pernafasan teratur, tidak ada ronchi atau wheezing dan frekuensi jantung cepat,Payudara:Axila bersih, tidak ada benjolan axila, payudara simetris, membesar, tegang, tidak ada benjolan abnormal,putting bersih. Colostrums belum keluar. Ketiak:Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran kelenjar limfe maupun vena jugularis.Abdomen:Perut membesar, membujur sesuai umur kehamilan, tidak mengkilat, tidak ada luka bekas operasi tidak nyeri saat dipalpasi.Genetalia:Bersih, tidak ada varices, tidak ada oedem, tidak ada condiloma matalata dan akuminata, tidak ada pembesaran kelenjar bartholini dan skene, tidak ada jaringan parut pada perineum.Anus:Bersih cukup, tidak ada haemoroidEkstremitasAtas:Kedua tangan normal, tidak ada kelainan fungsi dan anatomi telapak tangan tidak pucat dan tidak dingin, kuku jari panjang. Terdapat oedem.Bawah:Simetris, ada varices, tidak ada kelainan fungsi dan anatomi, kuku pendek, terdapat oedem.c. Pemeriksaan khusus1) TFU (Mc. Donald) : 29 cm2) TBJ(29-12) x 155 : 2790 gram3) PalpasiLeopold I:TFU 3 jari bawah procecus xiphoideus, pada bagian fundus teraba lunak, besar, tidak melenting.Leopold II:Pada bagian kanan teraba bagian yang rata, memanjang seperti papan dan pada bagian kiri teraba bagian kecil.Leopold III:Pada bagian terendah teraba keras, bundar dan dapat digerakkan.4) AuskultasiDJJ teratur 14-13-14 (164 x/menit), punctum maksimum 2 jari kanan bawah pusat.5) Pemeriksaan penunjangTes protein urine 30-03-2015 di bidan hasil + ++ (positif 3)Urine reduksi (-)d. Analisa dataTanggal 30-03-2015, pukul 10.20 WIB Diagnosa/masalahData dasar

G1P00000, hamil 34-35 minggu, janin tunggal, hidup intra uterin, situs bujur, habitus fleksi, posisi punggung kanan, presentasi kepala, keadaan umum ibu dan janin baik dengan EklampsiaDS:-Ibu mengatakan hamil anak ke 1 usia kehamilan 8 bulan.HPHT : 03-08-2014 HPL : 10-05-2015DO:-Keadaan Umum kejang,Kesadaran sopor, postur tubuh lordose. Tanda-tanda vitalT : 180/120 mmHgN : 120 x/mntR : 40 x/mntS : 38,5oC TB : 155 cmBB sebelum hamil : 67 kgBB : terakhir periksa (24 Maret 2015) : 74 kgBB sekarang : 74 kgLILA : 27 cm TFU : 29 cmTBJ : 2790 gr Leopold I : TFU 3 jari bawah procecus xiphoideus teraba bagian lunak, besar, tidak melenting.Leopold II :Pada bagian kanan teraba bagian yang rata, memanjang seperti papan dan pada bagian kiri teraba bagian kecil Leopold III :Pada bagian bawah teraba keras, bundar dan dapat digerakkan.DJJ : 164x/menit, punctum maximum 2 jari sebelah kanan bawah pusat. Pemeriksaan penunjangTes Protein urine hasil +++ (positif 3) Wajah, Ekstermitas atas dan bawah Odema +/+

2.2 Diagnosa KebidananG1 P00000, hamil 34-35 minggu, janin tunggal, hidup intra uterin, situs bujur, habitus fleksi, posisi punggung kanan, presentasi kepala, keadaan umum ibu dan janin baik dengan Eklampsia. Prognosa : buruk

2.3 PerencanaanG1 P00000, hamil 34-35 minggu, janin tunggal, hidup intra uterin, situs bujur, habitus fleksi, posisi punggung kanan, presentasi kepala, keadaan umum ibu dan janin baik dengan Eklampsia. Prognosa : burukTujuan :Eklamsi teratasi. Ibu dan bayi sehat.Kriteria : - Keadaan umum baik TD: 100/70-120/90 mmHg N: 60-80x/menit S: 36-37,50C R: 16-24x/menit DJJ: 120-160x/menit Protein Urine : (-)

Intervensi1. Beritahu keluarga hasil pemeriksaan ibu saat iniR/ Sebagai komunikasi terapuetik sehingga memberikan ketenangan pada keluarga.2. Perbaiki KU Ibu.R/ Asuhan yang diberikan dapat berjalan lancar.3. Bebaskan jalan nafas, dengan memasang spatel pada mulut ibu agar lidah tidak tergigit dan jalan nafas bisa terbuka.R/ pertolongan pertama pada eklampsi4. Baringkan pasien pada sisi kiri dengan posisi trendelenbrug untuk R/ mengurangi resiko aspirasi 3. Beri O2 4 sampai 6 liter / menit R/ Meningkatkan oksigen dalam darah sehingga pemenuhan oksigen terpenuhi.4. Pasang infus glukosa 5 % di tambah dengan valium 10 20 mgrR/ Sebagai pemenuhan / pengganti energi5. Kontrol KU pasien R/ mendeteksi dan mengatasi sedini mungkin masalah yang munkin timbul6. Hindari terjadinya trauma tambahan sebab pasien dapat terjatuh dari tempat tidurnya saat terjadinya kejang.R/ trauma dapat memperburuk keadaan pasien7. Kolaborasi dengan dokter Sp,OG untuk penanganan selanjutnyaR/ penanganan masalah / komplikasi yang mungkin timbul

2.4 PelaksanaanTanggal 30 Maret 2015, pukul 10.30 WIB1. Memberitahu keluarga hasil pemeriksaan ibu saat ini bahwa keadaan umum kejang, kesadaran sopor, TD 180/120 mmHg, N : 120x/m, R : 40x/m, T : 38,50C2. Memperbaiki KU ibu.3. Membebaskan jalan nafas, dengan memasang spatel pada mulut ibu agar lidah tidak tergigit dan jalan nafas bisa terbuka.4. Membaringkan pasien pada sisi kiri dengan posisi trendelenbrug untuk 5. Memberi O2 4 sampai 6 liter / menit 6. Memasang infus glukosa 5 % di tambah dengan valium 10 20 mgr7. Mengobservasi KU pasien 8. Menghindari terjadinya trauma tambahan sebab pasien dapat terjatuh dari tempat tidurnya saat terjadinya kejang.9. Melakukan inform consent untuk dilakukan rujukan.10. Melakukan kolaborasi dengan dokter Sp,OG untuk penanganan selanjutnya

2.5 EvaluasiTanggal, 30 Maret 2015, pukul 11.30 WIBS:keluarga mengatakan ibu sudah tidak kejangO:a. KU burukb. Tanda-tanda vitalTD: 170/120 mmHgN: 120x/menitS: 37,50CR: 26x/menitDJJ: 150x/menitA:G1P00000, usia kehamilan 34-35 minggu, keadaan umum buruk, prognosa buruk.P:Lakukan kolaborasi dengan dokter ahli untuk pemberian terapi pengakhiran kehamilan bila kondisi tidak membaik.

Tanda Tangan

Bidan

Daftar Pustaka

Chirdiono. 2004. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGCKepmenkes no.938. 2007. Dokumentasi Asuhan KebidananSujiantini, dkk. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Nuha MedikaTonzer, Bezier. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri Ginekologi (Terjemahan). Jakarta.EGC