EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal untung.pdf3...

14
1 EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Untung Juli Haryono¹, A. Budi Mulyanyo², Hj. Nurhayati³ Alumni S1 STKIP-PGRI Lubuklinggau Email: [email protected] ABSTRAK Skripsi ini berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Inquiry terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2014/2015”. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar dan aktivitas siswa di kelas X SMA N 3 Lubuklinggau setelah mengikuti pembelajaran fisika dengan model pembelajaran Inquiry. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode penelitian eksperimen semu (quasi exsperiment), dengan desain yang digunakan adalah group pre-test post-test design. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan lembar observasi. Simpulan dalam penelitian ini adalah ketuntasan hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran fisika dengan model pembelajaran Inquiry di kelas X SMA Negeri 3 Lubuklinggau secara signifikan tuntas. Hasil analisis uji-t pada data post-test dengan taraf signifikan α = 0,05 diperoleh t hitung (3,94) > t tabel (1,697) yang berarti H o ditolak dan H a diterima. Rata-rata hasil belajar siswa pada pos-tes sebesar 80,48 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 87,10%. Aktivitas belajar siswa dapat terlihat dari lembar observasi siswa diperoleh rata-rata 61,67% dipertemuan pertama dan 80,00% dipertemuan kedua. Maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Inquiry efektif terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri 3 Lubuklinggau. Kata Kunci: Inquiry, Hasil Belajar, Aktivitas Belajar. ¹ Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau. ²³ Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau.

Transcript of EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal untung.pdf3...

Page 1: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal untung.pdf3 B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Efektivitas Pembelajaran Menurut Amri (2013:119) Efektivitas

1

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 LUBUKLINGGAU

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Untung Juli Haryono¹, A. Budi Mulyanyo², Hj. Nurhayati³ Alumni S1 STKIP-PGRI Lubuklinggau

Email: [email protected]

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Inquiry terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2014/2015”. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar dan aktivitas siswa di kelas X SMA N 3 Lubuklinggau setelah mengikuti pembelajaran fisika dengan model pembelajaran Inquiry. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode penelitian eksperimen semu (quasi exsperiment), dengan desain yang digunakan adalah group pre-test post-test design. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan lembar observasi. Simpulan dalam penelitian ini adalah ketuntasan hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran fisika dengan model pembelajaran Inquiry di kelas X SMA Negeri 3 Lubuklinggau secara signifikan tuntas. Hasil analisis uji-t pada data post-test dengan taraf signifikan α = 0,05 diperoleh thitung (3,94) > ttabel (1,697) yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Rata-rata hasil belajar siswa pada pos-tes sebesar 80,48 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 87,10%. Aktivitas belajar siswa dapat terlihat dari lembar observasi siswa diperoleh rata-rata 61,67% dipertemuan pertama dan 80,00% dipertemuan kedua. Maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Inquiry efektif terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri 3 Lubuklinggau. Kata Kunci: Inquiry, Hasil Belajar, Aktivitas Belajar.

¹ Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau. ² ³ Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau.

Page 2: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal untung.pdf3 B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Efektivitas Pembelajaran Menurut Amri (2013:119) Efektivitas

2

A. PENDAHULUAN Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang harus dimiliki setiap seseorang

sejak dini. Peranan pendidikan dalam hal ini tidak hanya penting bagi perkembangan individu, melainkan perkembangan pembangunan bangsa dan negara. Pada dasarnya tujuan pendidikan tidak hanya untuk memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan, namun dengan pendidikan dan proses pembelajaran yang baik akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan siap menghadapi masa depan.

Proses pembelajaran merupakan interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan sumber belajar dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pencapaian tujuan pendidikan bergantung pada proses belajar mengajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik dan menjadi tanggung jawab guru sebagai pendidik. Proses pembelajaran menurut (Putra, 2013:19) suatu proses penyampaian pengetahuan dengan cara mentransfer pengetahuan kepada siswa.

Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 9 Maret 2015 antara peneliti dengan bapak Zulheri, M.Pd.Si selaku guru fisika kelas X SMA Negeri 3 Lubuklinggau, diperoleh bahwa nilai siswa pada beberapa materi fisika yang telah dipelajari sebelumnya masih di bawah KKM KD yang telah ditentukan yaitu 75. Rata-rata nilai ulangan harian siswa adalah 65. Dari seluruh siswa kelas X SMA Negeri 3 Lubuklinggau sebanyak 290 siswa yaitu sebanyak 130 siswa (44,82%) telah tuntas dan sebanyak 160 siswa (55,18%) belum tuntas. Berdasarkan dengan hal tersebut Susilo (2008:160) ketuntasan tercapai secara klasikal jika dalam waktu terjadwal sebagian besar siswa mencapai kompetensi minimal 85%.

Rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, proses pembelajaran fisika dilaksanakan dengan menggunakan metode ceramah atau pembelajaran satu arah yang lebih menekankan pada penyampaian materi pembelajaran. Siswa tidak di beri kesempatan untuk menemukan sendiri konsep fisika yang dipelajarinya, siswa secara langsung menerima pengetahuan yang sudah jadi yang disampaikan guru. Kedua, selama proses belajar mengajar berlangsung siswa kurang merespon, dan tidak menyimak pelajaran, siswa cenderung sibuk dengan kegiatan masing-masing dengan temannya sehingga berdampak pada penurunan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa.

Untuk menyelesaikan masalah tersebut, salah satunya menggunakan model pembelajaran yang efektif guna meningkatkan hasil belajar siswa dan aktivitas siswa. Salah satu model pembelajaran yang diprediksi dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa ialah model pembelajaran Inquiry. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Kamal dkk (2012) dengan menerapan model Inquiry kepada siswa menunjukkan hasil belajar yang lebih baik, dimana terjadi peningkatan hasil belajar siswa yang sangat nyata.

Penggunaan model pembelajaran Inquiry diharapkan dapat dijadikan salah satu alternatif untuk memberikan rangsangan keaktifan siswa, mengatasi kesulitan siswa dalam memahami materi, menjadikan suasana yang ada di dalam kelas akan lebih menyenangkan dan menarik sehingga dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa.

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan tersebut, peneliti tertarik melakukan suatu penelitian yakni untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran Inquiry pada pelajaran fisika siswa kelas X SMA Negeri 3 Lubukliggau.

Page 3: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal untung.pdf3 B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Efektivitas Pembelajaran Menurut Amri (2013:119) Efektivitas

3

B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Efektivitas Pembelajaran

Menurut Amri (2013:119) Efektivitas berasal dari kata efektif, yang berarti dapat membawa hasil, berhasil guna, ada efeknya, pengaruhnya, akibatnya dan kesannya. Sementara itu menurut Trianto (2009:20) Efektivitas pembelajaran adalah hasil yang diperoleh siswa setelah melaksanakan proses belajar mengajar.

Berdasarkan definisi yang telah dijelaskan tersebut, efektivitas pembelajaran adalah tercapainya suatu tujuan pembelajaran yang di dalamnya terdapat suatu proses untuk mendapatkan hasil belajar telah ditentukan sebelumnya.

2. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Amri (2013:24) ”belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya”. Sementara itu, menurut Djamarah (2006:10) belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap.

Berdasarkan pengertian yang disampaikan oleh beberapa ahli tersebut dapat dikatakan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku tertentu, baik yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati secara langsung sebagai pengalaman dalam interaksi dengan lingkungan. Dapat dikatakan juga bahwa belajar sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan dan menghasilkan perubahan dalam pengetahuan dan pemahaman, dan hasil belajar.

3. Hasil Belajar Menurut Rusman (2013:123) menyatakan hasil belajar adalah sejumlah

pengalaman yang diperloleh siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Belajar tidak hanya penguasaan konsep teori mata pelajaran saja, tetapi juga penguasaan kebiasaan presespsi, kesenangan, minat-bakat, penyesuaian sosial, macam-macam keterampilan, cita-cita, keinginan dan harapan. Sedangkan menurut Jihad dan Haris (2008:15), hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar mengajar. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan setiap siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya.

4. Model Pembelajaran Inquiry Menurut Hendri (dalam Putra, 2013:84) inti gagasan Inquiry adalah

siswa akan bertanya bila dihadapkan dengan masalah yang membingungkan, kurang jelas, atau kejadian aneh yang tidak pernah dilihat sebelumnya. Siswa memiliki kemampuan untuk menganalisis strategi berpikir. Strategi berfikir dapat diajarkan dan ditambahkan kepada siswa, serta Inquiry bisa lebih

Page 4: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal untung.pdf3 B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Efektivitas Pembelajaran Menurut Amri (2013:119) Efektivitas

4

bermakna dan efektif apabila dilakukan dalam konteks kelompok. Sementara itu menurut Trianto (2009:114) menyatakan bahwa Inquiry

merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperloleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta yang diketahuinya, akan tetapi hasil dari siswa menemukan sendiri melalui eksperimen. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Siklus Inquiry terdiri dari:

a. Observasi b. Bertanya c. Mengajukan dugaan d. Pengumpulan data e. Penyimpulan

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa model Inquiry adalah proses belajar-mengajar yang dirancang untuk membimbing siswa terkait cara meneliti suatu masalah dan pertanyaan- pertanyaan berdasarkan fakta. Pembelajaran Inquiry juga merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu benda, manusia, atau peristiwa secara sistematis, kritis, logis, dan analitis sehingga siswa mampu merumuskan sendiri penemuanya dengan penuh percaya diri.

5. Langkah-langkah Model Pembelajaran Inquiry Adapun langkah - langkah model pembelajaran Inquiry, menurut

Sanjaya (dalam Putra, 2008:101) adalah sebagai berikut: a. Orientasi

Pada tahap ini, guru melakukan langkah untuk membina suasana.Hal-hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah sebagai berikut: 1) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat

dicapai siswa. 2) Menerangkan pokok-pokok kegiatan yang mesti dilakukan oleh siswa

untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini, dijelaskan langkah- langkah Inquiry serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai merumuskan kesimpulan.

3) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.

b. Merumuskan Masalah Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa kepada suatu persoalan yang mengundang teka-teki. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat.

c. Merumuskan Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang tepat dilakukan oleh guru untuk mengembangkan kemampuan berhipotesis pada setiap siswa ialah mengajukan berbagai pertanyaan yang bisa mendorong siswa agar dapat merumuskan jawaban sementara.

d. Mengumpulkan Data Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, tetapi

Page 5: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal untung.pdf3 B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Efektivitas Pembelajaran Menurut Amri (2013:119) Efektivitas

5

juga ketekunan siswa. e. Menguji Hipotesis

Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, namun juga mesti didukung oleh data yang ditemukan.

f. Merumuskan Kesimpulan Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat, sebaiknya guru mampu menunjukkan kepada siswa tentang data-data yang relevan.

Sementara itu menurut Kindsvatter (dalam suparno, 2007:66-67) langkah-langkah model pembelajaran Inquiry sebagai berikut:

a. Identifikasi dan klarifikasi persoalan Persoalan dapat disiapkan atau diajukan oleh guru. Sebaiknya persoalan yang ingin dipecahkan disiapkan sebelum mulai pelajaran. Persoalan sendiri harus jelas sehingga dapat dipecahkan oleh siswa.

b. Membuat hipotesis Langkah berikutnya adalah siswa diminta untuk mengajukan jawaban sementara tentang persoalan yang sedang dibahas. Inilah yang disebut dengan hipotesis

c. Mengumpulkan data Langkah selanjutnya adalah siswa mencari dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya melalui buku, praktikum dan lain-lain untuk membuktikan apakah hipotesis diterima atau ditolak.

d. Menganalisis data Data yang sudah dikumpulkan harus dianalisis untuk dapat membuktikan hipotesis apakah benar atau tidak.

e. Membuat kesimpulan Dari data yang telah dikelompokkan dan dianalisis, kemudian diambil kesimpulan. Setelah diambil kesimpulan, kemudian dicocokkan dengan hipotesis awal, apakah hipotesis kita diterima atau ditolak. Berdasarkan uraian tentang langkah-langkah model pembelajaran Inquiry tersebut, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah model pembelajaran Inquiry menurut peneliti sebagai berikut:

Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Inquiry

No Langkah Inquiry

Perlakuan Guru

1. Orientasi Pada tahap ini guru membawa suasana pembelajaran yang responsif.

2. Merumuskan Masalah

Pada tahap ini guru membawa siswa kepada persoalan yang mengadung teka teki ringan yang menarik siswa untuk berfikir.

3. Merumuskan Hipotesis

Pada tahap ini guru memberi pertanyaan yang mendorong siswa untuk menjawab ataupun mengembangkan kemampuan

Page 6: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal untung.pdf3 B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Efektivitas Pembelajaran Menurut Amri (2013:119) Efektivitas

6

menebak siswa.

4

Mengumpulkan Data

Pada tahap ini siswa mencari dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dengan sumber untuk membuktikan apakah hipotesis mereka benar atau salah.

5. Menguji hipotesis

Pada tahap ini siswa diminta untuk berfikir real, dan menguji hipotesis siswa yang telah terkumpul.

6. Merumuskan Kesimpulan

Pada tahap ini guru mengajak siswa untuk menyimpulkan seluruh informasi yang telah diperoleh.

6. Aktivitas Belajar

Menurut Mulyono (2001;26), aktivitas adalah kegiatan atau keaktifan. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun nonfisik, merupakan suatu aktivitas. Sedangkan Depdiknas (2005:31) menyebutkan bahwa aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan.

Menurut Hamalik (2008:90) aktivitas belajar siswa dapat digolongkan dalam beberapa hal, antara lain : a. Kegiatan visual

Membaca, melihat sebuah tulisan atau gambar-gambar, mengamati eksperimen, melihat kegiatan demonstrasi, melihat seseorang melakukan pemeranan, mengamati seseorang melakukan pekerjaan atau kegiatan.

b. Kegiatan lisan Mengemukakan suatau fakta atau prinsip, menghubungkan suaru kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi.

c. Kegiatan mendengarkan Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan siaran radio.

d. Menulis kegiatan Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket.

e. Kegiatan-kegiatan mental Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, menemukan hubungan membuat keputusan.

Berdasarkan pengertian aktivitas belajar yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan selama proses belajar mengajar.

C. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen semu. Peneliti

tidak memilki keleluasaan untuk memanipulasi subjek, artinya kelompok random biasanya dipakai sebagai dasar untuk menetapkan sebagai perlakuan atau kontrol (Setyosari, 2010:36). Menurut Putra (2012:129) metode penelitian eksperimen

Page 7: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal untung.pdf3 B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Efektivitas Pembelajaran Menurut Amri (2013:119) Efektivitas

7

adalah metode yang paling tepat dan akurat untuk memenuhi fungsi ilmu yaitu menjelaskan, memprediksi, dan mengontrol.

Desain penelitian yang digunakan adalah pretes dan postes group design yang melibatkan satu kelompok yang diberikan perlakuan, dimana pretest adalah tes awal yang dilakukan sebelum perlakuan dan postest adalah tes yang dilakukan setelah perlakuan. Dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Pretest-Postest Group Design

Kelas Pretes Perlakuan Postes

E O1 X O2

Dengan dengan 0₁ adalah tes yang dilakukan sebelum eksperimen (Pretest), X adalah treatment atau perlakuan, dan 0₂ adalah tes yang dilakukan sesudah eksperimen (Postest). Populasi dalam penelitian ini adalah kelas X yang terdiri dari 8 kelas dan keseluruhan berjumlah 290 siswa. Semua kelas yang sudah masuk didalam populasi di acak dengan kertas kecil yang digulung dan didalamnya telah diberi nama per kelas, selanjutnya dikocok dan diambil satu gulungan untuk dijadikan sampel penelitian. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kelas X.3 SMA Negeri 3 Lubuklinggau. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data menggunakan tes dan lembar observasi. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2010:150). Tes disini dipergunakan untuk mengukur hasil belajar pada aspek kognitif. Instrumen tes yang digunakan berbentuk tes uraian. Observasi merupakan kegiatan mengamati guna mendapatkan sebuah data atau pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra (Arikunto, 2010:156). Observasi digunakan untuk mengetahui hal-hal muncul dari responden mengenai perubahan positif pada siswa yang memiliki rasa percaya diri, rasa ingin tahun dan aktif. Teknik analisis data yang dilakukan terhadap data kemampuan penalaran dalam penelitian ini adalah menghitung rata-rata dan simpangan baku, normalitas data, uji hipotesis.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 3 Lubuklinggau pada Tahun

Pelajaran 2014/2015 dengan menggunakan satu kelas sebagai sampel yaitu kelas X IPA 3 dengan jumlah 31 siswa. Kelas X IPA 3 mendapatkan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry. Pada pelaksanaan pembelajaran peneliti bertindak sebagai guru.

Uji coba instrumen dilaksanakan pada tanggal 20 April 2015 di kelas XI IPA 2 SMA Negeri 3 Lubuklinggau dengan jumlah siswa yang mengikuti tes sebanyak 28 siswa pada materi suhu dan pengukurannya menggunakan termometer Celcius. Hasil analisi uji instrumen dari 10 soal yang diujikan, tersisa hanya 5 soal yang sudah memenuhi syarat yaitu validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran. Sehingga soal dapat digunakan sebagai alat tes, baik tes kemampuan awal (Pre-Test) maupun tes kemampuan akhir (Post-Test).

Pelaksanaan penelitian diawali dengan pre-test terlebih dahulu. Pre-test dilaksanakan pada pertemuan pertema dengan tujuan untuk mengetahui

Page 8: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal untung.pdf3 B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Efektivitas Pembelajaran Menurut Amri (2013:119) Efektivitas

kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa sebeluh diberi perlakuan pada materi suhu dan pengukuran menggunakan termometer Celcius. Setelah terlaksananya prepembelajaran Inquiry

Setelah dilaksanakan dalam pembelajaran dengan 2015 dan tanggal dilanjutkan pemberian tes akhir (bertujuan untuk mengetahui kemampuan akhir siswa pada materi suhu dan pengukurannya.

Berikut hasil analisis dari masingmengukur hasil belajar, dan lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa dalam pembelajaran. Analisis data tes siswa dilakukan berdasarkan hasil perolehan dari dua kegiatan test) sedangkan lembar observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran dilakukan setiap hasil belajar siswa dan aktivitas siswa dalam pembelajaran, yaitu pada saat sebelum dan sesudah pelaksanaan pembelajaranpembelajaran Inquiry

Untuk memberikan gambaran data yang lebih jelas kenaikan antara nilai rata-rata tes awal siswa (dilihat pada Tabel 4.4 dan gambar 4.1

Pre TestPos Test

Berdasarkan tabel dan grafik diatas terlihat bahwa rata

mengalami peningkatan mencapai 80,48. Persentase siswa yang tuntas atau mencapai kkm ialah 27 siswa (87,10%) dan 4 siswa (12,90%) belum mencapai KKM. Jadi dapat disimpulkan bahwa dedapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar fisika siswa secara klasikal.

Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data hasil berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan hasil perhitungan statistik mengenai uji normalitas data terlampir dengan taraf kepercayaan

0

20

40

60

80

100

kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa sebeluh diberi perlakuan pada teri suhu dan pengukuran menggunakan termometer Celcius. Setelah

terlaksananya pre-test, maka siswa akan diberikan perlakuan dengan model Inquiry.

Setelah dilaksanakan pre-test, maka siswa akan diberikan perlakuan dalam pembelajaran dengan model pembelajaran Inquiry pada

dan tanggal 11 Mei 2015 selama tiga jam pelajarandilanjutkan pemberian tes akhir (post-test) pada tanggal 18 Mei 2015 yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan akhir siswa pada materi suhu dan

Berikut hasil analisis dari masing-masing data, yaitu data tes untuk

mengukur hasil belajar, dan lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa dalam pembelajaran. Analisis data tes siswa dilakukan berdasarkan hasil perolehan dari dua kegiatan tes, yaitu tes awal (pre-test) dan tes akhir (

) sedangkan lembar observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran dilakukan setiap hasil belajar siswa dan aktivitas siswa dalam pembelajaran, yaitu pada saat sebelum dan sesudah pelaksanaan pembelajaran

Inquiry. Untuk memberikan gambaran data yang lebih jelas kenaikan antara

rata tes awal siswa (pre-test) dengan tes akhir siswa (dilihat pada Tabel 4.4 dan gambar 4.1

Tabel 4.4 Nilai Rata-Rata Pre Test dan Pos Test

Nama Tes Rata-Rata Pre Test 39,10 Pos Test 80,48

Gambar 4.1

Grafik Rata-rata Pre-test dan Post-test

Berdasarkan tabel dan grafik diatas terlihat bahwa ratamengalami peningkatan mencapai 80,48. Persentase siswa yang tuntas atau mencapai kkm ialah 27 siswa (87,10%) dan 4 siswa (12,90%) belum mencapai KKM. Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan model pembelajaran dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar fisika siswa secara klasikal.

Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data hasil berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan hasil perhitungan statistik mengenai uji normalitas data terlampir dengan taraf kepercayaan

39.10

80.48 Pre-test

Post-test

8

kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa sebeluh diberi perlakuan pada teri suhu dan pengukuran menggunakan termometer Celcius. Setelah

test, maka siswa akan diberikan perlakuan dengan model

, maka siswa akan diberikan perlakuan pada tanggal 04 Mei

selama tiga jam pelajaran. Kemudian ) pada tanggal 18 Mei 2015 yang

bertujuan untuk mengetahui kemampuan akhir siswa pada materi suhu dan

masing data, yaitu data tes untuk mengukur hasil belajar, dan lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa dalam pembelajaran. Analisis data tes siswa dilakukan berdasarkan hasil

dan tes akhir (post-) sedangkan lembar observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran

dilakukan setiap hasil belajar siswa dan aktivitas siswa dalam pembelajaran, yaitu pada saat sebelum dan sesudah pelaksanaan pembelajaran melalui model

Untuk memberikan gambaran data yang lebih jelas kenaikan antara ) dengan tes akhir siswa (pos-test), dapat

Pos Test

test

Berdasarkan tabel dan grafik diatas terlihat bahwa rata-rata hasil belajar mengalami peningkatan mencapai 80,48. Persentase siswa yang tuntas atau mencapai kkm ialah 27 siswa (87,10%) dan 4 siswa (12,90%) belum mencapai

ngan model pembelajaran Inquiry dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar fisika siswa secara klasikal.

Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data hasil pos-testsiswa berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan hasil perhitungan statistik mengenai uji normalitas data terlampir dengan taraf kepercayaan =0,05, jika

test

test

Page 9: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal untung.pdf3 B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Efektivitas Pembelajaran Menurut Amri (2013:119) Efektivitas

9

�������� < ��

����� maka data berdistribusi normal. Hasil perhitungan uji

normalitas dapat dilihat pada pada Tabel 4.5. Tabel 4.5

Hasil Uji Normalitas Nilai Post-test

�������� Dk ��

����� Kesimpulan

10,5 5 11,07 Normal Mengacu pada Tabel 4.5. menunjukkan bahwa nilai

��������data tes akhir pada kelas sampel lebih kecil dari pada nilai ��

�����

(10,5 < 11,07). Berdasarkan ketentuan pengujian normalitas dengan menggunakan uji kecocokan �� dapat disimpulkan bahwa data pos-test kelas sampel menunjukkan berdistribusi normal pada taraf kepercayaan � = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = 5.

Berdasarkan hasil analisis uji normalitas kedua data pre-test dan post-tes, didapatkan bahwa kedua data berdistribusi normal maka untuk pengujian hipotesis menggunakan uji-t. Kriteria pengujiannya adalah jika t������ <

t����� maka Ho diterima dan Ha ditolak, sebaliknya jika t������ ≥ t����� maka Ha diterima dan Ho ditolak. Hipotesis statistik yang diuji dalam penelitian ini adalah:

Ho: Rata-rata hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran fisika dengan model pembelajaran Inquiry kurang dari 75 (μο < 75).

Ha: Rata-rata hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran fisika dengan model pembelajaran Inquiry lebih dari sama dengan 75 (μο ≥75). Hasil uji-t dapat dilihat pada

Tabel 4.6.

Hasil Uji Kesamaan Rata-rata

������� Dk ������ Kesimpulan

3,94 30 1,697 ������� > ������

Ha diterima

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis uji-t mengenai kemampuan akhir siswa menunjukkan bahwa ������� > ������, pada taraf kepercayaan � = 0,05. Karena ������� > ������ seperti terlihat pada Tabel 4.6 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Uraian tersebut menunjukkan bahwa, terdapat perbedaan yang signifikan raihan nilai siswa antara pre-tes (tes awal) dengan pos-test (tes akhir). Adapun hipotesis penelitian yang diajukan adalah hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran fisika dengan model pembelajaran Inquiry di kelas X SMA Negeri 3 Lubuklinggau Tahun Ajaran 2014/2015 secara signifikan tuntas.

Berdasarkan data analisis tersebut, hipotesis penelitian yang diajukan terbukti kebenarannya, sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar fisika siswa kelas X.3 setelah mengikuti pembelajaran fisika dengan model pembelajaran Inquiry i di kelas X SMA Negeri 3 Lubuklinggau Tahun Ajaran 2014/2015 secara signifikan tuntas.

Observasi dilaksanakan di kelas eksperimen yaitu kelas X.3 untuk melihat aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Pada kelas X.3 selama

Page 10: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal untung.pdf3 B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Efektivitas Pembelajaran Menurut Amri (2013:119) Efektivitas

proses pembelajaranhanya digunakan sebagai data pelengkap dan untuk memperkuat hasil penelitian. Observasi dilakukan peneliti sebanyak 2 kali pertemuan.

Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada kelas X.3 selamapembelajaran berlangsung diperoleh data hasil observasi aktivitas belajar siswa yang dapat dilihat pada tabel 4.7. Adapun grafik perbedaan aktivitas belajar siswa dipertemuan pertama dan kedua.

Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa

No

Pertemuan

1 Pertemuan I

2 Pertemuan II

Grafik Perbandingan Aktivitas

Berdasarkan data diatas, ratakenaikan yang cukup signifikan. Pada pertemuan pertama ratabelajar siswa adalah 61,67 dan pada saat pertemuan kedua ratabelajar siswa adalah 80,00.

Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Inquiry di kelas X 3 SMA Negeri 3 Lubuklinggau dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

Pertemuan Ke

61,67

proses pembelajaran dengan model pembelajaran Inquiry. Data hasil observasi hanya digunakan sebagai data pelengkap dan untuk memperkuat hasil penelitian. Observasi dilakukan peneliti sebanyak 2 kali pertemuan.

Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada kelas X.3 selamapembelajaran berlangsung diperoleh data hasil observasi aktivitas belajar siswa yang dapat dilihat pada tabel 4.7. Adapun grafik perbedaan aktivitas belajar siswa dipertemuan pertama dan kedua.

Tabel 4.7 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Kelas X.3

Butir Observasi Skor Total

1 2 3 4 5

4 4 4 4 4 4 24

14 11 11 12 13 13 74

16 14 16 17 17 16 96

Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Aktivitas Belajar Siswa

Berdasarkan data diatas, rata-rata aktivitas siswa di kelas X.3 mengalami

kenaikan yang cukup signifikan. Pada pertemuan pertama ratabelajar siswa adalah 61,67 dan pada saat pertemuan kedua ratabelajar siswa adalah 80,00.

aka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran di kelas X 3 SMA Negeri 3 Lubuklinggau dapat meningkatkan aktivitas

Pertemuan Ke-1Pertemuan Ke-2

Pertemuan Ke

Pertemuan Ke61,67

80,00

10

. Data hasil observasi hanya digunakan sebagai data pelengkap dan untuk memperkuat hasil penelitian.

Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada kelas X.3 selama proses pembelajaran berlangsung diperoleh data hasil observasi aktivitas belajar siswa yang dapat dilihat pada tabel 4.7. Adapun grafik perbedaan aktivitas belajar

Kelas X.3

% Aktivitas

61,67

80,00

Belajar Siswa

rata aktivitas siswa di kelas X.3 mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Pada pertemuan pertama rata-rata aktivitas belajar siswa adalah 61,67 dan pada saat pertemuan kedua rata-rata aktivitas

aka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran di kelas X 3 SMA Negeri 3 Lubuklinggau dapat meningkatkan aktivitas

Pertemuan Ke-1

Pertemuan Ke-2

Page 11: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal untung.pdf3 B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Efektivitas Pembelajaran Menurut Amri (2013:119) Efektivitas

11

2. Pembahasan a. Data Hasil Tes

Dari Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan selama kurang lebih 4 minggu yaitu dimulai dari tanggal 26 April s/d 26 Mei 2015, maka diperoleh data awal (Pre-Test) berdistribusi normal dengan �� hitung < �� tabel yaitu 5,22 < 11,070. Untuk mengetahui kenormalan data, digunakan uji normalitas dengan �� (Chi-Khuadrat), Setelah itu dilakukan uji hipotesis awal dan diperoleh data thitung < ttabel (- 16,77 < 1,697) maka Ho diterima dan Ha ditolak.

Setelah dilakukan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry diperoleh data akhir (Post-Test) berdistribusi normal dengan �� hitung < �� tabel yaitu 10,5 < 11,070. Selanjutnya dilakukan uji hipotesis akhir dan diperoleh data yaitu thitung > ttabel (3,94 > 1,697) maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Sebelum diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry nilai rata-rata hasil belajar fisika siswa kelas X 3 SMA Negeri 3 Lubuklinggau adalah 39,10. Selanjutnya setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelejaran Inquiry rata-rata hasil belajar fisika kelas X 3 SMA Negeri 3 Lubuklinggau memperoleh nilai 80,48.

Sejalan dengan hal diatas, penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar fisika siswa kelas X 3 SMA Negeri 3 Lubuklinggau sudah bisa dikatakan tuntas. Dari siswa yang berjumlah 31, 27 siswa sudah tuntas (87,10%) sedangkan 4 siswa (12,90%) belum tuntas. Artinya, berdasarkan latar belakang secara klasikal atau lebih dari sama dengan 85% siswa signifikan tuntas. Jadi, untuk materi pengukuran menggunakan termometer Celcius siswa kelas X 3 bisa lanjut ke materi selanjutnya.

Berdasarkan penjelasan dan data yang dicantumkan diatas menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran fisika dengan model pembelajaran Inquiry lebih dari sama dengan 75 (μο ≥75). Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran fisika dengan model pembelajaran Inquiry dikelas X SMA Negeri 3 Lubuklinggau tahun ajaran 2014/2015 signifikan tuntas.

b. Data Hasil Observasi Secara keseluruhan siswa responsif dan atusias dengan diterapkan

model pembelajaran Inquiry, karena tampak dari aktivitas belajar mereka selama pembelajaran yang dapat dilihat pada lembar observasi siswa. Rata-rata aktivitas belajar siswa kelas X 3 SMA Negeri 3 Lubuklinggau dipertemuan pertema terlihat aktif, terutama pada indikator 1 yaitu interaksi antara siswa degan guru dengan memperoleh skor tertinggi yaitu 14 dan pada indikator ke yang lain masih rendah.

Selanjutnya pada pertemuan berikutnya rata-rata aktivitas mengalami peningkatan aktivitas belajar siswa, terutama pada indikator 3 dan 4 yaitu tentang kerja sama kelompok antara siswa dengan siswa dan keterampilan menggunakan alat peraga. Indikator terendah pada pertemuan kedua ialah pada indikator ke 2 pada aspek aktivitas siswa dalam mengembangkan hipotesis. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada kelas yang menggunakan model Inquiry mengalami peningkatan aktivitas belajar.

Untuk lebih detailnya pada lembar observasi siswa dapat dilihat pada tabel selama dua kali pertemuan. Pada pertemuan pertama yang

Page 12: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal untung.pdf3 B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Efektivitas Pembelajaran Menurut Amri (2013:119) Efektivitas

12

dilakukan pada tanggal 4 Mei 2015 rata-rata aktivitas siswa ialah 61,67% masih dalam kategori cukup. Sedangkan pada pertemuan berikutnya rata-rata aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan yaitu 80,00% masuk dalam kategori baik.

Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar setelah menggunakan model pembelajaran Inquiry yang dilihat selama proses belajar mengajar di kelas X 3 SMA Negeri 3 Lubuklinggau mengalami peningkatan yang tidak begitu besar. Pada awal pertemuan aktivitas belajar siswa mencapai 61,67% dengan kriteria cukup dan dipertemuan berikutnya naik mencapai 80,00% dengan kriteria baik.

E. SIMPULAN Berdasarkan Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan diperoleh

simpulan sebagai berikut: 1. Penggunaan model pembelajaran Inquiry terhadap hasil belajar fisika siswa

dikelas X SMA Negeri 3 Lubuklinggau tahun ajaran 2014/2015 signifikan tuntas. Hal ini terlihat dari hasil analisis uji-t pada data post-test dengan taraf signifikan α = 0,05 diperoleh thitung (3,94) ≥ ttabel (1,697) yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Rata-rata hasil belajar siswa pada pos-tes sebesar 80,48 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 87,10%.

2. Aktivitas belajar siswa kelas X.3 SMA Negeri 3 Lubuklinggau setelah mengikuti pembelajaran fisika dengan model pembelajaran Inquiry meningkat. Hal terlihat dari lembar observasi siswa diperoleh rata-rata 61,67% dipertemuan pertama dan 80,00% dipertemuan kedua.. Maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Inquiry efektif terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri 3 Lubuklinggau.

F. DAFTAR PUSTAKA Amri, Sofan. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum

2013. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar.

Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Jihad, Asep dan Abdul, Haris. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi

Pressindo. Kamal, dkk. 2012. Efektivitas Pembelajaran Inquiry Terhadap Hasil Dan

Aktivitasbelajar Siswa Mtsn Sakti Kota Bakti Kabupaten Pidie. Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi, Biologi Edukasi Volume 4, No.1, http://ejournal.umpwr.ac.id/index.php/radiasi/article/view/2032/1919. [12 April 2015].

Mulyono, Anton. 2001. Stategi Pembelajaran. Ygyakarta: Ar-Russ Media Nasution, N. Dkk. 2007. Evaluasi Pembelajaran Fisika. Jakarta: Universitas

Terbuka. Purwanto, Ngalim. 2010. Evaluasi Pengajaran. Bandung: Rosdakarya. Putra, Sitiatava Rizema. 2013. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains.

Jogjakarta: DIVA Press (Anggota IKAPI). Rahayu, dkk. 2015. Efektivitas Model Pembelajaran Scientific Inquiry Berbasis

Pictorial Riddledalam Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIII SMPN 1 Adimulyo Kebumen. Jurnal Radiasi Volume 06 No.1, http://ejournal.umpwr.ac.id/index.php/radiasi/article/view/2032/1919. [12

Page 13: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal untung.pdf3 B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Efektivitas Pembelajaran Menurut Amri (2013:119) Efektivitas

13

April 2015]. Rusman. 2013.Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Bandung:

Alfabeta. Setyosari, Punaji. 2010, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan.

Jakarta: Kencana. Setyowati, dkk. 2011, Implement Asi Pendeka T An Konflik Kognitif Dalam

Pembelajaran Fisikauntuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswasmpkelas VIII. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011): 89-96, http://www.undana.ac.id/jsmallfib_top/Jurnal/Pendidikan/Pendidikan_2011/Implementasi%20pendekatan%20konflik%20kognitif%20dalam.Pdf. [12 April 2015].

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Sugiyono. 2014. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suparno, Paul. 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Universitas

Sanata Dharma. Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran. Yogjakarta: Ar-ruzz

Media. Susilo, M.J. 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar. Sutrisno. 1983. Fisika Dasar. Bandung: Penerbit ITB. Tipler, Paul. 1998. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:

Kencana. Young dan Feedman. 2002. Fisika Universitas. Jakarta: Erlangga.

Page 14: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal untung.pdf3 B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Efektivitas Pembelajaran Menurut Amri (2013:119) Efektivitas

14