EFEKTIVITAS PENDEKATAN PEMBELAJARAN ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Jurnal...

19
EFEKTIVITAS PENDEKATAN PEMBELAJARAN SCIENTIFIC TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X TKJ SMK NEGERI 3 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Dyah Oktaviani 1 , Hj. Nurhayati, M.Pd. 2 , J. Albert Barus, M.Pd 3 1 Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Alam, STKIP-PGRI Lubuklinggau, Jl. Mayor Toha Lubuklinggau, Indonesia ABSTRAK Skripsi ini berjudul “Efektivitas Pendekatan Pembelajaran Scientific Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X TKJ SMK Negeri 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar fisika siswa kelas X TKJ SMK Negeri 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah diterapkan pendekatan pembelajaran scientific secara signifikan meningkat. Jenis penelitian ini adalah eksperimen, dengan desain yang digunakan adalah one-group Pre-test and Post-test. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X TKJ SMK Negeri 3 Lubuklinggau yang berjumlah 98 siswa. Satu kelas diambil sebagai sampel secara acak, yaitu kelas X TKJ 3 berjumlah 33 siswa sebagai kelas eksperimen. Hasil penelitian yang diperoleh data skor tes akhir dianalisis dengan menggunakan uji t. Berdasarkan hasil analisis data dengan taraf kepercayaan α = 0,05 didapat t hitung (32,35) dan t tabel (1,69) karena t hitung ˃ t tabel , dengan rata-rata hasil belajar post-test siswa sebesar 87,18 sedangkan rata-rata hasil pre-test siswa sebesar 33,45. Berdasarkan perbandingan hasil pre-test dan post-test dapat diketahui adanya peningkatan rata-rata nilai sebesar 53,73 dan setelah dilakukan perbandingan hasil pre-test dan post-test dengan gain skor ada peningkatan sebesar 1,32, sedangkan aktivitas belajar siswa meningkat dengan persentase rata-rata 72,66%, maka diperoleh simpulan bahwa efektivitas pendekatan pembelajaran scientific pada pelajaran fisika siswa kelas X TKJ SMK Negeri 3 Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016 secara signifikan meningkat. Kata Kunci: Pendekatan Pembelajaran Scientific, Hasil Belajar.

Transcript of EFEKTIVITAS PENDEKATAN PEMBELAJARAN ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Jurnal...

EFEKTIVITAS PENDEKATAN PEMBELAJARAN SCIENTIFIC

TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X TKJ SMK

NEGERI 3 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Dyah Oktaviani1, Hj. Nurhayati, M.Pd.

2, J. Albert Barus, M.Pd

3

1Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika

dan Ilmu Alam, STKIP-PGRI Lubuklinggau, Jl. Mayor Toha Lubuklinggau, Indonesia

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Efektivitas Pendekatan Pembelajaran Scientific Terhadap Hasil

Belajar Fisika Siswa Kelas X TKJ SMK Negeri 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran

2015/2016”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar fisika siswa

kelas X TKJ SMK Negeri 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah

diterapkan pendekatan pembelajaran scientific secara signifikan meningkat. Jenis

penelitian ini adalah eksperimen, dengan desain yang digunakan adalah one-group

Pre-test and Post-test. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X

TKJ SMK Negeri 3 Lubuklinggau yang berjumlah 98 siswa. Satu kelas diambil

sebagai sampel secara acak, yaitu kelas X TKJ 3 berjumlah 33 siswa sebagai kelas

eksperimen. Hasil penelitian yang diperoleh data skor tes akhir dianalisis dengan

menggunakan uji t. Berdasarkan hasil analisis data dengan taraf kepercayaan α =

0,05 didapat thitung (32,35) dan ttabel (1,69) karena thitung ˃ ttabel, dengan rata-rata hasil

belajar post-test siswa sebesar 87,18 sedangkan rata-rata hasil pre-test siswa sebesar

33,45. Berdasarkan perbandingan hasil pre-test dan post-test dapat diketahui adanya

peningkatan rata-rata nilai sebesar 53,73 dan setelah dilakukan perbandingan hasil

pre-test dan post-test dengan gain skor ada peningkatan sebesar 1,32, sedangkan

aktivitas belajar siswa meningkat dengan persentase rata-rata 72,66%, maka

diperoleh simpulan bahwa efektivitas pendekatan pembelajaran scientific pada

pelajaran fisika siswa kelas X TKJ SMK Negeri 3 Lubuklinggau tahun pelajaran

2015/2016 secara signifikan meningkat.

Kata Kunci: Pendekatan Pembelajaran Scientific, Hasil Belajar.

A. Latar Belakang

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat menuntut sumber

daya manusia yang berkualitas untuk mencapai tujuan pembangunan, salah satu

faktor untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah pendidikan yang

berkualitas. Kualitas pendidikan dapat terlihat dari keberhasilan kegiatan

pembelajaran yang dilaksanakan. Keberhasilan pembelajaran tersebut

dipengaruhi oleh peranan seorang guru, pemahaman guru terhadap materi

pelajaran. Salah satu mata pelajaran yang membutuhkan peranan guru adalah

fisika.

Berdasarkan hasil wawancara dan obervasi yang dilakukan peneliti dengan

guru fisika TKJ SMK Negeri 3 Lubuklinggau, diperoleh permasalahan yang

dapat diidentifikasi sebagai berikut : (1) kegiatan pembelajaran yang berlangsung

kurang mengajak siswa untuk dapat melakukan kegiatan mengamati

permasalahan yang berkaitan dengan materi yang dipelajari, baik secara langsung

maupun melalu media, (2) siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran, seperti

kurang memberikan respon terhadap penjelasan guru, jarang bertanya maupun

mengemukakan atau mengkomunikasikan pendapatnya karena terbiasa hanya

mendengarkan penjelasan dari guru, (3) siswa belum diarahkan untuk

menggunakan kemampuan berpikirnya dalam menyelesaikan suatu permasalahan

secara sistematik.

Dalam hal ini, peneliti mencoba mencari solusi dan melihat teori-teori yang

mendukung untuk mengatasi permasalahan tersebut. Solusi yang dapat ditempuh

yaitu dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang efektif sehingga

memungkinkan terciptanya pembelajaran yang berpusat pada siswa sehingga

pembelajaran terasa menyenangkan, tidak membosankan. Salah satu pendekatan

yang bisa diterapkan untuk dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa

adalah dengan menggunakan pendekatan pembelajaran scientific.

Majid (2014:95) menyatakan bahwa “pendekatan pembelajaran scientific

dimaksud untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal,

memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah. Kondisi

pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik

dalam mencari tahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu”. Melalui

pendekatan pembelajaran scientific ini, siswa mampu merumuskan masalah

dengan banyak bertanya, bukan hanya sekedar menyelesaikan masalah dengan

menjawab saja. Pendekatan pembelajaran scientific ini diarahkan untuk melatih

siswa berpikir kritis dan bukan hanya mendengarkan dan menghapal semata.

Pendekatan ini juga mengedepankan kondisi siswa yang berperilaku ilmiah

dengan bersama-sama diajak mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,

mengasosiasikan, menyimpulkan dan kemudian mengkomunikasikan apa yang

diperoleh.

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Apakah penggunaan pendekatan pembelajaran scientific efektif meningkatkan

hasil belajar fisika siswa kelas X TKJ SMK Negeri 3 Lubuklinggau?.

2. Bagaimana aktivitas belajar siswa kelas X TKJ SMK Negeri 3 Lubuklinggau

dengan pendekatan pembelajaran scientific ?.

Sejalan dengan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui keefektifan hasil belajar fisika siswa kelas X TKJ SMK

Negeri 3 Lubuklinggau setelah menggunakan pendekatan pembelajaran

scientific.

2. Untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa kelas X TKJ SMK

Negeri 3 Lubuklinggau dengan pendekatan pembelajaran scientific.

B. Landasan Teori

1) Efektivitas Pembelajaran

Menurut Sadiman (dalam Trianto, 2009:20), keefektifan adalah hasil

guna yang diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar mengajar. Menurut

Tim Pembina Mata Kuliah Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya

(dalam Trianto, 2009:20), keefektifan mengajar dalam proses interaksi

belajar yang baik adalah segala daya upaya guru untuk membantu para siswa

agar bisa belajar dengan baik. Untuk mengetahui keefektifan mengajar,

dengan memberikan tes, sebab hasil tes dapat dipakai untuk mengevaluasi

berbagai aspek proses pengajaran (Trianto, 2009:20). Keefektifan

pembelajaran dapat dilihat secara klasikal jika 85% siswa mencapai KKM,

dan jika siswa yang tuntas hanya mencapai 75% maka siswa akan diberikan

remidi, siswa mencapai ketuntasan 85% diberikan pengayaan dan jika 85%

secara individual siswa sudah tuntas diberikan izin akselerasi/percepatan.

2) Pengertian Belajar

Menurut Slameto (2003:2), bahwa belajar adalah suatu proses usaha

yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

interaksi dengan lingkungannya.

Menurut Gagne (dalam Suprijono, 2009:2) belajar adalah perubahan

disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas.

Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses

pertumbuhan seseorang secara alamiah. Menurut Traves (dalam Suprijono,

2009:2) belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.

Dari beberapa pendapat yang diuraikan dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah proses interaksi antara manusia dengan lingkungan yang

dilakukan secara terencana untuk mencapai pemahaman, keterampilan, dan

sikap yang diinginkan. Sehingga terjadi perubahan pada diri seseorang dari

hasil belajar tersebut.

3) Pengertian Hasil Belajar

Menurut Bloom (dalam Suprijono,2009:6) hasil belajar mencangkup

kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Jadi dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku siswa secara

keseluruhan.

Hasil belajar merupakan suatu ukuran berhasil atau tidaknya seseorang

siswa dalam proses belajar mengajar. Hamalik (2008:30) menyatakan bahwa

hasil belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut,

misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi

mengerti. Perubahan perilaku dalam belajar mencakup seluruh aspek pribadi

peserta didik, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil perubahan

tingkah laku siswa, perubahan tingkah laku ini meliputi segenap ranah

kognitif, afektif dan psikomotorik. Bloom dalam (Suprijono, 2009: 6)

menyatakan bahwa hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Pada penelitian ini, penulis hanya akan mengungkapkan hasil

belajar pada ranah kogitif saja.

4) Pendekatan Pembelajaran Scientific

Menurut Daryanto (2014:51) pendekatan pembelajaran scientific

dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam

mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah,

bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak tergantung

pada informasi searah dari guru.

Menurut Majid (2014:95) menyatakan bahwa “pendekatan

pembelajaran scientific dimaksud untuk memberikan pemahaman kepada

peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan

pendekatan ilmiah. Kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta

diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai

sumber observasi, bukan diberi tahu”.

Berdasarkan kedua pendapat yang diuraikan dapat disimpulkan

pendekatan pembelajaran scientific merupakan pembelajaran yang

dimaksudkan agar peserta didik mengenal, memahami berbagai materi

menggunakan pendekatan ilmiah dan mendorong peserta didik dalam

mencari tahu berbagai materi dari berbagai sumber.

a) Langkah-Langkah Pembelajaran Scientific

Langkah-langkah pembelajaran scientific menurut Majid (2014: 100-116)

(1) Mengamati

Kegiatan mengamati mengutamakan kebermaknaan proses

pembelajaran (meaningfull learning). Dengan metode ini siswa dapat

menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis

dengan materi pembelajaran yang diberikan oleh guru. Dalam proses

mengamati ini, siswa melibatkan seluruh panca indra yang

dimilikinya.

(2) Menanya

Pada kegiatan menanya guru membuka kesempatan secara luas

peserta didik bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak,

dibaca atau dilihat. Guru harus mampu menginspirasi peserta didk

untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan,

dan pengetahuannya.

(3) Mengolah

Pada tahapan mengolah ini peserta didik sedapat mungkin

dikondisikan belajar secara kolaboratif. Peserta didiklah yang harus

lebih aktif dan guru lebih bersifat direktif atau manajer belajar. Pada

tahapan mengolah ini peserta didik secara bersama-sama, saling

bekerjasama, saling membantu mengerjakan hasil tugas terkait dengan

materi yang sedang dipelajari.

(4) Mencoba

Dalam memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta

didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk

materi atau substansi yang sesuai.

(5) Menyimpulkan

Kegiatan menyimpulkan merupakan kelanjutan dari kegiatan

mengolah, bisa dilakukan bersama-sama dalam satu kesatuan

kelompok, atau bisa juga dikerjakan sendiri setelah mendengarkan

hasil kegiatan mengolah informasi.

(6) Menyajikan

Hasil tugas yang telah dikerjakan bersama-sama secara

kolaboratif dapat disajikan dalam bentuk laporan tertulis dan dapat

dijadikan sebagai salah satu bahan untuk portofolio kelompok atau

individu.

(7) Mengkomunikasikan

Pada kegiatan akhir diharapkan peserta didik dapat

mengkomunikasikan hasil pekerjaan yang telah disusun baik secara

bersama-sama dalam kelompok atau secara individu dari hasil

kesimpulan yang telah dibuat bersama.

Langkah-langkah pembelajaran scientific menurut Sani (2014: 54-71)

(1) Melakukan pengamatan atau observasi

Mengamati atau observasi adalah menggunakan panca indra

untuk memperoleh informasi. Pengamatan yang cermat sangat

dibutuhkan untuk dapat menganalisis suatu permasalahan.

(2) Mengajukan pertanyaan

Siswa perlu dilatih untuk merumuskan pertanyaan terkait dengan

topik yang akan dipelajari. Aktivitas belajar ini sangat penting untuk

meningkatkan keingintahuan dalam diri siswa dan mengembangkan

kemampuan mereka untuk belajar sepanjang hayat. Guru perlu

mengajukan pertanyaan dalam upaya memotivasi siswa untuk

mengajukan pertanyaan.

(3) Melakukan eksperimen atau percobaan atau memperoleh informasi

Guru dapat menugaskan siswa untuk mengumpulkan data atau

informasi dari berbagai sumber. Guru perlu mengarahkan siswa dalam

merencanakan aktivitas, melaksanakan aktivitas, dan melaporkan

aktivitas yang telah dilakukan.

(4) Mengasosiasikan atau menalar

Kemampuan mengolah informasi melalui penalaran dan berpikir

rasional merupakan kompetensi penting yang harus dimiliki oleh

siswa. Informasi yang diperoleh dari pengamatan atau percobaan yang

dilakukan harus diproses untuk menemukan keterkaitan satu informasi

dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi,

dan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan.

(5) Membangun atau mengembangkan jaringan dan berkomunikasi

Kemampuan untuk membangun jaringan dan berkomunikasi

perlu dimiliki oleh siswa karena kompetensi tersebut sama pentingnya

dengan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman. Bekerja sama

dalam sebuah kelompok merupakan salah satu cara membentuk

kemampuan siswa untuk dapat membangun jaringan dan

berkomunikasi.

5. Tinjauan Materi Besaran dan Satuan

a. Besaran Pokok

Besaran pokok merupakan besaran sangat mendasar yang diperoleh

melalui pengukuran (Giancoli, 2001:11).

b. Besaran Turunan

Besaran turunan adalah besaran yang diperoleh atau gabungan-

gabungan dari besaran pokok. Perbedaan besaran pokok dengan besaran

turunan adalah besaran turunan diperoleh dari penggabungan besaran –

besaran pokok sedangkan besaran pokok sudah ditetapkan oleh para

ilmuwan.

c. Satuan Sistem Internasional

Sistem Satuan Internasional (SI) adalah suatu sistem yang telah

diolah dan dikembangkan oleh komisi teknik dan ISO (International

Organization for Standardization) (Daryanto, 2001:2).

1) Mengukur panjang dengan mistar

Karena satu bagian skala terkecil mistar adalah mm atau 0,1

cm maka ketelitian mistar adalah 1 mm atau 0,1 cm.

2) Mengukur panjang dengan jangka sorong

Jangka sorong digunakan untuk mengukur diameter dalam

suatu benda, ketebalan atau kedalaman suatu benda, digunakan untuk

suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit, untuk mengukur sisi

dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang (pada pipa, maupun

lainnya) dengan cara diulur, untuk mengukur kedalamanan

celah/lubang pada suatu benda dengan cara

"menancapkan/menusukkan" bagian pengukur Jangka sorong

(Daryanto, 2001:14).

3) Mengukur panjang dengan mikrometer sekrup

Mikrometer sekrup digunakan untuk mengukur dimensi

(diameter) luar suatu benda yang sangat pendek atau kecil, seperti

diameter kawat atau ketebalan suatu benda yang tipis. Pada batang

suatu mikrometer terdapat ukuran 25 mm ( 0 – 25 mm) dibagi

menjadi 25 bagian, maka 1 bagian 1 mm. Tiap-tiap strip yang berjarak

1 mm dibagi menjadi 2 bagian yang sama yaitu 0,5 mm. Pada sarung

mikrometer terdapat skala pembagian sejumlah 50 strip sehingga satu

keliling lingkaran pada sarung dibagi mnjadi 50 bagian yang sama.

Jika sarung diputar satu kali atau 50 strip, spindle bergerak maju atu

mundur satu strip (0,5 mm), maka satu strip pada sarung besarnya =

0,5 : 50 = 0,01 mm.

C. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian kuantitatif menggunakan

metode penelitian eksperimen dengan one-group pretest – posttest design. Pada

penelitian ini terdapat dua variabel yang diteliti, yaitu satu variabel bebas dan

satu variabel terikat. Pendekatanpembelajaran scientific merupakan variabel

bebas, sedangkan untuk variabel terikat yaitu hasil belajar siswa.

Populasi penelitian meliputi seluruh siswa kelas X SMK Negeri 3

Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 98 siswa. Sampel

penelitian terdiri dari dua kelas yang dilakukan secara simple random sampling.

Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu menggunakan tes dan

observasi. Tes diberikan sebanyak dua kali yaitu tes kemampuan awal (pre-test)

dan tes kemampuan akhir (post-test). Pre-test digunakan untuk mencari sampel

apakah sampel diterima atau ditolak. Data hasil pre-test selanjutnya dianalisis

dengan mencari nilai rata-rata dan simpangan baku, uji normalitas, uji hipotesis,

dan uji-gain.

1. Deskripsi dan Analisis Data Observasi

Observasi ini dilakukan sebanyak 2 kali oleh peneliti dan Andri Gustiana

sebagai observer dengan menggunakan lembar observasi, terdiri dari 5

indikator yang berjumlah lima belas deskriptor. Berdasarkan hasil observasi

aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung diperoleh data hasil

observasi aktivitas belajar siswa dengan menggunakan pendekatan

pembelajaran scientific. Dapat dilihat bahwa data rata-rata aktivitas siswa

pada pertemuan pertama adalah 64,00%, dan pada pertemuan kedua rata-rata

aktivitas siswa diperoleh sebesar 81,33%, jadi rata-rata aktivitas belajar siswa

pada kelas X TKJ 3 SMK Negeri 3 Lubuklinggau dengan menggunakan

pendekatan pembelajaran scientific dapat dikatakan cukup.

2. Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Awal Siswa

Pelaksanaan pre-test dilaksanakan pada pertemuan pertama yaitu pada

tanggal 13 Agustus dan diikuti oleh 33 siswa pada kelas X TKJ 3 SMK Negeri

3 Lubuklinggau. Pelaksanaan pre-test bertujuan untuk mengetahui

kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa terhadap suatu materi yang belum

dipelajari. Soal pre-test yang digunakan adalah berbentuk essay sebanyak lima

soal. Rekapitulasi hasil pre-test dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1

Rekapitulasi hasil pre-test

No Uraian Eksperimen

1 Jumlah Siswa 33

2 𝑥 rata-rata nilai 33,45

3 Nilai Terendah 41

4 Nilai Tertinggi 24

5 Rentang Nilai 17

6 Standar Deviasi 4,58

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa siswa yang mendapat nilai

lebih dari atau sama dengan KKM yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 75

dalam pre-test ini sebanyak 0 siswa (0%) dan mendapat nilai kurang dari

KKM adalah sebanyak 33 siswa (100%). Nilai tertinggi pada pre-test ini

adalah 41 dan yang terendah adalah 24. Rata-rata (𝑥 ) nilai secara

keseluruhan adalah 33,45.

3. Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Akhir Siswa

Pelaksanaan post-test dilaksanakan pada tanggal 3 September dan

diikuti oleh 33 siswa pada kelas X TKJ 3 SMK Negeri 3 Lubuklinggau. Dari

hasil perhitungan dapat dikemukakan rekapitulasi hasil dari post-test dapat

dilihat pada tabel 2.

Tabel 2

Rekapitulasi hasil post-test

No Uraian Eksperimen

1 Jumlah Siswa 33

2 𝑥 rata-rata nilai 87.18

3 Nilai Terendah 72

4 Nilai Tertinggi 100

5 Rentang Nilai 28

6 Standar Deviasi 7,88

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh

siswa adalah 87.18. Siswa yang mendapat nilai lebih dari 72 atau di atas

KKM sebanyak 29 (87,87%) orang, sedangkan siswa yang mendapat nilai

kurang dari 72 atau di bawah KKM adalah 4 (12,12%) orang.

Untuk mengetahui kenormalan data pre-test dan post-test, maka

digunakan uji normalitas dengan uji kecocokan 𝜒2 (Chi kuadrat). Berdasarkan

ketentuan perhitungan statistik mengenai uji normalitas data dengan taraf

signifikansi 𝛼 = 0,05, jika 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 < 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

2 , maka dinyatakan bahwa data

berdistribusi normal dan dalam hal lainnya tidak berdistribusi normal. Uji

normalitas dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3

Uji Normalitas Pre-test dan Post-test

𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 Dk 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

2 Kesimpulan

6,2288 5 11,070 Normal

Berdasarkan ketentuan pengujian uji normalitas dengan menggunakan

uji 𝜒2 (chi-kuadrat) dapat disimpulkan bahwa masing-masing data baik tes

awal maupun tes akhir berdistribusi normal pada taraf signifikansi 𝛼 = 0,05

dengan derajat kebebasan (dk) = 5.

4. Uji Gain Skor

Untuk menguji keefektifan penggunaan pendekatan pembelajaran

scientific dicari dengan menggunakan perhitungan gain skor. Kategori

perolehan gain skor adalah adalah (<g>) > 0,7 = tinggi; 0,7 > (<g>) <0,3 =

sedang; (<g>) < 0,3 = rendah. Dari hasil perhitungan nilai gain sebesar 1,32

yang berarti kategori yang dihasilkan pada taraf tinggi dapat diartikan bahwa

penggunaan pendekatan pembelajaran scientific efektif dapat meningkatkan

hasil belajar fisika siswa kelas X TKJ SMK Negeri 3 Lubuklinggau tahun

pelajaran 2015/2016.

5. Pengujian Hipotesis

Untuk menarik kesimpulan data hasil post-test, maka dilakukan

pengujian hipotesis secara statistik. Adapun hipotesis dalam penelitian ini

adalah “hasil belajar fisika dengan menggunakan pendekatan pembelajaran

scientific siswa kelas X TKJ SMK Negeri 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran

2015/2016 secara signifikan efektif meningkat”. Setelah diketahui data pre-

test dan post-test berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji hipotesis.

Data perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C. Uji hipotesis

dari data pre-test dan post-test dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4

Uji Hipotesis Post-test

Tes thitung dk ttabel Kesimpulan

Akhir 32,35 32 1,69 Ha diterima

Adapun hipotesis statistik yang diujikan adalah:

Ha = Capaian hasil belajar siswa setelah menggunakan pendekatan

pembelajaran scientific signifikan meningkat (𝜇1> µ2).

H0 = Capaian hasil belajar siswa setelah menggunakan pendekatan

pembelajaran scientific tidak meningkat (𝜇1≤ µ2).

Selanjutnya thitung dibandingkan dengan ttabel dengan derajat kebebasan

(dk) = n-1 = 32, 𝛼 = 5% diperoleh ttabel 1,69. Jika thitung ≥ ttabel berarti Ha

diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian berdasarkan perhitungan hasil

belajar siswa, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat

diterima kebenarannya, sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan

pendekatan pembelajaran scientific signifikan efektif meningkatkan hasil

belajar fisika siswa kelas X TKJ SMK Negeri 3 Lubuklinggau.

D. Pembahasan

Kegiatan inti dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran

scientific, dengan lima aktivitas ilmiah sebagai berikut: (1) Mengamati, kegiatan

mengamati merupakan kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan panca

indera. Berdasarkan pada observasi yang dilakukan, dalam pendekatan

pembelajaran scientific guru telah menerapkan aktivitas mengamati ini dengan

baik.

Kegiatan mengamati yang dilakukan antara lain mengamati gambar,

mengamati percobaan dan mengamati lingkungan sekitar sekolah. Aktivitas

mengamati merupakan aktivitas yang paling mudah dilaksanakan dari kelima

aktivitas ilmiah dalam pendekatan pembelajaran scientific karena aktivitas

mengamati dapat dilakukan dengan mengamati gambar dari buku, benda – benda

di lingkungan. Rata-rata aktivitas mengamati mencapai 76,67 % dengan kriteria

baik dan berdasarkan aktivitas yang lain mengamati memperoleh capaian rata-

rata paling besar karena siswa sangat menikmati kegiatan melihat media yang

disediakan guru. (2) Menanya, aktivitas menanya dalam pendekatan

pembelajaran scientific sudah terlaksana walaupun tidak semua siswa aktif dalam

kegiatan menanya. Hal ini sesuai dengan hasil observasi yang telah dilaksanakan

selama pembelajaran berlangsung, dimana saat pembelajaran berlangsung terlihat

ada beberapa siswa yang aktif bertanya kepada guru, namun juga masih terdapat

siswa yang kurang aktif dalam aktivitas menanya ini. Sementara itu, untuk

melaksanakan aktivitas menanya ini guru juga memberikan umpan kepada siswa

agar siswa lebih tertarik terhadap pembelajaran dan menumbuhkan rasa ingin

tahu siswa sehingga siswa dapat lebih aktif bertanya kepada guru. Meskipun

belum dilaksanakan secara maksimal. Siswa sering bertanya tentang sesuatu hal

yang belum mereka ketahui. Bahkan, terkadang siswa bertanya tentang sesuatu

hal yang tidak terdapat dalam buku namun masih berhubungan dengan materi

yang diajarkan.

Guru juga memberikan pertanyaan yang sama kepada siswa untuk

memberikan penguatan kepada siswa terkait dengan materi yang dipelajari.

Beberapa siswa mengatakan bahwa mereka akan bertanya kepada guru apabila

mereka tidak dapat memahami materi yang diajarkan oleh guru. Siswa juga akan

bertanya kepada guru saat siswa kesulitan dalam mengerjakan tugas yang

diberikan oleh guru.

Dapat disimpulkan bahwa aktivitas menanya dalam pendekatan

pembelajaran scientific sudah terlaksana dengan cukup baik. Hal ini dapat dilihat

saat guru dapat meningkatkan rasa ingin tahu siswa meskipun belum semua

siswa yang bertanya kepada guru saat mengalami kendala dalam pembelajaran.

Rata-rata yang diperoleh dalam aktivitas menanya mencapai 70,00% dengan

kriteria cukup. (3) Mencoba, aktivitas mencoba dalam pembelajaran

dilaksanakan setiap pertemuan. Pada percobaan ini, siswa sangat terlihat

antusias. Selama kegiatan percobaan berlangsung, guru membimbing siswa

dalam pelaksanaan kegiatan percobaan. Guru memberikan penjelasan

penjelasan kepada siswa tentang percobaan yang dilakukan. Hal ini dapat

dilihat dari hasil rata-rata aktivitasnya mencapai 73,33% dengan kriteria cukup.

Guru juga memberikan umpan – umpan kepada siswa berupa pertanyaan

yang berkaitan dengan percobaan yang dilaksanakan agar siswa lebih aktif

selama kegiatan percobaan berlangsung. Dalam aktivitas mencoba ini, siswa

telah mengembangkan kemampuan yang dimiliki. (4) Mengasosiasikan, dari

penelitian yang telah dilaksanakan diperoleh data dari observasi bahwa aktivitas

menalar sudah dilaksanakan namun masih belum terlihat maksimal mengingat

siswa masih belum bisa menalar tanpa bantuan dari guru. Aktivitas menalar

siswa dilaksanakan berdasarkan kegiatan mengamati gambar dari buku dari

percobaan yang dilaksanakan, seperti saat guru dan siswa melakukan percobaan

alat ukur. Selain dari pengamatan gambar, dan pengamatan pada percobaan,

kegiatan menalar siswa juga dilaksanakan berdasarkan pada teks bacaan dalam

buku.

Aktivitas menalar dalam pembelajaran masih belum maksimal dikarenakan

perbedaan kemampuan daya tangkap siswa terhadap materi yang belum mampu

diakomodasi seluruhnya oleh guru. Selain itu, kurangnya pengkondisian siswa

terhadap pembelajaran juga menjadi salah satu kendala dalam penerapan

aktivitas menalar ini. Dalam penerapan kegiatan menalar ini guru masih harus

membantu siswa dengan memberikan umpan berupa pertanyaan kepada siswa

yang berkaitan dengan materi yang dipelajari. Guru juga memberikan contoh

permasalahan dan solusi untuk memancing aktivitas menalar siswa. Diharapkan,

dengan umpan – umpan tersebut siswa lebih mudah melakukan penalaran

terhadap materi yang dipelajari. Dilihat dari kendalanya, rata-rata aktivitas

menalar masih mencapai 73,33% dengan kriteria cukup. (5)

Mengkomunikasikan, berdasarkan pada penelitian yang telah dilaksanakan,

aktivitas yang dilaksanakan antara lain dengan mengkomunikasikan hasil tugas,

hasil diskusi, hasil percobaan, serta menyampaikan pendapat dan kesimpulan

yang terkait dengan materi yang telah dipelajari. Berdasarkan pada fakta di

lapangan, saat kegiatan – kegiatan tersebut dilaksanakan, guru meminta siswa

untuk maju ke depan dan membacakan hasil tugasnya. Rata-rata aktivitasnya

cukup dengan capaian 70,00%.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada pertemuan I, dapat

dilihat bahwa penerapan pendekatan pembelajaran scientific belum secara

optimal dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Penyebab utama adalah

siswa yang kurang aktif pada saat pembelajaran dan belum berani untuk bertanya

pada saat proses pembelajaran. Hal tersebut berdampak pada persentase aktivitas

siswa, pada aktivitas mengamati, menanya dan mencoba hanya 66,67%,

sedangkan mengosiasikan dan mengkomunikasikan hanya 60,00%. Secara

keseluruhan jika dirata-ratakan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran

dengan pendekatan pembelajaran scientific pada pertemuan pertama

persentasenya masih 64,00% dengan kriteria cukup. Hasil kerja yang diperoleh

pada masig-masing kelompok pada kegiatan LKS 1 adalah kelompok 1,

mendapatkan nilai 62, kelompok 2 bernilai 38, kelompok 3 bernilai 52,

kelompok 4 bernilai 62 dan kelompok 5 bernilai 52. Adapun kesimpulannya

adalah terdapat kelompok yang masih belum mampu membuat kesimpulan akhir

pada LKS, ada kelompok yang kurang teliti.

Pada pertemuan II, terlihat aktivitas siswa mengalami peningkatan. Secara

klasikal, rata-rata aktivitas siswa sudah mencapai 81,33% . Aktivitas siswa

didominasi oleh aktivitas mengamati 86,67%, aktivitas menanya 73,33%. Pada

aktivitas menanya siswa semakin berani bertanya dan berpendapat atau

menjawab pertanyaan temannya atau guru ataupun mengungkapkan ide-idenya.

Keberanian siswa untuk mengemukakan pendapat juga semakin meningkat. Para

siswa berlomba-lomba untuk memperoleh pertanyaan dan menjawab

pertanyaannya dengan tepat. Aktivitas mencoba 80,00%, mengasosiasikan

86,67% dan mengkomunikasikan 80,00%. Mengkomunikasikan hasil diskusi di

depan kelas yang dilakukan siswa pada pertemuan pertama masih kurang

optimal, karena siswa masih merasa malu, takut salah, tidak percaya diri dan

masih saling tunjuk dengan teman yang lainnya. Dari data hasil LKS

menunjukkan bahwa kelompok 1 mendapat nilai 77, kelompok 2 mendapat nilai

71, kelompok 3 mendapat nilai 68, kelompok 4 mendapat nilai 83, dan kelompok

5 mendapat nilai 74. Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa setiap kelompok

sudah mampu mengisi kegiatan dalam LKS dengan baik.

Pada pertemuan kedua siswa sudah terlibat aktif, siswa lebih merasa

senang dan antusias menggunakan alat yang disediakan guru untuk

menyelesaikan masalah, terlebih lagi pada saat siswa menunjukkan hasil diskusi

dengan menggunakan media tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

keterlaksanaan pendekatan pembelajaran scientific mengalami peningkatan.

Rata-rata ( x ) nilai pre-test berdasarkan hasil perhitungan diperoleh ( x ) =

33,45, s = 4,58. Rata-rata ( x ) nilai secara keseluruhan dari hasil post-test

berdasarkan hasil perhitungan diperoleh ( x ) = 87,18, s = 7,88 𝑑𝑎𝑛 𝜒2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔

(6,2288), 𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

(11,070) , sehingga 𝜒2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔

< 𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

, maka dapat dikatakan

data berdistribusi normal.

Setelah dilakukan perbandingan hasil pre-test dan post-test dengan gain

skor maka dapat diketahui bahwa adanya peningkatan sebesar 1,32 yang

diperoleh siswa setelah menggunakan pendekatan pembelajaran scientific. Hasil

ini menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar fisika siswa kelas X TKJ 3 SMK

Negeri 3 Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah diterapkan pendekatan

pembelajaran scientific dapat dikatakan meningkat.

Setelah dilaksanakan tes akhir diperoleh data pada kelas eksperimen, Hasil

penelitian setelah dilakukan uji hipotesis yaitu uji t, diperoleh thitung (32,35)

sedangkan ttabel (1,69) dengan thitung > ttabel maka H0 ditolak dan hipotesis dalam

penelitian ini diterima dengan taraf signifikansi 0,05 sehingga dapat ditarik

kesimpulan bahwa penggunaan pendekatan pembelajaran scientific signifikan

efektif meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas X TKJ SMK Negeri 3

Lubuklinggau.

E. PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh bahwa

𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 32,35 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (1,69) dengan rata-rata hasil belajar post-test

siswa sebesar 87,18 sedangkan rata-rata hasil pre-test siswa sebesar 33,45.

Berdasarkan perbandingan hasil pre-test dan post-test dapat diketahui

adanya peningkatan rata-rata nilai sebesar 53,73 dan setelah dilakukan

perbandingan hasil pre-test dan post-test dengan gain skor ada peningkatan

sebesar 1,32, sedangkan aktivitas belajar siswa meningkat dengan persentase

rata-rata 72,66%, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan

pembelajaran scientific signifikan efektif meningkatkan hasil belajar fisika

siswa kelas X TKJ SMK Negeri 3 Lubuklinggau.

2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat disampaikan

sebagai berikut:

a. Guru menggunakan pendekatan pembelajaran scientific sebagai salah satu

alternatif dalam pembelajaran fisika di kelas.

b. Dengan menggunakan pendekatan pembelajaran scientific, guru hendaklah

lebih kreatif berinovasi terhadap metode pembelajaran modern yang ada.

c. Dalam menggunakan pendekatan pembelajaran scientific dibutuhkan

perencanaan yang baik dengan pengelolaan waktu yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Trianto. 2009. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.

Jakarta: Prestasi Pustaka.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.

Jakarta:Rineka Cipta.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Majid, Abdul. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Kajian Teoritis dan Praktis.

Bandung: Interes Media.

Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta:

Gava Media

Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum

2013. Jakarta : Bumi Aksara