PENGARUH MODEL PEMBELAJARANCONTEXTUAL TEACHING...

13
1 Mahasiswa SKTIP-PGRI Lubuklinggau 2 , 3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau PENGARUH MODEL PEMBELAJARANCONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING(CTL) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Adisti Chairunnisyah Utami 1 , A. Budi Mulyanto 2 , Fitria Dewi Yanti 3 Alumni S1 STKIP-PGRI Lubuklinggau Email: [email protected] ABSTRACT This study was about “The Influence of Learning Model Contextual Teaching and Learning (CTL) to the Physics’ learning result to the tenth year students of SMA Negeri 1 Lubuklinggau in the Academic Year of 2014/2015”. The objective of this research was to find out the significantly influence of learning model Contextual Teaching and Learning (CTL) to the Physics’ learning result in the subject matter of electric dynamic to the tenth year students of SMA Negeri 1 Lubuklinggau. The research was applied True Experimental Design, which used design with pretest-posttest control group design. The sample was taken through cluster random sampling which consisted of 313 students, class of X 4 was chosen as experiment class and X 7 as control class. The data were collected by means of test consisting 8 items of essay. The result of matched t-test was 5.8512 and t-table value 1.671 with 95% significant level for one tailed-test. So it can be concluded that matched t-test which was higher than t-table value. It means that it was significantly influence to use Learning Model Contextual Teaching and Learning (CTL) to the Physics’ learning result in the subject matter of electric dynamic to the tenth year students of SMA Negeri 1 Lubuklinggau in the academic year of 2014/2015. Keywords: Contextual Teaching and Learning (CTL), Learning Result ABSTRAK Penelitian ini berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2014/2015”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh yang signifikan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap hasil belajar fisika pada materi pokok listrik dinamis siswa kelas X SMA Negeri 1 Lubuklinggau. Jenis penelitian ini adalah True Experimental Design, dengan desain yang digunakan adalah pretest-posttest control group design. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan cluster random sampling dari populasi 313 orang, yaitu kelas X 4 terpilih sebagai kelas eksperimen dan X 7 sebagai kelas kontrol. Pengumpulan data dilakukan dengan tesyang berbentuk essay sebanyak 8 soal. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t pada tes akhir diperoleh sebesar 5,8512 dengan dk 77 dan sebesar 1,671 pada taraf kepercayaan 95%. Jadi, (5,8512 > 1,671) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap hasil belajar fisika pada materi listrik dinamis siswa kelas X SMA Negeri 1 Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015. Kata Kunci:Contextual Teaching and Learning (CTL), Hasil Belajar

Transcript of PENGARUH MODEL PEMBELAJARANCONTEXTUAL TEACHING...

1Mahasiswa SKTIP-PGRI Lubuklinggau

2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

PENGARUH MODEL PEMBELAJARANCONTEXTUAL TEACHING AND

LEARNING(CTL) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SMA

NEGERI 1 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Adisti Chairunnisyah Utami1, A. Budi Mulyanto

2, Fitria Dewi Yanti

3

Alumni S1 STKIP-PGRI Lubuklinggau

Email: [email protected]

ABSTRACT

This study was about “The Influence of Learning Model Contextual Teaching and Learning

(CTL) to the Physics’ learning result to the tenth year students of SMA Negeri 1

Lubuklinggau in the Academic Year of 2014/2015”. The objective of this research was to

find out the significantly influence of learning model Contextual Teaching and Learning

(CTL) to the Physics’ learning result in the subject matter of electric dynamic to the tenth

year students of SMA Negeri 1 Lubuklinggau. The research was applied True Experimental

Design, which used design with pretest-posttest control group design. The sample was taken

through cluster random sampling which consisted of 313 students, class of X 4 was chosen as

experiment class and X 7 as control class. The data were collected by means of test

consisting 8 items of essay. The result of matched t-test was 5.8512 and t-table value 1.671

with 95% significant level for one tailed-test. So it can be concluded that matched t-test

which was higher than t-table value. It means that it was significantly influence to use

Learning Model Contextual Teaching and Learning (CTL) to the Physics’ learning result in

the subject matter of electric dynamic to the tenth year students of SMA Negeri 1

Lubuklinggau in the academic year of 2014/2015.

Keywords: Contextual Teaching and Learning (CTL), Learning Result

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul ”Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

(CTL) terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Lubuklinggau Tahun

Pelajaran 2014/2015”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh yang

signifikan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap hasil

belajar fisika pada materi pokok listrik dinamis siswa kelas X SMA Negeri 1 Lubuklinggau.

Jenis penelitian ini adalah True Experimental Design, dengan desain yang digunakan adalah

pretest-posttest control group design. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan

cluster random sampling dari populasi 313 orang, yaitu kelas X 4 terpilih sebagai kelas

eksperimen dan X 7 sebagai kelas kontrol. Pengumpulan data dilakukan dengan tesyang

berbentuk essay sebanyak 8 soal. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t pada tes akhir

diperoleh sebesar 5,8512 dengan dk 77 dan sebesar 1,671 pada taraf

kepercayaan 95%. Jadi, (5,8512 > 1,671) sehingga dapat disimpulkan bahwa

ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

terhadap hasil belajar fisika pada materi listrik dinamis siswa kelas X SMA Negeri 1

Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015.

Kata Kunci:Contextual Teaching and Learning (CTL), Hasil Belajar

2

A. PENDAHULUAN

Pendidikan menurut Undang-Undang Republik Indonesia 20 Tahun 2003 tentang

sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Bab 1 pasal 1 yaitu:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya

masyarakat, bangsa dan Negara.”

Dalam UU No.20/2003 tentang Sisdiknas pasal 4 ayat 1 yang menyebutkan,

“Pendidikan nasional bertujuan membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak dan berbudi mulia, sehat, berilmu, cakap, serta menjadi

warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab terhadap kesejahteraan masyarakat

dan tanah air.”

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha

sadar untuk menyiapkan siswa agar berperan aktif dan positif dalam upaya pengembangan

potensi dirinya untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Manusia yang

berkualitas yaitu manusia yang memiliki ilmu pengetahuan yang mampu bersaing dengan

bangsa lain.

Pada proses pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru mempunyai peranan utama

dalam membimbing anak agar mencapai tujuan yang diharapkan, dikarenakan semuanya

menentukan keberhasilan anak dalam mencapai tujuan. Metode dan keputusan guru dalam

proses pembelajaran sangat menentukan keberhasilan anak didiknya.

Berdasarkan hasil observasi awal pada tanggal 04 maret 2015 peneliti dengan fisika

di SMA Negeri 1 Lubuklinggau, menunjukkan bahwa masih rendahnya hasil belajar siswa.

Hal ini dibuktikan peneliti berdasarkan nilai ulangan harian siswa semester II tahun

pelajaran 2014/2015. Nilai rata-rata siswa adalah 63,72, sedangkan kriteria ketuntasan

minimum (KKM) yang terdapat disekolah tersebut adalah 75. Kemudian persentase jumlah

siswa yang telah tuntas sebesar 41,03% dan yang belum tuntas 58,97% dari 39 jumlah

siswa.

Pada kegiatan belajar mengajar di sekolah proses pembelajaran masih cenderung

berpusat pada guru (the teacher-centered teaching), dan siswa hanya menjadi objek

pembelajaran. Rendahnya hasil belajar siswa dapat diakibatkan karena kurang aktifnya

siswa dalam mengikuti dan menguasai materi pelajaran, siswa cenderung hanya menghafal

konsep tetapi kurang mampu menghubungkan antara materi yang dipelajari dengan

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, dan hal lain yang mempengaruhi yaitu siswa

cenderung takut untuk bertanya langsung pada guru tentang materi yang tidak dimengerti,

sehingga proses belajar yang terjadi pada siswa belum optimal.

Pendidikan yang efektif adalah pendidikan yang berpusat pada siswa atau

pendidikan bagi siswa itu sendiri. Oleh karena itu, peran utama seorang guru perlu

diperbaharui. Pada saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung peran guru adalah

sebagai fasilitator, dan siswa sebagai subyek pembelajaran, sehingga dengan adanya proses

pembelajaran tersebut, tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat terjadi secara optimal.

Dalam proses pembelajaran fisika diharapkan siswa dapat memahami fenomena

yang terjadi di alam sekitar, serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh

karena itu guru dituntut untuk bisa memilih model pembelajaran yang tepat, sesuai dengan

situasi dan kondisi siswa agar mencapai keberhasilan dalam belajar. Keberhasilan yang

dimaksud adalah siswa bukan hanya penguasaan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,

atau prinsip-prinsip tetapi merupakan proses penemuan yang dapat memberikan

pengalaman secara langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa. Untuk mengatasi

hal tersebut diperlukan cara pendekatan pembelajaran agar siswa dapat memahami

3

pembelajaran fisika dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu metode

yang dapat digunakan yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching

and Learning.

Menurut Nurhadi (dalam Rusman, 2013:189) pembelajaran kontekstual (contextual

teaching and learning) merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan

antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Atas dasar itulah peneliti tertarik untuk meneliti “Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X

SMA Negeri 1 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2014/2015”.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh yang signifikan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

terhadap hasil belajar fisika pada materi pokok listrik dinamis siswa kelas X SMA Negeri 1

Lubuklinggau.

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model

pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap hasil belajar siswa kelas X

SMA Negeri 1 Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini diharapkan

memberikan manfaat: (1) Siswa, membantu siswa dalam meningkatkan kegiatan belajar,

melatih siswa untuk aktif dan kreaktif, tanggung jawab, berkomunikasi dan bekerja sama

serta memberikan model pembelajaran yang menyenangkan guna meningkatkan motivasi

dan hasil belajar fisika. (2) Guru, sebagai bahan masukan dan informasi bagi guru dalam

pengajaran dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). (3)

Sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbang saran bagi sekolah dalam

rangka meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar siswa melalui model

pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). (4) Peneliti, dapat menambah

wawasan bagi peneliti untuk menjadi tenaga pendidik profesional dan memperoleh

pengalaman langsung sebagai bekal calon guru fisika.

B. Kajian Pustaka

1. Hakikat Belajar

Menurut Djamarah (2011:13) belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam

interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.

Cronbach (dalam Djamarah, 2011:13) “Learning is shown by change in behavior as a

result of experience”. Menurut pengertian ini belajar sebagai suatu aktivitas yang

ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli tentang belajar, dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah suatu proses perubahan perilaku seseorang dalam memperoleh

pengalaman baru berupa interaksi antara seseorang dengan lingkungannya.

2. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Hamalik (2007:106) bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya

perubahan tingkah laku pada orang tersebut akibat latihan dan pengalaman, misalnya dari

tidak tahu menjadi tahu, dan tidak mengerti menjadi mengerti. Kemudian Suprijono

(2009:7) Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah

satu aspek potensi kemanusiaan saja. Aspek tersebut meliputi aspek kognitif, afektif dan

psikomotorik.

Berdasarkan penjelasan tentang hasil belajar, dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalahperubahan tingkah laku individu yang diakibatkan dari suatu pengalaman

bukan hanya terdiri dari satu aspek pontensi kemanusiaan saja melainkan secara

4

keseluruhan, mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar

yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar pada kemampuan kognitif.

3. Hasil Belajar Pada Ranah Kognitif

Menurut Purwanto (2011:50) hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku

yang terjadi dalam kawasan kognisi. Proses belajar yang melibatkan kognisi meliputi

kegiatan sejak dari penerimaan stimulus eksternal oleh sensori, penyimpangan dan

pengolahan dalam otak menjadi informasi hingga pemanggilan kembali informasi ketika

diperlukan sebagai usaha menyelesaikan masalah.Kemudian Good (dalam Sukardi,

2009:75) berpendapat domain kognitif merupakan pengetahuan yang lebih banyak

didasarkan perkembangannya dari persepsi, intropeksi, atau memori siswa.

Hasil belajar pada ranah kognitif merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi

pada siswa berdasarkan kemampuan intelektual yang terdiri dari beberapa aspek yaitu:

pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Pada penelitian ini

hasil belajar kognitif hanya pada ranah C1 (pengetahuan), C2 (pemahaman), dan C3

(penerapan).

4. Pengertian Model Pembelajaran

Menurut Suprijono (2009:46) model pembelajaran ialah pola yang digunakan

sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.

Komalasari (2013:57) model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk

pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh

guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari

penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

Berdasarkan penjelasan tentang model pembelajaran, disimpulkan bahwa model

pembelajaran adalah suatu rencana pembelajaran tergambar dari awal hingga akhir, yang

dilakukan oleh guru untuk mempermudah menyampaikan informasi sesuai dengan tujuan

pembelajaran.

5. Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

a. Pengertian Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

Pembelajaran kontekstual bukan merupakan suatu konsep baru. Penerapan

pembelajaran kontekstual di kelas-kelas Amerika pertama-tama diusulkan oleh John

Dewey. Pada tahun 1916, Dewey mengusulkan suatu kurikulum dan metodologi

pengajaran yang dikaitkan dengan minat dan pengalaman siswa.

Nurhadi (dalam Rusman, 2013:189) pembelajaran kontekstual (contextual

teaching and learning) merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Komalasari (2013:7) mengatakan bahwa contextual teaching and learning (CTL)

adalah suatu pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan

kehidupan nyata siswa, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun

warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi pelajaran tersebut

dalam kehidupannya sehari-hari.

Berdasarkan penjelasan tentang model pembelajaran CTL, dapat disimpulkan

bahwa model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) adalah suatu

model pembelajaran yang bukan hanya memberikan informasi pengetahuan dari guru

kepada siswa, melainkan keterlibatan siswa secara penuh dalam mengaitkan konten

mata pelajaran dengan dunia nyata sehingga dapat menerapkannya dalam kehidupan

sehari-hari.

b. Langkah-langkah Pembelajaran CTL Menurut Rusman (2013:193-197) ada tujuh prinsip pembelajaran kontekstual yang

5

harus dikembangkan oleh guru, yaitu: (1) Konstruktivisme (Constructivism), (2) Menemukan

(Inquiry), (3) Bertanya (Questioning), (4) Masyarakat belajar (Learning Community), (5)

Pemodelan (Modelling), (6) Refleksi (Reflection), (7) Penilaian Sebenarnya (Authentic

Assessment). Rusman (2013:192) pengembangan setiap komponen CTL dalam

pembelajaran dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut:

1) Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih

bermakna, apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan

mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang akan dimilikinya.

2) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang diajarkan.

3) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan memunculkan pertanyaan-

pertanyaan.

4) Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok berdiskusi,

tanya jawab, dan lain sebagainya.

5) Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model,

bahkan media yang sebenarnya.

6) Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran

yang telah dilakukan.

7) Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya

pada setiap siswa.

Trianto (2007:106) langkah-langkah proses kegiatan model pembelajaran

CTL adalah sebagai berikut:

1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara

bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan

keterampilan barunya.

2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.

3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok).

5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan.

7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Adapun kesimpulan dari pendapat para ahli, maka langkah-langkah model

pembelajaran yang akan diterapkan dalam penelitian ini adalah:

1) Guru mengembangkan pemikiran siswa bahwa belajar akan lebih bermakna dengan

cara mengontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya melalui

pengalaman nyata.

2) Guru membimbing siswa melaksanakan kegiatan inquiry.

3) Guru mengembangkan sikap ingin tahu siswa dengan memunculkan pertanyaan-

pertanyaan.

4) Guru membimbing siswa untuk menciptakan kelompok belajar.

5) Guru menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

6) Guru membimbing siswa untuk melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang

telah dilakukan.

7) Guru melakukan penilaian secara objektif.

c. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran CTL

Menurut Permatasari (2014:28) sebagai suatu model pembelajaran Contextual

teaching and learning (CTL) memiliki beberapa kelebihan, diantaranya:

1) Peserta didik akan dapat merasakan bahwa pembelajaran menjadi miliknya sendiri

karena peserta didik diberi kesempatan yang luas untuk berpartisipasi.

6

2) Pesertas didik memiliki motivasi yang kuat untuk mengikuti kegiatan

pembelajaran.

3) Tumbuhnya suasana demokratis dalam pembelajaran sehingga akan terjadi dialog

dan diskusi untuk saling belajar-membelajarkan di antara peserta didik dan

menambah wawasan pikiran dan pengetahuan bagi pendidik karena sesuatu yang

dialami dan disampaikan peserta didik mungkin belum diketahui sebelumnya oleh

peserta didik.

Disamping memiliki kelebihan, Permatasari (2014:28) model pembelajaran

CTL memiliki kelemahan, diantaranya:

1) Membutuhkan waktu yang relative lebih lama dari waktu pembelajaran yang telah

ditetapkan sebelumnya.

2) Aktifitas dan pembelajaran cenderung akan didominasi oleh peserta didik yang

biasa atau senang berbicara sehingga peserta didik lainnya lebih banyak mengikuti

jalan pikiran peserta didik yang senang berbicara.

3) Pembicaraan dapat menyimpang dari arah pembelajaran yang telah ditetapkan

sebelumnya.

C. METODE PENELITIAN Menurut Sugiyono (2013:3) “metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Jenis penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah True Experimental Design, yaitu jenis-jenis eksperimen yang dianggap sudah

baik karena sudah memenuhi persyaratan, yaitu adanya kelompok lain (kontrol) dan ikut

mendapatkan pengamatan. Dengan adanya kelompok kontrol dapat diketahui secara pasti karena

dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan perlakuan (Arikunto, 2010:86). Menurut Sugiyono

(2013:107) metode penelitian eksperimen diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk

mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali. Berdasarkan

tujuan yang ingin dicapai, penelitian ini menggunakan rancangan pretest-posttest control group

design. Menurut Sugiyono (2013:112), desain penelitiannya dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1

Pretest-posttest control group design

Group Pre-test Treatment Post-test

Eksperimen O1 X O2

Kontrol O3 - O4

Keterangan:

O1 = Tes awal (pre-test )

O3 = Tes awal (pre-test )

O2 = Tes akhir (post-test)

O4 = Tes akhir (post-test)

X = Pembelajaran dengan model pembelajaran CTL

- = Pembelajaran konvensional dengan metode tanya jawab dan informasi

Populasi penelitian ini adalah Siswa kelas X SMA Negeri 1 Lubuklinggau Tahun

Pelajaran 2014/2015. Sampel menurut Sugiyono (2013:118) adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini sampel diambil

secara acak (cluster random sampling), dan sampel pada penelitian ini adalah kelas X 4

sebagai kelas eksperimen dan sebagai kelas kontrol adalah kelas X 7.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes.

Tes dilakukan sebanyak dua kali pada masing-masing kelas, yaitu tes awal (pretest) dan tes

akhir (posttest). Tes awal digunakan untuk mengetahui kemampuan awal hasil belajar siswa

7

pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sedangkan tes akhir digunakan untuk mengetahui

kemampuan akhir hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas control.

Untuk mengetahui hasil dari penelitian berupa hipotesis diterima atau ditolak maka

data diuji dengan menggunakan t-test. Sebelum menggunakan t-tes, maka terlebih dahulu

menentukan skor rata-rata, simpangan baku, uji normalitas data dan uji hipotesis.

Pertanggungjawaban penelitian, instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah soal tes hasil belajar fisika. Tes tersebut digunakan untuk mengetahui pemahaman

siswa mengenai materi pokok listrik dinamis. Sebelum digunakan untuk mengambil data

penelitian, instrumen tes diuji cobakan terlebih dahulu. Untuk mendapatkan perangkat tes

yang valid, reliabel dan mempunyai taraf kesukaran, serta daya pembeda soal yang baik.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Deskriptif Data Hasil Tes

Dalam proses penelitian yang dilaksanakan di kelas X SMA Negeri 1

Lubuklinggau ini peneliti menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and

Learning (CTL) dan dilaksanakan pada materi listrik dinamis. Jumlah pertemuan yang

dilakukan peneliti dalam kelas eksperimen di penelitian ini adalah sebanyak empat kali

pertemuan, dengan rincian satu pertemuan sebagai pre-test di awal penelitian, tiga

pertemuan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching

and Learning (CTL), dan pada pertemuan ketiga langsung di ikuti dengan pelaksanaan

post-test di akhir pertemuan pembelajaran.

Pre-test

Pre-test ini diberikan pada pertemuan pertama kepada siswa dengan tujuan untuk

mengetahui kemampuan awal siswa sebelum dilaksanakan pembelajaran dengan materi

listrik dinamis. Rekapitulasi data hasil pre-test dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1

Rekapitulasi Hasil Pre-test

Uraian Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Nilai rata-rata 51,29 53,20

Nilai terbesar 83 76

Nilai terkecil 25 24

Rentang nilai 58 52

Simpangan baku 13,10 12,26

Jumlah Siswa 39 40

Post-test

Pelaksanaan tes akhir (post-test) dilakukan pada tanggal 30 Mei 2015 dan diikuti

oleh 39 siswa pada kelas eksperimen dan 40 siswa pada kelas kontrol. Tes ini dilakukan

untuk melihat kemampuan siswa setelah diberikan perlakuan. Kemampuan akhir siswa

diperoleh melalui tes akhir dari 8 soal esai. Skor hasil tes akhir pada kelompok

eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2

Rekapitulasi Hasil Post-test

Uraian Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Nilai rata-rata 82,65 67,08

Nilai terbesar 95 86

Nilai terkecil 62 45

Rentang nilai 33 41

Simpangan baku 8,62 10,39

Jumlah Siswa 39 40

8

Menentukan Rata-rata dan Simpangan Baku Menurut penjelasan tentang menentukan rata-rata dan simpangan baku, maka

dapat disimpulkan bahwa hasil belajar kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas

kontrol. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata tes akhir (post-test) kelas eksperimen

lebih besar dari nilai rata-rata tes akhir (post-test) kelas kontrol. Jika data tes akhir

dibandingkan dengan data tes awal, terdapat peningkatan rata-rata nilai yang diperoleh

siswa. Peningkatan hasil belajar tersebut dapat dilihat pada gambar 4.3, yaitu sebagai

berikut:

Gambar 4.3. Peningkatan Hasil Belajar

Pada gambar 4.3 menunjukkan bahwa rata-rata nilai hasil belajar siswa ada

peningkatan baik itu kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Pada pre-test kelas

eksperimen rata-rata nilai siswa sebesar 51,29, sedangkan pada post-test rata-rata nilai

siswa sebesar 82,65. Jadi terdapat peningkatan sebesar 31,36. Pada pre-test kelas kontrol

rata-rata nilai siswa sebesar 53,20, sedangkan pada post-test rata-rata nilai siswa sebesar

67,08. Jadi terdapat peningkatan sebesar 13,88.

Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang didapat berdistribusi

normal atau tidak. Rekapitulasi hasil uji normalitas data pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3

Hasil Uji Normalitas Data

Tes

Dk

Kesimpulan

Kelas Eksperimen

1. Tes Awal 2,9385 5% 11,070 Normal

2. Tes Akhir 10,4359 5% 11,070 Normal

Kelas Kontrol

1. Tes Awal 3,2408 5% 11,070 Normal

2. Tes Akhir 8,7658 5% 11,070 Normal

Berdasarkan tabel 4.4 hasil uji instrumen menunjukkan bahwa data tes awal dan

tes akhir berdistribusi normal.

0

20

40

60

80

100

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Rata-rata Nilai Siswa

Pre-test

Post-test

9

Uji Homogenitas

Setelah diketahui bahwa data berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan

pengujian homoenitas sampel yang bertujuan untuk mengetahui keadaan varians kedua

kelompok seragam atau tidak. Varians sampel yang diambil dari kelas eksperimen dan

kontrol. Berdasarkan hasil uji normalitas dan uji homogenitas, maka kedua kelompok

data tes awal dan tes akhir adalah normal dan homogen. Dengan demikian uji kesamaan

rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk data tes awal dan tes akhir

menggunakan rumus uji-t. Rekapitulasi hasil uji kesamaan dua rata-rata skor tes awal

dan tes akhir dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4

Hasil Uji Homogenitas Skor Tes Awal dan Tes Akhir

Tes Dk Kesimpulan

Tes Awal 1,09 39;38 1,71 Homogen

Tes Akhir 1,45 39;38 1,71 Homogen

Berdasarkan tabel 4.4 di atas, dapat dikatakan bahwa kedua data tes awal dan tes

akhir mempunyai varians yang sama atau homogen karena .

Uji Kesamaan Dua Rata-rata

Berdasarkan hasil uji normalitas dan uji homogenitas, maka kedua kelompok data

tes awal dan tes akhir adalah normal dan homogen. Dengan demikian uji kesamaan rata-

rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk data tes awal dan tes akhir

menggunakan rumus uji-t. Rekapitulasi hasil uji kesamaan dua rata-rata skor tes awal

dan tes akhir dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5.

Uji Kesamaan Dua Rata-rata Skor Tes Awal dan Tes Akhir

Tes Dk Kesimpulan

Tes Awal -0,6698 77 2,000 Ho diterima

Tes Akhir 5,8512 77 1,671 Ho ditolak

Pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa hasil analisis uji-t mengenai kemampuan

awal siswa menunjukkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki

kemampuan awal yang sama dengan taraf kepercayaan α = 0,05, karena

maka Ho diterima. Hasil perbandingan uji-t mengenai

kemampuan akhir siswa diperoleh dengan derajat kebebasan dk =

dan α = 0,05, nilai . Maka

, hal ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian

hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima kebenarannya, sehingga

dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap hasil belajar fisika pada materi listrik

dinamis siswa kelas X SMA Negeri 1 Lubuklinggau.

2. Pembahasan

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu apakah ada pengaruh yang

signifikan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap hasil

belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri 1 Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015

pada materi pelajaran listrik dinamis. Untuk mengetahui hal tersebut peneliti melakukan

10

penelitian kurang lebih selama satu bulan, peneliti ini memilih model pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan tujuan untuk melihat pengaruh model

tersebut terhadap hasil belajar fisika siswa SMA Negeri 1 Lubuklinggau.

Dari data hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, pada saat pre-test skor

rata-rata kemampuan awal siswa pada kelas kontrol lebih baik dibandingkan kelas

eksperimen (lampiran C). Setelah dilakukan pre-test, pada kelas eksperimen diberikan

perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and

Learning. Sedangkan kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional dengan

metode tanya jawab dan informasi. Dalam pelaksanaan penelitian, pokok bahasan yang

disampaikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama yaitu listrik dinamis.

Pertemuan pertama menggunakan model pembelajaran contextual teaching and

learning di kelas eksperimen. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti, terlihat

bahwa pada pertemuan pertama proses pembelajaran dikelas eksperimen belum sesuai

dengan yang diharapkan, karena siswa kurang terbiasa berkerja sama di dalam

kelompok, dan keaktifan siswa di dalam kelas belum optimal. Sedangkan pada kelas

kontrol diterapkan pembelajaran konvensional dengan metode tanya jawab dan

informasi. Dimana pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang kurang melibatkan

siswa sehingga siswa terlihat pasif dan guru lebih aktif dalam memberikan informasi,

dalam hal ini mengenai tentang listrik dinamis.

Pertemuan kedua, pada kelas eksperimen siswa telah terkondisikan dan mulai

beradaptasi dengan anggota kelompoknya masing-masing. Selain itu, siswa mulai

tertarik dan antusias untuk melakukan percobaan. Terbukti ketika siswa diminta

memberikan pendapat mengenai konsep hukum Ohm tersebut, siswa juga cukup aktif

dan tertarik memberikan pendapatnya meskipun belum begitu tepat dan fokus pada

materi. Sedangkan kelas kontrol menggunakan perlakuan yang sama seperti pada

pertemuan sebelumnya, saat guru menjelaskan materi pelajaran terlihat hanya beberapa

siswa yang memperhatikan dan saat guru mengajukan tanya jawab, hanya siswa yang

pintar dan memperhatikan dapat menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan. Selain

itu, siswa cenderung diam pada saat guru meminta siswa untuk bertanya mengenai

materi yang belum dimengerti. Kegiatan ini cenderung lebih berpusat pada guru,

sehingga siswa menjadi pasif dalam belajar.

Pertemuan ketiga, pada kelas eksperimen siswa sudah paham dengan model

pembelajaran Contextual Teaching and Learning, siswa sudah mulai fokus dalam

mengikuti proses pembelajaran. Terlihat dengan semakin sedikitnya jumlah siswa yang

mengikuti pelajaran sambil melakukan aktivitas lain yang tidak berkaitan dengan proses

pembelajaran. Dengan demikian proses belajar mengajar terlihat lebih hidup, terlihat

pada keaktifan siswa dalam bertanya maupun mengungkapkan pendapat saat berdiskusi.

Sedangkan pada kelas kontrol keadaan siswa masih sama seperti keadaan sebelumnya,

guru menjadi pusat pembelajaran, memberikan informasi dan siswa hanya menangkap

informasi yang disampaikan guru.

Setelah selesai pelaksanaan pembelajaran, maka langkah selanjutnya adalah post-

test. Post- test diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan tujuan untuk

mengetahui skor rata-rata kemampuan akhir siswa setelah proses pembelajaran sebagai

tolak ukur untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Contextual Teaching

and Learning terhadap hasil belajar fisika siswa. Setelah melakukan post-test dan

memeriksa hasilnya, peneliti menemukan bahwa jawaban siswa kelas eksperimen lebih

baik dari pada siswa kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat berdasarkan analisis data post-

test pada lampiran C. Pada kelas eksperimen dan kelas kontrol kemampuan akhirnya

meningkat, tetapi peningkatan pada kelas kontrol tersebut tidak signifikan, bahkan

cenderung kecil.

11

Berdasarkan hasil penelitian kesamaan dua rata-rata tes akhir didapat harga

= 5,8512 dan = 1,671. Hal ini berarti hasil belajar fisika siswa yang

menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) lebih baik

dari pada hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran konvensional dengan

metode tanya jawab dan informasi. Dengan demikian, terdapat pengaruh yang signifikan

model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) terhadap hasil belajar fisika

pada materi listrik dinamis siwa kelas X SMA Negeri 1 Lubuklinggau.

Temuan dalam penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya. Seperti penelitian yang dikemukakan oleh Jamaludin dan Asto (2015:77)

bahwa hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran CTL (Contextual Teaching

and Learning) lebih baik dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran

langsung (MPL), hal ini dibuktikan dengan > dimana sebesar 4,659

dan sebesar 1,672.

Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) diharapkan

menjadi salah satu model pembelajaran yang bukan hanya memberikan informasi

pengetahuan dari guru kepada siswa, melainkan keterlibatan siswa secara penuh dalam

mengaitkan konten mata pelajaran dengan dunia nyata sehingga dapat menerapkannya

dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Sanjaya

(2014:255) bahwa Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat menekankan kepada

proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan

menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata.

Dalam menggunakan model pembelajaran contextual teaching and learning

(CTL), siswa dapat mengintruksi sendiri pengetahuan dan keterampilannya dalam proses

pembelajaran, mengembangkan keaktifan dalam mengajukan pertanyaan, siswa

ditempatkan sebagai subjek yang belajar, peranan guru adalah sebagai pembimbing dan

fasilitator belajar. Jadi, model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL)

adalah salah satu cara tertentu untuk menumbuhkan keaktifan siswa dalam proses

pengajaran. Model tersebut merupakan salah satu metode pengajaran yang bertujuan

untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Clifford

dan Wilson (dalam Mauke et. al ,2013:32) bahwa pembelajaran kontekstual memiliki

karakteristik antara lain: (1) menekankan pada problem solving, (2) membantu siswa

belajar bagaimana memonitor belajarnya sehingga menjadi individu yang mandiri (self-

regulated learners), dan (3) mendorong siswa untuk belajar dari sesamanya.

Adapun kelebihan dari model pembelajaran contextual teaching and learning

(CTL) antara lain: peserta didik akan dapat merasakan bahwa pembelajaran menjadi

miliknya sendiri karena peserta didik diberi kesempatan yang luas untuk berpartisipasi,

pesertas didik memiliki motivasi yang kuat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, dan

tumbuhnya suasana demokratis dalam proses pembelajaran sehingga akan terjadi dialog

dan diskusi untuk saling belajar-membelajarkan di antara peserta didik dan menambah

wawasan pikiran dan pengetahuan bagi pendidik karena sesuatu yang dialami dan

disampaikan peserta didik mungkin belum diketahui sebelumnya oleh peserta didik.

Hambatan yang dialami peneliti dalam melaksanakan penelitian, yaitu: (1)

Keterbatasan sarana dan prasarana untuk mendukung pelaksanaan eksperimen, sehingga

siswa kesulitan dalam melakukan percobaan seputar materi listrik dinamis dengan

memperagakannya menggunakan alat yang tersedia; (2) Terbatasnya dana selama

penelitian berlangsung; (3) Kemampuan peneliti dalam membimbing dan mengamati

siswa yang melakukan percobaan kurang optimal serta peneliti kurang mampu

menguasai kelas secara keseluruhan.

12

E. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dilihat dari nilai rata-rata tes akhir

pada kelas eksperimen sebesar 82,65 dan kelas kontrol sebesar 67,08. Hal ini juga

dibuktikan dari hasil perhitungan uji-t pada tes akhir diperoleh sebesar 5,8512

dengan dk 77 dan sebesar 1,671 pada taraf kepercayaan 95%. Jadi,

(5,8512> 1,671) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan model

pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) terhadap hasil belajar fisika pada

materi listrik dinamis siswa kelas X SMA Negeri 1 Lubuklinggau.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas maka peneliti menyarankan:

1. Kepada siswa, untuk melatih siswa berperan lebih aktif dalam proses pembelajaran,

membiasakan diri untuk berani mengungkapkan pendapat tentang materi yang

diajarkan, dan tidak menjadikan guru sebagai satu-satunya pusat informasi, siswa dapat

memperoleh informasi dari berbagai media dan sumber belajar.

2. Kepada guru hendaknya menyajikan materi pelajaran dengan memilih metode yang

sesuai untuk digunakan pada jenis materi tertentu dan karakter siswanya serta media

pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan motivasi siswa untuk aktif dan

prestasi belajar fisika siswa secara optimal. Salah satunya guru dapat menggunakan

model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam materi pelajaran

Listrik Dinamis.

3. Sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbang saran dalam rangka

meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar siswa melalui model pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL).

4. Kepada peneliti lain yang ingin menggunakan model pembelajaran Contextual

Teaching and Learning (CTL), sebelum pembelajaran berlangsung sebaiknya alat dan

bahan serta sumber belajar disiapkan sesuai dengan kebutuhan agar tidak menjadi

penghambat pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. ProsedurPenelitianSuatuPendekatanPraktik. Jakarta:

RinekaCipta.

_____. 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Djamarah, S. Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Elvinawati. 2012. Optimalisasi Pembelajaran Kimia Sekolah II Melalui Penerapan

Contextual Teaching and Learning (CTL). Jurnal Exacta.10 (1), 17-23

Gulo, W. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.

Hamalik, Oemar. 2010. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.

Jamaludin dan Asto. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and

Learning) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Kompetensi Dasar Menerapkan

Macam-macam Gerbang Dasar Rangkaian Logika Di SMK Neeri 7 Surabaya.

Jurnal Pendidikan Teknik Elektro. 04 (01), 73-79.

13

Jati dan Priyambodo. 2009. Fisika Dasar untuk Mahasiswa Ilmu Komputer. Yogyakarta:

CV Andi.

Jihad, Asep dan Haris, Abdul. 2008. Evaluasi Pembelajaran.Yogyakarta: Multi Pressindo.

Komalasari, Kokom. 2013. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT

Refika Aditama.

Mauke et. al. 2013. Pengaruh Model Contextual Teaching and Learning terhadap

Pemahaman Konsep dan Kemapuan Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran IPA-

Fisika di MTs Negeri Negara.e-Journal Program Pascasarjana Universitas

Pendidikan Ganesha.3 (1), 1-12.

Permatasari, Sandireni. 2014. Implementasi Model Pembelajaran Contextual Teaching and

Learning (CTL) Pada Standar Kompetensi Dasar Memasang Instalasi Penerangan

Listrik di SMKN 7 Surabaya.Jurnal Pendidikan Teknik Elektro. 3 (2), 47-53

Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

______. 2013. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.

Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Sanjaya, Wina. 2014. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Kencana.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana. 2005. MetodeStatistika. Bandung: Tarsito.

Sukardi. 2009. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikaan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D. Bandung: Alfabeta.

______. 2014. StatistikaUntukPenelitian. Bandung: Alfabeta.

Sutrisno dan Tan. 1983. Fisika Dasar. Bandung: ITB

Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrucktivistik. Jakarta:

Prestasi Pustaka Publisher.