PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/junaidi...
Transcript of PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/junaidi...
Page | 1
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE TERHADAP HASIL
BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VII SMPIT AN-NIDA’ LUBUKLINGGAU
TAHUN PELAJARAN
2017/2018
Oleh: Junaidi1, Tri Ariani, M.Pd. Si.
2 , Wahyu Arini, M.Pd. Si.
3
1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau
2 dan 3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
Jurusan Pendidikan Fisika
Email: [email protected]
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul ” Pengaruh Model Pembelajaran Word Square terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VII SMPIT
AN-NIDA’ Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2017/2018”. Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa
penyebabnya adalah kurangnya penggunaan model pembelajaran yang bervariasi dan kurangnya penggunaan alat-alat
laboratorium fisika. Oleh karena itu peneliti mencoba untuk menggunakan model pembelajaran Word Square. Masalah
dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh model pembelajaran Word Square terhadap hasil belajar fisika siswa kelas
VII SMPIT AN-NIDA’ Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2017/2018. Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPIT AN-NIDA’ Lubuklinggau yang berjumlah 52 orang menggunakan
Pretest-Posttest Control Group Design. Yaitu terdapat dua kelompok yang diberikan pre-test dan post-test untuk dapat
membandingkan keadaan sebelum dengan setelah diberi perlakuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
teknik tes berbentuk esai sebanyak 5 soal. Data skor tes akhir dianalisis dengan menggunakan uji-z. Berdasarkan hasil
analisis data zhitung = 2,44 dan ztabel = 1,68 karena zhitung > ztabel, maka diperoleh kesimpulan ada pengaruh model
pembelajaran Word Square terhadap hasil belajar siswa.
Kata Kunci: Word Square, Hasil Belajar Fisika.
2 | P a g e Jurnal Word Square Pendidikan Fisika
1. Pendahuluan Pendidikan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari manusia.Pendidikan merupakan
kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat.
Pendidikan merupakan hal yang penting dalam
kehidupan seseorang, karena melalui pendidikan
seseorang memperoleh pengetahuan, pemahaman, cara
bertingkah laku dan peradaban manusia pada masa yang
akan datang. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan
oleh kualitas sumber daya manusia yang bergantung
pada kualitas pendidikan.Pendidikan telah menjadi
kebutuhan bagi kehidupan bangsa Indonesia. Oleh
sebab itu semakin banyak masyarakat yang menuntut
ilmu pengetahuan diberbagai lembaga pendidikan. Hal
ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia telah
menyadari sepenuhnya akan pentingnya ilmu
pengetahuan untuk meningkatkan harkat dan martabat
dirinya, keluarga, dan bangsa Indonesia.
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang
sikdinas pasal 1 Ayat 20 (dalam Rusman, 2013:93)
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumberbelajar pada suatu
lingkungan belajar.Kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.Menurut Kompri (2016:
15)pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan orang
dewasa (pendidik) dalam menyelenggarakan
kegiatanpengembangan peserta didik agar menjadi
manusia yang paripurna sesuai dengan tujuan yang
telah ditentukan.
Pada dasarnya proses belajar mengajar
merupakan proses komunikasi antara guru dengan
siswa. Proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil
apabila siswa telah mencapai kompetensi yang
diharapkan, karena hal itu merupakan cerminan dari
kemampuan siswa dalam menguasai suatu materi.
Kegiatan pembelajaran di kelas merupakan inti dari
suatu penyelenggaraan pendidikan yang ditandai
dengan adanya kegiatan pengelolaan kelas, penggunaan
media dan sumber belajar, serta penggunaan model dan
strategi pembelajaran.
Selain sebagai tempat belajar mengajar, institusi
pendidikan juga harus menjadi benteng yang tangguh
untuk menginternalisasi dan menanamkan nilai-nilai
budaya peduli lingkungan hidup kepada anak-anak
bangsa yang kini tengah gencar menuntut ilmu. Nilai-
nilai kearifan lokal masyarakat setempat perlu terus
digali dan dikembangkan secara kontekstual untuk
selanjutnya disemaikan ke dalam dunia pendidikan
melalui proses pembelajaran yang aktif, inovatif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan. Pola dan gaya
penyajiannya puntidak bercorak teoretis dan dogmatis
seperti orang berkhotbah, tetapi harus lebih interaktif
dan dialogis dengan mengajak siswa didik untuk
berdiskusi dan bercurah pikir melalui topik-topik
lingkungan hidup yang menarik dan menantang. Fisika
merupakan ilmu yang berkaitan dengan alam. Fisika
sebagai salah satu cabang ilmu merupakan tujuan
peradaban manusia yang memegang peranan penting
dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal
31 Juli 2017 antara peneliti dengan salah satu guru
IPA SMPIT AN-NIDA’ Lubuklinggau, terdapat
beberapa permasalahan yaitu pembelajaran yang
digunakan masih menggunakan pembelajaran
konvensional Trianto (2009: 58) dengan metode
ceramah, siswa cenderung pasif. Hanya sekitar 40%
siswa yang ikut aktif dalam pembelajaran. Selain
itu hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika
belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini
terlihat dari nilai Ulangan Harian (UH) pada
semester I tahun pelajaran 2017/2018. Dari 52
siswa, hanya 19 siswa (36,54%) yang sudah
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
sedangkan 33 siswa (63,46%) belum mencapai
KKM yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 75. Pada
dasarnya, guru IPA di SMPIT AN-NIDA’
Lubuklinggau sudah mengupayakan perbaikan
dalam proses pembelajaran akan tetapi hasil yang
diperoleh belum optimal.
Untuk mengatasi masalah tersebut, salah
satu model yang dapat dijadikan alternatif adalah
model pembelajaran word square.Menurut
Kurniasih dan Sani (dalam Swapranata, dkk. 2016:
3)word squareadalah model yang diperkaya dan
berorientasi kepada keaktifan siswa dalam
pelajaran. Model ini memadukan kemampuan
menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam
mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Model Pembelajaran Word Squareterhadap Hasil
Belajar Siswa kelas VII SMPIT AN-
NIDA’Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2017/2018”.
2. Kajian Teoritik 2.1 Landasan Teori
1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu fenomena yang
dialami setiap orang dan dapat terjadi dimana
saja, misalnya di rumah, sekolah, laboratorium,
ditempat bermain, dan sebagainya. Setiap orang
memiliki cara belajar tersendiri, hal ini terjadi
karena pandangan seseorang tentang belajar
akan mempengaruhi tindakan-tindakannya yang
berhubungan dengan belajar.
Slameto (2010:2) belajar ialah suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalaman sendiri dalam interaksi dengan
lingkungan. SedangkanRusman (2013:85)
belajar merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi dan berperan penting dalam
pembentukan pribadi dan perilaku
individu.Menurut Brunner (dalam Al-Tabany,
2013:17)belajar adalah suatu proses aktif
dimana siswa membangun Pengetahuanbaru
berdasarkan pada pengalaman atau pengetahuan
yang sudah dimilikinya. Menurut Surya (dalam
Rusman, 2013:85) belajar dapat diartikan
3 | P a g e Jurnal Word Square Pendidikan Fisika
sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu
untuk memperoleh perubahanperilaku baru secara
keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu
itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungan.
Mengacu pada beberapa pendapat tersebut,
dapat disimpulkan belajar adalah suatu proses atau
kegiatan manusia untuk memperoleh perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan yang
ditampakkan dalam peningkatan kualitas dan
kuantitas berupa kognitif, afektif dan psikomotor
dari hasil interaksi dengan lingkungan.
2. Prinsip-prinsip Belajar
Slameto (2010:27), menyatakan prinsip-
prinsip belajar sebagai berikut:
a. Berdasarkan persyaratan yang diperlukan untuk
belajar:
1) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan
partisipasi aktif, meningkatkan minat dan
membimbing untuk tujuan instruksional.
2) Belajar harus dapat menimbulkan
reinforcement dan motivasi yang kuat pada
siswa untuk mencapai tujuan instuksional.
3) Belajar perlu lingkungan yang menantang
dimana anak dapat mengembangkan
kemampuannya bereksplorasi dan belajar
dengan efektif.
4) Belajar perlu ada interaksi siswa dengan
lingkungannya.
b. Sesuai hakikat belajar yaitu:
1) Belajar itu proses kontinyu, maka harus
tahap demi tahap menurut perkembangannya.
2) Belajar adalah proses organisasi, adaptasi,
eksplorasi, dan discovery.
3) Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan
antara pengertian yang satu dengan
pengertian yang lain) sehingga mendapatkan
pengertian yang diharapkan. Stimulus yang
diberikan menimbulkan respon yang
diharapkan.
c. Sesuai materi atau bahan yang harus dipelajari
yaitu:
1) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu
harus memiliki struktur, penyajian yang
sederhana, sehingga siswa mudah mengerti.
2) Belajar harus dapat mengembangkan
kemampuannya tertentu sesuai dengan tujuan
instruksional yang harus dicapai.
d. Syarat keberhasilan belajar yaitu:
1) Belajar memerlukan sarana yang, cukup,
sehingga siswa dapat belajar dengan tenang.
2) Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan
berkali-kali agar pengertian, keterampilan
dan sikap itu mendalam pada siswa.
3. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Di dalam proses belajar mengajar
yang panjang pada akhirnya nanti proses
belajar akan mendapatkan suatu hasil yang
dikatakan hasil belajar. Rusman (2013:123)
hasil belajar sejumlah pengalaman yang
diperoleh siswa yang mencakup ranah
kognitif, afektif, dan
psikomotorik.SedangkanHamalik (dalam
Rusman, 2013:123) yang menyatakan
bahwa hasil belajar itu dapat terlihat
dari terjadinya perubahan dari
terjadinya perubahan dari persepsi dan
perilaku, termasuk juga perbaikan
perilaku.
Jihad dan Haris (2012:15),
hasil belajar adalah perubahan tingkah
laku siswa secara nyata setelah
dilakukan proses belajar mengajar
yang sesuai dengan tujuan dari
pengajaran. Menurut Gagne dan
Briggs (dalam Supriningrum, 2013:37)
hasil belajar adalah kemampuan yang
dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan
belajar dan dapat diamati melalui
penampilan siswa.Dari uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah kemampuan menerima atau
menolak suatu penilaian berdasarkan
pengalaman yang diperoleh setelah
dilakukan evaluasi berupa tes yang
mencakup penilaian kognitif
(Pengetahuan, ingatan), afektif (Sikap
menerima) dan psikomotorik
(keterampilan), suatu prestasi yang
diberikan siswasecara keseluruhan,
yang menjadi indikator kompetensi
dasar dan derajat perubahan perilaku
yang bersangkutan.
4. Hasil Belajar Pada Ranah Kognitif
Mengingat ranah-ranah yang
terkandung dalam suatu tujuan pendidikan
merupakan sasaran evaluasi hasil belajar,
maka kita perlu mengenalnya secara lebih
terinci. Pengenalan terhadap ranah-ranah
tujuan pendidikan akan sangat membantu
pada saat memilih dan/atau menyusun
instrumen evaluasi hasil belajar.
Bloom (dalam Rusman, 2013:126)
ranah kognitif menggolongkan dan
mengurutkan keahlian berpikir yang
menggambarkan tujuan pembelajaran yang
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
siswa. penggolongan tujuan ranah kognitif
oleh Bloom, mengemukakan adanya 6 (enam)
kelas/tingkat yakni:
1) Pengetahuan (C1) merupakan pengenalan
dan pengingatan kembali terhadap
pengetahuan tentang fakta, istilah, dan
prinsip-prinsip dalam bentuk seperti
mempelajari.
2) Pemahaman (C2) merupakan kemampuan
memahami/mengerti tentang isi pelajaran
yang dipelajari tanpa perlu
menghubungkannya dengan isi pelajaran
lainnya.
3) Penggunaan/penerapan (C3) merupakan
kemampuan menggunakan generalisasi
atau abstraksi lainnya yang sesuai dalam
situasi konkret dan/atau situasi baru. Siswa
dituntuk memiliki kemampuan untuk
menyeleksi atau memilih
4 | P a g e Jurnal Word Square Pendidikan Fisika
generalisasi/abstraksi tertentu (konsep, hukum,
dalil, aturan, gagasan, cara) secara tepat untuk
diterapkan dalam suatu situasi baru dan
menerapkannya secara benar.
4) Analisis (C4) merupakan kemampuan
menjabarkan isi pelajaran kebagian-bagian
yang menjadi unsur pokok.
5) Sintesis (C5) merupakan kemampuan
menggabungkan unsur-unsur pokok ke dalam
struktur yang baru dan siswa diminta untuk
melakukan generalisasi.
6) Evaluasi (C6) merupakan kemampuan menilai
isi pelajaran untuk suatu maksud dan tujuan
tertentu dan siswa diminta untuk menerapkan
pengetahuan dan kemampuan yang telah
dimiliki untuk menilai suatu kasus.
Berdasarkan pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar pada ranah
kognitif adalah perubahan perilaku pada ranah
pengetahuan dan tingkat kemampuan
memahami pelajaran yang menyangkut
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa, dan
evaluasi. Tujuanranah kognitif berhubungan
dengan ingatan, pengetahuan, informasi dan
keterampilan intelektual. Dalam penelitian ini
ranah kognitif yang diteliti yaitu dari C1,C2
danC3.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Dari semua faktor yang ada, model
pembelajaran yang dipilih oleh seorang pendidik
menjadi sumber dan berkait dengan faktor yang lain.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan
membawa suasana belajar yang menyenangkan dan
memungkinkan siswa untuk mengembangkan
kreatifitas. Suasana belajar yang menyenangkan
akan membawa dampak pada motivasi belajar dan
disiplin yang meningkat. Motivasi belajar yang
tinggi menjadi salah satu faktor penentu
keberhasilan siswa dalam mencapai hasil belajar
yang terbaik.
Menurut Slameto (2010:54) faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar yaitu faktor internal
dan faktor ekstern. Faktor internal adalah faktor
yang ada dalam diri individu yang sedang belajar,
sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di
luar individu.
1) Faktor-Faktor Internal
a) Faktor jasmaniah
(1) Faktor kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap
badan beserta bagian-bagiannya/bebas dari
penyakit yang akan berdampak pada
perkembangan siswa dalam dunia
pendidikan.
(2) Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang
menyebabkan kurang baik atau kurang
sempurna mengenai tubuh/badan hal ini
juga dapat mempengaruhi hasil belajar.
b) Faktor psikologis
Faktor psikologis sangat mempengaruhi hasil
belajar siswa dalam mencapai hasil belajar
yang terbaik.Sekurang-kurangnya ada tujuh
faktor yang tergolong kedalam faktor
psikologis yang mempengaruhi belajar
yaitu: inteligensi, perhatian, minat, bakat,
motif, kematangan dan kesiapan
c) Faktor kelelahan
Kelelahan pada seseorang walaupun sulit
untuk dipisahkan tetapi dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu
kelelahan jasmani dan rohani.
2) Faktor-Faktor Eksternal
a) Faktor keluarga.
Siswa yang belajar akan menerima
pengaruh dari keluarganya berupa: cara
orang tua mendidik, relasi
antaraanggota
keluarga, suasana rumah tangga dan
keadaan ekonomi keluarga.
b). Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi
belajar ini mencakup metode mengajar,
kurikulum, relasi guru dengan siswa,
relasi siswa dengan siswa, disiplin
sekolah, pelajaran dan waktu sekolah,
standar pelajaran, keadaan gedung,
metode belajar dan tugas rumah.
3) Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor
eksternal yang juga berpengaruh terhadap
belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena
keberadaannya siswa dalam masyarakat
yang mencakup kegiatan siswa dalam
masyarakat, mass media, teman bergaul
dan bentuk kehidupan masyarakat, yang
semuanya mempengaruhi belajar. Dari
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
yaitu faktor internal dan faktor ektern.
Faktor internal yang mencakup faktor
jasmaniah, faktor psikologis dan faktor
kelelahan. Sedangkan faktor eksternal yaitu
mencakup faktor keluarga, faktor sekolah
dan faktor masyarakat.
Dari pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa yang mempengaruhi
hasil belajar terdiri dari dua faktor yaitu
dalam diri siswa (internal) yaitu disiplin,
respon dan motivasi siswa, sementara
faktor dari lingkungan luar (eksternal)
adalah lingkungan belajar, tujuan
pembelajaran, kreatifitas pemilihan media
belajar oleh pendidik serta model
pembelajaran, jasmani, psikologi,
kelelahan, keluarga, sekolah dan
masyarakat. Faktor-faktor tersebut
mempengaruhi satu sama lain dan
merupakan satu kesatuan yang mendasari
hasil belajar siswa.
6. Model Pembelajaran
Menurut Joyce (dalam Trianto,
2011:21)model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam
5 | P a g e Jurnal Word Square Pendidikan Fisika
tutorial.Sedangkan menurut Arends (dalam
Shoimin, 2016:23) menyatakan, The trem teaching
model refers to a particular approach to instruction
that includes its goals, syntax, environment, and
management system.Artinya, istilah model
pengajaran mengarah pada suatu pendekatan
pembelajaran tertentu termasuk tujuan, sintaks,
lingkungan, dan system pengelolaannya.
Adapun menurut Soekamto (dalam Shoimin,
2016:23) mengemukakan maksud dari model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi
sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran
dan para pengajar dalam dalam merencanakan
aktivitas belajar mengajar.
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat diambil
kesimpulan bahwa model pembelajaran adalah
suatu pola pilihan yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaranuntuk mencapai
tujuan belajar. Adapun macam-macam model
pembelajaran adalah Model Pembelajaran
Konstektual (Contextual Teaching and Learning),
Model Pembelajaran Kooperatif, Model
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM), Model
Pembelajaran Tematik, Model Pembelajaran
Berbassis Komputer, Model PAKEM (Partisipatif,
Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan), Model
Pembelajaran Berbasis Web (e-Learning), dan
Model Pembelajaran Mandiri.
7. Tinjauan tentang model pembelajaran Word
Square
1) Pengertian Model Pembelajaran Word
Square
Menurut Hornby (dalam Kurniasari,
dkk. 2013:3) model pembelajaran word square
adalah sejumlah kata yang disusun sehingga
kata-kata tersebut dapat dibaca ke depan dan
ke belakang.Menurut Widodo (dalam Muriana,
dkk. 2014:2) model pembelajaran word
squareadalah pembelajaran yang memadukan
kemampuan menjawab pertanyaan dengan
ketelitian dalam mencocokan jawaban pada
kotak-kotak jawaban.Sedangkan menurut
Kurniasih dan Sani (dalam Swapranata, dkk.
2016:3) model pembelajaran word
squareadalah model yang diperkaya dan
beroriantasi kepada keaktifan siswa dalam
pembelajaran.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli
diatas dapat disimpulkan bahwa word square
merupakan suatu model pembelajaran yang
melibatkankemampuan siswa untuk menjawab
pertanyaan dengan mencocokan jawaban
pertanyaan dalam kotak-kotak jawaban berisi
kata-kata yang membutuhkan kejelian dan
kecerdasan siswa dalam menjawab pertanyaan
yang sudah disediakan dalam kotak-kotak
tersebut dengan mengarsir jawaban yang
dianggap benar yaitu mengarsir jawaban pada
kotak mendatar dan menurun.
2) Langkah-langkah pembelajaran Word
Square
Pembelajaran word square
merupakan pengembangan dari metode
ceramah yang diperkaya.Hal ini dapat
didefinisikan melalui pengelompokkan
metode ceramah yang diperkaya dan
berorientasi kepada keaktifan siswa.
Menurut Saptono (dalam Swapranata, dkk.
2016:4) model pembelajaran word square
merupakan salah satu model yang dapat
digunakan guru dalam pembelajaran
model ini membutuhkan suatu kejelian dan
ketelitian siswa, sehingga dapat
merangsang siswa untuk berpikir efektif
melalui permainan acak huruf dalam
pembelajaran.Sedangkan Winatapura
(dalam Swapranata, dkk. 2016:4)
mengemukakan bahwa model
pembelajaran word squaremerupakan
model pembelajaran yang dapat
memadukan kemampuan menjawab
pertanyaan dengan ketelitian dalam
mencocokkan jawaban pada kotak-kotak
jawaban dan mirip seperti mengisi teka-
teki silang bedanya, jawaban sudah ada
namun disamarkan dengan menambahkan
kotak tambahan dengan sembarang huruf
penyamar atau pengecoh.
Model Pembelajaran word square
menurut Muriana, dkk. (2014: 3)adalah
model pembelajaran yang memadukan
kemampuan menjawab pertanyaan dengan
kejelian dalam mencocokan jawaban pada
kotak-kotak jawaban. Mirip seperti
mengisi teka-teki silang tetapi bedanya
jawabannya sudah ada namun disamarkan
dengan menambahkan kotak tambahan
dengan sembarang huruf/angka penyamar
atau pengecoh. Model pembelajaran ini
sesuai untuk semua mata pelajaran.Tinggal
bagaimana guru dapat memprogram
sejumlah pertanyaan terpilih yang dapat
merangsang siswa untuk berpikir
efektif.Tujuan huruf/angka pengecoh
bukan untuk mempersulit siswa namun
untuk melatih sikap teliti dan kritis.
Langkah-langkah model pembelajaran
word square menurut Aqib (dalam
Noviana, dkk. 2013: 92) sebagai berikut:
a) Guru menyampaikan materi sesuai
dengan tujuan pembelajaran.
b) Guru membagikan lembaran soal
berupa kotak kata.
c) Siswa diminta menyelesaikan soal,
kemudian mengarsir huruf dalam
kotak kata sesuai dengan jawaban
secara horizontal maupun vertikal.
d) Guru memberikan poin untuk setiap.
Menurut Hamzah (dalam
Kurniasari, dkk. 2013:8) Langkah-langkah
model pembelajaran word square sebagai
berikut:
6 | P a g e Jurnal Word Square Pendidikan Fisika
a) Guru menyampaikan materi sesuai
kompetensi yang ingin dicapai.
b) Guru membagikan lembaran kegiatan
sesuai contoh.
c) Siswa disuruh menjawab soal kemudian
mengarsir huruf dalam kotak sesuai
jawaban secara vertikal, horizontal.
d) Berikan poin setiap langkah jawaban dalam
kotak.
Sedangkan Menurut Swapranata, dkk.
(2016:5-6).Langkah-langkah model
pembelajaran word square sebagai berikut:
a) Guru mengucapkan salam pembuka.
b) Guru melaksanakan kegiatan apersepsi,
memberikan pertanyaan
kepada siswa yang
menyangkut materi
pembelajaran.
c) Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang ingin
dicapai sesuai kompetensis dan
motivasi siswa belajar.
d) Siswa membaca buku paket
mengenai materi yang
dipelajari.
e) Siswa mengamati media dan
melakukan tanya jawab menyangkut
materi/topik yang dipelajari.
f) Guru membagikan lembaran kegiatan
sesuai contoh.
g) Siswa menjawab soal kemudian mengarsir
huruf dalam kotak sesuai jawaban secara
vertikal, horizontal maupun diagonal.
h) Berikan poin jawaban dalam kotak.
Berdasarkan uraian tersebut tampak jelas
bahwa pembelajaran dengan model word
squaredapat diambil kesimpulan dengan tahapan –
tahapan sebagai berikut:
(1) Gurumenyampaikan materi pembelajaran.
(2) Guru memberikan soal sesuai dengan contoh
soal yang telah diberikan kepada siswa.
(3) Guru memerintahkan siswa berlomba-lomba
untuk menjawab soal pertanyaaan dengan tepat.
(4) Guru memberikan poin dan penghargaan
kepada siswa yang dapat menjawab soal dengan
baik dan tepat.
3) Keunggulan dan Kelemahan Word Square
Menurut Sukandheni (dalam Swapranata, 2016:
3) adapun keunggulan model pembelajaran word
square sebagai berikut:
(1) Mendorong pemahaman siswa terhadap
materi pelajaran.
(2) Menciptakan suasana
pembelajaran yang
menyenangkan karena
pembelajaran berupa
permainan.
(3) Melatih siswa berdisiplin.
Menurut Noviana, dkk. ( 2013:92)
Kelebihan dan kelemahan model
pembelajaran word square sebagai berikut:
a) Kelebihan
(1) Meningkatkan ketelitian.
(2) Membuat siswa kritis dalam
berfikir.
b) Kekurangan
Sedangkan beberapa kekurangan dari
model word square yaitu sebagai
berikut:
(1) Mematikan kreatifitas siswa.
(2) Siswa tinggal menerima bahan
mentah.
8. Materi Ajar besaran dan satuan
a) Besaran
(1) Besaran Pokok
Besaran pokok adalah besaran
yang satuannya didefinisikan sendiri,
tidak diturunkan dari besaran-besaran
lain. Dalam keseharian kita sering
mendengar beberapa pertanyaan,
antara lain gula 2 kg, waktu seorang
pelari melewati lintasan sepanjang 100
meter adalah 10,2 sekon, dan suhu
ruangan kelas C. Perhatikan
satuan-satuan panjang (meter), massa
(kilogram), dan waktu (sekon) tidak
diturunkan dari besaran lain. Besaran
seperti itu dinamakan besaran pokok.
Purwoko, dkk (2008:6)
(2) Satuan Pokok
Hasil suatu pengukuran selalu
dinyatakan dengan satuan. Satuan
besaran dinyatakan dengan satuan
yang berbeda-beda, misalnya besaran
panjang dapat dinyatakan dalam yard,
inci, dan kaki. Dalam pengukuran
dikenal dua jenis satuan, yaitu satuan
baku dan satuan tidak baku. Satuan
baku adalah satuan yang menghasilkan
ukuran sama meskipun dilakukan oleh
orang lain dan dapat berlaku secara
Besaran Pokok Lambang
Besaran
Satuan Pokok Lambang
Satuan
Panjang
Massa
Waktu
Suhu
Kuat Arus Listrik
Intensitas Cahaya
Jumlah
l
m
t
T
I
I
n
meter
kilogram
sekon
kelvin
ampere
kandela
mol
m
kg
s
k
A
cd
mol
Besaran Turunan Lambang
Besaran
Satuan Turunan Lambang
Satuan
Luas
Volume
Kecepatan
Percepatan
Massa Jenis
Gaya
Usaha
A
V
v
a
p
F
W
meter persegi
meter kubik
meter/sekon
meter/sekon kuadrat
kilogram/meter kubik
newton
joule
m/s
m/
kg/
N
J
7 | P a g e Jurnal Word Square Pendidikan Fisika
umum (Internasional). Satuan tidak baku
adalah satuan yang menghasilkan nilai
ukuran berbeda antara satu orang dengan
orang lainnya. Oleh sebab itu, ditetapkan
suatu rumusan atau dedifinisi tentang
satuan baku. Pada tahun 1960, para ahli
menetapkan menggunakan satuan metric
yang bisa disebut satuan Sistem
Internasional (SI). Satuan SI terdiri atas
MKS (meter-kilogram-sekon) dan CGS
(centimeter-gram-sekon). Purwoko, dkk
(2008:7)
Tabel 2.1 Besaran Pokok dan Satuannya Purwoko, dkk
(2008:8)
b) Satuan Turunan
Satuan turunan adalah satuan yang
diperoleh dari perkalian atau pembagian
satuan pokok. Dari ilmu matematika kita
sudah mengetahui bahwa luas sebuah segi
empat adalah hasil perkalian panjang sisi
dengan lebar sisinya.L = a (meter) x b
(meter) = ab meter persegi = ab . Dalam
hal ini, L (luas) merupakan besaran turunan
dengan satuan , a (panjang persegi
panjang) merupakan besaran panjang
dengan satuan m, dan b (lebar persegi
panjang) merupakan besaran panjang
dengan satuan m.
Tabel 2.2 Besaran Turunan dan Satuannya
Purwoko, dkk (2008:9)
Contoh Soal
(1) Tentukan besaran pokok dibawah ini
di sertai lambang besaran, satuan
pokok dan lambang satuannya…..
(a) Massa dan Panjang
(b) Waktu dan Suhu
(c) Jumlah Zat dan Kuat Arus Listrik
(d) Intensitas Cahaya
(2) Tentukan besaran turunan dibawah ini
di sertai lambang besaran, satuan
turunan, lambang satuannya…..
(a) Luas, volume dan kecepatan
(b) Percepatan, gaya dan usaha
(3) Konversikan satuan-satuan berikut!
(a) 12 m = ….. cm, 145 g = ….. kg,
dan 0,2 hg = … cg
(b) 2.500 s = … ms, 54 menit = …
detik, 2700 detik = ….Jam
Jawaban: 1
a.
Besaran
Pokok
Lambang
Besaran
Satuan
Pokok
Lambang
Satuan
Massa m Kilogram Kg
Panjang l Meter M
b.
Besaran
Pokok
Lambang
Besaran
Satuan
Pokok
Lambang
Satuan
Waktu t Sekon S
Suhu T Kelvin K
c.
Besaran
Pokok
Lambang
Besaran
Satuan
Pokok
Lambang
Satuan
Jumlah
Zat
n Mol Mol
Kuat Arus
Listrik
l Ampere A
d.
Besaran
Pokok
Lambang
Besaran
Satuan
Pokok
Lambang
Satuan
Intensitas
Cahaya
I Candela Cd
Jawaban: 2
a.
Besaran
Turunan
Lambang
Besaran
Satuan
Turunan
Lambang
Satuan
Luas A Meter
Persegi
Volume V Meter Kubik
Kecepatan v Meter/sekon m/s
b.
Besaran
Turunan
Lamban
g
Besaran
Satuan
Turunan
Lamban
g Satuan
Percepatan A Meter/seko
n kuadrat
m/
Gaya F Newton N
Usaha W Joule J
Jawaban: 3
a. 12 m = 12 x 10 x 10 = 1.200 cm
145 g = 145 : 10 : 10 : 10 =
0.0145 kg
0.2 hg = 0,2 x 10 x 10 x 10 x 10 =
20.000 kg
b. 2. 500 s = 2.500 x 10 x 10 x 10
=2.500.000 ms
54 menit = 54 x 60 = 3.240 detik
2.700 detik = 2.700 : 60 : 60 =
0.75 jam
3. Metode Penelitian
3. 1 Rancangan Penelitian
Menurut Arikunto (2010:203), metode
penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data penelitiannya. Dalam
penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen.
Metode ini di gunakan karena penelitian ini
8 | P a g e Jurnal Word Square Pendidikan Fisika
bertujuan untuk mengetahui model pembelajaran Word
Square pada pembelajaran fisika siswa.
Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian kuantitatif dengan metode penelitian
eksperimen, penelitian ini menggunakan Pretest-
Posttest Control Group Design.Yaitu terdapat dua
kelompok yang diberikan pre-test dan post-test untuk
dapat membandingkan keadaan sebelum dengan setelah
diberi perlakuan.Kelas eksperimen mendapatkan
perlakuan model pembelajaran word square, sedangkan
kelas kontrol mendapat perlakuan
konvensional.Menurut Arikunto (2010:124) desain
penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1
Desain penelitian
Pre-test Kelompok Treatmen
t
Post-test
O1 Eksperimen X O2
O3 Kontrol - O4
Sumber: Arikunto (2010: 124)
Keterangan:
O1 = Tes Awal nilai (Pre-Test) pada kelas eksperimen
O2 = Tes Akhir nilai (Post-Test) pada kelas eksperimen
O3 = Tes Awal (Pre-Test) pada kelas kontrol
O4 = Tes Akhir Post-Test pada kelas kontrol
X = Perlakuan (Teatment) model pembelajaran word
square
- =Perlakuan pembelajaran konvensional
Arikunto (2010:161), menambahkan bahwa
variabel penelitian adalah objek penelitian atau yang
menjadi titik perhatian suatu penelitian. Sedangkan
menurut Sugiyono (2015:2), variabel penelitian adalah
segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya. Dalam penelitian ini, terdiri dari dua
variabel yaitu:
1. Variabel Bebas
Variabel bebas merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yangmenjadi sebab
perubahannya (Sugiyono, 2015:4). Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah model pembelajaran
word square.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena
adanya variabel bebas (Sugiyono, 2015:4). Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajarsiswa
yaitu hasil belajar siswa setelah mengikuti
pembelajaran fisika dengan menggunakan model
pembelajaran word square.
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMPIT AN-NIDA’
Lubuklinggau pada tahun pelajaran 2017/2018, dengan
menggunakan 2 kelas sebagai sampel penelitian. Sampel
penelitian yaitu siswa kelas VII.1 dan VII.2 Sekolah
Menengah Pertama Islam Terpadu Lubuklinggau pada
tahun pelajaran 2017/2018. Pada kelas eksperimen, yaitu
kelas VII.1 proses pembelajarannya menerapkan model
pembelajaranword square, sedangkan pada kelas
kontrol, yaitu kelas VII.2 menggunakan metode
ceramah dan latihan dalam menyampaikan materi.
Sebelum pelaksanaan penelitian ini dimulai
terlebih dahulu dilakukan uji instrumen di kelas
VIII.1 SMPIT AN-NIDA’Lubuklinggau pada tanggal
15November 2017 dengan jumlah siswa 23orang,
dengan materi besaran dan satuan. Pelaksanaan
pembelajaran ini dilaksanakan sebanyak empat kali
pertemuan yaitu mulai dari tanggal 13November
2017, sampai 13Desember 2017.
Adapun rinciannya,pertama pemberianpre-
testpada kelas VII.1 dan VII. 2 pada tanggal 18
November 2017 dengan jumlah siswa 52 tidak hadir
3 yaitu dikelas VII.1 = 1 siswa, VII.2 = 2 siswa.
Tujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa
terhadap materi besaran dan satuan, setelah itu baru
memberikan perlakuan dengan menerapkan model
pembelajaran word square di kelas VII.1 untuk kelas
VII.2 menggunakan metode ceramah dan latihan.
Dalam memberikan perlakuan ini dilakukan
sebanyak dua kali, baik kelas VII.1 maupun VII.2
setelah itu diakhir pertemuan dilakukan post-test
yaitu pada pertemuan ke empat pada tanggal 04
Desember 2017. Tujuan dari post-test untuk
mengetahui kemampuan siswa setelah diberikan
perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran
word square di kelas eksperimen dan pembelajaran
konvensional di kelas kontrol meggunakan metode
ceramahdengan materi yang sama yaitu besaran dan
satuan.
1. Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan
Awal Siswa (pre-test)
Kemampuan awal yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah, kemampuan awal yang
dimiliki siswa sebelum diberikan perlakuan. Data
mengenai kemampuan awal diperoleh melalui
pre-test baik itu kelas eksperimen maupun kelas
kontrol, selengkapnya dapat dilihat pada lampiran
C.Pre-test dilakukan pada pertemuan pertama
yang di ikuti 26 siswa pada kelas eksperimen dan
26 siswa pada kelas kontrol, analisis data pre-test
digunakan untuk mengetahui keadaan awal
sampel apakah berasal dari keadaan yang sepadan
atau sama. Pada tahap ini analisis yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
a. Rata-Rata ( ) dan Simpangan Baku ( )
Nilai Pre-test
Hasil perhitungan rata-rata ( ) dan
simpangan baku ( ) nilai pre-test kelas
eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat
pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Rekapitulasi Hasil Tes Awal ( Pre-Test)
Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol
No Uraian Eksperimen Kontrol
1 Nilai rata-
rata ( )
26 31
2 Nilai
terendah
2 5
3 Nilai 55 69
9 | P a g e Jurnal Word Square Pendidikan Fisika
Tertinggi
4 Rentang
Nilai
53 64
5 Simpangan
Baku ( )
18 19
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa
rata-rata ( nilai pre-test kelas eksperimen 26
dan simpangan baku (s) 18 sedangkan rata-rata (
nilai pre-test kelas kontrol 31 dan simpangan
baku (s)19. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan awal atau pre-test antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol tidak jauh berbeda
atau relatif sama, karena kelas eksperimen dan
kelas kontrol belum diberi perlakuan
pembelajaran. Perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada (lampiran C halaman 108 dan 110).
Gambar 4.1. Diagram batang perbandingan rata-
rata Pre-test siswa
Dari gambar 4.1 diatas dapat
diinterprestasikan bahwa rata-rata Pre-test siswa
kelas eksperimen 26, dan kelas Kontrol 31,
didapat seluruh rata-rata dari du kelas sebesar 5
artinya perbedaan pada pretes tidak terlalu besar.
Persentasi untuk ketuntasan soal pretes untuk
kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 0%
(100% nilai siswa dibawah KKM 75).
b. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat
apakah data hasil pre-test siswa berdistribusi
normal atau tidak. Berdasarkan ketentuan
perhitungan statistik mengenai uji normalitas
data dengan taraf kepercayaan α = 0,05, jika
maka data berdistribusi normal.
Hasil uji normalitas pre-test untuk kedua
kelompok dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2
Hasil Uji Normalitas Nilai Pre-test
Kelas Dk
Kesimpulan
Eksperimen 20,22 5 11,070 TidakNorma
l
Kontrol 5 11,070 Normal
Dari tabel 4.2 menunjukkan nilai
data pre-test untuk kelas eksperimen
dan kelas kontrol lebih kecil dari pada
nilai . Berdasarkan ketentuan pengujian
normalitas dengan menggunakan uji kecocokan
(chi-kuadrat) dapat disimpulkan bahwa pre-
test untuk masing-masing kelas menunjukkan
kedua kelompok berdistribusi normal pada taraf
kepercayaan α = 0,05, karena
. Perhitungan selengkapnya dapat
dilihat (pada lampiran C Halaman 109 dan
111).
Kurva normal yang menunjukkan
bahwa data pre-test kelas eksperimen dan
kelas kontrol berdistribusi normal dapat
dilihat pada gambar 4.2 dan gambar 4.3.
Gambar 4.2 Kurva normalitas pre-test kelas
eksperimen
Gambar 4.3 Kurva normalitas Pre-test kelas kontrol
c. Uji Homogenitas
Uji homogenitas ini bertujuan untuk
melihat apakah data pada kedua kelas sampel
mempunyai varians yang homogen atau tidak.
Berdasarkan ketentuan perhitungan statistik
(lampiran C Halaman 116) tentang uji
homogenitas varians dengan taraf
kepercayaan α = 0,05, jika Fhitung< Ftabel
maka varians dua kelompok data adalah
homogen. Hasil uji homogenitas varians pre-
test untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol
dengan taraf kepercayaan α = 0,05 dapat
dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3
Hasil Uji Homogenitas Nilai Pre-test
Tes Fhitung dk Ftabel Kesimpulan
Pre-test 1,11 26:26 1,95 Homogen
Pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa
varians kedua kelompok data (kelas
eksperimen dan kelas kontrol) pre-test adalah
homogen, karena Fhitung< Ftabel.Perhitungan
-1,36 -0,86
-0,36 0,14
0,64 1,14
0
2
4
6
-2 -1 0 1 2
Kurva Pre-Test Kelas Eksperimen
-1,39
-0,82
-0,24
0,34
0,92
1,5
0
1
2
3
4
5
6
7
-2 -1 0 1 2 3
Kurva Pre-Test Kelas Kontrol 0
10
20
30
40
Pretest
EksperimenPretest
Kontrol
26 31
18 19
Rata-rata
10 | P a g e Jurnal Word Square Pendidikan Fisika
selengkapnya dapat dilihat pada (lampiran C
Halaman 116).
d. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata
Berdasarkan hasil uji normalitas dan
homogenitas, maka kedua kelompok data pre-test
adalah normal dan homogen. Dengan demikian uji
kesamaan dua rata-rata antara kelas eksperimen
dan kelas kontrol untuk data pre-test dapat
menggunakan uji-z. Hipotesis statistik yang diuji
dalam perhitungan uji dua pihak untuk pre-test
adalah:
H0 :
: Hipotesis nol pembanding, rata-
rata hasil belajar kelas
eksperimen sama dengan rata-
rata nilai kelas kontrol.
Ha
:
:
Hipotesis alternatif atau kerja,
rata-rata hasil belajar kelas
eksperimen tidak sama dengan
rata-rata nilai kelas kontrol.
Berdasarkan hasil perhitungan (lampiran C
halaman 117 dan 118) untuk data tes awal atau
hasil uji pre-test dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4
Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Nilai
Pre-test
Tes Zhitung Dk Ztabel Kesimpulan
Pre-test - 4,10 50 1,68 zhitung<ztabel
Ho diterima
Pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa hasil analisis uji-z
mengenai kemampuan awal siswa (lampiran C
Halaman 117) menunjukkan bahwa Zhitung<Ztabel, maka
Ho diterima dan Ha ditolak, berarti rata-rata nilai
kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama.
Dengan kata lain bahwa kelas eksperimen dan kelas
kontrol mempunyai kemampuan awal yang sama
dengan taraf kepercayaan α = 0,05, karena
Zhitung<Ztabel yaitu zhitung =-4,10 dan Ztabel =Z0,95(50)=
1,68Dari perhitungan tampak bahwa kedua kelas tidak
ada satu pun siswa yang mampu mencapai KKM yang
bernilai 75.
Berdasarkan analisis ini, maka dapat dikatakan
bahwa kedua kelompok sampel dalam keadaan
sepadan (berangkat dari kondisi awal yang sama).
Karena kedua kelas sama-sama belum melaksanakan
pembelajaran, sehingga pada tahap selanjutnya dapat
dilaksanakan pembelajaran pada masing-masing
kelas, dimana pada kelas eksperimen diberi
pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaranword square dan pada kelas kontrol
diberi pembelajaran konvensional dengan metode
pembelajaran ceramah dan latihan.
e. Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Akhir
Siswa(post-test)
Pelaksanaan Post-testdilaksanakan pada
tanggal 4Desember 2017 dan diikuti oleh 26 siswa
pada kelas eksperimen dan 26 siswa pada kelas
kontrol.Kemampuan akhir siswa dalam penguasaan
materi Besaran dan Satuan merupakan hasil belajar
setelah mengikuti proses pembelajaran.
Kemampuan akhir siswa diperoleh melalui
post-test. Pelaksanaan post-test dimaksudkan
untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah
mengikuti proses pembelajaran. Post-test
digunakan untuk mengetahui pengaruh model
pembelajaranword squarenilai hasil post-test
dapat dilihat pada (lampiran C Halaman 112
dan 114). Pada tahap ini analisis yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
a. Rata-Rata ( ) dan Simpangan Baku ( ) nilai
Post-test
Hasil perhitungan rata-rata ( ) dan
simpangan baku ( ) nilai post-test kelas
eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat
pada tabel 4.5.
Tabel 4.5
Rekapitulasi Hasil Tes Akhir ( Pos-
Test) Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol
No Uraian Eksperimen Kontrol
1 Nilai rata-
rata ( )
75 72
2 Nilai
terendah
26 21
3 Nilai
Tertinggi
100 100
4 Rentang
Nilai
74 79
5 Simpangan
Baku ( )
18 21
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai
post-test kelas eksperimen 79 dan kelas kontrol 76.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada (lampiran C
Halaman 100).
Gambar 4.4. Diagram batang perbandingan rata-rata
Post-test siswa
Maka jika dilihat dari gambar 4.3
dapat diinterprestasikan bahwa rata-rata
Post-test siswa kelas eksperimen 75 dan
kelas kontrol72.Dari hasil analisis data,
maka diperoleh sebanyak 26,92% atau 7
orang dari 26 siswa yang mendapatkan nilai
kurang dari KKM ( nilai KKM sebesar 75)
untuk kelas eksperimen. Pada kelas kontrol
sebanyak 34,61% atau9 orang dari 26 siswa
mendapatkan nilai kurang dari KKM (nilai
KKM sebesar 75). Maka Jika kita
bandingkan peningkatan dari pre-test ke
post-test untuk kelas eksperimen yang
0
100
postest EksperimenPostest Kontrol
75 72
18 21
Rata-rata Simpangan Baku
11 | P a g e Jurnal Word Square Pendidikan Fisika
tuntas adalah sebesar 73,08% (19 siswa),
sedangkan untuk kelas kontrol yang tuntas
adalah sebesar 65,39% (17 siswa).
b. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat
apakah data hasil post-test siswa berdistribusi
normal atau tidak. Berdasarkan ketentuan
perhitungan statistik mengenai uji normalitas
data dengan taraf kepercayaan α = 0,05, jika
maka data berdistribusi normal.
Hasil uji normalitas post-test untuk kedua
kelompok dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6
Hasil Uji Normalitas Nilai Post-test
Kelas dk
Kesimpulan
Eksperimen 6,39 5 11,070 Normal
Kontrol 5,75 5 11,070 Normal
Dari tabel 4.6 menunjukkan nilai
data post-test untuk kelas eksperimen dan kelas
kontrol lebih kecil dari pada nilai .
Berdasarkan ketentuan pengujian normalitas
dengan menggunakan uji kecocokan (chi-
kuadrat) dapat disimpulkan bahwa post-test
untuk masing-masing kelas menunjukkan kedua
kelompok berdistribusi normal pada taraf
kepercayaan α = 0,05, karena
.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
(lampiran C Halaman 113 dan 115).
Kurva normal yang menunjukkan bahwa
data pos-test kelas eksperimen dan kelas kontrol
berdistribusi normal dapat dilihat pada gambar
4.5 dan gambar 4.6.
Gambar 4.5. Kurva normalitas pots-test kelas
eksperimen
Gambar 4.6. Kurva normalitas post-test
kelas kontrol
c. Uji Homogenitas
Uji homogenitas ini bertujuan untuk
melihat apakah data pada kedua kelas
sampel mempunyai varians yang homogen
atau tidak. Berdasarkan ketentuan
perhitungan statistik (lampiran C Halaman
116) tentang uji homogenitas varians dengan
taraf kepercayaan α = 0,05, jika Fhitung<
Ftabel maka varians dua kelompok data
adalah homogen. Hasil uji homogenitas
varians post-test untuk kelas eksperimen dan
kelas kontrol dengan taraf kepercayaan α =
0,05 dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7
Hasil Uji Homogenitas Nilai Post-test
Tes Fhitung dk Ftabel Kesimpulan
Post-test 1,11 26:26 1,95 Homogen
Pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa
varians kedua kelompok data (kelas
eksperimen dan kelas kontrol) post-test
adalah homogen, karena Fhitung<
Ftabel.Perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada (lampiran C halaman 119).
d. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata
Berdasarkan hasil uji normalitas dan
homogenitas, maka kedua kelompok data
post-test adalah normal dan homogen.
Dengan demikian uji kesamaan dua rata-rata
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
untuk data post-test dapat menggunakan uji-
t. Hipotesis statistik yang diuji dalam
perhitungan uji-z untuk post-test adalah:
H0 :
Ha :
:
:
Hipotesis nol atau pembanding,
rata-rata nilai kelas eksperimen
kurang dari atau sama dengan rata-
rata nilai kelas kontrol.
Hipotesis alternatif atau kerja,
rata-rata nilai kelas eksperimen
lebih besar daripada rata-rata nilai
kelas kontrol.
-2,75 -2,03
-1,31
-0,58 0,14
0,86 1,42
012345678
-3 -2 -1 0 1 2
Kurva Post-test Kelas Eksperimen
-2,45
-1,79
-1,12
-0,45
0,21
0,88
1,36
0
1
2
3
4
5
6
7
8
-3 -2 -1 0 1 2
Kurva Post-test Kelas Eksperimen
12 | P a g e Jurnal Word Square Pendidikan Fisika
Hasil uji untuk post-test dapat dilihat pada tabel
4.8
Tabel 4.8
Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Nilai Post-test
Tes zhitung Dk ztabel Kesimpulan
Post-
test 2,44 50 1,68
zhitung>ztabel
Ho ditolak
Pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa hasil
analisis uji-z mengenaikemampuan akhir
siswa(lampiran C halaman 119)menunjukkan bahwa
zhitung >ztabel, dengan taraf kepercayaan α = 0,05,
karena zhitung ztabel yaitu zhitung = 2,44dan ztabel
=z0,95(50)= 1,68, maka Ho ditolak danHa diterima,
berarti rata-rata skor kelas eksperimen lebih besar
daripada kelas kontrol. Maka hipotesis terjawab,
yaitu “Terdapat pengaruh model pembelajaran word
square terhadap hasil belajar fisika siswa kelas VII
SMPIT AN-NIDA’ Lubuklinggau tahun pelajaran
2017/2018”.
4.2 Pembahasan Pembahasan yang dibahas dalam penelitian ini
adalah ada pengaruh penggunaan model word
squareterhadap hasil belajar siswa kelas VII SMPIT
AN-NIDA’ Lubuklinggau tahun pelajaran 2017/2018.
Hasil belajar fisika siswa pada materi Besaran dan
Satuan dalam penelitian ini hanya meneliti dari segi
kognitifnya yaitu dalam bentuk tes yang berisi
pertanyaan untuk mengukur kemampuan pengetahuan
siswa dalam dengan diberi 5 soal dalam bentuk essay.
Sebelum diberikan perlakuan siswa diberi pre-
test terlebih dahulu, yang bertujuan untuk mengetahui
kemampuan awal siswa antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Dari pre-test yang telah diberikan, data
dari pre-test di analisis terlebih dahulu. Setelah di
adakan pre-test selanjutnya siswa diberi perlakuan
yang berbeda antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Untuk kelas eskperimen peneliti menggunkan
model pembelajaran word squaremodel
pembelajaranword square ini sama dengan
pembelajaran yang lain. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran secara jelas, menumbuhkan sikap-sikap
yang positif terhadap pembelajaran, dan menjelaskan
apa yang diharapkan untuk dilakukan oleh siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan
hasil belajar siswa ditinjau dari aspek kognitif, aspek
afektif, dan aspek psikomotorik. Subjek penelitian ini
adalah siswa kelas VII. 1dan kelas VII.2 dari 52 siswa
dikelas VII SMPIT AN-NIDA’ Lubuklinggau.
Pada saat pembelajaran pertama, guru
membahas materi yang akan dibahas adalah tentang
Besaran Pokok, pada pembelajaran iniGuru
menyampaikan materi “besaran pokok adalah besaran
yang tidak dapat dibagi lagi sedangkan besaran turunan
besaran yang didapat dari besaran pokok”. Guru
mempersilakan kepada tiap siswa untuk menjawab
pertanyaan. Guru melihat siswa yang mau maju
menjawab pertanyaan,yang di sediakan di satu kartas
karton. Guru memerintahkansiswa untuk menjawab
pertanyaan dengan cara mengarsir jawaban yang sudah
tersedia.Gurumemberikan poin kepada siswa yang
menjawab pertanyaan dengan baik dan benar. Dan
guru memberikan hadiah kepada siswa yang
mendapat poin tertinggi.Pada awalnya, saat
menerapkan modelword square, peneliti
mengalami sedikit hambatan, yaitu masih kurang
semangatnya dalam mengikuti pelajaran.Pada saat
pembelajaran kedua, langkah pembelajaran yang
dilaksanakan masih sama dengan pertemuan
pertama. Hal ini sesuai menurutHornby (dalam
Sudiani 2014:4) bahwa word square adalah
sejumlah kata yang disusun sehingga kata-kata
tersebut dapat dibaca ke depan dan belakang.
Langkah-langkah model pembelajaran word
sguaremenurut Hamzah (dalam Kurniasari, dkk.
2013:8) sebagai berikut:
i) Guru menyampaikan materi sesuai
kompetensi yang ingin dicapai.
j) Guru membagikan lembaran kegiatan
sesuai contoh.
k) Siswa menjawab soal kemudian
mengarsir huruf dalam kotak sesuai
jawaban secara vertikal, horizontal.
l) Berikan poin jawaban dalam kotak.
Ketuntasan belajar melalui pembelajaran
word squaresecara keseluruhan terjadi karena
dalam belajar siswa melaksanakan serangkaian
kegiatan belajar melalui ketelitian dan ketepatan
dalam menjawab soal yang diberikan oleh guru.
Selain itu, terlibatnya beberapa bentuk
keterampilan yang dimiliki siswa pada saat
pembelajaran berlangsung melalui kegiatan
pengamatan menyebabkan siswa memiliki sejumlah
pengalaman belajar. Dari hasil analisis data, maka
untuk kelas Eksperimen diperoleh sebanyak
73,08% siswa yang mencapai KKM (nilai KKM
sebesar 75). Pada kelas kontrol hanya 65,38%
siswa yang mencapai KKM (nilai KKM sebesar
75).
Hasil pengujian tersebut sesuai dengan
pendapat model word squareSudiani (2014), dalam
penelitiannya yang berjudul Pengaruh Model
Pembelajaran word squareterhadap Hasil Belajar
IPAdengan kovariabel kemampuan berpikir kritis
dapat disimpulkan Pertama, terdapat pebedaan hasil
belajar IPA antara kelompok siswa yang belajar
mengikuti model pembelajaran word square dan
kelompok siswa yang belajar mengikuti model
pembelajaran konvensional. Kedua, terdapat
perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa
yang belajar mengikuti model pembelajaran word
square dan kelompok siswa yang belajar
mengikuti model pembelajaran konvensional
setelah variabel kemampuan berpikir kritis siswa
dikendalikan. Ketiga, kemampuan berpikiran kritis
memberikan kontribusi terhadap hasil belajar IPA
sebesar 21% pada kelompok eksperimen dan 18%
pada kelompok kontrol.
Kustiarni (2015), dalam penelitiannya
yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran word
square berbantuan media audio-visual untuk
meningkatkanminat dan pemahaman konsep siswa
berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
13 | P a g e Jurnal Word Square Pendidikan Fisika
bahwa penerapan model pembelajaran word square
dengan bantuan media audio-visual dapat
meningkatkan minat dan pemahaman konsep siswa
kelas VIII G SMPN 1 Penawangan. Menurut
pengamatan peneliti selama penelitian, terlihat siswa
pada kelas eksperimen yang menggunakan modelword
square mengajarkan pada siswa untuk lebih berani
untuk mengajukan pengamatan pada materiyang telah
dipelajari, lebih berani menerangkan apa yang mereka
peroleh dalam pembelajaran serta saling berbagi
pengetahuan. Ketercapaian indikator pada kelas
eksperimen dapat dilihat dari persentase pre-test dan
post-test, diperoleh peningkatan hal ini disebabkan
karena siswa sudah di berikan perlakuan oleh guru.
Adanya peningkatan ini disebabkan oleh berbagai
faktor diantaranya, dalam pembelajaranword square
yang memfokuskan pembelajaran pada ketepatan dan
ketelitian yang memungkinkan siswa lebih fokus untuk
mandiri. Siswa dapat mengungkapkan pendapatnya
dalam pertanyaan tersebut dan juga siswa harus mencari
informasi dalam bacaan yang diberikan sebanyak-
banyaknya sehingga dapat menjawabpertanyaan dari
lembar yang diberikan dengan mengarsir jawaban di
kotak-kotak yang sudah disediakan. Berdasarkan hal
tersebut, maka terjalinlah kerjasama antar siswa untuk
menjawab pertanyaan untuk memahami materi
pembelajaran.
5. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
dapat disimpulkan bahwa: Ada pengaruh model
pembelajaranword square dikelas VII SMPIT AN-
NIDA’ Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2017/2018.
Rata-rata skor post-test kelas eksperimensebesar 75 dan
kelas kontrol sebesar 72. Sedangkan untuk data post-
test dengan taraf signifikan α = 0,05 diperolehzhitung
(2,44) ztabel (1,68) yang berarti H0 ditolak dan Ha
diterima.
Daftar Pustaka Al-Tabany, Trianto Ibnu Badar. 2013. Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual.
Jakarta: Prenada Media.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta: RinekaCipta.
Hamalik, Oemar. 2010. Manajemen Pengembangan
Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Jihad dan Haris. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta:
Multi Pressindo.
Komara. 2014. Langkah-langkah model pembelajaran Word
Square. Diperoleh 3 Juli 2017, dari
http://fathan.Web.id/Pengertian-dan -langkah-
langkah-model-pembelajaran-word-square
Kompri. 2016. Manajemen Pendidikan Komponen-
Komponen Elementer Kemajuan Sekolah.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Kurniasari, dkk. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran
Word Square Berbantuan Media Gambar
Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD
Gugus V Kecamatan Tegallalang Tahun
Pelajaran 2012/2013.
Kustiarni. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Word
Square Berbantuan Media Audio-Visual Untuk
Meningkatkan Minat Dan Pemahaman Konsep
Siswa.
Mujiman. 2007. Model Pembelajaran Word Square.
Diperoleh 7 Juli 2017, dari
http://blogspotbidandiah.com/2012/04/model-
pembelajaran-word-square.
Muriana, dkk. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran
Word Square terhadap Hasil Belajar IPA Siswa
Kelas IV SD Desa Tista Tahun Pelajaran
2013/2014. Jurnal PGSD, 2 (1).
Noviana dan Rahman. 2013. Efektivitas Model
Pembelajaran Word Square dengan bantuan Alat
Peraga Pada Materi Geometri. Jurnal Pendidikan
Matematika, 1 (1).
Purwoko, dkk. 2008. IPA Terpadu SMP Kelas VII.
Bogor : Ghalia Indonesia Printing
Rusman. 2013. Belajar dan Pembelajaran Berbasis
Komputer. Bandung: Alfabeta.
Rostina. 2015. Statistika Penelitian Pendidikan.
Bandung: Alfabeta.
Sani, Kurniasih, dkk. 2015. Ragam Pengembangan
Model Pembelajaran. Jogjakarta: Kata Pena.
Shoimin, Aris. 2016. 68 Model Pembelajaran Inovatif
dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta: RinekaCipta.
Subur. 2015. Pembelajaran Nilai Moral Berbasis Kisah.
Yogyakarta: Kali Media.
Sudjana. 2005. Metode Penelitian Statistika. Bandung:
Tarsito
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2015. Statistika Untuk Penelitian. Bandung:
Alfabeta
Sudiani.dkk. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Word
Square Terhadap Hasil Belajar Ipa Dengan
Kovariabel Kemampuan Berpikir Kritis. Jurnal
PGSD ,2 (1).
Sherman, Erman. 1993. Evalusi Proses dan Hasil
Belajar Matematika. Jakarta: Universitas
Terbuka.
14 | P a g e Jurnal Word Square Pendidikan Fisika
Swapranata, dkk. 2016. Penerapan Model Pembelajaran
Word Square Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA
Siswa Kelas V Semester Genap. Jurnal PGSD, 4 (1).
Suprihatiningrum. 20113. Strategi Pembelajaran. Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif
Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Plasa.
Trianto.2011. Mendesain Model Pembelajaranm Inovatif –
Progresif. Jakarta: Kencana.
Widodo, Rachmad. 2009. Model Pembelajaran Word
Square. Diperoleh 10 juli 2017, dari http://wywld.
wordpress.com/200/9/11/14/model-pembelajaran-
word-square.