E TABLOID EDISI 1 2012

16
Januari | Tahun 2012 www.tabloidgalangkangin.com ; E-mail:[email protected] Edisi 01 TAHUN II Rp. 6.000,- Luar Bali Tambah Ongkos Kirim M emasuki tahun 2012, ancaman globalisasi terhadap perekonomian masyarakat lokal semakin nyata. Apalagi di tahun 2015, komitmen ASEAN Community akan diwujudkan. Pada tahun tersebut, negara-negara ASEAN akan menjadi satu pasar bersama. Arnya, saat itu pelaku usaha di Indonesia harus bersaing dengan pelaku usaha dari Malaysia, Thailand, Filipina, maupun negara anggota ASEAN lainnya untuk merebut pasar. Menurut Depu Bidang Kelembagaan Kementerian Koperasi dan UKM, Untung Tri Basuki, revitalisasi peran koperasi bisa menjadi solusi strategis untuk memperkuat diri menghadapi persaingan global itu. “Kekuatan koperasi sudah dibukkan oleh negara-negara yang telah maju secara ekonomi seper Singapura, bahkan Amerika Serikat yang dikenal kapitalis,” tegas Untung Tri Basuki. Tak hanya itu. Banyak pula brand terkenal dunia yang sebetulnya merupakan produk-produk koperasi, seper produsen susu kemasan Dancow, Nestle, produsen es krim Campina, dan gerai penjualan perkakas rumah tangga Ace Hardware. Di Jepang, bahkan ada koperasi Zen Noh, yang perputaran omsetnya mencapai 63.449 juta dolar AS, atau Rp 583,73 triliun per tahun. Di Indonesia, koperasi belum memegang peranan. Data Kementerian Koperasi dan UKM menunjukkan pada 2011 ini ada 187.598 koperasi di seluruh Indonesia dengan jumlah anggota sekitar 30,7 juta orang, atau hanya sekitar 15% dari total penduduk Indonesia. Belajar dari kesuksesan koperasi di sejumlah negara, Pemerintah Pusat melalui Kementerian Koperasi dan UKM bertekad untuk membangun konglomerasi koperasi dengan menggerakkan 99 unit koperasi besar di seluruh Indonesia. Koperasi dapat membangun sebuah konglomerasi yang kuat, dengan modal kebersamaan seluruh anggota. Diharapkan, ke depan perekonomian Indonesia dak lagi dikuasai oleh pribadi-pribadi yang biasa disebut konglomerat, melainkan dikuasai konglomerasi koperasi. Bagaimana mewujudkannya, iku sajiannya di halaman 4 – 7. halaman 7... halaman 8... halaman 11... halaman 12... 2012 diharapkan menjadi tahun kebangkitan koperasi. Mewujudkan konglomerasi koperasi menjadi cita-cita yang ingin dicapai, guna memproteksi masyarakat lokal di tengah globalisasi. RESOLUSI 2012: KONGLOMERASI KOPERASI Gubernur Bali Made Mangku Pastika PERKUAT MODAL KOPERASI LEWAT JAMKRIDA MENGAJAK MAHASISWA LEBIH KONTEKSTUAL TREND ORGANIK SEHAT, MURAH, MANFAATKAN LIMBAH BISNIS, PANGGILAN HATI

description

MENCERAHKAN.MENGGERAKKAN

Transcript of E TABLOID EDISI 1 2012

Page 1: E TABLOID EDISI 1 2012

Januari | Tahun 2012 www.tabloidgalangkangin.com ; E-mail:[email protected]

Edisi 01TAHUN II

Rp. 6.000,-Luar Bali Tambah

Ongkos Kirim

Memasuki tahun 2012, ancaman globalisasi terhadap perekonomian masyarakat lokal semakin nyata. Apalagi di tahun 2015, komitmen

ASEAN Community akan diwujudkan. Pada tahun tersebut, negara-negara ASEAN akan menjadi satu pasar bersama. Artinya, saat itu pelaku usaha di Indonesia harus bersaing dengan pelaku usaha dari Malaysia, Thailand, Filipina, maupun negara anggota ASEAN lainnya untuk merebut pasar.

Menurut Deputi Bidang Kelembagaan Kementerian Koperasi dan UKM, Untung Tri Basuki, revitalisasi peran koperasi bisa menjadi solusi strategis untuk memperkuat diri menghadapi persaingan global itu. “Kekuatan koperasi sudah dibuktikan oleh negara-negara yang telah maju secara ekonomi seperti Singapura, bahkan Amerika Serikat yang dikenal kapitalis,” tegas Untung Tri Basuki.

Tak hanya itu. Banyak pula brand terkenal dunia yang sebetulnya merupakan produk-produk koperasi, seperti produsen susu kemasan Dancow, Nestle, produsen es krim Campina, dan gerai

penjualan perkakas rumah tangga Ace Hardware. Di Jepang, bahkan ada koperasi Zen Noh, yang perputaran omsetnya mencapai 63.449 juta dolar AS, atau Rp 583,73 triliun per tahun.

Di Indonesia, koperasi belum memegang peranan. Data Kementerian Koperasi dan UKM menunjukkan pada 2011 ini ada 187.598 koperasi di seluruh Indonesia dengan jumlah anggota sekitar 30,7 juta orang, atau hanya sekitar 15% dari total penduduk Indonesia.

Belajar dari kesuksesan koperasi di sejumlah negara, Pemerintah Pusat melalui Kementerian Koperasi dan UKM bertekad untuk membangun konglomerasi koperasi dengan menggerakkan 99 unit koperasi besar di seluruh Indonesia. Koperasi dapat membangun sebuah konglomerasi yang kuat, dengan modal kebersamaan seluruh anggota. Diharapkan, ke depan perekonomian Indonesia tidak lagi dikuasai oleh pribadi-pribadi yang biasa disebut konglomerat, melainkan dikuasai konglomerasi koperasi. Bagaimana mewujudkannya, ikuti sajiannya di halaman 4 – 7.

halaman 7...

halaman 8...

halaman 11...

halaman 12...

2012 diharapkan menjadi tahun kebangkitan koperasi. Mewujudkan konglomerasi koperasi menjadi cita-cita yang ingin dicapai, guna memproteksi masyarakat lokal di tengah globalisasi.

RESOLUSI 2012:

KONGLOMERASI KOPERASI

Gubernur Bali Made Mangku PastikaPERKUAT MODAL

KOPERASILEWAT JAMKRIDA

MENGAJAKMAHASISWA LEBIH

KONTEKSTUAL

TREND ORGANIK

SEHAT, MURAH, MANFAATKAN LIMBAH

BISNIS, PANGGILAN HATI

Page 2: E TABLOID EDISI 1 2012

2 Galang Kangin

Edisi 01/TAHUN II/JANUARI 2012

EDITORIAL

Team Redaksi Galang KanginDiterbitkan oleh: KSU Kharisma Madani Badan Hukum No.36/BH/DISKOP.PKM/IV/2006 - Pembina : Prof. DR. I Ketut Rahyuda, SE, MSIE.

- Penasihat : Drh. Komang Suarsana, M.MA - Pimpinan Redaksi : I Gede Sumartana - Redaktur Pelaksana : I Gede Luhur Budiharta- Team Redaksi : Ni Komang Erviani, Kecuk Priambada, Nyoman Sarna, SE, Gusti Ayu M. Eka Putri

- Tata Letak : Ketut Rumiarsa - Photografi & dokumentasi : I Nyoman Sudarma, SE, Agus Gita Saputra - Administrasi Umum : Putu Sri Mulyani, SE - Sirkulasi & Distribusi : I Made Agus Antara, I Kadek Joni Artha, SE, I Gede Ardhi Saputra, SE,

I Made Surya Dharma, Agus Gita Saputra - Administrasi Sirkulasi : Agus Gita Saputra - Teknologi informasi : I Gede Dedy Wijaya, ST, Eka Yudi- Periklanan : KSU Kharisma Madani KCP Pakerisan Email : [email protected]

Alamat Redaksi: Jln. Bedugul No.1 Sidakarya - Denpasar Selatan Telp:(0361) 727734 Email: [email protected]

Kritik dan Saran yang bersifat membangun bisa dilayangkan ke alamat email kami

Galang Kangin

Tak terasa satu tahun sudah berlalu. Tabloid Galang Kangin kini memasuki edisi ke-satu tahun ke-dua, sekaligus mengawali tahun 2012. Menjadi tradisi pergantian tahun, saat-saat dimana para pelaku usaha melakukan evaluasi terhadap

setahun waktu yang telah dilewati. Tak terkecuali koperasi, melakukan hal yang sama. Serta menetapkan resolusi-resolusi yang ingin dicapai pada satu tahun periode mendatang.

Selain menetapkan resolusi secara internal untuk satu tahun ke depan, yang juga patut mendapat perhatian adalah kesiapan gerakan koperasi dalam menghadapi pasar global yang makin mendekat. Dibukanya keran pasar global tentunya akan memberi peluang pasar seluas-luasnya kepada para pelaku usaha. Di sisi lain, juga memberi peluang kepada pelaku bisnis asing untuk merebut pangsa pasar di dalam negeri. Dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta jiwa, tentu merupakan pangsa pasar yang sangat potensial.

Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah era pasar global akan benar-benar membuka peluang pasar bagi pelaku UKM dan gerakan koperasi? Atau sebaliknya justru menjadi ancaman yang mematikan? Mampukah gerakan koperasi dan pelaku UKM menghadapi persaingan di pasar global nantinya? Melihat kondisi gerakan koperasi saat ini yang masih sangat disusui dan mendapat proteksi dari pemerintah. Serta adanya paradigma tentang koperasi sebagai jenis usaha kelas “sandal jepit”. Belum lagi kesiapan sumber daya manusia yang profesional, terampil dan andal. Serta kemampuan membangun usaha yang bisa memaksimalkan penggunaan teknologi sehingga usaha yang dibangun bisa benar-benar bergerak di ruang global. Bagaimana sebaiknya gerakan koperasi menyikapi ini? Kiat-kiat apa yang perlu dilakukan? Kebijakan bagaimana sebaiknya diambil pemerintah guna melindungi koperasi dan pelaku UKM? Akankah gerakan koperasi hanya akan menjadi anak ayam di tengah hutan belantara pasar global? Atau mampu menjadi rajawali yang melayang di angkasa langit global?

Edisi kali ini membahas kesiapan gerakan koperasi dalam menghadapi era pasar global sebagai sajian utama. Dengan mendengar pendapat dari beberapa narasumber di antaranya Kepala Deputi Kelembagaan Kementerian Koperasi dan UKM Untung Tri Basuki, Gubernur Bali I Made Mangku Pastika dari pemerintah, Cok Istri Agung Widyawati, Manager Klinik Koperasi dan UKM Provinsi Bali dan anggota legislatif Nyoman Sugawa Kori dari Komisi II DPRD I Bali. Sementara Dr. Ketut Budiartha SE, MSi. AK selaku pengamat ekonomi dari Fakultas Ekonomi UNUD dan Nyoman Suwirta sebagai pelaku gerakan koperasi. Serta Kepala Kantor Cabang Bank Indonesia Provinsi Bali Jeffrey Kairupan, juga memberi pandangannya.

Edisi kali ini juga menampilkan ide-ide sederhana, yang tampaknya sepele, namun ternyata bisa menjadi peluang usaha dan memberi keuntungan yang menjanjikan ketika digeluti dengan benar. Serta kisah sukses pelaku usaha yang bisa memberi inspirasi juga layak untuk disimak. Sementara untuk rubrik seni budaya, redaksi melihat tradisi ngulapin yang masih bertahan hingga kini sebagai warisan leluhur, juga merupakan sajian menarik untuk lebih menambah wawasan tentang seni budaya Bali.

Akhir kata, redaksi mengucapkan selamat membaca dan Selamat Tahun Baru 2012!

Editorial

Redaksi Tabloid Galang Kangin

Menerima Sumbangan

Tulisan dalam bentuk berita dan

gambar. Tulisan bisa dikirim ke

Alamat Redaksi Jl. Bedugul no.1

Denpasar atau Email : redaksi@

tabloidgalangkangin.com

Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengunjungi aktivitas petani kopi arabika yang tergabung dalam Koperasi Serba Usaha Bale Dana Mesari di Desa Landih, Kabupaten Bangli, pertengahan Desember. Pastika juga didampingi sejumlah pejabat Pemerintah Provinsi Bali dan kalangan

wartawan.Dalam kesempatan tersebut, Pastika berkesempatan mencicipi kopi luwak yang

dihasilkan dari luwak-luwak yang dilepas bebas di perkebunan kopi. Kopi luwak yang dihasilkan dari kopi yang dipermentasi secara alami di perut luwak, merupakan salah satu produk andalan KSU Bale Dana Mesari yang juga mengelola agrowisata kopi luwak.

“Saya sangat mengapresiasi inisiatif masyarakat Landih mengembangkan kopi luwak, yang dikenal sebagai minuman termahal di dunia saat ini,” tegas Pastika.

Ketua Koperasi Bale Dana Mesari, I Wayan Jamin, menjelaskan koperasinya saat ini beranggotakan 520 orang, 80 persen di antaranya merupakan petani. Sisanya adalah perajin maupun peternak. Saat pertamakali dibentuk pada 2004, koperasi ini hanya beranggotakan 25 orang. “Semakin banyak warga Desa Landih yang merasakan manfaat koperasi ini, sehingga semakin banyak yang tertarik menjadi anggota,” kata dia.

Dengan peningkatan jumlah anggota yang diikuti peningkatan produktivitas, jelas Jamin, jumlah sisa hasil usaha (SHU) yang diperoleh koperasi pun melonjak dari awalnya hanya Rp 5 juta menjadi Rp 300 juta setahun. (erv)

PASTIKA KUNJUNGIKSU BALE DANA MESARI

ANAK AYAM ATAU ANAK RAJAWALI?

Page 3: E TABLOID EDISI 1 2012

Galang Kangin 3

Edisi 01/TAHUN II/JANUARI 2012

mengingatkan.Melalui program revitalisasi pasar

tradisional, Gita optimis keberadaan pasar tradisional akan lebih baik dan mampu bersaing dengan pasar-pasar modern.

Di sisi lain, Walikota Denpasar Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra menyatakan pihaknya terus berupaya mengatur dan menertibkan toko-toko modern. Penertiban terutama dilakukan terhadap toko modern yang beroperasi tanpa dilengkapi izin. Pemkot juga telah mengajukan para pelaku usaha yang melanggar ke sidang tindak pidana ringan hingga disegel (atau dilarang bertransaksi). Bahkan beberapa toko modern dilaporkan ke polisi untuk ditindak secara pidana. “Tapi kendalanya landasan hukum yakni Peraturan Walikota hanya bisa membawanya ke tindak pidana ringan, tak bisa dipidanakan,” keluhnya. Meski begitu, Rai Mantra berjanji akan mengawasi

secara lebih ketat perizinan toko-toko modern di wilayahnya. Ia menyatakan

pihaknya sudah menutup sama sekali perizinan baru toko modern.

Hasil kajian akademis Pemkot Denpasar bersama Fakultas Ekonomi Unud diketahui kalau pada 2010 di Denpasar terdapat 312 unit toko modern, dengan kategori hipermart sebanyak dua unit, 39 supermarket, dan 271 unit

minimarket. Jumlah tersebut tersebar di empat kecamatan di

Denpasar namun tidak merata, dimana dominan berada di Denpasar

Selatan yakni 133 unit. Berdasarkan perhitungan, kebutuhan riil di Denpasar Selatan adalah 62 minimarket saja. Denpasar Utara kebutuhan hanya 51 unit, tapi sudah sampai 60 unit. Di Denpasar Barat terdapat 80 unit sementara kebutuhan cuma 63 minimarket. (erv)

Geliat

Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, meminta pengelola maupun pedagang pasar tradisional

terus membenahi diri, agar mampu bersaing di tengah maraknya pasar modern.

Hal itu ditegaskannya saat berkunjung ke Pasar Agung Peninjoan, di Desa Peguyangan Kangin, Denpasar, 23 Desember. “Bila pasar tradisional bisa menata dagangannya dengan rapi dan menghilangkan kesan kumuh, saya yakin bisa bersaing dengan pasar swalayan,” tegas Gita.

Gita menyatakan, Pemerintah Pusat sudah berkomitmen untuk terus merevitalisasi pasar-pasar tradisional agar daya saingnya terus meningkat. Upaya merevitalisasi itu terutama terkait pembangunan fisik pasar yang lebih rapi dan higienis, zonasi produk, maupun perbaikan perilaku pedagangnya.

“Tahun depan Pasar Agung dengan tampilan baru ini akan dioperasikan, semoga bisa lebih meningkatkan aktivitas perekonomian di sini, termasuk daya saing terhadap toko-toko modern. Saya meminta agar drainase diperbaiki seperti halnya di Pasar Serpong yang menjadi sangat bersih, bahkan lalat pun jarang sekali ditemukan,” ujar Gita di hadapan Walikota Denpasar Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra, para pejabat Pemkot Denpasar, pelaksana proyek, dan perwakilan pedagang.

Pasar Agung mendapat kucuran dana revitalisasi Rp 7,5 miliar dari pemerintah pusat bersama sembilan pasar lain se-Indonesia yang diharap menjadi pasar percontohan. Di tahun 2012, program serupa akan menyasar 80 pasar tradisional dengan dana sekitar Rp 400 miliar.

“Sebenarnya di pasar tradisional segala kebutuhan bisa dibeli, bahkan harganya bisa bersaing dengan pasar

Sejumlah mitra binaan PT Permodalan Nasional Madani (PNM), 28 Desember 2011 mengikuti pelatihan “Motivasi Usaha dan Strategi Pemasaran Guna Meningkatkan Omset Penjualan” di Restoran Sawira,Tabanan. Pelatihan diikuti mitra binaan yang sudah menerima pinjaman dari dana program kemitraan, dalam hal ini yang sudah menerima adalah Koperasi Tunas Mekar

Sari, Nyitdah, Kediri, Tabanan.Aktivitas pelatihan ini merupakan satu kesatuan dari kegiatan pembiayaan yang dilakukan

PNM. Pelatihan yang diadakan satu hari ini dihadiri oleh semua anggota mitra binaan yang terdiri dari 20 orang kelompok pengusaha genteng press.

Pelatihan ini merupakan salah satu bentuk wujud dari komitmen PT PNM yang mengemban misi pengembangan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi.

Latar Belakang diadakannya pelatihan ini adalah adanya keinginan mitra binaan untuk dapat lebih meningkatkan omset penjualan di era global ini. Juga adanya keinginan untuk mengembangkan jiwa kewirausahaan dengan motivasi diri sebagai seorang wirausaha, keinginan untuk menjadi seorang pemasar yang andal dan mampu berkomunikasi yang baik dengan pelanggan.

Pelatihan bertujuan agar semua peserta mampu mengembangkan diri untuk memasarkan produknya, mampu bekerjasama sesama UMKM untuk maju bersama-sama, mampu mengembangkan strategi pemasaran, mampu meningkatkan diri sebagai seorang wirausaha sejati dan mampu meningkatkan motivasi untuk dapat lebih bersemangat dalam menjalankan usaha.

swalayan. Sebab pedagang mendapatkan mata dagangannya langsung dari para petani. Tetapi selama ini pasar tradisional kebanyakan kurang memperhatikan

Meningkatkan Omset Penjualan

MENDAG:PASAR TRADISIONAL VS

TOKO MODERN

kerapian menyusun

mata dagangannya dan menjaga kebersihan

lingkungan. Inilah yang menyebabkan konsumen kurang tertarik untuk berbelanja ke pasar tradisional,” Gita

Page 4: E TABLOID EDISI 1 2012

4 Galang Kangin

Edisi 01/TAHUN II/JANUARI 2012

Masih ingat dengan penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-19 ASEAN di

Nusa Dua, Bali, November tahun lalu? Konferensi itu menjadi langkah lanjutan menuju Komunitas ASEAN, atau lebih akrab disebut ASEAN Community pada 2015 mendatang. Pada tahun tersebut, negara-negara ASEAN akan menjadi satu pasar bersama. Tidak ada lagi batas antar negara. Artinya, saat itu pelaku usaha di Indonesia harus bersaing dengan pelaku usaha dari Malaysia, Thailand, Filipina, maupun negara anggota ASEAN lainnya untuk merebut pasar. Siapkah kita?

Realitasnya, kehadiran perusahaan asing yang sudah mulai menyerbu Bali, telah mampu membangun rasa khawatir dan was-was dari para pengusaha lokal. Apalagi perusahaan-perusahaan asing tersebut hadir dalam berbagai bidang usaha, mulai dari perbankan, perdagangan, perhotelan, dan telekomunikasi. Kehadiran hypermarket berlabel asing misalnya, mulai meminggirkan keberadaan pasar-pasar tradisional.

Bagi Deputi Bidang Kelembagaan Kementerian Koperasi dan UKM, Untung Tri Basuki, revitalisasi peran koperasi bisa menjadi solusi strategis untuk memperkuat diri menghadapi persaingan global itu. “Kekuatan koperasi sudah dibuktikan oleh negara-negara yang telah maju secara ekonomi seperti Singapura, bahkan Amerika Serikat yang dikenal kapitalis,” tegas Untung Tri Basuki saat menghadiri seminar perlindungan koperasi di Denpasar, pertengahan Desember 2011 lalu.

Kekuatan ekonomi Singapura memang perlu diacungi jempol. Negara yang luas wilayahnya hanya sepertujuh

luas Pulau Bali itu, mampu memakmurkan masyarakatnya yang berjumlah sekitar 4 juta orang, hampir sama dengan jumlah total penduduk Bali. Padahal negara itu bisa dibilang tidak memiliki kekayaan alam seperti pertanian, gunung, sungai, dan lainnya. Kunci pergerakan ekonomi warga Singapura ternyata koperasi. “Sebanyak 50 persen masyarakat Singapura merupakan anggota koperasi,” tegas Tri Basuki.

Tak hanya itu, Amerika Serikat yang dikenal sebagai negara kapitalis pun, menggunakan peran koperasi

untuk menggerakkan ekonomi masyarakatnya. “Amerika Serikat yang katanya kapitalis, ternyata 25 persen penduduknya adalah anggota koperasi,” jelasnya.

Kata Tri Basuki, banyak perusahaan besar dunia yang dimiliki oleh koperasi. Banyak brand terkenal dunia yang sebetulnya merupakan produk-produk koperasi, seperti produsen susu kemasan Dancow, Nestle, produsen es krim Campina, dan gerai penjualan perkakas rumah tangga Ace Hardware.

Lebih hebat lagi, di Jepang ada koperasi Zen Noh, sebuah koperasi terbesar dari 300 koperasi yang diranking International Co-operative Alliance (ICA) tahun 2007. Dengan basis pertanian, jejaring Zen Noh telah merambah ke berbagai bisnis, yang menjangkau banyak negara. Secara keseluruhan, Zen Noh menghimpun 1.173 koperasi pertanian, 1.010 di antaranya merupakan primer koperasi pertanian. Sisanya merupakan sekunder koperasi pertanian tingkat provinsi. Tak tanggung-tanggung, perputaran omset Zen Noh mencapai 63.449 dolar AS, atau Rp 583,73 triliun per tahun. “Zen Noh merupakan koperasi terbesar di dunia. Dia punya asset sampai Rp 649 triliun, dia punya 100 lebih perusahaan di bawahnya, dan merupakan konglomerat,” tegas Tri Basuki.

Bagaimana dengan Indonesia? Data Kementerian Koperasi dan UKM menunjukkan pada 2011 ini ada 187.598 koperasi di seluruh Indonesia dengan jumlah anggota sekitar 30,7 juta orang, atau hanya sekitar 15% dari total penduduk Indonesia. Hingga kini juga belum ada koperasi yang menguasai

Sajian Utama

SAATNYA MEMBANGUN KONGLOMERASI KOPERASI

Indonesia menyiapkan 99 koperasi untuk membangun konglomerasi, agar masyarakat lokal tak terpinggirkan dalam persaingan global. Ke depan,

perekonomian Indonesia tidak lagi dikuasai oleh pribadi-pribadi yang biasa disebut konglomerat, melainkan dikuasai oleh konglomerasi koperasi.

produk-produk nasional kita. “Ini yang harus dijadikan concern kita,” ujar Tri Basuki.

Belajar dari kesuksesan koperasi di sejumlah negara, Pemerintah Pusat melalui Kementerian Koperasi dan UKM bertekad untuk membangun konglomerasi koperasi dengan menggerakkan 99 unit koperasi besar di seluruh Indonesia. Untuk program ini, akan ada 3 koperasi besar di masing-masing provinsi yang akan didorong untuk membangun jaringan yang kuat. “Kalau bicara konglomerasi, saya pikir kita juga harus bangun konglomerasi koperasi. Dan inilah yang akan kita bangun di 2014,” tambah Tri Basuki.

Menghadapi tantangan globalisasi, menurut Tri Basuki, koperasi harus dimanfaatkan untuk menjadi wadah membangun kekuatan bersama. “Koperasi ini merupakan kekuatan yang hebat. Dia bisa dimobilisir untuk mengajak orang-orang membeli bersama-sama atau tidak membeli bersama-sama, atau tidak menjual bersama-sama atau menjual bersama-sama. Kekuatan ini yang harus kita bangun,” tegas dia. Diharapkan ke depannya perekonomian Indonesia tidak lagi dikuasai oleh pribadi pribadi yang biasa disebut konglomerat, tetapi dikuasai konglomerasi koperasi.

Manager Klinik Koperasi dan UKM Bali, Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Bali, Tjok Istri Agung Widyawati, juga menegaskan konglomerasi koperasi merupakan hal yang tidak mustahil bila koperasi-koperasi yang ada mau memperkuat jaringannya. Bahkan

menurut Widyawati, koperasi seharusnya bisa menjadi wadah bagi sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) untuk memperkuat diri agar tidak terpinggirkan dalam persaingan global.

Sekitar 99 persen perekonomian Bali saat ini digerakkan oleh sektor UMKM yang jumlahnya mencapai 239.357 unit UMKM. “Sayangnya sebagian besar UMKM belum siap menghadapi persaingan di pasar global, apalagi menghadapi pasar bersama ASEAN. Nah, koperasi seharusnya bisa menjadi wadah bagi UMKM untuk memperkuat diri melalui jejaringnya,” tegas Widyawati.(erv)

Page 5: E TABLOID EDISI 1 2012

Galang Kangin 5

Edisi 01/TAHUN II/JANUARI 2012

Cita-cita membangun konglomerasi koperasi bukan hal mudah untuk dicapai. Banyak tantangan yang harus dihadapi,

tetapi tidak sedikit juga peluang yang dapat mendekatkan kita pada cita-cita itu.

Pengamat ekonomi dari Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, Dr. Ketut Budiartha, SE, MSi, AK, menilai peran besar yang seharusnya bisa diambil koperasi seringkali tertutupi oleh buruknya manajemen lembaga ekonomi kerakyatan itu. Bahkan menurutnya banyak koperasi dijadikan sapi perah oleh

oknum-oknum

pengurus koperasi itu sendiri. “Banyak koperasi dijadikan sapi

perahan oleh banyak pihak di dalam koperasi itu sendiri. Pada waktu koperasi masih kecil, tidak ada yang mau jadi pengurus, tidak ada yang mau kerja. Setelah koperasi besar, jadi rebutan,” keluh Ketua Program S2 Akuntansi Universitas Udayana itu.

Sistem pengawasan internal koperasi yang cenderung sangat lemah, menjadi salah satu tantangan sekaligus ancaman bagi koperasi di dalam negeri. Karenanya menurut Budiartha, koperasi harus dikelola oleh orang-orang yang profesional di bidangnya. “Peran koperasi sebenarnya besar sekali dalam mengangkat ekonomi masyarakat di era global, asalkan dia mau memanfaatkan itu. Kalau tidak begitu, ya koperasi hanya akan menjadi penonton di negerinya sendiri,” ujarnya.

Buruknya performa koperasi, diakui pula oleh pemerintah selaku pembina lembaga ini. Dalam penilaian performa koperasi se-Bali tahun 2011 ini, Dinas Koperasi dan UKM Bali menemukan fakta bahwa 400 unit koperasi yang dinilai, hanya 65 persennya yang ternyata berkualitas baik. Sedangkan 35 persen dinyatakan tidak berkualitas. Penilaian tersebut dilakukan terhadap berbagai aspek, terutama aspek organisasi dan manajemen.

Bagi pelaku koperasi sendiri, membangun konglomerasi koperasi

dirasa bukan hal mudah. Bukan semata karena adanya kelemahan internal di sebagian besar koperasi, tetapi karena faktor regulasi yang belum memberi dukungan penuh pada pengembangan koperasi.

Manager Koperasi Pasar Srinadi Klungkung, Nyoman Suwirta, mengeluhkan sulitnya koperasi berkembang karena badan hukum koperasi yang tidak cukup kuat untuk digunakan menangkap berbagai peluang usaha yang lebih besar seperti membangun sekolah atau mengambil proyek pemerintah. “Ini pengalaman kami sendiri di Koppas Srinadi. Ketika koperasi sudah menjamah atau mengerjakan peluang-peluang usaha yang lebih besar, seperti mau bangun sekolah atau ikut mengambil proyek pemerintah, badan hukum koperasi ternyata belum cukup kuat. Kami masih harus membentuk badan usaha lainnya untuk mengambil peluang-peluang itu,” keluh dia.

Berdasarkan peraturan pemerintah, pembangunan sekolah memang hanya boleh dilakukan oleh badan hukum yayasan. Sementara untuk mengikuti tender-tender proyek pemerintah, hanya diperbolehkan badan hukum perseroan terbatas atau sekurangnya CV.

“Sehingga kalau kita sudah bergerak ke berbagai sektor usaha, kita harus banyak terlibat badan hukum lainnya. Ini menghambat perkembangan koperasi itu sendiri,” tambah pengurus Dewan Koperasi Indonesia Wilayah (Dekopinwil) Klungkung itu.

Bangun JaringanGuna memperkuat diri, Deputi

Bidang Kelembagaan Kementerian Koperasi dan UKM, Untung Tri Basuki, mengharapkan seluruh koperasi memperkuat diri dengan membangun

Sajian Utama

jaringan. Dengan berjejaring di tingkat lokal, nasional, maupun internasional, koperasi diharapkan mampu memperkuat diri untuk membangun pasar bersama. “Sayangnya selama ini kita kurang membangun kerjasama antarkoperasi. Koperasi-koperasi kita main sendiri-sendiri. Di Bali misalnya, antara koperasi di Klungkung, Gianyar, Bangli, Tabanan dan lainnya, belum membangun pemasaran bersama. Antara koperasi di Bali dengan di provinsi lainnya juga belum berjejaring secara nasional. Apalagi jejaring internasional,” tegasnya.

Dikatakan, ada banyak wadah koperasi internasional yang bisa dimanfaatkan seperti International Cooperative Alliance (ICA) maupun wadah-wadah lain di tingkat regional. “Banyak komoditas yang dibutuhkan oleh kawan-kawan koperasi kita di dunia yang belum kita kerjasamakan. Ini peluang besar yang harus digarap,” ujar Tri Basuki. (erv)

BANYAK TANTANGAN, BERLIMPAH PELUANG

PANDANGAN agak berbeda tentang koperasi, datang dari Pemimpin Bank Indonesia Denpasar, Jeffrey Kairupan. Menurut Jeffrey, selama ini ada paradigma yang salah di masyarakat tentang koperasi. Koperasi masih dianggap sebagai lembaga kecil dan hanya untuk masyarakat kecil. “Selama ini ada kesan, secara tidak langsung kita mungkin malah mengkerdilkan koperasi,” ungkapnya.

“Kita lihat di negara-negara besar yang katanya kapitalis, koperasinya besar-besar, Tapi rasa-rasanya memang koperasi kita agak susah berkembang, kecuali ada beberapa koperasi yang memang cukup sukses. Apakah memang dari awal kita menganggap dia kecil, untungnya kecil, harus serba kerakyatan, serba miskin? Menurut saya, wawasan kita itulah yang justru membatasi gerak kita,” tambah Jeffrey.

Sementara Deputi Bidang Kelembagaan Kementerian Koperasi dan UKM, Untung Tri Basuki, mengakui banyak pembenahan internal maupun eksternal yang masih harus dilakukan terhadap koperasi-koperasi di Indonesia. Upaya pembenahan itu, kata dia, sudah mulai dilakukan melalui dinas-dinas koperasi di daerah-daerah. Namun ia mengingatkan, pembenahan terbaik seharusnya dilakukan oleh para pengelola maupun anggota itu sendiri.

Di sisi lain, Tri Basuki mengakui adanya banyak tantangan yang harus dihadapi koperasi terkait regulasi badan hukum koperasi. Banyak pihak yang menurutnya secara sengaja mengecilkan peran koperasi semata untuk persaingan, seperti dalam tender proyek pemerintah.

Ditegaskan, Pasal 44 Undang-undang 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian sudah menegaskan bahwa koperasi boleh melakukan kegiatan di semua bidang usaha.

“Jadi apapun, peraturan manapun yang sejajar atau di bawahnya, yang menyatakan koperasi tidak boleh mengikuti tender proyek pemerintah, harus kita lakukan yudisial review,” tegasnya.(erv)

ADA YANG SENGAJA KERDILKAN KOPERASI

Page 6: E TABLOID EDISI 1 2012

6 Galang Kangin

Edisi 01/TAHUN II/JANUARI 2012

Arus globalisasi dikhawatirkan meminggirkan sektor usaha lokal yang selama ini menjadi penggerak utama perekonomian Bali. Atas dasar

kekhawatiran itulah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Bali mulai merancang regulasi khusus untuk memberi perlindungan terhadap sektor usaha mikro kecil menengah (UMKM) dan koperasi di Bali.

Anggota Komisi II DPRD Bali, Nyoman Sugawa Korry, mengatakan memberikan perlindungan terhadap sektor UMKM dan koperasi merupakan hal yang mendesak. Apalagi, saat ini mulai banyak perusahaan jaringan asing yang mulai masuk ke Bali dan menekan keberadaan UMKM Bali. Padahal selama ini, 99 persen perekonomian Bali digerakkan oleh sektor UMKM dan koperasi.

Hingga 2010, tercatat sebanyak 239.357 unit UMKM dan 4.149 unit koperasi di Bali. Penguatan UMKM dan koperasi dengan regulasi perlindungan, diharapkan dapat mewujudkan ekonomi kerakyatan yang tangguh di Bali.

Upaya dewan merancang Peraturan Daerah tentang Perlindungan UMKM dan Koperasi merupakan amanat Undang-undang No. 20 tahun 2008 tentang UMKM serta Undang-Undang No. 25 tahun 1992 tentang koperasi. “Undang-undang juga sudah memberi ruang yang cukup bagi kita dalam aspek perlindungan, pemberdayaan dan pembinaan bagi UMKM dan koperasi. Karenanya kami merasa perlu mempertegas perlindungan itu melalui peraturan daerah,” tegas Sugawa Korry dalam seminar membahas perlindungan koperasi dan

UMKM di DPRD Bali, November lalu. Dalam seminar tersebut, tim ahli dari Fakultas

Ekonomi Universitas Udayana menyampaikan rancangan awal peraturan daerah tersebut. Dalam rancangan awal, ranperda itu direncanakan berisi 21 bab dan 61 pasal. Maraknya toko modern berjejaring nasional menjadi salah satu poin yang diatur dalam rancangan tersebut.

Dalam pasal 46 rancangan perda itu, diatur juga bahwa jarak usaha UMKM pada pasar tradisional

dengan minimarket berjejaring nasional atau dengan pasar swalayan minimal dalam radius 200 meter. Selain itu, diatur bahwa minimarket berjejaring nasional wajib mendapatkan persetujuan UMKM yang berusaha sama minimal dalam radius 200 meter. “Ini demi menciptakan persaingan yang sehat,” ujar Tim Ahli dari Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, Ketut Budiartha.

Budiartha menyatakan harapannya agar bila perda tersebut jadi disahkan, agar ditegakkan secara serius. “Setelah jadi perda, kami mohon perda ini betul-betul dilaksanakan, karena untuk membuat perda ini, perlu upaya serius dan biaya yang tidak sedikit,” tegas dia.

Regulasi Lindungi UMKM Deputi Bidang Kelembagaan Kementerian

Koperasi dan UKM, Untung Tri Basuki, menegaskan regulasi perlindungan terhadap UMKM dan koperasi perlu dibuat di semua daerah, termasuk Bali. Apalagi Bali merupakan pasar yang sangat bagus untuk sektor UMKM, mengingat Bali merupakan kawasan pariwisata yang bisa menjadi pasar internasional.

Ditegaskan Tri Basuki, peran strategis UMKM dan koperasi dalam perekonomian sangat besar. Sebanyak 99 persen perekonomian nasional digerakkan sektor UMKM. Sementara itu, data Kementerian Koperasi dan UKM menunjukkan

Sajian Utama

pada 2011 ini ada 187.598 koperasi di seluruh Indonesia dengan jumlah anggota lebih dari 30,7 juta orang.

Namun ada banyak persoalan internal maupun eksternal yang dihadapi sektor UMKM dan koperasi, terutama terkait daya saing yang rendah, jaringan pasar yang terbatas, kesulitan mengakses bahan baku, rendahnya keterampilan sumber daya manusia, maupun keterbatasan akses terhadap sumber-sumber pembiayaan. Selain itu, sektor UMKM dan koperasi juga banyak menghadapi kendala, dalam kurang memadainya institusi yang membidangi UKM dan koperasi, koordinasi lintas sektor yang kurang optimal, bahkan ada perda-perda di daerah yang kurang kondusif bagi iklim usaha UMKM dan koperasi.

“Banyak persoalan yang harus dibenahi untuk memberdayakan UMKM dan koperasi. Jadi kita harus mulai dengan membenahi regulasinya, dekati dengan pendekatan pembinaan terhadap pasar, produk, SDM, desain dan teknologi serta operasional pembiayaan,” harap Tri Basuki.

Nyoman Suwirta dari Dewan Koperasi Indonesia Wilayah Klungkung, menyambut positif rencana pembuatan perda tersebut. Ia mengharapkan perda tersebut benar-benar mampu memberi proteksi bagi sektor koperasi maupun UMKM. “Saya harapkan ranperda ini nanti lebih

mengedepankan otonomi daerah, kearifan lokal juga dimasukkan di sana,” harap pria yang juga Manager Koperasi Pasar Srinadi Klungkung. (erv)

PROTEKSI KOPERASI LEWAT REGULASI

Page 7: E TABLOID EDISI 1 2012

Galang Kangin 7

Edisi 01/TAHUN II/JANUARI 2012

Sajian Utama

Dalam rangka memperkuat permodalan sektor koperasi dan usaha mikro kecil menengah (UMKM), Pemerintah Provinsi Bali telah meluncurkan program penjaminan kredit bagi koperasi dan UMKM melalui PT. Jaminan Kredit Daerah Bali Mandara. Ini merupakan

lembaga penjaminan kredit daerah kedua yang ada di Indonesia, selain di Jawa Timur.

Sejak di-launching Mei 2011 lalu, PT. Jamkrida Bali Mandara sudah menjaminkan kredit senilai total Rp 34 miliar. Gubernur Bali Made Mangku Pastika mempersilahkan koperasi dan UMKM di Bali untuk mengakses kredit melalui Bank Pembangunan Daerah (BPD) Bali untuk mendapatkan jaminan kredit dari PT. Jamkrida Bali Mandara.

“Jamkrida ini memberikan jaminan bagi koperasi atau UMKM, baik perusahaan maupun perorangan yang memerlukan modal. Bila tidak memiliki agunan, silahkan mengakses kredit ke Bank BPD, Jamkrida akan memberikan jaminan,” tegas Pastika.

Dijelaskan Pastika, koperasi menjadi salah satu perhatian pemerintah karena keberadaan koperasi diyakini dapat memberi dampak positif bagi perekonomian Bali. “Kalau koperasi berkembang bagus, saya yakin ekonomi kita baik, karena koperasi banyak keuntungannya,” ujar Gubernur.

Penetapan Bali sebagai provinsi koperasi, tambahnya, menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi Bali. “Bali sudah jadi provinsi koperasi. Saya juga sudah dapat panji-panji koperasi. Sebutan sebagai provinsi koperasi, menjadi sebutan tambahan lagi untuk Bali, dan ini membanggakan sekali,” kata mantan Kepala Kepolisian Daerah Bali itu.

PT. Jamkrida Bali Mandara yang dibentuk dengan modal Rp 50 miliar dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Bali 2011 dengan tambahan Rp 500 juta dari

Pemerintah Kabupaten Karangasem dan Bangli, diakui belum bekerja optimal. “Sekarang PT. Jamkrida Bali Mandara sudah menyalurkan kredit Rp 34 miliar. Tapi sebenarnya bukan hanya segitu. Sebenarnya Jamkrida bisa menyalurkan kredit sampai Rp 500 miliar,” jelas dia.

Pastika mengakui, sosialisasi atas keberadaan Jamkrida belum maksimal. “Memang kita akui sosialisasi tentang program jaminan kredit ini belum ke seluruh Bali. Kita akan terus berupaya menyosialisasikannya agar bisa diakses secara lebih luas,” ujarnya.

Direktur PT. Jamkrida Bali Mandara, Widiana Karya, mengakui hingga kini proses sosialisasi atas programnya masih terus

dilakukan. Akibat belum tersosialisasi dengan baik, masih ada anggapan di masyarakat bahwa PT. Jamkrida Bali Mandara memberikan kredit langsung kepada masyarakat. Padahal Jamkrida bertugas hanya menjaminkan kredit UMKM maupun koperasi kepada perbankan, khususnya bagi koperasi dan UMKM yang tidak memiliki agunan cukup.

“Tujuan kita adalah bagaimana agar UMKM yang tidak punya modal, bisa mengakses kredit bank dengan penjaminan dari kami,” tegasnya.

Selain mempermudah akses perbankan melalui Jamkrida, Pastika juga berjanji akan mengupayakan akses permodalan berupa bantuan langsung kepada koperasi-koperasi yang sungguh-sungguh mau maju.

“ Koperasi yang sungguh-sungguh ingin berusaha, dan usahanya itu betul-betul visible, kita akan usahakan permodalan bantuan langsung untuk membantu mereka. Supaya mereka betul-betul bisa berusaha lebih cepat dan

lebih efektif dan efisien,” tegasnya. “Saya akan mendukung sepenuhnya krama Bali yang

bersemangat. Supaya lebih cepat kita keluar dari masalah ekonomi maupun sosial yang kita hadapi, dan lebih cepat menuju Bali yang aman, damai dan sejahtera,” tambah dia.

Deputi Bidang Kelembagaan Kementerian Koperasi dan UKM, Untung Tri Basuki, mengapresiasi upaya pemerintah

Bali memperkuat permodalan sektor UMKM dan koperasi melalui program penjaminan kredit. “Penting untuk

meningkatkan akses mereka terhadap sumber permodalan. Salah satunya melalui

program penjaminan kredit melalui lembaga lembaga

penjaminan,” jelas Tri Basuki. (erv)

Gubernur Bali Made Mangku Pastika

PERKUAT MODAL KOPERASI LEWAT JAMKRIDA

Page 8: E TABLOID EDISI 1 2012

8 Galang Kangin

Edisi 01/TAHUN II/JANUARI 2012

Cermin

Menciptakan pendidikan yang berkualitas tentu tak semudah membalikkan telapat tangan. Berbagai

faktor harus diperhatikan. Tak hanya sarana dan prasarana, kualitas guru juga menjadi faktor yang sangat menentukan. Karenanya pendidikan para calon guru juga harus mendapatkan perhatian serius. Para calon guru, di samping memiliki pengetahuan akademis, juga harus memiliki pengetahuan lain sehingga mampu memberikan pendidikan yang berkualitas bagi para anak didiknya.

Hal inilah yang dilakukan oleh IKIP PGRI Bali dengan melaksanakan studi banding ke Bogor, Bandung dan Jakarta, 5-7 Desember lalu. “Ini agenda rutin yang dilaksanakan setiap tahun. Kali ini diikuti oleh lebih dari 260 orang mahasiswa FK MIPA yang telah duduk di semester V,” terang Drs. I Gusti Bagus Arthanegara, SH, MH, MPd., Ketua Yayasan Pembina Lembaga Pendidikan Perguruan Tinggi IKIP PGRI Bali.

Arthanegara berharap berbagai dampak positif akan didapat mahasiswa dari kegiatan ini, sehingga mereka memiliki pengetahuan tak hanya sekadar yang didapat di bangku kuliah. Tak hanya pada hal-hal yang bersifat akademis, dampak non akademis juga bisa didapat di saat bersamaan. Ini diharapkan bisa menjadi nilai tambah tersendiri bagi para mahasiswa.

“Dari sisi akademis kepada mahasiswa diperkenalkan secara langsung hal-hal yang berkaitan dengan mata kuliah. Misalnya saat mengunjungi Kebun Raya Bogor, mahasiswa dapat secara langsung melihat dan mengamati beberapa tanaman yang pernah dipelajarinya di kampus, yang mungkin belum pernah dilihat secara langsung. Dengan ini pemahaman mereka menjadi lebih baik dan pengetahuan mereka tak hanya sebatas teori. Jadi nanti jika mereka mengajar bisa menceritakan dengan jelas dan baik kepada murid yang diajar,” ujarnya.

Kegiatan studi banding ini merupakan bagian dari praktek kuliah lapangan. Sebagai calon guru, para mahasiswa dituntut memiliki pengetahuan lebih dari sekadar yang didapat di bangku kuliah. Studi Banding ini akan memberikan mahasiswa berbagai pengalaman dan pengetahuan yang tak bisa didapatkan saat belajar di kelas.

Para mahasiswa juga diberikan kesempatan melihat kehidupan kampus di luar Bali dengan mengunjungi FKIP Universitas Pasundan yang merupakan salah satu Universitas Swasta terbaik di Indonesia. Di sini mereka berkesempatan melihat lab biologi ataupun matematika sebagai perbandingan kehidupan kampus.

Hal senada disampaikan Dekan FPMIPA IKIP PGRI Bali, Drs. I Wayan Suanda, SP,MSi. Kegiatan studi banding ini merupakan bagian dari praktek kegiatan lapangan yang memiliki bobot 2 sks. Dengan mengunjungi beberapa objek yang berkaitan dengan program studi, para mahasiswa diajak mengimplementasikan ilmu yang didapat saat kuliah. Dengan tambahan pengetahuan yang berkaitan dengan

ilmunya, mahasiswa akan memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap bidang ilmunya.

“Dengan melihat beberapa tanaman secara langsung di Kebun Raya Bogor, akan menjadi pengalaman yang berarti bagi mahasiswa jurusan biologi saat nanti mereka mengajar. Sementara mahasiswa jurusan matematika bisa melihat lab matematika dan mikroteaching yang ada di FKIP Universitas Pasundan. Dengan melihat lab microteaching, para mahasiswa akan memiliki gambaran saat mereka mengambil mata kuliah ini di semester VII, karena yang ikut studi banding mahasiswa semester V,” ujarnya.

Dengan melihat dan membandingkan secara langsung proses perkuliahan dan sarana serta prasarana yang digunakan, maka akan diketahui kekurangan dan kelebihan yang ada. Selanjutnya hal ini akan dijadikan acuan dalam peningkatan kualitas pendidikan dan pengajaran.

Kegiatan studi banding ini dijadikan sarana untuk menghubungkan materi kuliah dengan apa yang ada dalam kehidupan nyata. Dengan demikian mahasiswa akan tahu persis apa yang diajarkannya bukan hanya sebatas teori tetapi lebih pada hal-hal yang bersifat kontekstual.

Guna memaksimalkan hasil yang didapat selama studi banding, selanjutnya diadakan seminar yang dibawakan para mahasiswa. Makalah yang dibawakan dievaluasi oleh para dosen. Seminar ini juga sebagai bentuk pertanggungjawaban kegiatan. “Dari seminar yang diadakan, menjadi jelas hasil yang didapat melalui studi banding dan dapat dipertanggungjawabkan,” imbuh Suanda.

Tak hanya sampai di situ. Kegiatan studi banding ini juga diisi dengan kegiatan yang berkaitan dengan kehidupan spiritual mahasiswa. Para mahasiswa diajak bersembahyang ke Pura Gunung Salak yang berada di Jawa

Barat. Selain bersembahyang, para mahasiswa ini diharapkan bisa melihat bagaimana umat Hindu di luar Bali menjalani kehidupan mereka. “Dengan melihat kehidupan umat Hindu yang ada di luar Bali, mahasiswa tak akan lagi merasa sebagai yang paling baik dan tahu kalau umat Hindu bukan hanya ada di Bali, tetapi juga di luar Bali,” terangnya.

Cinta Tanah AirArthanegara mengatakan,

semangat kebangsaan dan rasa cinta Tanah Air bisa ditumbuhkan melalui hal-hal sederhana seperti kegiatan studi banding tersebut.

“Para mahasiswa diberikan kesempatan untuk melihat keindahan alam serta kekayaan budaya yang ada di luar Bali. Dengan ini mereka akan tahu kekayaan yang dimiliki Indonesia. Dengan melihat kekayaan yang ada di daerah lain, mereka juga tak akan berpikir sempit dan menganggap bahwa apa yang ada di Bali sebagai yang terbaik,” ujarnya.(ayu)

MENGAJAK MAHASISWA LEBIH KONTEKSTUAL

Page 9: E TABLOID EDISI 1 2012

Galang Kangin 9

Edisi 01/TAHUN II/JANUARI 2012

Cermin

Pihak travel cukup mengerti dan bisa memahami kondisi yang ada. Fleksibilitas itu membuat para peserta bisa melakukan perjalanan dengan nyaman tanpa harus dikejar-kejar. Dampaknya tentu bukan hanya pada kenyamanan peserta, tetapi juga hasil optimal yang bisa didapat para peserta.

“Fleksibilitas yang diberikan pihak travel membuat kami merasa sangat nyaman. Karena tidak dikejar-kejar waktu, para peserta bisa fokus dalam mengikuti semua kegiatan. Dengan demikian mereka mendapatkan hasil yang optimal. Fleksibilitas memang menjadi bagian dari konsensus yang memang telah disepakati sebelum keberangkatan,” ujarnya.

Dari sisi pelayanan, meski ada beberapa bagian yang harus ditingkatkan, ia merasa cukup puas dengan pelayanan yang diberikan. Bahkan saat ada peserta yang sakit, pihak travel juga menanganinya. “Memang tidak mudah menangani 200 orang lebih, tetapi pelayanan yang diberikan cukup memuaskan. Dari sisi pembiayaan juga cukup rasional dan sesuai dengan kualitas pelayanan,” puji Arthanegara.

Pendapat serupa disampaikan dekan FPMIPA IKIP PGRI Bali, Drs. I Wayan Suanda, SP, MSi. Antara

harga yang dibayarkan sesuai dengan pelayanan yang diberikan. Bahkan jika dibandingkan dengan travel yang menangani studi banding tahun-tahun sebelumnya, ia merasa ada peningkatan kualitas pelayanan. Bahkan saat jumlah peserta melebihi prediksi awal, travel tetap bisa memberikan pelayanan yang memuaskan.

“Awalnya kami memprediksi peserta yang ikut studi banding hanya

5-7 Desember lalu, Fakultas MIPA FKIP PGRI Bali telah melaksanakan kegiatan studi banding ke Jakarta, Bogor dan Bandung. Acara yang memang rutin digelar setiap tahun ini diharapkan mampu memberikan peningkatan terhadap kualitas mahasiswa yang saat lulus nanti akan menjadi pengajar. Tentu kesan yang tersimpan dalam ingatan peserta tak hanya tentang objek yang dikunjungi, pelayanan dari biro perjalanan (travel) yang menangani perjalanan tersebut menjadi sesuatu yang tak terpisahkan.

Dalam acara studi banding kali ini, IKIP PGRI mempercayakannya pada Khama Bali Travel. Meski hanya perjalanan selama 3 hari, tentu banyak kesan yang didapat selama perjalanan. Ketua Yayasan Pembina Lembaga Pendidikan Perguruan Tinggi IKIP PGRI Bali, Drs. I Gusti Bagus Arthanegara , SH, MH, MPd., menceritakan meski studi banding kali ini ditangani oleh sebuah travel yang tergolong baru, akan tetapi ia merasa cukup puas dengan pelayanan yang diberikan.

Fleksibilitas menjadi kesan tersendiri bagi Arthanegara. Jika biasanya travel sangat “saklek”dengan schedule yang ditetapkan, ternyata ini tidak terjadi bersama Khama Bali.

80%, ternyata 100% peserta ikut dalam kegiatan kali ini. Dari sekian kali studi banding penanganan kali ini termasuk yang terbaik. Bahkan meskipun jumlah peserta melebihi prediksi, ternyata hal ini tak menurunkan pelayanan yang diberikan,” ujarnya.

Suanda juga mengaku merasa nyaman bekerja sama dengan Khama Bali Travel, jika sebelumnya dalam setiap acara studi banding mereka selalu dikejar-kejar untuk menepati waktu yang telah dijadwalkan, kali ini tak terjadi. Pihak travel bisa memahami jika ternyata peserta berada di suatu objek sedikit lebih lama dari jadwal yang telah ditetapkan.

Yang paling berkesan dari perjalanan kali ini karena semua tiket masuk juga telah ditanggung pihak travel. Ini berbeda dengan apa yang terjadi sebelumnya dimana seringkali hanya mahasiswa yang mendapatkan tiket masuk objek, sementara dosen harus membeli tiket jika ingin turut masuk.

“Dulu pernah ada kejadian kami semua dibagikan tiket, tetapi begitu akan masuk justru tiket yang dipegang dosen diminta, mereka bilang tiket hanya untuk mahasiswa. Kami yang dimintai tiket tentu merasa malu. Kali ini semua mendapatkan tiket. Kalau harus mengantre, itu merupakan hal yang biasa. Kami sangat memakluminya karena memang sulit menangani orang dalam jumlah banyak,” ungkapnya.

Pelayanan kesehatan juga menjadi catatan penting. Saat ada peserta yang jatuh sakit. Selain diobati dengan menggunakan obat-obatan yang memang telah disediakan di setiap bus, Khama Bali juga memiliki rujukan di tempat tujuan. Saat ada peserta sakit, mereka tidak sampai ditelantarkan dan langsung dirujuk ke pusat pelayanan kesehatan terdekat.

Hal ini juga menunjukkan pihak travel bertanggung jawab dan bisa menghormati kesepakatan yang telah dibuat di awal sebelum pelaksanaan studi banding. Bahkan sampai cenderamata dan dokumentasi berbentuk CD juga disediakan pihak travel. Dan dari 3 hari perjalanan baik Arthanegara maupun Suanda merasa puas dengan pelayanan yang diberikan. (ayu)

Khama Bali Travel

LEBIH FLEKSIBEL, LEBIH NYAMAN

Study Banding IKIP PGRI Denpasaryang menggunakan jasa Khama Bali Travel

Page 10: E TABLOID EDISI 1 2012

10 Galang Kangin

Edisi 01/TAHUN II/JANUARI 2012

Peluang Usaha

Kreativitas tak jarang menjadi sumber penopang kehidupan. Tak sedikit kreativitas ini lahir dari tangan-tangan para

wanita yang hanya seorang ibu rumah tangga. Kemampuan perempuan dalam mengolah bahan makanan hingga menjadi penganan yang enak misalnya, bisa menjadi salah satu sumber penghasilan keluarga. Telah banyak terbukti, kreativitas yang awalnya hanya sebagai pekerjaan sambilan, justru berubah menjadi sumber pendapatan utama keluarga.

Nyoman Wahyuliani salah satunya. Ibu muda ini sejak bertahun-tahun menggeluti usaha pembuatan camilan kerupuk ceker ayam, yang merupakan warisan sang ibu mertua. Meski telah dijalankan selama puluhan tahun, belum pernah sekalipun camilan dengan rasa khas dan gurih ini tak laku di pasaran. Pasar camilan produksinya tak pernah jenuh, bahkan dari hari ke hari permintaan terus meningkat.

Serbuan produk camilan lokal maupun dalam kemasan modern belakangan ini, tak pernah menggusur selera pasar akan kerupuk ceker Wahyuliani. Inilah yang menjadi alasan mengapa wanita yang satu ini tetap bertahan pada usahanya. Proses pembuatan kerupuk ceker ayam tidaklah terlampau sulit. Hanya saja, diperlukan kesabaran dan keuletan. Bahan baku pun relatif mudah didapat, dengan harga yang tak terlalu mahal.

Ibu empat anak ini menuturkan, bahan baku kerupuk ceker ayam biasanya ia dapatkan dari tempat pemotongan yang ada di sekitar Peguyangan. Bahan baku tersedia dalam jumlah yang cukup, dengan harga terjangkau. Jika dibandingkan dengan harga daging ayam, harga per kilogram ceker ayam jauh lebih murah. Di tingkat

pengecer, ceker ayam dijual di kisaran Rp 10 ribu per kilo. Harga lebih murah, tentu bisa didapatkan jika membeli secara langsung di tempat pemotongan.

“Bahan baku selalu saya dapatkan di tempat pemotongan ayam. Dalam sekali produksi saya hanya bisa mengolah 10-12 kg ceker ayam mentah. Semua proses dikerjakan di sini oleh anggota keluarga, mulai dari tahap awal sampai akhir,” ujarnya.

Proses pembuatan kerupuk ceker dimulai dari membersihkan ceker dari kotoran, kuku, dan bagian kulit yang berwarna kekuningan yang terkadang masih menempel pada ceker. Usai dicuci bersih, selanjutnya memasuki tahap perebusan. Tahap ini menjadi sangat menentukan kualitas kerupuk yang dihasilkan. Ceker harus direbus dengan tingkat kematangan yang pas. “Kalau kurang matang, susah memisahkan tulangnya. Tetapi kalau terlalu matang, ceker akan hancur,” jelasnya.

Ceker yang telah direbus kemudian diangin-anginkan untuk

mendinginkannya. Selanjutnya dilakukan pemisahan ceker

dari tulang. Tahap ini, diakui perempuan 38 tahun ini,

sebagai salah satu proses yang paling rumit dan memerlukan tenaga yang besar. “Biasanya saat mengerjakan proses ini saya dibantu oleh suami. Proses ini juga yang kerap menjadi kendala saat ada pesanan dalam jumlah besar, karena masih dikerjakan secara manual,” akunya.

Ceker ayam yang telah dibersihkan kemudian diberi bumbu berupa bawang putih, garam dan penyedap. Setelah itu dijemur. Sebelum

digoreng, ceker dicampur

dengan

tepung beras agar krupuk memiliki rasa dan tekstur yang lebih baik. Usai penggorengan, tinggal pengemasan, dan siap dipasarkan.

Dengan pengerjaan manual, kapasitas produksinya sangat terbatas. Dalam satu hari ia hanya bisa mengolah 10-12 kg ceker mentah. Inilah sebabnya ia seringkali tak bisa melayani semua pesanan. Untuk mengolah kerupuk ceker ayam biasanya memerlukan waktu sekitar 8 jam. “Ceker biasanya tak bisa langsung digoreng dihari yang sama. Ceker yang direbus hari ini biasanya baru digoreng keesokan harinya agar bumbu bisa lebih meresap,” ungkapnya.

Sebenarnya, kata Wahyuliani, ia sering disarankan oleh Koperasi Srikandi yang selama ini membantu permodalannya, untuk memberikan label pada kerupuk yang diproduksinya, namun hingga kini beloum kesampaian. Alasan ringan wanita ini karena pemasaran selama ini tak pernah menemui kendala. Ia lebih suka menjual produknya di warung atau menerima pesanan secara langsung yang tak menuntut label, dibandingkan menjualnya di supermarket. Ini dikarenakan menjual di supermarket ia tak bisa langsung mendapatkan pembayaran.

Wahyuliani menceritakan tak banyak modal yang diperlukan untuk memulai usaha pembuatan kerupuk ceker. Sekali produksi (10-12 kg ceker mentah) modal yang diperlukan sekitar Rp 120 ribu. Ini sudah termasuk bumbu penyedap. Dengan peralatan masak sederhana yang biasa digunakan di dapurnya, satu kali produksi Wahyuliani mengaku bisa mengantongi keuntungan Rp 100 ribu.

Pasar produk kerupuk ceker Wahyuliani masih terbatas di warung-warung yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Ia juga kerap menerima pesanan yang biasanya akan diambil langsung oleh konsumen ke rumahnya. Meski dijual tanpa merek, kerupuk ceker buatan Wahyuliani selalu laris manis. “Kadang saya kewalahan melayani pesanan,” ujarnya, sembari berpromosi kerupuk cekernya renyah dan cukup nikmat sebagai teman bersantap. (ayu)

BISNIS RENYAH KERUPUK CEKER

Page 11: E TABLOID EDISI 1 2012

Galang Kangin 11

Edisi 01/TAHUN II/JANUARI 2012

Itulah sepenggal pengalaman yang dialami I Dewa Made Krishna Muku, ST.,MT, dalam menerjuni usahanya. Tentu bukan tanpa dasar

ia mengungkapkan hal itu. Semua berlandaskan pengalamannya merintis berbagai usaha.

Pria 40 tahun ini, kini memiliki berbagai usaha yang ternyata dimulainya dari hal-hal yang sederhana. Ia tak hanya konsen di profesi pendidikan sebagai Direktur Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Indonesia (STIKI) dan Dosen Unud, tetapi juga mengelola restoran, usaha jasa boga, penyewaan peralatan pesta, bisnis properti dan aktif sebagai pembicara publik seminar dan inhouse training.

Awalnya, pria yang akrab disapa Made Muku ini bekerja di PT Astra Internasional di Jakarta. Merasa tidak nyaman dengan kondisi Jakarta, pada 1996 ia memutuskan berhenti dan mengikuti panggilan hatinya untuk menjadi pengajar dengan menjadi dosen di ITS. “Dari awal saya memang sangat mencintai Bali. Dengan menjadi dosen saya memiliki cukup waktu luang, yang jauh lebih berguna jika saya ada di Bali. Karena itulah pada tahun 2000 saya pindah ke Bali dan mengajar di Unud,” tuturnya.

Saat mengajar di Unud inilah ia mulai mengelola restoran keluarga. Uniknya, di situ ia bekerja sebagai

Potret

pegawai. Di saat yang hampir bersamaan, ia merintis usaha penyewaan tenda. Hanya mulai dengan dua tenda. Usahanya ini terus berkembang. Pasca peristiwa WTC 11 September, di Amerika, bisnis restorannya mengalami kelesuan. Saat itu ia mendapat ide merintis usaha catering dengan meminjam pegawai restoran yang menganggur. Dimulai dari acara keluarga ia mulai memperkenalkan cateringnya hingga akhirnya mulai dikenal masyarakat.

“Memulai bisnis dari kecil, tak ada sesuatu yang begitu saja langsung menjadi besar. Manfaatkan saja segala modal yang ada. Bisnis bisa tumbuh dari keinginan membantu orang. Yang penting bekerja dengan tulus, tambah wawasan, baca situasi, maka akan ada peluang. Sekecil apapun jika diurus akan terus tumbuh. Sebesar apapun kalau tidak dipedulikan akan surut,” tuturnya.

Menurutnya, ide-ide bisnis akan muncul jika seseorang mau membuka pikirannya, apalagi didasari keinginan membantu orang lain. Ini telah dibuktikannya sendiri. Sekitar tahun 2003, ia membantu seorang teman yang ingin mencari barang kerajinan Bali untuk dikirim ke Jepang. Karena ia bisa mencarikan barang yang bagus dengan harga yang baik, maka temannyapun mempercayakan ia untuk terus mengirimkan barang ke Jepang, jika memang ada permintaan.

Bahkan hal yang tidak menyenangkan pun bisa menjadi sebuah ide bisnis yang menjanjikan. Tahun 2006 saat kasus sedot isi tabung marak terjadi, Muku menjadi salah satu korbannya. Justru dari situ ia mendapa ide untuk menjual LPG dengan timbangan pas. Saat memulai usahanya, ia tak perlu modal banyak. Dengan kemampuannya melakukan diplomasi dengan agen, ia bisa mendapatkan pinjaman tabung. Di awal usahanya ia sendiri yang mengantar gas ke konsumen. “Untuk menumbuhkan kepercayaan konsumen, saya membawa langsung timbangan,” kenangnya.

Karena panggilan hatinya memang untuk mengajar, maka pada 2007 saat ada teman yang menawarinya untuk membuka sekolah, ia langsung menerima. Tentu bukan sebuah keberuntungan hal ini bisa terjadi. Selain menjaga hubungan baik dengan teman, kabar baiknya ia telah memiliki persiapan berupa tabungan. Muku membagi rahasianya, bahwa menabung menjadi salah satu penyebab ia bisa berada dalam kondisi saat ini. “Kita harus hidup sederhana dan rajin menabung, agar jika ada peluang yang datang bisa kita tangkap,” ujar ayah tiga anak ini.

Ia percaya, jika memang seseorang memang mau berusaha, akan selalu ada jalan keluar dari setiap kesulitan. Muku mengisahkan masa-masa kritis di kehidupannya ketika ia menjadi yatim piatu, karena ayahnya meninggal saat ia masih duduk di bangku SMP dan ibunya menyusul saat ia duduk di SMA. “Awalnya saya tak ingin kuliah, karena ketiadaan biaya. Saya iseng mengikuti test di ITS Surabaya, eh ternyata lulus. Berbagai cara pun saya lakukan agar bisa kuliah,” kenang Muku yang awal kuliahnya dibantu saudara-saudaranya. Selanjutnya ia pun beberapa kali mendapat beasiswa dan memberi les sambil kuliah. “Tak ada yang bisa menghalangi orang yang mau maju.”

Suami dari Desak Made Lila Damayanti ini membagi tips bagi mereka yang ingin memulai sebuah usaha. Pertama, harus yakin dengan kemampuan untuk menjalankan usaha. Keyakinan ini akan terlihat melalui body language, keraguan pada diri tentu akan membuat orang lain juga ragu. Kedua, jika menghadapi masalah, jangan selalu menjadikan uang sebagai solusi. Teman, semangat bekerja, dan wawasan, jauh lebih penting. (ayu)

Iklan Rupa-rupa

Memulai sebuah usaha tak mesti dengan modal uang yang banyak. Yang terpenting, usaha yang digeluti sesuai dengan panggilan hati. Meski uang

merupakan sesuatu yang penting untuk memulai bisnis, tetapi uang bukanlah faktor yang paling menentukan. Sebuah bisnis bisa dibangun dan dibesarkan

dengan modal yang kecil, bahkan tanpa modal sekalipun.

BISNIS, PANGGILAN HATI

BUKAN hal yang mustahil membuat usaha tanpa didukung modal uang yang besar. Hanya saja seseorang harus bekerja ekstra untuk menutupi kekurangan ini. Seringali seseorang gagal saat berbisnis, karena mereka tak bisa menanggalkan gengsi. Gengsi akan membuat seseorang kikuk bekerja dan sulit berkembang.

“Kalau modal uangnya kecil ya gengsinya harus dihilangkan, tingkatkan semangat kerja keras. Selanjutnya jaga hubungan baik dengan teman, tambah wawasan agar bisa menangkap peluang yang ada. Satu hal lagi yang penting yakni kemampuan untuk mengalah. Tentu jadi masalah kalau modal uangnya kecil, gengsian, hubungan dengan teman buruk, selalu ingin menang sendiri,” kata Muku.

Dalam berbisnis, tambahnya, tak boleh hanya untuk menghasilkan uang, terlebih dalam waktu cepat. Bisnis harus sesuai dengan panggilan hati, sehingga menyenangkan untuk dikerjakan dan bisa bertahan dalam jangka waktu yang lama, bukan pengusaha musiman. Bergaul dan kesenangan untuk membantu bisa menjadi ide bisnis, jika memang dikembangkan secara kreatif. Setelah itu seseorang harus sabar menunggu hasil.

“Bisnis itu pilihan hati, bahkan bisa dimulai tanpa modal uang. Caranya, bisa bekerja dulu pada orang, pelajari ilmunya, tetapi juga harus kreatif. Selanjutnya hilangkan ketakutan untuk gagal. Jika takut malu, maka jangan gembar-gemborkan usaha Anda. Sekalipun harus melakukan marketing, kerjakan dengan elegan. Jika gagal, tak ada orang yang mencemooh, justru malah orang kasihan.

“Bersabarlah menunggu hasil kerja. Jangan terburu-buru ingin memetik hasil. Kesabaran menjadi fondasi penting dalam berbisnis. Untuk sukses, seseorang harus mampu memanajemen diri sendiri, memanajemen waktu, uang dan jiwa mengalah,” kesannya. (ayu)

HILANGKAN GENGSI

Page 12: E TABLOID EDISI 1 2012

12 Galang Kangin

Edisi 01/TAHUN II/JANUARI 2012

Agrobis

Padahal dalam pertanian mereka harus menekan biaya. Karena itu starter bisa diganti dengan menggunakan bahan-bahan yang bisa dengan mudah dan murah

didapatkan,” ujarnya.

Pembuatan MOL, kata Listiawati, tidaklah sulit. Bahan-bahan yang digunakan relatif mudah didapat. MOL bisa dibuat dengan menggunakan bahan mulai dari pepaya yang telah mulai membusuk dan ditumbuhi jamur, daun bambu, maupun daun jambu biji yang telah jatuh. MOL ini bisa diaplikasikan langsung pada tumbuhan atau digunakan untuk mempercepat proses pembuatan kompos yang menggunakan kotoran ternak.

Jika akan menggunakan pepaya yang mulai membusuk, petani cukup menambahkannya dengan gula merah dan air kelapa. “Pepaya yang mulai membusuk akan tumbuh jamur yang berwarna putih, jamur inilah yang dikembangbiakkan. Caranya dengan memberikan makanan berupa gula merah yang dicampur dengan air kelapa,” kata Listiawati.

1 kg pepaya yang mulai membusuk dihancurkan dengan cara diremas-remas. Selanjutnya 800 gram gula merah dilarutkan kedalam 2 liter air kelapa, jika telah larut maka pepaya dimasukkan ke dalam larutan tersebut. Campuran yang telah jadi selanjutnya disimpan ke dalam wadah yang memiliki penutup.

Agar mikroorganisme tidak mati, maka larutan ini harus disimpan pada tempat yang sejuk dan terhindar dari sinar matahari langsung. Setelah dua hari, campuran ini

diperiksa untuk memastikan keberhasilan

pembuatan MOL.

Jika

mikroba hidup maka

akan timbul gas dan juga gelembung. Gas

harus secara rutin dikeluarkan dengan cara membuka penutup wadah. Selanjutnya MOL bisa digunakan setelah 2 minggu penyimpanan. Jika mikrobanya belum terlalu banyak, 1 bagian MOL bisa dicampurkan dengan 5 bagian air dan langsung disemprotkan pada tanaman. Tetapi jika jumlah bakteri sudah banyak, 1 bagian MOL bisa dicampurkan dengan 10 bagian air.

Selain papaya, MOL juga bisa dibuat dengan memanfaatkan daun bambu atau daun jambu biji yang telah jatuh dan mulai membusuk. Biasanya pada daun bambu maupun jambu biji ini akan terdapat jamur yang berwarna putih, inilah yang dibiakkan. Daun jambu biji atau bambu diaduk dengan campuran nasi basi, selanjutnya dicampurkan kedalam larutan gula merah dan air.

“Setelah dicampur, pengerjaannya sama dengan MOL pepaya, dan setelah dua minggu bisa langsung dipakai,” ungkapnya.

Hanya saja petani perlu memperhatikan air yang digunakan sebagai campuran MOL. Air yang digunakan haruslah air sumur atau yang didapat secara langsung dari sumber mata air. Penggunaan air PAM yang mengandung

Sebagai sebuah kesadaran baru, trend ini tak serta merta dengan mudah diterima semua

kalangan. Tak mudah mengajak dan membuat para petani yang telah lama dimudahkan dengan penggunaan berbagai produk anorganik dalam kegiatan bertaninya, untuk

beralih pada bahan-bahan organik. Bukan tanpa alasan memang, para petani enggan beralih pada pertanian organik. Pertanian konvensional selama ini telah memberikan mereka kenyamanan. Ada alasan lain, jika tak dilakukan dengan benar, peralihan dari sistem pertanian konvensional ke pertanian organik berdampak pada penurunan kuantitas produksi.

Terutama terkait pupuk yang memegang peranan penting dalam pertanian. Ajakan menggunakan pupuk organik ternyata sulit untuk diaplikasikan. Padahal pupuk organik bisa dibuat sendiri oleh para petani dengan menggunakan bahan-bahan yang relatif mudah didapatkan dan bahkan bisa dibuat dengan bahan yang sebelumnya dianggap sebagai limbah.

MOL adalah salah satu bahan yang diperlukan untuk membuat pupuk organik, yang dengan mudah bisa ditemukan di sekitar petani. MOL inilah yang nantinya akan berfungsi sebagai starter dalam pembuatan pupuk. Okter hewan Ni Wayan Listiawati Palgunadi menjelaskan, MOL merupakan mikroorganisme lokal yang berperan dalam pembuatan pupuk.

“Selama ini, jika petani membuat pupuk sendiri, menggunakan EM atau RB. Untuk mendapatkannya petani harus membeli.

kaporit akan menggagalkan pembuatan MOL karena kaporit akan mematikan bakteri yang telah dibiakkan. Penggunaan air sungai juga tidak disarankan, karena air sungai belum tentu terbebas dari pestisida ataupun bahan pencemar lainnya.

Di samping diaplikasikan secara langsung pada tanaman, MOL juga bisa digunakan untuk mempercepat proses pembuatan kompos. Caranya dengan menyemprotkan MOL pada kotoran yang akan dijadikan pupuk. Hanya saja

kotoran harus dibalik secara teratur. Ini dilakukan karena kotoran akan mengeluarkan gas dan panas yang jika tak dikeluarkan, dapat membunuh bakteri yang telah dibiakkan sebelumnya. Di sinilah sedikit kelemahannya, pupuk yang dibuat tidak bisa langsung digunakan. Terkadang petani harus menunggu 1-2 minggu sebelum pupuk yang dibuat bisa ditebarkan di tanah sekitar tanaman.(ayu)

DI samping pupuk, petani juga bisa membuat obat untuk hewan peliharaannya, dengan memanfaatkan bahan yang tersedia di alam. Biji pepaya misalnya. Jika pepaya yang telah membusuk bisa dijadikan bahan pembuatan MOL, maka bijinya bisa digunakan sebagai obat bagi ternak mulai dari sapi, babi, hingga ayam. Tak hanya efektif, obat yang dibuat juga murah dan aman bagi ternak.

Cara pembuatannya cukup mudah. Langkah pertama, biji pepaya dikeringkan. Setelah kering biji pepaya lalu digerus sampai halus. Untuk satu ekor sapi cukup diberikan satu sendok makan. Bubuk biji pepaya ini kemudian dicampur dengan air yang akan diberikan kepada ternak. Dalam beberapa hari cacing akan keluar, bahkan telur cacingpun akan ikut mati. (ayu)

TREND ORGANIK

SEHAT, MURAH, MANFAATKAN LIMBAHKembali ke sistem pertanian organik, seakan menjadi trend belakangan ini.

Kondisi ini muncul seiring tumbuhnya kesadaran akan bahaya yang ditimbulkan oleh berbagai zat anorganik terhadap tubuh manusia. Trend ini juga merupakan dampak

kekhawatiran manusia terhadap kerusakan alam akibat penggunaan berbagai produk anorganik.

OBAT CACING TERNAK

Page 13: E TABLOID EDISI 1 2012

Galang Kangin 13

Edisi 01/TAHUN II/JANUARI 2012

Keberhasilan penerapan program Yarnen di beberapa subak di Denpasar dengan perlakuan pupuk organik Agrodyke pada

tanaman padi, tanpa penggunaan pupuk anorganik seperti Urea, telah menarik minat para petani untuk menjadi bagian dari program tersebut.

“Menurut hasil ubinan pada pertengahan November 2011, padi yang digarap dengan pupuk Agrodyke oleh Jro Mangku Madri diperoleh hasil 7 ton per hektar. Perlakuan tersebut tanpa memakai pupuk dasar seperti Urea, KCL, maupun Ponska. Pada saat pengolahan lahan sudah diberikan pupuk dasar kotoran sapi,” jelas Wayan Cita,SP., Kepala Bidang Pengkajian Teknologi Pertanian dan Hortikultura, Dinas Pertanian dan Hortikultura Kota Denpasar.

Hasil panen dengan perlakuan pupuk dasar, dan dilengkapi pupuk Agrodyke kata Wayan Cita, diperoleh hasil 12 ton per hektar. Dihitung dari segi biaya produksi, ternyata perlakuan dengan pupuk Agrodyke saja, lebih murah satu setengah juta rupiah. “Nah, apakah dengan perlakuan seperti itu di wilayah Denpasar Utara dan Timur akan mendapatkan hasil yang sama? Untuk membuktikannya, kami dari pihak Dinas Pertanian dan Hortikultura Denpasar mengajak Koperasi Kharisma Madani selaku penggagas program sekaligus supplier pupuk Agrodyke, untuk menerapkannya di beberapa subak di

wilayah kami,” terangnya.Akhir pelaksanaan sekolah lapang

di Subak Pagutan, terungkap beberapa hal yang terkait dengan perlakuan pupuk Agrodyke dan bio urine plus. “Secara umum terjadi peningkatan hasil produksi, yang biasanya diperoleh 7 ton per hektar, kini 9 ton,” terang AA Wirawan, Pekaseh Subak Pagutan, Denpasar Barat.

Di Subak Pagutan, sangat jarang petani menjual hasil panennya. Umumnya hasil panen disimpan untuk konsumsi rumah tangga sendiri. Dengan demikian apa yang menjadi tujuan koperasi untuk saat ini belum bisa dipenuhi.

Mulai MenggeliatAktivitas petani di wilayah Denpasar

Timur kini mulai menggeliat menyusul selesainya perbaikan bendungan yang mengairi sawah-sawah di kawasan itu, yang hampir empat bulan dikerjakan. Beberapa subak di wilayah Denpasar Timur yang akan ikut program Yarnen Bali Madani -- Subak Pemanis, Paang, Taman, Saba -- dengan luasan sekitar 17

hektar kini sudah mulai memperlihatkan aktivitas. “Luasan tersebut akan terus bertambah, mengingat sebagian besar telah selesai panen,” ungkap Nyoman Gedoran, Pekaseh yang mengendalikan keempat subak di kawasan itu.

Kata Gedoran, para petani tertarik mengikuti program ini setelah mendengar hasil yang dicapai para petani Subak Margaya dengan efisiensi biaya produksi. Selain itu, pupuk Agrodyke dikatakan mampu memperbaiki struktur tanah, menetralisir pH tanah, serta mengurangi residu yang bersifat racun. “Pada musim tanam Desember 2011 – Maret 2012 ini kami coba ikut program Yarnen dengan memakai tekonologi pupuk Agrodyke ini,” katanya.

Sementara di wilayah Denpasar Utara, Subak Umalayu menyatakan akan mencoba mengikuti program arnen ini dengan luasan yang direncanakan 20 hektar. “Saat ini petani kami sedang menunggu traktor untuk mengolah lahan,” jelas Made Suarta, Pekaseh yang membawahi Subak Umalayu dan

Agrobis

Anggabaya, saat sosialisasi di subak itu, Kamis 22 Desember 2011.

Dalam diskusi bertempat di Balai Banjar Anggabaya, juga dibahas perihal penanganan pasca panen yang akan dikerjasamakan dengan perusahaan penggilingan setempat. Lebih diutamakan agar kelompok tani yang sudah ada, mau mengambil pekerjaan tersebut. Sebab, selain akan menambah kas kelompok, yang paling penting menghidupkan kembali sekehe manyi yang pernah ada. Pihak koperasi sebagai penyelenggara program akan membeli berasnya. Demikian penjelasan Wayan Cita kepada krama petani Subak Umalayu.

Sedangkan Gebrakan di Subak Renon, Densel, yang diprakarsai oleh pengurus baru, membawa angin segar kepada pengurus subak yang ada di wilayah Denpasar Selatan. Di antaranya Subak Intaran Kangin yang dikomandani Ketut Subamia. Setelah panen di Subak Sanur, mereka, kata Wayan Cita akan segera menghubungi pihak koperasi.

Seiring waktu berjalan, banyak hikmah yang didapat dalam mengawal program Yarnen Bali Madani. “Ke depan, pihak koperasi akan membagi pekerjaan dari hulu ke hilir yang selama ini telah dilaksanakan. Kami ingin memberdayakan kelompok tani dengan lebih baik lagi sehingga meningkatkan potensi ekonomi setempat,” tandas Putu Sumedana Wahyu, Ketua Koperasi Kharisma Madani. (cuk)

Efisiensi Biaya dan Peningkatan Hasil

ACUAN SUBAK IKUTI YARNEN BALI MADANIProgram Yarnen (bayar panen) Bali Madani telah berjalan dengan baik di Subak Margaya, Denpasar Barat dan di Subak Renon, Denpasar Selatan. Program yang dirintis Unit Agro Kharisma Farm dari Koperasi Kharisma Madani Denpasar ini, merambah ke wilayah kerja Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Denpasar Timur,

sebagian Denpasar Selatan dan Denpasar Utara. Pelaksanaan kegiatan ini terpacu dari hasil panen dari program yang telah dilaksanakan oleh peserta sekolah

lapang khususnya di Subak Margaya dan Pagutan, Denpasar Barat yang telah berakhir awal Desember 2011.

Page 14: E TABLOID EDISI 1 2012

14 Galang Kangin

Edisi 01/TAHUN II/JANUARI 2012

Opini

Mengelola usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), meski banyak modal, bisa kandas di tengah jalan, tanpa

dilengkapi pengelolaan manajemen usaha maupun manajemen keuangan yang baik dan benar.

Bagi pelaku UMKM, terkadang manejeman usaha maupun manejemen keuangan dianggap sebuah konsep yang terlalu muluk, padahal tidak demikian adanya. Tak sedikit pelaku UMKM yang sejatinya memiliki prospek dan potensi bagus, akhirnya kandas di tengah jalan akibat salah kelola manajemen usaha/manejemen keuangan dari pemilik usaha.

Pentingnya manajemen usaha itu diungkapkan praktisi UMKM Drs. I Nyoman Mandia, M.Si. yang juga salah seorang pengurus koperasi di Denpasar.

Menurut dia, sangat penting bagi pelaku koperasi untuk mencermati dan memberi pendidikan dan pelatihan manajemen usaha maupun keuangan kepada para anggota koperasi dan masyarakat pelaku UMKM.

Kenapa demikian, manajemen usaha merupakan perpaduan seni dan keterampilan mengelola usaha yang mutlak diperlukan.Tak hanya manejemen usaha berlandaskan teori semata, tetapi diperlukan pendekatan dan perlakuan lain yang bersifat holistic, mengingat arti dari kata manejemen terdiri dari sejumlah definisi.

Manejemen dalam bahasa Perancis kuno memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur, menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Ini berarti seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan.

Bahkan, manejemen merupakan sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasikan dan pengontrol sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efisien. Efektif berarti tujuan dapat dicapai sesuai perencanaan dan efisien berarti tugas yang dilaksanakan secara benar, terorganisir sesuai jadwal telah ditentukan.

Keterampilan manajemen bagi seorang manejer perusahaan, sayogyanya mampu merujuk pada kemampuan manajer itu sendiri untuk menggunakan waktu secara bijaksana, sehingga dapat mengitung waktu jangan sampai

terbuang. Mengapa demikian, karena maktu seriap menit terbuang akan sangat merugikan perusahaan, produktivitas berkurang.

Seorang manajer mesti mampu mengimplementasikan alternatif yang telah dipilih, mengawasi dan mengevaluasi agar usaha tetap berada di jalur yang baik dan benar. Pelaku UMKM memiliki fungsi ganda, berhadapan langsung pada semua hal yang berkaitan dengan usaha, produksi, SDM, pemasaran dan pengembangan usaha.

Sebagai pelaku UMKM, wajib memiliki keahlian dan keterampilan dalam mengorganisasikan SDM untuk menciptakan nilai tambah, memiliki tolok ukur bersifat kuantitatif-finansial dalam menilai suatu kinerja.

Berangkat dari latar belakang ini, patut diyakini kualitas profesionalisme baik sebagai manajer perusahaan dan pelaku UMKM akan menjadi semakin kokoh dan terpelihara, jika pada diri masing-masing dalam gerakan UMKM sudah melekat dan memang sudah dibawa sejak kelahiran maupun yang diperoleh atau diciptakan melalui transfer of knowledge.

Dengan demikian, manajemen usaha dan menajemen keuangan merupakan salah satu kunci sukses dalam mengembangkan bisnis yang baik dan benar, sehingga setiap kegiatan usaha hendaknya selalu menggunakan cara berpikir ilmiah, praktis sesuai prinsip-prinsip manajemen dengan dukungan SDM berkualitas. (sdr)

T :Usaha kami bergerak di bidang jasa,yakni jasa penyewaan tenda dan kursi. Kami melihat banyak usaha yang sama bermunculan saat ini. Bagaimana cara kami supaya usaha kami tetap eksis walaupun banyak pesaing ?

Wayan LiangBr. Biaung, Kesiman, Denpasar

J :Setiap usaha pasti ada pesaing. Tinggal sekarang bagaimana strategi kita agar usaha kita tetap bisa berkembang di tengah persaingan itu. Langkah-langkah

yang dapat bapak lakukan adalah bekerjasama dengan event organizer, membuat kartu nama dan brosur yang kemudian disebar. Berikan pelayanan yang maksimal, serta harga yang bersaing dengan harga yang ditawarkan pesaing bapak.

T :Kami salah satu kelompok wanita yang mempunyai usaha di bidang peternakan. Saat ini kami mempunyai masalah di bidang pemasaran. Bisakah diberikan solusi atas permasalahan yang kami hadapi?

Ni Wayan Ariani

Ds. Kebon Kangin, Bangli

J :Beberapa cara bisa saudari lakukan agar usaha dapat berkembang yaitu :

- meningkatkan kualitas ternak yang dihasilkan- mencari partner distribusi ternak- memberikan harga yang bersaing

Kirimkan pertanyaan Anda melalui email ke : [email protected] KLINIK KUKM BALI

TANPA MANAJEMEN,UMKM KANDAS

Page 15: E TABLOID EDISI 1 2012

Galang Kangin 15

Edisi 01/TAHUN II/JANUARI 2012

Bale Bengong

Ketika ada perdebatan dalam sebuah diskusi, sering terjadi saling serang dengan kata-kata. Masing-masing kekeh dengan lontaran pendapat

dan argumentasinya. Peserta diskusi tak ada yang mau mengalah. Keadaan seperti itu seringkali membuat emosi tidak terkendali, sehingga potensial terjadi pertengkaran. Agar perdebatan tidak berkepanjangan, perlu penguasaan aturan dasar dalam menyampaikan ide dengan baik dan sopan. 1. Jadilah Pendengar yang Baik Biasanya, kalau dua orang sedang

berdebat, mereka akan berlomba berbicara, dan bahkan saling memotong pembicaraan. Ini hanya akan menguras energi. Sebaiknya dengarkan argumentasi lawan bicara sampai tuntas. Dengarkan dengan sabar kalimat demi kalimat yang dilontarkan oleh lawan bicara. Jangan cepat mengambil kesimpulan sebelum lawan menyelesaikan

kalimatnya.2. Gunakan Kata-kata yang Simpati Gunakan kata-kata

yang bernada simpatik untuk mendebat pendapat lawan bicara. Jangan memulai dengan kalimat, “Soalnya Anda salah, karena….” Akan terdengar enak di telinga peserta diskusi, jika mulai dengan kalimat, “Saya memahami cara berpikir Anda, namun apakah tidak sebaiknya…”

3. Aturlah Nada Suara

Saat melontarkan pendapat (berbicara), aturlah nada suara agar tetap terdengar lembut. Apabila lawan bicara mulai jengkel, usahakan tetap tenang. Apabila lawan bicara meninggikan nada suaranya, jangan terpancing dan tenggelam dalam emosi yang berlebihan. Tetaplah proaktif dan bicaralah dengan tenang. Ini akan membuat nada suara lawan bicara ikut merendah. Apabila lawan bicara tidak dapat berbicara secara rasional, katakan bahwa kita akan mendiskusikannya lain waktu dalam suasana yang lebih kondusif.

Dengan berkembangnya teknologi, dunia yang tak terhingga menjadi sangat terjangkau. Antar benua dapat langsung terhubung hanya dalam hitungan detik. Perbedaan waktu dan jarak bukan lagi masalah.

Setiap saat komunikasi dapat dilakukan. Tidak hanya mendengar suara, tetapi juga melihat wajah, seolah-olah tak ada jarak yang terentang. Dunia global sungguh sangat menjanjikan. Semua dapat diglobalisasi. Apa yang terjadi di Amerika, saat itu juga dapat disaksikan di Indonesia. Begitu juga dengan belahan dunia lainnya. Perdagangan pun menjadi begitu terbuka. Apa yang ada di dunia Timur dapat segera berpindah ke dunia Barat hanya dengan sekali ’klik’ dan transaksi pun berlangsung. “Betapa hebatnya teknologi..ckckckck…”, Pekak Putu berdecak kagum, “dan betapa kecilnya dunia saat ini.”

Pasar global bisa jadi ladang emas bagi para pengusaha yang ingin meluaskan pemasaran produknya. Pekak Putu jadi mulai mereka-reka, “Kalau demikian bebasnya pasar dunia sekarang, tentu tidak menutup kemungkinan UKM pun bisa ikut bersaing di dalamnya.”

“Nyoman, menurutmu apa bisa UKM kita masuk ke pasar global?” tanya Pekak Putu kepada Bli Nyoman Coblong yang sedang asyik menonton siaran langsung Liga Premier. Bli Nyoman Coblong menoleh dengan wajah heran. “Kenapa tiba-tiba Pekak bertanya begitu? Tentu saja bisa, Pekak. Ini yang sedang saya tonton apa bukan produk pasar global?”Bli Nyoman malah balik bertanya pada Pekak Putu.

“Ya, bisanya sih pasti bisa, tapi namanya persaingan internasional kan tidak semudah menekan remote televisimu itu.” Pekak Putu menggeser duduknya ke sebelah Bli Nyoman. “Maksudku, apa saja yang perlu dipikirkan agar UKM kita yang modalnya pas-pasan bisa sukses berkiprah di pasar global.”

“Waduh…kalau mau cari tahu, ya kita harus pakai produk pasar global juga nih sepertinya, Pekak,” kata Bli Nyoman nyengir sambil menekan tombol off televisinya dan segera membuka www.gogle.com.

“Nah, menurut beberapa pakar ekonomi makro, begini ini Pekak, cara utama untuk memasuki pasar asing,” kata Bli Nyoman dan memperlihatkan hasil penjelajahannya di dunia maya. Yang pertama adalah ekspor tidak langsung dan ekspor langsung. Kelebihan ekspor tidak langsung, adalah investasi lebih kecil : perusahaan tidak harus membentuk departemen ekspor, tenaga penjualan luar negeri, atau sejumlah kontak internasional, risiko lebih kecil, karena perantara pemasaran internasional membawa pengetahuan dan layanan pada hubungan tersebut, penjual akan lebih sedikit membuat kesalahan. Yang kedua adalah melisensikan produk. Cara ini relatif sederhana untuk terlibat dalam pemasaran internasional. Yang ketiga, dapat dilakukan joint venture; usaha patungan atau bekerja sama untuk memasuki pasar asing.

“Wah, kalau langkah-langkah teoritis besar seperti itu, ya lebih layak untuk pemikiran perusahaan nasional, Nyoman,” kata Pekak bersungut-sungut. “Ini UKM…UKM !!!”

“Sabar, Pekak. Ini kan baru teori para pakar. Implementasinya tergantung kreativitas masing-masing UKM.” Bli Nyoman menenangkan Pekak Putu yang mulai meninggi. “Kalau menurut saya, kreativitas dan inovasi menjadi kekuatan Indonesia dalam menghasilkan produk-produk dengan merek sendiri untuk pasar global. Yang penting, kita tahu negara mana yang jadi tujuan ekspansi pemasaran kita, dan kita pelajari budaya serta kebijakan ekonomi setempat.”

“Terus menurut kamu, ekspor barang ke luar negeri itu gak pakai duit?” Pekak Putu masih dalam temperamen tinggi. “Ya tahu, Pekak. Itu kan tugas pemerintah juga untuk ikut memikirkannya. Masak cuma bisa ngasi modal aja. Ekspansi pun harus dipikirkan, kalau ingin ekonomi mikro dan ekonomi makro berkembang dengan sama baiknya. Lagipula dengan semakin banyaknya produk bangsa yang beredar di manca negara, itu berarti eksistensi bangsa ini semakin diakui.” Pekak Putu manggut-manggut mendengar argumentasi Bli Nyoman Coblong.

“Jadi sebenarnya peluang UKM itu besar juga ya, kalau ingin masuk pasar global. Apalagi untuk UKM di Bali yang kebanyakan produknya adalah hasil karya seni dan homemade.” Pekak Putu tersenyum lega. ”Aku jadi ikut optimis UKM kita bisa berkembang, asalkan pemerintah tetap ikut aktif, dan tidak hanya sekali lempar umpan.”

Bli Nyoman Coblong ikut tersenyum lega melihat Pekak Putu sudah kembali pada suhu normal. ”Jadi sekarang kalau ada yang menanyakan apakah UKM bisa ikut berkiprah di pasar global? Jawabannya cuma satu ya, Pekak : Kenapa tidak?”

Potensi

4. Memaafkan dan Melupakan Ketika perbedaan pendapat muncul,

hindari mengungkit-ungkit kesalahan masa lalu lawan bicara. Yang kita hadapi adalah persoalan hari ini, bukan persoalan kemarin. Jangan menjadi orang yang suka mengorek kesalahan masa lalu. Fokuslah untuk mengatasi masalah yang sedang terjadi.

5. Jangan Libatkan Kepentingan Pribadi Pandanglah masalah secara obyektif

dan jangan melibatkan kepentingan pribadi. “Apa maksud Anda? Kata-kata Anda melukai perasaan saya!” Komentar-komentar seperti ini sering terdengar dalam situasi diskusi yang memanas. Ingat, hanya karena seseorang tidak menyukai pendapat Anda, bukan berarti dia tidak menyukai Anda. Anda dan pendapat Anda adalah dua hal yang berbeda.

6. Lengkapi Ide dengan Data yang Akurat Lengkapi argumentasi yang dilontarkan

dengan bukti atau data yang akurat. Berdebat tanpa bukti atau data yang kuat, hanya akan mempermalukan diri sendiri. Siapkan amunisi berupa data penunjang yang mendukung argumentasi, sebelum melakukan diskusi.

7. Instrospeksi Jangan bersikukuh pada pendapat

sendiri. Pandanglah suatu peristiwa dari berbagai sisi. Cobalah membuka diri, jangan egois. Introspeksi diri, barangkali memang ada yang kurang dari data atau informasi yang kita sampaikan.

8.Menghargai Pendapat Meski yakin bahwa kita benar dan

orang lain salah, tidak ada jeleknya meminta maaf jika perkataan kita menyinggung hatinya. Permintaan maaf yang kita sampaikan akan menurunkan ego lawan dan membuatnya tahu bahwa ia sangat berarti bagi kita. Mungkin saja kita tidak sependapat dengannya, tapi paling tidak kita menghargainya.

8. Hadapi dengan Kepala Dingin Seburuk apapun ucapan lawan bicara,

tanggapi dengan kepala dingin. Kunci utama memenangkan argumentasi adalah tetap tenang walau lawan bicara menyerang habis-habisan. Pikirkan hal-hal yang baik ketika perdebatan sudah memuncak. Wajah kita akan terlihat selalu tenang dan ini akan membuat lawan bicara kalah wibawa.

9. Junjung Sportivitas Ketika dalam suatu rapat, pendapat

yang kita lontarkan dikalahkan oleh suara terbanyak, maka terimalah dengan lapang dada. Kita boleh menganggap pendapat kita benar, tapi ketika rapat sudah memutuskan, kita harus menerima dan menjalankannya

dengan baik. Hindari membawa perdebatan di dalam rapat

ke luar ruangan. 10. Kondisi Fit

Terakhir, janganlah pernah

mendiskusikan masalah penting

ketika kita dalam keadaan lelah. Pasalnya, ketika lelah, kita akan menanggapi sesuatu dengan

sikap yang terdistorsi (bias). Jika lawan bicara

juga sudah lelah, tundalah diskusi

sampai kondisi membaik.

Oleh : Geg Aniek

LK Budi Martini, SE.MMDosen Fakultas Ekonomi

Universitas Mahasaraswati Denpasar dan juga seorang

Instruktur Kepribadian, Service Excellent, Komunikasi serta Etika dan Kepribadian

UKM GO GLOBAL, MENGAPA TIDAK?

BIJAK MELONTARKAN PENDAPAT

Page 16: E TABLOID EDISI 1 2012

16 Galang Kangin

Edisi 01/TAHUN II/JANUARI 2012

Seorang perempuan paruh baya nampak begitu serius duduk bersimpuh di tepi jalan. Di depannya diletakkan beberapa

sesajen. Beberapa menit kemudian nampak ia mengetukkan tangannya beberapa kali ke tanah, kemudian tangannya disentuhkan ke dahi anak lelaki yang sedari tadi duduk di sebelahnya. Jelas terlihat di raut wajah anak lelaki itu rasa kesakitan. Tentu bukan karena keningnya disentuh. Di beberapa bagian tubuhnya terlihat ada luka.

Perempuan yang tengah duduk di tepi jalan itu sedang melaksanakan upacara pengulapan bagi putranya yang barusan mendapat kecelakaan. Hal semacam ini sangat mudah ditemukan di Bali. Upacara ngulapin, hampir pasti dilakukan jika ada yang mengalami kecelakaan, atau mengalami kejadian yang membuat terkejut.

“Upacara pengulapan perlu dilakukan pada orang-orang yang mengalami kecelakaan atau kejadian yang menimbulkan keterkejutan dan trauma pada seseorang,” beber dalang I Gusti Nyoman Tantra, pada suatu kesempatan. Tentu bukan tanpa tujuan upacara ini dilakukan, sejatinya upacara pengulapan dilakukan guna menormalisasi kehidupan seseorang setelah mengalami kejadian yang mengejutkan.

Ngulapin termasuk upacara Manusa Yadnya. Para Manusa Yadnya, upacara dimaksudkan untuk membersihkan dunia batin dari individu manusia dari negatif (dosa-dosa dan kesalahan), dan sebagai hasilnya untuk meningkatkan kualitas hidup. Efek spiritual dari upacara pembersihan dianggap sangat penting bagi manusia.

Jika seorang manusia mengalami suatu kejadian yang mengejutkan, hal ini akan berdampak pada kehidupannya. Jika dibiarkan tanpa dilakukan suatu upacara, dapat membuat kehidupan seseorang menjadi tidak normal. Upacara pengulapan merupakan bentuk normalisasi kehidupan manusia pasca mengalami kejadian yang mengejutkan.

“Pengulapan dilakukan untuk mengembalikan “bayu” yang ada pada diri manusia. Pada saat mengalami kejadian yang mengejutkan, bayu yang ada pada diri manusia akan terlepas. Ini tentu akan berdampak negatif karena bayu menjadi penggerak kehidupan manusia. Upacara pengulapan inilah yang akan mengembalikan bayu, sehingga hidup orang yang bersangkutan bisa kembali normal seperti sedia kala,” ungkap sang dalang.

Upacara pengulapan juga dilakukan untuk menyeimbangkan empat saudara yang ada dalam diri manusia yang dikenal dengan sebutan catur sanak -- anggapati, rajapati, banaspati dan banaspati raja. Jika manusia terkejut, maka keempat saudara yang ada pada diri seseorang akan menjadi tidak seimbang. Keseimbangan inilah yang akan dikembalikan melalui berbagai sarana yang digunakan dalam upacara pengulapan.

Di samping untuk mengembalikan bayu dan keempat saudara ke dalam tubuh, pengulapan juga berfungsi sebagai pemulihan agar tidak terjadi

trauma berkepanjangan. “Dengan upacara pengulapan, maka orang yang sempat mengalami kejadian yang mengejutkan tak akan mengingat terus kejadian yang bisa mengganggu kehidupan,” terangnya.

Kejadian yang mengejutkan juga akan membuat insting seseorang menjadi lebih dominan dibandingkan sisi dirinya yang lain. Ini akan berdampak buruk pada diri manusia karena jika instingnya lebih mendominasi dibandingkan yang lain, maka segala tindakan yang dilakukan akan lebih didasari atas insting semata. Tindakan seorang manusia akan menyerupai hewan.

Berbagai hal akan terjadi jika seseorang yang mengalami kejadian mengejutkan tak dilakukan upacara pengulapan. Dampaknya berbagai macam mulai dari hal yang paling ringan yakni sakit, hingga bertindak beringas. “Jika tak melakukan pengulapan, seseorang akan terus teringat pada peristiwa buruk yang dialami. Pengulapan dilakukan agar yang bersangkutan bisa tenang dalam beraktivitas, tak selalu dihantui rasa takut dalam hidupnya,” ujarnya.

Hal yang paling jelas terlihat jika usai mengalami musibah atau sesuatu yang mebuat syok, seseorang biasanya tampak gamang. Inilah yang mencirikan ada ketidakseimbangan dalam dirinya. Pikiran seakan kosong, karena apa yang ada dalam diri tidak lengkap. Beberapa bagian diri tertinggal di tempat peristiwa yang mengejutkan terjadi.

Untuk melaksanakan upacara pengulapan, kata dalang I Gusti Nyoman Tantra, tak perlu menggunakan banten yang terlalu rumit. Banten pengulapan cukup terdiri dari sepasang tumpeng,

Seni Budaya

sebutir telur dan pengeplugan berbentuk tapak dara, jika terkejut karena mengalami kecelakaan. Pun dengan pelaksanaannya tak mesti langsung di tempat kejadian.

“Upacara pengulapan bisa dilakukan di perepatan terdekat, karena tujuannya untuk memanggil bagian diri yang tertinggal di tempat kejadian,” jelasnya.

Pengulapan juga penting dilakukan pada mereka yang mengalami kematian dengan jalan yang tak wajar seperti salah pati (mati yang tak terduga-duga atau yang tidak dikehendaki seperti kecelakaan) maupun ngulah pati (mati karena sesat, yang mengambil jalan pintas, serta sengaja dikehendaki, yang sangat bertentangan dengan ajaran agama Hindu seperti bunuh diri).

Khusus bagi yang ngulah pati, upacara/upakara ditambah dengan banten pengulapan di tempat kejadian, perempatan/pertigaan jalan dan cangkem setra. Banten pengulapan dipersatukan dengan sawanya, baik mependem maupun atiwa-tiwa. Upacara pengulapan ini penting dilakukan agar roh yang meninggal tak sampai tertinggal di tempat kejadian. Jika tanpa dilakukan pengulapan roh yang bersangkutan akan tertinggal di sana, terkatung-katung dan tak bisa melanjutkan perjalanan ke alam sunya.(ayu)

“NGULAPIN”,KEMBALIKAN KESEIMBANGAN DIRI