E TABLOID EDISI 7 2012

24
Juli | Tahun 2012 www.tabloidgalangkangin.com ; E-mail:[email protected] Edisi 07 TAHUN II Rp. 7.000,- Luar Bali Tambah Ongkos Kirim Tabloid Bulanan H itam yang sebelumnya mendominasi warna kendaraan baik roda dua maupun roda empat, kini tak lagi. Kali ini, puh menjadi saingan terberat warna-warna style kendaraan yang lalu lalang di jalanan. Trend warna ini dak lagi didominasi oleh kalangan dan profesi tertentu. Bodi puh kian variaf pada semua pe mobil, mulai dari MPV (mulpurpose vehicle), SUV (sport ulity vehicle), sedan, hatchback atau city car, hingga jip. Bukan hanya itu saja. Warna puh kini juga dibalurkan untuk kendaraan jenis sepeda motor berbagai pe. “Seper pada Yamaha misalnya, baik untuk motor jenis mac maupun jenis motor sport seper Byson, warna puh sekarang menjadi trend warna kendaraan,” kata Komang Sila, Kepala Toko Agung Center Jl. Cokroaminoto Denpasar. Warna puh kini dak lagi didominasi oleh kalangan atau profesi tertentu. “Kalau dulu kendaraan warna puh idenk milik kalangan dokter. Sekarang dak peduli apa pekerjaannya. Hampir merata semua kalangan suka akan warna puh ini,” jelasnya. Warna puh ini juga menjadi trend untuk kalangan remaja seper pelajar maupun kalangan eksekuf muda lainnya. Tren Warna Kendaraan PUTIH TAK LAGI DOMINASI DOKTER Bersambung ke Halaman 21........ SEPERTI tahun-tahun sebelumnya, ap bulan Juni di Bali selalu digelar acara run Pesta Kesenian Bali (PKB). Tahun 2012 ini kegiatan yang diharapkan mampu menjadi salah satu wahana melestarikan kesenian Bali, ternyata telah memasuki usia yang ke-34. Tentu jika dibandingkan dengan manusia, usia 34 tahun telah menunjukkan kematangan dan kedewasaan. Bagaimana halnya dengan pelaksanaan Pesta Kesenian Bali kali ini? Sudahkah event yang digelar untuk memberi ruang bagi para seniman dan perajin ini mampu membawa efek posif sesuai dengan cita-cita awalnya? Dengan tema PKB kali ini, “Paras Paros Dinamika dalam Kebersamaan”, mampukah PKB menunjukkan kondisi dinamis? Banyak seniman yang mengeluhkan belum mampunya PKB memberikan ruang berekspresi yang memadai. Bahkan ada kesan PKB digelar sekadar tradisi runitas. Kemasan PKB cenderung monoton tanpa inovasi. Masyarakat pun dirasa semakin jenuh dengan kondisi ini. Hingga tak heran ada yang mengusulkan agar PKB tak perlu digelar seap tahun, tetapi dengan rentang waktu yang lebih lama misalnya seap ga atau empat tahun sekali. Jika para seniman saja tak merasa cukup puas, lantas bagaimana dengan para perajin yang biasanya juga terlibat di dalamnya. Terlibat dalam pameran PKB tak ubahnya seper pindah berjualan menuju keramaian. Bahkan saingannya semakin ketat. Di samping harus bersaing dengan sesama perajin yang juga turut dalam pameran, mereka juga harus bersaing dengan pedagang kaki lima yang berjualan di luar areal pameran. Keluhan akan keberadaan pedagang kaki lima ini memang bukan hal baru. Bukan hanya dirasakan oleh peserta pameran, para pengunjung juga banyak yang mengeluhkan hal ini. Dari areal parkir mereka kerap kali diarahkan untuk melewa deretan pedagang kaki lima ini. Sayangnya hal ini ternyata tak bisa dilakukan terhadap pameran yang terletak di areal PKB. Jika diama dari tahun ke tahun, hampir tak ada yang baru dalam pameran PKB. Stand kebanyakan diisi oleh produk-produk teksl seper kebaya, endek dan sebagainya. Bahkan mereka yang turut serta dalam pameran juga hanya itu-itu saja. Malah yang lebih ironis lagi mereka yang terlibat justru semakin sedikit. Banyak dari peserta memilih tak ikut serta lagi karena omzet yang didapat ternyata tak sesuai dengan harapan. Pengunjung yang kebanyakan warga lokal banyak yang hanya sekadar melihat-lihat. Mungkin karena barang yang dijual tak jauh berbeda dengan yang ada di pasaran. Pun demikian dengan harganya tak jauh berbeda bahkan ada yang justru ebih mahal. Akhirnya mereka yang terterik untuk membeli juga harus bersusah payah menawar agar bisa mendapatkan harga yang sesuai. Pengunjung PKB, bukan datang karena aaa greget yang hadir dan ditampilkan di pesta kesenian rakyat Bali itu. Pertunjukan yang dipentaskan ataupun pameran yang digelar, tak cukup kuat menyedot pengunjung untuk datang berduyun-duyun menyaksikan. Mereka rata-rata datang hanya untuk mengisi waktu luang, dan sekadar jalan-jalan mengisi liburan. Peserta pameran pun tak banyak mendapatkan manfaat. Dari sekian banyak peserta yang turut serta, tak satupun ada yang mengaku mendapatkan order dari keikutsertaannya dalam pameran. Mereka hanya berjualan seper biasa, melayani pembeli secara eceran. Terlebih kebanyakan dari mereka hanya sekadar menjual dan tak begitu banyak dari mereka yang merupakan perajin. Tentu menjadi tugas kita bersama untuk memperbaiki kemasan PKB ke depan. Tak hanya pemerintah sebagai penyelenggara. Seniman, juga perajin yang turut serta di dalamnya dituntut untuk lebih kreaf agar mampu memikat pengunjung. Pas kita semua berharap PKB yang digagas (alm) IB. Mantra memberikan manfaat bukan hanya bagi seniman dan segala bentuk keseniannya, tetapi juga bagi para perajin dan pelaku UMKM di Bali yang ternyata menjadi tumpuan dan penggerak ekonomi sebagian besar masyarakat Bali.(ayu) PAMERAN PKB KOK ITU-ITU SAJA?

description

BISNIS, SPIRITUAL

Transcript of E TABLOID EDISI 7 2012

Page 1: E TABLOID EDISI 7 2012

Juli | Tahun 2012 www.tabloidgalangkangin.com ; E-mail:[email protected]

Edisi 07TAHUN II

Rp. 7.000,-Luar Bali Tambah

Ongkos Kirim

Tabloid Bulanan

H itam yang sebelumnya mendominasi warna kendaraan baik roda dua maupun roda empat, kini tak lagi. Kali ini, putih menjadi saingan terberat warna-warna style

kendaraan yang lalu lalang di jalanan. Trend warna ini tidak lagi didominasi oleh kalangan dan profesi tertentu.

Bodi putih kian variatif pada semua tipe mobil, mulai dari MPV (multipurpose vehicle), SUV (sport utility vehicle), sedan, hatchback atau city car, hingga jip. Bukan hanya itu saja. Warna putih kini juga dibalurkan untuk kendaraan jenis sepeda motor berbagai tipe. “Seperti pada Yamaha misalnya, baik untuk motor jenis matic maupun jenis motor sport seperti Byson, warna putih sekarang menjadi trend warna kendaraan,” kata Komang Sila, Kepala Toko Agung Center Jl. Cokroaminoto Denpasar.

Warna putih kini tidak lagi didominasi oleh kalangan atau profesi tertentu. “Kalau dulu kendaraan warna putih identik milik kalangan dokter. Sekarang tidak peduli apa pekerjaannya. Hampir merata semua kalangan suka akan warna putih ini,” jelasnya. Warna putih ini juga menjadi trend untuk kalangan remaja seperti pelajar maupun kalangan eksekutif muda lainnya.

Tren Warna KendaraanPUTIH

TAK LAGI DOMINASI

DOKTER

Bersambung ke Halaman 21........

SEPERTI tahun-tahun sebelumnya, tiap bulan Juni di Bali selalu digelar acara rutin Pesta Kesenian Bali (PKB). Tahun 2012 ini kegiatan yang diharapkan mampu menjadi salah satu wahana melestarikan kesenian Bali, ternyata telah memasuki usia yang ke-34. Tentu jika dibandingkan dengan manusia, usia 34 tahun telah menunjukkan kematangan dan kedewasaan.

Bagaimana halnya dengan pelaksanaan Pesta Kesenian Bali kali ini? Sudahkah event yang digelar untuk memberi ruang bagi para seniman dan perajin ini mampu membawa efek positif sesuai dengan cita-cita awalnya? Dengan tema PKB kali ini, “Paras Paros Dinamika dalam Kebersamaan”, mampukah PKB menunjukkan kondisi dinamis?

Banyak seniman yang mengeluhkan belum mampunya PKB memberikan ruang berekspresi yang memadai. Bahkan ada kesan PKB digelar sekadar tradisi rutinitas. Kemasan PKB cenderung monoton tanpa inovasi. Masyarakat pun dirasa semakin jenuh dengan kondisi ini. Hingga tak heran ada yang mengusulkan agar PKB tak perlu digelar setiap tahun, tetapi dengan rentang waktu yang lebih lama misalnya setiap tiga atau empat tahun sekali.

Jika para seniman saja tak merasa cukup puas, lantas bagaimana dengan para perajin yang biasanya juga terlibat di dalamnya. Terlibat dalam pameran PKB tak ubahnya seperti pindah berjualan menuju keramaian. Bahkan saingannya semakin ketat. Di samping harus bersaing dengan sesama perajin yang juga turut dalam pameran, mereka juga harus bersaing dengan pedagang kaki lima yang berjualan di luar areal pameran.

Keluhan akan keberadaan pedagang kaki lima ini memang bukan hal baru. Bukan hanya dirasakan oleh peserta pameran, para pengunjung juga banyak yang mengeluhkan hal ini. Dari areal parkir mereka kerap kali diarahkan untuk melewati deretan pedagang kaki lima ini. Sayangnya hal ini ternyata tak bisa dilakukan terhadap pameran yang terletak di areal PKB.

Jika diamati dari tahun ke tahun, hampir tak

ada yang baru dalam pameran PKB. Stand kebanyakan diisi oleh produk-produk tekstil seperti kebaya, endek dan sebagainya. Bahkan mereka yang turut serta dalam pameran juga hanya itu-itu saja. Malah yang lebih ironis lagi mereka yang terlibat justru semakin sedikit. Banyak dari peserta memilih tak ikut serta lagi karena omzet yang didapat ternyata tak sesuai dengan harapan.

Pengunjung yang kebanyakan warga lokal banyak yang hanya sekadar melihat-lihat. Mungkin karena barang yang dijual tak jauh berbeda dengan yang ada di pasaran. Pun demikian dengan harganya tak jauh berbeda bahkan ada yang justru ebih mahal. Akhirnya mereka yang terterik untuk membeli juga harus bersusah payah menawar agar bisa mendapatkan harga yang sesuai.

Pengunjung PKB, bukan datang karena aaa greget yang hadir dan ditampilkan di pesta kesenian rakyat Bali itu. Pertunjukan yang dipentaskan ataupun pameran yang digelar, tak cukup kuat menyedot pengunjung untuk datang berduyun-duyun menyaksikan. Mereka rata-rata datang hanya untuk mengisi waktu luang, dan sekadar jalan-jalan mengisi liburan.

Peserta pameran pun tak banyak mendapatkan manfaat. Dari sekian banyak peserta yang turut serta, tak satupun ada yang mengaku mendapatkan order dari keikutsertaannya dalam pameran. Mereka hanya berjualan seperti biasa, melayani pembeli secara eceran. Terlebih kebanyakan dari mereka hanya sekadar menjual dan tak begitu banyak dari mereka yang merupakan perajin.

Tentu menjadi tugas kita bersama untuk memperbaiki kemasan PKB ke depan. Tak hanya pemerintah sebagai penyelenggara. Seniman, juga perajin yang turut serta di dalamnya dituntut untuk lebih kreatif agar mampu memikat pengunjung. Pasti kita semua berharap PKB yang digagas (alm) IB. Mantra memberikan manfaat bukan hanya bagi seniman dan segala bentuk keseniannya, tetapi juga bagi para perajin dan pelaku UMKM di Bali yang ternyata menjadi tumpuan dan penggerak ekonomi sebagian besar masyarakat Bali.(ayu)

PAMERAN PKBKOK ITU-ITU SAJA?

Page 2: E TABLOID EDISI 7 2012

2 Galang Kangin

Edisi 07/TAHUN II/JULI 2012

EDITORIAL

Team Redaksi Galang KanginDiterbitkan oleh: KSU Kharisma Madani Badan Hukum No.36/BH/DISKOP.PKM/IV/2006

- Pembina & Penasihat : Legawa Partha - Redaktur Pelaksana : I Gede Luhur Budiharta - Team Redaksi : Ni Komang Erviani, Kecuk Priambada, Nyoman Sarna, SE, Gusti Ayu M. Eka Putri

- Tata Letak : Ketut Rumiarsa - Photografi & dokumentasi : I Nyoman Sudarma, SE, Agus Gita Saputra - Administrasi Umum : Putu Sri Mulyani, SE - Sirkulasi & Distribusi : I Made Agus Antara, I Kadek Joni Artha, SE, I Gede Ardhi Saputra, SE,

I Made Surya Dharma, Agus Gita Saputra - Administrasi Sirkulasi : Agus Gita Saputra - Teknologi informasi : I Gede Dedy Wijaya, ST, Eka Yudi- Marketing : H. Husni Abdulah, Dadang Saktiono, Yeni Dwi Mujiastuti - Periklanan : KSU Kharisma Madani KCP Pakerisan

Email : [email protected] Redaksi: Jln. Bedugul No.1 Sidakarya - Denpasar Selatan Telp:(0361) 727734 Email: [email protected]

Kritik dan Saran yang bersifat membangun bisa dilayangkan ke alamat email kami

Galang Kangin

E vent Pesta Kesenian Bali (PKB) selalu ditunggu-tunggu. Layaknya sebuah pesta, keramaian pasti menjadi gambaran dari suasana PKB. Apalagi pesta yang memang terbuka dan diperuntukkan bagi publik, pastilah

banyak pengunjung. Ajang PKB pun kemudian ibarat madu yang menggiurkan bagi kumbang-kumbang untuk mengisap sarinya. PKB ibarat gula yang juga dirubung semut-semut yang hendak mencicipi rasa manisnya. PKB juga menyimpan terasi yang baunya memikat lalat-lalat untuk datang.

Pesta Kesenian Bali pun demikian, hingga usia pelaksanaannya yang ke-34, tahun 2012 ini, berbagai kepentingan bertalu di situ. Kondisi yang kini terjadi, mungkin tak masih berada pada kemurnian ide awal saat digagas 34 tahun silam. Ide awal dan utama sebagai upaya penggalian, pelestarian, dan pengembangan nilai-nilai seni budaya Bali, memberi ruang kreasi bagi para seniman dan perajin Bali dan seterusnya, kini mungkin sudah terlalu banyak digandoli berbagai kepentingan. Berbagai aspek yang saling mengait, tak mudah dibedakan dan dipisahkan. Kepentingan budaya yang menjadi dasar lajunya, kemudian tak bisa berdiri sendiri. Kepentingan sosial, politik, terlebih kepentingan ekonomi menjadi begitu kental. Bahkan kepentingan yang disebut terakhir itu, melampaui kepentingan budaya yang tadinya sebagai mercusuar event PKB.

Memang tak mudah memporsikan berbagai kepentingan ini dengan ruang yang berimbang sesuai cita-cita yang diinginkan. Di sinilah perlunya peran dan kesadaran semua pihak untuk kembali melirik kemurnian tujuan dari gagasan awal. Tentu tak harus kekeh mendasarkan dan membandingkan dengan situasi masa lalu. Perlu ada penyesuaian-penyesuaian dengan situasi kekinian dan perkembangan zaman agar PKB menjadi sesuatu yang lentur, seperti lenturnya budaya Bali.

Berbagai pihak yang terlibat, khususnya pengelola PKB -- dalam hal ini Pemerintah Daerah Provinsi Bali -- perlu melakukan langkah-langkah terobosan, inovasi baru meliputi berbagai aspek dalam pelaksanaan PKB. Sistem yang sudah bertahun-tahun menjadi acuan dalam pelaksanaan PKB, yang mungkin saja sudah usang ditelan zaman, selayaknya ditinggalkan, meski tidak untuk seluruhnya.

Saatnya dibuat formula baru yang mampu memberi “roh” bagi penyegaran pelaksanaan PKB ke depan. Yang memberi nilai penggalian, pelestarian dan pengembangan seni dan budaya Bali. Yang memberi ruang dan manfaat bagi para seniman untuk berkreasi. Yang memberi hiburan melokal bagi masyarakat Bali di tengah meruyaknya hiburan mendunia yang disuguhkan berbagai media menyusul kemajuan teknologi informasi. Yang memberi pertumbuhan positif bagi perekonomian masyarakat Bali, khususnya usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Karena itu pula, Galang Kangin kali ini mencoba menelusuri sejauh mana PKB telah memberi ruang bagi mereka yang terlibat di dalamnya. Sejauh mana PKB telah mampu mengangkat harkat para seniman, memberi kepuasan pada masyarakat Bali penikmat seni atau sekadar hiburan, memberi peluang bagi para perajin, dan menumbuhkan perekonomian masyarakat secara luas.

Masih ada informasi gerakan masyarakat sadar koperasi di Bali, yang disajikan secara menarik di esidi ini, bersama beberapa informasi termasuk trend warna kendaraan yang kini melaju di jalanan di Bali.

Editorial

PESTA BERBAGAI

KEPENTINGAN

PELATIHAN KIRTumbuhkan

Kecintaan Menulis Ilmiah

P endidikan menjadi kunci utama peningkatan kualitas sumber daya manusia. Bahkan kemajuan yang dicapai oleh sebuah bangsa sangat ditentukan

oleh kualitas pendidikannya. Semakin berkualitas pendidikannya, maka bisa dipastikan semakin maju sebuah bangsa. Karenanya tak heran tiap negara berlomba-lomba meningkatkan kualitas pendidikannya.

Peningkatan kualitas pendidikan harus dilakukan sejak jenjang pendidikan dasar dan dalam pengembangan pendidikan nasional dilaksanakan dengan mengacu pada tiga pilar kebijakan Pendidikan Nasional yaitu : pemerataan kesempatan belajar dengan prinsip keadilan, peningkatan mutu pendidikan, dan peningkatan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan.

Salah satu indikator yang dijadikan tolok ukur kualitas pendidikan yakni jumlah karya ilmiah yang dihasilkan setiap tahunnya. Sampai saat ini di Indonesia jumlah karya ilmiah mupun penelitian masih sangat minim terlebih di jenjang pendidikan dasar. Karenanya berbagai upaya dilakukan termasuk dengan melakukan berbagai pembinaan dan pelatihan.

Pembinaan Karya Ilmiah Remaja SMP Tingkat Provinsi merupakan upaya peningkatan kemampuan guru

dalam membina peserta didik dalam upaya mengarahkan menyusun karya tulis yang baik dan bermutu. Dengan hal ini diharapkan siswa gemar untuk meneliti dan menulis karya ilmiah yang asli tanpa terjadi plagiat.

Di samping untuk membangkitkan minat dan memupuk kegemaran siswa melakukan kegiatan penelitian yang bersifat ilmiah, pembinaan KIR SMP yang dilaksanakan pada 12 - 16 Juni 2012 diharapkan bisa meningkatkan kemampuan siswa dalam menuangkan karya ilmiah dalam penelitian yang baik dan benar. Di samping itu diharapkan tertanam kecintaan terhadap kegiatan menulis karya ilmiah.

Pembinaan KIR ini diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi Bali bertempat di Hotel Wisata Indah, Jalan Bedugul, Denpasar dan dibuka oleh Kepala Bidang Pendidikan Dasar Disdikpora Provinsi Bali, Komang Merta Dana, SH. MH.

Kegiatan yang diikuti 84 orang siswa dan guru pembimbing ini diharapkan mampu memotivasi siswa dalam berkarya, sehingga akan dihasilkan karya tulis yang berkualitas dan mampu bersaing dalam even yang lebih tinggi. Siswa juga diharapkan mampu bersaing secara sehat dan sportif dalam menghasilkan karya ilmiah. (ayu)

Page 3: E TABLOID EDISI 7 2012

Galang Kangin 3

Edisi 07/TAHUN II/JULI 2012

GeliatPesta Kesenian Bali Ke-34

BUKTI EKSISTENSI SENIMAN BALI

P emukulan dua buah kulkul lanang wadon oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Minggu malam, 10 Juni 2012,

menandai dibukanya secara resmi ajang tahunan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-34. Bertempat di panggung terbuka Ardha Candra, Taman Budaya Bali, Denpasar,

acara pembukaan PKB dirangkai pula dengan pendeklarasian World Hindu Summit, sebuah ajang berkumpulnya para tokoh Hindu dunia. Acara pembukaan dimeriahkan tari garapan anyar Bali Dwipa Jaya dan sebuah oratorium Purusadha Santha oleh mahasiswa dan para pengajar Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar.

Pesta seni selama sebulan penuh yang sudah digelar untuk ke-34 ini diikuti oleh 334 sekaa kesenian seluruh kabupaten kota se-Bali, serta didukung 15.000 seniman. Ada pula 24 partisipan dari berbagai daerah di luar Bali di antaranya Jawa Timur, Yogyakarta, Sulawesi Tengah, Jambi, Kalimantan Timur, Ternat. PKB juga dimeriahkan 6 grup asing, masing-masing dua dari

Amerika Serikat dan 4 grup dari India, Malaysia, dan Inggris.

“PKB adalah wahana unjuk kreativitas dan inovasi seniman Bali. PKB diharapkan menjadi jendela informasi, jembatan komunikasi antar budaya serta dukungan diplomasi budaya antar negara. Dengan semakin mengenalkan budaya Bali di dunia, kita wajib berbangga,” tegas SBY disambut tepuk tangan meriah ribuan

pengunjung Ardha Candra. SBY menyampaikan apresiasi

positif terhadap tema besar PKB tahun ini, yakni Paras Paros, Dinamika dalam Kebersamaan. “Tema besar PKB tahun ini memiliki makna amat dalam. Dinamika dalam kebersamaan menjadi dua kata kunci yang mendorong ide-ide kreatif. Tema ini memberi insparasi untuk memperkokoh persatuan, rasa kebersamaan dan toleransi yang relevan untuk upaya kita bersama membangun tatanan kehidupan yang lebih beradab, yang berlandaskan perdamaian dan kerukunan baik antarkita semua maupun antarbangsa,” ujarnya.

“Kepada wisatawan yang datang untuk berlibur di Bali, selamat menikmati pulau dewata yang indah, sekaligus menikmati pesta tahunan yang menampilkan berbagai kesenian

DEMI memberikan pelayanan yang terbaik pada konsumen PT Mobil Nasional Intim, Authorized KIA Dealers Wilayah Bali dan NTB meresmikan showroom baru yang berkelas platinum, 23 Juni lalu. Showroom berstandar internasional ini merupakan yang pertama diresmikan di luar Jakarta, ditandai dengan pemukulan gong, pengguntingan pita serta penandatanganan prasasti.

Agung Supartha, Direktur Utama PT Mobil Nasional Intim menerangkan, showroom yang beralamat di Jalan Gatot Subroto Barat No. 425 Denpasar ini memiliki luas lahan 2.200 m2 dengan luas bangunan 3.300 m2. Guna mendukung layanan purnajual, showroom baru ini dilengkapi dengan 46 stall service. Didukung oleh 40 orang mekanik. Konsumen tak perlu menunggu terlalu lama untuk men-service kendaraannya.

Di samping stall service, juga disediakan area parkir yang cukup luas, sehingga mobil konsumen atau yang akan di-service tak perlu parkir di tepi jalan. Basement showroom mampu menampung 30-35 unit kendaraan. Juga tersedia ruang tunggu yang nyaman bagi konsumen. Di sini juga dilengkapi dengan washing stall.

Sementara untuk spare part yang selama ini sering menjadi keraguan konsumen, Agung Supartha menegaskan hal ini tak perlu terjadi lagi. “Gudang kami seluas 125 m2 mampu menampung semua spare part, sehingga konsumen tak perlu ragu dengan ketersediaannya. Di sini memang untuk showroom-nya kecil tapi tempat service-nya luas,” ujarnya.

Diungkapkan, market share KIA di Bali sebesar 3% telah berada di atas angka nasional sebesar 1,33%. Ini menunjukkan bahwa produk KIA terutama untuk produk city car memang sangat diminati oleh pasar. Guna mengimbangi tingginya minat pasar, maka diberikan layanan jual yang berkualitas demi kepercayaan konsumen.

Bagusnya respon pasar ini tak lepas dari kemampuan KIA menyediakan model-model terbaru. Kia juga ditawarkan dengan harga yang lebih rendah dibandingkan produk lain yang sejenis, sementara fitur yang disuguhkan dengan kualitas tinggi. KIA juga terbukti irit, dan juga yang pertama berani memberikan garansi hingga 5 tahun.

Sampai saat ini PT Mobil Nasional Intim telah memiliki tiga outlet yakni di Gatsu Barat, Kuta dan Mataram. Bahkan tahun depan direncanakan akan dibuka outlet baru di Gianyar dan Singaraja. Dengan semakin bertambahnya jumlah outlet, Agung optimis target penjualan tahun 2012 sebanyak 900 unit akan mampu terealisasi.(ayu)

KIA BALI RESMIKAN “SHOWROOM”

BERKELAS PLATINUM

dan budaya khas dan unik yang hanya dilaksanakan setahun sekali,” tegas SBY yang hadir didampingi ibu negara Ani Yudhoyono dan sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II seperti Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M Nuh, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu, serta Menteri Energi Sumber Daya Mineral Jero Wacik.

Gubernur Bali Made Mangku Pastika menegaskan bahwa pelaksanaan PKB diarahkan sebagai upaya penggalian, pelestarian dan pengembangan seni tradisional. “Kegiatan ini sangat strategis dalam merevitalisasi nilai-nilai kesenian sehingga dapat tetap hidup dalam masyarakat di tengah tantangan kehidupan yang semakin kompleks,” tegasnya.

Dijelaskan, masyarakat Bali senantiasa berusaha meningkatkan kualitas berkesenian dengan memberi bobot pada pelestarian dan pengembangannya. PKB sendiri merupakan wadah untuk mempresentasikan karya seni unggulan dalam ruang liungkup nasional dan internasional. “Tema PKB tahun ini, yakni Paras Paros Dinamika dalam Kebersamaan, diharapkan semakin mengukuhkan jiwa para seniman dan masyarakat Bali umumnya untuk memperkuat eksistensi kebudayaan Bali dalam dunia global,” harap Pastika.

Sebelum resmi dibuka pada malam harinya, sebuah parade budaya digelar sangat meriah di depan Monumen Perjuangan Rakyat Bali, Renon, pada sore harinya. Parade diikuti ratusan seniman dari 9 kabupaten kota di Bali serta sejumlah daerah di Indonesia seperti Maluku, komunitas Batak, dan Mataram. Seluruh penampilan para seniman pada parade tersebut menunjukkan keragaman budaya yang eksis di Bali, serta kebersamaan yang terjalin dengan baik di antara semuanya.

Pesta Kesenian Bali ke-34 sendiri masih akan berlangsung hingga 9 Juli mendatang dengan menampilkan beragam kegiatan seni setiap harinya, mulai dari pertunjukan seni tradisional, pertunjukan seni kontemporer, pameran, diskusi, sarasehan, wisata kuliner, dan berbagai perlombaan. (viani)

Page 4: E TABLOID EDISI 7 2012

4 Galang Kangin

Edisi 07/TAHUN II/JULI 2012

Sajian Utama

RAMAI PENGUNJUNG SEPI PEMBELI

Monotonnya pelaksanaan Pesta Kesenian Bali (PKB) dari tahun ke tahun memang telah dikeluhkan berbagai

pihak. Tak hanya para seniman, para perajin dan UMKM yang turut serta dalam pameran juga banyak yang mengeluhkan kondisi ini. Kurang gregetnya pelaksanaan PKB ternyata juga berdampak terhadap minimnya omzet mereka.

Jika dilihat dari jumlah pengunjung terutama saat akhir pekan, memang terlihat masyarakat begitu antusias untuk datang ke PKB. Hanya saja ramainya pengunjung tak serta merta berdampak terhadap omzet yang dinikmati para peserta pameran yang memajang produknya di dalam areal PKB. Terlihat banyak stand minim bahkan sepi pengunjung. Beberapa orang penjaga stand malah terlihat asyik ngobrol atau memainkan telepon selularnya.

Wayan Suantika, salah satunya. Pria yang berjualan kebaya dan endek ini mengakui jika pengunjung yang datang

memang cukup ramai. Terutama saat hari Sabtu dan Minggu. Sementara hari-hari kerja pengunjung hanya ramai pada jam tertentu saja.

Hanya saja pengunjung yang ramai tak menjadi jaminan ia akan banyak mendapat pembeli. Terlebih ia menjual kebaya dan juga kain endek yang dalam setiap pelaksanaan PKB dapat kita jumpai dengan begitu mudah. Memang setiap hari ada saja barangnya yang laku, hanya saja jumlahnya sangat jauh dari yang ia bayangkan sebelumnya.

“Setiap hari memang ada saja yang laku. Kadang kebaya tapi kebanyakan yang datang ke sini membeli kain endek. Tetapi yang terjual tak sebanyak yang saya dan istri saya harapkan. Paling sehari laku satu atau dua stel saja. Paling banyak kalau hari Sabtu dan Minggu atau kalau ada pertunjukan yang menarik di atas (Arda Chandra). Di sini kan banyak yang jual produk seperti yang saya jual. Jadi ada banyak saingan,” ujarnya sambil melihat ke

stand lain yang juga menjual kebaya dan endek.

Di samping menjual barang yang sejenis, dari sisi design antara stand yang satu dengan stand yang lain juga tak nampak perbedaan. Menurut Suantika, ini dikarenakan sebagian besar yang berjualan mendapatkan produk dari para perajin yang kebanyakn ada di seputar Klungkung. Sangat sedikit dari mereka yang memang memproduksi barang dagangannya sendiri, ataupun hanya sekadar mendesign.

Dengan produk sama, mereka harus bersaing dengan sesama peserta pameran. Mereka juga masih harus berhadapan dengan pedagang kaki lima yang berjualan di luar areal pameran. Persaingan menjadi semakin sulit karena para pedagang kaki lima ini bisa menjual barang dengan harga yang lebih murah. Memang kualitas barangnya juga berbeda, hanya saja pembeli sering tak begitu peduli akan hal ini.

Untuk menyiasati minimnya omzet, maka ia tak hanya sebatas menjual kebaya dan endek. Mengingat sebagian besar pengunjungnya adalah perempuan, ia juga menyediakan berbagai macam aksesoris mulai dari dompet hingga bros dan pengikat selendang yang ditawarkannya mulai dari harga Rp 10 ribu.

Hal senada diungkapkan Wayan Supini. Staf Disperindag Kabupaten Karangasem yang menjaga stand Dekranasda Karangasem ini, juga mengakui pengunjung PKB memang hanya ramai pada waktu-waktu tertentu saja. Meski demikian selalu saja ada yang datang mengunjungi standnya meski tak semua pengunjung akan membeli.

“Kebanyakan yang datang hanya sekadar melihat-lihat, tapi setiap hari ada saja yang beli. Bukan cuma orang lokal, ada juga beberapa turis yang membeli. Memang tak banyak karena tak terlalu banyak juga turis yang datang ke PKB. Mereka biasanya membeli barang-barang yang unik dan terlihat sangat hand made seperti tas dari anyaman pandan,” ujarnya.

Produk-produk hand made dan terlihat unik memang menjadi andalannya. Kebanyakan produk yang dijual merupakan benda-benda fungsional dan hanya sedikit produk yang sifatnya dekoratif. Supini menceritakan barang yang dipajang didapat dari beberapa perajin di Karangasem yang merupakan binaan dari Dekranasda. Karena didapat langsung dari perajin, maka harganyapun jauh lebih murah.

“Memang ada beberapa produk, yang bisa saja dijumpai dengan mudah di pasaran. Tetapi yang di sini barangnya langsung dari pedagang. Karenanya harga bisa lebih murah dengan kualitas yang terjamin. Mungkin karena itu juga bayak yang awalnya ingin datang melihat kemudian membeli karera melihat harganya murah,” terangnya.

Tanpa OrderSetelah berjalan dua minggu lebih

pelaksanaan PKB, baik Suantika maupun Supini menyatakan belum ada satupun order yang masuk. Mereka yang datang hanya untuk membeli dan digunakan sendiri dan bukan melakukan pemesanan. Ini membuat mereka menjadi kurang yakin terlibat dalam pameran PKB akan memberikan dampak jangka panjang.

Tak hanya para perajin asal Bali yang mengeluhkan sepinya pengunjung. Jinggar, peserta asal Yogyakarta juga mengeluhkan hal ini. Ia yang menjual aneka kain batik datang bersama rombongan yang dikoordinasi Dekranasda Kota Yogyakarta. Terlebih ia menjual produk batik lawas yang memang peminatnya dari golongan pecinta batik yang memang sangat terbatas.

“Yang datang sih banyak, tapi cuma lihat-lihat. Sampai saat ini penjualannya payah. Banyak yang suka batik tapi kan yang ini harganya beda. Batik lawas memang dicari buat koleksi pencita batik yang ngerti batik dan cinta batik. Banyak yang datang nanyain buat udeng, tapi saya ga bawa yang kayak gitu,” keluhnya.(ayu)

Page 5: E TABLOID EDISI 7 2012

Galang Kangin 5

Edisi 07/TAHUN II/JULI 2012

Sajian Utama

PAMERAN UMKM ATAU JUALAN KEBAYA?

Pesta kesenian Bali yang secara rutin digelar setiap liburan sekolah, diharapkan bisa menjadi alternatif liburan bagi masyarakat di samping

untuk melestarikan kesenian yang memang telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Bali. Tak hanya kesenian, kerajinan juga diberikan ruang dalam acara yang telah menjadi agenda tahunan ini.

Berbagai atraksi kesenian disajikan oleh dan untuk masyarakat, mulai kesenian yang masih umum dijumpai hingga kesenian langka yang hampir punah, kesenian klasik hingga seni kontemprere dan kreasi baru. Bahkan sejak beberapa tahun belakangan, PKB bukan arena bagi seniman Bali, tetapi juga beberapa daerah yang turut serta menampilkan kesenian khas daerahnya masing-masing, meski jumlahnya tak banyak.

Tak hanya menyaksikan berbagai atraksi kesenian dalam tiap pelaksanaan Pesta Kesenian Bali, masyarakat juga disuguhkan dengan berbagai produk kerajinan khas Bali. Tak hanya untuk dilihat, berbagai produk kerajinan yang sebagian merupakan produk khas aerah tertentu ini, juga bisa langsung dibeli. Pengunjung juga bisa memperoleh beberapa kuliner khas yang mungkin saat ini mulai sulit ditemui. Made Supartha (41), salah satu pengunjung pesta Kesenian Bali menceritakan bahwa ia bersama keluarganya memang sengaja datang ke acara PKB untuk melihat pertunjukan seni sekaligus mengisi waktu luang di akhir pekan. Hanya saja saat ia tiba, pertunjukan belum dimulai dan masih harus menunggu sekitar satu jam. Karena masih ada waktu, iapun menyempatkan diri untuk melihat stand

pameran yang ada di dekat gedung Ksirarnawa.

“Sebenarnya saya ke sini untuk nonton, tetapi ternyata belum mulai. Dari pada bengong, sekalian saja saya jalan-jalan lihat pameran. Siapa tahu ada yang menarik, meski sbenarnya saya ke sini untuk nonton, bukan buat belanja,” ujarnya.

Pria asal Bangli yang telah tinggal di Denpasar ini berpendapat, tak ada yang terlalu berbeda dalam perhelatan PKB tahun ini. Baik dari sisi pertunjukan seni maupun peserta pameran, kesannya itu-itu saja. Karena tak ada alternatif lain, ia pun tetap datang ke acara PKB untuk mengisi waktu luang bersama keluarga. “Biar ga cuma nonton TV di rumah, acaranya juga itu-itu saja, lebih baik lihat kesenian ke sini,” ujarnya.

Jika Supartha memilih untuk melihat stand pameran sambil menunggu waktu pertunjukan, lain lagi Wayan Astini (51), perempuan yang datang beserta anak dan cucunya ini lebih memilih duduk-duduk sambil mengobrol. Menurutnya pameran tak lagi menarik karena dari tahun ke tahun produknya selalu itu-itu saja. Hampir tak ada sesuatu yang baru dan menarik untuk dilihat.

“Mending duduk saja di sini sambil ngobrol. Kalau malam apalagi malam minggu yang nonton ramai, bisa tidak kebagian tempat duduk. Kalau lihat pameran saya sudah bosan dari dulu itu-itu saja. Paling isinya orang jualan kebaya. Sudah isinya sama modelnya juga sama,

tidak ada yang baru dan unik. Kalau mau beli bisa datang ke tokonya atau di pasar, ga perlu jauh-jauh ke sini,” ungkapnya.

Tak hanya produk yang tak terlalu menarik, Astini juga menilai harga yang ditawarkan tak jauh berbeda dengan yang ada di pasaran. Bahkan mungkin akibat sewa stand yang mahal mereka yang ikut dalam pameran harus menjual produknya dengan harga yang lebih mahal. Memang jika dilihat sekilas, harga yang terpajang pada produk terutama tekstil memang cukup mahal, meski tetap bisa ditawar, tentu ini bisa mengurangi ketertarikan pengunjung untuk berbelanja.

Monotonnya produk yang dipamerkan juga dikeluhkan Dewa Made Puja (37). Menurutnya pameran PKB tak ubahnya seperti pameran dagang kebaya dan kamen (kain). Memang ada produk kerajinan lain, tetapi jumlahnya tak terlalu banyak. Ia mengakui

selain untuk melihat pertunjukan, ia datang memang untuk mengantar istri dan putrinya mencari pakaian untuk persiapan hari raya. Pun demikian dengan stand kulinernya tak ada yang terlalu baru untuk dinikmati.

“Kebanyakan stand isinya hanya jual kebaya dan kamen. Kalaupun ada yang lain paling cuma jual perhiasan. Tapi kalau saya lihat

isinya masih sama dengan tahun sebelumnya. Malah sepertinya yang ikut jutru berkurang. Kalau tidak salah dulu di sana (bawah stage Ardha Candra) itu penuh sampai ke ujung tapi sekarang tidak. Tadi juga waktu belanja harganya masih mahal sekali, istri saya masih harus nawar. Jadi sama kayak belanja di pasar, harus pintar-pintar nawar,” ujarnya.

Beda lagi dengan Paramitha (22). Perempuan ini memang datang ke arena PKB untuk melihat-lihat pameran bersama beberapa orang rekannya. Ia datang untuk melihat kebaya dan perhiasan model terbaru. Tak hanya melihat, ia juga mencari

perbandingan harga sehingga saat membeli ia tak sampai salah menawar.

“Di sini harganya ternyata masih mahal, saya lihat-lihat dulu nanti coba cari di luar. Kalau di luar ternyata lebih mahal, baru saya balik dan beli di sini. Tapi jarang saya belanja di sini, harganya tidak jauh beda. Cuma karena yang jualan banyak, jadi pilihannya lebih beragam,” jelasnya.

Apa yang dikeluhkan para pengunjung ini memang ada benarnya. Jika dilihat peserta pameran memang didominasi produk-produk pakaian seperti kebaya dan kain. Peserta yang membawa produk lain jumlahnya bisa dihitung dengan jari, sehingga kesan dari pameran UMKM ini bisa berubah menjadi pameran kebaya. Mungkin bisa menjadi bahan evaluasi bagi penyelenggara, sehingga ke depannya bisa ditampilkan produk yang lebih beragam.(ayu)

Page 6: E TABLOID EDISI 7 2012

6 Galang Kangin

Edisi 07/TAHUN II/JULI 2012

Sajian Utama

PKB BELUM MAMPU CIPTAKAN KONDISI IDEAL BAGI UMKM

P esta Kesenian Bali (PKB) memang telah menjadi agenda rutin di Bali. Kegiatan yang dilaksanakan di Art Centre Denpasar ini bukan hanya memberikan

ruang bagi seniman untuk berekspresi. Pada kesempatan ini ruang juga diberikan pada UMKM untuk mengenalkan produknya kepada masyarakat luas. Para pelaku UMKM bisa melakukan promosi kepada para pengunjung. Konsumen yang memerlukan produk tertentu juga tak perlu repot-repot datang ke sentra produksinya karena dalam kegiatan ini hadir pelaku UMKM dari seluruh Bali bahkan ada yang dari luar Bali.

Hanya saja dari tahun ke tahun tak ada dampak signifikan yang bisa didapat pelaku UMKM di event budaya tahunan ini. Bahkan ada yang menyatakan bahwa hasil yang didapat para peserta pameran terus menurun. Pun UMKM yang terlibat dalam pameran hanya itu-itu saja. Padahal jika dikelola secara tepat, acara yang digelar sebulan penuh ini bisa menjadi sebuah kesempatan emas bagi pelaku UMKM untuk mendongkrak omzet bahkan untuk mendapatkan order.

Guru besar Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, Prof. Dr. Wayan Ramantha mengungkapkan, sejatinya acara Pesta Kesenian Bali bisa menjadi kesempatan untuk meningkatkan UMKM di Bali. Hanya saja tak dipungkiri sekarang, kondisi ideal ini justru belum mampu tercipta. Antusiasme pengunjung dirasa kurang terhadap produk-produk UMKM peserta pameran.

Menurutnya ini terjadi karena peserta pameran belum mampu menyediakan produk yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pasar (pengunjung) lokal yang menjadi pengunjung utama dalam PKB. Kondisi inilah yang membuat tak begitu banyak pengunjung yang kemudian melakukan transaksi apalagi sampai melakukan pemesanan dalam peelaksanaan PKB.

“Pesta Kesenian Bali juga harusnya menjadi pesta bagi produk-produk kerajinan. Acara ini sebenarnya merupakan momentum bagi para perajin untuk memperkenalkan produk di pasaran lokal karena pengunjungnya juga kebanyakan warga lokal. Karenanya para perajin perlu menyesuaikan produk dengan kebutuhan pasar. Kalaupun ada wisatawan yang datang, jumlahnya juga tak terlalu banyak, dan jika mereka yang disasar tetap juga perajin harus mampu menyediakan produk sesuai dengan selera mereka,” ujarnya.

Kegiatan pameran yang dirangkai dengan berbagai pertunjukan seni sejatinya memberikan keuntungan bagi para perajin. Mereka tak perlu melakukan promosi secara khusus karena biasanya mereka yang datang untuk menyaksikan pertunjukan akan menyempatkan diri untuk melihat pameran. Bandingkan jika yang dilaksanakan hanya pameran UMKM, maka yang datang pasti hanya dari kalangan yang sangat terbatas.

Inovasi ProdukJika memang pelaku UMKM ingin

mendongkrak penjualannya melalui keiktusertaan dalam PKB, menurut Ramantha, kreativitas menjadi hal yang paling penting untuk dimiliki. Mulai dari proses produksi hingga bagaimana mereka memajang produk hingga menarik bagi pengunjung.

Peningkatan dan inovasi harus mampu ditunjukkan oleh para perajin. Produk yang dihasilkanpun tak bisa monoton dan hanya itu-itu saja. Kondisi semacam ini akan menimbulkan kejenuhan pada pasar dan konsumen tentu akan beralih pada produk yang lain. Di sinilah para perajin memerlukan kreativitas untuk meng-

upgrade produknya sehingga sesuai dengan perkembangan selera pasar.

“Produk kerajinan sangat identik dengan kreativitas dan inovasi, perajin tak bisa bertahan jika produk yang dihasilkan monoton tanpa pembaruan. Misalnya saja produk tekstil, produk semacam ini terus mengalami perubahan baik dari kualitas bahan aupun design. Selera konsumen juga terus-menerus berubah. Di sinilah para perajin dituntut untuk mampu mengikuti selera pasar atau bahkan menciptakan sesuatu yang baru yang mampu membuat pasar tertarik untuk bisa bertahan.

Kalah Saing Dengan Kaki LimaSementara itu dari sisi pemerintah dirasa

memang perlu dilakukan promosi yang lebih intensif. Promosi lebih pada hal yang sifatnya publikasi serta pemasyarakatan dan bukannya melalui iklan-iklan yang sifatnya komersial. Promosi secara berlebihan dirasa kurang pas mengingat PKB sebagai suatu pesta kesenian mengemban misi sosial, budaya dan bukannya ekonomi.

Dari sisi penataan dan pemasyarakatan pameran memang diperlukan perbaikan. Kemasan pameran tak bisa monoton sehingga menimbulkan kejenuhan bagi pengunjung. Pengunjung tak bisa digiring untuk melihat pameran UMKM sebagaimana mereka digiring untuk melewati deretan pedagang kakai lima yang berjualan di sekitar areal PKB.

Tentu sangat ironis jika UMKM yang merupakan bagian dari PKB yang harus membayar sewa stand lebih mahal, ternyata omzetnya tak seberapa besar. Bandingkan dengan pedagang kaki lima yang tak ada kaitannya sedikitpun dengan PKB dan membayar sewa stand lebih murah, ternyata sangat ramai dikunjungi, dan meraup keuntungan yang tak sedikit setiap harinya.

“Pengunjung seringkali dipaksa untuk melewati pedagang kaki lima, sebenarnya ide ini bisa diadaptasi pada pameran UMKM. Pengunjung bisa juga diarahkan. Tentu di satu sisi juga harus dilakukan perbaikan tampilan. Jika ke pedagang kaki lima saja pengunjung bisa diarahkan, kenapa ke pameran yang memang menjadi bagian dari PKB hal ini tak bisa dilakukan?” ujarnya.

Agar lebih menarik, maka sebaiknya para peserta bukan hanya menampilkan produk dalam pameran, melainkan juga disertai demo bagaimana proses produksi dilakukan. Ini, di samping untuk memberi pengetahuan kepada masyarakat, juga untuk membuat masyarakat mengerti sehingga menghargai karya para perajin.

“Misalnya kain endek ditampilkan bagaimana kain ini dibuat. Atau perhiasan yang dibuat secara handmade, tampilkan bagaimana proses pembuatannya. Jika masyarakat tahu pembuatannya sulit dan perlu waktu yang lama, mereka akan bisa menghargai produk dan merasa wajar jika harganya relatif lebih mahal dibandingkan dengan yang diproduksi secara massal. Memang untuk ini diperlukan tempat yang lebih luas karenanya yang tak ada kaitannya dengan PKB harus dikurangi sehingga bisa proporsional.”(ayu)

Page 7: E TABLOID EDISI 7 2012

Galang Kangin 7

Edisi 07/TAHUN II/JULI 2012

Sajian Utama

P esta Kesenian Bali diselenggarakan sebagai upaya persembahan karya cipta seni terbaik masyarakat. Bilapun kini masyarakat berkeinginan

memilih antara kesenian dan kerajinan, profan dan sekular, pesanan dan kreativitas murni masyarakat Bali, semua itu mereka kerjakan dengan semangat “persembahan “. Perbedaan itu tidak akan mengurangi hakekat berkesenian. Kegiatan berkesenian didasari oleh motivasi sebagai persembahan yang terbaik dan “spirit” dalam segala aktivitas masyarakat Bali.

Seni yang ditampilkan adalah persembahan dan karya cipta yang dihasilkan juga sebagai persembahan. Hal ini yang masih dijadikan. Persembahan seni dan karya cipta mengandung makna pembebasan yang iklas yang dalam ajaran Hindu sering disebut dengan yadnya. Yadnya yang dipersembahkan melalui seni dan karya cipta menjadikan hasil ciptaannya sebagai persembahan terbaik, maka sedapat mungkin seseorang seniman tidak akan mempersembahkan miliknya atau karyanya yang paling jelek atau seadanya, apalagi persembahan itu berupa seni dan karya cipta yang terlahir dari budi daya sebagai hulu cinta kasih dan peradaban rohani seni masyarakat.

Pesta Kesenian Bali merupakan media dan sarana untuk menggali dan melestarikan seni budaya serta meningkatkan kesejahteraan. Penggalian dan pelestarian seni budaya meliputi filosofi, nilai-nilai luhur dan universal, konsep-konsep dasar, warisan budaya baik benda atau bukan benda yang bernilai sejarah tinggi, ilmu pengetahuan dan seni sebagai representasi peradaban serta pengembangan kesenian melalui kreasi, inovasi, adaptasi budaya dengan harapan agar tetap hidup dan ajeg berjcelanjutan dalam konteks perubahan waktu dan jaman serta dalam lingkungan yang selalu berubah. PELOPOR

Menampung hasil karya cipta, seni dan aspirasi berkesenian baik kesenian hasil rekonstruksi, seni hasil inovasi, atraksi kesenian serta apresiasi seni dan budaya masyarakat , maka Pemerintah Propinsi Bali, sejak tahun 1979, oleh Almarhum Prof. Dr. Ida Bagus Mantra menggagas dan memprakarsai suatu wadah pesta rakyat, yang sampai sekarang disebut ” Pesta Kesenian Bali ” (PKB), yang pertama kalinya di gelar.

Dasar Penyelenggaraan Pesta Kesenian Bali adalah Peraturan Daerah Propinsi Bali Nomor 07 Tahun 1986 tentang” Pesta Kesenian Bali “. Pesta Kesenian Bali yang digelar pertama kali pada tahun 1979, berlangsung kurang lebih 2 bulan tepatnya dari tanggal 20 Juni 1979 sampai 23 Agustus 1979, dan setiap tahun telah memberikan kesempatan untuk menampilkan karya-karya seni terbaik, sebagai wahana pembinaan, pelestarian dan pengembangan seni budaya masyarakat.Pelestarian seni budaya dengan menampilkan keseniankesenian

klasik yang sudah hampir punah dan terpendam di masyarakat.Melalui Pesta Kesenian Bali, memotivasi masyarakat untuk menggali, menemukan dan menampilkan kepada masyarakat pada pesta rakyat ini. Penyelenggaraan PKB dari tahun ketahun telah memberikan nuansa tersendiri bagi keajegan seni budaya Bali dengan menampilkan thema yang selalu berbeda-beda.Kiranya cara berkesenian masyarakat Bali yang dipersembahkan kedalam wadah Pests Kesenian Bali, setiap tahunnya juga berbeda-beda. Seperti pada Pesta Kesenian Bali yang berlangsung Juni 2003 ini merupakan Pesta Kesenian Bali ke 25 yang bertepatan dengan Jubillium Perak Pesta Kesenian Bali. Kesempatan ini merupakan momentum yang sangat tepat untuk melakukan koreksi, perbaikan dan perubahan serta introspeksi diri, ditengah-tengah keterpurukan kepariwisataan Bali saat ini.

Pesta Kesenian Bali membuat masyarakat Bali untuk selalu beraktivitas dan berkreativitas untuk memenuhi kehidupan kita. Dengan demikian aktivitas dan kreativitas berkesenian untuk menghasilkan karya cipta dan seni masyarakat

SEJARAH PESTA KESENIAN BALI

Alamat : Lingkungan Komplek Perumahan RSUPDalung PermaiJln. Bhuana Graha I No. 5Br. Kedawas, Dalung

2 Kamar TidurRuang Keluarga

Ruang TamuDapur

Ruang MakanListrik 2200 W

Sumur Bor

Hubungi : 081 339 584 422 ( Ibu Komang )

Bali tidak akan pernah berhenti, untuk menggali dan mengembangkan gagasan-gagasan baru, baik itu gagasan baru berkesenian

maupun dalam kegiatan sehari hari, dalam rangka menyambung kelangsungan

kehidupannya. Penggalian dan pengembangan gagasan baru

berkesenian, dipakai untuk mengimbangi adanya distribusi

budaya asing sebagai akibat globalisasi menyeluruh,

karena dengan adanya gagasan baru akan dapat menuntun prilaku masyarakat dalam konteks berfikir, berkata dan berbuat yang diinplementasikan dan diwujudkan dalam bentuk karya cipta seni budaya.

Dalam sejarah perjalanan pesta seni rakyat yang akbar ini

pada umumnya selalu dibuka oleh pejabat

tinggi negara. Hanya pada PKB yang pertama

kali tahun 1979 dibuka oleh Almarhum Prof DR. Ida Bagus

Mantra yang saat itu menjabat Gubernur Kepala Daerah Tingkat

I Bali sekaligus sebagai penggagas PKB. Selebihnya pembukaan PKB

dilaksanakan oleh Menteri, Wakil Presiden, Presiden dan Ibu Negara.

Sumber : http://www.baliculturegov.com

Page 8: E TABLOID EDISI 7 2012

8 Galang Kangin

Edisi 07/TAHUN II/JULI 2012

GemaskopKoperasi Seniman Baris Gede

BERKEMBANG MANFAATKAN PELUANG

D alam beberapa tahun lalu, tumbuh

cukup banyak koperasi di Kabupaten Gianyar sebagai bentuk geliat perekonomian masyarakat. Di sisi lain keberadaan koperasi-koperasi yang menjamur tersebut, tak sedikit yang menuai

kontroversi. Meski koperasi

berdampak positif pada perekonomian

rakyat, banyak juga yang menuding pendirian begitu banyak koperasi ini kental muatan politis. Pendirian koperasi tanpa

adanya kajian yang jelas dikhawatirkan

justru menjadi masalah karena tanpa didukung

kemampuan manajemen yang memadai.

Selain koperasi banjar yang berdiri di setiap banjar dinas, pada tahun 2005 juga didirikan koperasi seniman.

Tercatat 20 koperasi seniman berdiri tersebar di seluruh Gianyar. Di awal pendiriannya masing-masing koperasi ini diberikan bantuan senilai Rp 100 juta. Hanya saja dalam perkembangannya, tak semua koperasi ini mampu bertumbuh norman sesuai dengan harapan. Banyak yang justru mengalami berbagai kendala dalam perjalanannya.

Salah satu koperasi seniman yang masih berjalan dan mampu berkembang sampai saat ini yakni Koperasi Seniman Baris Gede, Desa Adat Manukaya Let. Koperasi yang terletak di kawasan Pura Tirta Empul ini terus berkembang di tengah ketatnya persaingan lembaga keuangan.

Manager Koperasi Seniman Baris Gede Desa Adat Manukaya Let, Made Mawi Arnata mengungkapkan, koperasi ini didirikan pada awalnya memang untuk melestarikan keberadaan seni baris gede yang merupakan tarian sakral pelengkap yadnya. Caranya yakni dengan meningkatkan kesejahteraan para seniman melalui koperasi seniman.

Karena koperasi seniman, maka pada awal pendiriannya hanya para seniman yang menjadi anggota, hanya para seniman yang terlibat dalam kesenian baris gede. Mulai dari para penari baris, penabuh hingga penari rejang. Respon positif diberikan para seniman untuk perhatian pemerintah terhadap eksistensi seni wali dan juga seniman yang mendukungnya.

Malah, seiring perjalanan waktu,

keanggotaan koperasi seniman ini meluas. Saat ini banyak anggotanya merupakan warga desa pakraman. Tak hanya sebagai anggota, desa pakraman juga terlibat dalam hal penguatan permodalan. Ini dikarenakan keberadaan seni baris gede tak bisa dilepaskan dari desa pakraman sebagai sebuah lembaga sosio religius.

“Dulu memang anggotanya hanya para seniman tetapi sekrang banyak anggota desa adat yang menjadi anggotanya. Desa adat juga membantu dalam peningkatan pemodalan sehingga koperasi bisa berjalan dan berkembang seperti saat ini. Desa adat memang memberikan perhatian yang sangat besar terhadap keberadaan koperasi ini,” ujar Mawi yang juga Bendesa Desa Adat Manukaya Let ini.

Setelah berjalan tujuh tahun, diakui modal yang dimiliki Koperasi Seniman Baris Gede Desa Adat Manukaya Let memang telah berkembang. Dari bantuan awal yang hanya Rp 100 juta, kini telah berkembang sampai Rp 600 juta. Pun demikian dengan anggotanya saat ini sekitar 200 orang.

Tak hanya dengan mengembangkan unit usaha baru. Guna menjaga perkembangan koperasi, para pengurus juga selalu berusaha selektif dalam menyalurkan kredit. Ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya kredit macet. Bahkan untuk menambah modal, koperasi ini juga sangat berhati-hati.

Bersambung ke Halaman 11........Made Mawi Arnata

Page 9: E TABLOID EDISI 7 2012

Galang Kangin 9

Edisi 07/TAHUN II/JULI 2012

Gemaskop

TUMBUHKAN RASA CINTA KOPERASI

Sebagai salah satu soko guru perkonomian Indonesia, koperasi terbukti telah mampu membangun perekonomian masyarakat, bahkan

hingga yang berada di kawasan pedesaan. Bahkan saat terjadi krisis ekonomi yang melanda Indonesia beberapa tahun lalu, koperasi terbukti mampu bertahan dan tetap eksis meski bentuk-bentuk usaha yang lain rontok satu per satu dihantam badai krisis.

Sayangnya tak semua anggota masyarakat sadar akan strategisnya peran koperasi dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang merata dan berkeadilan. Bahkan sampai saat ini banyak yang memandang sebelah mata keberadaan koperasi dibandingkan bentuk usaha lainnya.

Guna menumbuhkan kecintaan dan kesadaran masyarakat dalam berkoperasi, maka dilaksanakanlah gerakan masyarakat sadar koperasi atau yang selama ini dikenal dengan sebutan Gemaskop. Di Provinsi Bali sosialisasi Gemaskop tahun 2012 telah dilaksanakan pada 19 Juni lalu.

Dalam laporannya, Ketua Panitia Sosialisasi Gerakan Masyarakat Sadar Koperasi, I Gede Indra, SE. MM, mengungkapkan, sosialisasi Gerakan Masyarakat Sadar Koperasi diberikan kepada kalangan generasi muda dan kelompok ekonomi produktif, dengan maksud agar para pemuda dapat lebih memahami informasi perkoperasian, manfaat berkoperasi, dan tujuan koperasi sehingga dapat melanjutkan usaha-usaha atau kegiatan ekonomi kerakyatan melalui wadah koperasi.

Diungkapkan, sosialisasi kegiatan Gemaskop sudah dilakukan sejak dulu melalui berbagai kegiatan seperti penyuluhan, sosialisasi kepada kelompok ekonomi produktif, seminar, diskusi, lokakarya, diklat, dialog interaktif di media seperti radio dan televisi, maupun bentuk publikasi/ informasi lainnya seperti iklan layanan, barner, brosur, pencetakan buku dan sebagainya.

Hasil pertemuan yang dilaksanakan ini akan dijadikan modal awal guna menginformasikan perkoperasian kepada masyarakat khususnya kepada generasi muda untuk memahami dan melanjutkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Tak hanya dari Dinas Koperasi, acara sosialisasi ini juga diikuti pengurus koperasi, pelaku UMKM, Gapoktan hingga kalangan mahasiswa.

Sementara itu Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Bali, I Dewa Nyoman Patra, SH. MH. Dalam sambutannya menyatakan penyelenggaraan kegiatan sosialisasi Gemaskop sangat diperlukan untuk memberikan pemahaman tentang

perkoperasian dan manfaat berkoperasi serta informasi program-program strategis lainnya bagi tumbuh kembangnya koperasi, informasi kelembagaan koperasi seperti koperasi skala besar, koperasi berkualitas, informasi masalah permodalan dan pemasaran maupun upaya pemerintah dan stake holders meningkatkan kualitas SDM pengurus/pengelola koperasi.

Terlebih sasaran dari kegiatan ini merupakan kelompok generasi muda dan pelaku ekonomi produktif yang sangat berperan dalam pembangunan ekonomi ke depan. ”Kegiatan ini mempunyai nilai strategis karena sasarannya adalah kelompok generasi muda dan kelompok ekonomi produktif, dengan harapan generasi muda sebagai pelopor, penggerak dan pelaku bagi tumbuh kembangnya koperasi di lingkungannya masing-masing,” ungkapnya.

Dijelaskan, Provinsi Bali dan seluruh kabupaten/kota pada 2011 telah mendapat penghargaan sebagai Provinsi Penggerak Koperasi dan Kabupaten/Kota Penggerak Koperasi. Menurutnya prestasi ini berkat kerja keras dan dukungan dari masyarakat Bali, Dekopinwil dan Dekopinda kabupaten/kota bersama gerakan koperasi di Bali. Hanya saja predikat semacam ini diharapkan tak lantas membuat masyarakat berpuas diri.

”Kita tentu tidak boleh berpuas diri atas prestasi tersebut, ini merupakan langkah awal, sebaliknya justru pemerintah bersama gerakan koperasi untuk lebih menyatukan diri, membulatkan tekad untuk meningkatkan kinerja koperasi di Bali serta bersama-sama mencari solusi mengatasi permasalahan yang dihadapi gerakan koperasi,” ujarnya.

Secara umum dijelaskan kinerja koperasi di Bali setiap tahun makin meningkat, ini dilihat dari makin banyaknya masyarakat/kelompok ekonomi produktif menjadi anggota koperasi atau membentuk koperasi. Namun secara jujur diakui masih ada koperasi yang tidak aktif/bermasalah sehingga merugikan citra koperasi. ”Secara bertahap kami telah lakukan upaya pembenahan agar koperasi tersebut bangkit kembali, tetapi kalau tidak memungkinkan tentu upaya terakhir dilakukan yaitu langkah pembubaran,” tegasnya.

Pemerintah Provinsi Bali

mendorong terwujudnya gerakan koperasi yang kuat dan besar baik dari skala jumlah anggota, modal maupun usahanya dan yang tidak boleh dilupakan koperasi yang besar dan kuat tersebut tidak boleh lepas dari prinsip jati diri koperasi.

Terkait dengan sosialisasi Gemaskop, diharapkan masyarakat Bali terutama para generasi muda dan kelompok ekonomi produktif dapat memahami dan mengetahui manfaat berkoperasi sebagai wadah untuk

memperjuangkan kesejahteraannya. Masyarakat diharapkan meyakini konsep bersama-sama, bersatu memperjuangkan kepentingan ekonomi melalui koperasi jauh lebih mudah dan bermanfaat dibandingkan secara sendiri-sendiri.

Dijelaskan kehadiran koperasi terbukti dapat menggerakkan sektor perekonomian daerah, menyerap tenaga kerja/menekan pengangguran dan menekan kemiskinan. Karenanya kehadiran koperasi sangat diperlukan oleh masyarakat sehingga harus terus disosialisasikan manfaatnya agar lebih dikenal.

”Melalui Gemaskop ini harapan kami kepada seluruh peserta untuk meneruskan informasi perkoperasian kepada kelompok ekonomi produktif lainnya yang ada di lingkungan sekitarnya,” pungkasnya.( Albert P.S)

I Gede IndraI Dewa Nyoman Patra

Page 10: E TABLOID EDISI 7 2012

10 Galang Kangin

Edisi 07/TAHUN II/JULI 2012

Diskop

KOPERASI KELOLA AGROEKOTURISME

Kenapa Tidak?

Denpasar :Kios Corsica, Jl. Sumatera; Kios Edy, Jl. Gunung Agung; Kios Sumerdana, Jl. Tukad Yeh Aya 12X; Kios Rama, Jl. Hayam Wuruk; Kios Latif, Jl. Tukad Musi; Kios Ayu, Jl. Waturenggong; Kios Bintang Terang, Jl. WR. Supratman; Kios Kawan Kita, Jl. P. Kawe; Suliono Agency, Jl. P. Singkep; Kt. Wijaya, Jl. Tukad Banyusari XIV/2; Sumber Dana, Jl. Hayam Wuruk 58; Prima Agency, Jl. A. Yani Utara

Jembrana :Toko Buku Mas, Jl. Pahlawan 1

Badung :Kios Varis, di depan Supermarket Varis, Kapal; Wahyu Cell, Bypass Ngr Rai, Jimbaran; Kios Ayu, Jl. Raya Kuta

Tabanan :Kios Majalah Mini Market Jaya Kerti, di depan Mini Market Jaya Kerti Kediri, Tabanan; Toko Buku Surya Agung, Jl.

Gajah Mada, Tabanan

Bangli :TB. Guna Artha, Terminal Loka Carana 62-63 Bangli

Gianyar :Toko Bendas, Jl. Raya Sukawati; Teja Abadi, Jl. Pudak 8; TB. Gandapura, Jl. Kedewatan 11 Ubud / Jl. R. Wijaya 4; TB. Sinar Pagi, Jl. Pudak 27

Klungkung :Mira Artha, Jl. Gajah Mada 35 Semarapura, Klungkung; Sugiana Agency, Jl. Puputan, Semarapura.

Karangasem :Fotocopy Sambas, Jl. Raya Ulakan, Manggis; Kurnia Agung, Padangbai; TB. Rahayu, Jl. Gajah Mada 98 Amlapura; Simpen Agc, Jl. Diponogoro, Amlapura

Buleleng :TB Pramuka, Jl. Pramuka, Singaraja

KUPON TTS EDISI JULI

Memang telah banyak pengusaha mengembangkan konsep ini dan terbukti mendapatkan respon positif dari pasar.

Potensi yang dimiliki memang sangat besar. Sayangnya belum mampu dimanfaatkan secara optimal oleh koperasi. Sampai saat ini koperasi di Indonesia memang masih banyak yang hanya berkutat pada usaha klasik sperti simpan pinjam dan b e l u m mampu

menggarap sektor lain yang juga tak kalah potensial.

Berbagai upaya dilakukan oleh Kementerian Koperasi dan UKM RI untuk mengoptimalkan peluang ini, utamanya dalam peningkatan kualitas SDM. Salah satunya melalui Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK dengan kegiatan peningkatan kapasitas pengelolaan agroekoturisme melalui koperasi yang telah dilaksanakan dari 30 Mei sampai 2 Juni.

Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Bali Dewa Nyoman Patra menjelaskan, pembangunan agroekoturisme di Bali telah menjadi bagian integral dari pembangunan pariwisata dengan pendekatan community based tourism. Melihat kondisi ini diharapkan agroekuturisme dapat membawa manfaat bagi masyarakat lokal jika dikelola melalui koperasi.

Hanya saja untuk mengembangkannya sangat diperlukan kejujuran dan profesionalisme yang dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia koperasi dan UMKM. Menurutnya, profesionalisme menjadi kunci dalam upaya peningkatan kualitas SDM UMKM. Hanya saja profesionalisme juga harus dilandasi nilai-nilai etika untuk dapat meraih kepercayaan pasar.

Sementara itu Asisten Deputi Urusan Penelitian Koperasi Deputi Bidang Pengkajian

Sumberdaya UKMK Kementerian Koperasi dan UKM, Drs. Syamsuddin, MM mengungkapakan bahwa sampai saat ini koperasi memang belum mampu memanfaatkan peluang yang ada utamanya dalam menggarap usaha agroekoturisme. Padahal dalam UU No. 10 tentang Kepariwisataan banyak peluang yang terbuka untuk hal ini.

Peluang terbuka bagi koperasi dan UKM untuk turut serta dalam industri pariwisata, baik sebagai pengelola objek maupun sebagai penunjang seperti dalam bidang transportasi, akomodasi maupun sekadar menyediakan sauvenir yang dihasilkan oleh UKM yang ada di wilayah tersebut

Di Indonesia sendiri baru di Provinsi Bali terdapat cukup banyak koperasi yang terlibat dalam industri pariwisata termasuk agroekoturisme. Diungkapkan, potensi seperti desa wisata memang sangat besar dan potensial untuk dikembangkan. Pengembangan semacam ini akan membawa dampak yang luas bagi perekonomian masyarakat di suatu kawasan.

“Potensi semacam desa wisata sangat luas, sayangnya potensi ini belum begitu tersentuh. Karenanya perlu pembicaraan bersama untuk mengembangkan potensi yang besar ini. Dalam pengembangan desa wisata, pekerjaan bisa dibagi dengan melibatkan seluruh warga desa yang merupakan anggota koperasi. Tentu hasilnya bisa dinikmati secara bersama-sama,” ungkapnya.

Hanya saja kendala klasik seperti minimnya modal yang dimiliki koperasi tetap menjadi permasalahan utama yang masih harus dihadapi sampai saat ini. Untuk bergerak pada sektor pariwisata, diakui memang diperlukan modal yang sangat besar. Akan tetapi Syamsuddin menilai dengan adanya komitmen dari senua komponen masalah ini akan dapat diatasi.

“Kemitraan bisa menjadi solusi atas minimnya modal yang dimiliki. Bisa saja koperasi atau desa menjalin kerjasama dengan hotel. Selama kedua belah pihak bisa diuntungkan, saya rasa ini sangat mungkin dilakukan. Terlebih mengembangkan masyarakat sekitar juga menjadi tanggung

jawab pengusaha. Jadi alangkah baiknya jika hal ini bisa dilakukan,” terangnya.

Di samping modal, diakui kualitas SDM juga masih menjadi kendala sampai saat ini. Pariwisata yang sangat identik dengan service, tentu harus didukung dengan SDM yang berkualitas dan profesional. Diperlukan orang-orang yang mampu berpikir cerdas sehingga tahu dengan jelas apa yang akan dijual, bagaimana mengemasnya sehingga menarik bagi pasar dan selanjutnya bagaimana mengatur sehingga menguntungkan dalam jangka panjang.

“Perlu SDM yang berkualitas yang tahu bagaimana caranya memanage, sehingga menarik bagi konsumen. Perlu dipahami bagaimana memberikan pelayanan yang terbaik sehingga konsumen merasa puas. Yang tak kalah penting juga perlu dilakukan promosi yang menarik untuk menggaet pasar,” ujarnya.

Gali KeunikanDiakui memang tak mudah untuk

mengembangkan sektor pariwisata termasuk agroekoturisme. Karenanya diperlukan pengembangan yang komprehensif melibatkan berbagai sektor. Keinginan untuk mengembangkan pariwisata harus didukung dengan kondisi infrastuktur yang baik, regulasi yang jelas serta keamanan yang stabil.

Ke depan, konsep agroekoturisme bisa dikembangkan di seluruh Indonesia mengingat potensi besar yang dimiliki dalam bidang pertanian dalam arti luas sekaligus pariwisata. Pengembangan agroekoturisme juga bisa dilakukan dengan berbagai model sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh daerah masing-masing.

Tiap daerah diharapkan mampu menggali keunikan masing-masing yang tak dimiliki oleh daerah lain. Pariwisata bisa dikaitkan dengan berbagai hal mulai dari edukasi hingga religi. Pun demikian dengan pasar yang dibidik, tak selamanya harus mancanegara. Wisatawan domestik juga memiliki potensi yang sangat besar. Sekarang tinggal bagaimana mengolah dan mengemas sebuah keunikan atau kegiatan sehingga mampu mendatangkan banyak wisatawan. (ayu)

Indonesia khususnya Bali memiliki potensi yang sangat besar dalam pertanian dan juga industri pariwisata. Kedua sektor ini sejatinya bisa

dikembangkan secara bersama-sama tanpa harus saling mematikan satu sama lain, dengan konsep agroekoturisme. Terlebih di tengah trend back to

nature yang sedang melanda masyarakat dunia.

Tabloid Galang Kangin dapat diperoleh di :

Pertanyaan :

1. …………berapi2. Garis khatulistiwa3. Kota di Sumatera Utara4. Ibukota Karangasem5. Matahari terbenam (Bhs. Inggris)6. M. Hatta adalah Bapak........7. Binatang di gurun pasir8. Perusahaan tambang dan minyak

negara

Ketentuan :

1. Jawaban dikirim ke alamat Redaksi Tabloid Galang Kangin dengan menyertakan kupon yang masih berlaku.

2. Jawaban diterima paling lambat minggu terakhir bulan Juli.

3. Pemenang akan diumumkan pada Tabloid Galang Kangin edisi Agustus.

4. Semua jawaban yang benar akan diundi dan akan disediakan hadiah untuk 5 pemenang berupa voucher masuk ke Taman Segara Madu.

5. Keputusan kami tidak bisa diganggu gugat.

Pemenang edisi Juni :

1. Pande Intan, Jl. P. Ambon, Denpasar

2. Kadek Jeni, Jl. Sidakarya Gg. Kerang No. 1, Denpasar

3. Desak Putu Sumbawati, Jl. Trijata, Denpasar

4. Trisna Juliantini, Jl. P. Bungin Gg. 9X No. 3, Denpasar

5. Yudha Wiranata, Perumahan Glogor Carik Gg Arjuna No. 7, Denpasar

Syamsuddin

Page 11: E TABLOID EDISI 7 2012

Galang Kangin 11

Edisi 07/TAHUN II/JULI 2012

DiskopLembaga Penjaminan Simpanan Koperasi

BENTENG KEPERCAYAAN ANGGOTA DAN MASYARAKAT

M enjelang usianya yang ke-65, koperasi sebagai lumbungnya ekonomi wong cilik, sampai

saat ini masih belum mendapatkan kepercayaan dari anggotanya sendiri, maupun masyarakat dalam hal menyimpan atau menaruh uangnya. Kondisi seperti ini sangat melemahkan untuk bisa memperoleh modal sendiri dari para anggotanya. Tentu kondisi ini akan mendorong koperasi mencari modal melalui kerjasama dengan pihak luar. Dalam hal ini perbankan atau lembaga keuangan formal.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 1992, Tentang Perkoperasian, Pasal 44, koperasi dapat menghimpun dana dan menyalurkannya melalui kegiatan usaha simpan pinjam. Ini berarti kegiatan usaha simpan pinjam tersebut dapat dilaksanakan dari dan untuk anggota koperasi yang bersangkutan, untuk calon anggota yang memenuhi syarat dan koperasi lain dan atau anggotanya.

Sudah tentu kondisi tersebut menjadi dasar hukum yang kuat bagi koperasi untuk melaksanakan kegiatan usaha simpan pinjam baik sebagai salah satu ataupun satu-satunya kegiatan usaha koperasi. Sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat, walaupun dalam lingkup yang terbatas, kegiatan ini banyak menanggung risiko. Oleh karena itu pengelolaannya harus dilakukan secara jujur dan profesional.

Dengan memperhatikan dan mengkaji keberadaan koperasi yang melaksanakan kegiatan uasaha simpan pinjam di masyarakat, banyak sekali yang melanggar aturan. Bahkan disinyalir ada usaha simpan pinjam yang tidak memiliki status badan hukum yang jelas. Terkait dengan kondisi ini, siapa yang sebenarnya bertanggung jawab?

Melihat perkembangan dan pertumbuhan koperasi yang melaksanakan kegiatan usaha simpan pinjam di Bali, dari sisi jumlah cukup menggembirakan. untuk Koperasi Simpan Pinjam (KSP) meliputi 420 unit dengan jumlah anggota 220.553 dan modal sendiri sebesar Rp 129.997 juta dengan volume usaha sebesar Rp 475. 569 juta. Sedangkan koperasi yang memiliki Unit Usaha Simpan Pinjam (USP) sebanyak 3.664 unit dengan jumlah anggota 620. 827 orang dan modal sendiri sebesar Rp 595. 433 juta dengan volume usaha sebesar Rp 3.120. 573 juta. (Dinas Koperasi dan UMKM Prov Bali)

Dilihat dari aspek kuantitas, koperasi yang melaksanakan kegiatan simpan pinjam dan usaha simpan pinjam perkembangan cukup baik. Hanya saja, dilihat dari aspek kualitas, masih belum menunjukkan sebagai lembaga keuangan yang professional. Maka dari itu koperasi yang melaksanakan kegiatan usaha simpan pinjam dan unit usaha simpan pinjam sangat perlu dibentengi dengan tingkat kepercayaan dan citra yang aman apabila anggota koperasi dan masyarakat menaruh uangnya pada koperasi.

Untuk menumbuhkan rasa aman ini diperlukan beberapa strategi.

Pertama, strategi membentuk lembaga penjaminan simpanan terhadap uangnya anggota maupun uangnya masyarakat yang disimpan dan ditaruh pada koperasi yang melaksanakan kegiatan usaha simpan pinjam dan unit usaha simpan pinjam, tentu diperlukan adanya pemikiran dan persepsi yang sama anatar pemerintah. Mulai dari Dinas Koperasi dan UMKM, legislatif, yudikatif dan gerakan koperasi serta para stakeholder yang peduli memperjuangkan hak-hak wong cilik.

Kedua, strategi pemberdayaan lembaga penjamninan simpanan koperasi perlu diberikan payung hukum,

agar keamanan terhadadap simpanan anggota dan masyarakat mendapatkan kepercayaan. Sudah tentu kondisi tersebut akan berdampak terhadap meningkatnya partisipasi aktif anggota dan masyarakat menyimpan uangnya pada koperasi. Dengan demikian peran dan peluang koperasi yang melaksanakan kegiatan usaha simpan pinjam dan unit usaha simpan pinjam semakin mendapat perhatian dan perhitungan dalam usaha moneter.

Ketiga, strategi dalam mengoperasionalkan lembaga penjaminan simpanan koperasi harus dikelola oleh tenaga-tenaga yang jujur dan professional. Disamping itu juga harus dilengkapi dengan sistem yang jelas dan didukung dengan standar operasional prosedur (SOP) yang sesuai dengan besar kecilnya usaha penjaminan simpanan tersebut. Dengan demikian sistem pengendalian intern dalam pengelolaannya bisa memperlihatkan manajemen yang transparan dan efisien serta efektif dengan tingkat produktivitas yang tinggi.

Pendirian lembaga penjaminan simpanan koperasi sangat ditunggu-tunggu oleh seluruh gerakan koperasi yang mengelola usaha simpan pinjam dan unit usaha simpan pinjam karena merupakan benteng kepercayaan bagi anggota dan masyarakat yang menyimpan atau menaruh uangnya di koperasi. Dengan kondisi tersebut anggota dan masyarakat akan merasa aman dan tenang menaruh uangnya di koperasi mengingat fluktuasi perekonomian khususnya di bidang moneter sering terjadi. Dengan demikian koperasi mempunyai kedudukan yang sama dengan lembaga keuangan formal lainnya.

“Bantuan yang diberikan baik oleh pemerintah maupun desa adat tentu harus dikelola secara hati-hati dan bertanggung jawab. Desa adat memang bisa memberikan bantuan modal yang besar, tetapi kami harus berhati-hati mengelolanya. Kami tidak mau karena diketahui ada uang banyak dikoperasi ini maka orang berlomba-lomba untuk

Sambungan dari Halaman 8........

Bambang Gede Kiswardi Pengamat

Ekonomi KerakyatanDosen Fakultas EkonomiUniversitas Warmadewa

meminjam tapi malah berakhir sebagai kredit macet,” kata Mawi.

Unit Usaha Rumah MakanMawi menceritakan, Koperasi

Seniman Baris Gede Desa Adat Manukaya Let bisa berkembang seperti saat ini, karena mendapat dukungan dari Desa Adat. Selain itu juga dikarenakan mampu

memanfaatkan potensi lingkungan untuk mengembangkan koperasi. Tak hanya berkutat pada unit simpan pinjam yang umum digeluti sebagian besar koperasi. Koperasi Seniman Baris Gede Desa Adat Manukaya Let juga mengembangkan unit usaha lain dengan memanfaatkan posisinya yang berada di lingkungan Pura Tirta Empul.

Turis yang selalu ramai melancong ke kawasan ini, juga masyarakat lokal yang ramai bersembahyang dan melukat di Pura Tirta Empul, oleh Koperasi Seniman Baris Gede Desa Adat Manukaya Let ditangkap sebagai peluang. Sebuah unit usaha koperasi berupa rumah makan, didirikan. Unit usaha ini ternyata mampu berkontribusi positif terhadap perkembangan koperasi hingga tetap eksis seperti saat ini.

“Banyak umat yang datang ke sini untuk melukat. Pastinya setelah melukat mereka merasa kedinginan bahkan ada yang lapar. Karena itu kami berupaya menyediakan makanan dan minuman yang diperlukan para pemedek. Mereka merespon positif hal ini karena merasa dimudahkan. Terlebih jika mereka melukat sampai malam dan membawa serta

keluarga,” terangnya.Simpan pinjam sebagai unit usaha

utama, kemudian sangat terbantu dengan unit usaha rumah makan yang juga memberikan kontribusi yang tak sedikit. Tercatat setidaknya Rp 29 juta rupiah omset dihasilkan oleh unit usaha ini setiap bulannya. Tak hanya dari sisi omset, keberadaan unit usaha ini juga ternyata mampu menyediakan lapangan kerja. Sampai saat ini tercatat 10 orang terllibat dalam operasional Koperasi Seniman Baris Gede Desa Adat Manukaya Let.

Karena harus melayani umat yang datang melukat ke Tirta Empul, maka konsekuensinya unit usaha rumah makan tak pernah tutup. Mereka tetap buka meski hari libur. Bahkan saat hari raya tertentu dimana banyak umat datang untuk melukat seperti banyu pinaruh dan siwaratri, mereka harus buka sampai pagi.

“Karena harus melayani pemedek yang datang melukat, kami tak bisa libur seperti koperasi yang lain. Untuk menyiasati hal ini, kami menerapkan sistem shift terhadap mereka yang bekerja di unit usaha ini. Ini memang harus dilakukan untuk terus memajukan koperasi,” imbuhnya.(Ayu)

Page 12: E TABLOID EDISI 7 2012

12 Galang Kangin

Edisi 07/TAHUN II/JULI 2012

Profil

BESARKAN USAHA DAN ANAK

A nggapan, tudingan seperti itu tak selamanya benar. Tak sedikit perempuan

yang ternyata mampu menyelaraskan usaha dengan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga.

Susanti salah satunya. Perempuan 41 tahun ini membuktikan menjalankan usaha tak harus mengorbankan waktu dan kebahagiaan keluarga. Bahkan terbukti usaha yang dikelola sambil membesarkan anak dan menjalankan

kewajiban sebagai ibu rumah tangga tetap menjadi yang terindah baginya. Tetap menjadi bagian dari masyarakat, juga tak menghalanginya meraih kesuksesan.

Bertempat di daerah Pemogan, perempuan asal Jember ini sukses membangun usaha pembuatan kostum peri

untuk anak-anak. Sebelum akhirnya memulai usaha seperti saat ini, ia hanya bekerja di sebuah artshop dan juga garmen. Akan tetapi tuntutan hidup yang semakin tinggi terlebih dengan hadirnya anak-anak, membuatnya harus putar otak. Hasil yang didapat sebagai seorang karyawan dirasa semakin tak mencukupi kebutuhan rumah tangga yang semakin hari terus bertambah.

“Kalau kita terus ikut orang, sepertinya untuk maju itu sangat susah. Pendapatan kita pasti terus segitu-gitu aja. Kalaupun naik, pasti tak seberapa dan waktunya juga lama. Padahal keperluan hidup terus bertambah. Saat baru ada 1 orang anak mungkin tak jadi masalah, tapi saat lahir anak kedua baru akan terasa. Karena itu kita tak bisa

selamanya cuma jadi karyawan. Harus berusaha membangun usaha sendiri,” jelasnya.

Susanti mengisahkan, saat kebingungan mencari cara untuk menambah penghasilan, ia bertemu seorang teman lama yang pernah bekerja di tempat yang sama. Saat itu temannya memang tengah mencari orang untuk membantu memproduksi kostum untuk anak-anak.

Berbekal pengalaman lima tahun bekerja di artshop dan di bagian produksi selama lima tahun, ia memberanikan diri

untuk turut serta memproduksi kostum yang bertema utama peri untuk anak-anak.

“Saya tak memiliki keahlian, hanya pengalaman 10 tahun di bidang produksi dan pemasaran pakaian. Inilah yang kemudian menjadi modal utama yang membuat saya yakin saat ada teman yang mengajak bekerja sama dalam memproduksi kostum untuk anak,” ungkapnya.

Di masa awal ia memulai usahanya pada 2002, produksinya sangat terbatas. Ini dikarenakan ia hanya menyediakan pakaian untuk toko kecil milik rekannya yang ada di seputaran Kuta. Selain dibantu suaminya ia juga dibantu oleh tiga orang pekerja.

Ketekunannya dalam mengembangkan usaha ternyata berbuah manis. Seiring perjalanan waktu, pesanan terus berdatangan. Hingga pada akhirnya ia bertemu dengan seorang pelanggan yang merupakan supplier kostum anak dan memberinya order dalam jumlah besar hingga saat ini.

Produksi yang awalnya hanya dikerjakan oleh tiga orang pegawai saat ini semakin berkembang. Bertempat di sebelah rumahnya, ia dibantu oleh sekitar tiga belas orang pekerja. Di samping itu ia juga masih dibantu oleh beberapa orang yang bekerja secara lepas yang mengerjakan aksesoris hingga menjahit pakaian yang akan dijadikan kostum.

Sampai saat ini Susanti mengaku tak pernah kesulitan dalam mendapatkan order. Dalam sebulan beberapa kali order datang dari pelanggannya. Meski masih berskala industri rumah tangga, dalam sebulan usaha kostum yang berlabel Lely Fairy ini bisa mendapat order puluhan hingga ratusan juta rupiah.

Tanpa PromosiDari sisi pasar, Susanti

mengaku tak pernah kesulitan. Bahkan semua produknya

Banyak pendapat, perempuan yang menjalankan usaha akan membuatnya

mengesampingkan tanggung jawab dan kewajiban untuk mengurus keluarga

dan rumah tangga. Kesuksesan karir bisnis kerap diikuti oleh berantakannya

rumah tangga, yang membuat anak menjadi korban.

ditujukan untuk pasar ekspor. Australia menjadi pasar utamanya hingga saat ini. Tak pernah ada promosi yang dilakukan untuk mendapatkan pesanan. Pesanan selalu ada terlebih sampai saat ini usaha pembuatan kostum relatif sedikit yang menggeluti.

“Saya tak pernah promosi untuk memasarkan produk, tetapi syukur sampai saat ini selalu ada order yang datang. Bahkan saya heran dibawa kemana semua baju yang dipesan. Meski selalu ada pesanan, saya tetap menjaga kualitas produk sehingga pelanggan merasa puas. Saya menjalankan usaha hanya bermodalkan ketekunan dan tetap berdoa,” ujar istri dari Nawawi ini.

Ibu dari tiga orang anak ini mengungkapkan berkembangnya usaha yang telah digelutinya hampir sepuluh tahun ini bukan hanya membawa dampak bagi keluarganya, tetapi juga ibu-ibu lain yang juga membantunya dalam proses produksi. Karena membuat pernak-pernik dibutuhkan keahlian dan ketelitian, maka sebagian besar pekerjaanya ibu-ibu rumah tangga.

Susanti juga memiliki alasan tersendiri memilih mempekerjakan perempuan dan ibu rumah tangga untuk membantunya dalam berproduksi. Diberikannya order pada ibu rumah tangga bisa membuat mereka mendapatkan penghasilan tambahan tanpa harus meninggalkan kewajiban menjaga anak.

“Pekerjaan ini bisa dilakukan sambil menjaga anak di rumah. Sama seperti saya yang tek perlu meninggalkan anak. Kegiatan kemasyarakatan termasuk kegiatan keagamaan seperti pengajian juga tetap bisa kami lakukan. Usaha ini juga menjadi kesempatan untuk bersosilisasi. Semua orang yang bekerja dengan saya sudah seperti keluarga, bukan seperti pegawai, sehingga mereka merasa nyaman,” ceritanya.(Ayu)

Page 13: E TABLOID EDISI 7 2012

Galang Kangin 13

Edisi 07/TAHUN II/JULI 2012

Peluang Usaha

DRY ICEAWET, AMAN DAN PRAKTIS

S aat salah satu kerabat kita meninggal dunia, ada kalanya jenazah tak langsung bisa dikubur atau dikremasi karena berbagai

hal. Dalam kondisi seperti ini, keluarga yang ditinggal tak hanya berduka. Tak jarang masalah juga menyertai, terutama bagaimana menjaga jenazah bisa tetap dalam kondisi baik. Selama ini penyuntikan formalin atau penggunaan es batu sering menjadi solusi. Hanya saja hasilnya kurang maksimal dan sangat merepotkan.

Sebuah solusi baru yang memberi hasil optimal dalam pengawetan jenazah ditawarkan oleh CV Sriwijaya, dengan penggunaan dry ice atau es kering. Berbeda dengan es batu biasa yang terbuat dari air, Dry ice dibuat dengan menggunakan gas CO2 yang dipadatkan hingga menjadi balok es.

Mulyono, pemilik CV Sriwijaya mengungkapkan, jika dibandingkan dengan es batu biasa, dry ice memiliki berbagai keunggulan. Utamanya dalam proses pengawetan jenazah. Dry ice memiliki suhu yang sangat dingin berkisar -70oC sampai -80oC. Bandingkan dengan es batu biasa yang suhunya hanya 0oC sampai -15oC.

“Karena suhunya sangat dingin, dry ice dapat menghambat pembengkakan dan kerusakan pada jenazah secara maksimal. Jika menggunakan formalin, jenazah menjadi biru-biru, baunya juga sangat menyengat. Sementara kalau dengan es batu, jenazah akan bengkak. Tapi kalau menggunakan dry ice hasilnya sangat bagus terlihat seperti orang tidur. Bahkan seperti yang kami tangani setelah dua bulan disimpan dengan dry ice juga masih tetap bagus,” ujarnya.

Saking dinginnya, jenazah dalam kondisi rusak, memiliki luka terbuka, atau terus mengeluarkan cairan, juga bisa diatasi dengan dry ice in. Karena terbuat dari gas, maka proses pelepasannya juga akan langsung menjadi gas dan bukan air. Ini juga akan memudahkan karena hasilnya kering dan tidak menggenang sehingga tak perlu dibersihkan.

Di samping untuk mengawetkan jenazah, beber Mulyono, dry ice juga sangat baik digunakan untuk pengawetan dalam pengiriman daging, ikan, keju,

buah, ice cream dan lainya. Meski terbuat dari CO2, Mulyono menjamin produknya ini sangat aman karena CO2-nya sendiri didapat dari alam. Keamanan produknya telah dibuktikan dengan ISO 9002 dan adanya sertifikat halal.

Memang, jika dibandingkan dengan es batu biasa, harga dry ice relatif lebih mahal. Per kilo dry ice dijual Rp 25 ribu. Hanya saja hasil yang didapat juga jauh lebih baik. Bagi pembeli yang ada di seputaran Denpasar dan Kuta, Mulyono menyediakan layanan pesan antar secara gratis. Bahkan sebelum menggunakan dry ice, konsumen juga bisa berkonsultasi yang juga diberikan secara gratis. Tak hanya itu. CV Sriwijaya juga melayani konsumen 24 jam.

Timbangan Akurat Pengalaman mendapat pertanyaan

kebenaran timbangan dari konsumen yang membeli dry ice ternyata memberikan inspirasi bagi mulyono. Ia tak hanya mengganti timbangan manualnya dengan timbangan digital, tetapi juga memutuskan untuk menyediakan timbangan digital. Timbangan manual yang selama ini relatif mudah dicurangi memang sering menimbulkan kecurigaan konsumen.

“Penggunaan timbangan digital yang tak bisa diutak-atik dengan akurasi yang lebih baik akan menumbuhkan rasa saling percaya antara penjual dan pembeli. Pembeli tak akan mempertanyakan kebenaran timbangan. Sebagai penjual juga akan diuntungkan karena kelebihan sedikit saja bisa diketahui dan dihitung secara tepat,” ujarnya.

Dari sisi kemampuan timbangan digital, memang memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan manual. Mulyono menyediakan timbangan yang mampu mengukur berat 0,0001 gram hingga puluhan ton. Kemampuan ini tentu memudahkan bagi penjual dan memberi rasa aman bagi konsumen.

Teknologi yang lebih tinggi dalam teimbangan

digital memang membuat harganya relatif lebih mahal dibandingkan dengan timbangan manual. Hanya saja Mulyono mengungkapkan jika diandingkan dengan hasil yang didapat, pengguna justru lebih diuntungkan.

“Timbangan manual sebenarnya jauh lebih cepat rusak karena lebih banyak komponennya yang bergerak. Hanya saja kalau yang manual rusak susah diketahui, kerusakan baru akan telihat jika sudah parah. Beda dengan yang digital, baru terganggu sedikit saja akan langsung diketahui sehingga harus langsung diperbaiki. Kerusakan sedikit saja kita akan langsung diperingatkan,” ungkapnya.

Hanya saja Mulyono meminta

mereka yang akan membeli timbangan digital untuk lebih berhati-hati agar tidak dirugikan. Meski banyak toko yang menyediakan timbangan digital, namun tak semuanya menyediakan layanan purna jual.

“Memang banyak yang jual timbangan digital, tapi bisa saja mereka sekadar jual. Di sini kami memang ditunjuk langsung oleh perusahaan sebagai distributor. Kami juga melayani service dan juga menyediakan spare partnya. Produk yang kami jual juga bergaransi jadi tak perlu khawatir. (ayu)

TAK dry ice dan timbangan digital, CV Sriwijaya juga menyediakan kue untuk berbagai keperluan. Dengan merk Balina, CV Sriwijaya menyediakan kue enak dengan harga yang terjangkau. Tak hanya rasa. Kepraktisan juga menjadi pertimbangan dalam penyajian produk. Produk yang dijual dalam kemasan cantik telah dipotong-potong dan bisa langsung disajikan.

Produk yang telah dijual di seluruh Bali ini memiliki harga yang jauh lebih terjangkau jika dibandingkan produk lain yang sejenis. Anda tak perlu khawatir dengan

rasanya, dijamin puas. Lebih-lebih kue Balina dibuat dengan bahan-bahan yang berkualitas.

Black forest isi 25 potong bisa Anda dapatkan dengan harga di bawah Rp 30 ribu. Bahkan kue tart bisa didapatkan mulai kisaran Rp 20 ribu saja. “Kami bisa menjual dengan harga yang lebih murah karena kami melakukan produksi secara massal. Jadi yang kami lakukan efisiensi tenaga dan waktu, sementara dari sisi kualitas bahan tak perlu dipertanyakan lagi. Semua dijamin dan sesuai aturan yang berlaku. Kami tak menggunakan pengawet, karena itu produk hanya bertahan 7 hari saja setelah produksi. Ini demi keamanan dan kesehatan konsumen,” promonya.

ENAK TAK HARUS MAHAL

Mulyono dan para staff

Page 14: E TABLOID EDISI 7 2012

14 Galang Kangin

Edisi 07/TAHUN II/JULI 2012

Agro

Sejak diperkenalkan pada tahun 2009 silam, sistem pertanian terintegrasi (Simantri) telah diterapkan ratusan kelompok tani di sejumlah wilayah

di Bali. Manfaat dari program yang digagas Pemerintah Provinsi Bali itu

pun sudah dirasakan sejumlah petani, meski masih menghadapi sejumlah

kendala. Seperti apa?

Kabar dari SimantriKENCING SAPI PUN JADI UANG

S ebanyak 20 petani dari Desa Blahbatuh, Gianyar, kini tidak hanya mengandalkan hidup dari lahan sawah mereka. Sejak tergabung dalam Kelompok Tani Simantri

Blahbatuh 031 pada tahun 2010 lalu, mereka bisa mengubah kotoran dan kencing sapi menjadi uang.

Kok bisa? Wayan Sadia, Ketua Kelompok Tani Simantri Blahbatuh 031, menjelaskan kelompoknya sudah mampu menghasilkan sedikitnya 15 ton pupuk dan 2.000 liter pestisida dari kotoran dan kencing sapi. Sadia dan kawan-kawannya memberi nama “Pukantri” pada pupuk karya mereka yang diolah dari kotoran sapi, yang memiliki arti Pupuk Kandang plus Trikoderma. “Pukantri adalah pupuk sekaligus pestisida yang dapat mencegah virus pada tanaman pisang, mencegah akar busuk pada tanaman padi, dan lainnya,” Sadia berpromosi.

Sementara itu, pestisida yang dihasilkan dari urine atau kencing sapi diberi nama “Bioporin”, yang dapat mencegah jamur batang pada tanaman padi. “Bioporin sifatnya pencegah penyakit yang disebabkan bakteri seperti mencegah penyakit layu pada tanaman cabai dan lainnya,” Sadia menambahkan.

Rupiah yang dihasilkan dari produk tersebut tak tanggung-tanggung, yakni Rp 5.000 per liter untuk Bioporin dan Rp 7.000 per kilogram untuk Pukantri. “Itu harga ambil di tempat. Kalau dikirim, harganya beda lagi,” kata dia.

Hasil produksi Pukantri dan Bioporin dari Simantri Blahbatuh memang tidak hanya dikirim ke wilayah Gianyar saja. “Permintaan datang dari seluruh Bali. Syukurlah. Ini kebanggaan juga buat kami,” kata dia.

Bagaimana bisa menjual kotoran dan kencing sapi? Hal ini bermula ketika para petani di Desa Blahbatuh ini memutuskan mengikuti program Simantri yang ditawarkan Pemerintah Provinsi Bali. Melalui program ini, petani diberikan bantuan 20 ekor sapi, bantuan kandang koloni, satu unit instalasi pengolahan urine, satu unit pengolohan kotoran sapi, dan instalasi biogas.

Konsep dasar dari program ini adalah pemberdayaan masyarakat dan segala sumber daya pertanian terintegrasi yang organik dan zero waste. Prinsipnya, sapi dipelihara dalam satu kandang yang sama, sehingga kotoran dan kencingnya bisa diolah secara bersama-sama, sedangkan gas yang dihasilkan dari kotoran sapi dialirkan ke

rumah penduduk sebagai biogas, pengganti elpiji. “Kita sangat bersyukur bisa mengikuti

program ini. Selain bisa secara pelan-pelan beralih ke pertanian organik, di mana kita bisa jual produk dengan harga lebih tinggi, kita juga dapat penghasilan tambahan dari penjualan pupuk dan pestisida,” ujar Sadia.

“Simantri ini tujuan utamanya adalah supaya kita bisa mengambil manfaat sebesar-besarnya dari ternak kita. Dari sapi, kambing maupun ayam, juga babi. Itu kira-kira arahnya. Tetapi Simantri bukan hanya memelihara hewan saja, tetapi memelihara sapi dengan pertanian yang terintegrasi,” Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengingatkan.

Pastika menegaskan program Simantri kini makin dilirik kelompok tani. “Ini adalah zero waste program. Jadi sangat ramah lingkungan, di samping memberi manfaat ekonomis bagi masyarakat petani,” jelas Pastika.

Pastika menegaskan pihaknya akan terus mendorong kelompok tani di Bali agar segera menerapkan program Simantri. Pemerintah Bali menyediakan bantuan senilai Rp 200 juta kepada masing-masing kelompok tani yang mau menerapkan Simantri. “Semakin banyak

kelompok tani yang menerapkan Simantri, semakin bagus. Karena ini ramah lingkungan,” ujarnya.

Program Simantri, kata Pastika, erat kaitannya dengan upaya pemerintah mewujudkan “Bali Organik”. “Sistem pertanian Simantri ini merupakan sistem pertanian organik. Saya

h a r a p k a n Bali organik itu bisa benar-benar terwujud di Bali. Jadi orangnya sehat, ekonomi cukup, tanahnya Bali juga supaya sehat kembali,” kata dia.

Selain ramah lingkungan, sistem pertanian organik menurutnya akan memperingan beban petani yang selama ini sering terpuruk karena harga pupuk kimia yang terlalu mahal. “Dengan begini kita buat sendiri pupuknya. Kita tidak tergantung pada pupuk dari luar,” ujar Gubernur asal Buleleng itu.(viani)

Page 15: E TABLOID EDISI 7 2012

Galang Kangin 15

Edisi 07/TAHUN II/JULI 2012

Agro

ABAIKAN SUBAK, HANYA UNTUK ELITE PETANI?

D i balik kesuksesan program sistem pertanian terintegrasi (Simantri), ada

satu hal yang disayangkan dari pengelolaan program ini. “Sayangnya yang menikmati program ini adalah kaum elite petani yang bisa buat proposal saja,” ujar Wayan Windia, Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Udayana.

Menurut Windia, diabaikannya kelompok subak dalam penerapan program Simantri merupakan bentuk ketidakpedulian pemerintah pada keberadaan subak. Selama ini, petani yang menerapkan program Simantri wajib membentuk gabungan kelompok tani (gapoktan) yang terdiri dari 20 orang petani. “Koridor Simantri itu menurut kami kurang betul. Seharusnya pemerintah mengoptimalkan kelompok subak, jangan lagi membentuk kelompok tani,” tegas Windia.

Dijelaskan Windia, program Simantri sebenarnya sangat positif untuk bisa mengangkat subak. Subak harus memberikan aktivitas ekonomi, bukan hanya aktivitas budaya dan keagamaan. “Sejarah subak sebenarnya aktivitas sosio cultural, sehingga hanya menghasilkan budaya agraris. Sekarang mereka harus diberikan aktivitas ekonomi dan

teknologi,” jelasnya. Diakui Windia, kelompok

tani yang menjalankan Simantri pada dasarnya adalah anggota subak. “Tetap ada friksi antara kelian subak dengan gapoktan. Seharusnya Simantri di bawah landasan subak yang sudah punya pengalaman. Ini penting untuk mengembangkan ekonomi masyarakat,” tambahnya.

Windia menyesalkan karena selama ini subak tidak mendapatkan apa-apa dari pemerintah. Pemerintah, menurutnya, harus membuat petani senang bertani. “Kenyataannya, pemerintah membiarkan petani kehilangan saluran irigasinya, dan mereka harus membayar pajak yang sangat mahal, tidak sebanding dengan hasil pertaniannya. Jadi pemerintahlah yang sebetulnya secara sistematis menghancurkan subak dan sektor pertanian di Bali,” ia menambahkan.

Gubernur Bali Made Mangku Pastika membantah pihaknya tidak peduli dengan subak. “Kenapa Gapoktan? Karena dulu dari segi legal, kita harus dapat legalisasi bupati. Gapoktan toh juga bertempat di subak masing masing. Jadi skupnya lebih kecil sebenarnya gapoktan,” Pastika menegaskan.

“Kalau gapoktan memang

skupnya jauh lebih kecil dan Simantri ini sesungguhnya hanya untuk menjadi contoh bahwa kalau pelihara ternak sendiri-sendiri, hasilnya sedikit. Kalau dengan metode Simantri, petani akan dapat nilai lebih dari sapi. Simantri ini tujuannya utama adalah supaya kita bisa mengambil manfaat sebesar-besarnya dari ternak kita,” tambahnya.

Selain untuk meningkatkan ekonomi petani, program Simantri juga pada dasarnya digelar untuk mewujudkan Bali organik. “Petani kita arahkan agar kembali pada penggunaan produk organik, sehingga kita bisa mewujudkan Bali organik,” tegas Pastika.

Ketua Yayasan Bali Organic Association (BOA), Luh Kartini, mengakui program Simantri untuk mewujudkan Bali Organik sangat positif. Menjadikan Bali organik sangat mendesak mengingat penggunaan pupuk anorganik secara berlebihan sudah cukup merusak alam Bali. “Tetapi memang perlu komitmen kuat untuk bisa menerapkan ini. “Gerakan Bali organik harus didukung semua pihak, baik sektor pendidikan, lembaga swadaya masyarakat, petani, pelaku pariwisata, dan

lainnya,” kata Kartini. Diakui, beberapa pihak

menyatakan program Bali organik hanya sebagai lips service. “Namun sebenarnya tidak masalah disebut lips service. Setidaknya, sudah ada suatu gerakan di sini untuk menjadikan Bali organik. Ini sesuatu yang bagus, dan perlu kerjasama kita semua. Tidak bisa pemerintah sendiri,” tambahnya.

Dikatakan, BOA sudah mendorong Bali organik sejak lama melalui berbagai kampanye. Namun upaya mendorong Bali organik tersebut diakui tidak mudah, karena rendahnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan dan lingkungannya. “Dan dengan dicanangkannya Bali organik oleh pemerintah sekarang, ini satu kemajuan yang luar biasa sebenarnya. Dulu kita bermimpi untuk mendapat dukungan, sekarang ternyata sudah ada dukungan. Mari kita berpikir positif, bahwa segala sesuatu butuh evaluasi, ada kekurangannya jelas.

Justru saatnya sekarang publik mendorong kekurangan-kekurangan ini. Saatnya semua pihak ikut ambil peran,” harapnya. (viani)

Page 16: E TABLOID EDISI 7 2012

16 Galang Kangin

Edisi 07/TAHUN II/JULI 2012

Advertorial

YAYASAN AL – MA’RUFJl. Angsoka Cargo Permai

I No. 12 Ubung Denpasar 80116Telp. (0361) 7402694 Fax. (0361) 412554

MENGELOLA:1. RAUDLATUL ATHFAL (RA/TK)2. MADRASAH IBTIDAIYAH (MI)3. MADRASAH TSANAWIYAH (MTs)4. MADRASAH ALIYAH (MA)5. SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)

BINA MADINA DENPASAR6. SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) DENPASAR 7. PONDOK PESANTREN 8. MADRASAH DINIYAH

Menerima PendaftaranSiswa Baru dan Pindahan

Tahun Pelajaran 2012/2013

I. KELENGKAPAN PENDAFTARANA. Raudlatul Athfal (RA/TK)

1. Fotocopy Akte Kelahiran 2 Lembar2. Pasfoto hitam putih ukuran 3 x 4 Tiga Lembar3. Lunas membayar infaq pembangunan4. Lunas SPP bulan Juli 2012 Rp 150.000,-

B. Madrasah Ibtidaiyah (MI)1. Fotocopy Ijazah RA/TK atau fotocopy akte

Kelahiran sebanyak 2 Lembar2. Pasfoto hitam putih ukuran 3 x 4 Tiga Lembar3. Lunas membayar Infaq Pembangunan4. Lunas SPP bulan Juli 2012 Rp 125.000,-

C. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Full Day School1. Fotocopy Ijazah dan SKHUN MI/SD 2 Lembar2. Pasfoto hitam putih ukuran 3 x 4 Tiga Lembar3. Lunas membayar infaq pembangunan4. Lunas SPP bulan Juli 2012 Rp 200.000,-

D. Madrasah Aliyah ( MA)1. Fotocopy Ijazah dan SKHUN MTs/SMP 2 Lembar2. Pasfoto hitam putih ukuran 3 x 4 5 Lembar3. Pasfoto hitam putih ukuran 2x3 2 Lembar4. Lunas membayar infaq pembangunan5. Lunas SPP bulan Juli 2012 Rp 200.000,-

E. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Bina Madina1. Fotocopy Ijazah dan SKHUN MTs/SMP 2 Lembar2. Pasfoto hitam putih ukuran 3 x 4 Tiga Lembar3. Lunas membayar infaq pembangunan4. Lunas SPP bulan Juli 2012 Rp 200.000,-

II. WAKTU DAN TEMPAT PENDAFTARANA. Waktu Pendaftaran

Hari : Senin-Sabtu Jam : 08.00-13.00 Wita

B. Tempat PendaftaranKantor Koperasi Yayasan Al Ma’ruf Denpasar

III.RINCIAN BIAYA PENDIDIKAN

1. Raudlatul Athfal (RA/TK)Administrasi 125.000SPP/Bulan 150.000Dana Pengembangan 1.600.000Seragam 3 Stel+Tas 400.000Keg.Ekstra,PHBI/Thn 100.000Jumlah 2.375.000

2. Madrasah Ibtidaiyah (MI)Administrasi 125.000SPP/Bulan 125.000Dana Pengembangan 1.750.000Seragam 4 Stel 500.000Keg.Ekstra,PHBI/Thn 100.000Jumlah 2.600.000

3. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Full Day SchoolAdministrasi 125.000SPP/Bulan 200.000Dana Pengembangan 1.900.000Seragam 4 Stel 600.000PHBI,Ekstra,OSIS/Thn 145.000Kegiatan Lap./Thn 150.000Jumlah 3.120.000

4. Madrasah Aliyah ( MA)Administrasi 125.000SPP/Bulan 200.000Dana Pengembangan 1.900.000Seragam 4 Stel 600.000PHBI,Ekstra,OSIS/Thn 145.000Kegiatan Lap./Thn 150.000Jumlah 3.120.000

5. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Bina MadinaAdministrasi 125.000SPP/Bulan 200.000Dana Pengembangan 2.000.000Seragam 4 Stel+Jas 1.000.000PHBI,Ekstra,OSIS/Thn 145.000Kegiatan Lap./Thn 150.000Jumlah 3.620.000

PENDAFTARAN SISWA BARU TP. 2012/2013 YAYASAN AL MA’RUF DENPASAR

S ejarah pertumbuhan dan perkembangan Yayasan Al-Ma’ruf Denpasar, yang mengelola RA, MI, MTs, MA, SMK, PT, Ponpes, dan Madin (TPQ) dari masa ke masa secara

fakta mengalami kemajuan dan peningkatan. Hal ini terbukti berdasarkan data pada PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru), bahwa animo masyarakat untuk menitipkan dan mempercayakan putra-putrinya bersekolah pada setiap jenjang dan jenis pendidikan yang diselenggarakan yayasan terus bertambah.

Masyarakat memiliki alasan tersendiri memilih Lembaga Pendidikan Yayasan Al-Ma’ruf, yang beralamat di Jl. Angsoka Cargo Permai I/12 Ubung Denpasar ini sebagai tempat anak-anaknya dalam menimba ilmu, guna mempersiapkan mereka menuju masa depan. Logika membuktikan, bahwa satu alasan -- yang kasat mata -- adalah bahwa prestasi, baik akademik maupun non-akademik, baik fisik maupun non-fisik yang diraih dan diupayakan Lembaga Pendidikan Yayasan Al-Ma’ruf pada masa akhir-akhir ini menunjukkan peningkatan yang signifikan.

Harus dipahami dan disadari bahwa skala prioritas dan titik fokus arah kebijakan nasional pendidikan sebagaimana terdapat dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan hendaknya diupayakan bersama-sama agar dapat tercapai dan terwujud. Pendidikan di Yayasan Al-Ma’ruf sungguh-sungguh mengedepankan pemenuhan delapan (8) SNP (Standar Nasional Pendidikan) yang meliputi: Standar Isi, Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Kualifikasi dan Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, dan Standar Penilaian.

Dengan demikian, beban dan tanggung jawab Lembaga Pendidikan Yayasan Al-Ma’ruf sebagai salah satu pemangku tugas ikut serta mencerdaskan anak bangsa makin terasa berat, namun mulia. Sudah menjadi kewajiban segenap komponen lembaga pendidikan khususnya personil pelaksana teknis yang menjadi ujung tombak pemikul beban tugas yang berat tersebut, yaitu para guru, karyawan, dan unsur pimpinan untuk memahami porsi tugas dan tanggung jawab masing-masing yang tidak lain adalah Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi). Semua itu diupayakan guna memenuhi standar nasional pendidikan dan standar pelayanan minimal “plus” pendidikan terhadap masyarakat.

Jenjang dan Jenis Pendidikan KomplitAl-Ma’ruf adalah satu-satunya yayasan di Denpasar,

bahkan di Bali yang telah menyelenggarakan jenjang dan jenis pendidikan satu atap secara komplit. Mulai dari jenjang pendidikan Taman Kanak-kanak (Roudhotul Athfal/RA), Sekolah Dasar (Madrasah Ibtida’iyah/MI), Sekolah Menengah Pertama (Madrasah Tsanawiyah/MTs), Sekolah Menengah Atas (Madrasah Aliyah/MA dan SMK Bina Madina), hingga jenjang Perguruan Tinggi (Sekolah Tinggi Agama Islam/STAI). Al-Ma’ruf juga menyelenggarakan jenis pendidikan non-formal sebagai pendukung, yaitu: Pondok Pesantren dan Madarasah Diniyah (TPQ).

Madrasah Aliyah yang diselenggarakan terdiri dari Jurusan IPS dan IPA. Sedangkan Sekolah Menengah Kejuruan

terdiri dari Kompetensi Keahlian/Jurusan: Administrasi Perkantoran, Akuntansi, Perbankan, Pemasaran, dan Multimedia. Sementara Sekolah Tinggi terdiri dari Program Studi S1: Kependidikan Islam dan Ekonomi Syari’ah.

Gedung RepresentatifAktivitas pembelajaran seluruh jenjang pendidikan

diselenggarakan satu atap, yakni di gedung yang representatif, dibangun di atas 2 (dua) lokasi tanah berseberangan, masing-masing seluas: lokasi timur (500 M2) dan barat (1.500 M2). Sementara Pondok Pesantren diselenggarakan di lokasi Jl. Cokroaminoto Gang Pucuk Sari Utara No. 1 Ubung Denpasar. Waktu pembelajaran pagi – siang hari, kecuali Sekolah Tinggi yang diselenggarakan sore - malam hari.

Selain ruang kelas, Gedung juga dilengkapi sarana: (1) Ruang Perpustakaan Terpadu, (2) Ruang Pembelajaran Berbasis IT, (3) Koperasi/Kantin Yayasan, (4) Aula Pertemuan, (5) Ruang Micro/Peer Teaching untuk PT, dan (6) Ruang/Sarana pendukung lainnya. Sementara pada masing-masing jenjang juga dilengkapi dengan sarana-sarana seperti di atas, terutama untuk mendukung proses pembelajaran sesuai karakteristik jenjang.

Garis-garis Besar Program dan Kegiatan (GBPK) Bidang Kurikulum: Kurikulum Sekolah/Madrasah/RA

dan Pondok Pesantren (KTSP), Pengembangan Silabus ber-Pendidikan Karakter, Kalender Akademik, Pemetaan SK/KD, Program Tahunan, Program Semester, Program Kerja Kurikulum, Penyusunan/Pengembangan RPP ber-Pendidikan Karakter, Pengembangan Bahan Ajar, Pengembangan Media Pembelajaran, KKM, Program Remedial dan Pengayaan, Kriteria Kelulusan dan Kenaikan Kelas, dan Program Diklat SDM Guru/Karyawan.

Bidang Kesiswaan: Kebijakan Pembinaan Kesiswaan, Program Kerja Kesiswaan, Program Kerja OSIS, Perumusan Tata Tertib Siswa, Kegiatan Ekstrakurikuler, Strategi Penanganan dan Pengendalian Siswa serta BP/BK, Pengaturan dan Penanganan Permutasian Siswa

Bidang Sarana dan Prasarana: Program Pengadaan dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana, Inventarisasi Sarana dan Prasarana, Penempatan, Penyimpanan, dan Pemeliharaan, Pengaturan dan Penggunaan.

Bidang Hubungan Kerja Sama Masyarakat: Program Hubkermas, Analisis Penjalinan Kerja Sama dengan Dunia Usaha/Dunia Industri, Program Komite Sekolah/Madrasah/RA dan Pondok Pesantren, dan Pengaturan/Pengkoordinasian Hubkermas.

Bidang Administrasi dan Ketatausahaan: Program Administrasi Sekolah/

Madrasah/RA dan Pondok Pesantren (Tata Usaha), Administrasi Kurikulum, Administrasi Kesiswaan, Administrasi Sarana dan Prasarana, Administrasi Hubkermas, Administrasi Personalia/Kepegawaian, dan Administrasi lain-lain.

Bidang APBS: Sosialisasi Penyerapan Dana/Biaya, Sosialisasi ke- APBS-an (dan perpajakan), dan Penyusunan Draf RAPBS.

Bidang Personalia dan Kepegawaian: Program Pembinaan Guru dan Karyawan, Program Pengembangan Karir Guru dan Karyawan, Penempatan Tugas Tambahan, Pemetaan Kebutuhan dan Perekrutan Guru dan Karyawan Baru, Perumusan Tata Tertib Guru dan Karyawan, Penelaahan Komitmen-komitmen Pengembangan Kualitas Sekolah/Madrasah/RA dan Pondok Pesantren, Telaah Alternatif Peningkatan Kesra Guru dan Karyawan (Koperasi, Kantin, dan lain-lain.).

Yayasan Al-Ma’ruf DenpasarTERDEPAN DALAM PENDIDIKAN

Pembina Yayasan ~ H. Ahmad Zaini Mustofa

Kunjungan Menteri Agama

Page 17: E TABLOID EDISI 7 2012

Galang Kangin 17

Edisi 07/TAHUN II/JULI 2012

GOWES, GAYA HIDUP DAN KEBUTUHAN JASMANI

Hoby

Bersepeda (gowes) sepertinya kini sudah menjadi gaya hidup masyarakat modern, bahkan sepeda sudah menjadi kebutuhan primer di saat liburan tiba. Lapangan kota menjadi titik sentral bertemunya para

pecinta sepeda atau yang disebut dengan kaum gowesersPara pecinta gowes menjadikan sepeda bukan hanya

kebutuhan jasmani. Gowes juga sudah menjadi gaya hidup tersendiri. Berbagai program kegiatan instansi pemerintah dan swasta juga selalu bertema fun bike.

“Bersepeda adalah olahraga yang sangat murah, menyehatkan dan bisa dilakukan oleh semua umur,” kata Dewa Rai, salah seorang pengurus Persatuan Olahraga Sepeda Kota Denpasar.

Dengan bersepeda, sudah andil menjadikan lingkungan yang sehat dan bebas dari polusi udara. Bersepeda mengurangi banyaknya lalu lalang kendaraan di area perkotaan yang membawa polusi. Sebagai ilustrasi, di Denpasar sedikitnya 700 ribu kendaraan lalu lalang setiap harinya. Bahkan akibat emisi gas buang kendaraan ini, ikut menjadi penyumbang pencemaran lingkungan di Denpasar setelah limbah sablon.

“Olahraga ini hemat energi dan ramah lingkungan,” imbuh pria yang juga seorang PNS di lingkup Pemkot Denpasar ini. Selain itu menurutnya secara drastis dengan menggunakan sepeda juga bisa mengurangi tingkat kemacetan yang saat ini sering terjadi di kota-kota besar.

Upaya untuk mencegah kemacetan ini juga sudah mulai direalisasikan sejak diluncurkannya program car free day yang terpusat di Lapangan Renon Denpasar setiap hari minggu. Bahkan saat ini Pemkot Denpasar sendiri kata dia juga mulai gencar mengkampanyekan program bike to work, dan bike to school. Dengan dilaksanakannya program ini diharapkan dapat mengurangi angka kemacetan khususnya di saat jam-jam keberangkatan dan kepulangan sekolah serta jam-jam kantor. Dengan demikian secara drastis pula angka kemacetan di pusat kota dan di jalan-jalan protokol tidak terjadi.

Pantauan di sejumlah area publik seperti Lapangan Puputan Margarana Renon, kawasan wisata seperti Sanur, Kuta dan tempat kujungan wisata lainnya, bersepeda kini menjadi gaya hidup masyarakat perkotaan. Berbagai macam varian sepeda baru mulai digandrungi.

Tak hanya sepeda varia termodern. sepeda onthel kembali naik daun. Sepeda ini identik dengan kawula tua, karena bentuknya yang artistik serta antik. Sepeda ini awalnya sebagian besar diproduksi di Belanda dan Inggris. Pengguna sepeda ini

biasanya akan mengingatkan romantisme masa lalu, saat zaman perjuangan.

Sepeda gunung menjadi sepeda yang digemari. Jenis ini biasanya digunakan di medan yang berat. Pengguna sepeda ini biasanya mereka yang sudah cukup profesioal di bidangnya.

Jenis sepeda lain yang digunakan adalah sepeda fixie. Sepeda jenis ini sekarang paling banyak dijumpai di jalanan. Sepeda ini biasanya menggunakan gear belakang tetap. Hal ini memungkinkan pengendara untuk memperlambat atau mengerem tanpa menggunakan rem. Sepeda fixie, ini menjadi sangat popular dan menjadi tren penggunaan sepeda karena bentuknya yang minimalis dan dengan model warna bermacam-macam. Model warna ini bukan hanya ada di rangka sepeda, tapi juga ada di ban sepeda yang warna warni.

Bicycle moto-cross atau yang lebih dikenal dengan sebutan BMX biasanya digunakan oleh mereka yang lebih atraktif. Sepeda ini digunakan untuk olahraga ekstrim dan kebanyakan dipakai oleh generasi muda. Sepeda ini dirancang untuk melakukan manuver yang cukup berbahaya dan biasanya sangat menghibur.

Jenis sepeda yang kini mulai disuka oleh kaum hawa adalah sepeda lipat, sesuai dengan namanya, sepeda ini bisa dilipat. Bentuk sepeda ini trendi dengan bentuk tidak terlalu besar sangat memungkinkan dipakai oleh para wanita.

Demam sepeda sudah menyebar ke seluruh lapisan masyarakat, tak peduli pejabat sekalipun. Lihat saja Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Denpasar Nyoman Gede Narendra yang asyik gowes. Pria ini bahkan sudah kesemsem dengan kendaraan roda dua tanpa asap ini sejak tahun 2005 lalu.

Bapak tiga anak ini, sekali gowes dua tiga kota terlampaui, setidaknya hampir beberapa kota di Bali sudah ia jelajahi dengan menggunakan sepeda gayungnya.

Menurutnya, hobi naik sepeda itu adalah hobi yang murah namun menyehatkan. “Untuk naik sepeda hanya butuh tenaga saja dan air mineral satu botol. Kalau beli paling Rp 4

ribu, tapi kalau bawa air sendiri dari rumah malah gratis,” kelakarnya beberapa waktu lalu.

Biasanya rute yang diambil adalah menyusuri sejumlah tempat-tempat pariwisata seperti di kawasan Ubud, Gianyar. Kegiatan itu sudah dia lakukan rutin dan biasanya mengambil waktu libur.

Hanya saja kendalanya adalah dia tidak bisa mengajak semua anggota keluarga, maklum saja istrinya Ni Nyoman Yudi Harini adalah seorang dosen yang sibuk dengan jam mengajar, sehingga untuk menyesuaikan jadwal libur kadang sulit. “Susah cari libur bersama-sama, kadang naik sepeda sendiri, kadang juga sama anak,” ungkap pria yang bercita-cita ingin menjadi insinyur sejak kecil ini.

Selain Ubud, wilayah Karangasem juga sering ia tempuh dengan menggunakan sepeda gayungnya. “Paling ke Ubud dua setengah jam saya tempuh. Itu sudah bolal balik,” terangnya.

Soal pengalamannya gowes, sudah tidak diragukan lagi, sebelum olah raga sepeda booming seperti sekarang, sejak tahun 2005 ia sudah menekuni olah raga gerak kaki ini. Bahkan tahun 2007 lalu dirinya juga sudah mengajak anak dan istrinya bersepeda dari Denpasar menuju Karangasem. (huda)

Page 18: E TABLOID EDISI 7 2012

18 Galang Kangin

Edisi 07/TAHUN II/JULI 2012

Seni BudayaLebih Dekat dengan Tenganan Pegringsingan

MENJAGA TRADISI DI TENGAH MODERNISASI

T empat parkir luas dengan puluhan artshop yang menjual berbagai jenis souvenir di depan gerbang desa, membuat desa ini

terlihat sangat modern dari penampakan luarnya. Namun baru selangkah memasuki gerbang desa, sudah tampak bangunan-bangunan tua yang terstruktur dari kayu dan batu kali berlumut tampak berdiri kokoh. Kerbau-kerbau bebas berkeliaran di antara aktivitas masyarakat adat.

Pagi itu, 8 Juni 2012, kesibukan sudah tampak di dalam areal desa. Sejumlah ibu-ibu dengan menggunakan kain dan selendang hingga sebatas menutup dada, lalu lalang dengan membawa sesaji menuju Bale Petemon, sebuah balai yang khusus sebagai tempat berkumpulnya pemuda desa. Sejumlah pemuda dan laki-laki paruh baya juga menunjukkan kesibukan yang sama. Ada yang menyembelih babi dan memasaknya menjadi babi guling, ada pula yang sibuk mengambil tuak dari hutan desa dan membawanya ke rumah-rumah.

Hari itu memang merupakan hari istimewa bagi warga Tenganan. Para pemuda desa setempat akan melakukan tradisi “Mekare-kare”, sebuah tradisi perang menggunakan pandan berduri. “Tradisi ini kami lakukan setiap tahun sebagai bentuk penghormatan kami kepada Dewa Indra,” jelas Komang Satya, salah seorang pemuda desa setempat.

Tenganan Pegringsingan merupakan salah satu dari sejumlah desa kuno di Bali yang pola kehidupan masyarakatnya mencerminkan kebudayaan dan adat istiadat desa Bali Aga (pra Hindu). Masyarakat Tenganan memercayai

bahwa mereka keturunan India. Keyakinan itu terbukti dengan adanya riset genetik terhadap sampel darah 18 penduduk Tenganan oleh tim gabungan ilmuwan Indonesia dan Swiss pada tahun 1978 yang menemukan adanya kesamaan suatu enzim antara mereka dengan masyarakat asal Calcuta, India.

Hal ini diperkuat oleh kesamaan ritual antara penduduk Tenganan dan masyarakat India. Seperti pada ritual Mekare kare yang ternyata juga dilaksanakan masyarakat India. Kesamaan itu juga tampak dari kain tenun gringsing yang merupakan salah satu ciri khas masyarakat Tenganan, yang diduga memiliki persamaan dengan kain patola dari India.

Masyarakat Adat Tenganan terkenal sebagai masyarakat adat yang tetap mempertahankan nilai-nilai tradisi leluhurnya. Mereka tetap mempertahankan awig-awig (aturan adat,red) sebagai tuntutan hidup yang sangat dihormati. Apalagi awig-awig Tenganan memperlihatkan sebuah demokrasi yang sangat kuat, berbeda dengan masyarakat adat Bali lainnya.

Sebagai contoh, awig-awig Tenganan menghargai persamaan hak antara laki-laki dan perempuan dengan menerapkan hak waris yang sama. Masyarakat Tenganan juga memiliki hak yang sama atas tempat tinggal. Itu sebabnya seluruh rumah yang ada di desa itu berjajar rapi dengan ukuran sama. Desa Adat Tenganan menyediakan lahan tempat tinggal bagi warganya yang baru menikah.

Awig-awig juga tegas mengatur peruntukan lahan di Tenganan. Masyarakat Tenganan tidak boleh menjual atau menggadaikan tanah kepada orang luar Tenganan. Hal inilah yang menyebabkan luas wilayah Tenganan yang mencapai 917 hektar, hingga saat ini masih sama seperti pada abad ke-11 silam.

Dalam aturan desa juga tegas disebutkan bahwa desa adat memiliki hak ngerampag, hak mengambil hasil bumi di tanah milik pribadi. Pohon yang ada di

wilayah Tenganan juga tak boleh ditebang sembarangan, bahkan untuk pohon yang tumbuh di tanah milik pribadi. Untuk memetik hasilnya, warga hanya dibolehkan mengambil buah yang jatuh setelah masak di pohon. Jika pohon-pohon tersebut tumbang, maka kayunya akan secara otomatis menjadi milik desa. Kayu tersebut nantinya bakal digunakan untuk membuat atau memperbaiki fasilitas umum. Karena sudah menjadi aturan, maka semua bentuk pelanggaran bakal dikenai sanksi adat. Dapat berupa teguran, dikucilkan atau bahkan dikeluarkan dari desa.

Namun di tengah upaya mempertahankan tradisi luhurnya, masyarakat Tenganan tidak bisa mengelak sepenuhnya dari pengaruh modernisasi. Apalagi di tengah perkembangan pesat pariwisata Tenganan akibat penetapan desa ini sebagai desa wisata kuno. Tak heran bila di antara bangunan-bangunan kuno Tenganan, ada rumah yang dimodifikasi dengan lantai keramik dan atap asbes. Ada tulisan ”weaving demonstration” di beberapa rumah warga yang disulap menjadi artshop.

Di antara kerbau-kerbau yang

berkeliaran, raungan sepeda motor juga tidak dapat dihindari. Hanya kendaraan roda empat yang tidak mungkin masuk ke areal desa, karena struktur jalan desa yang berundak-undak.

Perkembangan pariwisata Tenganan sejak 50 tahun terakhir juga telah mengubah struktur ekonomi mereka. Pertanian sudah tidak lagi menjadi sumber penghasilan utama masyarakat Tenganan. Lahan sawah milik masyarakat kini digarap oleh petani penggarap dengan sistem bagi hasil. Sementara masyarakat Tenganan sendiri menggantungkan hidup dari kegiatan pariwisata seperti menjadi perajin tenun gringsing, perajin anyaman ate, pembuat lontar, serta menjadi pemandu wisata.

Meski mendapat pengaruh modernisasi, masyarakat Tenganan terbukti mampu menjaga nilai-nilai tradisi leluhur mereka. “Perkembangan pariwisata di Tenganan seperti pisau bermata dua. Kalau dari sisi positif, iya positif. Dari sisi negatifnya, ya merupakan ancaman. Tidak hanya pariwisata, tapi harapannya, tradisi ini kita bisa pelihara, kita jalani terus,” tegas tokoh desa, Mangku Widia. (viani)

Melihat pintu masuknya yang hanya berupa gapura kecil, sepintas tampaknya

tak ada yang istimewa dari Desa Adat Tenganan

Pegringsingan, sebuah desa di Kecamatan Manggis Kabupaten Karangasem

Provinsi Bali.

Page 19: E TABLOID EDISI 7 2012

Galang Kangin 19

Edisi 07/TAHUN II/JULI 2012

Seniman

TENAGA MARKETING SEBANYAK-BANYAKNYA

Hub:Redaksi Galang Kangin

Jl. Bedugul No.1 Sidakarya - Denpasar SelatanTelp: (0361) 727734 Ext. 106

Email: [email protected]

DIBUTUHKAN SEGERA

Mengabdikan diri pada bidang seni hingga usia tua, tidak pernah dicita-citakan I Wayan Cenik Wijana (56),

seniman Kerawitan dari Kabupaten Karangasem. Toh, pria yang sejak usia sepuluh tahun telah menyenangi tabuh dan tari Bali itu, kini tetap mengabdi pada seni tradisi di usia tuanya. Ia pun menjadi salah satu dari sembilan orang seniman tua yang dinobatkan sebagai Pengabdi Seni 2012 oleh Pemerintah Provinsi Bali.

Bersama delapan seniman tradisional lainnya, Cenik Wijana menerima langsung penghargaan itu dari Gubernur Bali Made Mangku Pastika, 18 Juni lalu. Delapan seniman lainnya yang menerima penghargaan serupa yakni I Gusti Ngurah Ketut Sudiarta (64), seniman dalang wayang kulit dari Kabupaten Tabanan; I Made Suwana (73),

seniman tari dari Ubud, Kabupaten Gianyar; I Made Mertha (68), seniman seni ukir dari Desa Gerih, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung; I GN Oka Putra (70), seniman drama dari Kelurahan Sesetan, Kota Denpasar; AA Gede Dharma Agung (60), seniman undagi dari Kabupaten Bangli; I Nyoman Usana (69), seniman seni sastra dari Nusa Penida, Kabupaten Klungkung; I Made Suama S.Pd (61), seniman kerawitan dari Kabupaten

Jembrana; dan Ketut Jingga (60), seniman tari dan pembuat rindik dari

Kabupaten Buleleng.Selain menerima

piagam, para seniman juga menerima hadiah uang tunai senilai masing-masing Rp 6 juta. “Ini penghargaan yang sangat membanggakan. Saya senang sekali bisa menerimanya,” jelas Cenik Wijana.

Berasal dari keturunan keluarga

seniman, Ceni Wijana yang akrab disapa Yan Nik seringkali

mengikuti lomba menabuh dan tari sejak masih kanak-kanak.

Pada usia 12 tahun, ia bahkan sudah

ikut

menjadi sekaa angklung di desanya, Desa Duda, Karangasem. Dengan mengikuti latihan secara intensif, tiga tahun kemudian ia bergabung dengan sekaa gong kebyar, menyusul kemudian belajar gender wayang dan gambong, salah satu jenis kesenian yang tergolong langka.

Suami dari Ni Nyoman Suweca itu juga pernah mendapat kepercayaan sebagai peserta Festival Tari Nusantara tahun 1994, juga memperkuat duta seni Karangasem dalam pentas di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta pada 2011. Bahkan di tahun 1997, ia sempat mengikuti lawatan ke Jepang untuk memperkuat tim kesenian Bali di negeri Matahari Terbit itu.

“Saya menikmati semua aktivitas saya bidang kesenian, dan saya akan terus melanjutkannya,”ungkapnya.

Gubernur Bali Made Mangku Pastika menyatakan pentingnya peran para pengabdi seni dalam melestarikan, mengembangkan, serta menjaga generasi seniman Bali. “Penghargaan ini diberikan sebagai penghormatan kepada para pengabdi seni yang telah mampu melestarikan dan mengembangkan seni

tradisional, serta menciptakan generasi penerus seni tradisional Bali,” ujar Pastika.

“Beliau-beliau ini sebenarnya adalah pewaris segala cipta rasa dan karsa para leluhur terdahulu. Dari apa yang beliau warisi itu telah benar-benar dihayati nilai-nilainya, kemudian dikembangkan dan diteruskan kepada generasi berikutnya, termasuk kepada kita sekalian,” tegasnya.

“Kemampuan beliau tidak perlu diragukan lagi, hasil karya nyata yang telah digeluti sejak kecil hingga sekarang sudah mewariskan kepada kita semua. Ini sebuah pengabdian yang luar biasa nilainya terhadap pembangunan bangsa dan negara yang kita cintai,” tegas Pastika.

Pemerintah Provinsi Bali telah memberikan penghargaan kepada 381 seniman tradisional dalam kurun 34 tahun terakhir. Penghargaan kepada seniman tersebut di luar kegiatan dalam menyambut HUT Pemprov Bali setiap tahun yang juga ditandai dengan penyerahan Dharma Kusuma, penghargaan tertinggi dalam bidang seni. (viani)

Cenik Wijana

SEMBILANPENGABDI SENI TRADISI

Page 20: E TABLOID EDISI 7 2012

20 Galang Kangin

Edisi 07/TAHUN II/JULI 2012

Obyek Wisata

MENGUNGKIT DESA SENI “KUNO”

C ukup hanya satu jam dari Kota Denpasar jika Anda ingin berkunjung ke desa seni di wilayah Kabupaten Gianyar ini.

Tentu bukan isapan jempol. Pada akhir November tahun lalu Bank Nasional Indonesia (BNI) memberikan merek pada desa ini. Bertajuk “Kampoeng BNI Seni Desa Kamasan”. Begitu lebel itu terpampang di sebuah gapura pintu masuk Desa Kamasan ini.

Menurut warga yang ditemui Galang Kangin pada 22 Juni 2012, siang hari itu, akhir November 2011 lalu, ada menteri yang meresmikan desanya menjadi desa seni. Layak memang, karena banyak terdapat galeri dan bengkel kerajinan di tiap rumah. “Desa ini memang pernah dikenal sebagai desa seni pada zaman dulu, karena karya lukisan kuno yang dibuat masyarakat desa yang turun-temurun dari leluhurnya,” ujar I Ketut Widastra (62), seorang pelukis di desa itu.

Widastra ditemui di rumah produksinya di wilayah Banjar Sangging siang itu. Ia bercerita utuh tentang kebudayaan warga Desa Kamasan yang memiliki ciri khas lukisan kuno dengan berbagai macam bahan alami untuk pewarnanya. Desa itu lumayan kondang, ujar Widastra, karena sempat didatangi oleh pelukis maestro terkenal yang melegenda, Water Space pada tahun 1908. Hingga kemudian, kata Widastra, lukisan masyarakat Desa Kamasan pernah bertengger di Netherland Museum, karena ciri antiknya yang selalu bercerita tentang pewayangan dan sejarah Hindu di Bali.

Widastra berkisah dari cerita ayahnya, pelukis maestro itu tak hanya singgah di Desa Kamasan. Pada zaman itu, sang maestro kondang ikut memikirkan pengembangan desa dengan terlibat ngayah untuk membangun akses jalan di desa. Tentu aksi kolaborasi membangun Desa Kamasan saat itu bertujuan untuk meningkatkan promosi seni budaya pada zamannya. Pelukis gaek sang maestro banyak berpesan kepada warga desa zaman itu. “Lukisan Kamasan jangan diubah ciri khasnya. Biarkan saja,” ucap Widastra berkisah dari tutur kata leluhurnya terdahulu.

Memang benar, jika Anda ingin mengetahui karakter lukisan di Desa Kamasan, keunikannya akan Anda dapati. Dibanding dengan karya lukis pada umumnya, kekunoaan-nya terletak pada cerita pewayangan yang selalu hadir di goresan kain belacu sebagai media penuangan ide. Ditambah, alat dan piranti melukis, tidak memakai kuas seperti pelukis kebanyakan. Warga Desa Kamasan masih memakai bambu untuk goresan dan penuangan idenya. Bahkan pewarna yang masih menggunakan bahan alami seperti batu di laut, daun, anchoor, ataupun bekas asap hitam lampu minyak yang diolah menjadi pewarna hitam. Layak, jika Desa Kamasan menjadi legenda desa kreatif karena aktivitas warganya yang selalu berkarya.

Di galery milik Widastra, ternyata

tak hanya lukisan yang terpampang. Karya unik dan antik masyarakat Desa Kamasan juga diabadikan di rumahnya. Seperti uang kepeng, handicraft dengan corak lukisan wayang, kipas bergambar kisah Mahabharata dan karya kerajinan lainnya.

Made Nariswara, seorang top manager Bank BNI Kanwil Bali, juga berkisah tentang Desa Kamasan. Menurutnya, pihak perusahaannya saat ini memang aktif melakukan pendampingan usaha kreatif dan penguatan ekonomi dengan paket kredit yang diberikan. Kegelisahan Nariswara memang cukup mewarnai desa ini sejak November lalu. Para perajin kesenian seperti perak, lukisan, uang kepeng dan pernik lainnya, menjadi consern BNI. “Program yang kami lakukan di desa itu kami sinergikan dengan program kementerian perdagangan dan perindustrian tentang one village one product. Dalam urusan Desa Kamasan, kami melihat masterplan kementerian masih nyambung dengan program kemitraan kami dengan Desa Kamasan dan sesuai tentunya,” kata Nariswara.

Setidaknya, kata Nariswara, apa yang dilakukannya adalah bagian penting untuk menemukan kembali pasar yang sudah terbangun dari relasi bisnis seniman di Desa Kamasan. Menurutnya, saat ini, dengan banyaknya karya seni di Bali, orang banyak melupakan karya “kuno” Desa Kamasan. Yang pada zamannya banyak sekali pelancong bahkan orang Bali sendiri yang menikmati karya seni warga Desa Kamasan.

Ketut Winarni (53), seorang ibu yang tinggal di Banjar Sangging Desa Kamasan, mengisahkan dirinya yang sejak kecil sudah berkutat pada gambar dan lukisan. Bersama suaminya, saat ini ia masih aktif melukis gaya lukisan Kamasan dengan cerita pewayangan itu. Saat ini usaha lukisannya aktif bertengger di Pasar Sukawati Kabupaten Gianyar. Dia bersama suaminya dalam sebulan bisa menghasilkan gambar lukisan khas Kamasan dengan dua motif yang masing-masing ukurannya 2 meter. Satu lukisan ia patok Rp 800 ribu untuk dijual ke pasar. Tetapi akan berbeda kalau turis yang berkunjung ke rumahnya. Ia akan melebel harga lukisannya dengan nilai Rp 1 juta hingga Rp 1,2 juta kalau ada bule, katanya. “Syukurlah, saya sudah bisa menyekolahkan dua anak saya hingga bisa wisuda,” ucap Winarni.

Kisah yang sama juga dituturkan oleh Made Mudarna. Ia seorang perajin perak dan alat persembahyangan seperti bokor, carat dan karya kesenian logam lainnya. Sejak tahun 80-an ia belajar dari orangtuanya. Sempat ia bekerja di sebuah bank lokal selama 15 tahun, tetapi tetap saja ia tidak bisa meninggalkan aktivitas leluhurnya untuk memoles benda logam menjadi karya seni yang layak jual.

Mudarna pun memilih keluar dari pekerjaan sebagai karyawan bank karena panggilan hidup dari leluhurnya yang turun-temurun mencipta karya seni logam. “Sejak ayah saya meninggal, saya gelisah

melihat alat tempa logam dan lempeng kuningan yang berserakan. Saya terpanggil untuk meneruskan profesi ayah saya,” kenang Mudarna.

Karya yang dihasilkan Mudarna saat ini banyak terdapat di pasaran Denpasar dan di Kabupaten Gianyar. Ia memilih menitipkan hasil cipta logamnya kepada ayah mertuanya yang memang sering berjualan di stand pameran maupun di pasaran Denpasar. Mudarna seakan terpanggil secara naluri untuk menghidupkan merek desa seni yang pernah disandang pada masa kejayaan puluhan tahun lalu. (erna)

Desa itu tampak sepi, seperti tak “hidup”. Jangan salah. Tak seperti yang dibayangkan dari susana sepi itu. Masyarakat di desa ini terlalu disibukkan dengan aktivitas produksinya

sebagai seniman dan perajin di tiap rumahnya. Mereka adalah masyarakat Desa Kamasan, Kabupaten Klungkung,

Bali.

Page 21: E TABLOID EDISI 7 2012

Galang Kangin 21

Edisi 07/TAHUN II/JULI 2012

Wisata Kuliner

NIKMATNYA LEDOK ALA NUSA PENIDA

Nusa Penida sangat dikenal dengan wisata alamnya yang menawarkan bentang alam memikat. Umat Hindu juga

dapat melakukan perjalanan spiritual ke sejumlah Pura di pulau tersebut. Namun ada satu hal yang sebenarnya menarik dilakukan di Nusa Penida, yakni wisata kuliner. Ledok, menjadi menu khas yang wajib dinikmati.

Sepintas, penampilannya mirip seperti bubur dan sayuran yang disiram bumbu pecel. Tapi kalau dirasakan, taste-nya sama sekali berbeda dengan masakan jawa tersebut.

Ledok adalah sejenis bubur. Namun bahan bakunya sama sekali tidak

menggunakan beras. Ledok dibuat dengan menggunakan bahan baku utama jagung dan umbi ketela pohon, ditambah dengan bahan-bahan lain yang tersedia secara lokal seperti kacang panjang, kacang merah dan kemangi. Kadang-kadang dicampur dengan ikan laut segar.

Makanan ini diberi nama ledok karena selama proses pembuatannya terutama pada tahap perebusan selalu dilakukan pengadukan (dalam bahasa daerah Bali disebut ngeledokin).

Ledok disiram dengan bumbu-bumbu yang terbuat dari cabai merah besar, cabai merah kecil. terasi, dan garam. Bumbu ini ditumbuk menjadi satu, kemudian dicampur dengan bahan lainya.

Jika dibanding dengan trend warna kendaraan tahun-tahun sebelumnya, warna merah sempat mendominasi dan melekat di setiap bodi kendaraan khususnya roda dua. “Tapi trend warna merah ini tidak bisa bertahan lama, paling setahun berlalu sudah tidak trend lagi. Tapi kalau putih ini menjadi trend dan akan bisa bertahan lama,” ungkapnya.

Trend warna putih ini juga sebanding dengan trend warna hitam yang sama-sama dikagumi oleh pecinta kendaraan terlebih bagi mereka yang doyan modifikasi kendaraan bermotor. Warna putih kini juga mulai diterapkan oleh pabrikan kendaraan seperti Yamaha misalnya. “Kalau gak putih, hitam yang lebih banyak dicari, seperti motor jenis matic yang sekarang paling banyak diminati oleh konsumen,” paparnya.

Untuk Yamaha sendiri yang kini paling diburu konsumen, adalah jenis motor matic yakni Yamaha Mio Soul yang full injection. Jenis kendaraan ini kebanyakan diminati bukan hanya kaum hawa, namun juga banyak kaum adam.

Trend penjualan kendaraan ini biasanya meningkat drastis saat masa-masa kenaikan sekolah dan penerimaan siswa baru. “Ya, kadang kan ada orang

tuanya memberikan hadiah sepeda motor, terus kadang juga yang ketika sudah di SMA diberiakn motor untuk ke sekolah,” urainya. Lagi-lagi kata dia warna putih masih menjadi trend.

Sementara bagi para pengamat seperti dipetik dari beberapa sumber, warna putih ini bagi pemiliknya memberikan nuansa berbeda dibanding warna konvensional lainnya. Tidak hanya faktor style, dari sisi keekonomisan, warna putih ternyata memberi keuntungan bagi sebagian orang.

Warna putih dinilai bisa

memantulkan sinar matahari, sehingga penggunanya serasa lebih adem dan tidak terlalu sering menggunakan AC. Akibatnya jelas, konsumsi BBM lebih sedikit. Selain itu warna putih juga dianggap cocok dengan kondisi iklim negara Indonesia yang tropis karena bisa meredam hawa panas di dalam mobil dan mengurangi konsumsi bahan bakar akibat pemakaian pendingin udara. Trend

Sambungan dari Halaman 1........

Saat pemasakan terus diaduk seperti bikin bubur. Setelah berwarna agak kecoklatan, itu artinya ledok sudah matang dan siap disajikan. Ledok bisa juga ditaburi abon ikan di atasnya.

Semua bahan baku yang digunakan dalam ledok, dihasilkan alam Nusa Penida. Itu sebabnya, masakan ini tidak menggunakan bahan baku beras sama sekali, berbeda dengan masakan pada umumnya.

“Ledok ini sudah jadi menu keseharian di sini. Masyarakat biasa makan ledok setiap harinya,” ujar Nyoman Astini, salah satu warga Nusa Penida.

Tak kurang Gubernur Bali Made Mangku Pastika dan istrinya Ny. Ayu

Pastika sempat menikmati ledok dalam beberapa kali kunjungannya ke Nusa Penida. “Makanan ini enak sekali, benar-benar khas Nusa Penida, “ ujar Ayu Pastika.

Nusa Penida memang dikenal memiliki struktur tanah sangat kering, sehingga tidak memungkinkan bagi masyarakatnya menanam padi untuk menghasilkan beras. Dengan demikian masyarakat terpaksa memanfaatkan sumber pangan lain selain beras yaitu jagung dan ketela pohon sebagai bahan pangan pokok.

Sayangnya, tidak banyak warung yang menjual menu ledok di Nusa Penida. Menu ini hanya bisa ditemukan di pasar-pasar tradisional di sana. Biasanya hanya buka di pagi hari. Harganya pun tidak terlalu mahal, hanya sekitar Rp 5.000 per porsi.

Pemerintah Kabupaten Klungkung sendiri terus berupaya memperkenalkan makanan warisan budaya Nusa Penida itu. Pada April lalu, pemerintah bersama 1.893 orang siswa setempat melakukan aksi makan ledok bersama dalam rangka memperingati hari Puputan Klungkung ke-104 dan Hut Kota Semarapura ke- 20. Aksi makan ledok bersama itu pun berhasil memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI). (viani)

kendaraan warna putih ini diprediksi juga akan semakin meninggi di tahun-tahun berikutnya.

Tren warna putih ini juga ditunjukkan oleh sejumlah produsen mobil di dalam negeri yang sejak awal tahun ini mulai marak memproduksi mobil berwarna putih. Sebut saja Toyota, Mitsubishi,

Honda, Chevrolet, Mazda, dan Daihatsu dari setiap tipe mobil jenis penumpang

yang diedarkan hampir semuanya terdapat

produk berwarna putih. (huda)

Page 22: E TABLOID EDISI 7 2012

22 Galang Kangin

Edisi 07/TAHUN II/JULI 2012

Potensi

Bale Bengong

K etika anak-anak sekolah mulai libur kenaikan kelas, Pesta Kesenian Bali (PKB) pasti mulai digelar pula, yang diawali dengan parade kesenian dari seluruh kabupaten di Bali dan beberapa negara sahabat. Rutinitas ini

sudah berlangsung selama 34 tahun. Pekak Putu pun selalu menanti momen ini, terutama parade gong kebyar yang sangat kaya kreativitas dan membanggakan. Pesta Kesenian Bali (PKB) merupakan agenda rutin tahunan Pemerintah Provinsi Bali, yang dijadikan sebagai wadah aktivitas dan kreativitas para seniman dalam upaya ikut mendukung program pemerintah dalam hal penggalian, pelestarian dan pengembangan nilai-nilai seni budaya Bali yang adhiluhung. Begitu bunyi iklan di berbagai media untuk menjaring wisatawan agar mau berkunjung.

Penggalian dan pelestarian seni budaya meliputi filosofi, nilai-nilai luhur dan universal, konsep-konsep dasar, warisan budaya baik benda atau bukan benda yang bernilai sejarah tinggi, ilmu pengetahuan dan seni sebagai representasi peradaban serta pengembangan kesenian melalui kreasi, inovasi, adaptasi budaya dengan harapan agar tetap hidup dan ajeg berkelanjutan dalam konteks perubahan waktu danZaman serta dalam lingkungan yang selalu berubah. PKB juga merupakan wadah untuk menampilkan jejak seni dan budaya dari lereng pegunungan terpencil dan tarian daerah Bali yang hampir punah dan terlupakan.

PKB yang ke-34 kali ini mengangkat tema “Paras-paros” yang berarti ‘dinamika kebersamaan’. Dalam festival ini pengunjung juga akan disuguhkan pesta kuliner dan berbagai pertunjukan kesenian serta lomba kerajinan-budaya Bali.

Di samping begitu banyak acara kesenian yang tentu juga menarik dari Pesta Rakyat Bali ini adalah adanya stand yang menjual berbagai pakaian adat Bali dan berbagai keperluan upakara. Pekak Putu dan Bli Nyoman Coblong sangat menikmati berkunjung dari satu stand ke stand berikutnya. Berbagai modifikasi kain tradisional Bali, dari batik, endek hingga songket model terbaru ada di sini. Begitu juga bokor, perhiasan emas dan perak, keben dan sejenisnya sangat beragam. Ada juga makanan khas Bali. PKB merupakan surga transaksi untuk penikmat budaya Bali. Tentu saja momen ini juga merupakan peluang emas bagi pelaku UMKM. Karena Kebanyakan penyewa stanD di PKB ini adalah UMKM.

Pekak Putu sempat menonton liputan di televisi, Gubernur mengatakan pihaknya memiliki rencana untuk mengkaji pelaksanaan PKB ke depan. “Bagaimana caranya stand itu bisa gratis, artinya dibiayai dari APBD.” Ia menambahkan pemasukan dari penjualan stand ke kas daerah tidak sebanding dengan masalah yang ditimbulkannya. Oleh sebab itu akan dipikirkan bagaimana dapat dilakukan pengaturan dan penyaringan yang cukup selektif terhadap siapa saja yang dapat berpameran. Pastika mengharapkan adanya pembatasan terhadap barang-barang yang dijual agar sesuai dengan tema Pesta Kesenian Bali dan bukan sekadar ajang mencari keuntungan. Misalnya kerajinan kain hanya dibuat sembilan stand atau maksimal sepuluh, dimana masing-masing kabupaten/kota mendapatkan satu jatah.

Pekak Putu terperangah menonton ulasan ini dan mulai berimajinasi. Andai saja benar stand di PKB bisa gratis, tentu UMKM di bidang ini akan sangat bergairah. Sekaligus juga bermanfaat untuk pelestarian budaya Bali. “Kalau benar stand PKB bisa gratis, tentu harga komoditinya menjadi murah juga, kan Nyoman?” Tanya Pekak Putu sambil menoleh. Eh…ternyata Bli Nyoman Coblong sudah di atas motor, dan berteriak “Ayooo….Pekak…hari ini ada Joged Bumbung. Nanti wantilannya keburu penuh” Pekak Putu dengan terpaksa berlari menuju Bli Nyoman Coblong. Inilah salah satu kegairahan untuk selalu menanti, …menanti dan menanti PKB datang setiap tahunnya. Ajeg Bali tidak perlu dislogankan, karena sesungguhnya masih merasuk di jiwa setiap orang Bali.

Oleh : Geg Aniek

LK Budi Martini, SE.MMDosen Fakultas Ekonomi Universi-tas Mahasaraswati Denpasar dan juga seorang Instruktur Kepriba-

dian, Service Excellent, Komunikasi serta Etika dan Kepribadian

PESTA KESENIAN BALI =

PESTA RAKYAT BALI?

PENTINGNYA MENGENAL KEPRIBADIAN

DIRI SENDIRI

Pada zaman Yunani Kuno para Filsuf besar mengakui pentingnya pengetahuan mengenal diri sendiri. Socrates, seorang filsuf besar

mengatakan : lebih dari segalanya, ketahuilah diri Anda. Namun kebanyakan kita merasa kurang tertarik atau kurang penting untuk meluangkan waktu seperlunya agar sadar terhadap diri kita. Sedangkan yang lain merasa bahwa melewatkan waktu hanya untuk memahami diri itu adalah perbuatan yang egois, karena itu lebih baik waktu digunakan berupaya untuk memahami orang lain.

Mengapa perlu mengenal diri sendiri?1. untuk mengetahui identitas diri2. untuk mengetahui tentang persepsi diri agar tidak

mudah dipengaruhi dan terpengaruh oleh orang lain

3. untuk bisa menerima diri sendiri dengan segala sikap negatif yang dimiliki dan mau mengadakan koreksi perubahan sikap negatif pada diri yang dimiliki

Apa itu kepribadian?• Kepribadian bukan sesuatu yang dapat kita pakai

dan lepas begitu saja, seperti mode pakaian yang mutakhir.

• Kepribadian membentuk diri kita menjadi sesuatu yang bersifat unik

• Kepribadian tercermin melalui cara atau sikap : Bagaimana kita tampil, bertingkah laku di rumah maupun di tempat kerja dan di dalam kebanyakan situasi sosial lainnya dalam kehidupan kita

Kenapa penting mempelajari kepribadian?1. Untuk bisa menerima diri sendiri2. Mengembangkan perasaan harga diri dan percaya

diri3. Meningkatkan “pengertian” diri, nilai-nilai diri

dan kebutuhan diri sehingga bisa mengontrol orang lain melakukan hal yang sama

4. Untuk memperoleh pengertian kepribadian orang lain, sehingga terjadi umpan balik pengalaman yang positif

5. Mempelajari perubahan dalam gaya hidup (life style) yang berkembang

Mentransformasikan diri dari orang biasa menjadi orang yang penuh dengan percaya diri tidaklah mudah. Tapi bukan pula berarti tidak mungkin dilakukan. ”Orang biasa akan percaya jika dia melihat dulu. Sementara orang yang mentransformasikan hidupnya untuk suatu tujuan akan melihat sesuatu karena ia mempercayainya”. Itu semua mengisyaratkan bahwa setiap orang sebenarnya dalam bertindak sangat dipengaruhi oleh apa yang dipikirkannya.

Faktor yang memengaruhi terbentuknya kepribadian1. Faktor bawaan

Bawaan genetik yg menentukan diri fisik primer (warna kulit, mata, bentuk hidung), juga kecenderungan dasar, misalnya kepekaan, penyesuaian diri.

2. Faktor lingkungan sekolah, lingkungan sosial budaya (teman, guru, tetangga) Contoh : Perluasan wawasan => Pendidikan formal/informal, pergaulan3. Interaksi antara bawaan dan lingkungan Mengakibatkan perasaan ”Aku/Diriku” dalam seseorang

Contoh : Pengalaman masa kanak-kanak => anak sering dipukuli, maka cenderung pada saat dewasa menjadi sadis/kejam.

Langkah-langkah membentuk kepribadian yang positif :1. Antusias dan bertanggung jawab (sense of

responsibility)Orang yang tidak mau menerima tanggung jawab, cenderung membebankan kesalahan kepada Tuhan. Dengan memiliki rasa tanggung jawab yang

tinggi, seseorang akan melaksanakan tugas yang diberikan secara tuntas, sehingga membuahkan hasil akhir yang memuaskan baik terhadap atasan maupun terhadap rekan sekerja terlebih juga terhadap customer.

2. Perhatian (sense of caring)Hanya mereka-mereka yang tidak didominasi oleh sikap egosentris yang memiliki kepekaan terhadap kepntingan orang lain dan sekitarnya. Apabila kita memiliki sikap penuh perhatian, maka kita akan mampu menganalisa situasi secara tepat. Kalau kita ingin memiliki sahabat, maka kita harus bisa menjadi seorang sahabat.

3. Memilih kata-kata dengan cermat (choice of words)Orang bodoh berbicara tanpa berfikir, orang yang bijaksana berfikir sebelum berbicara. Membiasakan menggunakan magic words yaitu dapat membuat senang orang yang mendengarnya, misalnya : tolong, terima kasih dan kata maaf.

4. Kebiasaan mengkritik dan mengeluh (judge mental)Berawal dari sifat ingin mengubah orang lain agar sesuai dengan keinginan kita, membuat kita sering mengkritik perilaku orang lain. Kebiasaan mengeluh sering kita jumpai bagi mereka yang tidak memiliki “sikap bersyukur”, juga menunjukkan kepribadian yang kekanak-kanakan karena ingin selalu diperhatikan.

5. Tersenyum dan bersikap ramah (gracious)Senyum meningkatkan nilai pada wajah serta memiliki efek menular dan juga merupakan cara yang murah untuk memperbaiki penampilan. Senyum yang tulus mengalir dari suasana hati yang gembira karena kebaikan. Begitu juga senyum yang tidak tulus akan mudah dirasakan oleh orang yang menerimanya. Kebiasaan selalu bersikap ramah dan tersenyum mengkomunikasikan bahwa kita bersedia menerima dan melayani keberadaan orang lain.

6. Jadilah pendengar yang baik (be a good listener)Mendengar menunjukkan kita memiliki kepedulian. Jika kita memiliki sikap peduli kepada orang lain, maka orang tersebut merasa dirinya penting. Hubungan timbal balik akan kita peroleh setelah kita mampu berperan sebagai pendengar terlebih dahulu.

7. Penghargaan (reward)Hubungan yang dapat bertahan lama adalah hubungan yang menghasilkan nilai win-win dan bukannya hubungan sesaat atau sepihak.

Di dalam organisasi atau dunia kerja, sikap saling melayani merupakan cerminan bahwa kita memiliki integritas dalam mencapai keberhasilan. Dimulai dari melayani dan mencintai diri sendiri terlebih dahulu, barulah kita akan mapu mencintai serta melayani orang lain baik horizontal/vertikal

Page 23: E TABLOID EDISI 7 2012

Galang Kangin 23

Edisi 07/TAHUN II/JULI 2012

CAPRICORN Peruntungan : Situasi dan kondisi saat ini cukup tenang dan hampir tidak ada masalah.Karir : Ada peningkatan,

hanya saja butuh inovasi dan kreasi.Kesehatan : Cobalah lebih sabar dalam menjaga kondisi badan karena belum sehat benar.Keuangan : Income lumayan tinggi karena ada pemasukan yang tidak terduga.Asmara : Teruslah mengalah, tidak ada gunanya berselisih hanya karena persoalan sepele.

AQUARIUS Peruntungan : Tak perlu diombang-ambing oleh omongan orang yang kurang bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Yakinlah akan kemampuan diri.

Itu modal utama.Karir : Berilah prioritas terhadap tugas yang diberikan atasan. Berusahalah selesai tepat waktu.Kesehatan : Biarpun hati lagi panas, tapi pikiran harus tetap dingin.Keuangan : Dana cukup berlebih sehingga tidak ada masalah untuk membeli sesuatu barang.Asmara : Hubungan tetap terjalin mesra dan harmonis. Pertahankan.

PISCES Peruntungan : Jangan mementingkan diri sendiri, sehingga kepentingan orang lain menjadi terabaikan. Cobalah bersosialisasi.Karir : Saat ini Anda

disorot atasan. Cobalah benahi kinerja agar lebih baik di kemudian hari.Kesehatan : Bila ada gejala mau sakit, segera ke dokter, jangan ditunda-tunda.Keuangan : Jangan sembrono membelanjakan dana biarpun pemasukan cukup lancar.Asmara : Pihak ketiga mulai bergerak, untuk itu cobalah kekompakan mulai dijaga.

GEMINI Peruntungan : Anggaplah ini semua sebagai batu loncatan untuk meraih semua yang Anda impikan . Memang teori dan prakteknya belum tentu

sama.Karir : Walaupun masih mendapat tentangan dan ganjalan, tapi karir Anda menanjak keras. Hadapi semua dengan tenang.Kesehatan : Jika Anda selalu tenang dan tidak keburu panik dalam menyikapi masalah, maka kesehatan Anda akan tetap terjaga.Keuangan : Dana lebih Anda sebaiknya disimpan, ajakan teman-teman berfoya-foya dipikirkan.Asmara : Hilangkan nafsu amarah, itu hanya bikin si Dia menjauh dari Anda.

TAURUS Peruntungan : Bantuan yang datang dari orang lain sebaiknya disikapi dengan positif.Karir : Banyak tuntutan yang harus dipenuhi.

Untuk itu cobalah mengatur waktu.Kesehatan : Hindari begadang sampai larut malam sekalipun suasana tampak santai dan menyenangkan.Keuangan : Jika tidak ingin kecewa, lebih baik jangan meminta pinjaman kepada siapapun.Asmara : Hiburlah dirinya, si dia saat ini lagi banyak problem sehingga sangat memerlukan support Anda.

ARIES Peruntungan : Jangan keras kepala jika memang dirasa Anda di pihak yang salah, karena akan menghancurkan apa yang telah Anda bangun

dengan susah payah. Sebaiknya lakukanlah perubahan.Karir : Jangan mudah menceritakan masalah pribadi ke siapapun sekalipun terhadap teman dekat.Kesehatan : Kunci sehat Anda hari ini adalah kestabilan emosi Anda.Keuangan : Jangan memaksa, jika memang dana belum cukup sebaiknya tahan dulu keinginan Anda.Asmara : Jangan terlalu posesif. Ingatlah si dia juga punya hak untuk bisa menemukan kebahagiaan.

CANCER Peruntungan : Tak perlu turut campur urusan orang lain, cobalah concern dengan yang dihadapi sekarang karena butuh waktu yang mendesak.

Karir : Batu ujian sedang terhampar di hadapan Anda, berusahalah lebih teliti, jangan menilai luarnya.Kesehatan : Jaga lambung Anda dengan menghindari makanan yang terlalu pedas dan masam.Keuangan : Pengeluaran tampaknya merupakan masalah yang perlu dipikirkan.Asmara : Percuma jika Anda hanya manis di bibir saja, tapi dalam penerapannya beda jauh.

VIRGOPeruntungan : Kesempatan Anda untuk menanjak terbuka lebar tinggal tergantung bagaimana Anda bersosialisasi dengan rekan-

rekan kerja Anda supaya tidak terjadi permusuhan yang menghambat.Karir : Jaga tampang menyenangkan Anda.Kesehatan : Memang sulit memulai yang positif, akan tetapi setelah berjalan itu terasa ringan.Keuangan : Perlu kesabaran untuk mendapatkan hasil yang besar,tak perlu memaksakan diri.Asmara : Cekcok mulut tak akan menyelesaikan masalah, justru semakin memperumit saja.

SAGITARIUS Peruntungan : Ketabahan dan ketegaran dalam menghadapi tantangan adalah modal untuk meraih sukses yang sudah diambang pintu.

Kendala yang ada harus dihadapi dengan kelembutan.Karir : Teruslah bersemangat karena masih banyak kesempatan.Kesehatan : Kurangilah begadang di malam hari karena selain menguras stamina juga biaya besar.Keuangan : Masih harus memeras keringat untuk mendapatkan hasil yang besar.Asmara : Cukup adem ayem, bila ada masalah hanya perbedaan pendapat.

SCORPIO Peruntungan : Dalam membuat keputusan penting dipikir masak-masak agar tidak bermasalah di kemudian

hari.Karir : Jangan terpancing omongan yang tak seharusnya Anda ucapkan.Kesehatan : Udara segar dan lingkungan nyaman membantu Anda menghilangkan kepenatan.Keuangan : Jangan punya pikiran pinjam dana ke orang lain jika belum memerlukan.Asmara :Tak perlu dianggap serius kabar angin yang beredar. Biarkan saja nanti juga hilang.

LIBRA Peruntungan : Jangan mudah mempercayai bekas teman Anda yang pernah menjadi biang kegagalan usaha Anda yang hari ini muncul

dengan bujuk rayunya.Karir : Bersikaplah sabarKesehatan : Kurangi makan terlalu pedas dan terlalu banyak. Makanlah sesuai porsi yang ada, jangan sampai melebihi batas.Keuangan : Pemasukan mulai menunjukkan peningkatan tinggal tergantung Anda.Asmara : Cekcok mulut masih sering terjadi hanya karena persoalan sepele saja.

LEO Peruntungan : Emosi yang labil hendaknya bisa diberi perhatian serius. Jangan sampai kesuksesan yang ada di depan mata hilang begitu saja karena sifat

kurang sabar dan mendengar omongan orang.Karir : Jangan terpancing dengan isu yang beredar.Kesehatan : Usahakan hati Anda tenang dan sabar walaupun situasi masih setumpuk. Jangan sampai hati yang kacau berdampak pada kesehatan Anda.Keuangan : Masih stabil dan tetap terjaga, hanya saja bila ingin buat usaha baru hendaknya dipikir matang-matang.Asmara : Carilah jalan keluar dalam menghadapi masalah cinta yang sedang Anda hadapi.

Harmoni

Zodiak Juli 2012 | Oleh : Erni Atmika Dewi

WARNA MENURUT FENG SHUIDalam feng shui, warna adalah

getaran. Getaran itu selalu kita respon, secara sadar maupun tidak. Warna memengaruhi

kenyamanan lingkungan dan mood. Warna yang kita kenakan sehari-hari memengaruhi pandangan orang lain terhadap kita. Berikut ini sejumlah karakter warna menurut feng shui:

MerahSifat merah memberi stimulasi dan dominan. Erat kaitannya dengan sifat hangat serta kemakmuran, tetapi juga menggambarkan kemarahan, malu dan kebencian. Untuk ruangan, merah mengurangi ukuran, tetapi memperbesar ukuran objek. Warna ini bagus sebagai aksen. Tak cocok: ruang makan, kamar tidur anak-anak, dapur, dan ruang kerja.

Kuning Erat dengan pencerahan dan intelektualitas. Sifatnya menstimulasi otak dan membantu pencernaan. Sifat positifnya adalah optimisme, akal, dan

ketegasan. Sifat negatifnya, berlebihan dan kekakuan. Cocok: pintu masuk rumah dan dapur. Tak cocok: ruang meditasi dan kamar mandi.

Hijau Simbol pertumbuhan, kesuburan, dan harmoni. Hijau adalah warna menenangkan dan menyegarkan. Sifat positifnya, optimisme, kebebasan, dan keseimbangan. Sifat negatifnya, iri hati dan kebohongan. Cocok: ruang terapi dan kamar mandi. Tak cocok: ruang keluarga, ruang bermain, dan ruang belajar.

Biru Damai dan menyejukkan. Biru juga terkait dengan spiritualitas, kontemplasi, misteri, dan kesabaran. Asosiasi positifnya, rasa percaya dan stabilitas. Sifat negatifnya, curiga dan melankolis. Biru memberi kesan luas pada ruangan. Cocok: ruang meditasi, ruang tidur, dan ruang terapi. Tak cocok: ruang keluarga, ruang makan,

dan ruang kerja.Putih

Simbol awal baru, kemurnian dan kesucian. Kualitas positifnya, bersih dan segar. Sifat negatifnya, dingin dan tanpa kehidupan. Cocok: kamar mandi dan dapur. Tak cocok: kamar anak-anak dan ruang makan.

Hitam Misterius dan independen adalah sifat hitam. Positifnya, daya tarik dan kekuatan. Sifat negatinya, kematian, kegelapan, dan kuasa jahat. Cocok: kamar remaja dan kamar tidur. Tak cocok: kamar kerja, kamar anak-anak, dan ruang keluarga.

Cokelat Warna cokelat menggambarkan stabilitas dan bobot. Sifat positifnya kestabilan dan keanggunan, sedangkan sifat negatifnya depresi dan penuaan. Cocok: kamar kerja Tak cocok: kamar tidur.

Sumber: Gaya Hidup Sehat

Page 24: E TABLOID EDISI 7 2012

24 Galang Kangin

Edisi 07/TAHUN II/JULI 2012