DT IKA

3
DT IKA Kasus: Px anak usia 1 tahun mengeluh lemah, panas, nyeri tenggorokan, nyeri bila menelan. Di leher, ada pembengkakan. Pada pemeriksaan di daerah faring, ditemukan selaput dengan bintik – bintik putih. Pertanyaan: 1. Dx? Alasan? 2. Dx banding? Cara membedakan? 3. Imunisasi yang harus diberikan pada anak usia 1 tahun 4. Macam – macam imunisasi? 5. Komplikasi kasus diatas? 6. Pengobatan yang dianjurkan? 7. Pencegahan? Jawab: 1. Diagnosa dari kasus diatas adalah difteri. Yang mendukung: demam, nyeri tenggorokan, pembengkakan leher, di faring ada selaput dengan bintik – bintik putih. 2. Difteria Faring , harus dibedakan dengan tonsilitis mebranosa akut yang disebabkan oleh Streptokokus (tonsilitis akut, septic sore throat ), mononukleosis infeksiosa, tonsilitis membranosa non-bakterial, tonsilitis herpetika primer, moniliasis, blood dyscrasia , pasca tonsilektomi. Jika dilihat dengan pemeriksaan cermin, pada difteri didapatkan suatu membran berwarna putih keabuan dan pada umumnya tidak didapatkan riwayat imunisasi. Pada tonsilitis folikularis atau lakunaris, umumnya penderita tidak tampak lemah, faring dan tonsil tampak

description

DT IKA

Transcript of DT IKA

DT IKA

Kasus:

Px anak usia 1 tahun mengeluh lemah, panas, nyeri tenggorokan, nyeri bila menelan. Di leher, ada pembengkakan. Pada pemeriksaan di daerah faring, ditemukan selaput dengan bintik bintik putih.

Pertanyaan:1. Dx? Alasan?2. Dx banding? Cara membedakan?3. Imunisasi yang harus diberikan pada anak usia 1 tahun4. Macam macam imunisasi?5. Komplikasi kasus diatas?6. Pengobatan yang dianjurkan?7. Pencegahan?

Jawab:

1. Diagnosa dari kasus diatas adalah difteri. Yang mendukung: demam, nyeri tenggorokan, pembengkakan leher, di faring ada selaput dengan bintik bintik putih.2. Difteria Faring, harus dibedakan dengan tonsilitis mebranosa akut yang disebabkan oleh Streptokokus (tonsilitis akut, septic sore throat), mononukleosis infeksiosa, tonsilitis membranosa non-bakterial, tonsilitis herpetika primer, moniliasis, blood dyscrasia, pasca tonsilektomi. Jika dilihat dengan pemeriksaan cermin, pada difteri didapatkan suatu membran berwarna putih keabuan dan pada umumnya tidak didapatkan riwayat imunisasi. Pada tonsilitis folikularis atau lakunaris, umumnya penderita tidak tampak lemah, faring dan tonsil tampak membran putih kekuningan, rapuh dan lembek, tidak mudah berdarah dan hanya terdapat di tonsil saja. Pada Angina plaut vincent didapatkan membran putih yang rapuh, tebal, berbau, tetapi tidak mudah berdarah. Sediaan langsung akan menunjukkan kuman fisiformis (gram positif) dan spirilia (gram negatif). Pada infeksi tenggorokkan oleh karena mononukleusus infeksiosa, terdapat kelainan ulkus membranosa yang tidak mudah berdarah dan disertai pembengkakan kelenjar limfe umum. Khas pada penyakit ini adalah didapatkan peningkatan jumlah monosit pada pemeriksaan darah tepi.3. s4. s5. Komplikasi difteri terdiri dari :1.Infeksi sekunder, biasanya oleh kuman streptokokus danstafilokokus2.Infeksi Lokal: obstruksi jalan nafas akibat membran atauoedema jalan nafas3.InfeksiSistemikkarenaefekeksotoksinKomplikasi yang terjadi antara lain kerusakan jantung, yang bisa berlanjutmenjadi gagal jantung. Kerusakan sistem saraf berupa kelumpuhan sarafpenyebabgerakantakterkoordinasi.Kerusakansarafbahkanbisaberakibatkelumpuhan, dan kerusakan ginjal.

6. 7. Umum Pasien diisolasi sampai masa akut terlampaui dan biakan hapusan tenggorok negatif 2 kali berturut-turut. Pada umumnya pasien tetap diisolasi selama 2-3 minggu. Istirahat tirah baring selama kurang lebih 2-3 minggu, pemberian cairan serta diet yang adekuat. Khusus pada difteria laring harus dijaga kelembaban udara dengan menggunakan humidifier Antitoksin ADS Antibiotik Kortikosteroid 8. Pencegahan secara umum dengan menjaga kebersihan dan memberikan pengetahuan tentang bahaya difteri bagi anak. Pada umumnya setelah seorang anak menderita difteria, kekebalan terhadap penyakit ini sangat rendah sehingga perlu imunisasi. Pencegahan secara khusus terdiri dari imunisasi DPT sebanyak tiga kali ejak bayi berumur dua bulan dengan selang penyyuntikan satu dua bulan. dan pengobatan karier. Seorang anak yang telah mendapat imunisasi lengkap, mempunyai antibodi terhadap mikroorganismenya..