drowning

49
BAB I PENDAHULUAN Tenggelam adalah proses terjadinya gangguan respirasi akibat terbenam (immersion) atau terendam (submersion) dalam cairan. Tenggelam, yang dahulu dianggap sebagai kematian yang secara langsung disebabkan oleh asfiksia (“asphyxial death”), kini diketahui terdiri dari serangkaian gangguan fisiologis dan biokimiawi yang seluruhnya memiliki peranan penting terhadap akibat fatal dari tenggelam. 1,2 Tenggelam merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas yang signifikan. Namun tingkat mortalitas dan morbiditas akibat tenggelam yang sebenarnya sulit ditentukan karena banyaknya kasus yang tidak dilaporkan dan banyaknya korban yang tidak mendapat pelayanan medis. Secara umum 90% kasus tenggelam terjadi di air tawar (danau, sungai, kolam) dan 10% terjadi di air laut. Tenggelam di dalam cairan lain lebih jarang terjadi dan biasanya merupakan kecelakaan kerja. Laki- 1

Transcript of drowning

Page 1: drowning

BAB I

PENDAHULUAN

Tenggelam adalah proses terjadinya gangguan respirasi akibat terbenam

(immersion) atau terendam (submersion) dalam cairan. Tenggelam, yang  dahulu

dianggap sebagai kematian yang secara langsung disebabkan oleh asfiksia

(“asphyxial death”), kini diketahui terdiri dari serangkaian gangguan fisiologis

dan biokimiawi  yang seluruhnya memiliki peranan penting terhadap akibat fatal

dari tenggelam.1,2

Tenggelam merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas yang

signifikan. Namun tingkat mortalitas dan morbiditas akibat tenggelam yang

sebenarnya sulit ditentukan karena banyaknya kasus yang tidak dilaporkan dan

banyaknya korban yang tidak mendapat pelayanan medis. Secara umum 90% 

kasus tenggelam terjadi di air tawar (danau, sungai, kolam) dan 10% terjadi di air

laut. Tenggelam di dalam cairan lain lebih jarang terjadi dan biasanya merupakan

kecelakaan kerja. Laki-laki disebutkan 4-5 kali lebih sering mengalami kejadian

tenggelam ini dibandingkan wanita.3

Tenggelam pada umumnya merupakan kecelakaan, baik kecelakaan saat

naik kapal, berolahraga air, maupun yang terjadi oleh karena korban dalam

keadaan mabuk, berada di bawah pengaruh obat atau pada mereka yang terserang

epilepsi. Pembunuhan dengan cara menenggelamkan korban lebih jarang terjadi,

korban biasanya bayi atau anak-anak. Pada korban dewasa biasanya korban

1

Page 2: drowning

sebelumnya dianiaya, kemudian untuk menghilangkan jejak korban dibuang ke

sungai.4

Bunuh diri dengan cara menenggelamkan diri juga merupakan peristiwa

yang jarang terjadi. Korban sering memberati dirinya dengan batu atau besi, baru

kemudian terjun ke air. Dengan demikian, pemeriksaan kasus tenggelam juga

ditujukan untuk mengetahui apakah kasus tersebut merupakan kecelakaan,

pembunuhan atau bunuh diri.4

Berikut ini akan dilaporkan sebuah kasus kematian akibat tenggalam pada

seorang laki-laki yang telah dilakukan pemeriksaan luar di Instalasi Kamar

Jenazah Kedokteran Forensik Rumah Sakit Ulin Banjarmasin.

2

Page 3: drowning

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Definisi Tenggelam

Menurut Kongres Tenggelam Sedunia tahun 2002 di Amsterdam,

tenggelam adalah proses terjadinya gangguan respirasi akibat terbenam

(immersion) atau terendam (submersion) dalam cairan. Tenggelam, yang  dahulu

dianggap sebagai kematian yang secara langsung disebabkan oleh asfiksia

(“asphyxial death”), kini diketahui terdiri dari serangkaian gangguan fisiologis

dan biokimiawi  yang seluruhnya memiliki peranan penting terhadap akibat fatal

dari tenggelam. Adanya mekanisme kematian yang berbeda-beda pada tenggelam

akan memberikan warna yang berbeda-beda pada pemeriksaan korban.1,2

B. Epidemiologi

Pada tahun 2000, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat sekitar

409.272 kejadian tenggelam dimana ini menempati urutan kedua setelah

kecelakaan lalu lintas. Angka tersebut hanya mencakup “accidental drowning and

submersion” tidak termasuk tenggelam akibat banjir, kecelakaan transportasi air,

pembunuhan dan bunuh diri. Selama tahun 2000, lebih dari 9 persen kematian di

seluruh dunia adalah akibat kecelakaan, dan 8 persen diantaranya akibat

tenggelam tidak disengaja (unintentional) yang 97 persen terjadi di negara-negara

berkembang.2

3

Page 4: drowning

Dari data tersebut, Afrika menempati posisi terbanyak kasus tenggelam di

dunia (90.965 kasus). Sedangkan Amerika merupakan kawasan yang mengalami

kasus tenggelam terendah (24.589 kasus). Kejadian di negara berkembang lebih

tinggi dibanding negara maju. Tapi di negara berkembang, seperti Indonesia

angka kejadiannya belum dapat diketahui.2

Berdasarkan data statistik, satu pertiga daripada korban mati akibat

tenggelam pernah mengikuti pelatihan berenang. Walaupun tenggelam terjadi

kepada kedua jenis kelamin, golongan lelaki adalah empat sampai lima kali lebih

sering mengalami kejadian tenggelam dibandingkan golongan wanita. Pada anak-

anak, usia kurang dari 5 tahun memiliki angka kematian tertinggi di dunia akibat

tenggelam.2

C. Klasifikasi Tenggelam

1. Typical drowning (wet drowning)

Ini merupakan kejadian tenggelam yang paling umum. Sekitar 80-90%

angka kejadian tenggelam adalah tipe ini. Pada keadaan ini cairan masuk ke dalam

saluran pernapasan korban saat korban tenggelam.  Paru tampak khas dengan

gambaran “drowning lungs” dan terjadi baik di air tawar maupun air asin

meskipun ciri lebih lanjut dari tenggelam di air tawar maupun air asin akan

tampak berbeda.5,6

Pada wet drowning, meskipun korban berusaha untuk menahan nafas

selama mungkin, pada akhirnya akan mencapai titik dimana tubuh akan berusaha

secara tidak sadar untuk mengambil oksigen yakni bila kadar karbondioksida

4

Page 5: drowning

dalam darah sangat tinggi dan kadar oksigen telah sangat rendah (PAO2 di bawah

100mmHg). Proses menarik nafas yang involunter ini akan menarik sejumlah

besar air ke dalam saluran nafas dan ke dalam lambung. Korban dapat muntah dan

terjadi aspirasi cairan lambung. Proses involunter ini akan berlanjut hingga

beberapa menit hingga akhirnya mereda sendiri. Korban akan tidak sadarkan diri

seiring dengan hipoksia serebral yang tetap berlanjut hingga irreversibel lagi dan

pada akhirnya terjadilah kematian yang didahului oleh gangguan irama dan gagal

jantung .4,5,6

2. Atypical drowning (Dry Drowning)

Dry drowning secara harfiah berarti tenggelam kering atau tenggelam

tanpa air. Proses tenggelam tipe ini meliputi sekitar 10-20% dari seluruh angka

kejadian kasus tenggelam. Disebut dry drowning karena pada keadaan ini paru

korban berbeda kondisinya bila dibandingkan dengan paru pada korban wet

drowning oleh karena tidak adanya atau hanya sedikit cairan dari luar yang

berhasil masuk ke dalam paru. Beberapa penyebab kematian pada dry drowning

adalah :4,5,6

a. Laryngeal spasm

Pada keadaan ini hanya sedikit atau bahkan tidak ada cairan yang masuk ke

dalam saluran pernapasan, kematian disebabkan oleh refleks laringospasme

yang cepat dan menetap disertai proses asfiksia yang cepat. Pada sebagian

besar kasus tenggelam, spasme laring yang terjadi biasanya sementara saja

dan akan segera relaksasi kembali namun pada kasus ini (meskipun sangat

jarang ditemukan) spasme laring menetap. Korban hanya menunjukkan tanda

5

Page 6: drowning

asfiksia berupa sianosis dan petechial hemorraghes tanpa tanda khas

drowning sama sekali.4,5,6

b. Immersion syndrome (vagal inhibition/reflex cardiac arrest )

Terjadi terutama pada anak-anak dan peminum alkohol yang tiba-tiba terjun

ke dalam air dingin (suhu <20°C), yang menyebabkan terpicunya refleks

vagal oleh reseptor kulit yang terpapar suhu dingin tersebut yang

menyebabkan apneu, bradikardia, dan vasokonstriksi dari pembuluh darah

kapiler dan menyebabkan terhentinya aliran darah koroner dan sirkulasi

serebral. Pada orang dengan kondisi emosi yang sedang tinggi atau

kekenyangan sebelum berenang juga dapat menjadi faktor predisposisi.

Kehilangan kesadaran dapat terjadi seketika dan diikuti kematian  beberapa

menit kemudian.4,5,6

c. Submersion of the unconscious

Bisa terjadi pada korban yang memang menderita epilepsi atau menderita

penyakit jantung khususnya coronary atheroma atau hipertensi, atau

peminum yang mengalami trauma kepala saat masuk ke air, atau dapat pula

pecahnya aneurisma serebral dan muncul perdarahan serebral yang terjadi

tiba-tiba. Seringkali terjadi meski korban hanya tenggelam di air yang

dangkal.4,5,6

d. Post immersion syndrome ( near drowning dan secondary drowning)

Near drowning adalah suatu keadaan gangguan sistem saraf pada korban

yang masih hidup setelah lebih dari 24 jam (walaupun hanya untuk

sementara) diselamatkan dari  suatu episode tenggelam. Cedera pada sistem

6

Page 7: drowning

saraf pusat dilaporkan menjadi sebab utama dari morbiditas jangka panjang.

Hipotermia dan penurunan pengiriman oksigen ke jaringan vital tubuh,

terutama otak, menjadi faktor lain dari morbiditas dan mortalitas akibat dari

near drowning.

Secondary drowning adalah suatu keadaan penurunan fungsi paru yang

menyebabkan menurunnya pertukaran gas dalam paru akibat hilang atau

berkurangnya surfaktan. Terjadi dalam beberapa jam hingga 48 jam dan lebih

cepat terjadi pada kasus tenggelam di air tawar.   Kematian muncul beberapa

waktu setelah korban tenggelam diselamatkan (dan diangkat dari air) akibat

komplikasi seperti pneumonia, aspirasi, dan ketidakseimbangan elektrolit.4,5,6

D. Mekanisme Kematian akibat Tenggelam

1. Tenggelam dalam air tawar

Pada keadaan ini terjadi absorbsi cairan masif ke dalam membran alveolus,

dimana dalam waktu 3 menit dapat mencapai 70 % dari vol darah sebenarnya.

Karena konsentrasi elektrolit dalam air tawar lebih rendah daripada konsentrasi

dalam darah, maka akan terjadi hemodilusi darah, air masuk ke dalam aliran darah

sekitar alveoli dan mengakibatkan pecahnya sel darah merah (hemolisis).5

Akibat pengenceran darah yang terjadi, tubuh berusaha

mengkompensasinya dengan melepaskan ion Kalium dari serabut otot jantung

sehingga kadar ion dalam plasma meningkat, akibatnya terjadi perubahan

keseimbangan ion K⁺ dan Ca⁺⁺ dalam serabut otot jantung dan mendorong

terjadinya fibrilasi ventrikel an penurunan tekanan darah, yang kemudian

7

Page 8: drowning

menimbulkan kematian akibat anoksia otak. Kematian dapat terjadi dalam waktu

4-5 menit.7,8,9

Gambar 1. Mekanisme tenggelam dalam air tawar

2. Tenggelam dalam air asin

Konsentrasi elektrolit dalam air asin lebih tinggi dibandingkan dalam

darah, sehingga air akan ditarik dari sirkulasi pulmonal ke dalam jaringan

interstitial paru, hal ini dapat mengakibatkan terjadinya odem pulmonal,

hemokonsentrasi, hipovolemi, dan kenaikan kadar magnesium dalam darah.

Hemokonsentrasi akan mengakibatkan sirkulasi menjadi lambat dan menyebabkan

terjadinya payah jantung. Kematian dapat terjadi dalam waktu 8-12 menit setelah

tenggelam.5,8

8

Page 9: drowning

Gambar 2. Mekanisme tenggelam dalam air asin

3. Kematian mendadak dalam air dingin

Mati mendadak segera setelah seseorang masuk ke dalam air yang dingin,

sering disinggung, walaupun tanpa penyebab langsung, oleh karena spasme laring

atau vagal refleks yang menyebabkan cardiac arrest.5

Keadaan tersebut, yaitu yang mendadak tadi, hanya dapat dijelaskan oleh

karena terjadinya fibrilasi ventrikel pada korban, dan dapat dibuktikan bahwa

pada orang yang masuk ke air yang dingin atau tersiram air yang dingin dapat

menimbulkan ventricular ectopic beat.5

Pada orang yang tenggelam, tubuh korban dapat beberapa kali berubah

posisi, umumnya korban akan tiga kali tenggelam, ini dapat dijelaskan sebagai

berikut:5

1. Pada waktu pertama kali orang “terjun” ke air, oleh karena gravitasi ia akan

terbenam untuk yang pertama kali

9

Page 10: drowning

2. Oleh karena berat jenis tubuh lebih kecil dari berat jenis air, korban akan

timbul, dan berusaha untuk bernafas mengambil udara; akan tetapi oleh

karena tidak bisa berenang, air akan masuk tertelan dan terinhalasi, sehingga

berat jenis korban sekarang menjadi lebih besar dari berat jenis air, dengan

demikian ia tenggelam untuk kedua kalinya

3. Sewaktu berada pada dasar sungai, laut atau danau, proses pembusukan akan

berlangsung dan terbentuk gas pembusukan

4. Waktu yang dibutuhkan agar pembentukan gas pembusukan dapat

mengapungkan tubuh korban adalah sekitar 7-14 hari

5. Pada waktu tubuh mengapung oleh karena terbentuknya gak pembusukan,

tubuh dapat pecah terkena benda-benda di sekitarnya, digigit binatang atau

oleh karena proses pembusukan itu sendiri; dengan demikian gas pembusukan

akan keluar, tubuh korban terbenam untuk ketiga kalinya dan yang terakhir.

E. Pemeriksaan Luar pada Kasus Tenggelam4,5,6

1. Kulit tubuh mayat teraba basah, dingin, pucat dan pakaian basah. Penurunan

suhu mayat (algor mortis) berlangsung cepat rata-rata 50 F per menit, suhu

tubuh akan sama dengan suhu lingkungan dalam waktu 5 atau 6 jam

2. Lebam mayat (livor mortis) akan tampak jelas pada dada bagian depan, leher

dan kepala. Lebam mayat berwarna merah terang yang perlu dibedakan

dengan lebam mayat yang terjadi pada keracunan CO.

10

Page 11: drowning

3. Kulit telapak tangan dan telapak kaki mayat pucat (bleached) dan keriput

(washer woman's hands/feet). Perubahan dapat dilihat setelah selama satu jam

terendam dalam air hangat.

4. Gambaran kulit angsa (cutis anserine, goose skin) sering dijumpai pada

lengan, paha dan bahu mayat. Hal ini terjadi selama interval antara kematian

somatik dan seluler, atau merupakan perubahan postmortal karena terjadinya

rigor mortis pada mm.erector pili.

5. Terdapat busa putih halus yang berbentuk jamur (mushroom-like mass)

tampak pada mulut atau hidung atau keduanya. Busa terbentuk dari hasil

pengocokan cairan bercampur mukus saluran pernapasan dan surfaktan paru

akibat adanya upaya pernapasan yang hebat. Busa dapat berwarna kemarahan

oleh karena darah dan gas pembusukan.

6. Bila mayat kita miringkan, cairan akan keluar dari mulut atau hidung.

7. Bila terdapat cadaveric spasme dengan kotoran air atau dahan setempat

berada dalam genggaman tangan mayat.

8. Perdarahan berbintik (petechial haemmorrhages, dapat ditemukan pada kedua

kelopak mata, terutama kelopak mata bagian bawah

9. Pada pria genitalianya dapat mengerut, ereksi atau semi-ereksi, yang tersering

dijumpai: semiereksi

10. Pada lidah dapat ditemukan memar atau bekas gigitan yang merupakan tanda

bahwa korban berusaha untuk hidup, atau tanda sedang terjadi epilepsi

sebagai akibat dari masuknya korban ke dalam air.

11

Page 12: drowning

11. Luka-luka pada daerah wajah, tangan dan tungkai bagian depan dapat terjadi

akibat persentuhan korban dengan dasar sungai atau terkena benda-benda di

sekitarnya

12. Pembusukan sering tampak, kulit berwarna kehijauan atau merah gelap. Pada

pembusukan lanjut tampak gelembung-gelembung pembusukan terutama

bagian atas tubuh, dan skrotum serta penis pada pria dan labia mayora pada

wanita, kulit telapak tangan dan kaki dapat mengelupas.

13. Pada kasus bunuh diri dimana korban dari tempat yang tinggi terjun ke

sungai, kematian dapat terjadi akibat benturan yang keras sehingga

menyebabkan kerusakan pada kepala atau patahnya tulang leher.

F. Pemeriksaan Dalam pada Kasus Tenggelam4,5,6

1. Busa halus putih dapat mengisi trakhea dan cabang-cabangnya, air juga dapat

ditemukan, demikian pula halnya dengan benda-benda asing yang ikut

terinhalasi bersama air seperti pasir, lumpur, binatang air, tumbuhan air,

diatome.

2. Kongesti pada laring, paru-paru dapat sangat mengembang, menutupi

pericardium dan pada permukaan tampak jejas dari tulang iga, perabaan

kenyal. Berat paru mencapai 700-1000 gram dimana berat normal paru adalah

250-300 gram. Pada saat diiris tampak banyak cairan merah kehitaman

bercampur buih keluar dari penampang tersebut, yang pada keaadaan paru

normal keluarnya cairan bercampur busa tersebut baru nampak setelah dipijat

12

Page 13: drowning

dengan dua jari. Gambaran paru ini disebut dengan emphysema aquosum atau

emphysema hydroaerique.

3. Pleura dapat berwarna kemerahan dan terdapat bintik-bintik perdarahan.

Perdarahan dapat terjadi karena adanya kompresi pada septum inter alveoli

atau oleh karena terjadinya fase konvulsi akibat kekurangan oksigen.

4. Permukaan pleura visceral dapat sebagian atau seluruhnya tertutup dengan

petechiae (Paltauf`s spots).Bercak ini berwarna biru kemerahan dan banyak

terdapat pada bagian bawah paru yaitu pada permukaan anterior paru.

5. Lambung mayat berisi banyak cairan.

6. Terjadi distensi pada jantung kanan dan pembuluh darah vena akibat

obstruksi dari sirkulasi paru sehingga keduanya penuh dengan darah yang

berwarna gelap dan cair serta tidak ada bekuan.

Perbedaan gambaran post mortem pada korban tenggelam dalam air tawar

dan air asin dapat dilihat pada tabel berikut.8

Tabel 1. Perbedaan tenggelam dalam air tawar dan air asin

Air Tawar Air Asin Paru besar dan ringan Paru besar dan berat Relative kering Basah Bentuk biasa Bentuk besar dan kadang-

kadang overlapping Merah pucat Ungu biru/permukaan licin Krepitasi ada Krepitasi tidak ada Busa banyak Busa sedikit/cairan banyak Dikeluarkan dari thoraks tapi

kempis Dikeluarkan dari thoraks akan

mendatar/jika ditekan jadi cekung

Mati dalam 5 menit 40ml/kgbb Mati dalam 5-10 menit 20ml/kgbb

Darah:o BJ 1,055o Hipotonik

Darah:o BJ 1,0595-1,60o Hipertonik

13

Page 14: drowning

o Hemodilusi/hemolisiso Hipervolemiao Hiperkalemiao Hiponatremiao Hipoklorida

o Hemokonsentrasio Hipovolemio Hipokalemiao Hipernatremiao Hiperklorida

Ada 7 tanda intravitalitas mati tenggelam (drowning), yaitu:4,5,6

1. Cadaveric spasme.

2. Perdarahan pada liang telinga tengah mayat.

3. Benda air (rumput, lumpur, dan sebagainya) dapat kita temukan dalam

saluran pencernaan dan saluran pernapasan mayat.

4. Ada bercak Paltauf di permukaan paru-paru mayat.

5. Berat jenis darah pada jantung kanan berbeda dengan jantung kiri.

6. Ada diatome pada paru-paru atau sumsum tulang mayat.

7. Tanda asfiksia tidak jelas, mungkin ada Tardieu's spot di pleura mayat.

G. Pemeriksaan Khusus

Ada beberapa macam pemeriksaan khusus pada kasus mati tenggelam

(drowning), yaitu :

a. Percobaan Getah Paru (Lonsef Proef)

Kegunaan melakukan percobaan paru (lonsef proef) yaitu mencari benda

asing (pasir, lumpur, tumbuhan, telur cacing) dalam getah paru-paru mayat. Syarat

melakukannya adalah paru-paru mayat harus segar atau belum membusuk. Cara

melakukan percobaan getah paru yaitu permukaan paru-paru dikerok (2-3 kali)

dengan menggunakan pisau bersih lalu dicuci dan iris permukaan paru-paru.

Kemudian teteskan diatas objek gelas. Syarat sediaan harus sedikit mengandung

14

Page 15: drowning

eritrosit. Evaluasi sediaan yaitu pasir berbentuk kristal, persegi dan lebih besar

dari eritrosit. Lumpur amorph lebih besar daripada pasir, tanaman air dan telur

cacing.2,4

Ada 3 kemungkinan dari hasil percobaan getah paru, yaitu 4,5:

1. Hasilnya positif dan tidak ada sebab kematian lain.

2. Hasilnya positif dan ada sebab kematian lain.

3. Hasilnya negatif.

Jika hasilnya positif dan tidak ada sebab kematian lain maka dapat kita

interpretasikan bahwa korban mati karena tenggelam. Jika hasilnya positif dan ada

sebab kematian lain maka ada 2 kemungkinan penyebab kematian korban, yaitu

korban mati karena tenggelam atau korban mati karena sebab lain. Jika hasilnya

negatif maka ada 3 kemungkinan penyebab kematian korban, yaitu 4,5:

1. Korban mati dahulu sebelum tenggelam.

2. Korban tenggelam dalam air jernih.

3. Korban mati karena vagal reflex atau spasme larynx.

Jika hasilnya negatif dan tidak ada sebab kematian lain maka dapat kita

simpulkan bahwa tidak ada hal yang menyangkal bahwa korban mati karena

tenggelam. Jika hasilnya negatif dan ada sebab kematian lain maka kemungkinan

korban telah mati sebelum korban dimasukkan ke dalam air.4,5

b. Pemeriksaan Diatome (Destruction Test)10

Kegunaan melakukan pemeriksaan diatome adalah mencari ada tidaknya

diatome dalam paru-paru mayat. Diatome merupakan ganggang bersel satu

dengan dinding dari silikat. Syaratnya paru-paru harus masih dalam keadaan

15

Page 16: drowning

segar, yang diperiksa bagian kanan perifer paru-paru, dan jenis diatome harus

sama dengan diatome di perairan tersebut. Cara melakukan pemeriksaan diatome

yaitu ambil jaringan paru-paru bagian perifer (100 gr) lalu masukkan ke dalam

gelas ukur dan tambahkan H2SO4. Biarkan selama 12 jam kemudian panaskan

sampai hancur membubur & berwarna hitam. Teteskan HNO3 sampai warna putih

lalu sentrifus hingga terdapat endapan hitam. Endapan kemudian diambil

menggunakan pipet lalu teteskan diatas objek gelas.10

Interpretasi pemeriksaan diatome yaitu bentuk atau besarnya bervariasi

dengan dinding sel bersel 2 dan ada struktur bergaris di tengah sel. Positif palsu

pada pencari pasir dan pada orang dengan batuk kronik. Untuk hepar atau lien,

tidak akurat karena dapat positif palsu akibat hematogen dari penyerapan

abnormal gastrointestinal.1,4

c. Penentuan Berat Jenis (BJ) Plasma

Penentuan berat jenis (BJ) plasma bertujuan untuk mengetahui adanya

hemodilusi pada air tawar atau adanya hemokonsentrasi pada air laut dengan

menggunakan CuSO4. Normal 1,059 (1,0595-1,0600); air tawar 1,055; air laut

1,065. Interpretasinya ditemukan darah pada larutan CuSO4 yang telah diketahui

berat jenisnya.4,5

d. Pemeriksaan Kimia Darah (Gettler Test)

Pemeriksaan kimia darah (gettler test) bertujuan untuk memeriksa kadar

NaCl dan kalium. Interpretasinya adalah korban yang mati tenggelam dalam air

tawar, mengandung Cl lebih rendah pada jantung kiri daripada jantung kanan.

Kadar Na menurun dan kadar K meningkat dalam plasma. Korban yang mati

16

Page 17: drowning

tenggelam dalam air laut, mengandung Cl lebih tinggi pada jantung kiri daripada

jantung kanan. Kadar Na meningkat dan kadar K sedikit meningkat dalam

plasma.4,5

e. Pemeriksaan Histopatologi

Pada pemeriksaan histopatologi dapat kita temukan adanya bintik

perdarahan di sekitar bronkioli yang disebut Partoff spot.4

H. Diagnosis Mati Tenggelam

Bila mayat masih segar (belum terdapat pembusukan), maka diagnosis

kematian akibat tenggelam dapat dengan mudah ditegakkan melalui pemeriksaan

yang teliti dari:1

- Pemeriksaan luar

- Pemeriksaan dalam

- Pemeriksaan laboratorium berupa histology jaringan, destrksi jaringan dan

berat jenis serta kadar elektrolit darah.

Bila mayat sudah membusuk, maka diagnosis kematian akibat tenggelam

dibuat berdasarkan adanya diatom yang cukup banyak pada paru-paru yang bila

disokong oleh penemuan diatom pada ginjal, otot skelet atau diatom pada sumsum

tulang, maka diagnosis akan menjadi makin pasti.1

17

Page 18: drowning

BAB III

LAPORAN KASUS

PRO-JUSTITIA

VISUM et REPERTUM

No. VER/445/IPJ/XI/2011

Berdasarkan surat permintaan penyidik, nama: H. Najamuddin. B NRP: 62010716

Jabatan: AKP Satpol Air Polda Kalsel. Tanggal 19 November 2011 Nomor Polisi:

B/99/XI/2011/Sat Polair, tanggal sembilan belas November dua ribu sebelas maka

Tim Kedokteran Forensik dibawah pimpinan Dokter Mursad Abdi,Sp.F beserta

staf dari bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran

Universitas Lambung Mangkurat / Instalasi Pemulasaraan Jenazah Kedokteran

Forensik RSUD Ulin pada hari Sabtu, sembilan belas November tahun dua ribu

sebelas, mulai pukul Sembilan lewat sepuluh menit Waktu Indonesia Tengah

sampai pukul Sembilan lewat empat puluh menit Waktu Indonesia Tengah,

melakukan pemeriksaan luar di ruang otopsi RSUD Ulin terhadap Jenazah

almarhum:

Nama : M. Rifani bin Samsudin-----------------------------------------

Jenis kelamin : Laki-laki-----------------------------------------------------------

Umur : 15 tahun------------------------------------------------------------

Agama :

Islam----------------------------------------------------------------

Pekerjaan : Swasta--------------------------------------------------------------

Kebangsaan : Indonesia ----------------------------------------------------------

Alamat : Jalan Kelayan B Gg. Cahaya Tatas No.15 Rt.07

Banjarmasin---------------------------------------------------------

Yang menurut keterangan pihak penyidik,

Korban ditemukan sekitar jam tujuh pagi pada hari sabtu tanggal sembilan belas

November dua ribu sebelas di sungai Kelayan oleh warga sekitar dalam keadaan

18

Page 19: drowning

mengapung dengan posisi menelungkup. Korban sudah dua hari hilang pada

malam jumat. Sebelumnya warga bernama Dayat sempat melihat korban duduk di

pinggir jamban setelah shalat Isya----------------------------------------------------------

---------------------------------------HASIL PEMERIKSAAN---------------------------

I. PEMERIKSAAN LUAR

1. Keadaan Jenazah

Jenazah tak berlabel terletak di meja otopsi di atas tikar, jenazah terlihat

dalam keadaan memakai baju kaos warna coklat dengan merek “Monster”

yang sudah terobek dan basah, celana jeans berwarna hitam dengan merek

“Leggs”, ikat pinggang bertuliskan “Quicksilver” dan basah, jam tangan

pada tangan sebelah kiri dengan merek “D&G”, dan tanpa alas kaki. Tubuh

jenazah teraba dingin dan basah------------------------------------------------------

2. Sikap Jenazah Di atas Meja Otopsi

Jenazah dalam keadaan terlentang di atas meja otopsi dengan wajah

menghadap ke atas. Kedua lengan atas sejajar terhadap garis tengah tubuh,

kedua lengan bawah membentuk sudut seratus lima puluh derajat dengan

lengan atas. Telapak tangan menelungkup dengan jari-jari tangan

menggenggam. Kedua tungkai atas dan bawah lurus sejajar terhadap garis

tengah tubuh. Kedua telapak kaki menghadap ke tengah dengan jari-jari

lurus mengarah ke depan

luar---------------------------------------------------------

3. Kaku Jenazah

Terdapat kaku jenazah pada sendi jari-jari tangan, pergelangan tangan, lutut,

pergelangan kaki, jari-jari kaki yang sulit digerakkan----------------------------

4. Lebam Jenazah

Terdapat lebam jenazah yang tidak hilang dengan penekanan di daerah

wajah dan dada dengan lebam berwarna merah gelap----------------------------

5. Pembusukan Jenazah

Terdapat pembusukan jenazah, pada daerah perut seluruhnya, dada

seluruhnya, wajah, punggung, alat kelamin, tungkai dan kedua belah kaki

19

Page 20: drowning

dengan kulit terkelupas. Terdapat gambaran pembuluh balik jelas pada

wajah, dada, bahu, perut, lengan dan tungkai atas. Terlihat gelembung bula

pada kedua kaki.------------------------------------------------------------------------

6. Ukuran Jenazah

Panjang seratus lima puluh lima sentimeter. Berat badan tidak ditimbang.

Lingkar dada sembilan puluh lima sentimeter. Lingkar pinggul tujuh puluh

delapan sentimeter----------------------------------------------------------------------

7. Kepala

a. Rambut

Warna hitam tidak beruban, rambut menutupi semua daerah kepala,

panjang rambut empat belas sentimeter, tidak mudah dicabut, dalam

keadaan basah----------------------------------------------------------------------

b. Bagian yang tertutup rambut

Tidak terdapat kelainan-----------------------------------------------------------

c. Dahi

Dahi tampak berwarna biru keunguan dengan kulit ari yang terkelupas,

tidak teraba derik tulang, tidak terlihat adanya luka--------------------------

d. Mata

Mata Kanan

Menutup, rambut mata lurus, panjang satu sentimeter. Kelopak mata

dalam terdapat pembengkakan, kelopak mata luar terdapat

pembengkakan. Sekitar mata warna biru keunguan. Pada perabaan teraba

kulit yang lunak. Retak tulang tidak ada, selaput bening keruh, selaput

putih mata berwarna putih keruh, manik mata tidak terlihat. Bola mata

utuh. Pada perabaan teraba lunak------------------------------------------------

Mata Kiri

Menutup, rambut mata lurus, satu sentimeter. Kelopak mata dalam

mengalami pembengkakan, kelopak mata luar mengalami

pembengkakan. Sekitar mata warna biru keunguan. Pada perabaan teraba

kulit yang lunak. Retak tulang tidak ada, selaput bening keruh, selaput

20

Page 21: drowning

putih mata berwarna putih keruh, manik mata tidak terlihat. Bola mata

utuh. Pada perabaan teraba lunak------------------------------------------------

e. Hidung

Dari kedua lubang hidung terlihat buih. Pada saat badan dimiringkan ke

kanan maupun kekiri dari kedua lubang hidung keluar cairan berwarna

merah kehitaman-------------------------------------------------------------------

f. Mulut

Dalam keadaan terbuka satu koma lima sentimeter dengan gigi utuh dan

menggigit lidah. Bibir berwarna biru keunguan, membengkak dan

mencucu. Bibir atas tidak ada luka dan tidak ada memar, bibir bawah ada

luka terbuka dengan panjang satu sentimeter. Terdapat busa halus

kemerahan pada mulut------------------------------------------------------------

g. Dagu

Tidak terdapat kelainan------------------------------------------------------------

h. Pipi

Tampak berwarna biru keunguan------------------------------------------------

i. Telinga

Tidak ditemukan kelainan--------------------------------------------------------

8. Leher

Tidak ditemukan kelainan-------------------------------------------------------------

9. Dada

Terdapat lapisan kulit ari yang mengelupas di seluruh bagian dada------------

10.Perut

Permukaan datar, tinggi dengan permukaan dada dua sentimeter pada perut

kanan dan kiri, pada perabaan teraba keras dan pada ketokan terdengar

redup-------------------------------------------------------------------------------------

11.Alat Kelamin

Jenis kelamin laki-laki, rambut kelamin warna hitam keriting dengan

panjang tiga koma lima sentimeter, mudah dicabut. Kantong zakar

membengkak dengan kulit yang terkelupas dan dasar kulit berwarna merah

21

Page 22: drowning

muda, dari lubang kemaluan keluar cairan berwarna

kuning---------------------

12.Anggota Gerak Atas Kiri

a. Lengan Atas

Tidak terdapat kelainan-----------------------------------------------------------

b. Lengan Bawah

Tidak terdapat kelainan-----------------------------------------------------------

c. Tangan

Kulit telapak tangan, ujung jari-jari dan kulit di bawah kuku tampak

pucat dan keriput-------------------------------------------------------------------

13. Anggota Gerak Atas Kanan

a. Lengan Atas

Tidak terdapat kelainan-----------------------------------------------------------

b. Lengan Bawah

Terdapat bekas luka pada siku dengan ukuran panjang tiga sentimeter---

c. Tangan

Kulit telapak tangan, ujung jari-jari dan kulit di bawah kuku tampak

pucat dan keriput-------------------------------------------------------------------

14. Anggota Gerak Bawah Kiri

a. Tungkai Atas

Terdapat kulit ari yang terkelupas----------------------------------------------

b. Tungkai Bawah

Tidak terdapat kelainan----------------------------------------------------------

c. Kaki

Kulit telapak kaki, ujung jari-jari dan kulit di bawah kuku tampak pucat

dan keriput. Terdapat gelembung bula yang belum pecah-------------------

15. Anggota Gerak Bawah Kanan

a. Tungkai Atas

Terdapat kulit ari yang terkelupas-----------------------------------------------

b. Tungkai Bawah

Tidak terdapat kelainan----------------------------------------------------------

22

Page 23: drowning

c. Kaki

Kulit telapak kaki, ujung jari-jari dan kulit di bawah kuku tampak pucat

dan keriput. Terdapat gelembung bula yang belum pecah-------------------

16. Punggung

Tampak kulit ari yang mengelupas pada seluruh bagian punggung-------------

17. Pantat

Tidak terdapat kelainan----------------------------------------------------------------

18. Dubur

Dubur mengeluarkan tinja berwarna kuning tidak bercampur darah------------

19. Bagian Tubuh yang lain

Tidak terdapat kelainan----------------------------------------------------------------

II. PEMERIKSAAN DALAM

Tidak dilakukan berdasarkan surat permintaan penyidik:

Nomor : B/99/XI/2011/Satpolair

Tanggal : 19 November 2011

Kepolisian : Satpol Air Kota Banjarmasin

III. PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS

Tidak dilakukan berdasarkan surat permintaan penyidik:

Nomor : B/99/XI/2011/Satpolair

Tanggal : 19 November 2011

Kepolisian : Satpol Air Kota Banjarmasin

IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Tidak dilakukan berdasarkan surat permintaan penyidik:

Nomor : B/99/XI/2011/Satpolair

Tanggal : 19 November 2011

Kepolisian : Satpol Air Kota Banjarmasin

V. PEMERIKSAAN KONSULTASI LAIN-LAIN

23

Page 24: drowning

Tidak dilakukan berdasarkan surat permintaan penyidik:

Nomor : B/99/XI/2011/Satpolair

Tanggal : 19 November 2011

Kepolisian : Satpol Air Kota Banjarmasin

VI. KESIMPULAN

1. Telah dilakukan pemeriksaan atas jenazah laki-laki, berusia lima belas

tahun, dengan panjang badan seratus lima puluh lima sentimeter (I.6)-------

2. Terdapat tanda-tanda mati lemas akibat masuknya air ke dalam saluran

pernapasan yang dapat menyebabkan kematian tanpa mengesampingkan

sebab-sebab kematian lainnya karena tidak dilakukan pemeriksaan dalam

sesuai surat permintaan penyidik (I.4, I.7.e, I.7.f, I.11,I.18)-------------------

3. Terdapat kulit yang terkelupas dan bula serta warna kehijauan akibat

proses pembusukan(I.5)-------------------------------------------------------------

4. Saat kematian diperkirakan sekitar tiga sampai enam hari sebelum

pemeriksaan---------------------------------------------------------------------------

VII.PENUTUP

Demikian visum et repertum ini dibuat dengan mengingat sumpah pada

waktu menerima jabatan dan berdasarkan Lembaran Negara no. 350 tahun

1937 serta undang-undang No.8 tahun 1981

Tanda Tangan

dr. Mursad Abdi ,Sp.F

24

Page 25: drowning

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada laporan kasus ini, korban adalah seorang laki-laki berusia sekitar

lima belas tahun. Hal ini sesuai dengan studi epidemiologi yang menyatakan

bahwa kejadian tenggelam lebih sering terjadi pada laki-laki yakni empat kali

lebih banyak dari pada wanita. Menurut keterangan penyidik, korban ditemukan

sekitar jam tujuh pagi pada hari sabtu tanggal sembilan belas November dua ribu

sebelas di sungai Kelayan oleh warga sekitar dalam keadaan mengapung dengan

posisi menelungkup. Korban sudah dua hari hilang pada malam jumat.

Sebelumnya warga bernama Dayat sempat melihat korban duduk di pinggir

jamban setelah shalat Isya.

Pada proses identifikasi korban, digunakan metode pakaian, perhiasan dan

medik untuk menentukan bahwa jenazah yang ditemukan adalah korban yang

dimaksud, yaitu Tn. M. Rifani. Metode identifikasi visual sulit digunakan karena

wajah korban sudah membengkak dan mengalami pembusukan. Identifikasi

dengan mengamati pakaian dan perhiasan yang melekat pada tubuh korban

menunjukkan kesesuaian dengan pakaian dan perhiasan terakhir yang dikenakan

korban. Pada metode medik, didapatkan ukuran tubuh dan bekas luka yang sesuai.

Metode identifikasi dapat dilakukan secara sederhana, minimal 2 metode, untuk

menentukan jati diri korban.

25

Page 26: drowning

Pada pemeriksaan luar jenazah ditemukan adanya tanda-tanda pasti

kematian. Tanda-tanda postmortem yang didapatkan yakni algor mortis dimana

tubuh korban teraba dingin, livor mortis berwarna merah gelap, rigor mortis pada

sebagian persendian korban yang sukar digerakkan dan tanda-tanda pembusukan.

Pemeriksaan ini penting selain untuk menentukan diagnosis kematian korban juga

untuk memperkirakan saat kematian korban, terutama pada kasus dengan saat

kematian yang tak diketahui karena tidak terdapat saksi.

Kaku mayat ditemukan pada sendi jari-jari tangan, pergelangan tangan,

lutut, pergelangan kaki, jari-jari kaki yang sulit digerakkan. Secara teoritis, kaku

mayat dimulai setelah 2 jam postmortem dan mencapai puncak pada 12 jam

postmortem, kemudian menetap hingga 24 jam dan akhirnya menurun secara

bertahap sampai dengan menghilang. Karena kaku jenazah pada korban masih

ditemukan terutama pada sendi-sendi dan lengan, sedangkan pada persendian

wajah telah berkurang, maka saat kematian korban diperkirakan lebih dari 24 jam

postmortem.

Bentuk ekstrem dari kaku mayat, yaitu cadaveric spasm juga ditemukan

pada korban. Posisi jari-jari menggenggam pada jari tangan kiri dan kanan korban

menunjukan adanya cadaveric spasme.Akan tetapi pada korban terjadi cadaveric

spasm yang menyerupai kaku mayat. Keadaan ini umumnya terjadi pada korban

yang pada saat menjelang kematiannya mengalami ketegangan jiwa atau

kepanikan yang luar biasa. Cadaveric spasme dapat diartikan sebagai usaha untuk

tidak tenggelam. Adanya cadaveric spasme menunjukan kalau korban masih

dalam keadaan hidup saat terbenam.

26

Page 27: drowning

Cadaveric spasme terjadi karena kelelahan dari otot yang aktif saat korban

berusaha untuk tidak tenggelam. Saat korban berusaha untuk tidak tenggelam

dengan menggerakkan tangan dan kaki menyebabkan ATP yang diperlukan aktin

dan miosin sangat berkurang sehingga aktin dan miosin tertumpuk dan terjadi

kekakuan. Kekakuan ini menunjukkan tanda kejadian intravital dan lambat hilang.

Hal ini dipengaruhi suhu lingkungan yang rendah sehingga kekakuan menjadi

lebih cepat terjadi dan lambat hilang.

Lebam mayat merupakan tanda postmortem yang juga penting dalam

menjelaskan waktu dan proses kematian. Lebam mayat muncul setelah 30 menit

kematian dan mencapai puncak pada 8 – 12 jam kemudian. Selanjutnya, lebam

mayat tidak akan hilang dengan penekanan akibat kerusakan vaskular dan adanya

rembesan darah ke jaringan sekitarnya. Pada korban, didapatkan lebam mayat

pada daerah wajah dan dada. Posisi korban yang menelungkup menyebabkan

darah menumpuk pada bagian tubuh yang lebih rendah sesuai arah gravitasi yakni

daerah kepala, leher dan dada bagian depan. Lebam mayat pada korban berwarna

merah gelap karena terjadi asfiksia.

Proses pembusukan telah ditemukan pada hampir seluruh tubuh korban,

berupa warna biru kehijauan pada wajah, dada, perut, punggung, alat kelamin,

tungkai dan kaki. Gambaran pembuluh balik tampak jelas pada daerah bahu, dada,

punggung, perut, lengan, dan paha bagian dalam. Kulit ari mudah dilepas dengan

sedikit gesekan. Terdapat gelembung bula berisi cairan berwarna merah

kehitaman dan sebagian besar sudah pecah dengan kulit pada dasar gelembung

tampak licin dan berwarna merah jambu.

27

Page 28: drowning

Pembusukan dapat dimulai setelah 24 jam postmortem pada suhu

lingkungan di atas 20 oC. Pembusukan dimulai di daerah perut karena di area

inilah banyak terdapat bakteri pembusukan (di dalam usus). Di daerah tropis,

tubuh mayat pada kasus mati tenggelam (drowning) mulai membusuk pada hari

ke-2, sedangkan di daerah dingin, membusuk setelah 1 minggu. Pembusukan

tersebut ditandai oleh terkelupasnya kulit ari. Jika pembusukannya merata, tubuh

mayat akan mengapung di permukaan air. Keadaan ini disebut floaten. Floaten

biasanya terjadi pada hari ke-3 sampai hari ke-6. Volume gas pembusukan dapat

terjadi 2 kali lipat dari berat tubuh.5

Kecepatan pengapungan mayat pada kasus tenggelam tergantung

beberapa hal seperti :

- Usia

Mayat anak-anak dan orangtua lebih lambat terapung.

- Bentuk tubuh

Orang yang gemuk dan kuat, mayatnya cepat terapung. Mayat yang kurus

lebih lambat terapung.

- Keadaan air

Pada air yang jernih, pengapungan mayat lebih lambat terjadi dibandingkan

dengan pada air kotor.

- Cuaca

Pada musin panas, pengapungan mayat 3 kali lebih cepat dibandingkan pada

musim dingin.

28

Page 29: drowning

Diagnosis mati tenggelam pada korban diperoleh berdasarkan temuan

jenazah dimana jenazah ditemukan di dalam air dan tanda-tanda mati tenggelam.

Tanda-tanda mati tenggelam pada pemeriksaan luar korban, yaitu:

- Kulit tubuh korban masih basah, dingin, pucat, dan masih mengenakan

pakaian yang basah

- Lebam mayat tersebar, terutama pada wajah dan dada.

- Kulit telapak tangan dan kaki pucat dan keriput

- Keluarnya busa berwarna putih kemerahan dari hidung dan mulut.

- Cairan keluar dari hidung dan mulut apabila posisi mayat dimiringkan.

Tanda mati lemas yang ditemukan pada kasus ini yaitu keluarnya busa

berwarna putih kemerahan dari mulut dan hidung menandakan masuknya cairan

(air) ke dalam saluran napas. Masuknya air ini akan merangsang terbentuknya

mukus yang apabila bercampur dengan air dan surfaktan, akan membentuk busa

karena upaya pernapasan yang hebat akan mengocok ketiga substansi tersebut.

Pada keadaan lanjut, pseudofoam tersebut akan berwarna kemerahan yang berasal

dari darah dan gas pembusukan.

Pada pemeriksaan lainnya dapat ditemukan beberapa tanda asfiksia. Pada

bibir berwarna biru keunguan menunjukkan gambaran akibat mati lemas. Warna

biru akibat mati lemas akan mudah terlihat pada daerah tubuh yang mengandung

pembuluh kapiler. Selain itu, terdapatnya cairan kuning dan kotoran yang keluar

dari alat kelamin dan dubur korban juga merupakan tanda umum pada asfiksia.

Pemeriksaan lain pada mulut korban didapatkan lidah dalam keadaan

tergigit, juga ditemukan adanya luka terbuka pada bibir bawah sepanjang satu

29

Page 30: drowning

sentimeter. Keadaan ini merupakan tanda bahwa korban berusaha untuk hidup

ketika tenggelam.

Berapa lama korban menemui ajalnya setelah tenggelam ditentukan oleh

keadaan lingkungan, seperti kondisi fisik dan reaksi korban sewaktu terbenam

serta banyaknya air yang terinhalasi. Waktu akan menjadi singkat pada korban

yang mengalami terbenam secara tak terduga, serta korban yang tidak bisa

berenang. Keadaan panik juga akan mempercepat proses tenggelam dibandingkan

orang yang tenang. Umumnya orang menjadi tidak sadar setelah terbenam selama

2 atau 3 menit sampai 10 menit.

Pada dasarnya, tidak terdapat pemeriksaan yang patognomosis untuk

diagnosis kematian akibat tenggelam, terutama bila hanya dilakukan pemeriksaan

luar saja. Meski demikian, dengan adanya keterangan saksi, bukti-bukti serta

tanda-tanda mati tenggelam secara umum, maka dapat dikatakan bahwa sebab

kematian korban adalah akibat tenggelam tanpa menyingkirkan penyebab lain

karena tidak dilakukan autopsi.

Dalam upaya menyingkirkan adanya faktor-faktor penyumbang kematian,

dapat dicari informasi mengenai riwayat penyakit, ada tidaknya trauma sebelum

tenggelam, atau kondisi mabuk atau intoksikasi obat yang memicu terjadinya

tenggelam. Pada korban, tidak didapatkan adanya tanda-tanda penganiayaan atau

luka, sehingga satu-satunya diagnosis yang paling mungkin adalah kematian

akibat tenggelam.

30

Page 31: drowning

BAB V

PENUTUP

Telah dilakukan pemeriksaan luar berdasarkan surat permintaan visum

luar oleh Satpol Air Polda Kalimantan Selatan, terhadap jenazah Tn. M. Riefani,

jenis kelamin laki-laki, dengan dugaan tenggelam. Kesimpulan dari kasus ini

adalah :

1. Telah dilakukan pemeriksaan luar terhadap jenazah laki-laki berusia lima

belas tahun dengan panjang badan seratus lima puluh lima sentimeter.

2. Pada pemeriksaan ditemukan tanda mati lemas akibat masuknya air ke dalam

jalan napas atas hingga bawah yang dapat menyebabkan kematian tanpa

mengesampingkan penyebab lain karena tidak dilakukan pemeriksaan dalam

sesuai surat permintaan penyidik.

3. Terdapat kulit yang terkelupas dan bula serta warna kehijauan akibat proses

pembusukan

4. Tidak ditemukan tanda kekerasan.

5. Saat kematian diperkirakan sekitar tiga sampai enam hari sebelum

pemeriksaan dilakukan.

31