drowning
Transcript of drowning
BAB I
PENDAHULUAN
Tenggelam adalah proses terjadinya gangguan respirasi akibat terbenam
(immersion) atau terendam (submersion) dalam cairan. Tenggelam, yang dahulu
dianggap sebagai kematian yang secara langsung disebabkan oleh asfiksia
(“asphyxial death”), kini diketahui terdiri dari serangkaian gangguan fisiologis
dan biokimiawi yang seluruhnya memiliki peranan penting terhadap akibat fatal
dari tenggelam.1,2
Tenggelam merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas yang
signifikan. Namun tingkat mortalitas dan morbiditas akibat tenggelam yang
sebenarnya sulit ditentukan karena banyaknya kasus yang tidak dilaporkan dan
banyaknya korban yang tidak mendapat pelayanan medis. Secara umum 90%
kasus tenggelam terjadi di air tawar (danau, sungai, kolam) dan 10% terjadi di air
laut. Tenggelam di dalam cairan lain lebih jarang terjadi dan biasanya merupakan
kecelakaan kerja. Laki-laki disebutkan 4-5 kali lebih sering mengalami kejadian
tenggelam ini dibandingkan wanita.3
Tenggelam pada umumnya merupakan kecelakaan, baik kecelakaan saat
naik kapal, berolahraga air, maupun yang terjadi oleh karena korban dalam
keadaan mabuk, berada di bawah pengaruh obat atau pada mereka yang terserang
epilepsi. Pembunuhan dengan cara menenggelamkan korban lebih jarang terjadi,
korban biasanya bayi atau anak-anak. Pada korban dewasa biasanya korban
1
sebelumnya dianiaya, kemudian untuk menghilangkan jejak korban dibuang ke
sungai.4
Bunuh diri dengan cara menenggelamkan diri juga merupakan peristiwa
yang jarang terjadi. Korban sering memberati dirinya dengan batu atau besi, baru
kemudian terjun ke air. Dengan demikian, pemeriksaan kasus tenggelam juga
ditujukan untuk mengetahui apakah kasus tersebut merupakan kecelakaan,
pembunuhan atau bunuh diri.4
Berikut ini akan dilaporkan sebuah kasus kematian akibat tenggalam pada
seorang laki-laki yang telah dilakukan pemeriksaan luar di Instalasi Kamar
Jenazah Kedokteran Forensik Rumah Sakit Ulin Banjarmasin.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Definisi Tenggelam
Menurut Kongres Tenggelam Sedunia tahun 2002 di Amsterdam,
tenggelam adalah proses terjadinya gangguan respirasi akibat terbenam
(immersion) atau terendam (submersion) dalam cairan. Tenggelam, yang dahulu
dianggap sebagai kematian yang secara langsung disebabkan oleh asfiksia
(“asphyxial death”), kini diketahui terdiri dari serangkaian gangguan fisiologis
dan biokimiawi yang seluruhnya memiliki peranan penting terhadap akibat fatal
dari tenggelam. Adanya mekanisme kematian yang berbeda-beda pada tenggelam
akan memberikan warna yang berbeda-beda pada pemeriksaan korban.1,2
B. Epidemiologi
Pada tahun 2000, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat sekitar
409.272 kejadian tenggelam dimana ini menempati urutan kedua setelah
kecelakaan lalu lintas. Angka tersebut hanya mencakup “accidental drowning and
submersion” tidak termasuk tenggelam akibat banjir, kecelakaan transportasi air,
pembunuhan dan bunuh diri. Selama tahun 2000, lebih dari 9 persen kematian di
seluruh dunia adalah akibat kecelakaan, dan 8 persen diantaranya akibat
tenggelam tidak disengaja (unintentional) yang 97 persen terjadi di negara-negara
berkembang.2
3
Dari data tersebut, Afrika menempati posisi terbanyak kasus tenggelam di
dunia (90.965 kasus). Sedangkan Amerika merupakan kawasan yang mengalami
kasus tenggelam terendah (24.589 kasus). Kejadian di negara berkembang lebih
tinggi dibanding negara maju. Tapi di negara berkembang, seperti Indonesia
angka kejadiannya belum dapat diketahui.2
Berdasarkan data statistik, satu pertiga daripada korban mati akibat
tenggelam pernah mengikuti pelatihan berenang. Walaupun tenggelam terjadi
kepada kedua jenis kelamin, golongan lelaki adalah empat sampai lima kali lebih
sering mengalami kejadian tenggelam dibandingkan golongan wanita. Pada anak-
anak, usia kurang dari 5 tahun memiliki angka kematian tertinggi di dunia akibat
tenggelam.2
C. Klasifikasi Tenggelam
1. Typical drowning (wet drowning)
Ini merupakan kejadian tenggelam yang paling umum. Sekitar 80-90%
angka kejadian tenggelam adalah tipe ini. Pada keadaan ini cairan masuk ke dalam
saluran pernapasan korban saat korban tenggelam. Paru tampak khas dengan
gambaran “drowning lungs” dan terjadi baik di air tawar maupun air asin
meskipun ciri lebih lanjut dari tenggelam di air tawar maupun air asin akan
tampak berbeda.5,6
Pada wet drowning, meskipun korban berusaha untuk menahan nafas
selama mungkin, pada akhirnya akan mencapai titik dimana tubuh akan berusaha
secara tidak sadar untuk mengambil oksigen yakni bila kadar karbondioksida
4
dalam darah sangat tinggi dan kadar oksigen telah sangat rendah (PAO2 di bawah
100mmHg). Proses menarik nafas yang involunter ini akan menarik sejumlah
besar air ke dalam saluran nafas dan ke dalam lambung. Korban dapat muntah dan
terjadi aspirasi cairan lambung. Proses involunter ini akan berlanjut hingga
beberapa menit hingga akhirnya mereda sendiri. Korban akan tidak sadarkan diri
seiring dengan hipoksia serebral yang tetap berlanjut hingga irreversibel lagi dan
pada akhirnya terjadilah kematian yang didahului oleh gangguan irama dan gagal
jantung .4,5,6
2. Atypical drowning (Dry Drowning)
Dry drowning secara harfiah berarti tenggelam kering atau tenggelam
tanpa air. Proses tenggelam tipe ini meliputi sekitar 10-20% dari seluruh angka
kejadian kasus tenggelam. Disebut dry drowning karena pada keadaan ini paru
korban berbeda kondisinya bila dibandingkan dengan paru pada korban wet
drowning oleh karena tidak adanya atau hanya sedikit cairan dari luar yang
berhasil masuk ke dalam paru. Beberapa penyebab kematian pada dry drowning
adalah :4,5,6
a. Laryngeal spasm
Pada keadaan ini hanya sedikit atau bahkan tidak ada cairan yang masuk ke
dalam saluran pernapasan, kematian disebabkan oleh refleks laringospasme
yang cepat dan menetap disertai proses asfiksia yang cepat. Pada sebagian
besar kasus tenggelam, spasme laring yang terjadi biasanya sementara saja
dan akan segera relaksasi kembali namun pada kasus ini (meskipun sangat
jarang ditemukan) spasme laring menetap. Korban hanya menunjukkan tanda
5
asfiksia berupa sianosis dan petechial hemorraghes tanpa tanda khas
drowning sama sekali.4,5,6
b. Immersion syndrome (vagal inhibition/reflex cardiac arrest )
Terjadi terutama pada anak-anak dan peminum alkohol yang tiba-tiba terjun
ke dalam air dingin (suhu <20°C), yang menyebabkan terpicunya refleks
vagal oleh reseptor kulit yang terpapar suhu dingin tersebut yang
menyebabkan apneu, bradikardia, dan vasokonstriksi dari pembuluh darah
kapiler dan menyebabkan terhentinya aliran darah koroner dan sirkulasi
serebral. Pada orang dengan kondisi emosi yang sedang tinggi atau
kekenyangan sebelum berenang juga dapat menjadi faktor predisposisi.
Kehilangan kesadaran dapat terjadi seketika dan diikuti kematian beberapa
menit kemudian.4,5,6
c. Submersion of the unconscious
Bisa terjadi pada korban yang memang menderita epilepsi atau menderita
penyakit jantung khususnya coronary atheroma atau hipertensi, atau
peminum yang mengalami trauma kepala saat masuk ke air, atau dapat pula
pecahnya aneurisma serebral dan muncul perdarahan serebral yang terjadi
tiba-tiba. Seringkali terjadi meski korban hanya tenggelam di air yang
dangkal.4,5,6
d. Post immersion syndrome ( near drowning dan secondary drowning)
Near drowning adalah suatu keadaan gangguan sistem saraf pada korban
yang masih hidup setelah lebih dari 24 jam (walaupun hanya untuk
sementara) diselamatkan dari suatu episode tenggelam. Cedera pada sistem
6
saraf pusat dilaporkan menjadi sebab utama dari morbiditas jangka panjang.
Hipotermia dan penurunan pengiriman oksigen ke jaringan vital tubuh,
terutama otak, menjadi faktor lain dari morbiditas dan mortalitas akibat dari
near drowning.
Secondary drowning adalah suatu keadaan penurunan fungsi paru yang
menyebabkan menurunnya pertukaran gas dalam paru akibat hilang atau
berkurangnya surfaktan. Terjadi dalam beberapa jam hingga 48 jam dan lebih
cepat terjadi pada kasus tenggelam di air tawar. Kematian muncul beberapa
waktu setelah korban tenggelam diselamatkan (dan diangkat dari air) akibat
komplikasi seperti pneumonia, aspirasi, dan ketidakseimbangan elektrolit.4,5,6
D. Mekanisme Kematian akibat Tenggelam
1. Tenggelam dalam air tawar
Pada keadaan ini terjadi absorbsi cairan masif ke dalam membran alveolus,
dimana dalam waktu 3 menit dapat mencapai 70 % dari vol darah sebenarnya.
Karena konsentrasi elektrolit dalam air tawar lebih rendah daripada konsentrasi
dalam darah, maka akan terjadi hemodilusi darah, air masuk ke dalam aliran darah
sekitar alveoli dan mengakibatkan pecahnya sel darah merah (hemolisis).5
Akibat pengenceran darah yang terjadi, tubuh berusaha
mengkompensasinya dengan melepaskan ion Kalium dari serabut otot jantung
sehingga kadar ion dalam plasma meningkat, akibatnya terjadi perubahan
keseimbangan ion K⁺ dan Ca⁺⁺ dalam serabut otot jantung dan mendorong
terjadinya fibrilasi ventrikel an penurunan tekanan darah, yang kemudian
7
menimbulkan kematian akibat anoksia otak. Kematian dapat terjadi dalam waktu
4-5 menit.7,8,9
Gambar 1. Mekanisme tenggelam dalam air tawar
2. Tenggelam dalam air asin
Konsentrasi elektrolit dalam air asin lebih tinggi dibandingkan dalam
darah, sehingga air akan ditarik dari sirkulasi pulmonal ke dalam jaringan
interstitial paru, hal ini dapat mengakibatkan terjadinya odem pulmonal,
hemokonsentrasi, hipovolemi, dan kenaikan kadar magnesium dalam darah.
Hemokonsentrasi akan mengakibatkan sirkulasi menjadi lambat dan menyebabkan
terjadinya payah jantung. Kematian dapat terjadi dalam waktu 8-12 menit setelah
tenggelam.5,8
8
Gambar 2. Mekanisme tenggelam dalam air asin
3. Kematian mendadak dalam air dingin
Mati mendadak segera setelah seseorang masuk ke dalam air yang dingin,
sering disinggung, walaupun tanpa penyebab langsung, oleh karena spasme laring
atau vagal refleks yang menyebabkan cardiac arrest.5
Keadaan tersebut, yaitu yang mendadak tadi, hanya dapat dijelaskan oleh
karena terjadinya fibrilasi ventrikel pada korban, dan dapat dibuktikan bahwa
pada orang yang masuk ke air yang dingin atau tersiram air yang dingin dapat
menimbulkan ventricular ectopic beat.5
Pada orang yang tenggelam, tubuh korban dapat beberapa kali berubah
posisi, umumnya korban akan tiga kali tenggelam, ini dapat dijelaskan sebagai
berikut:5
1. Pada waktu pertama kali orang “terjun” ke air, oleh karena gravitasi ia akan
terbenam untuk yang pertama kali
9
2. Oleh karena berat jenis tubuh lebih kecil dari berat jenis air, korban akan
timbul, dan berusaha untuk bernafas mengambil udara; akan tetapi oleh
karena tidak bisa berenang, air akan masuk tertelan dan terinhalasi, sehingga
berat jenis korban sekarang menjadi lebih besar dari berat jenis air, dengan
demikian ia tenggelam untuk kedua kalinya
3. Sewaktu berada pada dasar sungai, laut atau danau, proses pembusukan akan
berlangsung dan terbentuk gas pembusukan
4. Waktu yang dibutuhkan agar pembentukan gas pembusukan dapat
mengapungkan tubuh korban adalah sekitar 7-14 hari
5. Pada waktu tubuh mengapung oleh karena terbentuknya gak pembusukan,
tubuh dapat pecah terkena benda-benda di sekitarnya, digigit binatang atau
oleh karena proses pembusukan itu sendiri; dengan demikian gas pembusukan
akan keluar, tubuh korban terbenam untuk ketiga kalinya dan yang terakhir.
E. Pemeriksaan Luar pada Kasus Tenggelam4,5,6
1. Kulit tubuh mayat teraba basah, dingin, pucat dan pakaian basah. Penurunan
suhu mayat (algor mortis) berlangsung cepat rata-rata 50 F per menit, suhu
tubuh akan sama dengan suhu lingkungan dalam waktu 5 atau 6 jam
2. Lebam mayat (livor mortis) akan tampak jelas pada dada bagian depan, leher
dan kepala. Lebam mayat berwarna merah terang yang perlu dibedakan
dengan lebam mayat yang terjadi pada keracunan CO.
10
3. Kulit telapak tangan dan telapak kaki mayat pucat (bleached) dan keriput
(washer woman's hands/feet). Perubahan dapat dilihat setelah selama satu jam
terendam dalam air hangat.
4. Gambaran kulit angsa (cutis anserine, goose skin) sering dijumpai pada
lengan, paha dan bahu mayat. Hal ini terjadi selama interval antara kematian
somatik dan seluler, atau merupakan perubahan postmortal karena terjadinya
rigor mortis pada mm.erector pili.
5. Terdapat busa putih halus yang berbentuk jamur (mushroom-like mass)
tampak pada mulut atau hidung atau keduanya. Busa terbentuk dari hasil
pengocokan cairan bercampur mukus saluran pernapasan dan surfaktan paru
akibat adanya upaya pernapasan yang hebat. Busa dapat berwarna kemarahan
oleh karena darah dan gas pembusukan.
6. Bila mayat kita miringkan, cairan akan keluar dari mulut atau hidung.
7. Bila terdapat cadaveric spasme dengan kotoran air atau dahan setempat
berada dalam genggaman tangan mayat.
8. Perdarahan berbintik (petechial haemmorrhages, dapat ditemukan pada kedua
kelopak mata, terutama kelopak mata bagian bawah
9. Pada pria genitalianya dapat mengerut, ereksi atau semi-ereksi, yang tersering
dijumpai: semiereksi
10. Pada lidah dapat ditemukan memar atau bekas gigitan yang merupakan tanda
bahwa korban berusaha untuk hidup, atau tanda sedang terjadi epilepsi
sebagai akibat dari masuknya korban ke dalam air.
11
11. Luka-luka pada daerah wajah, tangan dan tungkai bagian depan dapat terjadi
akibat persentuhan korban dengan dasar sungai atau terkena benda-benda di
sekitarnya
12. Pembusukan sering tampak, kulit berwarna kehijauan atau merah gelap. Pada
pembusukan lanjut tampak gelembung-gelembung pembusukan terutama
bagian atas tubuh, dan skrotum serta penis pada pria dan labia mayora pada
wanita, kulit telapak tangan dan kaki dapat mengelupas.
13. Pada kasus bunuh diri dimana korban dari tempat yang tinggi terjun ke
sungai, kematian dapat terjadi akibat benturan yang keras sehingga
menyebabkan kerusakan pada kepala atau patahnya tulang leher.
F. Pemeriksaan Dalam pada Kasus Tenggelam4,5,6
1. Busa halus putih dapat mengisi trakhea dan cabang-cabangnya, air juga dapat
ditemukan, demikian pula halnya dengan benda-benda asing yang ikut
terinhalasi bersama air seperti pasir, lumpur, binatang air, tumbuhan air,
diatome.
2. Kongesti pada laring, paru-paru dapat sangat mengembang, menutupi
pericardium dan pada permukaan tampak jejas dari tulang iga, perabaan
kenyal. Berat paru mencapai 700-1000 gram dimana berat normal paru adalah
250-300 gram. Pada saat diiris tampak banyak cairan merah kehitaman
bercampur buih keluar dari penampang tersebut, yang pada keaadaan paru
normal keluarnya cairan bercampur busa tersebut baru nampak setelah dipijat
12
dengan dua jari. Gambaran paru ini disebut dengan emphysema aquosum atau
emphysema hydroaerique.
3. Pleura dapat berwarna kemerahan dan terdapat bintik-bintik perdarahan.
Perdarahan dapat terjadi karena adanya kompresi pada septum inter alveoli
atau oleh karena terjadinya fase konvulsi akibat kekurangan oksigen.
4. Permukaan pleura visceral dapat sebagian atau seluruhnya tertutup dengan
petechiae (Paltauf`s spots).Bercak ini berwarna biru kemerahan dan banyak
terdapat pada bagian bawah paru yaitu pada permukaan anterior paru.
5. Lambung mayat berisi banyak cairan.
6. Terjadi distensi pada jantung kanan dan pembuluh darah vena akibat
obstruksi dari sirkulasi paru sehingga keduanya penuh dengan darah yang
berwarna gelap dan cair serta tidak ada bekuan.
Perbedaan gambaran post mortem pada korban tenggelam dalam air tawar
dan air asin dapat dilihat pada tabel berikut.8
Tabel 1. Perbedaan tenggelam dalam air tawar dan air asin
Air Tawar Air Asin Paru besar dan ringan Paru besar dan berat Relative kering Basah Bentuk biasa Bentuk besar dan kadang-
kadang overlapping Merah pucat Ungu biru/permukaan licin Krepitasi ada Krepitasi tidak ada Busa banyak Busa sedikit/cairan banyak Dikeluarkan dari thoraks tapi
kempis Dikeluarkan dari thoraks akan
mendatar/jika ditekan jadi cekung
Mati dalam 5 menit 40ml/kgbb Mati dalam 5-10 menit 20ml/kgbb
Darah:o BJ 1,055o Hipotonik
Darah:o BJ 1,0595-1,60o Hipertonik
13
o Hemodilusi/hemolisiso Hipervolemiao Hiperkalemiao Hiponatremiao Hipoklorida
o Hemokonsentrasio Hipovolemio Hipokalemiao Hipernatremiao Hiperklorida
Ada 7 tanda intravitalitas mati tenggelam (drowning), yaitu:4,5,6
1. Cadaveric spasme.
2. Perdarahan pada liang telinga tengah mayat.
3. Benda air (rumput, lumpur, dan sebagainya) dapat kita temukan dalam
saluran pencernaan dan saluran pernapasan mayat.
4. Ada bercak Paltauf di permukaan paru-paru mayat.
5. Berat jenis darah pada jantung kanan berbeda dengan jantung kiri.
6. Ada diatome pada paru-paru atau sumsum tulang mayat.
7. Tanda asfiksia tidak jelas, mungkin ada Tardieu's spot di pleura mayat.
G. Pemeriksaan Khusus
Ada beberapa macam pemeriksaan khusus pada kasus mati tenggelam
(drowning), yaitu :
a. Percobaan Getah Paru (Lonsef Proef)
Kegunaan melakukan percobaan paru (lonsef proef) yaitu mencari benda
asing (pasir, lumpur, tumbuhan, telur cacing) dalam getah paru-paru mayat. Syarat
melakukannya adalah paru-paru mayat harus segar atau belum membusuk. Cara
melakukan percobaan getah paru yaitu permukaan paru-paru dikerok (2-3 kali)
dengan menggunakan pisau bersih lalu dicuci dan iris permukaan paru-paru.
Kemudian teteskan diatas objek gelas. Syarat sediaan harus sedikit mengandung
14
eritrosit. Evaluasi sediaan yaitu pasir berbentuk kristal, persegi dan lebih besar
dari eritrosit. Lumpur amorph lebih besar daripada pasir, tanaman air dan telur
cacing.2,4
Ada 3 kemungkinan dari hasil percobaan getah paru, yaitu 4,5:
1. Hasilnya positif dan tidak ada sebab kematian lain.
2. Hasilnya positif dan ada sebab kematian lain.
3. Hasilnya negatif.
Jika hasilnya positif dan tidak ada sebab kematian lain maka dapat kita
interpretasikan bahwa korban mati karena tenggelam. Jika hasilnya positif dan ada
sebab kematian lain maka ada 2 kemungkinan penyebab kematian korban, yaitu
korban mati karena tenggelam atau korban mati karena sebab lain. Jika hasilnya
negatif maka ada 3 kemungkinan penyebab kematian korban, yaitu 4,5:
1. Korban mati dahulu sebelum tenggelam.
2. Korban tenggelam dalam air jernih.
3. Korban mati karena vagal reflex atau spasme larynx.
Jika hasilnya negatif dan tidak ada sebab kematian lain maka dapat kita
simpulkan bahwa tidak ada hal yang menyangkal bahwa korban mati karena
tenggelam. Jika hasilnya negatif dan ada sebab kematian lain maka kemungkinan
korban telah mati sebelum korban dimasukkan ke dalam air.4,5
b. Pemeriksaan Diatome (Destruction Test)10
Kegunaan melakukan pemeriksaan diatome adalah mencari ada tidaknya
diatome dalam paru-paru mayat. Diatome merupakan ganggang bersel satu
dengan dinding dari silikat. Syaratnya paru-paru harus masih dalam keadaan
15
segar, yang diperiksa bagian kanan perifer paru-paru, dan jenis diatome harus
sama dengan diatome di perairan tersebut. Cara melakukan pemeriksaan diatome
yaitu ambil jaringan paru-paru bagian perifer (100 gr) lalu masukkan ke dalam
gelas ukur dan tambahkan H2SO4. Biarkan selama 12 jam kemudian panaskan
sampai hancur membubur & berwarna hitam. Teteskan HNO3 sampai warna putih
lalu sentrifus hingga terdapat endapan hitam. Endapan kemudian diambil
menggunakan pipet lalu teteskan diatas objek gelas.10
Interpretasi pemeriksaan diatome yaitu bentuk atau besarnya bervariasi
dengan dinding sel bersel 2 dan ada struktur bergaris di tengah sel. Positif palsu
pada pencari pasir dan pada orang dengan batuk kronik. Untuk hepar atau lien,
tidak akurat karena dapat positif palsu akibat hematogen dari penyerapan
abnormal gastrointestinal.1,4
c. Penentuan Berat Jenis (BJ) Plasma
Penentuan berat jenis (BJ) plasma bertujuan untuk mengetahui adanya
hemodilusi pada air tawar atau adanya hemokonsentrasi pada air laut dengan
menggunakan CuSO4. Normal 1,059 (1,0595-1,0600); air tawar 1,055; air laut
1,065. Interpretasinya ditemukan darah pada larutan CuSO4 yang telah diketahui
berat jenisnya.4,5
d. Pemeriksaan Kimia Darah (Gettler Test)
Pemeriksaan kimia darah (gettler test) bertujuan untuk memeriksa kadar
NaCl dan kalium. Interpretasinya adalah korban yang mati tenggelam dalam air
tawar, mengandung Cl lebih rendah pada jantung kiri daripada jantung kanan.
Kadar Na menurun dan kadar K meningkat dalam plasma. Korban yang mati
16
tenggelam dalam air laut, mengandung Cl lebih tinggi pada jantung kiri daripada
jantung kanan. Kadar Na meningkat dan kadar K sedikit meningkat dalam
plasma.4,5
e. Pemeriksaan Histopatologi
Pada pemeriksaan histopatologi dapat kita temukan adanya bintik
perdarahan di sekitar bronkioli yang disebut Partoff spot.4
H. Diagnosis Mati Tenggelam
Bila mayat masih segar (belum terdapat pembusukan), maka diagnosis
kematian akibat tenggelam dapat dengan mudah ditegakkan melalui pemeriksaan
yang teliti dari:1
- Pemeriksaan luar
- Pemeriksaan dalam
- Pemeriksaan laboratorium berupa histology jaringan, destrksi jaringan dan
berat jenis serta kadar elektrolit darah.
Bila mayat sudah membusuk, maka diagnosis kematian akibat tenggelam
dibuat berdasarkan adanya diatom yang cukup banyak pada paru-paru yang bila
disokong oleh penemuan diatom pada ginjal, otot skelet atau diatom pada sumsum
tulang, maka diagnosis akan menjadi makin pasti.1
17
BAB III
LAPORAN KASUS
PRO-JUSTITIA
VISUM et REPERTUM
No. VER/445/IPJ/XI/2011
Berdasarkan surat permintaan penyidik, nama: H. Najamuddin. B NRP: 62010716
Jabatan: AKP Satpol Air Polda Kalsel. Tanggal 19 November 2011 Nomor Polisi:
B/99/XI/2011/Sat Polair, tanggal sembilan belas November dua ribu sebelas maka
Tim Kedokteran Forensik dibawah pimpinan Dokter Mursad Abdi,Sp.F beserta
staf dari bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat / Instalasi Pemulasaraan Jenazah Kedokteran
Forensik RSUD Ulin pada hari Sabtu, sembilan belas November tahun dua ribu
sebelas, mulai pukul Sembilan lewat sepuluh menit Waktu Indonesia Tengah
sampai pukul Sembilan lewat empat puluh menit Waktu Indonesia Tengah,
melakukan pemeriksaan luar di ruang otopsi RSUD Ulin terhadap Jenazah
almarhum:
Nama : M. Rifani bin Samsudin-----------------------------------------
Jenis kelamin : Laki-laki-----------------------------------------------------------
Umur : 15 tahun------------------------------------------------------------
Agama :
Islam----------------------------------------------------------------
Pekerjaan : Swasta--------------------------------------------------------------
Kebangsaan : Indonesia ----------------------------------------------------------
Alamat : Jalan Kelayan B Gg. Cahaya Tatas No.15 Rt.07
Banjarmasin---------------------------------------------------------
Yang menurut keterangan pihak penyidik,
Korban ditemukan sekitar jam tujuh pagi pada hari sabtu tanggal sembilan belas
November dua ribu sebelas di sungai Kelayan oleh warga sekitar dalam keadaan
18
mengapung dengan posisi menelungkup. Korban sudah dua hari hilang pada
malam jumat. Sebelumnya warga bernama Dayat sempat melihat korban duduk di
pinggir jamban setelah shalat Isya----------------------------------------------------------
---------------------------------------HASIL PEMERIKSAAN---------------------------
I. PEMERIKSAAN LUAR
1. Keadaan Jenazah
Jenazah tak berlabel terletak di meja otopsi di atas tikar, jenazah terlihat
dalam keadaan memakai baju kaos warna coklat dengan merek “Monster”
yang sudah terobek dan basah, celana jeans berwarna hitam dengan merek
“Leggs”, ikat pinggang bertuliskan “Quicksilver” dan basah, jam tangan
pada tangan sebelah kiri dengan merek “D&G”, dan tanpa alas kaki. Tubuh
jenazah teraba dingin dan basah------------------------------------------------------
2. Sikap Jenazah Di atas Meja Otopsi
Jenazah dalam keadaan terlentang di atas meja otopsi dengan wajah
menghadap ke atas. Kedua lengan atas sejajar terhadap garis tengah tubuh,
kedua lengan bawah membentuk sudut seratus lima puluh derajat dengan
lengan atas. Telapak tangan menelungkup dengan jari-jari tangan
menggenggam. Kedua tungkai atas dan bawah lurus sejajar terhadap garis
tengah tubuh. Kedua telapak kaki menghadap ke tengah dengan jari-jari
lurus mengarah ke depan
luar---------------------------------------------------------
3. Kaku Jenazah
Terdapat kaku jenazah pada sendi jari-jari tangan, pergelangan tangan, lutut,
pergelangan kaki, jari-jari kaki yang sulit digerakkan----------------------------
4. Lebam Jenazah
Terdapat lebam jenazah yang tidak hilang dengan penekanan di daerah
wajah dan dada dengan lebam berwarna merah gelap----------------------------
5. Pembusukan Jenazah
Terdapat pembusukan jenazah, pada daerah perut seluruhnya, dada
seluruhnya, wajah, punggung, alat kelamin, tungkai dan kedua belah kaki
19
dengan kulit terkelupas. Terdapat gambaran pembuluh balik jelas pada
wajah, dada, bahu, perut, lengan dan tungkai atas. Terlihat gelembung bula
pada kedua kaki.------------------------------------------------------------------------
6. Ukuran Jenazah
Panjang seratus lima puluh lima sentimeter. Berat badan tidak ditimbang.
Lingkar dada sembilan puluh lima sentimeter. Lingkar pinggul tujuh puluh
delapan sentimeter----------------------------------------------------------------------
7. Kepala
a. Rambut
Warna hitam tidak beruban, rambut menutupi semua daerah kepala,
panjang rambut empat belas sentimeter, tidak mudah dicabut, dalam
keadaan basah----------------------------------------------------------------------
b. Bagian yang tertutup rambut
Tidak terdapat kelainan-----------------------------------------------------------
c. Dahi
Dahi tampak berwarna biru keunguan dengan kulit ari yang terkelupas,
tidak teraba derik tulang, tidak terlihat adanya luka--------------------------
d. Mata
Mata Kanan
Menutup, rambut mata lurus, panjang satu sentimeter. Kelopak mata
dalam terdapat pembengkakan, kelopak mata luar terdapat
pembengkakan. Sekitar mata warna biru keunguan. Pada perabaan teraba
kulit yang lunak. Retak tulang tidak ada, selaput bening keruh, selaput
putih mata berwarna putih keruh, manik mata tidak terlihat. Bola mata
utuh. Pada perabaan teraba lunak------------------------------------------------
Mata Kiri
Menutup, rambut mata lurus, satu sentimeter. Kelopak mata dalam
mengalami pembengkakan, kelopak mata luar mengalami
pembengkakan. Sekitar mata warna biru keunguan. Pada perabaan teraba
kulit yang lunak. Retak tulang tidak ada, selaput bening keruh, selaput
20
putih mata berwarna putih keruh, manik mata tidak terlihat. Bola mata
utuh. Pada perabaan teraba lunak------------------------------------------------
e. Hidung
Dari kedua lubang hidung terlihat buih. Pada saat badan dimiringkan ke
kanan maupun kekiri dari kedua lubang hidung keluar cairan berwarna
merah kehitaman-------------------------------------------------------------------
f. Mulut
Dalam keadaan terbuka satu koma lima sentimeter dengan gigi utuh dan
menggigit lidah. Bibir berwarna biru keunguan, membengkak dan
mencucu. Bibir atas tidak ada luka dan tidak ada memar, bibir bawah ada
luka terbuka dengan panjang satu sentimeter. Terdapat busa halus
kemerahan pada mulut------------------------------------------------------------
g. Dagu
Tidak terdapat kelainan------------------------------------------------------------
h. Pipi
Tampak berwarna biru keunguan------------------------------------------------
i. Telinga
Tidak ditemukan kelainan--------------------------------------------------------
8. Leher
Tidak ditemukan kelainan-------------------------------------------------------------
9. Dada
Terdapat lapisan kulit ari yang mengelupas di seluruh bagian dada------------
10.Perut
Permukaan datar, tinggi dengan permukaan dada dua sentimeter pada perut
kanan dan kiri, pada perabaan teraba keras dan pada ketokan terdengar
redup-------------------------------------------------------------------------------------
11.Alat Kelamin
Jenis kelamin laki-laki, rambut kelamin warna hitam keriting dengan
panjang tiga koma lima sentimeter, mudah dicabut. Kantong zakar
membengkak dengan kulit yang terkelupas dan dasar kulit berwarna merah
21
muda, dari lubang kemaluan keluar cairan berwarna
kuning---------------------
12.Anggota Gerak Atas Kiri
a. Lengan Atas
Tidak terdapat kelainan-----------------------------------------------------------
b. Lengan Bawah
Tidak terdapat kelainan-----------------------------------------------------------
c. Tangan
Kulit telapak tangan, ujung jari-jari dan kulit di bawah kuku tampak
pucat dan keriput-------------------------------------------------------------------
13. Anggota Gerak Atas Kanan
a. Lengan Atas
Tidak terdapat kelainan-----------------------------------------------------------
b. Lengan Bawah
Terdapat bekas luka pada siku dengan ukuran panjang tiga sentimeter---
c. Tangan
Kulit telapak tangan, ujung jari-jari dan kulit di bawah kuku tampak
pucat dan keriput-------------------------------------------------------------------
14. Anggota Gerak Bawah Kiri
a. Tungkai Atas
Terdapat kulit ari yang terkelupas----------------------------------------------
b. Tungkai Bawah
Tidak terdapat kelainan----------------------------------------------------------
c. Kaki
Kulit telapak kaki, ujung jari-jari dan kulit di bawah kuku tampak pucat
dan keriput. Terdapat gelembung bula yang belum pecah-------------------
15. Anggota Gerak Bawah Kanan
a. Tungkai Atas
Terdapat kulit ari yang terkelupas-----------------------------------------------
b. Tungkai Bawah
Tidak terdapat kelainan----------------------------------------------------------
22
c. Kaki
Kulit telapak kaki, ujung jari-jari dan kulit di bawah kuku tampak pucat
dan keriput. Terdapat gelembung bula yang belum pecah-------------------
16. Punggung
Tampak kulit ari yang mengelupas pada seluruh bagian punggung-------------
17. Pantat
Tidak terdapat kelainan----------------------------------------------------------------
18. Dubur
Dubur mengeluarkan tinja berwarna kuning tidak bercampur darah------------
19. Bagian Tubuh yang lain
Tidak terdapat kelainan----------------------------------------------------------------
II. PEMERIKSAAN DALAM
Tidak dilakukan berdasarkan surat permintaan penyidik:
Nomor : B/99/XI/2011/Satpolair
Tanggal : 19 November 2011
Kepolisian : Satpol Air Kota Banjarmasin
III. PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS
Tidak dilakukan berdasarkan surat permintaan penyidik:
Nomor : B/99/XI/2011/Satpolair
Tanggal : 19 November 2011
Kepolisian : Satpol Air Kota Banjarmasin
IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tidak dilakukan berdasarkan surat permintaan penyidik:
Nomor : B/99/XI/2011/Satpolair
Tanggal : 19 November 2011
Kepolisian : Satpol Air Kota Banjarmasin
V. PEMERIKSAAN KONSULTASI LAIN-LAIN
23
Tidak dilakukan berdasarkan surat permintaan penyidik:
Nomor : B/99/XI/2011/Satpolair
Tanggal : 19 November 2011
Kepolisian : Satpol Air Kota Banjarmasin
VI. KESIMPULAN
1. Telah dilakukan pemeriksaan atas jenazah laki-laki, berusia lima belas
tahun, dengan panjang badan seratus lima puluh lima sentimeter (I.6)-------
2. Terdapat tanda-tanda mati lemas akibat masuknya air ke dalam saluran
pernapasan yang dapat menyebabkan kematian tanpa mengesampingkan
sebab-sebab kematian lainnya karena tidak dilakukan pemeriksaan dalam
sesuai surat permintaan penyidik (I.4, I.7.e, I.7.f, I.11,I.18)-------------------
3. Terdapat kulit yang terkelupas dan bula serta warna kehijauan akibat
proses pembusukan(I.5)-------------------------------------------------------------
4. Saat kematian diperkirakan sekitar tiga sampai enam hari sebelum
pemeriksaan---------------------------------------------------------------------------
VII.PENUTUP
Demikian visum et repertum ini dibuat dengan mengingat sumpah pada
waktu menerima jabatan dan berdasarkan Lembaran Negara no. 350 tahun
1937 serta undang-undang No.8 tahun 1981
Tanda Tangan
dr. Mursad Abdi ,Sp.F
24
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada laporan kasus ini, korban adalah seorang laki-laki berusia sekitar
lima belas tahun. Hal ini sesuai dengan studi epidemiologi yang menyatakan
bahwa kejadian tenggelam lebih sering terjadi pada laki-laki yakni empat kali
lebih banyak dari pada wanita. Menurut keterangan penyidik, korban ditemukan
sekitar jam tujuh pagi pada hari sabtu tanggal sembilan belas November dua ribu
sebelas di sungai Kelayan oleh warga sekitar dalam keadaan mengapung dengan
posisi menelungkup. Korban sudah dua hari hilang pada malam jumat.
Sebelumnya warga bernama Dayat sempat melihat korban duduk di pinggir
jamban setelah shalat Isya.
Pada proses identifikasi korban, digunakan metode pakaian, perhiasan dan
medik untuk menentukan bahwa jenazah yang ditemukan adalah korban yang
dimaksud, yaitu Tn. M. Rifani. Metode identifikasi visual sulit digunakan karena
wajah korban sudah membengkak dan mengalami pembusukan. Identifikasi
dengan mengamati pakaian dan perhiasan yang melekat pada tubuh korban
menunjukkan kesesuaian dengan pakaian dan perhiasan terakhir yang dikenakan
korban. Pada metode medik, didapatkan ukuran tubuh dan bekas luka yang sesuai.
Metode identifikasi dapat dilakukan secara sederhana, minimal 2 metode, untuk
menentukan jati diri korban.
25
Pada pemeriksaan luar jenazah ditemukan adanya tanda-tanda pasti
kematian. Tanda-tanda postmortem yang didapatkan yakni algor mortis dimana
tubuh korban teraba dingin, livor mortis berwarna merah gelap, rigor mortis pada
sebagian persendian korban yang sukar digerakkan dan tanda-tanda pembusukan.
Pemeriksaan ini penting selain untuk menentukan diagnosis kematian korban juga
untuk memperkirakan saat kematian korban, terutama pada kasus dengan saat
kematian yang tak diketahui karena tidak terdapat saksi.
Kaku mayat ditemukan pada sendi jari-jari tangan, pergelangan tangan,
lutut, pergelangan kaki, jari-jari kaki yang sulit digerakkan. Secara teoritis, kaku
mayat dimulai setelah 2 jam postmortem dan mencapai puncak pada 12 jam
postmortem, kemudian menetap hingga 24 jam dan akhirnya menurun secara
bertahap sampai dengan menghilang. Karena kaku jenazah pada korban masih
ditemukan terutama pada sendi-sendi dan lengan, sedangkan pada persendian
wajah telah berkurang, maka saat kematian korban diperkirakan lebih dari 24 jam
postmortem.
Bentuk ekstrem dari kaku mayat, yaitu cadaveric spasm juga ditemukan
pada korban. Posisi jari-jari menggenggam pada jari tangan kiri dan kanan korban
menunjukan adanya cadaveric spasme.Akan tetapi pada korban terjadi cadaveric
spasm yang menyerupai kaku mayat. Keadaan ini umumnya terjadi pada korban
yang pada saat menjelang kematiannya mengalami ketegangan jiwa atau
kepanikan yang luar biasa. Cadaveric spasme dapat diartikan sebagai usaha untuk
tidak tenggelam. Adanya cadaveric spasme menunjukan kalau korban masih
dalam keadaan hidup saat terbenam.
26
Cadaveric spasme terjadi karena kelelahan dari otot yang aktif saat korban
berusaha untuk tidak tenggelam. Saat korban berusaha untuk tidak tenggelam
dengan menggerakkan tangan dan kaki menyebabkan ATP yang diperlukan aktin
dan miosin sangat berkurang sehingga aktin dan miosin tertumpuk dan terjadi
kekakuan. Kekakuan ini menunjukkan tanda kejadian intravital dan lambat hilang.
Hal ini dipengaruhi suhu lingkungan yang rendah sehingga kekakuan menjadi
lebih cepat terjadi dan lambat hilang.
Lebam mayat merupakan tanda postmortem yang juga penting dalam
menjelaskan waktu dan proses kematian. Lebam mayat muncul setelah 30 menit
kematian dan mencapai puncak pada 8 – 12 jam kemudian. Selanjutnya, lebam
mayat tidak akan hilang dengan penekanan akibat kerusakan vaskular dan adanya
rembesan darah ke jaringan sekitarnya. Pada korban, didapatkan lebam mayat
pada daerah wajah dan dada. Posisi korban yang menelungkup menyebabkan
darah menumpuk pada bagian tubuh yang lebih rendah sesuai arah gravitasi yakni
daerah kepala, leher dan dada bagian depan. Lebam mayat pada korban berwarna
merah gelap karena terjadi asfiksia.
Proses pembusukan telah ditemukan pada hampir seluruh tubuh korban,
berupa warna biru kehijauan pada wajah, dada, perut, punggung, alat kelamin,
tungkai dan kaki. Gambaran pembuluh balik tampak jelas pada daerah bahu, dada,
punggung, perut, lengan, dan paha bagian dalam. Kulit ari mudah dilepas dengan
sedikit gesekan. Terdapat gelembung bula berisi cairan berwarna merah
kehitaman dan sebagian besar sudah pecah dengan kulit pada dasar gelembung
tampak licin dan berwarna merah jambu.
27
Pembusukan dapat dimulai setelah 24 jam postmortem pada suhu
lingkungan di atas 20 oC. Pembusukan dimulai di daerah perut karena di area
inilah banyak terdapat bakteri pembusukan (di dalam usus). Di daerah tropis,
tubuh mayat pada kasus mati tenggelam (drowning) mulai membusuk pada hari
ke-2, sedangkan di daerah dingin, membusuk setelah 1 minggu. Pembusukan
tersebut ditandai oleh terkelupasnya kulit ari. Jika pembusukannya merata, tubuh
mayat akan mengapung di permukaan air. Keadaan ini disebut floaten. Floaten
biasanya terjadi pada hari ke-3 sampai hari ke-6. Volume gas pembusukan dapat
terjadi 2 kali lipat dari berat tubuh.5
Kecepatan pengapungan mayat pada kasus tenggelam tergantung
beberapa hal seperti :
- Usia
Mayat anak-anak dan orangtua lebih lambat terapung.
- Bentuk tubuh
Orang yang gemuk dan kuat, mayatnya cepat terapung. Mayat yang kurus
lebih lambat terapung.
- Keadaan air
Pada air yang jernih, pengapungan mayat lebih lambat terjadi dibandingkan
dengan pada air kotor.
- Cuaca
Pada musin panas, pengapungan mayat 3 kali lebih cepat dibandingkan pada
musim dingin.
28
Diagnosis mati tenggelam pada korban diperoleh berdasarkan temuan
jenazah dimana jenazah ditemukan di dalam air dan tanda-tanda mati tenggelam.
Tanda-tanda mati tenggelam pada pemeriksaan luar korban, yaitu:
- Kulit tubuh korban masih basah, dingin, pucat, dan masih mengenakan
pakaian yang basah
- Lebam mayat tersebar, terutama pada wajah dan dada.
- Kulit telapak tangan dan kaki pucat dan keriput
- Keluarnya busa berwarna putih kemerahan dari hidung dan mulut.
- Cairan keluar dari hidung dan mulut apabila posisi mayat dimiringkan.
Tanda mati lemas yang ditemukan pada kasus ini yaitu keluarnya busa
berwarna putih kemerahan dari mulut dan hidung menandakan masuknya cairan
(air) ke dalam saluran napas. Masuknya air ini akan merangsang terbentuknya
mukus yang apabila bercampur dengan air dan surfaktan, akan membentuk busa
karena upaya pernapasan yang hebat akan mengocok ketiga substansi tersebut.
Pada keadaan lanjut, pseudofoam tersebut akan berwarna kemerahan yang berasal
dari darah dan gas pembusukan.
Pada pemeriksaan lainnya dapat ditemukan beberapa tanda asfiksia. Pada
bibir berwarna biru keunguan menunjukkan gambaran akibat mati lemas. Warna
biru akibat mati lemas akan mudah terlihat pada daerah tubuh yang mengandung
pembuluh kapiler. Selain itu, terdapatnya cairan kuning dan kotoran yang keluar
dari alat kelamin dan dubur korban juga merupakan tanda umum pada asfiksia.
Pemeriksaan lain pada mulut korban didapatkan lidah dalam keadaan
tergigit, juga ditemukan adanya luka terbuka pada bibir bawah sepanjang satu
29
sentimeter. Keadaan ini merupakan tanda bahwa korban berusaha untuk hidup
ketika tenggelam.
Berapa lama korban menemui ajalnya setelah tenggelam ditentukan oleh
keadaan lingkungan, seperti kondisi fisik dan reaksi korban sewaktu terbenam
serta banyaknya air yang terinhalasi. Waktu akan menjadi singkat pada korban
yang mengalami terbenam secara tak terduga, serta korban yang tidak bisa
berenang. Keadaan panik juga akan mempercepat proses tenggelam dibandingkan
orang yang tenang. Umumnya orang menjadi tidak sadar setelah terbenam selama
2 atau 3 menit sampai 10 menit.
Pada dasarnya, tidak terdapat pemeriksaan yang patognomosis untuk
diagnosis kematian akibat tenggelam, terutama bila hanya dilakukan pemeriksaan
luar saja. Meski demikian, dengan adanya keterangan saksi, bukti-bukti serta
tanda-tanda mati tenggelam secara umum, maka dapat dikatakan bahwa sebab
kematian korban adalah akibat tenggelam tanpa menyingkirkan penyebab lain
karena tidak dilakukan autopsi.
Dalam upaya menyingkirkan adanya faktor-faktor penyumbang kematian,
dapat dicari informasi mengenai riwayat penyakit, ada tidaknya trauma sebelum
tenggelam, atau kondisi mabuk atau intoksikasi obat yang memicu terjadinya
tenggelam. Pada korban, tidak didapatkan adanya tanda-tanda penganiayaan atau
luka, sehingga satu-satunya diagnosis yang paling mungkin adalah kematian
akibat tenggelam.
30
BAB V
PENUTUP
Telah dilakukan pemeriksaan luar berdasarkan surat permintaan visum
luar oleh Satpol Air Polda Kalimantan Selatan, terhadap jenazah Tn. M. Riefani,
jenis kelamin laki-laki, dengan dugaan tenggelam. Kesimpulan dari kasus ini
adalah :
1. Telah dilakukan pemeriksaan luar terhadap jenazah laki-laki berusia lima
belas tahun dengan panjang badan seratus lima puluh lima sentimeter.
2. Pada pemeriksaan ditemukan tanda mati lemas akibat masuknya air ke dalam
jalan napas atas hingga bawah yang dapat menyebabkan kematian tanpa
mengesampingkan penyebab lain karena tidak dilakukan pemeriksaan dalam
sesuai surat permintaan penyidik.
3. Terdapat kulit yang terkelupas dan bula serta warna kehijauan akibat proses
pembusukan
4. Tidak ditemukan tanda kekerasan.
5. Saat kematian diperkirakan sekitar tiga sampai enam hari sebelum
pemeriksaan dilakukan.
31