Draf Makalah antropology stressmarker

36
Draf Makalah Sebuah artikel menarik dari Wilczak dan Kennedy (1998) dalam Byers (2008: 375-380) menyebutkan bahwa tanda stress pada pekerjaan dibagi menjadi empat tipe, yaitu modifikasi pada daerah insersi, osteophytosis, tanda tertentu (discrete markers), dan stress fraktur. Modifikasi daerah insersi melibatkan perlekatan jaringan lunak seperti tendon atau ligament. Osteophytosis merupakan suatu bentuk berupa taji kecil atau terbentuk punggung tulang pada daerah tulang yang normal dan permukaan halus. Discrete markers (tanda tertentu) terdapat aktivitas yang menghasilkan berbagai bentuk pada tulang. Stress fraktur disebabkan oleh stress karena kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan beban berat. Stress Marker ada 4 : - modifikasi pada daerah insersi, perlekatan jaringan lunak seperti tendon atau ligament - osteophytosis, merupakan suatu bentuk berupa taji kecil atau terbentuk punggung tulang pada daerah tulang yang normal dan permukaan halus. tanda tertentu (discrete markers), - terdapat aktivitas yang menghasilkan berbagai bentuk pada tulang. stress fraktur. stress karena kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan beban berat.

description

Makalah antropology stressmarker

Transcript of Draf Makalah antropology stressmarker

Page 1: Draf Makalah antropology stressmarker

Draf Makalah

Sebuah artikel menarik dari Wilczak dan Kennedy (1998) dalam Byers (2008: 375-380) menyebutkan

bahwa tanda stress pada pekerjaan dibagi menjadi empat tipe, yaitu modifikasi pada daerah insersi,

osteophytosis, tanda tertentu (discrete markers), dan stress fraktur. Modifikasi daerah insersi

melibatkan perlekatan jaringan lunak seperti tendon atau ligament. Osteophytosis merupakan

suatu bentuk berupa taji kecil atau terbentuk punggung tulang pada daerah tulang yang normal dan

permukaan halus. Discrete markers (tanda tertentu) terdapat aktivitas yang menghasilkan berbagai

bentuk pada tulang. Stress fraktur disebabkan oleh stress karena kegiatan yang dilakukan secara

berulang-ulang dengan beban berat.

Stress Marker ada 4 :

- modifikasi pada daerah insersi,

perlekatan jaringan lunak seperti tendon atau ligament

- osteophytosis,

merupakan suatu bentuk berupa taji kecil atau terbentuk punggung tulang pada daerah tulang yang

normal dan permukaan halus.

tanda tertentu (discrete markers),

- terdapat aktivitas yang menghasilkan berbagai bentuk pada tulang.

stress fraktur.

stress karena kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan beban berat.

Page 2: Draf Makalah antropology stressmarker

FRAKTUR PADA ANAK

1 DefinisiMenurut Long (2000:357) Fraktur adalah diskontiunitas jaringan tulang yang banyak disebabkan karena kekerasan yang mendadak atau tidak atau kecelakaan.Menurut Oswari (2000:144) Fraktur adalah terputusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh kekerasan.Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Mansjoer,2000:43)Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik dan sudut dari tenaga tersebut , keadaan dari tulang itu sendiri dan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap.( Price,1995:1183)Fraktur adalah patahnya kontinuitas tulang yang terjadi ketika tulang tidak mampu lagi menahan tekanan yang diberikan kepadanya. (Wong D,2003:625)

2 EtiologiFraktur dapat disebabkan karena oleh : Trauma, Non Trauma dan Stress1. Trauma , Trauma dapat dibagi menjadi trauma langsung dan trauma tidak langsung. Trauma langsung berarti benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur di tempat itu, sedangkan trauma tidak langsung bilamana titik tumpuan benturan dengan terjadinya fraktur bergantian.2. Non Trauma, Fraktur terjadi karena kelemahan tulang akibat kelainan patologis didalam tulang, non trauma ini bisa karena kelainan metabolik atau infeksi.3. Stress, Fraktur stress terjadi karena trauma yang terus-menerus pada suatu tempat tertentu.

3 manifestasi klinisMenurut Smeltzer&Bare(2002:2380),manifestasi klinik dari fraktur adalah:1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi, hematoma, dan edema2. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah3. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur.

Page 3: Draf Makalah antropology stressmarker

4. PatofisiologiPatah tulang biasanya terjadi karena benturan tubuh, jatuh atau trauma (Long, 1996: 356). Baik itu karena trauma langsung misalnya: tulang kaki terbentur bemper mobil, atau tidak langsung misalnya: seseorang yang jatuh dengan telapak tangan menyangga. Juga bisa karena trauma akibat tarikan otot misalnya: patah tulang patela dan olekranon, karena otot trisep dan bisep mendadak berkontraksi. (Oswari, 2000: 147)Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan ke dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami kerusakan. Reaksi peradangan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mast berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darahketempat tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa-sisa sel mati dimulai. Di tempat patah terbentuk fibrin (hematoma fraktur) dan berfungsi sebagai jala-jala untuk melekatkan sel-sel baru. Aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru imatur yang disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami remodeling untuk membentuk tulang sejati (Corwin, 2000: 299)Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan dengan pembengkakan yg tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah ke ekstremitas dan mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan dapat mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total dapat berakibat anoksia jaringanyg mengakibatkan rusaknya serabut saraf maupun jaringan otot. Komplikasi ini dinamakan sindrom kompartemen (Brunner & suddarth, 2002: 2287).

5. KlasifikasiBerdasarkan sifat fraktur( hubungan dengan dunia luar ).1. Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.2. Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.Derajat patah tulang terbuka :Derajat I : Laserasi 2 cm, kontusi otot dan sekitarnya., dislokasi fragmen jelas.Derajat III : Laserasi lebar, rusak hebat, atau hilangnya jaringan sekitar

Asimetri Ekstremitas Atas

(Studi Antropometri perbandingan pada Pemain Bulutangkis dan Non-pebulutangkis)

Wahyu Yunarida

[email protected]

(Antropologi Fisip-Universitas Airlangga, Surabaya)

Abstract

Page 4: Draf Makalah antropology stressmarker

Asymmetry of upper extremity is caused by handedness. There are right-handed and left-handed.

The purpose of this research was to identify asymmetry of upper extremity between badminton

players and non players. This research used quantitative and statistic for analysing differences in

asymmetry of upper extremity between badminton players and non players. Differences in

asymmetry was assessed by measuring upper extremity of badminton players and non players.

Sample of this research were 50 badminton players in Suryanaga and 50 students of SMAN 9

Surabaya who non players. Variables being measured were upper arm length, forearm length,

circumference of shoulder, circumference of upper arm, biepicondylus humerus (flexion),

biepicondylus humerus (extension), circumference of forearm, grip strength and styloideus

radius-ulna. This research used purposive sampling because  this research prioritised the purpose

of knowing differences in asymmetry of upper extremity between badminton players and non

players using z-test statistic. Human activity with the muscle movement causes bones mass to

increase, therefore asymmetry may occurred. The result of this research was that certain

variables had asymmetries. Circumference of shoulder, circumference of upper arm,

circumference of forearm, and grip strength had significant differences between left and right.

Upper arm length, lower arm length, biepicondylus humerus (flexion), biepicondylus humerus

(extension), and styloideus radius-ulna had differences but not significant. Badminton players

had bigger defferences between right and left upper extremities than non players. Asymmetry of

upper extremity is affected by handedness. Increased activity caused more asymmetry of upper

extremity.

Keyword: Handedness, asymmetry, upper extremity, badminton

Abstrak

Asimetri Ekstremitas atas terjadi karena adanya intensitas dominan dalam penggunaan

ekstremitas atas. Dalam penggunaan ekstremitas  terdapat right-handed dan left-handed.

Penelitian ini mengidentifikasikan adanya asimetri ekstremitas atas pada pemain bulutangkis

dibandingkan dengan bukan pemain bulutangkis. Penelitian ini bersifat kuantitatif yang

dilakukan dengan cara pengukuran pada pemain dan bukan pemain bulutangkis secara

antropometris. Pengukuran dilakukan pada bagian ekstremitas atas tertentu dengan sampel 50

pemain bulutangkis di Suryanaga dan 50 non-pebulutangkis, siswa SMAN 9 Surabaya. Variabel-

variabel yang diukur adalah panjang lengan atas, panjang lengan bawah, lingkar bahu, ligkar

lengan atas, biepicondylus humerus (saat fleksi), biepicondylus humerus (saat ekstensi), lingkar

Page 5: Draf Makalah antropology stressmarker

lengan bawah, kekuatan genggam dan styloideus radius-ulna. Metode pengambilan sampel

menggunakan purposive sampling yang mengutamakan tujuan penelitian yakni untuk

mengetahui variasi asimetri ekstremitas atas pada pemain bulutangkis dan bukan pemain

bulutangkis yang kemudian di analisis dengan uji z-test. Proses aktivitas manusia yang

meggerakkan otot secara berulang-ulang dapat menyebabkan meningkatnya massa tulang

sehingga adanya asimetri pada bagian ekstremitas atas. Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa

adanya asimetri ukuran ekstremitas atas pada variabel tertentu. Variabel yang memiliki

perbedaan signifikan adalah lingkar bahu, lingkar lengan atas, lingkar lengan bawah dan

kekuatan gengam, sedangkan panjang lengan atas, panjang lengan bawah, biepicondylus

humerus (saat fleksi), biepicondylus humerus (saat ekstensi) dan styloideus radius-ulna memiliki

perbedaan yang tidak signifikan antara yang kiri dan kanan. Perbedaan pada pemain bulutangkis

menunjukkan lebih besar bila dibandingkan dengan non-pebulutangkis. Asimetri pada

ekstremitas atas merupakan pengaruh dari handedness. Semakin besar aktivitas yang dilakukan

maka semakin besar pula perbedaan ukuran ekstremitas atas.

Kata kunci: Handedness, asimetri, ekstremitas atas, bulutangkis

Pendahuluan

Manusia beraktifitas dengan cara mempergunakan dan menggerakkan bagian-bagian tubuhnya.

Perlakuan-perlakuan tertentu pada bagian tubuh kita secara otomatis menjalankan pula fungsi-

fungsi organ tubuh yang lain beserta otot yang ada pada tubuh kita. Berbagai perlakuan pada

bagian tubuh manusia ini memiliki porsi-porsi yang berbeda pada bagian-bagian tertentu.

Penggunaan ekstremitas atas pun juga memiliki porsi-porsi yang berbeda antara yang sebelah

kanan dan sebelah kiri karena manusia memperlihatkan keseringan dalam penggunaan tangan

kanan atau tangan kiri (Coren dan Porac, 1977 dalam Ulijaszek 1994:8). Penggunaan lengan

tangan ini dikenal dengan sebutan handedness dan terdapat left-handed dan right-handed (Brown

dan Wolpert, 1990).

Beberapa indikator seperti dominasi penggunaan tangan yang biasa disebut dengan handedness

dapat mengakibatkan suatu penebalan pada tulang atau otot yang sering digunakan (stress

marker). Jika aktivitas yang dilakukan secara terus-menerus pada tangan sisi tertentu, akan

menimbulkan stress marker. Seperti yang disebutkan oleh Byers gerakan yang melibatkan

adanya kerja sama otot dan sendi akan menyebabkan stress markers (Byers 2008:374).

Page 6: Draf Makalah antropology stressmarker

Telah dilakukan penelitian sebelumnya mengenai stress markers oleh Priyantini (2010) dan

Larasati (2013). Penelitian tersebut mengidentifikasi adanya variasi penebalan pada tulang-

tulang tertentu akibat adanya suatu pekerjaan yang dilakukan terutama pada ekstremitas atas.

Terjadinya stress markers tersebut dipengaruhi oleh adanya handedness yakni penggunaan

dominasi tangan sisi tertentu secara berulang-ulang. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu

mengenai stress markers, peneliti tertarik mengangkat suatu tema mengenai handedness untuk

mengetahui asimetri ekstremitas atas.

Glassman (1992) meneliti 54 orang tentang bilateral asimetri. Dia menemukan bahwa 47 orang

menggunakan tangan kanan, sedangkan 7 orang adalah kidal. Berdasarkan penelitiannya, dia

menyatakan bahwa 36 orang  tersebut menunjukkan adanya asimetri yakni sebesar 66,7%.

Sisanya tidak begitu kentara. Oleh karena itu Glassman menyimpulkan adanya korelasi positif

antara asimetri dengan handedness.

Manusia pada umumnya melakukan aktivitas menggunakan tangan kanan dibandingkan dengan

tangan kiri yang digunakan sebagai pembantu ataupun mendukung aktivitas yang akan

dilakukan, terkecuali pada orang yang kidal, mereka lebih intensif menggunakan tangan kirinya

untuk melakukan aktivitas dan tangan kanannya sebagai pendukung dalam beraktivitas. Asimetri

merupakan suatu ukuran adanya ketidakseimbangan antara ukuran satu dengan ukuran yang lain,

perbedaan tersebut diketahui dengan pengukuran dan perbedaan ukuran tersebut terutama

tampak pada ekstremitas atas dan sebaliknya pada ekstremitas bawah tidak begitu kentara

(Marina dan Buschang, 1984). Ekstremitas atas memiliki anatomi yang lebih spesifik, yakni

klavikula, scapula, tulang lengan atas (humerus), dua tulang lengan bawah radius dan ulna,

delapan tulang pergelangan, lima ruas jari-jari (metacarpal) dan empat belas ruas jari (phalanx) 

yang merupakan anggota tubuh yang sering digunakan (Norton, 1996:7).

Sekitar 90% manusia menggunakan tangan kanan dalam beraktifitas atau right-handed

(Porac dan Coren, 1981; Annet, 2002 dalam Zhao et al. 2012:36). Seperti yang disebutkan bahwa

dominasi penggunaan tangan kanan atau right-handed pada populasi umumnya

mempertimbangkan keunikan dari karakter evolusi dari tiap-tiap manusia di berbagai budaya dan

banyak yang mempercayai bahwa hal ini berhubungan dengan evolusi penggunaan otak kiri yang

mengatur dan mengontrol manual dan bahasa (Porac dan Coren, 1981; Corballis, 1983, 2002;

Marchant dan McGrew, 1998; Raymond dan Pontier, 2004 dalam Zhao et al. 2012:36).

Page 7: Draf Makalah antropology stressmarker

Secara kasat mata, manusia memang terlihat simetri, namun bila kita lebih teliti adanya asimetri

pada tubuh manusia. Contoh adanya asimetri pada tubuh manusia adalah pada wajah manusia,

bagaimana bentuk mata, hidung, bibir dan ekstremitas atas juga memiliki asimetri seperti halnya

bagian-bagian tubuh lainnya. Hal ini merupakan akibat dari suatu perlakuan yang berbeda

terhadap beberapa bagian tubuh tertentu seperti perbedaan intensitas penggunaan tangan.

Asimetri pada lengan diukur dari perbedaan ukuran antara kanan dan kiri (Brown dan Wolpert,

1990). Asimetri ekstremitas atas dipengaruhi oleh handedness karena disebutkan bahwa

kurangnya aktivitas jasmani mengakibatkan berkurangnya masa tulang dan sebaliknya jika

aktivitas yang dilakukan meningkat maka mengakibatkan massa tulang meningkat (Sucipto,

2006).

Asimetri pada lengan diukur dari perbedaan ukuran antara kanan dan kiri (Brown dan Wolpert,

1990). Penelitian ini memfokuskan pada asimetri ekstremitas atas yakni ukuran antropometris

yang memperbandingkan antara ekstremitas atas kanan dengan ekstremitas atas kiri. Asimetri

ekstremitas atas adalah ketidakseimbangan antara ekstremitas atas kanan dan kiri, yaitu adanya

perbedaan antara ukuran ekstremitas sebelah kiri dengan kanan. Adapun peristiwa tersebut

terjadi karena beberapa indikator seperti dominan penggunaan ekstremitas atas yaitu tangan

kanan ataupun tangan kiri.

Ada dua macam perkembangan asimetri yaitu Directional Asymmetry yang konsisten

menunjukkan besar perkembangan asimetri, dan Fluctuating Asymmetry yang menunjukkan

adanya perbedaan ciri-ciri dari kedua sisi tersebut. Bentuk Directional Asymetry seringkali

digunakan untuk mengetahui berbagai stress marker pada kerangka manusia (Sharma dan

Bakshi, 2005). Hal tersebut dapat diamati pada ekstremitas atas yakni humerus sebelah kanan

atas lebih besar dibanding dengan humerus yang kiri. Directional Asymmetry ini adalah

perbedaan antara ukuran ekstremitas atas yang disebabkan oleh handedness, dan juga karena

aktivitas-aktivitas yang sering dilakukan (Plochocki, 2001 dalam Sharma dan Bakshi 2005:167).

Metode dan Bahan

Penelitian ini dilakukan dengan metode pengukuran antropometris, sehingga bersifat

kuantitatif. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab hipotesis bahwa ada atau tidak ada

perbedaan ukuran ekstremitas atas sebelah kanan dan kiri akibat intensitas dominasi penggunaan

tangan antara pemain bulutangkis dengan non-pebulutangkis bulutangkis. Serta menjawab

pertanyaan penelitian yakni, bagaimana perbedaan asimetri ukuran ekstremitas atas pada

Page 8: Draf Makalah antropology stressmarker

olahragawan bulutangkis akibat dominasi penggunaan tangan pada sisi tertentu dibandingkan

dengan yang bukan olahragawan? Untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut maka

dilakukan metode-metode penelitian sebagai berikut:

a)      Pengambilan sampel

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling karena pengambilan

subyek penelitian didasarkan adanya tujuan tertentu yakni sebagai uji komparasi adanya asimetri

pada ekstremitas atas. Peneliti lebih mengutamakan tujuan penelitian daripada sifat populasi

dalam menentukan sampel penelitian (Bungin, 2005:115). Peneliti mengambil 50 sampel pemain

bulutangkis dan 50 non-pebulutangkis dengan pertimbangan pada penelitian eksperimen

beberapa ahli percaya bahwa 30 subjek per kelompok dapat dipertimbangkan sebagai ukuran

minimum (Gay,1976 dalam Sevilla 1993:163).

b)      Pengukuran Antropometri

Variabel- variabel yang diukur yakni : (1) panjang lengan atas (a - r); (2) panjang lengan bawah

(r – sty); (3) lingkar bahu; (4) lingkar lengan atas; (5) Biepicondylus humerus saat fleksi dan

ekstensi; (6) lingkar lengan bawah (brachioradialis); (7) kekuatan genggam; (8) styloideus

radius – styloideus ulna. Alat ukur antropometri yang digunakan saat turun lapangan yakni

kaliper geser untuk mengukur lebar styloideus radius – styloideus ulna, kaliper lengkung besar

untuk menghitung panjang lengan atas dan lengan bawah, pita meteran untuk mengukur lingkar

lengan, dan dynamometer untuk mengukur kekuatan genggam.

c)      Teknik Analisa Data

Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif karena menggunakan pengukuran dan hasil

analisis disajikan dalam bentuk angka yang kemudian dijelaskan dan diinterpretasikan dalam

suatu uraian. Penelitian dengan menggunakan statistik dapat memudahkan peneliti bekerja secara

eksak dalam proses dan cara berpikir sehingga dapat memberikan rangkuman hasil penelitian

dalam bentuk yang lebih berarti dan lebih ringkas. Peneliti dapat menarik simpulan dengan

membentuk konsep-konsep yang ada. Penelitian ini menggunakan t- test untuk

memperbandingkan dua populasi yang berbeda. Dalam t-test ada uji t dan uji z dimana uji t

digunakan jika jumlah sampel sedikit, sedangkan dengan jumlah banyak diatas 30 maka

sebaiknya menggunakan uji z. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 100 dengan rincian 50

populasi pemain bulutangkis dan 50 populasi non- pebulutangkis. Untuk menguji beda rata-rata

ukuran pada ekstremitas atas pemain dan non-pebulutangkis peneliti menggunakan uji z- test

Page 9: Draf Makalah antropology stressmarker

(Santoso, 2013:240). Sebelum di uji- z, data terlebih dahulu di standartkan melalui Z-skor. Hal

ini dilakukan untuk menormalkan data laki-laki dan perempuan.

Penelitian dilakukan di dua tempat karena peneliti bermaksud untuk membuktikan adanya

asimetri pada ekstremitas dengan membandingkan antara pemain bulutangkis dan non-

pebulutangkis. Bulutangkis adalah cabang olahraga yang banyak menggunakan pergelangan

tangan, benar tidaknya cara memegang raket akan sangat menentukan kualitas pukulan

seseorang. Pemain bulutangkis harus menguasai cara dan teknik pegangan raket yang betul. Oleh

karena itu, apabila teknik pegangan raket salah dari sejak awal, sulit sekali meningkatkan

kualitas permainan. Pegangan raket yang benar adalah dasar untuk mengembangkan dan

meningkatkan semua jenis pukulan dalam permainan bulutangkis. Pada dasarnya, dikenal

beberapa cara memegang raket. Namun, hanya dua bentuk pegangan yang sering digunakan

dalam praktek, yaitu cara memegang raket forehand dan backhand. Semua jenis pukulan dalam

bulutangkis dilakukan dengan kedua jenis pegangan ini. Dua macam cara memegang raket di

atas, pada kenyataannya digunakan secara bergantian sesuai situasi dan kondisi permainan (PB

PBSI, 2005).

Hasil dan Pembahasan

Tabel 1. Perbedaan Ukuran Ekstremitas Atas Kanan dan Kiri  Perempuan (dalam satuan mm)

Populasi Var 1 Var 2 Var 3 Var 4 Var 5 Var 6 Var 7 Var 8 Var 9

1 7 0 21 16 2 2 15 9 3

2 5 0 4 0 0 2 7 2 1

Tabel 2. Perbedaan Ukuran Ekstremitas Atas Kanan dan Kiri  Laki-Laki (dalam satuan mm)Populasi Var 1 Var 2 Var 3 Var 4 Var 5 Var 6 Var 7 Var 8 Var 9

1 3 3 14 7 2 4 18 5 1

2 4 1 13 7 1 3 10 1 1

Page 10: Draf Makalah antropology stressmarker

Keterangan : 1           : Pemain bulutangkis di Suryanaga2          : Non-pebulutangkis (murid SMA N 9 Surabaya)Var 1    : Panjang lengan atasVar 2   : Panjang lengan bawahVar 3   : Lingkar bahuVar 4    : Lingkar lengan atasVar 5    : Biepicondylus humerus (saat fleksi)Var 6   : Biepicondylus humerus (saat ekstensi)Var 7   : Lingkar lengan bawah Var 8  : Kekuatan genggamVar 9   : Styloideus radius-ulna

Hasil penelitian ini didapatkan bahwa besar perbedaan asimetri ukuran ekstremitas atas pada

masing-masing variabel tidak sama. Ada yang menunjukkan perbedaan yang sangat kentara dan

ada yang kecil. Variabel yang sangat kentara adalah ukuran pada variabel yaitu lingkar bahu,

lingkar lengan atas, lingkar lengan bawah dan kekuatan genggam. Diketahui perbedaan ukuran

kanan dan kiri pada lingkar bahu pemain perempuan 21 mm sedangkan perempuan non-

pebulutangkis sebesar 4mm. Hal ini membuktikan bahwa adanya perbedaan ekstremitas bagian

kanan dan kiri baik pada pemain maupun non-pebulutangkis. Perbedaan lebih terlihat jelas pada

pemain karena perlakuan pada ekstremitas atas pemain berbeda dengan yang non-pebulutangkis.

Pemain bulutangkis lebih intensif menggunakan ekstremitas kanan pada saat latihan maupun

pertandingan, dan tentu saja mereka juga melakukan latihan  ketangkasan serta kekuatan otot.

Dalam hal ini terbukti bahwa pada pemain bulutangkis otot yang paling sering digunakan adalah

otot deltoideus. Oleh karena itu perbedaan lingkar bahu pada pemain lebih kentara bila

dibandingkan dengan non-pebulutangkis.

Pada laki-laki perbedaan ukuran lingkar bahu kanan dan kiri pemain dengan non-pemain

adalah 1mm. Sementara itu perempuan memiliki perbedaan ukuran lingkar bahu kanan dan kiri

yang besar antara pemain bulutangkis dengan non-pebulutangkis. Hal ini mungkin karena

aktivitas laki-laki non-pebulutangkis lebih banyak daripada perempuan non-pebulutangkis,

sehingga tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada laki-laki.

Ukuran lingkar lengan atas memiliki perbedaan antara kiri dan kanan yang cukup besar.

Perbedaan ukuran lingkar lengan juga menunjukkan bahwa pada perempuan pemain bulutangkis

dengan non-pebulutangkis sangat kentara bila dibanding dengan laki-laki.   Perempuan

Page 11: Draf Makalah antropology stressmarker

pebulutangkis memiliki rata-rata perbedaan sekitar 21mm antara yang kanan dan kiri, sedangkan

pada non-pebulutangkis tidak menunjukkan adanya perbedaan. Perbedaan lingkar lengan atas

pada laki-laki pemain bulutangkis dan non-pebulutangkis memiliki nilai yang sama yakni 7mm.

Pada variabel 7, ukuran lingkar lengan bawah kanan dengan kiri pada laki-laki dan perempuan

sama-sama menunjukkan perbedaan yang kentara. Variabel 7 lingkar lengan bawah juga

menunjukkan perbedaan yang signifikan, pada perempuan pebulutangkis mencapai 15mm dan

pada non-pebulutangkis mencapai 7mm.

Pada laki-laki pebulutangkis perbedaan lingkar lengan bawah yang kanan dan kiri mencapai

18mm, sedangkan pada non-pebulutangkis hanya 10mm. Variabel kekuatan genggam juga

menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan, hal ini dikarenakan semakin otot dilatih maka

kerja otot akan semakin efisien. Kekuatan genggam pada seseorang tergantung pada kontraksi

ototnya, karena pada saat menggenggam yang bekerja adalah kontraksi otot bahu, lengan atas

dan lengan bawah. Pada perempuan pebulutangkis perbedaan kekuatan genggam kanan dan kiri

mencapai 9mm, sedangkan pada non-pebulutangkis hanya 2mm. Berbeda dengan laki-laki

perbedaan kekuatan genggam kanan dan kiri 5mm pada pebulutangkis dan 1mm pada non-

pebulutangkis.

Untuk menjawab hipotesis bahwa ada atau tidak ada perbedaan ukuran ekstremitas atas sebelah

kanan dan kiri akibat intensitas dominasi penggunaan tangan antara pemain bulutangkis dengan

non-pebulutangkis bulutangkis. Maka keputusannya yakni ada perbedaan asimetri ukuran

ekstremitas atas pada pemain bulutangkis dan non-pebulutangkis. Perbedaan tersebut dapat

dilihat dan signifikansi menunjukkan bahwa semakin kecil signifikansi maka semakin besar

perbedaan. Perbedaan yang signifikan ditunjukkan oleh lingkar bahu dengan signifikansi 0,005,

lingkar lengan bawah 0,032 dan kekuatan genggam 0,028. Pada variabel lainnya menunjukkan

adanya perbedaan, namun tidak signifikan. Asimetri yang kentara pada ukuran ekstremitas atas

kanan dengan kiri adalah lingkar bahu, lingkar lengan atas, lingkar lengan bawah dan kekuatan

genggam. Perbedaan ukuran ekstremitas kanan dengan kiri pemain bulutangkis lebih signifikan

daripada non-pebulutangkis pada variabel lingkar bahu, lingkar lengan bawah dan kekuatan

genggam. Hal ini disebabkan oleh aktivitas pemain bulutangkis lebih besar daripada non-

pebulutangkis, sehingga sesuai dengan konsep yang telah ada yakni semakin meningkat aktivitas

maka meningkat pula massa tulang (Sucipto, 2006).

Simpulan

Page 12: Draf Makalah antropology stressmarker

Dengan pengukuran pada ekstremitas atas pemain bulutangkis dan non-pebulutangkis maka

dapat diketahui bahwa pada pemain bulutangkis ukuran ekstremitas atas menunjukkan perbedaan

yang lebih signifikan dibandingkan dengan non-pebulutangkis. Sesuai dengan konsep yang ada

semakin meningkat aktivitas fisik yang dilakukan manusia, maka semakin meningkat pula massa

tulang dan massa otot. Dalam hal ini aktivitas pemain bulutangkis lebih intens dan menekankan

pada kerja ekstremitas tangan sisi kanan pada right-handed, atau sisi kiri pada left-handed.

Ukuran ekstremitas pada lingkar bahu, lingkar lengan atas, lingkar lengan bawah dan

kekuatan genggam menunjukkan perbedaan yang sangat kentara antara yang kiri dan kanan, 

sedangkan pada variabel ukur lain yakni: panjang lengan atas, panjang lengan bawah,

biepicondylus humerus (saat fleksi dan ekstensi) serta Styloideus radius-ulna tetap menunjukkan

perbedaan tetapi tidak signifikan. Perbedaan yang sangat menonjol pada lingkar bahu

dikarenakan terjadinya kontraksi otot deltoideus pada saat latihan dasar, teknik maupun

pertandingan berlangsung yang dilakukan oleh pemain bulutangkis. Manusia dalam melakukan

aktivitas tak lepas dari handedness, sehingga setiap individu memiliki asimetri pada ukuran

ekstremitas mereka masing-masing.

Berapa besar perbedaan ukuran tersebut bergantung   pada aktivitas yang mereka lakukan sehari-

hari. Penelitian ini telah membuktikan bahwa adanya perbedaan ukuran ekstremitas atas bagian

kanan dan kiri sebagaimana yang telah dikemukakan oleh peneliti-peneliti terdahulu.

Berdasarkan hasil analisa statistik rata-rata perbedaan ukuran kanan dan kiri pada pemain

bulutangkis lebih signifikan bila dibandingkan dengan non-pebulutangkis. Perbedaan yang

signifikan hanya pada variabel-variabel tertentu dimana variabel tersebut lebih dominan

digunakan. Perbedaan ukuran kanan dan kiri lingkar bahu, lingkar lengan bawah dan kekuatan

genggam lebih signifikan pada pemain bulutangkis bila dibandingkan dengan non-pebulutangkis.

Meningkatnya aktivitas dapat mempengaruhi massa tulang dan massa otot, karena otot yang

dirangsang akan melakukan kontraksi sehingga dapat menambah jumlah sel pada otot beserta

tulang yang bersangkutan. Penambahan sel pada otot menyebabkan massa otot bertambah

(Glinka, komunikasi personal).

Daftar Pustaka

Page 13: Draf Makalah antropology stressmarker

Brown, N.A. &Wolpert, L. (1990), Development: The development of handedness in    left/right asymmetry, [Online], diakses pada 13 April 2013,http://dev.biologists.org/content/109/1/1.long.

Bungin, Burhan, M. (2005), Metodologi Penelitian Kuantitatif, Prenada Media, Surabaya.Byers, S. N. 2008, Introduction to Forensic Anthropology, Pearson Education, United

States of America.Glassman D.M. & Dana, S.E. (1992), NCBI: Handedness and Bilateral Asymmetry of the

Jugular Foramen, [Online], diakses pada 14 April 2013, http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1545194.

Larasati, A.H. (2013), Stress Marker pada Lengan dan Tangan, Skripsi, Universitas Airlangga, Surabaya.

Mahir, N. (2002), Hacettepe Üniversitesi Eğitim Fakültesi Dergisi22 : 40-45 f2002: The   Relationship between Left-Handedness and Aptitude in Geometry, [Online], diakses pada tanggal 9 April 2013, http://www.efdergi.hacettepe.edu.tr/200222NEZAHAT%20%C3%87ET%C4%B0N.pdf.

Malina, R.M., Bushang, P.H. (1986), NCBI: Anthropometric Asymmetry in Normal and Mentally Retarded Males, [Online], diakses pada 12 April 2013, http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/?term=Anthropometric+asymmetry+in+normal+and+mentally+retarded+males.

Norton, Kevin. (1996), Anthropometrica: A Textbook of Body Measurement for Sport, University of New South Wales Press Ltd. Australia.

Priyantini, W. (2010), Identifikasi Stress Marker Pengrajin Patung Batu, Skripsi, Universitas

Airlangga, Surabaya.Asimetri Ekstremitas Atas

(Studi Antropometri perbandingan pada Pemain Bulutangkis dan Non-pebulutangkis)

Wahyu [email protected]

(Antropologi Fisip-Universitas Airlangga, Surabaya)AbstractAsymmetry of upper extremity is caused by handedness. There are right-handed and left-handed. The purpose of this research was to identify asymmetry of upper extremity between badminton players and non players. This research used quantitative and statistic for analysing differences in asymmetry of upper extremity between badminton players and non players. Differences in asymmetry was assessed by measuring upper extremity of badminton players and non players. Sample of this research were 50 badminton players in Suryanaga and 50 students of SMAN 9 Surabaya who non players. Variables being measured were upper arm length, forearm length, circumference of shoulder, circumference of upper arm, biepicondylus humerus (flexion), biepicondylus humerus (extension), circumference of forearm, grip strength and styloideus radius-ulna. This research used purposive sampling because  this research prioritised the purpose

Page 14: Draf Makalah antropology stressmarker

of knowing differences in asymmetry of upper extremity between badminton players and non players using z-test statistic. Human activity with the muscle movement causes bones mass to increase, therefore asymmetry may occurred. The result of this research was that certain variables had asymmetries. Circumference of shoulder, circumference of upper arm, circumference of forearm, and grip strength had significant differences between left and right. Upper arm length, lower arm length, biepicondylus humerus (flexion), biepicondylus humerus (extension), and styloideus radius-ulna had differences but not significant. Badminton players had bigger defferences between right and left upper extremities than non players. Asymmetry of upper extremity is affected by handedness. Increased activity caused more asymmetry of upper extremity.Keyword: Handedness, asymmetry, upper extremity, badmintonAbstrakAsimetri Ekstremitas atas terjadi karena adanya intensitas dominan dalam penggunaan ekstremitas atas. Dalam penggunaan ekstremitas  terdapat right-handed dan left-handed. Penelitian ini mengidentifikasikan adanya asimetri ekstremitas atas pada pemain bulutangkis dibandingkan dengan bukan pemain bulutangkis. Penelitian ini bersifat kuantitatif yang dilakukan dengan cara pengukuran pada pemain dan bukan pemain bulutangkis secara antropometris. Pengukuran dilakukan pada bagian ekstremitas atas tertentu dengan sampel 50 pemain bulutangkis di Suryanaga dan 50 non-pebulutangkis, siswa SMAN 9 Surabaya. Variabel-variabel yang diukur adalah panjang lengan atas, panjang lengan bawah, lingkar bahu, ligkar lengan atas, biepicondylus humerus (saat fleksi), biepicondylus humerus (saat ekstensi), lingkar lengan bawah, kekuatan genggam dan styloideus radius-ulna. Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling yang mengutamakan tujuan penelitian yakni untuk mengetahui variasi asimetri ekstremitas atas pada pemain bulutangkis dan bukan pemain bulutangkis yang kemudian di analisis dengan uji z-test. Proses aktivitas manusia yang meggerakkan otot secara berulang-ulang dapat menyebabkan meningkatnya massa tulang sehingga adanya asimetri pada bagian ekstremitas atas. Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa adanya asimetri ukuran ekstremitas atas pada variabel tertentu. Variabel yang memiliki perbedaan signifikan adalah lingkar bahu, lingkar lengan atas, lingkar lengan bawah dan kekuatan gengam, sedangkan panjang lengan atas, panjang lengan bawah, biepicondylus humerus (saat fleksi), biepicondylus humerus (saat ekstensi) dan styloideus radius-ulna memiliki perbedaan yang tidak signifikan antara yang kiri dan kanan. Perbedaan pada pemain bulutangkis menunjukkan lebih besar bila dibandingkan dengan non-pebulutangkis. Asimetri pada ekstremitas atas merupakan pengaruh dari handedness. Semakin besar aktivitas yang dilakukan maka semakin besar pula perbedaan ukuran ekstremitas atas.Kata kunci: Handedness, asimetri, ekstremitas atas, bulutangkis

Pendahuluan

Page 15: Draf Makalah antropology stressmarker

Manusia beraktifitas dengan cara mempergunakan dan menggerakkan bagian-bagian tubuhnya.

Perlakuan-perlakuan tertentu pada bagian tubuh kita secara otomatis menjalankan pula fungsi-

fungsi organ tubuh yang lain beserta otot yang ada pada tubuh kita. Berbagai perlakuan pada

bagian tubuh manusia ini memiliki porsi-porsi yang berbeda pada bagian-bagian tertentu.

Penggunaan ekstremitas atas pun juga memiliki porsi-porsi yang berbeda antara yang sebelah

kanan dan sebelah kiri karena manusia memperlihatkan keseringan dalam penggunaan tangan

kanan atau tangan kiri (Coren dan Porac, 1977 dalam Ulijaszek 1994:8). Penggunaan lengan

tangan ini dikenal dengan sebutan handedness dan terdapat left-handed dan right-handed (Brown

dan Wolpert, 1990).

Beberapa indikator seperti dominasi penggunaan tangan yang biasa disebut dengan handedness

dapat mengakibatkan suatu penebalan pada tulang atau otot yang sering digunakan (stress

marker). Jika aktivitas yang dilakukan secara terus-menerus pada tangan sisi tertentu, akan

menimbulkan stress marker. Seperti yang disebutkan oleh Byers gerakan yang melibatkan

adanya kerja sama otot dan sendi akan menyebabkan stress markers (Byers 2008:374).

Telah dilakukan penelitian sebelumnya mengenai stress markers oleh Priyantini (2010) dan

Larasati (2013). Penelitian tersebut mengidentifikasi adanya variasi penebalan pada tulang-

tulang tertentu akibat adanya suatu pekerjaan yang dilakukan terutama pada ekstremitas atas.

Terjadinya stress markers tersebut dipengaruhi oleh adanya handedness yakni penggunaan

dominasi tangan sisi tertentu secara berulang-ulang. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu

mengenai stress markers, peneliti tertarik mengangkat suatu tema mengenai handedness untuk

mengetahui asimetri ekstremitas atas.

Glassman (1992) meneliti 54 orang tentang bilateral asimetri. Dia menemukan bahwa 47 orang

menggunakan tangan kanan, sedangkan 7 orang adalah kidal. Berdasarkan penelitiannya, dia

menyatakan bahwa 36 orang  tersebut menunjukkan adanya asimetri yakni sebesar 66,7%.

Sisanya tidak begitu kentara. Oleh karena itu Glassman menyimpulkan adanya korelasi positif

antara asimetri dengan handedness.

Manusia pada umumnya melakukan aktivitas menggunakan tangan kanan dibandingkan dengan

tangan kiri yang digunakan sebagai pembantu ataupun mendukung aktivitas yang akan

dilakukan, terkecuali pada orang yang kidal, mereka lebih intensif menggunakan tangan kirinya

untuk melakukan aktivitas dan tangan kanannya sebagai pendukung dalam beraktivitas. Asimetri

merupakan suatu ukuran adanya ketidakseimbangan antara ukuran satu dengan ukuran yang lain,

Page 16: Draf Makalah antropology stressmarker

perbedaan tersebut diketahui dengan pengukuran dan perbedaan ukuran tersebut terutama

tampak pada ekstremitas atas dan sebaliknya pada ekstremitas bawah tidak begitu kentara

(Marina dan Buschang, 1984). Ekstremitas atas memiliki anatomi yang lebih spesifik, yakni

klavikula, scapula, tulang lengan atas (humerus), dua tulang lengan bawah radius dan ulna,

delapan tulang pergelangan, lima ruas jari-jari (metacarpal) dan empat belas ruas jari (phalanx) 

yang merupakan anggota tubuh yang sering digunakan (Norton, 1996:7).

Sekitar 90% manusia menggunakan tangan kanan dalam beraktifitas atau right-handed

(Porac dan Coren, 1981; Annet, 2002 dalam Zhao et al. 2012:36). Seperti yang disebutkan bahwa

dominasi penggunaan tangan kanan atau right-handed pada populasi umumnya

mempertimbangkan keunikan dari karakter evolusi dari tiap-tiap manusia di berbagai budaya dan

banyak yang mempercayai bahwa hal ini berhubungan dengan evolusi penggunaan otak kiri yang

mengatur dan mengontrol manual dan bahasa (Porac dan Coren, 1981; Corballis, 1983, 2002;

Marchant dan McGrew, 1998; Raymond dan Pontier, 2004 dalam Zhao et al. 2012:36).

Secara kasat mata, manusia memang terlihat simetri, namun bila kita lebih teliti adanya asimetri

pada tubuh manusia. Contoh adanya asimetri pada tubuh manusia adalah pada wajah manusia,

bagaimana bentuk mata, hidung, bibir dan ekstremitas atas juga memiliki asimetri seperti halnya

bagian-bagian tubuh lainnya. Hal ini merupakan akibat dari suatu perlakuan yang berbeda

terhadap beberapa bagian tubuh tertentu seperti perbedaan intensitas penggunaan tangan.

Asimetri pada lengan diukur dari perbedaan ukuran antara kanan dan kiri (Brown dan Wolpert,

1990). Asimetri ekstremitas atas dipengaruhi oleh handedness karena disebutkan bahwa

kurangnya aktivitas jasmani mengakibatkan berkurangnya masa tulang dan sebaliknya jika

aktivitas yang dilakukan meningkat maka mengakibatkan massa tulang meningkat (Sucipto,

2006).

Asimetri pada lengan diukur dari perbedaan ukuran antara kanan dan kiri (Brown dan Wolpert,

1990). Penelitian ini memfokuskan pada asimetri ekstremitas atas yakni ukuran antropometris

yang memperbandingkan antara ekstremitas atas kanan dengan ekstremitas atas kiri. Asimetri

ekstremitas atas adalah ketidakseimbangan antara ekstremitas atas kanan dan kiri, yaitu adanya

perbedaan antara ukuran ekstremitas sebelah kiri dengan kanan. Adapun peristiwa tersebut

terjadi karena beberapa indikator seperti dominan penggunaan ekstremitas atas yaitu tangan

kanan ataupun tangan kiri.

Page 17: Draf Makalah antropology stressmarker

Ada dua macam perkembangan asimetri yaitu Directional Asymmetry yang konsisten

menunjukkan besar perkembangan asimetri, dan Fluctuating Asymmetry yang menunjukkan

adanya perbedaan ciri-ciri dari kedua sisi tersebut. Bentuk Directional Asymetry seringkali

digunakan untuk mengetahui berbagai stress marker pada kerangka manusia (Sharma dan

Bakshi, 2005). Hal tersebut dapat diamati pada ekstremitas atas yakni humerus sebelah kanan

atas lebih besar dibanding dengan humerus yang kiri. Directional Asymmetry ini adalah

perbedaan antara ukuran ekstremitas atas yang disebabkan oleh handedness, dan juga karena

aktivitas-aktivitas yang sering dilakukan (Plochocki, 2001 dalam Sharma dan Bakshi 2005:167).

Metode dan Bahan

Penelitian ini dilakukan dengan metode pengukuran antropometris, sehingga bersifat

kuantitatif. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab hipotesis bahwa ada atau tidak ada

perbedaan ukuran ekstremitas atas sebelah kanan dan kiri akibat intensitas dominasi penggunaan

tangan antara pemain bulutangkis dengan non-pebulutangkis bulutangkis. Serta menjawab

pertanyaan penelitian yakni, bagaimana perbedaan asimetri ukuran ekstremitas atas pada

olahragawan bulutangkis akibat dominasi penggunaan tangan pada sisi tertentu dibandingkan

dengan yang bukan olahragawan? Untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut maka

dilakukan metode-metode penelitian sebagai berikut:

a)      Pengambilan sampel

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling karena pengambilan

subyek penelitian didasarkan adanya tujuan tertentu yakni sebagai uji komparasi adanya asimetri

pada ekstremitas atas. Peneliti lebih mengutamakan tujuan penelitian daripada sifat populasi

dalam menentukan sampel penelitian (Bungin, 2005:115). Peneliti mengambil 50 sampel pemain

bulutangkis dan 50 non-pebulutangkis dengan pertimbangan pada penelitian eksperimen

beberapa ahli percaya bahwa 30 subjek per kelompok dapat dipertimbangkan sebagai ukuran

minimum (Gay,1976 dalam Sevilla 1993:163).

b)      Pengukuran Antropometri

Variabel- variabel yang diukur yakni : (1) panjang lengan atas (a - r); (2) panjang lengan bawah

(r – sty); (3) lingkar bahu; (4) lingkar lengan atas; (5) Biepicondylus humerus saat fleksi dan

ekstensi; (6) lingkar lengan bawah (brachioradialis); (7) kekuatan genggam; (8) styloideus

radius – styloideus ulna. Alat ukur antropometri yang digunakan saat turun lapangan yakni

kaliper geser untuk mengukur lebar styloideus radius – styloideus ulna, kaliper lengkung besar

Page 18: Draf Makalah antropology stressmarker

untuk menghitung panjang lengan atas dan lengan bawah, pita meteran untuk mengukur lingkar

lengan, dan dynamometer untuk mengukur kekuatan genggam.

c)      Teknik Analisa Data

Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif karena menggunakan pengukuran dan hasil

analisis disajikan dalam bentuk angka yang kemudian dijelaskan dan diinterpretasikan dalam

suatu uraian. Penelitian dengan menggunakan statistik dapat memudahkan peneliti bekerja secara

eksak dalam proses dan cara berpikir sehingga dapat memberikan rangkuman hasil penelitian

dalam bentuk yang lebih berarti dan lebih ringkas. Peneliti dapat menarik simpulan dengan

membentuk konsep-konsep yang ada. Penelitian ini menggunakan t- test untuk

memperbandingkan dua populasi yang berbeda. Dalam t-test ada uji t dan uji z dimana uji t

digunakan jika jumlah sampel sedikit, sedangkan dengan jumlah banyak diatas 30 maka

sebaiknya menggunakan uji z. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 100 dengan rincian 50

populasi pemain bulutangkis dan 50 populasi non- pebulutangkis. Untuk menguji beda rata-rata

ukuran pada ekstremitas atas pemain dan non-pebulutangkis peneliti menggunakan uji z- test

(Santoso, 2013:240). Sebelum di uji- z, data terlebih dahulu di standartkan melalui Z-skor. Hal

ini dilakukan untuk menormalkan data laki-laki dan perempuan.

Penelitian dilakukan di dua tempat karena peneliti bermaksud untuk membuktikan adanya

asimetri pada ekstremitas dengan membandingkan antara pemain bulutangkis dan non-

pebulutangkis. Bulutangkis adalah cabang olahraga yang banyak menggunakan pergelangan

tangan, benar tidaknya cara memegang raket akan sangat menentukan kualitas pukulan

seseorang. Pemain bulutangkis harus menguasai cara dan teknik pegangan raket yang betul. Oleh

karena itu, apabila teknik pegangan raket salah dari sejak awal, sulit sekali meningkatkan

kualitas permainan. Pegangan raket yang benar adalah dasar untuk mengembangkan dan

meningkatkan semua jenis pukulan dalam permainan bulutangkis. Pada dasarnya, dikenal

beberapa cara memegang raket. Namun, hanya dua bentuk pegangan yang sering digunakan

dalam praktek, yaitu cara memegang raket forehand dan backhand. Semua jenis pukulan dalam

bulutangkis dilakukan dengan kedua jenis pegangan ini. Dua macam cara memegang raket di

atas, pada kenyataannya digunakan secara bergantian sesuai situasi dan kondisi permainan (PB

PBSI, 2005).

Hasil dan Pembahasan

Tabel 1. Perbedaan Ukuran Ekstremitas Atas Kanan dan Kiri  Perempuan (dalam satuan mm)

Page 19: Draf Makalah antropology stressmarker

Populasi Var 1 Var 2 Var 3 Var 4 Var 5 Var 6 Var 7 Var 8 Var 9

1 7 0 21 16 2 2 15 9 3

2 5 0 4 0 0 2 7 2 1

Tabel 2. Perbedaan Ukuran Ekstremitas Atas Kanan dan Kiri  Laki-Laki (dalam satuan mm)Populasi Var 1 Var 2 Var 3 Var 4 Var 5 Var 6 Var 7 Var 8 Var 9

1 3 3 14 7 2 4 18 5 1

2 4 1 13 7 1 3 10 1 1

Keterangan : 1           : Pemain bulutangkis di Suryanaga2          : Non-pebulutangkis (murid SMA N 9 Surabaya)Var 1    : Panjang lengan atasVar 2   : Panjang lengan bawahVar 3   : Lingkar bahuVar 4    : Lingkar lengan atasVar 5    : Biepicondylus humerus (saat fleksi)Var 6   : Biepicondylus humerus (saat ekstensi)Var 7   : Lingkar lengan bawah Var 8  : Kekuatan genggamVar 9   : Styloideus radius-ulna

Hasil penelitian ini didapatkan bahwa besar perbedaan asimetri ukuran ekstremitas atas pada

masing-masing variabel tidak sama. Ada yang menunjukkan perbedaan yang sangat kentara dan

ada yang kecil. Variabel yang sangat kentara adalah ukuran pada variabel yaitu lingkar bahu,

lingkar lengan atas, lingkar lengan bawah dan kekuatan genggam. Diketahui perbedaan ukuran

kanan dan kiri pada lingkar bahu pemain perempuan 21 mm sedangkan perempuan non-

pebulutangkis sebesar 4mm. Hal ini membuktikan bahwa adanya perbedaan ekstremitas bagian

kanan dan kiri baik pada pemain maupun non-pebulutangkis. Perbedaan lebih terlihat jelas pada

Page 20: Draf Makalah antropology stressmarker

pemain karena perlakuan pada ekstremitas atas pemain berbeda dengan yang non-pebulutangkis.

Pemain bulutangkis lebih intensif menggunakan ekstremitas kanan pada saat latihan maupun

pertandingan, dan tentu saja mereka juga melakukan latihan  ketangkasan serta kekuatan otot.

Dalam hal ini terbukti bahwa pada pemain bulutangkis otot yang paling sering digunakan adalah

otot deltoideus. Oleh karena itu perbedaan lingkar bahu pada pemain lebih kentara bila

dibandingkan dengan non-pebulutangkis.

Pada laki-laki perbedaan ukuran lingkar bahu kanan dan kiri pemain dengan non-pemain

adalah 1mm. Sementara itu perempuan memiliki perbedaan ukuran lingkar bahu kanan dan kiri

yang besar antara pemain bulutangkis dengan non-pebulutangkis. Hal ini mungkin karena

aktivitas laki-laki non-pebulutangkis lebih banyak daripada perempuan non-pebulutangkis,

sehingga tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada laki-laki.

Ukuran lingkar lengan atas memiliki perbedaan antara kiri dan kanan yang cukup besar.

Perbedaan ukuran lingkar lengan juga menunjukkan bahwa pada perempuan pemain bulutangkis

dengan non-pebulutangkis sangat kentara bila dibanding dengan laki-laki.   Perempuan

pebulutangkis memiliki rata-rata perbedaan sekitar 21mm antara yang kanan dan kiri, sedangkan

pada non-pebulutangkis tidak menunjukkan adanya perbedaan. Perbedaan lingkar lengan atas

pada laki-laki pemain bulutangkis dan non-pebulutangkis memiliki nilai yang sama yakni 7mm.

Pada variabel 7, ukuran lingkar lengan bawah kanan dengan kiri pada laki-laki dan perempuan

sama-sama menunjukkan perbedaan yang kentara. Variabel 7 lingkar lengan bawah juga

menunjukkan perbedaan yang signifikan, pada perempuan pebulutangkis mencapai 15mm dan

pada non-pebulutangkis mencapai 7mm.

Pada laki-laki pebulutangkis perbedaan lingkar lengan bawah yang kanan dan kiri mencapai

18mm, sedangkan pada non-pebulutangkis hanya 10mm. Variabel kekuatan genggam juga

menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan, hal ini dikarenakan semakin otot dilatih maka

kerja otot akan semakin efisien. Kekuatan genggam pada seseorang tergantung pada kontraksi

ototnya, karena pada saat menggenggam yang bekerja adalah kontraksi otot bahu, lengan atas

dan lengan bawah. Pada perempuan pebulutangkis perbedaan kekuatan genggam kanan dan kiri

mencapai 9mm, sedangkan pada non-pebulutangkis hanya 2mm. Berbeda dengan laki-laki

perbedaan kekuatan genggam kanan dan kiri 5mm pada pebulutangkis dan 1mm pada non-

pebulutangkis.

Page 21: Draf Makalah antropology stressmarker

Untuk menjawab hipotesis bahwa ada atau tidak ada perbedaan ukuran ekstremitas atas sebelah

kanan dan kiri akibat intensitas dominasi penggunaan tangan antara pemain bulutangkis dengan

non-pebulutangkis bulutangkis. Maka keputusannya yakni ada perbedaan asimetri ukuran

ekstremitas atas pada pemain bulutangkis dan non-pebulutangkis. Perbedaan tersebut dapat

dilihat dan signifikansi menunjukkan bahwa semakin kecil signifikansi maka semakin besar

perbedaan. Perbedaan yang signifikan ditunjukkan oleh lingkar bahu dengan signifikansi 0,005,

lingkar lengan bawah 0,032 dan kekuatan genggam 0,028. Pada variabel lainnya menunjukkan

adanya perbedaan, namun tidak signifikan. Asimetri yang kentara pada ukuran ekstremitas atas

kanan dengan kiri adalah lingkar bahu, lingkar lengan atas, lingkar lengan bawah dan kekuatan

genggam. Perbedaan ukuran ekstremitas kanan dengan kiri pemain bulutangkis lebih signifikan

daripada non-pebulutangkis pada variabel lingkar bahu, lingkar lengan bawah dan kekuatan

genggam. Hal ini disebabkan oleh aktivitas pemain bulutangkis lebih besar daripada non-

pebulutangkis, sehingga sesuai dengan konsep yang telah ada yakni semakin meningkat aktivitas

maka meningkat pula massa tulang (Sucipto, 2006).

Simpulan

Dengan pengukuran pada ekstremitas atas pemain bulutangkis dan non-pebulutangkis maka

dapat diketahui bahwa pada pemain bulutangkis ukuran ekstremitas atas menunjukkan perbedaan

yang lebih signifikan dibandingkan dengan non-pebulutangkis. Sesuai dengan konsep yang ada

semakin meningkat aktivitas fisik yang dilakukan manusia, maka semakin meningkat pula massa

tulang dan massa otot. Dalam hal ini aktivitas pemain bulutangkis lebih intens dan menekankan

pada kerja ekstremitas tangan sisi kanan pada right-handed, atau sisi kiri pada left-handed.

Ukuran ekstremitas pada lingkar bahu, lingkar lengan atas, lingkar lengan bawah dan

kekuatan genggam menunjukkan perbedaan yang sangat kentara antara yang kiri dan kanan, 

sedangkan pada variabel ukur lain yakni: panjang lengan atas, panjang lengan bawah,

biepicondylus humerus (saat fleksi dan ekstensi) serta Styloideus radius-ulna tetap menunjukkan

perbedaan tetapi tidak signifikan. Perbedaan yang sangat menonjol pada lingkar bahu

dikarenakan terjadinya kontraksi otot deltoideus pada saat latihan dasar, teknik maupun

pertandingan berlangsung yang dilakukan oleh pemain bulutangkis. Manusia dalam melakukan

aktivitas tak lepas dari handedness, sehingga setiap individu memiliki asimetri pada ukuran

ekstremitas mereka masing-masing.

Page 22: Draf Makalah antropology stressmarker

Berapa besar perbedaan ukuran tersebut bergantung   pada aktivitas yang mereka lakukan sehari-

hari. Penelitian ini telah membuktikan bahwa adanya perbedaan ukuran ekstremitas atas bagian

kanan dan kiri sebagaimana yang telah dikemukakan oleh peneliti-peneliti terdahulu.

Berdasarkan hasil analisa statistik rata-rata perbedaan ukuran kanan dan kiri pada pemain

bulutangkis lebih signifikan bila dibandingkan dengan non-pebulutangkis. Perbedaan yang

signifikan hanya pada variabel-variabel tertentu dimana variabel tersebut lebih dominan

digunakan. Perbedaan ukuran kanan dan kiri lingkar bahu, lingkar lengan bawah dan kekuatan

genggam lebih signifikan pada pemain bulutangkis bila dibandingkan dengan non-pebulutangkis.

Meningkatnya aktivitas dapat mempengaruhi massa tulang dan massa otot, karena otot yang

dirangsang akan melakukan kontraksi sehingga dapat menambah jumlah sel pada otot beserta

tulang yang bersangkutan. Penambahan sel pada otot menyebabkan massa otot bertambah

(Glinka, komunikasi personal).

Daftar Pustaka

Brown, N.A. &Wolpert, L. (1990), Development: The development of handedness in    left/right asymmetry, [Online], diakses pada 13 April 2013,http://dev.biologists.org/content/109/1/1.long.

Bungin, Burhan, M. (2005), Metodologi Penelitian Kuantitatif, Prenada Media, Surabaya.Byers, S. N. 2008, Introduction to Forensic Anthropology, Pearson Education, United

States of America.Glassman D.M. & Dana, S.E. (1992), NCBI: Handedness and Bilateral Asymmetry of the

Jugular Foramen, [Online], diakses pada 14 April 2013, http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1545194.

Larasati, A.H. (2013), Stress Marker pada Lengan dan Tangan, Skripsi, Universitas Airlangga, Surabaya.

Mahir, N. (2002), Hacettepe Üniversitesi Eğitim Fakültesi Dergisi22 : 40-45 f2002: The   Relationship between Left-Handedness and Aptitude in Geometry, [Online], diakses pada tanggal 9 April 2013, http://www.efdergi.hacettepe.edu.tr/200222NEZAHAT%20%C3%87ET%C4%B0N.pdf.

Malina, R.M., Bushang, P.H. (1986), NCBI: Anthropometric Asymmetry in Normal and Mentally Retarded Males, [Online], diakses pada 12 April 2013, http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/?term=Anthropometric+asymmetry+in+normal+and+mentally+retarded+males.

Norton, Kevin. (1996), Anthropometrica: A Textbook of Body Measurement for Sport, University of New South Wales Press Ltd. Australia.

Page 23: Draf Makalah antropology stressmarker

Priyantini, W. (2010), Identifikasi Stress Marker Pengrajin Patung Batu, Skripsi, Universitas Airlangga, Surabaya.

Santoso, Singgih. (2013), Menguasai SPSS 21 di Era Informasi, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

Sevilla C.G et al, (1993), Pengantar Metode Penelitian, Penerbit Universitas Indonesia (UI-Pres), Jakarta.

Sharma, dan Bakshi,S. (2005), “Genetic Analysis of bilateral dermatoglyphic asymmetry in twins and their parents”. Anthropologischer Anzeiger, vol.53,no.(24),pp. 165-187.

Sucipto, (2006), Adaptasi Musculoskeletal Terhadap Latihan, [Online] diakses pada 16 April 2013,http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/196106121987031-SUCIPTO/BASIC_RULES_OF_MECHANICS.pdf

Ulijaszek, S.J. and Mascie-Taylor, C.G.N. (1994), Anthropometry: The Individual and The Population, Cambridge University Press, New York.

Zhao, D, Hopkins,W.D. and  Li, B. (2012), “Handedness in Nature: First Evidence on Manual Laterity on Bimanual Coordinated Tube Task In Wild Primates”. American Journal of Physical Anthropology, vol148,no.1, pp. 36-44.

Santoso, Singgih. (2013), Menguasai SPSS 21 di Era Informasi, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

Sevilla C.G et al, (1993), Pengantar Metode Penelitian, Penerbit Universitas Indonesia (UI-Pres), Jakarta.

Sharma, dan Bakshi,S. (2005), “Genetic Analysis of bilateral dermatoglyphic asymmetry in twins and their parents”. Anthropologischer Anzeiger, vol.53,no.(24),pp. 165-187.

Sucipto, (2006), Adaptasi Musculoskeletal Terhadap Latihan, [Online] diakses pada 16 April 2013,http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/196106121987031-SUCIPTO/BASIC_RULES_OF_MECHANICS.pdf

Ulijaszek, S.J. and Mascie-Taylor, C.G.N. (1994), Anthropometry: The Individual and The Population, Cambridge University Press, New York.

Zhao, D, Hopkins,W.D. and  Li, B. (2012), “Handedness in Nature: First Evidence on Manual Laterity on Bimanual Coordinated Tube Task In Wild Primates”. American Journal of Physical Anthropology, vol148,no.1, pp. 36-44