DM GESTASIONAL.doc
Transcript of DM GESTASIONAL.doc
Diabetes Mellitus Gestasional pada Ibu HamilMahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Kebun Jeruk, Jakarta Barat
Pendahuluan1
Definisi diabetes mellitus gestational (GDM) menurut World Health Organization
(WHO) dengan sedikit modifikasi yang telah dilakukan oleh American Diabetes Association
(ADA), adalah intoleransi glukosa pada waktu kehamilan, pada wanita normal atau yang
mempunyai gangguan toleransi glukosa setelah terminasi kehamilan. Estimasi kasus diabetes
mellitus berdasarkan prevalensi global pada tahun 1995 adalah kira-kira 135 juta orang.
Diperkirakan progressnya pada tahun 2025 akan menunjukkan angka peningkatan yaitu kira-
kira 300 juta. Kira-kira 135000 wanita hamil yang mengalami GDM setiap tahun yaitu kira-
kira 3-5%.
Pada wanita hamil terjadi perubahan-perubahan fisiologis yang berpengaruh terhadap
metabolisme karbohidrat karena adanya hormon plasenta yang bersifat resistensi terhadap
insulin. Hormon tersebut diduga menghalangi kerja dari insulin di dalam sel-sel tubuh wanita
hamil. Artinya, sel-sel dalam tubuh wanita hamil mengalami kesulitan untuk menggunakan
insulin sehingga kadar gula dalam darah akan meningkat dan mempengaruhi produksi dari
energi di dalam tubuh. Dengan meningkatnya umur kehamilan, berbagai faktor dapat
mengganggu keseimbangan metabolisme karbohidrat sehingga terjadi gangguan toleransi
glukosa.
Adanya suatu bentuk diabetes mellitus (DM) yang hanya ditemukan saat kehamilan dan
kemudian menghilang setelah persalinan, telah disinggung oleh Duncan sejak satu abad yang
lalu. Walaupun demikian barulah pada tahun 1980 WHO mengakui diabetes mellitus
gestasional (GDM) sebagai suatu bentuk diabetes tersendiri.
Kasus
.
Pembahasan
1 |Diabetes Gestasional
“Seorang wanita usia 31 tahun G1P0A0 dengan usia gestasional 25 minggu mengeluh sering lemas-lemas sejak 2 minggu yang lalu. Saat malam sulit tidur karena terbangun tiap 2-3 jam untuk BAK, leher sering terasa kering sehingga sering minum 7-8 gelas air dari jam 22.00.-06.00 pagi. Pasien juga mengeluh adanya gatal pada kemaluan dan peningkatan berat badan 50 kg menjadi 57 kg dalam 1 bulan”.
Anamnesis2,3,4
Anamnesis atau wawancara medis merupakan tahap awal dari rangkaian pemeriksaan
pasien, baik secara langsung pada pasien yang bersangkutan atau secara tidak langsung
melalui keluarga maupun relasi terdekatnya. Setelah itu, kita dapat merumuskan masalah
pasien dan dilanjutkan dengan proses pengkajiannya. Kemudian ditetapkan rencana
pengelolaan terhadap pasien, yaitu rencana pemeriksaan untuk diagnosis, pengobatan,
maupun penyuluhannya, dan diikuti dengan pelaksanaan rencana tersebut beserta evaluasi
atau tindak lanjutnya.
Identitas. Identitas meliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin,
alamat, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, suku bangsa dan agama.
Keluhan Utama. Keluhan utama merupakan bagian paling penting dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Anamnesis ini biasanya memberikan informasi terpenting untuk mencapai
diagnosis banding, dan memberikan wawasan vital mengenai gambaran keluhan yang
menurut pasien paling penting.
Riwayat Penyakit Sekarang (RPS). RPS adalah cerita kronologis, terinci dan jelas
mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama sampai pasien datang
berobat. Biasa pasien datang dengan keluhan khas DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia,
dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
3P (poliuri, polidipsia, polifagia). Pada poliuri tanyakan berapa sering dan berapa banyak
pasien berkemih, apakah malam hari ketika ingin berkemih sampai menyebabkan pasien
terbangun, pasien merasa lelah yang lebih dari biasanya. Eksplorasi tentang frekuensi, pola
poliuria, mulai terjadi gejala, bagaimana pola dan jumlah asupan cairan perhari. Tanyakan
adakah gangguan penglihatan, sakit kepala, trauma kepala yang dapat merupakan gejala awal
diabetes insipidus. Begitu pula pada polidipsia perlu ditanyakan berapa banyak minum setiap
harinya, apakah sering merasa haus terutama pada malam hari sehari sehingga harus
terbangun dari tidur, sedangkan pada polifagia, bisa ditanyakan adakah perubahan kebiasaan
makan, program diet yang dijalani, serta bagaimana asupan makanan, kualitas, dan kuantitas.
Riwayat Pengobatan. Apakah pasien sudah berobat sebelumnya? Atau riwayat obat yang
pernah dikonsumsi.
2 |Diabetes Gestasional
Riwayat Penyakit Dahulu (RPD). RPD penting untuk mencatat secara rinci semua masalah
medis yang pernah timbul sebelumnya dan terapi yang pernah diberikan, seperti adakah
tindakan operasi dan anastesi sebelumnya, kejadian penyakit umum tertentu. Riwayat
persalinan yang lalu :seperti abortus, partus prematurus, keguguran kematian janin, riwayat
melahirkan bayi dengan cacat bawaan, melahirkan bayi lebih dari 4000 gr.
Pada pasien yang diketahui mengidap diabetes mellitus perlu ditanyakan bagaimana
manifestasinya dan apakah obat yang didapat, bagaimana pemantauan untuk control, seperti
pemeriksaan urin, tes darah, HbA1C, kesadaran akan hipoglikemia, serta tanyakan mengenai
komplikasi sebelumnya.
- Riwayat masuk rumah sakit karena hipoglikemia/hipergikemia.
- Penyakit vaskular: iskemia jantung (MI, angina, CCF), neuropati perifer (kesemutan)
- Retinopati, ketajaman penglihatan.
- Hiperkolesterolemia, hipertrigliserida.
- Disfungsi ginjal (proteinuria).
- Diet, berat badan, atau olahraga.
Riwayat Keluarga. Riwayat keluarga berguna untuk mencari penyakit yang pernah diderita
oleh kerabat pasien karena terdapat kontribusi genetik yang kuat pada berbagai penyakit.
Sedangkan riwayat sosial penting untuk memahami latar belakang pasien, pengaruh penyakit
yang diderita terhadap hidup dan keluarga mereka. Selain itu yang juga perlu diperhatikan
adalah riwayat berpergian (penyakit endemik).
Riwayat Pribadi dan Sosial. Secara umum menanyakan bagaimana kondisi sosial, ekonomi
dan kebiasaan-kebiasaan pasien seperti merokok, mengkonsumsi alkohol, dan hal yang
berkaitan. Asupan gizi pasien juga perlu ditanyakan, meliputi jenis makanannya, kuantitas
dan kualitasnya. Begitu pula juga harus menanyakan vaksinasi, tes skrining kehamilan, atau
mungkin reaksi alergi yang dimiliki pasien. Selain itu, harus ditanyakan juga bagaimana
lingkungan tempat tinggal pasien.
3 |Diabetes Gestasional
Pemeriksaan Fisik2
Tujuan pemeriksaan fisik umum adalah mendapatkan atau mengidentifikasi keadaan
umum pasien saat diperiksa, dengan penekanan pada tanda-tanda kehidupan (vital sign),
keadaan sakit, keadaaan gizi, dan aktivitas baik dalam keadaan berbaring ataupun berjalan.
Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi pemeriksaan tekanan darah, denyut nadi, pernapasan,
dan suhu tubuh. Derajat kesadaran juga perlu diidentifikasi bersamaan dengan keadaan umum
pasien.
Pasien dengan penyakit Diabetes Melitus harus diperhatikan fisiknya karena jika sudah
mengalami komplikasi sudah tidak merasakan lagi adanya luka yang sudah membusuk atau
sudah baal. Sehingga pada saat melakukan Inspeksi, Palpasi, Auskultasi harus dilakukan
dengan menyeluruh pada semua bagian tubuh, terutama bagian kaki yang sering mengalami
gangguan terbanyak seperti kaki yang membusuk karena infeksi yang lama akibat luka yang
tidak dirasakan oleh pasien.
Pemeriksaan Penunjang5,6
Kriteria diagnostik DM menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)
2006 atau yang dianjurkan ADA (American Diabetes Association) yaitu bila terdapat salah
satu atau lebih hasil pemeriksaan gula darah dibawah ini:
1) Kadar gula darah sewaktu (plasma vena) ≥200 mg/dl
2) Kadar gula darah puasa (plasma vena) ≥126 mg/dl
3) Kadar glukosa plasma ≥ dengan 200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75
gram pada tes toleransi glukosa oral (TTGO).
Tabel 1. Kadar glukosa sewaktu dan puasa menurut PERKENI 2006
Kadar glukosa darah sewaktu Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar gula darah sewaktu
Plasma vena <110 110-199 >200
Darah kapiler <90 90-199 >200
Kadar glukosa darah puasa
Plasma vena <110 110-125 >126
Darah kapiler <90 90-109 >110
4 |Diabetes Gestasional
Sejumlah skrining dan tes diagnostik telah digunakan untuk mendeteksi tingginya kadar
glukosa dalam plasma atau serum. Salah satu metode adalah pendekatan bertahap di mana
hasil yang mencurigakan pada tes skrining akan diikuti dengan uji diagnostik. Atau, tes
diagnostik dapat digunakan langsung pada kunjungan antenatal pertama untuk pasien berisiko
tinggi.
Tes untuk diabetes mellitus gestasional (GDM)
Glukosa darah tes Non-tantangan
Tes glukosa puasa
Tes glukosa 2 jam postprandial (setelah makan)
Uji glukosa waktu acak
Skrining glukosa uji tantangan
Tes toleransi glukosa oral (TTGO)
Tes glukosa darah non-tantangan: mengukur kadar glukosa dalam sampel darah tanpa
menantang subjek dengan larutan glukosa. Tingkat glukosa darah ditentukan saat puasa, 2 jam
setelah makan, atau hanya pada waktu acak. Sebaliknya, tes tantangan menuntut pasien
meminum larutan glukosa dan pengukuran konsentrasi glukosa dalam darah setelahnya, pada
diabetes, mereka cenderung tetap tinggi. Larutan glukosa memiliki rasa sangat manis yang
untuk beberapa wanita tidak menyenangkan, oleh karena itu, terkadang perlu ditambahkan
perasa buatan. Beberapa wanita mungkin mengalami mual selama tes.
Metode Skrining
Ada pendapat yang berbeda tentang skrining yang optimal dan tes diagnostik, sebagian
karena perbedaan dalam risiko populasi, pertimbangan efektivitas biaya, dan kurangnya dasar
bukti untuk mendukung program besar skrining nasional. Skrining ini memerlukan tes yang
glukosa darah acak selama kunjungan, tes skrining glukosa dengan tantangan sekitar
kehamilan 24-28 minggu, diikuti dengan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) jika tes berada
5 |Diabetes Gestasional
di luar batas normal. Jika ada kecurigaan yang tinggi, wanita hamil dapat diuji sebelum
waktunya.
a. Tes glukosa darah non-tantangan (glucose non challenge screening test)
Ketika kadar glukosa plasma ditemukan lebih tinggi dari 126 mg/dl (7,0 mmol/l) setelah
puasa, atau lebih dari 200 mg/dl (11,1 mmol/l) pada setiap kesempatan, dan jika hasil tes ini
dikonfirmasi pada hari berikutnya, diagnosis GDM dapat ditegakkan dan tidak ada pengujian
lebih lanjut yang diperlukan. Tes ini biasanya dilakukan pada kunjungan antenatal pertama.
b. Skrining tes glukosa tantangan (glucose challenge screening test)
Skrining glukosa uji tantangan (disebut juga tes O'Sullivan) dilakukan pada usia
kehamilan antara 24-28 minggu, dan dapat dilihat sebagai versi sederhana dari TTGO. Ini
membutuhkan pasien minum larutan yang mengandung 50 gram glukosa, dan mengukur
kadar glukosa darah 1 jam kemudian. Jika kadar glukosa darah setelah 1 jam pembebanan
melebihi 140 mg maka dilanjutkan dengan pemeriksaan TTGO.
Jika cut-off point ditetapkan sebesar 140 mg/dl (7,8 mmol/l), 80% dari wanita dengan
GDM akan terdeteksi. Jika ambang batas ini untuk pengujian lebih lanjut diturunkan menjadi
130 mg/dl, maka 90% dari kasus GDM akan terdeteksi.
Tes ini menilai bagaimana tubuh memproses gula. Kadar gula yang tinggi
memperlihatkan bahwa tubuh tidak bisa memproses gula secara efektif dan tes dikatakan
positif. Jika test ini positif, maka pada ibu hamil dilakukan tes selanjutnya yaitu Glucose
Tolerance Test (GTT). Karena tidak semua wanita yang tes glukosa tantangan screening-nya
positif akan menajdi DMG dengan pemeriksaan selanjutnya.
c. Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
TTGO harus dilakukan pada pagi hari. Selama tiga hari sebelumnya pasien harus
memiliki pola makan terbatas (yang mengandung setidaknya 150 gram karbohidrat per hari
selanjutnya hanya boleh minum saja selama 14 jam menjelang pemeriksaan, aktivitas fisik
terbatas. Subjek tidak boleh merokok selama tes.
Berikut ini adalah nilai-nilai yang American Diabetes Association anggap abnormal dari
TTGO glukosa.
6 |Diabetes Gestasional
Tingkat glukosa darah puasa ≥ 95 mg / dl (5,33 mmol / L)
Glukosa darah 1 jam ≥ 180 mg / dl (10 mmol / L)
Glukosa darah 2 jam ≥ 155 mg / dl (8,6 mmol / L)
Glukosa darah 3 jam ≥ 140 mg / dl (7,8 mmol / L)
Jika hanya satu hasil yang tidak normal, maka ibu hamil dianjurkan merubah pola diet
serta dilakukan ulangan pemeriksaan selanjutnya. Jika 2 atau 3 tidak normal, maka ibu hamil
akan didiagnosis dengan Diabetes Gestational dan pada ibu hamil akan dilakukan tindakan
pengobatan.
d. Pengujian reduksi urin
Pemeriksaan reduksi urine merupakan bagian dari pemeriksaan urin rutin yang selalu
dilakukan di klinik. Hasil yang (+) menunjukkan adanya glukosuria. Beberapa hal yang perlu
diingat dari hasil pemeriksaan reduksi urine adalah:
1. Digunakan pada pemeriksaan pertama sekali untuk tes skrining, bukan untuk menegakkan
diagnosis.
2. Nilai (+) sampai (++++)
Jika reduksi (+): masih mungkin oleh sebab lain, seperti: renal glukosuria, obat-
obatan, dan lainnya
Reduksi (++) kemungkinan KGD: 200 –300 mg%
Reduksi (+++) kemungkinan KGD: 300 –400 mg%
Reduksi (++++) kemungkinan KGD: ≥400 mg%
Dapat digunakan untuk kontrol hasil pengobatan
Wanita dengan GDM mungkin memiliki tingkat glukosa yang tinggi dalam urin mereka
(glukosuria). Sensitivitas dari glukosuria untuk GDM pada 2 trimester pertama hanya sekitar
10% dan nilai prediktif positif adalah sekitar 20%.
Working Diagnosa7
Diabetes mellitus gestasional (GDM) didefenisikan sebagai setiap intoleransi glukosa
yang timbul atau terdeteksi pada kehamilan pertama, tanpa memandang derajat intoleransi
serta tidak memperhatikan apakah gejala ini lenyap atau menetap selepas melahirkan.
Diabetes jenis ini biasanya muncul pada kehamilan trimester kedua dan ketiga. Kategori ini
7 |Diabetes Gestasional
mencakup DM yang terdiagnosa ketika hamil (sebelumnya tidak diketahui). Wanita yang
sebelumnya diketahui telah mengidap DM, kemudian hamil, tidak termasuk ke dalam kategori
ini.
Diagnosa Banding7
Diabetes Mellitus tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes Mellitus/IDDM)
Diabetes melitus tipe 1, diabetes anak-anak (bahasa Inggris: childhood-onset diabetes,
juvenile diabetes, insulin-dependent diabetes mellitus, IDDM) adalah diabetes yang terjadi
karena berkurangnya rasio insulin dalam sirkulasi darah akibat hilangnya sel beta penghasil
insulin pada pulau-pulau langerhans pankreas. IDDM dapat diderita oleh anak-anak maupun
orang dewasa.
Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1 adalah kesalahan
reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Selain itu dapat juga disebabkan
oleh infeksi virus cocksakie, rubella, cytomegalo virus, herpes, dan lain-lain pada tubuh.
Onset DM tipe 1 biasanya terjadi sebelum usia 25-30 tahun. Sekresi insulin mengalami
defisiensi (jumlahnya sangat rendah atau tidak ada sama sekali). Dengan demikian, tanpa
pengobatan dengan insulin untuk kelangsungan hidup mereka (pengawasan dilakukan melalui
pemberian insulin bersamaan dengan adaptasi diet), pasien biasanya akan mudah terjerumus
ke dalam situasi ketoasidosis diabetik.
Gejala biasanya muncul secara mendadak, berat dan perjalanannya sangat progresif;
jika tidak diawasi, dapat berkembang menjadi ketoasidosis dan koma. Gejala klasik yang
umum dikeluhkan adalah poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, cepat merasa
lelah (fatigue), iritabilitas, dan pruritus (gatal-gatal pada kulit) .Ketika diagnosa ditegakkan,
pasien biasanya memiliki berat badan yang rendah. Hasil tes deteksi antibodi islet hanya
bernilai sekitar 50-80% dan kadar glukosa darah >140 mg/dL.
Ada beberapa tipe autoantibodi yang terkait dengan DM tipe 1, antara lain:
a. ICCA (Islet Cell Cytoplasmic Antibodies)
ICCA merupakan autoantibodi utama yang ditemukan pada penderita DM tipe 1.
Hampir 90% penderita DM tipe 1 memiliki ICCA di dalam darahnya. Keberadaan ICCA
merupakan prediktor yang cukup akurat untuk DM tipe 1. ICCA tidak spesifik untuk sel β
Langerhans saja, tetapi juga dapat dikenali oleh sel lain yang terdapat di pulau Langerhans.
8 |Diabetes Gestasional
Pada pulau Langerhans kelenjar pankreas terdapat beberapa tipe sel, yaitu sel β, sel α dan sel
δ. Sel-sel β memproduksi insulin, sel-sel α memproduksi glukagon, dan sel-sel δ
memproduksi hormon somatostatin. Namun, serangan autoimun secara selektif
menghancurkan sel-sel β. Titer ICCA akan menurun sejalan dengan berjalannya penyakit.
b. ICSA (Islet Cell Surface Antibodies)
Autoantibodi terhadap antigen permukaan sel ini ditemukan pada sekitar 80%
penderita DM tipe 1. Sama seperti ICCA, titer ICSA juga makin menurun sejalan dengan
lamanya waktu. Tidak hanya pada DM tipe 1, beberapa penderita DM tipe 2 juga ditemukan
positif ICSA.
a. Anti-GAD (Glutamic Acid Decarboxylase)
Autoantibodi terhadap enzim glutamat dekarboksilase ditemukan pada hampir 80%
pasien yang baru terdiagnosis positif menderita DM tipe 1. Titer antibodi anti-GAD juga akan
menurun sejalan dengan perjalanan penyakit. Keberadaan antibodi anti-GAD merupakan
prediktor kuat untuk DM tipe 1, terutama pada populasi risiko tinggi.
c. AIA (Anti-Insulin Antibody)
AIA merupakan autoantibodi lain yang sudah diidentifikasi, ditemukan pada sekitar
40% anak-anak yang menderita DM tipe 1. AIA bahkan sudah dapat dideteksi dalam darah
pasien sebelum onset terapi insulin.
Selain defisiensi insulin, fungsi sel-sel α kelenjar pankreas pada penderita DM tipe 1
juga menjadi tidak normal, yaitu ditemukannya sekresi glukagon yang berlebihan oleh sel-sel
α pulau Langerhans. Secara normal, hiperglikemia akan menurunkan sekresi glukagon. Pada
penderita DM tipe 1, hal ini tidak terjadi. Sekresi glukagon tetap tinggi walaupun dalam
keadaan hiperglikemia yang memperparah kondisi hiperglikemia. Salah satu manifestasi dari
keadaan ini adalah cepatnya penderita DM tipe 1 mengalami ketoasidosis diabetik apabila
tidak mendapat terapi insulin. Apabila diberikan terapi somatostatin untuk menekan sekresi
glukagon, maka akan terjadi penekanan terhadap kenaikan kadar gula dan badan keton. Salah
satu masalah jangka panjang pada penderita DM tipe 1 adalah rusaknya kemampuan tubuh
untuk mensekresi glukagon sebagai respon terhadap hipoglikemia. Hal ini dapat
menyebabkan timbulnya hipoglikemia yang dapat berakibat fatal pada penderita DM tipe 1
yang sedang mendapat terapi insulin.
Defisiensi sekresi insulin merupakan masalah utama pada DM tipe 1, namun pada
penderita yang tidak dikontrol dengan baik, dapat terjadi penurunan kemampuan sel-sel
9 |Diabetes Gestasional
sasaran untuk merespons terapi insulin yang diberikan. Ada beberapa mekanisme biokimia
yang dapat menjelaskan hal ini, salah satu diantaranya adalah defisiensi insulin menyebabkan
meningkatnya asam lemak bebas di dalam darah sebagai akibat dari lipolisis yang tak
terkendali di jaringan adiposa. Asam lemak bebas di dalam darah akan menekan metabolisme
glukosa di jaringan-jaringan perifer seperti misalnya di jaringan otot rangka, dengan
perkataan lain akan menurunkan penggunaan glukosa oleh tubuh. Defisiensi insulin juga akan
menurunkan ekskresi dari beberapa gen yang diperlukan sel-sel sasaran untuk merespons
insulin secara normal, misalnya gen glukokinase di hati dan gen GLUT4 (protein transporter
yang membantu transpor glukosa di sebagian besar jaringan tubuh) di jaringan adiposa.
Diabetes Mellitus tipe 2 (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus/NIDDM)
DM jenis ini disebut juga diabetes onset-mature (atau onset-dewasa). Pasien DM ini tidak
memerlukan insulin sepanjang usia. DM tipe 2 merupakan penyakit familier yang mewakili
kurang-lebih 85% kasus DM di negara maju, dengan prevalensi sangat tinggi (35% orang dewasa)
pada masyarakat yang mengubah gaya hidup tradisional menjadi modern.
DM tipe 2 mempunyai onset pada usia pertengahan (40-an tahun), atau lebih tua, dan
cenderung tidak berkembang kearah ketosis. Kebanyakan penderita memiliki berat badan yang
lebih. Atas dasar ini pula, penyandang DM jenis ini dikelompokkan menjadi dua : (1) kelompok
obese dan (2) kelompok non-obese. Kemungkinan untuk menderita DM tipe 2 akan berlipat ganda
jika berat badan bertambah sebanyak 20% di atas berat badan ideal dan usia bertambah 10 tahun
atau di atas 40 tahun.
Gejala muncul perlahan-lahan dan biasanya ringan dan umumnya hampir tidak ada
(kadang-kadang bahkan belum menampakkan gejala selama bertahun-tahun) serta
progresivitas gejala berjalan lambat. Namun, ketoasidosis jarang sekali muncul, kecuali pada
kasus yang disertai stress atau infeksi. Kadar insulin menurun atau bahkan tinggi, atau
mungkin juga insulin bekerja tidak efektif. DM Tipe 2 seringkali muncul tanpa diketahui, dan
penanganan baru dimulai beberapa tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan
komplikasi sudah terjadi. Penderita DM Tipe 2 umumnya lebih mudah terkena infeksi, sukar
sembuh dari luka, daya penglihatan makin buruk, dan umumnya menderita hipertensi,
hiperlipidemia, obesitas, dan juga komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf.
Tabel 2. Perbedaan DM tipe 1 dan 2
10 |Diabetes Gestasional
DM tipe 1 DM tipe 2
Onset Anak/dewasa muda (<25 tahun) Biasanya setelah usia pertengahan
Proporsi <10% dari semua penyandang DM >90% dari semua penyandang DM
Riwayat Keluarga Tidak lazim Sangat lazim
Gejala Akut/sub-akut Lambat
Ketoasidosis Sering sekali Jarang, kecuali jika sakit/stress
Obesitas saat onset Tidak obese Obese sebelum onset
Kaitan dengan HLA tipe tertentu Ada Tidak ada
Kegunaan insulin Penyelamat nyawaKadang-kadang diperlukan sebagai
pengawasan gula darah
Kaitan dengan penyakit autoimun Kadang-kadang ada Tidak ada
PenyebabPankreas tidak mampu membuat
insulin
Produksi insulin masih ada, tetapi
sel target tidak peka
Kegunaan diet
Mengawasi gula darah
(makan/jajan harus diatur seputar
pemberian insulin agar tidak terjadi
hipoglisemia)
Menurunkan BB
Kegunaan latihan fisik
Merangsang sirkulasi dan
membantu tubuh dalam
penggunaan insulin
Membuat tubuh menjadi lebih peka
terhadap insulinnya sendiri, di
samping menggunakan energi
untuk mengurangi BB
Etiologi8
Pankreas akan memproduksi hormon insulin yang berfungsi membantu tubuh
menggunakan dan menyimpan glukosa dari makan yang kita konsumsi. Hal ini membuat
tingkat gula darah kita berada dalam kondisi normal. Pada saat hamil, karena hormon yang
dihasilkan oleh plasenta itu mengalami perubahan atau peningkatan sehingga membuat
insulin lebih sulit bekerja dan kondisi ini disebut resistensi insulin. Bila tubuh tidak mampu
meningkatkan produksi insulin maka mengakibatkan hiperglikemia atau GDM.
Terdapat faktor risiko yang menyebabkan GDM:
Umur lebih dari 30 tahun
Obesitas dengan indeks massa tubuh ≥30 kg/m2
Riwayat DM pada keluarga (ibu atau ayah)
Pernah menderita DM gestasional sebelumnya
11 |Diabetes Gestasional
Pernah melahirkan anak besar > 4.000 gram
Riwayat bayi cacat bawaan
Riwayat bayi lahir mati
Riwayat keguguran
Memiliki terlalu banyak cairan ketuban (suatu kondisi yang disebut
polihidramnion).
Epidemiologi9
Insidens GDM bervariasi antara 1,2-12%. Kepustakaan lain mengatakan 1-14%. Di
Indonesia insidens GDM berkisar 1,9-2,6%. Perbedaan insidens GDM ini terutama
disebabkan oleh karena perbedaan kriteria diagnosis materi penyaringan yang diperiksa. Di
Amerika Serikat insidens kira-kira 4%.
Kejadian GDM juga sangat erat hubungannya dengan ras dan budaya seseorang. Contoh
yang khas adalah DMG pada orang kulit putih yang berasal dari Amerika bagian barat hanya
1,5-2% sedangkan penduduk asli Amerika yang berasal dari barat daya Amerika mempunyai
angka kejadian sampai 15%. Pada ras Asia, Afrika, Amerika dan Spanyol insidens GDM
sekitar 5-8% sedangkan pada ras Kaukasia sekitar 1,5%.
Patofisiologi10
Kehamilan adalah suatu kondisi diabetogenic ditandai dengan resistensi insulin dengan
peningkatan kompensasi sebagai respon β-sel dan hyperinsulinemia. Resistensi insulin
biasanya dimulai pada trimester kedua dari kehamilan. Plasenta sekresi hormon seperti
progesteron, kortisol, laktogen, plasenta, prolaktin, merupakan penyumbang utama kepada
resistensi insulin yang terlihat dalam kehamilan. Kadar kortisol plasma wanita hamil
meningkat dan mencapai 3 kali dari keadaan normal hal ini mengakibatkan kebutuhan insulin
menjadi lebih tinggi, demikian juga dengan human plasenta laktogen (HPL) yang dihasilkan
oleh plasenta yang mempunyai sifat kerja mirip pada hormon tubuh yang bersifat
diabetogenik. Pembentukan HPL meningkat sesuai dengan umur kehamilan. Hormon tersebut
mempengaruhi reseptor insulin pada sel sehingga mempengaruhi afinitas insulin. Menjelang
aterm kebutuhan insulin meningkat sehingga mencapai 3 kali dari keadaan normal.
Mekanisme resistensi insulin pada wanita hamil normal adalah sangat kompleks.
Kitzmiller, telah mempublikasikan suatu pengamatan menyeluruh mekanisme endokrin pada
pankreas dan metabolisme maternal selama kehamilan yakni plasenta mempunyai peranan
12 |Diabetes Gestasional
yang khas dengan mensintesis dan mensekresi peptida dan hormon steroid yang menurunkan
sensitivitas maternal pada insulin. Puavilai melaporkan bahwa resistensi insulin selama
kehamilan terjadi karena rusaknya reseptor insulin bagian distal yakni post reseptor.
Faktor-faktor di atas dan mungkin berbagai faktor lain menunjukkan bahwa kehamilan
merupakan suatu keadaan yang mengakibatkan resistensi terhadap insulin meningkat. Wanita
dengan GDM memiliki keparahan yang lebih besar dari resistensi insulin dibandingkan
dengan resistensi insulin terlihat pada kehamilan normal. Pada sebagian besar wanita hamil
keadaan resistensi terhadap insulin dapat diatasi dengan meninggikan kemampuan sekresi
insulin oleh sel beta. Pada sebagian kecil wanita hamil, kesanggupan sekresi insulin tidak
mencukupi untuk melawan resistensi insulin, dengan demikian terjadilah intoleransi terhadap
glukosa atau DM gestasi.
Gejala Klinis10
Sering rasa haus (polidipsi)
Sering buang air kecil (polyuria)
Lapar (polifagia)
Glikosuria yaitu meningkatnya kadar gula pada urin
Kelelahan
Mual
Sering infeksi kandung kemih, vagina dan kulit
Penglihatan kabur
Penatalaksanaan7,11
Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya, pengelolaan DMG juga terutama
didasari atas pengelolaan gizi/diet dan pengendalian berat badan ibu.
Prinsip penanganan
Kontrol secara ketat gula darah, pertimbangkan kematangan paru janin. Dapat terjadi
kematian janin mendadak. Berikan insulin yang bekerja cepat, bila mungkin diberikan melalui
drips.
Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya. Lakukan upaya pencegahan
infeksi dengan baik.
13 |Diabetes Gestasional
Non Medika Mentosa
Diet
Semua wanita dengan GDM harus mendapat konseling gizi, oleh seorang ahli diet
terdaftar bila mungkin, sesuai dengan rekomendasi oleh American Diabetes
Association. Individualisasi terapi nutrisi medis (MNT) tergantung pada berat badan
ibu dan tinggi dianjurkan. MNT harus mencakup penyediaan kalori dan nutrisi yang
memadai untuk memenuhi kebutuhan kehamilan dan harus konsisten dengan tujuan
glukosa darah ibu yang telah ditetapkan. Diet kurang kalori dapat digunakan bagi
tahap sedang.
Untuk wanita gemuk (BMI>30 kg/m2). Pembatasan kalori 30-33% (25 kkal/kg berat
aktual per hari) telah terbukti dapat mengurangi hiperglikemia dan kadar plasma
trigliserida tanpa menunjukkan peningkatan pada ketonuria. Pembatasan karbohidrat
untuk 35-40% dari kalori telah terbukti menurunkan kadar glukosa ibu dan
memperbaiki kondisi ibu dan janin.
Program latihan fisik yang sedang telah terbukti dapat menurunkan konsentrasi
glukosa ibu pada wanita dengan GDM. Meskipun dampak latihan komplikasi neonatal
menunggu uji klinis yang ketat, efek penurun glukosa menguntungkan menjamin
rekomendasi bahwa perempuan tanpa kontraindikasi medis atau obstetri didorong
untuk memulai atau melanjutkan program latihan sederhana sebagai bagian dari
pengobatan untuk GDM.
Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10%(TB-100). Kebutuhan
kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari:
Kalori basal 25 kal/kgBB ideal
Kalori kegiatan jasmani 10-30%
Kalori untuk kehamilan 300 kalori
Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-1.5 gr/kgBB.
Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai normal
atau normoglikemia, yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mg/dl dan 2 jam pp di
14 |Diabetes Gestasional
Gambar 1. Fundus uteri
Sumber: http://www.google.com; diunduh 24 November 2014
bawah 120 mg/dl, maka terapi insulin harus segera dimulai. Pemantauan dapat dikerjakan
dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah kapiler. Perhitungan menu seimbang sama
dengan perhitungan pada kasus DM umumnya, dengan ditambahkan sejumlah 300-500 kalori
per hari untuk tumbuh kembang janin selama masa kehamilan sampai dengan masa menyusui
selesai.
Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk mempertahankan kadar glukosa
darah puasa < 105 mg/dl, mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp < 120 mg/dl,
mempertahankan kadar Hb glikosilat <6% (HbAlc: salah satu fraksi hemoglobin di dalam
tubuh manusia yang berikatan dengan glukosa secara enzimatik. Akan tetapi kadar HbA1c
yang terukur sekarang atau “sewaktu” mencerminkan kadar glukosa pada waktu 3 bulan yang
lampau (sesuai dengan umur sel darah merah manusia kira-kira 100-120 hari), sehingga hal
ini dapat memberikan informasi seberapa tinggi kadar glukosa pada waktu 3 bulan yang lalu.
Dengan melakukan pemeriksaan ini kita juga dapat mengetahui seberapa besar kepatuhan
dalam berobat pada penderita DM), mencegah episode hipoglikemia, mencegah
ketonuria/ketoasidosis diabetik, mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan
normal.
Dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal 2 kali seminggu (ideal setiap hari,
jika mungkin dengan alat pemeriksaan sendiri di rumah). Dianjurkan kontrol sesuai jadwal
pemeriksaan antenatal, semakin dekat dengan perkiraan persalinan maka control semakin
sering. Hb glikosilat diperiksa secara ideal setiap 6-8 minggu sekali.
Jika pengelolaan diet saja tidak berhasil, maka insulin langsung digunakan.
Pengelolaan Obstetrik
Pada pemeriksaan antenatal
dilakukan pemantauan keadaan
klinis ibu dan janin,terutama
tekanan darah, pembesaran/tinggi
fundus uteri, denyut jantung janin,
kadar gula darah ibu, pemeriksaan
USG dan kardiotokografi{suatu
15 |Diabetes Gestasional
metoda elektronik untuk memantau kesejahteraan janin dalam kehamilan dan atau
dalam persalinan} jika memungkinkan.
Pada tingkat Polindes dilakukan pemantauan ibu dan janin dengan pengukuran tinggi
fundus uteri dan mendengarkan denyut jantung janin.
Pada tingkat Puskesmas dilakukan pemantauan ibu dan janin dengan pengukuran
tinggi fundus uteri dan mendengarkan denyut jantung janin.
Pada tingkat rumah sakit, pemantauan ibu dan janin.
Pengelolaan Bayi
Pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita DM, dilakukan pemeriksaan darah
tali pusat untuk mengukur kadar glukosa darah dan hematokrit bayi. Selain itu, persiapan
resusitasi neonatus harus dilakukan dengan baik. Masalah yang mungkin timbul pada bayi
adalah:
Penyakit bawaan
Gangguan metabolik seperti hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesemia,
hiperbilirubinemia
Gangguan hematologik seperti polisitemia atau hiperviskositas darah
Gangguan pernafasan dan kelainan jantung bawaan
Evaluasi dilakukan segera setelah lahir, meliputi :
- Penghitungan nilai APGAR (Appearance (colour = warna kulit)
, Pulse (heart rate = denyut nadi) , Grimace (refleks terhadap rangsangan) , Activity
(tonus otot) , dan Respiration (usaha bernapas).
- Pemeriksaan fisik untuk melihat adanya cacat bawaan
- Pemeriksaan plasenta
- Pemeriksaan kadar glukosa
- Pemeriksaan hematokrit tali pusat
- Pengawasan lanjut
Pemeriksaan fisik diulang untuk melihat perubahan yang terjadi pada janin seperti
gemetaran, apnea, kejang, tangis lemah, malas minum dan adanya tanda sindroma gawat
16 |Diabetes Gestasional
nafas, kelainan jantung, kelainan ginjal, trauma lahir pada extremitas, kelainan metabolik dan
kelainan saluran cerna. Untuk mencegah hipoglikemia bayi diberi minum (dosis 60-90 ml/kg
BB hari), dibagi dalam beberapa dosis, dimulai sejak jam pertama selanjutnaya tiap 12 jam.
Monitor/ surveilans (antenatal care)
Surveilans metabolik ibu harus diarahkan dalam mendeteksi hiperglikemia parah
cukup untuk menentukan kadar risiko efek pada janin. Pemantauan diri glukosa darah
harian tampaknya lebih unggul mengetahui kadar gula darah yang benar.
Pemantauan keton urin mungkin berguna dalam mendeteksi kalori yang tidak
memadai atau asupan karbohidrat pada wanita diperlakukan dengan pembatasan
kalori.
Surveilans ibu harus mencakup tekanan darah dan protein urin pemantauan untuk
mendeteksi gangguan hipertensi.
Surveilans harus dipertingkatkan bagi kehamilan berisiko tinggi karena dapat
menyebabkan kematian pada janin, terutama ketika kadar glukosa puasa melebihi 105
mg/dl (5,8 mmol/l) atau jangka masa kehamilan atau jangka masa kehamilan berlanjut.
Inisiasi, frekuensi, dan teknik khusus yang digunakan untuk menilai kesejahteraan
janin akan tergantung pada risiko kumulatif janin bergantung dari GDM dan kondisi
medis lain / kondisi obstetri yang hadir.
Penilaian pertumbuhan janin asimetris dengan ultrasonografi, terutama di awal
trimester ketiga, dapat membantu dalam mengidentifikasi janin yang dapat manfaat
dari terapi insulin ibu.
ADA merekomendasikan semua wanita dengan GDM harus diskrining untuk
intoleransi glukosa dari pada minggu ke enam sampai ke dua belas setelah melahirkan.
Pada wanita yang mendapat kelainan pada kadar glukosa darah selama kehamilan
memiliki risiko terbesar untuk mendapat intoleransi glukosa postpartum. Semua
wanita dengan riwayat gestational diabetes harus dididik tentang modifikasi gaya
hidup dan risiko akibat resistensi insulin.
Jika hasil pada minggu ke enam setelah melahirkan janin menunjukkan gangguan
glukosa puasa atau toleransi, pasien harus diuji ulang setiap tahun. Semua wanita
dengan GDM harus menerima intensif terapi dan latihan program individu ditentukan
karena mereka mempunyai risiko tinggi terkena diabetes mellitus tipe 2. Mereka perlu
17 |Diabetes Gestasional
Gambar 2. Tempat penyuntikan insulin pada ibu hamil
Sumber: hhtp:// klikdokter.com; Diunduh 24 November 2014
dirujukan pada para medis dengan keahlian dalam pendidikan dan perawatan diabetes
dewasa untuk wanita dengan kelainan kadar glukosa pada postpartum.
Medika Mentosa7,11
Obat hipoglikemik oral tidak digunakan dalam DMG karena efek teratogenitasnya yang
tinggi dan dapat diekskresikan dalam jumlah besar melalui ASI.
Insulin
Pada umumnya pemberian insulin dimulai dari
dosis kecil dengan lama kerja intermediate dan
diberikan 1-2 kali sehari. dan bertambah secara
bertahap sesuai dengan usia kehamilan yang semakin
meningkat. Insulin yang dipakai sebaiknya human
insulin dengan dosis 0.5-1.5 U/kgBB. Selain itu,
pemantauan glukosa darah juga dapat melalui
pemeriksaan HbA1c berkala tiap 6-8 minggu dengan
kadar HbA1C yang diharapkan sebesar 6%. Obat
anti diabetik oral tidak dapat digunakan karena dapat
melewati sawar plasenta, disamping bersifat
teratogenik. Beberapa preparat insulin yang bekerja
cepat adalah Humulin R (40 IU, 100 IU) dan Actrapid
Human 40, 100.
Komplikasi10
GDM menimbulkan risiko bagi ibu dan anak. Risiko ini sebagian besar terkait dengan
tingginya kadar glukosa darah dan konsekuensinya. Risiko meningkat dengan kadar glukosa
darah yang lebih tinggi. Pengobatan yang mempunyai hasil yang lebih baik pada tingkat ini
dapat mengurangi beberapa risiko GDM.
Dua risiko utama GDM pada bayi adalah kelainan pertumbuhan dan ketidakseimbangan
kimia setelah kelahiran, yang mungkin memerlukan perawatan di unit intensif neonatal . Bayi
lahir dari ibu dengan GDM beresiko menjadi besar untuk usia kehamilan
(makrosomia). Makrosomia meningkatkan risiko kelahiran instrumental
(misalnya forseps, ventouse dan operasi caesar) atau masalah selama persalinan vagina
18 |Diabetes Gestasional
(seperti distosia bahu). Makrosomia dapat terjadi pada 20% pasien dengan GDM. Penelitian
komplikasi untuk GDM sulit karena banyak faktor pembaur (seperti obesitas).
Peningkatan risiko pada neonatus juga terjadi seperti glukosa darah rendah
(hipoglikemia), penyakit kuning, peningkatan jumlah sel darah merah (polisitemia), kalsium
darah rendah (hipokalsemia) dan magnesium darah rendah ( hipomagnesemia ). GDM juga
mengganggu pematangan janin sehingga menyebabkan bayi dysmature rentan
terhadap sindrom gangguan pernapasan karena paru-paru belum matang dan
gangguan surfaktan-sintesis.
Sedangkan pada ibu dapat mengalami komplikasi:
Hiperglikemia, terjadi pada kehamilan 20-30 minggu akibat resistensi insulin
Diabetes Mellitus
Jika mengalami gestational diabetes, maka kemungkinan besar akan mengalami
kembali pada kehamilan berikutnya. Selain itu, ibu juga beresiko untuk menderita
diabetes tipe 2 di kemudian hari. Akan tetapi dengan mengatur gaya hidup seperti
makan makanan yang bernutrisi & berolahraga dapat mengurangi resiko terkena
diabetes tipe 2 nantinya. Untuk wanita dengan riwayat gestational diabetes, yang
berhasi menurunkan berat badan hingga ideal setelah melahirkan, maka resikonya
untuk terkena diabetes tipe 2 hanya kurang dari 1 per 4 wanita.
Preeklampsia
Wanita dengan GDM memiliki risiko lebih tinggi mengalami preeklamsia. Risiko
preeklamsia adalah antara 13% dan 37% lebih tinggi.
Retinopati
Infeksi saluran kemih
Jika di masa hamil mengalami infeksi saluran kemih dan tidak ditangani dengan baik,
maka hal ini dapat menyebabkan infeksi ginjal. Infeksi ginjal dapat menyebabkan
keguguran atau kelahiran prematur. Tidak itu saja, infeksi saluran kemih yang berat
dapat menyebabkan infeksi yang meluas (sitemik) dan keadaan ini dapat menyebabkan
kelahiran prematur. Infeksi saluran kemih yang berat juga sering mempengaruhi
infeksi pada dinding rongga amnion (ketuban), sehingga menyebabkan ketuban pecah
dini, yang akibatnya dapat meningkatkan risiko infeksi pada janin. Biasanya yang
19 |Diabetes Gestasional
sering terjadi pada ibu hamil adalah vaginitis karena jamur. Obat azole sistemik tidak
disarankan untuk wanita hamil dan pasien yang menggunakan obat ini harus
menggunakan obat kontrasepsi secara efektif. Pada wanita hamil disarankan
penggunaan Azole topikal. Resistensi terhadap azole dapat terjadi khususnya mereka
yang menggunakan terapi peroral jangka lama.
Trauma persalinan akibat bayi besar
Edukasi7
makan makanan yang bernutrisi cukup serat & berolahraga
kontrol selalu kehamilan
bersihkan genital dari depan ke belakang
keringkan genital dengan tissue atau handuk kering untuk mengurangi komplikasi ISK
Prognosis7
Gestational diabetes umumnya sembuh setelah bayi lahir. Berdasarkan studi yang
berbeda, kemungkinan terjadinya GDM pada kehamilan kedua adalah antara 30 dan 84%,
tergantung pada latar belakang etnis. Kehamilan kedua dalam waktu 1 tahun dari kehamilan
sebelumnya memiliki tingkat kekambuhan yang lebih tinggi.
Wanita yang didiagnosis dengan diabetes gestational memiliki peningkatan risiko
diabetes mellitus tipe 2 di masa depan. Risiko tertinggi pada perempuan yang membutuhkan
pengobatan insulin, memiliki antibodi yang berhubungan dengan diabetes (seperti antibodi
terhadap glutamat dekarboksilase, insulinoma antigen-2), dan wanita yang obesitas. Wanita
yang membutuhkan insulin untuk mengelola diabetes gestasional memiliki risiko 50% akan
terkena diabetes mellitus tipe 2 dalam lima tahun ke depan. Tergantung pada populasi yang
diteliti dan kriteria diagnostik risiko dapat bervariasi. Risiko tertinggi tampaknya dalam 5
tahun pertama setelahnya. Salah satu penelitian panjang mengikuti sekelompok perempuan
dari Boston dan Massachusetts, setengah dari mereka menderita diabetes setelah 6 tahun, dan
lebih dari 70% menderita diabetes setelah 28 tahun.
Anak dari ibu dengan GDM memiliki peningkatan risiko untuk obesitas dewasa dan
peningkatan risiko intoleransi glukosa dan diabetes tipe 2 di kemudian hari.
Kesimpulan
20 |Diabetes Gestasional
Hipotesa diterima bahwa wanita tersebut mengalami GDM. Dengan gejala-gejala
poliuri, polidipsi, lemas, gatal pada kemaluan, dan didapatkan kadar gula darah yang tinggi
baik puasa maupun post prandial. Penatalaksanaan ditujukan pada edukasi pasien tentang diet,
pengendalian berat badan, aktivitas fisik. Jika gagal baru akan diterapi insulin sedangkan obat
antidiabetik oral tidak digunakan karena dapat menyebabkan teratogenik pada janin.
Daftar Pustaka
1. Adam JMF. Skrining diabetes mellitus pada kehamilan. Ujung Pandang: PT. Organon;
2002.h. 105-13.
2. Markum HMS. Anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta; Interna Publishing;
2011.h.11-25, 47-8, 61, 155-65.
3. Gleadle Jonathan. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit
Erlangga; 2007.h.12-21.
4. Setiati S, Rinaldi I, Ranitya R, Purnamasari D. Lima puluh masalah kesehatan di bidang
ilmu penyakit dalam. Buku kedua. Jakarta: Interna Publishing; 2011.h.140-7.
5. Kelly L, Evans L, Messenger D. Controversies around gestational diabetes. Practical
information for family doctors. Can Fam Physician; 2005.h. 688-95.
6. American Diabetes Association. Gestational Diabetes Mellitus. New york: Diabetes
Care; 2004.h. 88-90.
7. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Departemen Kesehatan RI 2005.
Pharmaceutical care untuk penyakit diabetes mellitus. Diunduh dari:
http://binfar.kemkes.go.id 24 November 2014.
8. Mansjoer A,Triyanti K, Savitri R, Wardhani IW, Setiowulan W. Kapita selekta
kedokteran. 3th ed. Jakarta: Media Aesculapius; 2002.h. 285.
9. Gabbe S.G, Niebyl J.R, Simpson J.L. Obstetric: Normal and Problem Pregnancies. 4th
ed. New York: Churchill Livingstone; 2002.h. 110-5.
10. Chu SY, Callaghan WM, Kim SY, Schmid CH, Lau J, England LJ, Dietz PM. Maternal
obesity and risk of gestational diabetes mellitus. New york: Diabetes Care; 2007.h.
2070-6.
11. Buku Acuan Nasional. Diabetes Mellitus Gestasional (DMG). Dalam: Pelayanan
Kesehatan Maternal Dan Neonatal. 1st ed. Jakarta : JNPKKR-POGI; 2002.h. 290-299.
21 |Diabetes Gestasional