DM laporan

29
BAB I KASUS Anamnesis Identitas Nama : Ny. Zaenafsiyah sutoro Umur : 56 th Status : Janda, mempunyai anak tujuh Alamat : Ngadiharjo Pekerjaan : Ibu rumah tangga RPS Pasien menderita diabetes mellitus sejak 5 tahun yang lalu. Pada tahun- tahun awal, pasien mengeluh lebih sering makan dan minum, namun kondisi badannya tetap lemah dan berat badan cenderung menurun. Pasien mengaku aktifitasnya tidak terlalu terganggu, masih kuat jalan jauh. Frekuensi buang air kecil meningkat 4-5 kali dari biasanya, pasien juga mengeluh sering pusing dan kesemutan dibagian kaki kirinya. Pasien juga sering mengeluh berdebar- debar.Pasien rutin kontrol pada awal- awal tahun penyakitnya, namun mulai tahun ketiga sering lupa kontrol sejak di rujuk ke RST karena jarak yang jauh, namun langsung membeli obat yang biasa di berikan dokter ke apotek (metformin dan gilbenclamide), pasien juga rutin meminum rebusan-rebusan jamu tradisional. 1

description

laporan ppk,kuliah, lapangan

Transcript of DM laporan

Page 1: DM laporan

BAB I

KASUS

Anamnesis

Identitas

Nama : Ny. Zaenafsiyah sutoro

Umur : 56 th

Status : Janda, mempunyai anak tujuh

Alamat : Ngadiharjo

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

RPS

Pasien menderita diabetes mellitus sejak 5 tahun yang lalu. Pada tahun- tahun awal,

pasien mengeluh lebih sering makan dan minum, namun kondisi badannya tetap lemah

dan berat badan cenderung menurun. Pasien mengaku aktifitasnya tidak terlalu

terganggu, masih kuat jalan jauh. Frekuensi buang air kecil meningkat 4-5 kali dari

biasanya, pasien juga mengeluh sering pusing dan kesemutan dibagian kaki kirinya.

Pasien juga sering mengeluh berdebar- debar.Pasien rutin kontrol pada awal- awal tahun

penyakitnya, namun mulai tahun ketiga sering lupa kontrol sejak di rujuk ke RST karena

jarak yang jauh, namun langsung membeli obat yang biasa di berikan dokter ke apotek

(metformin dan gilbenclamide), pasien juga rutin meminum rebusan-rebusan jamu

tradisional.

Pada saat ini, kondisi pasien lebih baik dari sebelumnya, keluhan- keluhan seperti pegal,

pusing- pusing, sudah tidak terlalu dirasakan. Hanya kesemutan dan kesulitan melihat

yang masih dirasakan terberat. Gula darah sewaktu 305 mg/dl. Gula darah puasa 160

mg/dl. Sedangkan gula darah post prandial 400 mg/dl. Setelah mengalami pengobatan

gula darah sewaktunya 200 mg/dl.

1

Page 2: DM laporan

Anamnesis sistem

Cerebrospinal : demam(-), pusing(+)

Cardiovaskuler : berdebar-debar(+)

Respirasi : sesak nafas(-)

Digesti : nafsu makan (+), BAB normal dan tidak ada gangguan

Urogenital : BAK 4-5 kali, terus-terusan. Warna normal.

Muskoloskeletal : kesemutan(+) kesemutan terutama kaki kiri(+),nyeri kaki kiri(+)

Integumentum : (-)

RPD

Belum pernah mondok.

Riwayat DM disangkal

Pasien menderita hipertensi sejak awal DM.

RPK

Riwayat DM disangkal

Suami pasien meninggal karena decom. Kordis

Riwayat hipertensi disangkal.

LINGKUNGAN

Lingkungan rumah bersih, pasien sudah mulai mengurangi asupan gula. Porsi makan

setengah dari yang biasa, frekuensi makan tidak teratur. Pasien gemar mengkonsumsi

gudangan dan ketela. Pasien rutin menkonsumsi jamu- jamuan rebusan. Tetangga pasien

juga ada yang mengalami Diabetes Melitus yang berat sampai borok.

KESIMPULAN DD

Diagnosis differential untuk pasien sementara menderita DM, karena pada anamnesis

ditemukan trias klasik DM + BB yang cenderung turun.

2

Page 3: DM laporan

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : baik.

Vital sign : - suhu : normal

- Pernapasan : 18x/menit

- Nadi : 98x/menit

- TD : 140/90 (155/85 dua bulan yang lalu)

Berat badan : 58 kg

Tinggi badan : 157cm

Kepala : konjungtiva anemis, sklera ikterik. Tidak terlihat bayangan putih pada kornea,

ataupun mikro

Leher : tidak dilakukan

Thorax: tidak dilakukan

Abdomen: tidak dilakukan

Anggota gerak: tidak dialakukan

Kulit: tidak ada tanda2 edem pada kaki maupun luka yang lama sembuh.

DD

DM juga terjadi hipertensi.

Pemeriksaan lanjutan

GDS

GDP

GD2PP

Glukosa Urin

TTGO

DIAGNOSIS KERJA

Diabetes mellitus tipe 2

3

Page 4: DM laporan

RENCANA TATA LAKSANAAN

1. Diet

3 kali makan besar disertai 2-3 kali camilan.

Makan- makanan dengan indeks diet yang mengenyangkan seperti sayuran, agar-

agar dan kolang kaling.

2. Olahraga

Teratur minimal 3 kali sehari dengan tidak melebihi 50 -60 % dari intensitas jantung

(220-usia)

Farmakologi

Metformin 2x500 mg sehari. Diberikan setelah makan atau bersamaan dengan makanan.

Glibenklamide 1x2,5-5 mg sehari

Neuralgin 3x1

4

Page 5: DM laporan

BAB II

PEMBAHASAN

Interpretasi hasil anamnesis

Diabetes melitus adalah gangguan endokrin yang paling banyak dijumpai.

Diabetes Mellitus atau DM dibagi menjadi beberapa tipe menurut WHO.

Diabetes dibagi menjadi tiga tipe:

Tipe 1 diabetes atau insulin dependent.

Tipe 2 atau non insulin dependent

Tipe gestasional

Tipe lain: yaitu hiperglikemik yang terjadi selama kehamilan.

Insidensi terbanyak adalah pada DM type 2 (dynaweb). Faktor resiko DM type 2

umumnya terjadi pada pasien dengan usia diatas 45 tahun, menderita obesitas Pada

pasien dengan DM type 2 disebabkan karena kelainan sekresi insulin, baik pada resistensi

sel-sel sasaran terhadap insulin maupun gangguan pengikatan pada sel-sel sasaran.

Pada pasien DM biasanya terdapat trias klasik Diabetes mellitus yang meliputi polifagi,

polidipsi, dan poliuri. Yang juga ditemukan pada anamnesis dengan Ny.Z. Hal tersebut

5

Page 6: DM laporan

disebabkan karena pada pasien DM yang notabene menyebabkan kekurangan maupun

defisiensi insulin pada pasien.

Skema1. defisiensi insulin

Defisiensi insulin menyebabkan menyebabkan pengeluaran glukosa oleh hati

meningkat, dan juga menyebabkan penyerapan glukosa pada sel menurun kedua hal itu

dapat menyebabkan hiperglikemia. Hiperglikemia menyebabkan diuresis osmotik

kemudian glukosaria yang menyebabkan poliuri dan akhirnya menyebabkan dehidrasi.

Untuk mengatasi pengurangan cairan yang berlebihan dari tubuh, tubuh

mengkompensasinya dengan banyak minum atau polidipsi. Kemudian disatu sisi terjadi

kekurangan penyerapan glukosa oleh sel sendiri. Dan akhirnya terjadi defisiensi glukosa

intrasel yang menyebabkan polifagi. Pada anamnesis dengan Ny. Z, dirinya mengeluh

sering banyak makan tapi tidak menambah tenaganya atau seperti tidak berpengaruh. Hal

ini sesuai dengan teori polifagi, juga pada keluhan lain seperti dirinya mengeluh sering

buang air kecil dan sering banyak minum.

Pada Diabetes Mellitus tipe 2 terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan

reseptor. Kelainan ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor pada

membran sel yang selnya responsif terhadap insulin atau akibat ketidak normalan

reseptor insulin intrinsik. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara kompleks

reseptor insulin dengan sistem transport glukosa. Ketidaknormalan postreseptor dapat

menggangu kerja insulin. Pada akhirnya, timbul kegagalan sel beta dengan menurunnya

jumlah insulin yang beredar dan tidak lagi memungkinkan untuk mempertahankan

euglikemia. Sekitar 80% pasien diabetes tipe 2 mengalami obesitas, karena obesitas

berkaitan dengan resistensi insulin, maka akan timbul kegagalan toleransi glukosa.

Pengurangan berat badan sering kali dikaitkan dengan perbaikan dalam sensitivitas

insulin dan pemulihan toleransi glukosa.

Interpretasi pemeriksaan

Dari pemeriksaan tekanan darah diketahui tekanan darah pasien adalah 140/90mmHg.

Dua bulan yang lalu diketahui tekanan darah Ny. Z 155/85mmHg.

6

Page 7: DM laporan

Pertama kali pasien melakukan pemeriksaan kadar gula darah sekitar 305 mg/dl.

Kemudian dilakukan pemeriksaan gula darah puasa 160 mg/dl dan dilakukan

pemeriksaan gula darah puasa setelah makan 400 mg/dl. Setelah melakukan pemeriksaan

tersebut didapatkan bahwa pasien tersebut mengalami Diabetes Mellitus.

Alasan DD

Untuk pasien sementara menderita DM, karena pada anamnesis ditemukan trias klasik

DM yaitu poliuri, polidipsi dan polifagi. Serta didukung dengan hasil dari pemeriksaan

penunjang yang telah dilakukan.

Alasan diagnosis kerja

Karena pada pasien didapatkan Trias klasik khususnya pada Diabetes Mellitus, pasien

mudah lelah dan dari hasil pemeriksaan penunjang, mendukung adanya Diabetes Mellitus

tipe 2.

Penatalaksanaan

1. Farmakologis

Tujuan : untuk mempertahankan kadar gula darah dalam kisaran yang normal.

Tujuan terapi jangka pendek untuk penderita diabetes melitus tipe 2 adalah

untuk mengurangi tanda dan gejala yang muncul, seperti poliuria (banyak buang air

kecil), polidipsia (banyak minum), dan polifagia (banyak makan) dan untuk

menormalkan kadar glukosa darah. Kira-kira 80% dari semua pasien tipe-2 adalah

terlalu gemuk dengan kadar gula tinggi sampai 17-22 mmol/l, sehingga kadar gula

darah perlu dikontrol dengan nilai normal (4-7 mmol/l).

Tujuan terapi jangka panjang adalah memperlambat laju perkembangan

komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular. Komplikasi mikrovaskular seperti

retinopati (penyakit mata), neuropati (kerusakan pada saraf), nefropati (kerusakan

ginjal). Komplikasi makrovaskular adalah seperti penyakit kaki, keadaan ini

merupakan akibat penyakit pembuluh darah perifer (kaki yang dingin dan nyeri), dan

peningkatan kecenderungan untuk terinfeksi, sehingga terbentuk ulkus, gangren dan

kaki charcot (kaki hangat/panas dengan kerusakan sendi).

Untuk mencapai kedua tujuan ini adalah sangat penting mengusahakan

regulasi yang optimal. Regulasi yang optimal dimaksudkan bahwa sepanjang hari

7

Page 8: DM laporan

kadar gula darah pada penderita diabetes sangat berfluktuasi, sehingga hendaknya

kadar gula darah dikendalikan dengan nilai normal (4-7 mmol/l). Kontrol glikemik

yang baik menghambat timbul dan berkembangnya semua penyakit mikrovaskular,

penyakit makrovaskular jarang terjadi pada pasien yang tekanan darahnya dapat

terkontrol dengan baik (<140/90 mmHg).

Biguanid

Metformid : Terdapat dalam konsentrasi yang tinggi didalam usus dan hati, tidak

dimetabolisme tetapi secara cepat dapat dikeluarkan melalui ginjal. Karena

cepatnya proses tersebut maka metformin biasanya diberikan 2-3x sehari.

Mekanisme kerja: Metformin menurunkan glukosa darah melalui pengaruhnya

terhadap kerja insulin pada tingkat selular, distal reseptor insulin dan menurunkan

produksi glukosa hati. Metformid meningkatkan pemakaian glukosa oles sel usus

sehingga menurunkan glukosa darah dan juga diduga menghambat absorpsi

glukosa di usus sesudah asupan makan. Setelah diberikan secara oral metformin

akan mencapai kadar tertinggi dalam darah setelah 2 jam dan diekresikan lewat

urin dalam keadaan utuh dengan waktu paruh 2-5 jam. Efek metformin diduga

terjadi melalui peningkatan penggunaan glukosa oleh jaringan perifer yang

dipengaruhi AMP acticated protein kinase (AMPK) yang merupakan regulator

selular utama bagi metabolisme lipid dan glukosa. Efek sampingnya: gangguan

saluran pencernaan dan asidosis laktat.

Sulfonilurea

Mekanisme kerja: Merangsang channel K yang tergantung pada ATP dari sel beta

penkreas. Bila sulfonilurea terikat pada reseptor (SUR) channel tersebut akan

terjadi penutupan. Keadaan ini menyebabkan terjadinya penurunan permeabilitas

K pada membran sel beta, terjadi depolarisasi membran dan membuka channel Ca

tergantung voltase dan menyebabkan peningkatan Ca intrasel. Ion Ca akan terikat

pada calmodulin dan menyebabkan eksositosis granul yang mengandung insulin.

Golongan obat ini bekerja dengan merangsang sel beta pankreas untuk

melepaskan insulin yang tersimpan. Efek sampingnya: peningkatan berat badan

dan hipoglikemik.

Inhibitor alpha glukosidase

8

Page 9: DM laporan

Akarbosa menghambat pencernaan karbohidrat dan mengurangi absorpsi glukosa

di usus. Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim alpha

glukosidase didalam saluran cerna sehingga dengan demikian menurunkan

penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia

Efek sampingnya: kembung dan diare.

Regulator glukosa setelah makan

Repaglinid, menstimulasi pelepasan insulin oleh sel beta pankreas. Efek

sampingnya: disfungsi hati.

Glitazone

Golongan obat yang juga mempunyai efek farmakologis untuk meningkatkan

sensivitas insulin. Monoterapi dengan glitazone dapat memperbaiki konsentrasi

glukosa darah puasa hingga 59-80 mg/dl dan A1C 1,4-2,6%

Mekanisme kerja: Merupakan agonist peroxisome priliferator activated receptor

gamma (PPAR) yang sangat selektif dan poten. Reseptor PPAR gamma terdapat

dijaringan target kerja insulin seperti jaringan adiposa, otot skelet dan hati, sedang

reseptor pada organ tersebut merupakan regulator homeostasis lipid, diferensiasi

adiposit dan kerja insulin.

Glitazone dapat merangsang ekspresi beberapa protein yang dapat memperbaiki

sensivitas insulin dan memperbaiki glikemia serta dapat mempengaruhi ekspresi

dan pelepasan mediator resistensi insulin seperti TNF alpha, leptin dan lain-lain.

Penatalaksanaan terapi untuk diabetes dibagi menjadi beberapa aspek dan tujuan,

daintaranya memelihara kadar atau konsentrasi glukosa darah dalam batas normal dan

untuk mencegah perkembangan komplikasi penyakit dalam jangka waktu lama.

Pengurangan BB, latihan dan modifikasi diet menurunkan rsistensi insulin dan

memperbaiki hiperglikemia diabetes type 2 pada beberapa penderita. Walaupun demikian

kebanyakan tergantung pada campur tangan obat hipoglikemik oral. Terapi insulin

mungkin diperlukan untuk mencapai kadar glukosa serum yang memuaskan.

9

Page 10: DM laporan

Drugs of choice

Antidiabetika Oral Kombinasi Metformin dan Glibenklamid

Kombinasi ini sangat cocok digunakan untuk penderita diabetes melitus tipe 2

pada pasien yang hiperglikemianya tidak bisa dikontrol dengan single terapi (metformin

atau glibenklamid saja), diet, dan olahraga. Di samping itu, kombinasi ini saling

memperkuat kerja masing-masing obat, sehingga regulasi gula darah dapat terkontrol

dengan lebih baik. Kombinasi ini memiliki efek samping yang lebih sedikit, apabila

dibandingkan dengan efek samping apabila menggunakan monoterapi (metformin atau

glibenklamid saja). Metformin dapat menekan potensi glibenklamid dalam menaikkan

berat badan pada pasien diabetes melitus tipe 2, sehingga cocok untuk pasien diabetes

melitus tipe 2 yang mengalami kelebihan berat badan (80% dari semua pasien diabetes

melitus tipe 2 adalah terlalu gemuk dengan kadar gula tinggi sampai 17-22 mmol/l).

METFORMIN HIDROKLORID

Indikasi : menekan nafsu

makan, tidak

meningkatkan berat

badan, indikasi lain

penggunaannya

dalam kombinasi

dengan sulfonilurea

adalah untuk pasien

diabetes melitus tipe

2 dengan hasil yang

tidak memadai hanya dengan pemberian terapi sulfonilurea.

10

Page 11: DM laporan

Dosis : 3 kali sehari 500 mg, atau 2 kali sehari 850 mg, diminum yang diberikan pada

waktu makan. Bila perlu dosis dinaikkan dalam waktu 2 minggu sampai maksimal

3 kali sehari 1g.

Efek Samping : agak sering tejadi dan berupa gangguan lambung-usus, antara lain

anorexia (kehilangan nafsu makan), mual, muntah, keluhan abdominal, diare

terutama pada dosis di atas 1,5 g/hari. Efek tersebut berhubungan dengan dosis

dan cenderung terjadi pada awal terapi dan bersifat sementara.

Kontraindikasi : kontraindikasi pada pasien yang menderita penyakit ginjal, alkoholisme,

penyakit hati.

Perhatian : Berhubung kekurangan data mengenai keamanannya, maka metformin tidak

dianjurkan selama kehamilan dan laktasi. Sebagai gantinya selalu disuntik dengan

insulin.

Sulfonilurea

Indukasi: merangsang pelepasan insulin dari sel Β-pankreas, mengurangi kadar glukagon

dalam serum, meningkatkan peningkatan jaringan target dan reseptor.

Sulfonilurea golongan I

Klorpropamid (Diabenese)

Indikasi : NIDDM

Kontra-indikasi : diabetes juveil, NIDDM berat atau tidak stabil. Ketoasidosis,

pembedahan, infeksi berat, trauma, ggn fungsi hati, ginjal atau tiroid. Hamil.

Bentuk sediaan & dosis : tablet 100 mg ; tablet 250 mg dan pasien paruh baya 250

mg/hari, usia lebih tua 100-125 mg/hari. Aturan pakai 3 x sehari bersama

makanan.

11

Page 12: DM laporan

Efek samping : ikterus kolestatik, reaksi seperti disulfiram, mual, muntah, diare,

anoreksia.

Resiko khusus : pada penderita gangguan fungsi ginjal dan wanita menyusui.

Sulfonilurea golongan II

Glipizid (Aldiab)

Indikasi : NIDDM

Kontra-indikasi : DM ketoasidosis dengan atau tanpa koma, juvenile DM, ggn

fungsi ginjal, hati yang berat.

Bentuk sediaan & dosis : tab 5 mg dan dosis awal 15-30 mg 1x /hari sebelum

makan pagi, dosis ditambah 2,5-5 mg tergantung kadar gula

darah.

Efek samping : ggn GI, hipoglikemik, reaksi alergi kulit eritema, erupsi

makulopapular, urtikaria, pruritus, eksema, porfiria,

fotosensitifitas. Reaksi seperti disulfiram. Reaksi

hematologik:agranulositois, leukopenia, trombositopenia,

anemia plastesik, anemia hemolitik, pansetopenia, pusing,

mengantuk, sakit kepala. Peningkatan AST, LDH, alkaline

phosphatese, BUN & kreatinin.

Resiko khusus : penderita hati, ginjal dan wanita hamil.

Glimepirid (Amadiab)

Indikasi : DM tipe II (NIDDM)

Kontra-indikasi : DM tipe 1, diabetik ketoasidosis, prekoma atau koma

diabetikum, hipersensitif terhadap glimepirid, hamil,

laktasi.

12

Page 13: DM laporan

Bentuk sediaan & dosis : kapl 1 mg; 2 mg; 3 mg; 4 mg. Dosis 1 mg 1 x/hari dosis

dinaikkan selama 1-2 minggu.

Efek samping : hipoglikemik, ggn visual sementara, ggn GI, kerusakan hati.

Trombopenia, leukopenia.

Resiko khusus : hipersensitif & ggn fungsi hati.

Glibenklamid

Indikasi : digunakan untuk diabetes melitus tipe 2 dimana kadar gula darah tidak dapat

dikontrol hanya dengan diet saja.

Dosis : dosis awal 2,5 mg per hari atau kurang, rata-rata dosis pemeliharaan adalah 5-10

mg/hari, dapat diberikan sebagai dosis tunggal. Tidak dianjurkan memberikan

dosis pemeliharaan lebih dari 20mg/hari.

Efek samping : hipoglikemia yang dapat terjadi secara terselubung dan adakalanya tanpa

gejala yang khas, agak terjadi gangguan lambung-usus (mual, muntah, diare),

sakit kepala, pusing, merasa tidak enak di mulut, gangguan kulit alergis.

Kontraindikasi : pasien usia lanjut, gangguan hati dan ginjal, wanita hamil dan menyusui.

Peringatan : dapat menimbulkan kenaikkan berat badan atau hipoglikemia.

13

Page 14: DM laporan

RESEP

dr.Ani

sip :121281080

alamat: jalan kaliurang km14

no. Tlp (0274) 788999

Yogya, 21 jun. 09

R/ metformin 500mg

Tablet da no. XXX

S. 2 d.d 1 tablet (sebelum sarapan)

R/ glibenclamide 2,5mg

Tab. Da no XXX

S. d.d 1 tablet

Pro: Ny. Zaenafsyah

Umur: 56 tahun

14

Page 15: DM laporan

2. Non farmakologis

Terapi non farmakologis untuk DM type 2

Pendidikan pada Pasien

Agar pengobatan diabetes mellitus dapat optimum pasien perlu diberikan pengetahuan

tentang segala hal yang berkaitan dengan diabetes mellitus. Tetapi tidak hanya untuk

pasien juga untuk keluarganya harus mendapat pengetahuan yang cukup mendalam

mengenai peyebab dan strategi terapi diabetes mellitus. Pengobatan akan diperudah bia

pasien mampu membuat keputusan-keputusan yang tepat dalam perawatan penyakitnya

sehari-hari.

Pemberian pengetahuan secara dini hendaklah menekankan pentingnya segi-segi praktis

pengobatan penyakit, yang meliputi perencanaan diet dan tekhnik pemantauan glukosa

dan keton-keton. Perlu disampaikan kepada pasien kaitan-kaitan yang ada antara diet,

aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan.dukungan dari dokter (pemberi

diagnosis/sebagai pemberi instruksi), apoteker (pemberi obat dan informasi), dan ahli gizi

serta perawat (untuk membantu perawatan) merupakan hal penting dalam mencapai

sasaran pemberian pengetahuan. Pemberian pengetahuan dan pengobatan akan paling

efektif bila semua unsur profesional tersebut saling berkomunikasi mengenai pasiennya

secara perorangan.

Diet

Diet merupakan hal penting pada semua jenis diabetes mellitus dan juga bermanfaat bagi

pasien yang menderita gangguan toleransi glukosa. Tujuan terapi diet hendaknya

diberitahukan kepada pasien dan ahli gizi yang merawat dan sasaran pemberian diet

supaya ditelaah ulang secara teratur. Rencana makanan harus dibuat dengan

mempertimbangkan kesukaan, penghasilan dan kebutuhan masing-masing pasien.

bahan Makanan Yang Harus Di Batasi

Sumber hidrat arang kompleks seperti nasi, lontong, roti, ubi, singkong, mie, bihun,

macaroni dan makanan lain yang dibuat dari tepung-tepungan.

15

Page 16: DM laporan

Bahan Makanan Yang Harus Di hindari

Gula murni dan makanan yang diolah dengan gula murni, seperti gula pasir, gula jawa,

gula-gula dodol, coklat, jam, madu, sirup, coca-cola, susu kental manis, es krim, kue-kue

manis, coke, tarcis, buah dalam kaleng, dendeng, abon, kecap, dan lain-lain

Perencanaan modifikasi diet mulai dari sasaran kalori, konsistensi, komposisi makanan

dengan karbohidrat 50-60%; protein 10-20%; lemak 25-30%; serat 25 g/1000 kkal;

pemanis buatan, dan penggunaan alkohol harus dibatasi. Makan 3 kali sehari dan camilan

3 kali sehari. Usahakan jam camilan diberi asupan makanan yang mengenyangkan,

seperti agar- agar atau rumput laut.

o Pengaturan makan atau diet bagi penderita DM merupakan salah satu upaya

terpenting dalam mempertahankan kadar glukosa darah, kami anjurkan Anda

konsultasi dengan dokter/ahli gizi tentang hal ini

o Gunakan daftar makanan penukar sehingga Anda dapat memilih bahan makanan

yang disukai dengan menu keluarga.

o Pada awal terapi atau kadar glukosa belum terkontrol dianjurkan menimbang

makanan sesuai petunjuk dokter/ahli gizi. Bila kadar glukosa sudah terkontrol,

Anda dapat makan dari menu keluarga, asal jumlah makanan ditakar

( menggunakan ukuran rumah tangga ).

o Gunakan prinsip 3 J

a. Tepat Jumlah bahan makanan

b. Tepat Jadwal Makan

c. Tepat Jenis bahan makanan

16

Page 17: DM laporan

KANDUNGAN KOLESTEROL DARI PER 100 Gr MAKANAN

No Nama makanan per 100 gr Kolesterol

( mg )

Kategori

1 Putih telur ayam 0 Sehat

2 Teripang ( haisom ) 0 Sehat

3 Ubur-ubur 0 Sehat

4 Susu sapi non fat 0 Sehat

5 Daging ayam pilihan tanpa kulit 50 Sehat

6 Daging bebek pilihan  tanpa kulit 50 Sehat

7 Ikan sungai biasa 55 Sehat

8 Daging sapi pilihan tanpa lemak 60 Sehat

9 Daging babi pilihan tanpa kulit 60 Sehat

10 Daging kelinci 65 Sehat

11 Daging kambing tanpa lemak 70 Sehat

12 Ikan ekor kuning 85 Sehat

13 Daging asap (ham) 98 Sekali-Sekali

14 Iga sapi 100 Sekali-sekali

15 Iga babi 105 Sekali-sekali

16 Daging sapi 105 Sekali-sekali

17 Burung dara 110 Sekali-sekali

18 Ikan bawal 120 Sekali-sekali

19 Daging sapi berlemak 125 Sekali-sekali

20 Gajih sapi 130 Hati-hati

21 Gajih kambing 130 Hati-hati

22 Daging babi berlemak 130 Hati-hati

23 Keju 140 Hati-hati

24 Sosis daging 150 Hati-hati

25 Kepiting 150 Hati-hati

26 Udang 160 Hati-hati

27 Kerang / seafood 160 Hati-hati

28 Belut 185 Hati-hati

29 Santan kelapa 185 Berbahaya

30 Gajih babi 200 Berbahaya

31 Susu sapi 250 Berbahaya

32 Susu sapi krim 280 Berbahaya

33 Coklat /cacao 290 Berbahaya

34 Mentega / margarine 300 Berbahaya

35 Jeroan sapi 380 Berbahaya

36 Jeroan babi 420 Berbahaya

37 Kerang putih / remis / tiram 450 Berbahaya

38 Telur ayam 500 Berbahaya

39 Jeroan kambing 610 Berbahaya

40 Cumi-cumi 1170 Pantang

17

Page 18: DM laporan

41 Kuning telur ayam 2000 Pantang

42 Otak sapi 2300 Pantang

43 Otak babi 3100 Pantang

44 Telur burung puyuh 3640 Pantang

o Kolesterol normal dalam darah : 160 - 200 mg

o Kolesterol tinggi mengakibatkan penyakit mendadak seperti hipertensi, jantung,

stroke dan kematian.

Olah Raga

Berolah raga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar glukosa darah tetap

normal. Prinsipnya, tidak perlu olah raga berat tetapi olah raga ringan asal dilakukan

secara teratur akan sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan. Olah raga yang disarankan

adalah yang bersifat CRIPE (Continuous, Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance

Training). Sedapat mungkin mencapai zona sasaran 75-85% denyut nadi maksimal (220-

umur). Disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penderita. Ctoh olah raga yang

disarankan seperti jalan atau lari pagi, bersepeda, berenang dll.

18

Page 19: DM laporan

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

Umumnya penyebab Dibetes Mellitus tipe 2 adalah karena gaya hidup atau

obesitas pada usia menengah dan manula yang diakibatkan karena resistensi terhadap

kerja insulin dijaringan perifer. Pada obesitas jumlah reseptoe insulin di dalam sel target

insulin diseluruh tubuh, membuat jumlah insulin yang ada kurang efektif dalam

meningkatkan metabolik insulin.

Penatalaksanaan dari Diabetes Mellitus adalah dengan diberikan obat golongan

Biguanid yang berguna untuk mengurangi retensi insulin dan glukoneogenisis di hati.

Serta diberikan obat golongan sulfonilurea yang dapat meningkatkan pelepasan insulin

dari sel beta pankreas dengan menutup salurak K+ yang akan menyebabkan depolarisasi

sel.

Saran

Pasien harus teratur meminum obat yang diberikan.

Kontrol kadar gula darah setiap bulan sekali.

Apabila obat yang diberikan sudah habis, pasien diharapkan untuk kembali lagi ke

dokter untuk di cek kembali.

Kurangi makan-makanan yang manis-manis.

Diet Sumber hidrat arang kompleks seperti nasi, lontong, roti, ubi, singkong, mie,

bihun, macaroni dan makanan lain yang dibuat dari tepung-tepungan.

19

Page 20: DM laporan

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Tuomilehto J, Lindström J, Eriksson JG, et al. Prevention of type 2 diabetes mellitus by

changes in lifestyle among subjects with impaired glucose tolerance. N Engl J Med

2001;344:1343-50

Manson JE, Rimm EB, Stampfer MJ, et al. Physical activity and incidence of non-

insulin-dependent diabetes mellitus in women. Lancet 1991;338:774-8

Helmrich SP, Ragland DR, Leung RW, Paffenbarger RS Jr. Physical activity and

reduced occurrence of non-insulin-dependent diabetes mellitus. N Engl J Med

1991;325:147-52

Davey, Patrick. At a glance medicine. 2003. Penerbit Erlangga: Jakarta

Price,Sylvia A., Wilson, Lorraine M. 1995. Patofisiologi konsep klinis proses-proses

penyakit.EGC: Jakarta

Soeparman.Waspadji.Sarwono.1994. Ilmu penyakit dalam.jilid 2.Jakarta:FK UI

Anonim., 2005, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Mellitus, DepKes RI.

http://dynaweb.ebscohost.com/Detail.aspx?id=113993&sid=a2f846b6-8304-4928-a7aa-

38c7e3a6c8f9@sessionmgr2#Intensive_insulin

Katzung, B.G, 2002, Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi 8, buku 2, 693-705, Penerbit

Salemba Medika : Jakarta

Neal, M.J, 2006, At Glance Farmakologi Medis, ed.5, 78-79, Penerbit Erlangga:

Jakarta.

20

Page 21: DM laporan

http://dynaweb.ebscohost.com//ShowEHostFT.aspx?

db=c8h&AN=2003155146&ftt=p&linktitle=Diabetes%20mellitus%20type

%202&currentchunkiid=113993

http://dynaweb.ebscohost.com//ShowEHostFT.aspx?

db=mnh&AN=12093202&ftt=t&linktitle=Diabetes%20mellitus%20type

%202&currentchunkiid=113993

21