Dick and Carry Lengkap
-
Upload
muliatisupandi -
Category
Documents
-
view
77 -
download
3
description
Transcript of Dick and Carry Lengkap
-
1
PELATIHAN MENDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN
MENGGUNAKAN MODEL DICK AND CAREY BAGI GURU-GURU
DI KECAMATAN PENEBEL
Oleh:
Dr. Ni Nyoman Parwati, M. Pd/196512291990032002 (Ketua) Prof. Dr. I Nengah Suparta, M.Si/196507111990031003 (Anggota)
Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggarana (DIPA)
Universitas Pendidikan Ganesha dengan SPK
Nomor : 0795/023-04.2.01/20/2012 revisi-1
Tanggal : 27 Februari 2012
FMIPA/JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
Tahun 2012
LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
-
2
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
a. Judul Program : Pelatihan Mendesain Media Pembelajaran Menggunakan
Model Dick And Carey Bagi Guru-Guru di Kecamatan
Penebel
b. Jenis Program : Pelatihan
c. Bidang Kegiatan : Pengembangan Media Pembelajaran
d. Identitas Pelaksana: 1. Ketua
- Nama : Dr. Ni Nyoman Parwati, M.Pd
- NIP : 196512291990032002
- Pangkat/Gol. : Pembina Tk.1 /IV.b
- Alamat Kantor : Jl Udayana Singaraja
- Alamat Rumah : Jl. Sri Rama, 18 Singaraja
2. Anggota
- Nama : Prof. Dr. I Nengah Suparta, M.Si
- NIP : 196507111990031003
- Pangkat/Gol. : Pembina /IV.a
- Alamat Kantor : Jl Udayana Singaraja
- Alamat Rumah : Jl. Sri Kandi, Gang Durian, No. 7 Singaraja
e. Biaya yang Diperlukan : Rp5.000.000,00 (Lima juta rupiah)
f. Lama Kegiatan : 8 bulan
Singaraja, 31 Oktober 2012
Mengetahui: Ketua Pelaksana,
Dekan FMIPA Undiksha
Prof. Dr. I. B. Pt. Arnyana, M.Si Dr. Ni Nyoman Parwati, M.Pd
NIP. 195812311986011005 NIP. 196512291990032002
Mengetahui:
Ketua LPM Undiksha
Prof. Dr. Ketut Suma, MS
NIP. 195901011984031003
-
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkat kehadapan Ida Hyang Widhi Waca, Tuhan
Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nyalah seluruh rangkaian kegiatan P2M
ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Kegiatan P2M ini dapat dilaksanakan berkat adanya bantuan dan
kerjasama yang sangat baik dari semua pihak yang terlibat. Pada kesempatan ini
kami mengucapkan teriamakasih sebesar-besarnya kepada:
1. Rektor Undiksha yang telah memberikan dana untuk pelaksanaan kegiatan
P2M ini.
2. Ketua LPM yang telah memberikan persetujuan untuk melaksanakan kegiatan
P2M dalam bentuk pelatihan.
3. Kepala Sekolah Dasar di Kecamatan Penebel yang telah menugaskan stafnya
untuk mengikuti kegiatan P2M ini.
4. Semua guru-guru peserta kegiatan P2M yang telah banyak berpartisipasi dan
kerjasama yang sangat baik selama mengikuti kegiatan P2M ini.
5. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya kegiatan P2M ini.
Kami menyadari bahwa apa yang telah kami lakukan dan hasilkan selama
melaksanakan kegiatan P2M ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak demi
penyempurnaan kegiatan P2M selanjutnya. Kami berharap semoga P2M ini dapat
memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pada umumnya dan bagi
peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran di Sekolah Dasar pada
khususnya.
Singaraja, 31 Oktober 2012
ttd
Ketua Pelaksana
-
4
DAFTAR ISI
Halaman :
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL v
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Pendahuluan dan Analisis Situasi 1
1.2 Perumusan Masalah 3
1.3 Tujuan dan Manfaat Kegiatan P2M 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 Media Pembelajaran 5
2.2 Pengembangan Desain Pembelajaran menggunakan
Model Dick & Carey 11
2.3 Kegiatan P2M yang Telah Dilakukan 22
BAB III METODE PELAKSANAAN 23
3.1 Kerangka Pemecahan Masalah 23
3.2 Metode Pelaksanaan Kegiatan 23
3.3 Aktivitas P2M 24
3.4 Waktu Efektif Pelaksanaan Kegiatan 25
3.5 Rancangan Evaluasi 25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 28
4.1 Hasil 28
4.2 Pembahasan 30
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 32
5.1 Kesimpulan 32
5.2 Saran-saran 32
DAFTAR PUSTAKA 33
LAMPIRAN 35
-
5
DAFTAR TABEL
Halaman:
Tabel 3.1 Pedoman Penilaian Media Pembelajaran 26
Tabel 3.2 Pedoman Konversi Kualitas Media Pembelajaran 26
-
6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan dan Analisis Situasi
Penjabaran dari UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional, mendasarkan pada profesionalisme guru, yaitu standar kompetensi yang
harus dikuasai seorang pendidik (guru). Dijelaskan, standar kompetensi yang
harus dimiliki guru mencakup empat jenis kompetensi yaitu: kompetensi
pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Kompetensi pedagogik adalah
kemampuan mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan peserta didik, dan
berakhlak mulia. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam, yang memungkinkannya membimbing
peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar
nasional pendidikan. Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai
bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik,
dan masyarakat sekitar (Dirjen Dikti, 2005). Persyaratan kompetensi guru tersebut
dibuktikan dengan sertifikat pendidik yang diperoleh melalui sertifikasi.
Sertifikasi guru dalam jabatan telah berlangsung sejak tahun 2006.
Berdasarkan hasil uji sertifikasi guru dalam jabatan yang telah dilakukan di Rayon
21 Universitas Pendidikan Ganesha, diketahui bahwa peserta sertifikasi yang tidak
lulus dalam penilaian fortofolio untuk kuota tahun 2011 sekitar 25% dari peserta
sertifikasi (arsip panitia sertifikasi Rayon 21 Undiksha). Selain itu, dari data
kelulusan peserta sertifikasi guru untuk tahun-tahun sebelumnya, menunjukkan
persentase ketidak lulusan yang lebih besar yaitu sekitar 40%. Melihat besarnya
angka ketidaklulusan peserta sertifikasi guru dalam jabatan, tampaknya perlu
dikaji secara lebih mendalam tentang faktor-faktor yang menghambat para peserta
untuk mencapai kelulusan dalam uji sertifikasi tersebut. Berdasarkan pengalaman
-
7
sebagai anggota assessor sertifikasi guru dalam jabatan di Rayon 21 Universitas
Pendidikan Ganesha, pengetahuan dan pengalaman para guru untuk melakukan
pengembangan perangkat pembelajaran masih sangat kurang.
Melihat kenyataan yang diuraikan di atas, tampaknya perlu dilakukan
suatu kegiatan yang mampu meningkatkan pemahaman dan keterampilan para
guru dalam mengembangkan profesionalisme, khususnya dalam pendesainan/
pengembangan media pembelajaran. Hal ini dilakukan melalui kegiatan
pengabdian pada masyarakat (P2M) sebagai salah satu kegiatan Tri Dharma
Perguruan Tinggi yang mutlak dilakukan oleh dosen. Kegiatan P2M ini dilakukan
di Kecamatan Penebel. Khalayak yang menjadi sasaran kegiatan ini adalah para
guru SD di Kecamatan Penebel, yang diambil secara acak. Kegiatan ini berupa
pelatihan dengan menekankan pada penguasaan terhadap teori dan praktek desain
media pembelajaran.
Langkah awal pelaksanaan kegiatan ini adalah melakukan analisis situasi.
Lokasi Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan, sekitar 80 km dari kota
Singaraja, dengan medan yang cukup berat. Banyak sekolah yang ada di
Kecamatan Penebel, yaitu: SD sebanyak 34 sekolah, SMP sebanyak 3 sekolah,
dan SMA satu sekolah. Lokasi sekolah dasar khususnya, sebagian besar terletak di
daerah pedesaan sehingga kegiatan P2M di bidang pendidikan yang dilakukan
oleh Universitas Pendidikan Ganesha sangat jarang sampai ke wilayah-wilayah
tersebut. SMA Negeri Penebel dan SMPN 1, terletak di kota kecamatan,
sementara dua SMP yang lain di pedesaan. Lokasi-lokasi sekolah yang sebagian
besar terletak pada daerah yang agak terpencil mengakibatkan para guru jarang
terlibat dalam kegiatan-kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh Perguruan Tinggi.
Sebagai dampaknya pengetahuan dan pemahaman para guru di wilayah ini masih
kurang terkait dengan desain pembelajaran ataupun inovasi-inovasi kegiatan
pembelajaran lainnya. Informasi yang sama, juga diperoleh dari hasil wawancara
yang dilakukan dengan beberapa guru SD, SMP, dan SMA yang ada di Penebel.
Sebagai gambaran keberadaan sekolah dan guru SD di kecamatan Penebel seperti
tabel 1.
Mempertimbangkan jumlah guru yang cukup banyak, dengan pemahaman
yang masih kurang dalam desain pembelajaran, maka dipandang perlu untuk
-
8
mengadakan kegiatan P2M yang melibatkan para guru di daerah ini. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk memotivasi para guru dan siswa di sekolah tersebut agar mau
melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar secara lebih efektif dan inovatif. Di
samping itu, agar para guru khususnya dalam mengajar mau melakukan inovasi-
inovasi sebagai bagian dari tugas profesionalismenya. Media pembelajaran yang
dikembangkan ini, diharapkan mampu memfasilitasi siswa untuk belajar dengan
lebih mudah sehingga proses dan hasil belajar dapat dicapai dengan lebih
berkualitas.
Tabel 1. Banyak Sekolah Dasar dan Guru di Kecamatan Penebel.
No. Kebendesaan Banyak SD Banyak Guru
1. Jatiluwih 4 33
2. Senganan 4 34
3. Babahan 3 25
4. Penebel 4 35
5. Buruan 4 34
6. Biaung 3 27
7. Rejasa 3 26
8. Penatahan 3 26
9. Wongaya Gede 3 25
10. Mengesta 3 25
Jumlah 34 290
Mitra dari kegiatan P2M ini adalah guru-guru SD di Kecamatan Penebel.
Guru-guru yang terlibat diambil dari tiga gugus di kecamatan Penebel sebanyak
20 orang.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam pendahuluan dan analisis situasi, maka beberapa
masalah yang berhasil diidentifikasi yang terjadi pada sebagian besar sekolah di
kecamatan Penebel adalah sebagai berikut.
1. Pengetahuan dan keterampilan para guru tentang prosedur pengembangan
media pembelajaran masih sangat kurang.
2. Pelibatan para guru dalam kegiatan ilmiah masih kurang.
3. Kinerja para guru dalam membuat media pembelajaran, masih kurang.
-
9
Secara umum masalah yang dapat dirumuskan adalah Perlunya meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan para guru dalam mendesain media
pembelajaran di kecamatan Penebel.
1.3 Tujuan dan Manfaat Kegiatan P2M
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai melalui
kegiatan P2M ini adalah: Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para guru
dalam mendesain media pembelajaran menggunakan model Dick & Carey di
Kecamatan Penebel.
Manfaat yang ingin diperoleh melalui pelaksanaan P2M ini adalah sebagai
berikut.
1) Menambah wawasan para guru tentang hakikat media pembelajaran dan
mendesain media pembelajaran menggunakan model Dick & Carey, sehingga
mereka termotivasi untuk mengembangkan media pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik siswanya.
2) Memberikan pengalaman langsung kepada guru tentang prosedur mendesain
media pembelajaran menggunakan model Dick & Carey, sehingga guru
mampu melaksanakan pembelajaran dengan lebih berkualitas, menarik, dan
inovatif.
3) Para siswa memperoleh kesempatan belajar dengan cara yang lebih mudah dan
bermakna, sehingga diharapkan hasil belajarnya akan lebih baik.
-
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka dilakukan terkait dengan teori-teori dan upaya-upaya
yang dapat dilakukan dalam memecahkan masalah mitra. Beberapa hal yang
dikaji adalah sebagai berikut.
2.1 Media Pembelajaran
2.1.1 Pengertian Media Pembelajaran
Media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang berarti segala sesuatu
yang digunakan untuk menyampaikan informasi dari sumber informasi ke
penerima. Menurut Hamidjojo (dalam Setyosari & Sihkabuden, 2005) media
adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang menyebar ide, sehingga
gagasan itu sampai kepada penerima. McLuhan memberikan batasan yang intinya
bahwa media sarana yang disebut saluran, karena pada hakikatnya media telah
memperluas dan memperpanjang kemampuan manusia untuk merasakan,
mendengar, dan melihat dalam batas jarak dan waktu tertentu. Kini dengan
bantuan media batas-batas itu menjadi tidak ada. Jadi dapat disimpulkan bahwa
media adalah suatu alat atau sarana atau perangkat yang berfungsi sebagai
perantara atau saluran atau jembatan dalam kegiatan komunikasi (penyampaian
dan penerima pesan) antara komunikator (penyampai pesan) dan komunikan
(penerima pesan).
Media pembelajaran adalah sesuatu (bisa alat, bahan, atau keadaan) yang
digunakan sebagai perantara komunikasi dalam kegiatan pembelajaran. Ada enam
kategori dasar tentang media, yaitu: teks, audio, visual, video, manipulatif (objek-
objek), dan orang (Smaldino, dkk., 2008). Teks merupakan media yang
ditampilkan dalam bentuk kata-kata yang disusun, diantaranya dalam bentuk:
buku, foster,dan computer screen. Audio adalah segala sesuatu yang dapat
didengar, misalnya: suara orang, musik, dan suara mesin. Visual diantaranya,
terdiri dari: diagram, gambar, photo, grafik, dan kartun. Video adalah media yang
menampilkan gambar bergerak, misalnya: DVD, videotape, dan animasi
komputer. Kumpulan material yaitu: objek-objek dan model-model nyata. Objek
-
11
manipulatif adalah benda-benda tiga dimensi yang dapat dipegang oleh pebelajar.
Media orang, seperti: guru, pebelajar, atau ahli bidang studi.
Penggunaan media dalam pembelajaran akan lebih efektif apabila dimiliki
pemahaman yang mendasar tentang bagaimana pebelajar belajar. Media
pembelajaran merupakan sarana untuk membantu pebelajar belajar. Sebagai guru
diharapkan mampu memilih teknologi dan media yang tepat untuk membantu
pebelajar belajar. Belajar merupakan pengembangan pengetahuan baru,
keterampilan, atau sikap sebagai interaksi individu dengan lingkungannya.
2.1.2 Landasan Media Pembelajaran
Pemilihan media pembelajaran, menurut Smaldino, dkk. (2008) memiliki
dasar-dasar atau landasan agar dapat mempermudah pebelajar belajar, meliputi: 1)
landasan psikologis, 2) landasan historis, 3) landasan teknologis, dan 4) landasan
empirik. Uraian masing-masing landasan tersebut sebagai berikut.
1) Landasan psikologis media pembelajaran
Landasan psikologis penggunaan media pembelajaran adalah rasional
mengapa media itu digunakan ditinjau dari kondisi pebelajar dan bagaimana
proses belajar itu terjadi. Walaupun telah diketahui adanya pandangan yang
berbeda tentang belajar dan bagimana belajar itu terjadi, namun dapat dikatakan
bahwa belajar adalah suatu proses yang mengakibatkan adanya perubahan prilaku
oleh adanya pengalaman. Perubahan prilaku tersebut dapat berupa bertambahnya
pengetahuan, diperolehnya keterampilan atau kecekatan dan berubahnya sikap
seseorang yang telah belajar. Pengetahuan dan pengalaman itu diperoleh melalui
alat indera pebelajar karena itu diperlukan rangsangan (menurut teori
behaviorisme) atau informasi (menurut teori kognitif) atau pengalaman (menurut
teori konstruktivisme), sehingga respon terhadap rangsangan atau informasi atau
lingkungan yang telah diproses itulah hasil belajar diperoleh.
Proses belajar terjadi secara individual sehingga apa yang terjadi pada
pebelajar A dan pebelajar B terhadap rangsangan/informasi/pengalaman yang
sama, tidak pernah menghasilkan perolehan belajar yang sama pula. Upaya yang
dapat dilakukan dalam kegiatan pembelajaran adalah menyediakan
rangsangan/informasi/pengalaman yang ditata dan diorganisasikan dengan cara
yang bermacam-macam agar pebelajar yang memiliki kondisi dan karakteristik
-
12
yang berbeda-beda dapat memperoleh pengalaman belajar yang optimal.
Penyediaan informasi dan pengalaman belajar harus disesuaikan dengan tingkat
kemampuan berpikir pebelajar.
2) Landasan historis media pembelajaran
Yang dimaksud dengan landasan historis media pembelajaran adalah
rasional penggunaan media pembelajaran ditinjau dari sejarah konsep istilah
media digunakan dalam pembelajaran.
Perkembangan konsep media pembelajaran bermula dengan lahirnya
konsepsi pengajaran visual atau alat bantu visual sekitar tahun 1923. Alat bantu
visual adalah setiap gambar, model, benda, atau alat yang dapat memberikan
pengalaman visual yang nyata kepada pebelajar. Kemudian konsep pengajaran
visual ini berkembang menjadi audio visual instruction atau audio visual
education yaitu sekitar tahun 1940. Sekitar tahun 1945 muncul beberapa variasi
nama, seperti: audio visual materials, audio visual methods, dan audio
visual devices. Intinya adalah digunakannya berbagai alat atau bahan oleh guru
untuk memindahkan gagasan dan pengalaman pebelajar melalui mata dan telinga.
Perkembangan besar berikutnya adalah munculnya gerakan yang disebut
audio visual communication pada tahun 1950-an. Dengan diterapkannya konsep
komunikasi dalam pembelajaran, penekanan tidak lagi diletakkan pada benda atau
bahan yang berupa bahan audio visual untuk pembelajaran, tetapi dipusatkan pada
keseluruhan proses komunikasi informasi atau pesan dari sumber (guru, materi,
atau bahan) kepada penerima (pebelajar).
Beberapa istilah yang muncul sebagai variasi dari istilah instruksional
materials adalah teaching/learning materials, learning resources,
educational media dan instructional media, yang secara konsepsi memiliki
makna yang sama, yaitu dimaksudkan untuk menunjukkan kegiatan komunikasi
pendidikan yang ditimbulkan dengan penggunaan media tersebut.
3) Landasan teknologis media pembelajaran
Sasaran akhir dari teknologi pembelajaran adalah memudahkan belajar
bagi pebelajar. Pada prinsipnya suatu media akan memiliki keunggulan dari media
lainnya bila digunakan oleh pebelajar yang memiliki karakteristik sesuai dengan
rangsangan yang ditimbulkan oleh media pembelajaran tersebut.
-
13
Media pembelajaran sebagai bagian dari teknologi pembelajaran memiliki
enam manfaat potensial dalam memecahkan masalah pembelajaran, yaitu:
a) Meningkatkan produktivitas pendidikan (can make education more
productive).
Media dapat meningkatkan produktivitas pendidikan, antara lain: dengan
jalan mempercepat laju belajar pebelajar dan membantu guru
menggunakan waktunya secara lebih baik. Di samping itu, media dapat
mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga guru lebih
banyak membina dan mengembangkan kegairahan belajar pebelajar.
b) Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual
(can make education more individual).
Pembelajaran menjadi lebih bersifat individual antara lain dalam variasi
cara belajar pebelajar, pengurangan kontrol guru dalam proses
pembelajaran, dan memberikan kesempatan kepada pebelajar untuk
berkembang sesuai dengan kemampuan dan kesempatan belajarnya.
c) Memberikan dasar lebih ilmiah pada pembelajaran (can give instruction a
more scientific base).
Media dapat memberikan landasan ilmiah dalam penyajian bahan. Artinya
perencanaan program pembelajaran lebih sistematis, pengembangan bahan
pengajaran dilandasi oleh penilaian tentang karakteristik pebelajar,
karakteristik bahan pembelajaran, analisis instruksional dan
pengembangan desain pembelajaran dilakukan dengan serangkaian uji
coba yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
d) Pembelajaran lebih mantap (make instruction more powerful)
Pembelajaran menjadi lebih mantap dengan jalan meningkatkan
kapabilitas manusia menyerap informasi melalui berbagai media
komunikasi, dimana informasi dan data yang diterima lebih banyak,
lengkap, dan akurat.
e) Proses pendidikan menjadi lebih langsung/seketika (can make learning
more immediate)
Pembelajaran melalui media akan memberikan pengalaman nyata dan
langsung bagi pebelajar. Media mengatasi jurang pemisah antara pebelajar
-
14
dan sumber belajar, mengatasi keterbatasan manusia pada ruang dan waktu
dalam memperoleh informasi, dan dapat menyajikan kekonkretan
meskipun tidak secara langsug.
f) Akses pendidikan menjadi lebih merata/sama (can make access to
education more equal)
Media pembelajaran yang dipakai di kelas tidak membedakan pebelajar
dan semua pebelajar mendapatkan hal yang sama melalui media yang
digunakan. Penggunaan media dimaksudkan untuk menjangkau semua
pebelajar.
4) Landasan empirik media pembelajaran
Berbagai temuan penelitian menunjukkan bahwa ada interaksi antara
pengguna media pembelajaran dan karakteristik pebelajar dalam menentukan
hasil belajar pebelajar. Artinya pebelajar akan mendapatkan keuntungan yang
signifikan bila ia belajar dengan menggunakan media yang sesuai dengan
karakteristiknya. Pebelajar yang memiliki gaya visual akan lebih mendapat
keuntungan melalui penggunaan media visual, seperti: film, video, gambar,
atau diagram; sedangkan pebelajar yang memiliki gaya belajar auditif lebih
mendapatkan keuntungan dari penggunaan media pembelajaran auditif, seperti
rekaman, radio, atau ceramah guru.
2.1.3 Peranan dan Fungsi Media Pembelajaran
Media dapat menyediakan berbagai pelayanan dalam belajar. Ketika
sebuah pembelajaran merupakan teacher centered (beroientasi pada guru) maka
media digunakan untuk mendukung penyampaian pembelajaran. Di lain pihak jika
pembelajaran merupakan students centered (berorientasi pada pebelajar/siswa)
maka, pebelajar merupakan pengguna utama dari media.
Sebagai komponen dalam pembelajaran, media memiliki fungsi yang
berbeda dengan fungsi komponen-komponen lainnya, yaitu sebagai komponen
yang dimuati pesan pembelajaran untuk disampaikan kepada pebelajar. Pada
proses penyampaian pesan ini seringkal terjadi gangguan yang mengakibatkan
pesan pembelajaran tidak diterima oleh pebelajar seperti apa yang dimaksudkan
oleh penyampai pesan (pembelajar) (Smaldino, dkk., 2008). Gangguan-gangguan
komunikasi antara pembelajar dan pebelajar ini disebabkan oleh beberapa hal
-
15
seperti: 1) verbalisme, 2) salah tafsir, 3) perhatian ganda, 4) pembentukan
persepsi tak bermakna, 5) kondisi lingkungan yang tak menunjang.
Kunci pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan gangguan
proses penyampaian pesan pembelajaran ini terletak pada media yang dipakai
dalam proses tersebut. Pemilihan media yang tepat, sesuai dengan keistimewaan
yang dimilikinya, akan dapat memperkecil gangguan-gangguan ini. Secara umum
media-media tertentu memiliki keistimewaan seperti berikut ini.
1) Kemampuan fiksatif. Artinya bahwa media memiliki kemampuan untuk
menangkap, menyimpan, dan kemudian menampilkan kembali suatu objek
atau kejadian. Dengan kemampuan itu bearati suatu objek atau kejadian
dapat digambar, dipotret, difilimkan, atau direkam kemudian dapat
disimpan lama dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan lagi dan
diamati kembali seperti kejadian aslinya.
2) Kemampuan manipulatif. Artinya bahwa dengan kemampuan ini media
dapat menampilkan kembali objek atau kejadian dengan berbagai macam
cara disesuaikan dengan keperluan. Maksudnya penampilan suatu objek
atau kejadian dapat diubah-ubah ukurannya, kecepatannya serta dapat
diulang-ulang penampilannya.
3) Kemampuan distributif. Artinya bahwa dengan kemampuan ini, dalam
sekali penampilan suatu objek atau kejadian dapat menjangkau pengamat
yang sangat banyak. Misalnya penggunaan media TV atau radio.
Dilihat dari keistimewaan-keistimewaan yang dimiliki, media mempunyai
fungsi yang jelas untuk menghindari dan memperkecil gangguan komunikasi
penyampaian pesan pembelajaran, diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Menghindari terjadinya verbalisme.
2) Membangkitkan minat/motivasi
3) Menarik perhatian pebelajar
4) Mengatasi keterbatasan; ruang, waktu dan ukuran
5) Mengaktifkan pebelajar dalam kegiatan belajar
6) Mengefektifkan pemberian rangsangan untuk belajar.
(Setyosari & Sihkabuden. 2005)
-
16
2.1.4 Pemelihan Media Pembelajaran
Ada sejumlah faktor yang perlu dipertimbangkan pembelajar dalam
memilih, mengembangkan dan menggunkan media pembelajaran. Faktor-faktor
terebut adalah:
1) Tidak ada satu media yang paling unggul untuk semua tujuan. Suatu media
hanya cocok untuk tujuan pembelajarn tertentu, tetapi belum tentu cocok untuk
yang lain.
2) Media adalah bagian integral dari proses belajar-mengajar. Hal ini berarti
bahwa media bukan sekadar alat bantu mengajar, tetapi merupakan bagian
yang tak dapat dipisahkan dari proses belajar-mengajar. Penetapan suatu media
haruslah sesuai dengan komponen yang lain dalam perangcangan
pembelajaran. Tanpa alat bantu mengajar mungkin pembelajaran tetap dapat
berlangsusng, tetapi tanpa media pembelajaran itu tidak akan terjadi.
3) Media apapun yang hendak digunakan, sasaran akhirnya adalah untuk
memudahkan belajar pebelajar/siswa. Kemudahan belajar pebelajar haruslah
dijadikan acuan utama pemilihan dan penggunaan suatu media.
4) Penggunaan berbagai media dalam suatu kegiatan pembelajaran, bukan sekadar
selingan/pengisi waktu atau hiburan, melainkan mempunyai tujuan yang
menyatu dengan pembelajaran yang sedang berlangsung.
5) Pemilihan media hendaknya objektif (didasarkan pada tujuan pembelajaran),
tidak didasarkan pada kesenangan pribadi.
6) Penggunaan beberapa media sekaligus akan dapat membingungkan pebelajar.
Penggunaan multi media tidak berarti menggunakan media yang banyak
sekaligus, tetapi media tertentu dipilih untuk tujuan tertentu dan media yang
lain untuk tujuan yang lain pula.
7) Kebaikan dan keburukan media tidak bergantung pada konkretan dan
keabstrakannya. Media yang konkret wujudnya, mungkin sukar untuk
dipahami karena rumitnya, tetapi media yang abstrak dapat pula memberikan
pengertian yang tepat.
2.2 Pengembangan Desain Pembelajaran Menggunakan Model Dick & Carey
Dalam pemahaman tradisional, proses belajar dan mengajar melibatkan,
guru, siswa, dan buku teks. Materi pelajaran yang akan diajarkan oleh guru telah
-
17
termuat dalam buku teks. Pandangan ke depan tentang pembelajaran, merupakan
suatu proses sistematis yang melibatkan komponen-komponen yang saling terkait,
seperti: pebelajar, pengajar, bahan pembelajaran, dan lingkungan belajar, semua
ini merupakan hal yang penting untuk kesuksesan belajar.
Terdapat beberapa model pengembangan desain pembelajaran secara
sistematis yang terkenal, seperti: Model Kemp, Assure, dan Dick & Carey. Model
Dick & Carey adalah yang paling banyak digunakan oleh desainer pembelajaran
dan pelatihan. Alur proses pengembangan menurut Dick & Carey (2001) adalah
seperti bagan berikut.
Ada 10 tahapan proses yang dilakukan mulai dari awal pengembangan sampai
pada produk/model sebagai hasil pengembangan, yaitu:
a. Menganalisis kebutuhan untuk mengidentifikasi tujuan (instructional goal)
b. Menganalisis pembelajaran
c. Menganalisis pebelajar dan konteksnya
d. Menuliskan tujuan unjuk kerja
e. Mengembangkan instrumen penilaian
f. Mengembangkan strategi pembelajaran
g. Mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran
h. Merancang dan melaksanakan Evaluasi formatif
i. Merevisi pembelajaran
j. Merancang dan melaksanakan evaluasi sumatif
Berikut dipaparkan tahapan pengembangan model Dick & Carey sampai
pada pembentukan produk, yaitu dari tahapan analisis kebutuhan dan identifikasi
tujuan umum sampai dengan pengembangan material pembelajaran.
-
18
2.2.1 Analisis Kebutuhan dan Identifikasi Tujuan Umum Pembelajaran
Dua pendekatan yang digunakan untuk menentukan tujuan umum
pembelajaran adalah pendekatan ahli materi dan pendekatan teknologi untuk
unjuk kerja. Tujuan umum pembelajaran yang dibuat oleh ahli materi biasanya
menggunakan kata mengetahui dan memahami terkait dengan informasi/konten.
Tujuan umum pembelajaran merupakan pernyataan yang jelas tentang
perilaku yang ditunjukkan oleh pebelajar sebagai hasil dari belajar. Tujuan umum
ini disusun berdasarkan analisis kebutuhan dalam mencermati problem dan
menentukan akar dari problem. Analisis kinerja biasanya dilakukan untuk
mengkaji problem dan akar problem yang dilakukan dengan cara wawancara,
survey, observasi, dan diskusi kelompok kecil. Dari akar permasalahan ini dibuat
beberapa alternatif pemecahan masalah. Dari beberapa alternatif pemecahan
masalah tersebut dipilih satu pemecahan yang terbaik.
Tujuan umum pembelajaran dipilih dan disempurnakan melalui proses
yang rasional yang mampu menjawab pertanyaan tentang: (a) permasalahan dan
kebutuhan, (b) kejelasan dari pernyataan tujuan, (c) ketersediaan sumber daya
pendukung dalam mendesain dan mengembangkan pembelajaran (dalam hal ini
media pembelajaran). Beberapa pertanyaan yang mesti dijawab terkait dengan
permasalahan dan kebutuhan adalah: (a) apakah kebutuhan telah dideskripsikan
dan diverifikasi? (b) apakah kebutuhan tampak dengan jelas atau nyata, baik
sekarang dan yang akan datang? (c) apakah solusi terhadap permasalahan
pembelajaran yang dipilih adalah yang paling efektif ? (d) apakah ada kesesuaian
yang masuk akal antara pemecahan masalah dengan permasalahan dan tujuan
umum pembelajaran yang diusulkan? dan (e) apakah tujuan umum pembelajaran
diterima oleh pengguna?.
Tujuan umum pembelajaran memuat pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang dibutuhkan dalam memecahkan permasalahan. Tujuan mendeskripsikan
pencapaian pembelajaran, bukan proses pembelajaran. Pernyataan tujuan fokus
pada apa yang bisa dilakukan dan konteks dimana pebelajar bisa
menggunakannya. Pernyataan tujuan umum biasanya mengandung kata:
menyelesaikan, menerapkan, dan mengelola. Prosedur yang direkomendasikan
untuk mengidentifikasi tujuan umum, mencakup langkah berikut :
-
19
a. Tulis tujuan umum.
b. Buat daftar semua perilaku yang harus ditunjukkan oleh pebelajar sebagai
hasil belajar atau tujuan yang ingin dicapai.
c. Analisis daftar perilaku yang telah dikembangkan dan pilih yang terbaik
yang mencerminkan pencapaian dari tujuan.
d. Gabungkan perilaku terpilih ke dalam pernyataan tujuan yang
mendeskripsikan apa yang ditunjukkan oleh pebelajar.
e. Evaluasi pernyataan tujuan umum yang telah direvisi dan tetapkan apakah
pebelajar yang menunjukkan perilaku tersebut akan mencapai tujuan yang
lebih umum (dari tujuan yang dibuat di awal)
2.2.2 Analisis Pembelajaran
Tujuan utama menganalisis pembelajaran adalah mengidentifikasi
keterampilan dan pengetahuan yang akan dilibatkan dalam pembelajaran.
Analisis Tujuan Umum Pembelajaran
Pertanyaan pertama desainer dalam mengidentifikasi tujuan umum adalah
apa sebenarnya yang dapat ditunjukkan/dilakukan pebelajar apabila tujuan telah
dicapai? Analisis tujuan umum dilakukan setelah ditetapkan pernyataan yang jelas
tentang pernyataan tujuan umum. Ada dua tahapan yang dilakukan dalam
menganalisis tujuan umum.
Tahap pertama yang dilakukan dalam menganalisis tujuan umum adalah
mengklasifikasikan tujuan umum ke dalam 4 domain belajar, yaitu: informasi
verbal, keterampilan intelektual, phsikomotor, dan sikap. Informasi verbal
merupakan domain belajar yang sifatnya ingatan terhadap fakta. Pada dasarnya,
tujuan pada informasi verbal ini mengharapkan pebelajar memberikan respon
spesifik terhadap pertanyaan yang spesifik, satu jawaban atau cara menjawab
pertanyaan tersebut, tidak melibatkan manipulasi simbol, pemecahan masalah,
atau menerapkan kaidah (rule). Domain belajar informasi verbal biasanya
dinyatakan menggunakan kata: sebutkan (name, state, list) dan menggambarkan
(describe).
Keterampilan intelektual adalah domain belajar yang memerlukan
pebelajar melakukan aktivitas kognitif. Ada tiga jenis keterampilan intelektual
-
20
yang umum, yaitu: pembentukan konsep, menerapkan kaidah, dan pemecahan
masalah. Pembentukan dan pemahaman konsep adalah keterampilan kognitif
dasar yang harus dikuasai oleh pebelajar. Belajar konsep umumnya dilakukan
dengan pemberian contoh dan bukan contoh. Model Taba dan Bruner mengkaji
secara lebih mendalam tentang belajar konsep ini (Degeng, tanpa tahun).
Kaidah dan pemecahan masalah merupakan keterampilan intelektual yang
lebih tinggi yang membutuhkan penguasaan terhadap konsep. Kaidah menyatakan
gabungan atau hubungan dari beberapa konsep. Kaidah yang sederhana
merupakan gabungan dari dua konsep disebut dengan kaidah atomik dan kaidah
yang merupakan gabungan dari kaidah atomik disebut dengan kaidah tingkat lebih
tinggi, higher order rule. Pemecahan masalah merupakan keterampilan intelektual
yang paling tinggi yang terdiri dari pemecahan masalah terstruktur dan kompleks
(tidak terstruktur). Permasalahan yang terstruktur yang umum ditekankan dalam
pembelajaran, dimana pebelajar diharapkan menggunakan beberapa konsep dan
kaidah untuk memecahkan masalah yang terdefinisikan dengan baik, diberikan
situasi dan variabel yang diperlukan. Pada masalah yang tidak terstruktur
diperlukan kemampuan dalam melakukan pengkajian secara multipel melalui
eksplorasi sendiri konsep dan kaidah yang dimiliki sehingga tidak ada solusi
tunggal dari permasalahan ini. Domain belajar pada keterampilan kognitif
(intelektual) ini paling banyak memperoleh penekanan dalam belajar.
Karakteristik dari keterampilan phsikomotor adalah pebelajar harus
menggunakan aktivitas otot atau fisik, dengan ataupun tanpa peralatan untuk
mencapai suatu hasil. Pada situasi tertentu kadang lebih banyak unsur phsiko atau
proses mental (aktivitas kognitif) dalam tujuan pshikomotor yang pada akhirnya
diterjemahkan ke dalam aktivitas fisik tertentu.
Sikap biasanya dinyatakan sebagai kecenderungan bertindak atau untuk
memilih dan memutuskan sesuatu. Sikap merujuk pada kesiapan mental dalam
memberikan respon positif atau negatif terhadap suatu objek. Karakteristik dari
tujuan pada domain sikap adalah tujuan ini sangat mungkin tidak dicapai pada
akhir pembelajaran. Tujuan penting ini cenderung bersifat jangka panjang dan
sangat sulit diukur dalam waktu singkat. Mengukur sikap dilakukan dengan
-
21
menyuruh pebelajar melakukan sesuatu, bisa saja keterampilan intelektual,
informasi verbal, maupun phsikomotor.
Domain belajar yang dikemukakan oleh Dick dan Carey ini sebenarnya
mengadopsi 5 domain yang dikemukakan oleh Gagne, yaitu: informasi verbal,
keterampilan intelektual, phsikomotor, sikap, dan strategi kognitif. Hanya saja,
strategi kognitif dimasukkan dalam bagian keterampilan intelektual, yaitu
pemecahan masalah yang kompleks (ill-structured).
Tahap kedua dalam analisis tujuan umum pembelajaran adalah
mengidentifikasi tahapan utama tentang apa yang didemonstrasikan sebagai tanda
dari ketercapaian tujuan. Tahapan utama ini mesti mengandung perilaku dan
konten yang relevan, dan harus diurutkan secara logis dan efisien. Untuk domain
belajar keterampilan intelektual, phsikomotor, dan sikap, harus dibuat diagram
urutan tahapan yang hierarkies. Tahapan yang dibuat adalah berupa urutan tentang
apa yang dilakukan pebelajar bukan urutan mengajar sehingga setiap tahap
maupun subtahap memuat tentang kerja (menggunakan kata kerja).
Produk akhir dari analisis tujuan umum adalah diagram keterampilan,
ikhtisar tentang apa yang dilakukan pebelajar ketika mencapai tujuan umum
pembelajaran. Diagram ini bersifat tentatif (draft) yang akan dievaluasi dan
disempurnakan, dilihat dari keluasan, dan ketepatan urutannya.
Mengidentifikasi Keterampilan Subordinat dan Entry Behavior
Pertanyaan berikutnya adalah apa yang perlu dikuasai oleh pebelajar untuk
bisa melakukan tahapan utama dan sub-tahapan dalam rangka mencapai tujuan
umum pembelajaran. Tahapan utama yang telah ditetapkan pada analisis tujuan
umum memerlukan analisis terhadap keterampilan-keterampilan prasyarat
(subordinate skills) untuk masing-masing tahapan utama ataupun subtahapan
utama. Setiap keterampilan dikaji apakah diperlukan keterampilan prasarat,
demikian seterusnya.
Produk akhir dari tahapan analisis keterampilan subordinat adalah
kerangka atau diagram keterampilan subordinat yang diperlukan pebelajar untuk
menguasai setiap tahapan utama dari tujuan umum pembelajaran. Keseluruhan
hasil dari analisis pembelajaran adalah: tujuan umum pembelajaran, tahapan
utama dan subtahapan utama yang diperlukan untuk mencapai tujuan umum,
-
22
keterampilan subordinat yang diperlukan untuk menguasai tahapan utama, dan
entry behavior. Kerangka atau diagram tahapan utama dan keterampilan
merupakan landasan dari semua aktivitas yang dilakukan dalam desain
pembelajaran berikutnya.
2.2.3 Menganalisis Pebelajar dan Konteks
Tahapan proses pengembangan di atas sudah menghasilkan draf kajian
tentang apa yang akan diajarkan. Disamping kajian tentang apa yang akan
diajarkan, sangat perlu dilakukan analisis pebelajar (pengkajian tentang
karakteristik pebelajar), dan analisis konteks (konteks bagaimana pembelajaran
disampaikan, dan konteks bagaimana keterampilan akan digunakan pada
akhirnya). Analisis ini akan memberikan arahan pada bagaimana cara
mengajarkan apa yang akan diajarkan.
Hasil analisis yang cermat dari karakteristik pebelajar, konteks kinerja, dan
konteks belajar akan memudahkan dalam mengembangkan tujuan pembelajaran
khusus yang sesuai dengan keterampilan, pebelajar, dan konteks.
2.2.4 Menuliskan Tujuan khusus Pembelajaran
Tujuan pembelajaran khusus adalah deskripsi secara detail tentang apa
yang akan dapat dikerjakan pebelajar setelah menyelesaikan suatu unit
pembelajaran. Lebih tegasnya, tujuan pembelajaran khusus diturunkan dari
keterampilan-keterampilan yang ditetapkan dalam analisis pembelajaran. Satu
atau lebih tujuan bisa dibuat untuk setiap keterampilan yang diidentifikasi dalam
analisis pembelajaran. Bahkan keterampilan pada entry behavior perlu dituliskan
tujuan khsusnya karena salah satu fungsi penulisan tujuan khusus adalah untuk
mengarahkan evaluasi.
Penetapan komponen kriteria dari tujuan merupakan bagian krusial karena
menyangkut keputusan kelayakan tentang tercapainya tujuan. Banyak desainer
pembelajaran menggunakan rubrik atau ceklis untuk mendefinisikan kriteria yang
kompleks untuk respon (jawaban, produk, dan unjuk kerja) yang dapat diterima.
Kriteria untuk domain phsikomotor dan sikap umumnya lebih kompleks dimana
sejumlah perilaku yang dapat diamati perlu ditabelkan. Perilaku-perilaku ini
sangat berguna untuk mengembangkan ceklis atau rating scale yang diperlukan.
Ketika hanya ada satu respon yang mungkin, banyak desainer tidak menuliskan
-
23
kriteria karena sudah terimplikasi di dalamnya, sementara desainer yang lain
hanya menambahkan kata dengan benar.
2.2.5 Pengembangan Instrumen Assesmen
Assesmen mencakup semua jenis aktivitas yang ditunjukkan pebelajar
sebagai indikator telah mencapai tujuan. Dengan demikian, assesmen
mengandung makna yang umum, tidak hanya pengukuran yang sifatnya testing
saja. Assesmen memegang peranan penting, baik dalam mengevaluasi
ketercapaian tujuan ataupun kualitas pembelajaran. Dalam proses desain
pembelajaran dengan pendekatan sistem, kajian tentang assesmen dilakukan
sebelum pengembangan strategi, pengembangan material dan pelaksanaan
pembelajaran, karena assesmen merupakan acuan/landasan pengembangan
strategi pembelajaran. Assesmen yang dikembangkan dalam proses desain
pembelajaran adalah assesmen yang menggunakan acuan kriteria (criteria
refferenced assesment).
Dalam mengembangkan tes acuan kriteria, sangat perlu dibuat tabel
tentang tujuan yang dikaitkan dengan unjuk kerja (kinerja) sesuai dengan hasil
analisis pembelajaran. Kondisi, perilaku, dan kriteria yang terkandung dalam
pernyataan tujuan akan membantu dalam menentukan format terbaik dari
instrumen assesmen.
2.2.6 Pengembangan Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran merujuk pada berbagai variasi aktivitas
pembelajaran (belajar-mengajar). Strategi pembelajaran yang dimaksud di sini
adalah strategi mikro, strategi terkait dengan tujuan khusus tertentu. Untuk
mengembangkan strategi mikro diperlukan kajian strategi makro, yaitu
keseluruhan strategi mulai dari mengenalkan topik pada pebelajar sampai dengan
tercapainya tujuan umum.
Suatu material belajar yang baik mengandung strategi atau prosedur yang
dilakukan guru dalam mengelola pembelajaran. Dalam pembelajaran yang student
centered, strategi pembelajaran harus dibangun oleh pebelajar. Oleh sebab itu
dalam mendesain dan mengembangkan material belajar sangat penting dilakukan
kajian tentang strategi pembelajaran. Kebutuhan psikologi pendidikan tentang
-
24
belajar dan beberapa faktor yang berpengaruh terhadap belajar memegang peranan
penting.
2.2.7 Pengembangan Material Pembelajaran
Material pembelajaran merujuk pada sejumlah material awal yang sudah
ada dan material yang akan dikembangkan untuk mencapai tujuan. Semua
material pembelajaran harus dilengkapi dengan tes atau assesmen kinerja untuk
produk. Material pembelajaran juga perlu dilengkapi dengan manual bagi
instruktur untuk menunjukkan bagaimana material ini diimplementasikan dalam
pembelajaran. Secara keseluruhan, untuk mengembangkan pembelajaran
diperlukan sumber-sumber material berikut:
Tujuan umum pembelajaran
Analisis pembelajaran
Tujuan pembelajaran khusus
Item tes
Karakteristik pebelajar
Karakteristik konteks kinerja dan konteks belajar
Strategi pembelajaran yang mencakup preskripsi tentang: (a) urutan
tujuan khusus, (b) aktivitas pembelajaran awal, (c) assesmen yang akan
digunakan, (d) penyajian konten dan contoh, (d) partisipasi pebelajar, (e)
strategi untuk ingatan dan keterampilan transfer pengetahuan, (f) aktivitas
yang dirancang untuk pelajaran individu, pengelompokan pebelajar dan
pemilihan media, dan (g) sistem penyampaian. Dalam memilih media,
evaluasi yang cermat perlu dilakukan agar sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
Dengan menyelesaikan rangkaian tahapan proses desain pembelajaran
pada tahap ini, maka akan dihasilkan draf material pembelajaran, draf assesmen,
dan draf manual pembelajaran. Draf pembelajaran ini sangat perlu memperoleh
umpan balik dari pebelajar, instruktur, ahli untuk selanjutnya dilakukan revisi.
2.2.8 Pengembangan Materi Pembelajaran
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan dan
pemilihan materi pembelajaran, yaitu: 1) memilih media dan menyampaikan
sistem, 2) komponen-komponen dalam paket pembelajaran, 3) kriteria untuk
-
25
mengevaluasi materi berdasarkan beberapa kategori, 4) peranan pengajar dalam
pengembangan materi, dan 5) penyampaian pengajaran, serta 6) strategi-strategi
pembelajaran.
a) Pemilihan media dan sistem penyampaian dalam pembelajaran, yaitu:
1) Ketersediaan materi pembelajaran
2) Keterbatasan produk dan implementasi
3) Fasilitas yang tersedia untuk mencapai tujuan pembelajaran
b) Komponen paket pembelajaran
1) Bahan ajar
Beberapa definisi tentang bahan ajar, adalah sebagai berikut.
Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis
baik tertulis maupun tidak sehingga tercipta lingkungan/suasana yang
memungkinkan siswa untuk belajar.
Bahan ajar merupakan informasi, alat, dan teks yang diperlukan guru
untuk merencanakan dan menelaah implementasi pembelajaran.
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk
membantu guru/pengajar dalam melaksanakan kegiatan belajar dan
mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa bahan tertulis maupun
bahan tidak tertulis.
2) Penilaian: semua materi pembelajaran perlu disertai dengan penilaian
produk atau kinerja. Hal ini bisa berbentuk pretes atau postes.
3) Pelatihan manajemen informasi: tinjauan menyeluruh mengenai materi
yang akan diberikan dalam pembelajaran.
c) Memilih materi pembelajaran yang telah tersedia
Memilih materi pembelajaran yang telah tersedia dalam strategi
pembelajaran untuk menentukan apakan materi tersebut sudah memenuhi
standar pencapaian tujuan.
d) Peranan instruktur/pengajar/desainer dalam penyampaian dan pengembangan
materi pembelajaran, dapat dikategorikan dalam 2 kelompok, yaitu:
1) Desainer sebagai pengembang dan instruktur, artinya bahwa orang yang
merancang atau mendesain pembelajaran juga merupakan orang yang
mengembangkan materi sekaligus mengajar siswa.
-
26
2) Desainer sebagai pengembang, artinya seorang desainer bertangung jawab
untuk desain, pengembangan, dan implementasi dalam sebuah pelatihan.
e) Pengembangan evaluasi formatif pembelajaran, meliputi:
1) Bahan pembelajaran
2) Model pembelajaran
3) Pengembangan sumber dan media pembelajaran
2.2.9 Melakukan Evaluasi Formatif
Secara umum tujuan dari pelaksanaan evaluasi formatif adalah untuk
melakukan revisi produk agar diperoleh produk yang lebih efektif dan efisien. Jadi
penekanannya adalah pada pengumpulan dan analisis data serta revisi.
Ada tiga fase mendasar dalam melaksanakan evaluasi formatif, yaitu:
1) One to one atau evaluasi klinis
2) Evaluasi dalam kelompok kecil yang terdiri dari 8 sampai 20 siswa yang
dipilih secara representatif mewakili populasi.
3) Uji coba terbatas pada kelas yang sesungguhnya, mungkin melibatkan
sekitar 30 siswa.
Dalam memilih siswa secara representatif perlu dipertimbangkan agar semua
kelompok terwakili, yaitu siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan
rendah. Selain itu juga perlu dipertimbangkan sikap dan masa kerja. Tujuan
utama dari pelaksanaan evaluasi dalam kelompok kecil, yaitu: (1) menentukan
efektifitas perubahan yang dibuat berdasarkan evaluasi one to one dan
mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin dialami oleh pebelajar; (2)
menentukan kapan pebelajar dapat menggunkan instruksi tanpa interaksi
dengan pengajar. Tujuan ujicoba terbatas adalah untuk menilai efektifitas
perubahan yang dilakukan pada tahap kelompok kecil. Uji coba dilakukan
pada kelas yang lebih besar, yang melibatkan sekitar 30 siswa. Hasil dari uji
coba ini merupakan tahap revisi terakhir dalam evaluasi formatif.
2.2.10 Revisi Bahan Ajar
Tujuan dari tahap ini adalah memberikan rangkuman data dari hasil
evaluasi formatif, mengidentifikasi kekurangan dalam materi pengajaran dan
sebagai bahan untuk penyajian pembelajaran.
Ada dua jenis revisi yang perlu dipertimbangkan yaitu:
-
27
1) menjadikan produk lebih cermat dan lebih efektif sebagai bahan ajar;
2) revisi yang berkaitan dengan cara-cara yang dipakai dalam menggunakan
bahan ajar.
2.3 Kegiatan P2M yang Telah Dilakukan
Kegiatan P2M yang telah dilakukan dan dipandang sebagai kegiatan
pendahuluan untuk melaksanakan kegiatan P2M ini adalah kegiatan P2M yang
dilakukan oleh Parwati, dkk. (2003-2011), beberapa diantaranya berjudul: (1)
Pelatihan Pembuatan Alat Peraga Matematika Bagi Guru-guru SD; (2)
Peningkatan Profesionalisme Guru Matematika Melalui Pelatihan Implementasi
Model-model Pembelajaran Berbantuan Alat Peraga Bagi Guru-Guru Sekolah
Dasar; (3) Pendampingan penulisan buku ajar menggunakan model Dick and
Carey; dan (4) Pelatihan Penyusunan Proposal Penelitian Pengembangan.
Semua kegiatan P2M yang telah dilakukan tersebut telah memberikan
hasil yang baik, hal ini bisa dilihat dari antusias para guru sebagai peserta kegiatan
selalu melebihi dari yang direncanakan. Produk yang dihasilkan dari kegiatan-
kegiatan tersebut dapat diaplikasikan dalam melaksanakan pembelajaran
selanjutnya, seperti: alat peraga yang dihasilkan oleh guru-guru di SD 3 Mengesta
bisa digunakan dalam membantu pelaksanaan pembelajaran yang efektif; buku
ajar yang dihasilkan oleh guru-guru SD di Kota Singaraja berkualitas baik dan
bisa digunakan dalam kegiatan pembelajaran di kelas karena guru sendiri yang
merancang dan sesuai dengan karakteristik siswa.
Namun, mempertimbangkan keberadaan para guru cukup banyak, tidak
mungkin bisa memberikan pelatihan dalam satu kali pelatihan. Oleh karena itu
perlu diadakan kegiatan-kegiatan yang serupa untuk guru-guru di daerah lain atau
pada guru yang sama dengan memberikan materi yang berbeda. Hal ini sebagai
salah satu upaya untuk mendukung akses pemerataan pendidikan sampai ke
daerah-daerah terpencil.
-
28
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Kerangka Pemecahan Masalah
Masalah yang terjadi di lokasi P2M ini adalah pengetahuan dan
keterampilan para guru dalam mendesain media pembelajaran sangat kurang.
Padahal, melalui pengetahuan tentang desain media pembelajaran para guru bisa
melakukan berbagai inovasi dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga
pelaksanaan pembelajaran lebih menarik dan siswa lebih mudah untuk belajar.
Dengan demikian, diharapkan kualitas proses dan hasil belajar siswa akan lebih
baik. Kegiatan ini juga sangat bermanfaat bagi guru untuk melakukan berbagai
inovasi dalam pelaksanaan proses pembelajaran dan sekaligus untuk
meningkatkan profesionalisme guru.
Berdasarkan masalah yang dialami oleh para guru di lokasi P2M yang
dilaksanakan ini, maka hal yang dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut
adalah dengan memberikan kegiatan pelatihan. Pelatihan yang diberikan adalah
menyangkut mendesain media pembelajaran menggunakan model Dick & Carey.
Pelatihan secara teoritis, dilakukan selama dua hari dan kegiatan praktek
mendesain media pembelajaran dilakukan secara mandiri selama dua bulan.
Dengan demikian para guru akan mendapat pemahaman secara menyeluruh tidak
sekadar pemahaman secara teoritis saja.
3.2 Metode Pelaksanaan Kegiatan
P2M ini dilaksanakan dalam bentuk pelatihan yang terdiri dari dua tahap
yaitu: tahap pertama, pelatihan pemantapan pemahaman desain media
pembelajaran secara teoritis dan tahap kedua, pelatihan praktek penyusunan
media pembelajaran menggunakan model Dick & Carey.
Pelaksanaan masing-masing tahap diuraikan sebagai berikut.
1. Tahap pelatihan pemantapan pemahaman desain media pembelajaran
Langkah-langkah kegiatannya adalah sebagai berikut.
a) Penentuan Lokasi Kegiatan
Kegiatan P2M ini dilaksanakan di SD 1 Penebel. Pemilihan lokasi ini
didasarkan pada kemudahan atau sangat strategis bagi peserta dari masing-
-
29
masing SD di kebendesaan untuk menjangkau lokasi ini. Pemanfaatan lokasi
ini didasarkan atas ijin kepala sekolah dan dinas pendidikan kecamatan
Penebel.
b) Tim P2M
Tim pelaksana kegiatan P2M ini terdiri dari 2 orang. Sebagai Ketua Dr. Ni
Nyoman Parwati, M.Pd dengan anggota Prof. Dr. I Nengah Suparta, M. Si. Tim
kegiatan ini telah mempunyai pengalaman dalam mengembangkan media
pembelajaran khususnya media pembelajaran matematika yang inovatif di SD dan
SMP. Di samping itu, ketua tim pelaksana telah berpengalaman dalam membina
guru-guru SD di provinsi Bali dalam melaksanakan pembelajaran berbantuan alat
peraga melalui program MEQIP. Dengan pengalaman yang dimiliki oleh ketua
tim, maka pelaksanaan kegiatan P2M ini bisa berjalan dengan lancar dan
mendapat sambutan yang baik oleh mitra.
c) Kontribusi Mitra
Kontribusi mitra dalam kegiatan P2M ini adalah dalam
mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan, mulai dari mengumpulkan calon
peserta pelatihan, mengkoordinasikan waktu pelaksanaan, sampai pada
penyediaan sarana dan prasarana pelatihan.
2. Pelatihan praktek penyusunan media pembelajaran menggunakan model
Dick & Carey.
Praktek penyusunan media selanjutnya, dilakukan dalam bentuk kegiatan
kerja mandiri dan dilakukan monitoring oleh tim pelaksana kegiatan P2M yang
dibantu oleh 4 orang kepala sekolah, yaitu kepala sekolah SD 1 dan SD 2 Penebel,
kepala SD 2 Pitera, dan kepala SD 1 Babahan. Pelaksanaan kegiatan mandiri
dilakukan selama 2 bulan dan diakhiri dengan melaksanakan penilaian produk
media pembelajaran yang dilakukan mulai pada minggu ke tiga bulan Oktober
2012.
3.3 Aktivitas P2M
1) Melaksanakan pelatihan desain media pembelajaran selama dua hari, meliputi:
hari pertama pelatihan secara teoritis tentang desain media pembelajaran; hari
-
30
kedua, pelatihan merancang beberapa contoh media pembelajaran yang akan
dikembangkan.
2) Membimbing guru dalam mengembangkan media pembelajaran menggunakan
model Dick & Carey selama dua bulan.
3) Melakukan penilaian terhadap media pembelajaran yang dihasilkan oleh para
guru.
3.4 Waktu Efektif Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan P2M ini secara efektif di lapangan dilakukan selama 2 bulan.
Pelaksanaan pelatihan desain media pembelajaran dilakukan selama dua hari pada
tanggal 24-25 Agustus 2012, dengan kegiatan meliputi: hari pertama pelatihan
secara teoritis tentang desain media pembelajaran; hari kedua, pelatihan
merancang beberapa contoh media pembelajaran yang akan dikembangkan.
Setelah pemberian pelatihan dilanjutkan dengan kegiatan mandiri selama dua
bulan (bulan September sampai Oktober 2012), yaitu merancang media
pembelajaran sesuai dengan konsep-konsep esensial yang dipilih guru. Mulai
minggu ketiga bulan Oktober, dilakukan penilaian terhadap produk media yang
telah dihasilkan oleh guru.
3.5 Rancangan Evaluasi
Evaluasi dilakukan terkait dengan kualitas media pembelajaran yang
dihasilkan oleh peserta. Sebagai instrumen evaluasi adalah pedoman penilaian
produk media pembelajaran yang dihasilkan oleh guru. Evaluasi keberhasilan
kegiatan ini dilihat dari kualitas produk yang dihasilkan. Produk yang dihasilkan
berupa media pembelajaran dari masing-masing guru mitra. Kualitas media
pembelajaran yang dihasilkan dilihat dari beberapa aspek, yaitu: (a) kompetensi,
indikator, perangkat dan media yang sesuai, (b) langkah-langkah penggunaan
media pembelajaran, (c) evaluasi dan asesmen pembelajaran, (d) manfaat media
pembelajaran, dan (e) bentuk fisik. Pedoman penilaian selengkapnya seperti pada
tabel 3.1.
Penilaian terhadap kualitas media yang dihasilkan dilakukan menggunakan
rubrik penskoran dengan skala Likert dengan rentangan skor 1 sampai 5
(5=kualitas sangat baik, 4=kualitas baik, 3=kualitas cukup, 2=kualitas kurang,
1=kualitas sangat kurang). Selanjutnya ditentukan nilainya menggunakan rumus:
-
31
Nilai = (total skor : SMI) x 100. (SMI = skor maksimal ideal). Nilai yang
diperoleh dikonversikan ke pedoman konversi menggunakan pedoman acuan
patokan (PAP) skala lima seperti pada tabel 3.2.
Tabel 3.1 Pedoman Penilaian Media Pembelajaran
I. Kompetensi, indikator, perangkat dan media 1 2 3 4 5
1. Kejelasan perumusan kompetensi dasar
2. Kejelasan perumusan indikator dan tujuan
3. Kejelasan perumusan dan pemilihan materi pokok
4. Ketepatan pemilihan perangkat dan media pembelajaran
II. Langkah-langkah Penggunaan Media Pembelajaran
5. Kejelasan setiap langkah-langkah penggunaan media
pembelajaran
6. Potensi skenario pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang ditetapkan
7. Kejelasan penggunaan media pembelajaran dalam proses eksplorasi konsep
8. Kepantasan alokasi waktu tiap tahapan pembelajaran
III. Evaluasi dan Asesmen Pembelajaran
9. Ketepatan tujuan asesmen pembelajaran yang direncanakan
10. Ketepatan metode asesmen pembelajaran yang direncanakan
IV. Manfaat Media Pembelajaran
11. Kemanfaatan media pembelajaran dalam mempermudah siswa
belajar
12. Kemanfaatan media pembelajaran bagi guru
13. Kemungkinan keberhasilan keterlaksanaanya di lapangan
14. Koherensi dan kesesuaian antara kompetensi, materi pokok,
skenario pembelajaran dan asesmennya
V. Bentuk Fisik
15. Kemenarikan tampilan secara keseluruhan
16. Kemudahan untuk dimanipulasi
17. Kemungkinan bisa digunakan dalam jangka waktu yang relatif lama
Tabel 3.2 Pedoman Konversi Kualitas Media Pembelajaran
Nilai Kualitas
85-100 Sangat baik
70-84 Baik
55-69 Cukup
40-54 Kurang
0-39 Sangat kurang
Setelah kegiatan pelatihan selesai, para peserta diberikan angket terkait
dengan tanggapan mereka terhadap pelatihan yang diberikan. Penilaian tanggapan
-
32
peserta, dianalisis dengan prosedur yang analog dengan penilaian kualitas media
pembelajaran, dengan kualifikasi (5=kualitas sangat positif, 4=kualitas positif,
3=kualitas cukup, 2=kualitas negatif, 1=kualitas sangat negatif). Angket
tanggapan guru (peserta) meliputi beberapa aspek, yaitu: manfaat kegiatan
pelatihan dalam menunjang tugas profesi guru, menambah wawasan guru tentang
prosedur pengembangan media pembelajaran yang eksploratif, meningkatkan
pengetahuan tentang teknik pembuatan media pembelajaran eksploratif,
memotivasi guru untuk menggunakan media dalam melaksanakan pembelajaran,
dan perlunya diadakan program P2M lanjutan yang serupa.
-
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Kegiatan P2M ini terlaksana sesuai dengan rencana dan jadwal yang telah
ditetapkan. Pelatihan dilaksanakan selama dua hari. Kegiatan hari pertama adalah
memberikan penjelasan/informasi/wawasan mengenai hakikat media pembel-
ajaran dilanjutkan dengan kegiatan diskusi. Kegiatan hari kedua adalah pelatihan
merancang beberapa contoh media media pembelajaran dan simulasi pelaksanaan
pembelajaran menggunakan bantuan media eksploratif. Merancang media
pembelajaran yang eksploratif sesuai dengan konsep-konsep materi esensial
dilakukan selama dua bulan dalam bentuk kegiatan pendampingan di sekolah
masing-masing. Dari kegiatan tersebut, telah berhasil disusun media
pembelajaran, namun masih terbatas untuk materi matematika SD. Media
pembelajaran yang telah berhasil dirancang sebanyak 6 jenis draf media
pembelajaran matematika SD, yaitu: luas daerah trapesium, luas daerah jajar
genjang, luas daerah layang-layang, luas daerah belah ketupat, luas daerah
segitiga, alat peraga blok pecahan. Media pembelajaran yang dihasilkan dibuat
dari kertas buffalo dan dileminating, sehingga bisa digunakan secara berulang-
ulang dan dalam jangka waktu yang relatif lama. Guru yang dilibatkan dalam
merancang media pembelajaran ini, sebanyak 17 orang, dengan produk yang
dihasilkan adalah: luas daerah trapesium 3 set , luas daerah jajar genjang 3 set,
luas daerah layang-layang 3 set, luas daerah belah ketupat 3 set, luas daerah
segitiga 3 set, dan alat peraga blok pecahan 2 set.
Kegiatan P2M menghasilkan 6 jenis media pembelajaran yang dapat
didokumentasikan sebagai berikut.
(1) Media Pembelajaran Luas Daerah Trapesium
-
34
(2) Media Pembelajaran Luas Daerah Jajar Genjang
(3) Media Pembelajaran Luas Daerah Layang-layang
(4) Media Pembelajaran Luas Daerah Belah Ketupat
(5) Media Pembelajaran Luas Daerah Segitiga
-
35
(6) Media Pembelajaran Blok Pecahan
Berdasarkan pedoman evaluasi yang telah ditetapkan, nilai rata-rata media
pembelajaran yang telah dihasilkan, sebesar 83 yang berada dalam kualifikasi
baik. Tanggapan guru dan kepala sekolah terhadap kegiatan P2M yang
dilaksanakan rata-rata sebesar 86 tergolong sangat positif.
b) Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dari kegiatan P2M ini adalah kualitas media
pembelajaran yang dihasilkan minimal berkualifikasi baik dan tanggapan
peserta minimal berkategori positif. Atas dasar ini, maka pelaksanaan kegiatan
P2M ini dapat dinyatakan berhasil.
4.2 Pembahasan
Pengembangan media pembelajaran agar menghasilkan produk yang
efektif dan layak pakai, menurut desain pembelajaran model Dick and Carey,
setelah dilakukan penyusunan draf perlu dilanjutkan dengan tahap uji coba.
Pelaksanaan uji coba harus dilakukan secara bertahap pula. Pada kegiatan P2M
ini, hanya bisa dilakukan sampai pada tahap penyusunan draf media
pembelajaran, karena keterbatasan waktu, tenaga, dan anggaran yang dimiliki.
Oleh karena itu, sangat diperlukan kegiatan lanjutan agar dapat dihasilkan media
pembelajaran yang efektif, efisien, dan memiliki daya tarik, sehingga dapat
digunakan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas oleh para guru.
Dengan demikian pelaksanaan pembelajaran akan berlangsung dengan lebih
bermakna dan hasil belajar siswa semakin meningkat.
Faktor pendukung dari pelaksanaan kegiatan P2M ini adalah antusias para
peserta (guru mitra) untuk mengikuti kegiatan. Semua peserta pelatihan berperan
serta secara aktif dalam kegiatan pelatihan dan memberikan tanggapan yang
-
36
sangat positif terhadap pelaksanaan kegiatan ini. Keterlibatan para guru dalam
kegiatan P2M ini memegang peranan untuk menentukan keberhasilan dari
pelaksanaan kegiatan ini. Hal ini karena sasaran dari kegiatan ini adalah
peningkatan pemahaman dan kemampuan para guru dalam mengembangkan
media pembelajaran dengan kualitas valid dan layak pakai.
Kegiatan P2M ini telah berlangsung sesuai dengan rencana dan tujuan
yang telah ditetapkan. Hal ini terlihat dari kualitas draf media pembelajaran yang
telah dihasilkan oleh para guru berada dalam kualifikasi baik. Draf media
pembelajaran yang telah dihasilkan, perlu diujicoba untuk mendapatkan produk
yang dapat digunakan pada kelas yang sesungguhnya. Kegiatan ini baru bisa
melibatkan peserta sebanyak 17 orang guru dan 3 kepala sekolah di kecamatan
Penebel. Mempertimbangkan jumlah guru yang cukup banyak di kecamatan
Penebel dengan kemampuan dalam desain pembelajaran rata-rata masih kurang,
maka dipandang perlu untuk mengadakan kegiatan lanjutan dengan melibatkan
guru-guru di gugus yang lain. Kegiatan ini juga mendapat tanggapan sangat
positif dari Kepala Sekolah, Kepala UPP Kecamatan, dan guru-guru lain di
Kecamatan Penebel.
Sekalipun pelaksanaan kegiatan P2M ini berjalan lancar, namun ada
kendala sebagai faktor penghambat dari pelaksanaan P2M ini adalah waktu
pelaksanaannya sangat singkat sehingga draft media pembelajaran yang
dihasilkan hanya untuk beberapa pokok bahasan dan belum bisa melakukan tahap
pengembangan media pembelajaran sampai menghasilkan media pembelajaran
yang valid dan layak pakai. Kendala tersebut dapat dijadikan sebagai bahan
refleksi, pertimbangan, dan saran untuk mengadakan kegiatan P2M lanjutan.
-
37
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam pelaksanaan kegiatan P2M ini,
dapat disimpulkan:
1) Kegiatan P2M dapat terlaksana dengan baik.
2) Kegiatan P2M ini menghasilkan 6 jenis draf media pembelajaran matematika
dengan kualifikasi baik.
3) Kegiatan P2M ini mendapat tanggapan sangat positif dari kalangan guru dan
kepala sekolah di Kecamatan Penebel.
5.2 Saran-saran
Berdasarkan simpulan yang diperoleh, saran yang dapat diajukan untuk
kegiatan lanjutan terkait dengan pelaksanaan P2M ini adalah sebagai berikut.
1) Guru-guru peserta kegiatan P2M agar dapat melanjutkan pengembangan
media pembelajaran terutama pada pokok bahasan yang lain atau mata
pelajaran lain yang belum diselesaikan saat kegiatan P2M ini berlangsung.
2) Model kegiatan P2M yang perlu dilanjutkan adalah pendampingan
pengembangan media pembelajaran bagi guru-guru SD di Kecamatan
Penebel. Kegiatan yang diusulkan tersebut, sebagai penyempurnaan draf
media pembelajaran yang telah dihasilkan pada kegiatan P2M ini.
-
38
DAFTAR PUSTAKA
Dick, W., Carey, L., & Carey, J. O. 2001. The Systematic Design Of Instruction.
USA: Addison-Wesley Educational Publisher Inc.
Dirjen Dikti. 2005. Pedoman Umum: Pengembangan Sistem Asesmen Berbasis
Kompetensi. Depdiknas: Jakarta.
Gagne, R. M. 1985. The conditions of learning and theory of instruction. New
York: CBS College Publishing.
Gall, M. D., Gall, J. P., & Borg, W. R. 2003. Educational research: An
introduction. Seventh Edition. Boston: Pearson Education, Inc.
Heinich, R., Molenda, M., Rusell, J. D., & Smaldino, S.E. 2002. Instructinal
media and technology for larning, 7th
edition. New Jersey: Prentice Hall,
Inc.
Januszewski, A., Molenda, M. 2008. Educational Technology. New York:
Lawrence Erlbaum Associates.
Martha, E. R. D., Rosalind, H. & Ted, W. P. 1993. Theory and Research in Social
Education. Vol. 4. Washington DC: NCSS.
Parwati, N.N. & Sadra, I. W. 2003. Pelatihan Pembuatan Alat Peraga Matematika
Bagi Guru-guru SD. Laporan P2M. Tidak diterbitkan. Singaraja: IKIP
Negeri Singaraja.
Parwati, N.N., Mariawan, I. M., & Suarsana, I. M. 2007. Peningkatan
Profesionalisme Guru Matematika Melalui Pelatihan Implementasi Model-
model Pembelajaran Berbantuan Alat Peraga Bagi Guru-Guru Sekolah
Dasar No 3 Mengesta. Laporan P2M. Tidak diterbitkan. Singaraja:
Undiksha.
Parwati, N.N. & Mariawan, I. M. 2008. Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas
untuk Guru-guru SD di Kabupaten Tabanan. Laporan P2M. Tidak
diterbitkan. Singaraja: Undiksha.
Reigeluth, C. M. 1999. Instructioanl-design theories and models: A new paradigm
of instructional theory. Volume II. New Jersey: Lawrence Erlbaum
Associates, Publishers.
Reigeluth, C. M. 1983. Instructioanl-design theories and models: An overview of
their current status. Volume I. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates,
Publishers.
Slavin, R. E. 2006. Educational Psychology, Theory and Practice. 6th
. USA: A
pearson education company.
Smaldino, S.E. , Lowther, D.L. & Russell, J.D. 2008. Instructional Media and
Technology for Learning. 9th
Edition. Upper Saddle Rive NJ: Pearson
Education, Inc.
-
39
Tegeh, I.M., Parwati, N.N., Kirna, I.M., & Sudarma, I. K. 2010. Pendampingan
penulisan buku ajar menggunakan model Dick and Carey bagi guru-guru
SD di Kecamatan Buleleng. Laporan P2M. Tidak diterbitkan. Singaraja:
Undiksha.
Tegeh, I.M., Parwati, N.N., Kirna, I.M., & Sudarma, I. K. 2010. Pelatihan
Penyusunan Proposal Penelitian Pengembangan bagi guru-guru SD di
Kecamatan Buleleng. Laporan P2M. Tidak diterbitkan. Singaraja:
Undiksha.
Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisem Pendidikan Nasional.
2003. (Online) tersedia dalam www.hukumonline.com.
-
40
LAMPIRAN
1) Foto Pelaksanaan Kegiatan Pelatihan hari Pertama
-
41
2) Foto Pelaksanaan Kegiatan Pelatihan hari Kedua
-
42