Rancangan Desain Instruksional Dick Carey Edit

download Rancangan Desain Instruksional Dick Carey Edit

of 59

Transcript of Rancangan Desain Instruksional Dick Carey Edit

RANCANGAN DESAIN INSTRUKSIONAL A. Rancangan Desain Instruksional. Rancangan Desain Instruksional sebuah produk tentang rencana Instruksional yang berisi perencanaan instruksional (blue print) untuk pengembangan bahan instruksional dan media yang akan digunakan untuk mencapai tujuan. Hasil dari rancangan desain Instruksional berupa bahan Instruksional dan media serta material Instruksional. Tahapan yang digunakan merancang desain Instruksional yaitu perencanaan, pengembangan, evaluasi, dan management proses. B. Langkah-langkah Merancang Desain Instruksional Model Dick and Carey Untuk merancang desain Instruksional model dick carey mengikuti langkah-langkah yang telah ditetapkan. Ada sepuluh langkah dasar dalam mengembangkan desain Instruksional menurut dick and carey. Pembahasan langkah-langkah dick carey secara umum terdiri dari latar belakang, konsep pengembangan dan hasil pengembangan. Dalam pembahasan berikut akan dilakukan pengembangan desain secara berututan dan lebih rinci dalam pembahasan langkah per langkah. Langkah ke-1 MENGENAL TUJUAN INSTRUKSIONAL (Identify Instructional Goal(s)) A. Latar Belakang Mungkin hal yang paling kritis dalam proses desain Instruksional adalah mengidentifikasi (pencirian) tujuan Instruksional. Pada perancangan desain Instruksional yang sistematika merekomendasikan untuk menggunakan pendekatan teknologi kinerja, di mana tujuan Instruksional didasarkan pada analisis kinerja, penilaian kebutuhan dari permasalahan yang ada. Tidak ada solusi yang mudah dan tunggal perlu ada proses yang sistematis untuk memecahkan masalah secara efektif. B. Konsep Pengembangan Secara garis besar proses untuk mendapatkan informasi tentang tujuan yang diharapkan maka dilakukan Analisa awal dan akhir (Front-End Analysis) atau secara spesifik terdiri dari: Performance Analysis, Need Assessment, Job Analysis, Practical experience with learning difficulties of student dan Some other requirement for new instruction. 1. Analisis Kinerja (Performance Analysis) Performance Analysis (Analisa Unjuk Kerja) adalah sebuah analisa tentang kemampuan unjuk yang bertujuan untuk memperoleh informasi dalam rangka untuk mengidentifikasi masalah dan solusinya.

2. Penilaian Kebutuhan (Need Assessment) Penilaian kebutuhan adalah sebuah pengamatan yang dilakukan untuk melihat atau mengkaji antara harapan dan kenyataan. Ada tiga komponen dalam logika penilaian kebutuhan, Komponen pertama menetapkan suatu standar atau tujuan yang disebut sebagai status yang diinginkan. 3. Analisis Pekerjaan (Job Analysis)

Job Analysis (Analisa pekerjaan) adalah sebuah proses pengumpulan, menganalisis, dan mensintesis deskripsi tentang apa yang dilakukan orang dalam pekerjaan mereka. Proses analisis pekerjaan dimulai menginventarisir

pekerjaan yang biasa dilakukan oleh pekerjaan, kemudian digolongkan dalam kategori tugas-tugas yang memerlukan solusi dengan menggunakan Instruksional. 4. Memperjelas Tujuan Instruksional (Clarifying Instructional Goals)

Pada proses mengumpulkan informasi tujuan terkadang terdapat beberapa pernyataan tujuan yang samar atau tidak jelas tujuan. Sering muncul tujuan yang sulit diukur seperti mengandung kata menghargai, memiliki kesadaran dan seterusnya. Pada kontek ini perancang harus melakukan beberapa prosedur untuk memperjelas tujuan yang samar tadi. 5. Pembelajar, Lingkungan dan Alat (Learner, Context and Tools)

Sedangkan aspek yang paling penting dari sebuah tujuan Instruksional adalah deskripsi dari apa yang pelajar akan dapat melakukannya, deskripsi yang tidak lengkap tanpa indikasi (l) siapa pelajar, (2) di mana mereka akan menggunakan keterampilan , dan (3) alat-alat yang akan tersedia. 6. Kriteria dalam Menetapkan Tujuan Instruksional (Criteria for Establishing Instructional Goals)

Kadang-kadang proses penetapan tujuan yang tidak sepenuhnya rasional, yaitu tidak mengikuti proses penilaian kebutuhan sistematis. Faktor lain misalnya pertimbangan politik dan ekonomi serta teknis atau yang akademis. C. Hasil Pengembangan Mengenali Tujuan Instruksional (Identify Instructional Goals) Untuk mengenali tujuan Instruksional pendidikan seni budaya yang akan diberlakukan di sekolah menengah pertama kelas VI dilakukan beberapa analisis, antara lain : 1. Daftar Tujuan hasil analisis tujuan. Hasil Analisis dari Kepala Sekolah : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Anak mampu menyanyikan lagu wajib nasional Anak mampu menyanyikan lagu daerah lampung Anak mampu menyanyikan lagu bebas Anak mampu memainkan salah satu alat musik Anak mampu menggambar Anak mampu menari lampung Anak mampu membuat seni kriya Anak mengenal lagu-lagu daerah Anak mengenal hasil karya seni lampung Anak mencintai seni lampung Pemerintah perlu membantu pengadaan sarana dan prasarana kesenian, antara lain : Pakaian adat lampung, alat musik tradisional lampung, dan CD musik lagu-lagu lampung

Guru Kesenian : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Anak mampu menyanyikan lagu wajib nasional Anak mampu menyanyikan lagu daerah lampung Anak mampu menyanyikan lagu bebas Anak mampu memainkan salah satu alat musik Anak mampu menggambar Anak mampu menari lampung Anak mampu membuat seni kriya Anak mengenal lagu-lagu daerah Anak mengenal hasil karya seni lampung Anak mencintai seni lampung Sekolah perlu menyediakan sarana-prasarana kesenian

Pembelajar : 1. 2. 3. 4. 5. Anak menghendaki bisa menggambar Anak menghendaki bisa menyanyi terutama lagu-lagu pop Anak menghendaki bisa mengenal menari Anak menghendaki bisa menggambar Anak menghendaki bisa menggambar

2. Need Assessment Langkah kedua adalah mengadakan penilaian kebutuhan untuk kegiatan pembelajaran Pendidikan Seni dan Budaya di SMP Negeri 13 Bandarlampung dengan hasil sebagai berikut : 1. 2. Pendidikan Seni merupakan mata pelajaran untuk menyalurkan bakat dan minat, mengembangkan kreatifitas dalam karya seni peserta didik SMP 13 Bandar Lampung. Pendidikan Seni dan Budaya memberikan bekal pada seluruh peserta didik dalam hal ketrampilan dalam berkarya yang akan berguna bagi dirinya sendiri setelah peserta didik lulus dari lembaga.

Berkaitan dengan hal tersebut diatas , SMP Negeri 13 Bandarlampung sebagai lembaga pendidikan perlu memasukkan pendidikan seni dalam kurikulum. 3. Job Analysis Secara umum lulusan dari Lembaga pendidikan menengah pertama belum memiliki ketrampilan yang cukup terutama ketrampilan kriya yang akan menjadi salah satu bekal ketrampilan dalam hidupnya di masyarakat. Dari fakta tersebut di atas perlu peningkatan kemampuan peserta didik, yaitu dengan menerapkan ketrampilan seni kriya pada mata pelajaran pendidikan seni budaya. 4. Memperjelas Tujuan Instruksional

Tujuan instruksional harus (1) jelas, pernyataan umum hasil pelajar (2) berkaitan dengan Identifikasi masalah dan penilaian kebutuhan, dan (3) dapat dicapai dengan pembelajaran daripada beberapa cara yang lebih efisien seperti meningkatkan motivasi karyawan. Apa tujuan instruksional? Tujuan pembelajaran yang dikehendaki adalah untuk memberikan ketrampilan seni kriya agar bermanfaat ketika diterapkan di masyarakat. Apa hubungan antara tujuan dan penilaian kebutuhan belajar? Tujuan pembelajaran secara langsung terkait dengan penilaian kebutuhan ketrampilan sni kriya. Hal ini juga berhubungan langsung dengan bukti bahwa ketrampilan seni kriya sangat berkorelasi dengan mutu lulusan, Apakah instruksi cara yang paling efektif untuk mencapai tujuan? Mengembangkan keterampilan seni kriya dengan pembelajaran dan praktek praktik secara langsung. Siapa pembelajarnya? Pembelajar adalah siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama yang telah setuju untuk menerima pembelajaran ketrampilan seni kriya. Dalam konteks apa keahlian akan dia gunakan?

Pebelajar akan menggunakan keterampilan seni kriya mereka dalam masyarakat, untuk diaplikasikan sesuai dengan fungsinya. 5. Kriteria untuk menetapkan tujuan instruksional

Tujuan instruksional ketrampilan seni kriya dirancang dengan menggunakan kriteria ini. Apakah tujuan instruksional yang dapat diterima oleh administrator? Dalam hal ini, tim desain mewawancarai lembaga pendidikan, dan personel yang ada untuk menentukan persepsi mereka akan pentingnya dan kelayakan untuk penerapan ketrampilan. Desainer juga mewawancarai beberapa personil siswa untuk berpartisipasi dalam penerapan ketrampilan seni kriya. Tanggapan positif tentang kemungkinan instruksi diterima dari semua diwawancarai. Apakah ada sumber daya yang memadai (waktu, uang, dan personil) untuk mengembangkan instruksi? Sekolah menyediakan dana yang cukup untuk pengembangan Instruksional dan untuk mengembangkan bahan-bahan yang diperlukan. Apakah isi stabil? Isi dan keterampilan yang mendasari kerja praktik kelompok sangat stabil. Apakah pelajar tersedia? Pembelajar tersedia, yaitu siswa kelas VII sekolah menengah pertama untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan pembelajaran baik secara teori maupun praktik. Ini menunjukkan bahwa penetapan tujuan instruksional dan perbaikan dapat menjadi panjang, proses kompleks yang mencakup banyak aspek dalam identifikasi masalah, analisis kinerja, penilaian kebutuhan, dan pernyataan dari tujuan instruksional yang jelas.

Langkah ke-2 MELAKUKAN ANALISIS INSTRUKSIONAL (Conduct Instructional Analysis) A. Latar Belakang Analisis Instruksional merupakan langkah kedua dari desain Instruksional model dick and carey. Tujuan utama dari analisis Instruksional adalah menentukan komponen utama dari tujuan Instruksional serta mengidentifikasi keterampilan bawahan dari setiap langkah untuk mencapai tujuan Instruksional tersebut. Komponen utama dari tujuan Instruksional berisi langkah-langkah yang pebelajar harus mampu lakukan untuk mencapai tujuan Instruksional. Langkah kedua dari analisis Instruksional analisis keterampilan bawahan sampai menemukan perilaku masukan. B. Konsep Analisis Instruksional. Secara umum analisis Instruksional ada dua langkah, yaitu analisis tujuan (goal analysis) dan analisis keterampilan bawahan (subordinat skill analysis). Sebuah Analisis Tujuan adalah suatu analisis untuk menghasilkan langkah-langkah utama dalam mencapai tujuan pembelajaran dan Analisis Keterampilan Bawahan adalah sebuah analisis keterampilan yang diperlukan pebelajar untuk mencapai tujuan sampai pada keterampilan paling dasar (paling murni) serta ditentukannya sebuah garis entry behaviors. Langkah utama adalah langkah-langkah keterampilan yang diperlukan oleh pembelajar untuk dapat menguasai tujuan pembelajaran. Keterampilan bawahan adalah keterampilan yang secara sendiri mungkin tidak penting tetapi secara keseluruhan sebagai merupakan keterampilan-keterampilan yang secara berurutan untuk mencapai keterampilan yang lebih tinggi atau keterampilan super-ordinat. Garis perilaku masukan (entry behavior) adalah garis yang menjadi batas antara keterampilan yang akan diajarkan dengan keterampilan yang sudah dikuasai oleh pebelajar sebelum melakukan pembelajaran. 1. Analisis Tujuan Analisis Tujuan mencakup dua langkah mendasar. Yang pertama adalah mengelompokkan tujuan menurut empat ranah belajar gagne (1979), yaitu sikap, keterampilan intelek, informasi verbal dan keterampilan psikomotor. Langkah kedua adalah memeriksa secara tepat apa yang akan dikerjakan oleh pebelajar apa apabila ia berbuat untuk mencapai tujuan tersebut ini disebut dengan prosedur menganalisa tujuan. Paragraf berikut akan menjelaskan empat rana belajar gagne dan menentukan langkah-langkah umum dalam mencapai sebuah tujuan. a. Informasi Verbal. Informasi Verbal adalah kapabilitas seseorang untuk mengungkapkan informasi, fakta, atau label yang tersimpan dalam bentuk bahasa baik secara lisan maupun tertulis. Dalam informasi verbal tidak ada manipulasi simbolik, tidak ada penyelesaian masalah atau juga tidak ada aturan penerapan. Informasi verbal hanya menyimpan informasi itu dan menariknya kembali untuk dites. . Teknik analisa Instruksional yang digunakan bagi informasi verbal disebut analisa rumpun (cluster analysis). Contohnya : mengenal bahan-bahan yang digunakan untuk membuat kartu ucapan. b. Keterampilan Intelektual. Keterampilan intelektual adalah keterampilan yang memerlukan aktivitas kognitif yang khas dalam arti bahwa pelajar harus dapat memecahkan masalah atau melakukan suatu kegiatan dengan informasi atau contoh yang tidak dijumpai sebelumnya. Keterampilan intelektual terdiri dari tiga macam, yaitu membentuk konsep,

menerapkan aturan, dan memecahkan masalah. Analisa yang digunakan untuk mendapatkan keterampilan bawahan intelektual menggunakan pendekatan hierarki. Contohnya : mampu menentukan letak titik yang menjadi perpotongan antara kedua titik yang saling berpotongan dalam bidang gambar. c. Keterampilan Psikomotor. Keterampilan psikomotorik adalah keterampilan yang harus dikuasai pebelajar yang memerlukan aktivitas motorik (tindakan otot atau fisik), dengan atau tanpa perlengkapan, walaupun harus disertai dengan tindakan mental / kognitif untuk mencapai tujuan tertentu. Analisa yang digunakan untuk mengenali keterampilan psikomotor adalah analisa prosedural. Contohnya : Mampu menempel accesoris pada media yang akan dijadikan kartu ucapan. d. Sikap. Tujuan sikap adalah tujuan yang mengharuskan pebelajar memilih mengerjakan sesuatu, atau keputusan tertentu untuk bertindak dalam keadaan tertentu. Misalnya, kita ingin orang-orang memilih menjadi pegawai yang baik, memilih memelihara lingkungan, memilih makanan yang bergizi, dan sebagainya. Ciri Tujuan sikap yang lain ialah bahwa tujuan itu barangkali tidak akan tercapai pada akhir Instruksional. Itu kerap kali merupakan tujuan jangka panjang yang sangat penting, tetapi sangat sulit menilainya dalam jangka pendek. Tujuan sikap terkadang menyertai tujuan kemampuan intelektual atau keterampilan psikomotorik, atau informasi verbal. e. Siasat Kognitif Siasat kognitif adalah meta processes yang digunakan untuk mengatur cara kita berpikir tentang hal-hal dan memastikan belajar kita sendiri, mengingat dan berpikir serta belajar teknik berpikir, cara menganalisis masalah, ancangan untuk memecahkan masalah. Cara mengingat nama, cara mengirit bensin. Keterampilan berada lebih tinggi dibandingkan dengan keterampilan intelek. Karena pada siasat kognitif kita sudah menggunakan keterampilan intelek untuk mencari cara dalam memecahkan masalah. f. Prosedur Menganalisis Tujuan Prosedur menganalisis tujuan adalah daftar langkah-langkah spesifik yang akan dilakukan pebelajar saat mewujudkan tujuan Instruksional. Setiap langkah ini dinyatakan dalam sebuah kotak seperti ditunjukkan pada diagram alur di bawah ini: Seorang pebelajar yang ingin menguasai tujuan Instruksional harus mengerjakan langkah-langkah tersebut. Setelah melakukan langkah 1, para pelajar akan kemudian melakukan langkah 2, lalu 3, 4, dan 5. Setelah melakukan langkah 5, proses akan lengkap, dan jika dilakukan dengan benar, akan dianggap sebagai demonstrasi kinerja tujuan.

Jika dalam pencapaian tujuan itu ada keputusan yang harus diambil, misalnya pada langkah 3, maka langkah 3 ditunjukkan dalam kotak wajik. Dengan adanya alternatif maka prosedur sekarang menjadi dua jalur, yaitu : 1, 2, 3, 4 dan 5 atau mengambil jalur alternatif sesuai keputusan yang diambil, yaitu : 1, 2, 3, 6 dan 7. Oleh karenanya pada kontek ini tidak semua langkah harus dikerjakan.

Dalam rangka menganalisis tujuan Instruksional tidak semudah yang dibayangkan, kadang kita sulit sekali mendefinisikan langkah-langkah pencapaian tujuan. Namun secara umum langkah itu minimal 3 atau 5 dan paling banyak 15 langkah. Jika kurang dari 3 maka perlu dianalisa ulang dan jika lebih dari 15 juga perlu dianalisa ulang mungkin terlalu detil.

Pada kasus lain, jika ada langkah balikan maka perlu kita buat garis putus-putus sebagai tanda arus balik/revisi. Dan jika dalam penulisan tidak cukup dalam satu baris maka kita bisa memutus dan menyambung di bagian bawah.

a. Analisis Sub-Step Dalam mengidentifikasi terkadang dalam satu langkah kita perlu membuat sub langkah yang mewakili langkah tersebut. Misal pada langkah 2 kita membuat sub langkah 2.1, 2.2 dan 2.3 serta pada langkah 5 juga dibuat sub langkah 5.1 dan 5.2.

1. Analisis Keterampilan Bawahan Hasil dari analisa tujuan berupa langkah-langkah yang ditulis dalam kotak-kotak yang diberi nomor urut dan disusun secara horizontal dari kiri ke kanan. Nomor urut pada kotak merupakan urutan langkah keterampilan dalam mencapai tujuan Instruksional. Selanjutnya kita akan melakukan mengidentifikasi keterampilan bawahan. Keterampilan bawahan adalah semua keterampilan yang mendukung tercapainya keterampilan-keterampilan pada langkah-langkah hasil analisa tujuan. Keterampilan bawahan seringkali melibatkan beberapa domain belajar, identifikasi keterampilan bawahan sampai pada keterampilan paling bawah dan murni. Keterampilan bawahan tersebut bisa berbentuk konsep, teori, aturan, pengertian, definisi, hukum, atau fakta. Terkadang secara sendiri keterampilan bawahan tidak begitu berarti tetapi dalam rangka mendukung tercapainya keterampilan diatas (super-ordinat) sangatlah berfungsi. Tanpa keterampilan itu mungkin tujuan Instruksional tidak akan tercapai. Keterampilan bawahan dalam peta analisis ditempat pada kotak-kotak di bawah kotak-kotak langkah-langkah analisis tujuan.

Bagan diatas menggambar posisi keterampilan bawahan dalam peta analisa. Keterampilan pada langkah 1, langkah 2, langkah 3, langkah 4 dan langkah 5 merupakan keterampilan super-ordinat. Keterampilan bawahan pada langkah 1 merupakan hasil analisis hierarki. Keterampilan bawahan pada langkah 2 merupakan hasil analisis rumpun. Dan Keterampilan bawahan pada langkah 3 merupakan hasil analisa prosedural. Analisa keterampilan bawahan ini akan dibahas berikut. a. Analisis Hierarki Analisa hierarkis digunakan untuk menganalisis langkah-langkah individu dalam analisis tujuan intelektual atau psikomotorik. Setelah kita mengidentifikasi seluruh keterampilan-keterampilan bawahan yang mendukung tercapainya tujuan.. Kemudian keterampilan-keterampilan bawahan ditulis kotak-kotak untuk memudahkan dalam penyusunan dalam peta konsep yang akan dibuat. Pendekatan dengan analisa hierarki adalah sebuah analisa yang memperhatikan bahwa keterampilanketerampilan disusun dari keterampilan tertinggi sampai pada titik keterampilan terendah. Ada satu hal yang harus dipertimbangkan bahwa keterampilan bawahan merupakan syarat untuk keterampilan di atas. Hal ini yang merupakan ciri dari analisa hierarki. Setelah anda merasa puas sudah mengidentifikasikan semua sub-keterampilan yang diperlukan pebelajar untuk dapat menguasai tujuan Instruksional anda, anda kemudian memeriksa hasil analisa anda, dan membeberkannya dalam satu peta analisa. Dalam mendiagramkan analisa hierarki digunakan cara kebiasaan berikut: 1) Tujuan akhir Instruksional diletakkan di dalam kotak di puncak susunan hierarki.

2) Semua keterampilan intelek subordinat diperlihatkan di dalam kotak-kotak yang dihubungkan dengan garis-garis yang berasal dari kotak-kotak atas dan bawahnya. 3) Keterampilan-keterampilan informasi verbal dan sikap dihubungkan dengan garis-garis mendatar, sebagaimana juga diperlihatkan dalam. bagian-bagian berikutnya. 4) Anak-anak panah harus menunjukkan bahwa alur keterampilan arahnya ke atas menuju ke tujuan akhir.

5) Rumusan semua keterampilan subordinat harus menggunakan kata kerja yang menunjukkan apa yang pebelajar harus mampu lakukan. Hindari rumusan yang hanya menggunakan kata benda. 6) Dalam kenyataan sebenarnya, hierarki tidak perlu simetri. Bentuknya bisa segala macam. Tidak ada satu wujud penampakan hierarki yang benar.

Adalah penting untuk memeriksa kembali analisa anda beberapa kali, untuk memastikan bahwa anda telah mengenali semua keterampilan bawahan yang diperlukan pebelajar bagi menguasai tujuan Instruksional. Pada tahap ini anda harus kembali menempuh prosedur langkah mundur, dari keterampilan yang tertinggi, paling kompleks dalam hierarki anda ke keterampilan yang terendah, paling sederhana yang diperlukan oleh pebelajarpebelajar anda. Ini akan memungkinkan anda menentukan apakah anda sudah memasukkan semua keterampilan bawahan yang perlu.

b. Analisis Prosedural Analisa prosedural ialah satu teknik yang digunakan untuk mengenali langkah-langkah keterampilan bawahan dalam analisis untuk tujuan intelektual atau keterampilan psikomotorik. Setelah keterampilan bawahan atau lebih pas mungkin rincian keterampilan untuk mencapai keterampilan diatas. Keterampilan ini lebih merupakan rincian langkah untuk mencapai tujuan diatasnya, setiap langkah ibawahnya bukan merupakan syarat untuk langkah selanjutnya. Analisa prosedural merupakan jenis analisis subskills seperti terlihat di bawah

Langkah 1 sampai 5 adalah langkah-langkah asli dalam analisis Instruksional. Langkah 2.1 adalah langkah bawahan dari langkah 2 seperti halnya dalam hubungan hierarki khas. Langkah 4.1, 4.2, dan 4.3 adalah subskills dari langkah 4 dan merupakan langkah prosedural dari langkah 4. Langkah 4.2.1 adalah langkah hierarkis dari langkah 4.2. Kotak-kotak keterampilan bawahan dalam analisa prosedural disusun sejajar dimulai dari sebelah kanan sebagai keterampilan paling bawah atau prosedur pertama. c. Analisis Rumpun Analisa rumpun (cluster analysis) biasa digunakan pada tujuan informasi verbal. Analisa rumpun lebih berfungsi mengidentifikasi kategori atau komponen-komponen utama dari tujuan informasi verbal yang akan dicapai. Setiap kategori dalam informasi verbal tersebut hampir tidak memiliki hubungan baik secara hierarki maupun prosedural, tetapi mungkin hanya memiliki kemiripan atau memiliki fungsi sama dalam pencapaian tujuan yang dianalisa. Contohnya : tujuan menuliskan nama-nama profinsi di pulau sumatra

Langkah yang harus dilakukan dalam analisa rumpun adalah menempatkan kotak-kotak keterampilan bawahan hasil Identifikasi pada posisi yang sama seperti pada analisis prosedural tetapi bukan, hubungannya dengan keterampilan super-ordinat seperti dalam analisis hierarki tetapi bukan. d. Perilaku Masukan Proses analisis Instruksional juga berfungsi membantu perancang mengidentifikasi Instruksional tentang apa yang sudah harus tahu atau mampu lakukan pembelajar sebelum mereka mulai belajar, keahlian ini disebut sebagai perilaku masukan. Prosedur yang digunakan untuk mengidentifikasi perilaku masukan secara langsung berkaitan dengan proses analisis keterampilan bawahan. Anda tahu bahwa dengan analisis hirarkis Anda bertanya, Apa yang pembelajar perlu tahu dalam rangka untuk mempelajari keterampilan ini? Jawaban atas pertanyaan ini adalah satu atau lebih keterampilan bawahan. Jika Anda melanjutkan proses ini dengan masing-masing berturut-turut set keterampilan bawahan, bagian bawah hirarki akan berisi keterampilan yang sangat dasar. Asumsikan Anda memiliki peta analisis Instruksional yang begitu lengkap. Ini mewakili berbagai keahlian yang dibutuhkan untuk mengambil pelajar dari tingkat yang paling dasar pemahaman sampai tujuan Instruksional Anda. Jika mayoritas peserta didik sudah menguasai beberapa keterampilan dasar yang ada pada peta analisis sebelum memulai Instruksional maka, maka diatas keterampilan tersebut dibuat garis putus-putus. Garis putusputus tersebut adalah garis entry behaviors (perilaku masukan)

Semua keterampilan dalam peta analisis adalah bagian yang akan kita belajarkan sedangkan yang dibawah garis disebut perilaku masukan tidak perlu di belajarkan, karena sudah dikuasai oleh pembelajar. e. Sifat Kesementaraan Dalam perancangan sebuah material kurikulum terkadang hanya diperuntukkan bagi pebelajar-pebelajar yang tercerdas dalam populasi sasaran. Keadaan ini tercermin dalam analisa Instruksional garis entry behaviors terlalu tinggi, yang menunjukkan bahwa pebelajar-pebelajar populasi sasaran sudah memiliki sebagian besar keterampilan yang ada pada peta. Kalau tingkah laku masukan yang dianggap sudah ada itu ternyata belum dikuasai oleh sebagian besar populasi sasaran, maka material Instruksional itu kehilangan fungsinya bagi banyak pebelajar. Tanpa persiapan yang memadai untuk menguasai keterampilan masukan, usaha-usaha para pebelajar menjadi tidak berdaya guna dan materialnya tidak berhasil guna. Kesalahan kedua terjadi apabila garis putus-putus itu ditarik terlalu rendah pada bagan analisa Instruksional. Dalam keadaan ini praduganya ialah pebelajar-pebelajar sedikit saja atau sama sekali tidak memiliki keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Instruksional. Kesalahan seperti ini bisa berakibat fatal dari sudut pengembangan material Instruksional yang sebenarnya tidak diperlukan para pebelajar, dan dari sudut waktu yang diperlukan bagi para pebelajar untuk mempelajari hal-hal guna mencapai tujuan yang sebenarnya sudah mereka kuasai.

1.

Kesimpulan

Proses tujuan analisis dimulai hanya setelah Anda memiliki pernyataan yang jelas dari tujuan Instruksional. Langkah-langkah dalam proses analisis tujuan adalah : 1. 2. 3. 4. 1) 2) 3) Mengklasifikasikan tujuan menjadi salah satu dari empat wilayah belajar, yaitu sikap, keterampilan intelektual, informasi verbal dan keterampilan psikomotorik. Mengidentifikasi langkah-langkah utama yang harus dilakukan peserta didik untuk mencapai tujuan. Produk awal Anda harus dipandang sebagai draft dan harus tunduk pada evaluasi dan perbaikan. Mengidentifikasi keterampilan bawahan dari semua langkah-langkah utama dalam pencapaian tujuan. Langkah ini harus sampai kepada keterampilan yang paling dasar dan murni. Melakukan analisis keterampilan bawahan terhadap langkah-langkah utama.

Analisis klaster dilakukan pada langkah informasi verbal. Analisis hirarkis dilakukan pada keterampilan intelektual dan psikomotorik. Analisis prosedural dilakukan pada keterampilan intelektual dan psikomotorik. 1. 2. Proses analisis kadang perlu diulang proses step-down digunakan sampai Anda percaya bahwa tidak ada keterampilan bawahan lebih lanjut masih harus diidentifikasi. Mengidentifikasi perilaku masukan yang akan dituntut dari peserta didik dengan menggambar sebuah garis titik-titik di bawah ini keterampilan-keterampilan yang akan diajarkan dan di atas orang-orang yang tidak diajarkan. Keterampilan yang diidentifikasi dalam analisis yang tidak akan diajarkan yang disebut sebagai perilaku masukan.

Akhir dari analisis ini sampai dihasilkan sebuah peta analisis atau peta konsep seperti pada gambar

Langkah ke 3 MENGANALISIS PEMBELAJAR DAN LINGKUNGAN (Analyze Learner and Context) disusun oleh : muhamad khotib, triwahyu handoyo, suyono wahyuni satiawati, rita ambarwati (Mahasiswa Pasca TP Unila 2009) A. Latar Belakang Kenyataan di lapangan banyak ditemui adanya ketidakcocokan antara Instruksional dengan kemampuan pembelajar, dengan lingkungan tempat belajar dan dengan lingkungan setelah pembelajar menggunakan keterampilan. Oleh karena itu perancang tidak hanya menganalisis dan menentukan apa yang akan diajarkan, tetapi juga menganalisis karakteristik dari peserta didik, konteks di mana belajar akan dilakukan, dan konteks di mana keterampilan pada akhirnya akan digunakan. Untuk keperluan ini kita melakukan analisis pembelajar dan analisis konteks. Alasan lain bagi perancang untuk menganalisis pembelajar dan konteks adalah bahwa analisis ini tidak dapat dilakukan dalam satu kantor. Desainer harus berbicara dengan pembelajar, instruktur, dan manajer; mereka harus mengunjungi ruang kelas, fasilitas pelatihan, dan peserta didik tempat kerja untuk menentukan keadaan di mana peserta didik akan mendapatkan dan menggunakan keterampilan baru mereka. Seperti pada langkah 2 analisa Instruksional dan analisa pebelajar dan konteks sering digunakan secara simultan sebagai satu kesatuan, sehingga informasi dikumpulkan dari setiap komponen B. Konsep Pengembangan Untuk melakukan analisis pembelajar dan konteks ada tiga analisis yang dilakukan, yaitu analisis pembelajar, analisis konteks performansi dan analisis konteks learning. 1. Menganalisis Pembelajar (Analyze Learner) Sebelum kita membahas analisis pembelajar, baik kita tahu dulu siapa pembelajar dalam desain yang akan dibuat. Pembelajar disini kadang disebut sebagai populasi target atau kelompok sasaran. Mari kita mulai dengan mempertimbangkan bahwa pebelajar mendapatkan seperangkat Instruksional. Kita akan mengacu pada pebelajar ini sebagai target population yaitu mereka adalah orang-orang yang akan dikenai Instruksional secara tepat. Informasi yang berguna yang akan didapat meliputi (1). Entry behaviour (Perilaku awal), (2). Pengetahuan awal tentang topik tertentu, (3). Sikap terhadap isi dan sistem penyampaian, (4). Motivasi belajar, (5). Tingkat pendidikan dan kemampuan, (6). Pembelajaran yang disukai, (7). Sikap terhadap pengelolana pemberian Instruksional, dan (8). Karakteristik kelompok. Paragraf berikut akan membahas secara lengkap informasi tersebut. 1) Perilaku Masukan. Perilaku masukan maksudnya anggota populasi sasaran harus telah menguasai keterampilan tertentu sebelum proses Instruksional dimulai. Pada peta konsep perilaku masukan berada di bawah garis entry behaviors. 2) Pengetahuan Sebelumnya Tentang Topik. Menekankan pentingnya menentukan apa yang peserta didik sudah tahu tentang topik yang akan diajarkan secara parsial. Mereka membangun pengetahuan baru dengan membangun pemahaman mereka sebelumnya, sehingga hal ini sangat penting bagi desainer untuk menentukan jangkauan dan sifat pengetahuan sebelumnya.

3) Sikap Terhadap Isi dan Sistem Penyampaian. Sikap atau kesan pebelajar terhadap isi materi dan bagaimana akan disajikan akan mempengaruhi keberhasilan pembelajaran. Harapan populasi tentang cara penyampaian materi akan menimbulkan motivasi. 4) Motivasi Akademik. Tingkat motivasi pebelajar merupakan faktor yang sangat penting dalam mencapai pembelajaran yang sukses. Ketika pebelajar mempunyai tingkat motivasi atau interest yang rendah terhadap topik tertentu, pembelajaran hampir tidak terjadi. Keller (1987) mengembangkan sebuah model motivasi ARCS (perhatian, relevansi, kepercayaan dan kepuasan) yang diperlukan dalam kesuksesan belajar tersebut. 5) Pendidikan Dan Tingkat Kemampuan. Menentukan tingkat prestasi dan kemampuan umum pebelajar. Informasi ini akan membantu mendapatkan gambaran jenis pengalaman pembelajaran yang mereka alami dan mungkin kemampuan mereka dalam mengatasi masalah terhadap pendekatan baru dan berbeda dalam pembelajaran. 6) Pembelajaran yang disukai. Temukan keterampilan belajar dan kesukaan serta minat pebelajar untuk mendapatkan model pembelajaran yang sesuai. Dengan kata lain, apakah pebelajar menyukai pendekatan ceramah atau diskusi dalam belajar atau apakah mereka mengalami pendekatan belajar yang lain seperti studi kasus, pembelajaran berbasis masalah, kelas seminar atau pembelajaran mandiri melalui web site. 7) Sikap Terhadap Organisasi Pelatihan / Pendidikan Populasi sasaran yang mempunyai sikap positif dan konstruktif terhadap organisasi yang menyediakan belajar. Beberapa penelitian telah mengindikasikan bahwa sikap-sikap yang menunjang terhadap kesuksesan pembelajaran adalah berkaitan dengan keterampilan baru yang dapat diterapkan di tempat kerja. Karakteristik Kelompok. Analisa pebelajar secara benar akan menghasilkan dua jenis informasi tambahan yang dapat mempengaruhi dalam merancang pembelajaran. Pertama, tingkat keragaman populasi pebelajar. Kedua, interaksi langsung yang terjadi pada populasi pebelajar. Hal ini untuk mendapatkan dan mengembangkan kesan terhadap apa yang mereka ketahui dan bagaimana perasaan mereka. Semua Variabel pembelajar ini akan digunakan untuk memilih dan mengembangkan tujuan Instruksional, dan mereka akan sangat mempengaruhi berbagai komponen dari siasat Instruksional. Mereka akan membantu para desainer mengembangkan strategi motivasi untuk Instruksional dan akan menyarankan berbagai jenis contoh yang dapat digunakan untuk mengilustrasikan poin, cara-cara di mana belajar dapat (atau tidak) akan disajikan, dan cara untuk membuat praktek keterampilan yang relevan bagi pembelajar. Mengumpulkan Data untuk Analisis Learner Pengumpulan data tentang pembelajar dilakukan dengan melakukan wawancara terstruktur dengan manajer, instruktur, dan peserta didik dengan pola survei dan kuesioner. Bisa juga dengan mengelola pretest untuk mengetahun perilaku masukan pembelajar. Keluaran Hasil dari analisis pebelajar termasuk deskripsi tentang peserta didik (1) entry sebelumnya perilaku dan pengetahuan tentang topik, (2) sikap terhadap konten dan potensi sistem pengiriman, (3) motivasi akademik, (4) sebelum pencapaian dan tingkat kemampuan, (5) belajar preferensi, (6) umum sikap terhadap organisasi memberikan pelatihan, dan (7) karakteristik kelompok.

1. 2. Analisis Konteks Performansi (Analysis of Performance Context)Analisis Kontek Performasi adalah analisa untuk mengetahui lingkungan pebelajar dimana akan menerapkan keterampilan tersebut. Berdasarkan perspektif konstruktif, analisa konteks yang dilakukan secara benar dapat membantu para perancang dalam menciptakan elemen-elemen yang tepat dalam lingkungan belajar dan membantu pebelajar dalam mengembangkan konsep yang optimal untuk belajar dan mengingat. 1). Pengelolaan atau Dukungan Supervisor Kita harus belajar tentang pengorganisasian yang mendukung terhadap pengharapan pebelajar untuk menerima keterampilan-ketrampilan tersebut. Penelitian menegaskan bahwa satu indikator kuat dalam penggunaan keterampilan baru tersebut adalah pengaturan (disebut Transfer of training) yang harus diterima oleh pebelajar. 2). Aspek Fisik Aspek fisik dimana keterampilan tersebut akan diterapkan adalah apakah mereka menggunakannya berdasarkan perlengkapan, fasilitas, peralatan, waktu, atau sumber-sumber yang lain ? Data-data ini dapat digunakan untuk merancang sebuah pembelajaran sehingga keterampilan tersebut dapat diterapkan pada lingkungan atau situasi yang mirip dengan tempat kerja. 3). Aspek Sosial Pemahaman terhadap konteks sosial seperti bekerja sendiri atau merupakan anggota tim? Apakah pebelajar bekerja secara mandiri atau apakah mereka bekerja mempresentasikan konsep atau idenya dalam pertemuan staf atau supervisor ? 4). Keterampilan Yang Relevan Dengan Tempat Kerja. Untuk memastikan bahwa keterampilan baru yang akan diterima oleh pebelajar sesuai dengan kebutuhan yang sudah diidentifikasi, kita seharusnya memprediksikan keterampilan-ketrampilan yang relevan yang akan dipelajari oleh pebelajar tersebut dengan situasi tempat mereka bekerja. Pengumpulan Data untuk Pelaksanaan Analisis Konteks Pengumpulan data dilakukan dengan kunjungan langsung ke lokasi yang tujuannya mengumpulkan data dari para pebelajar dan pengelola yang potensial dan mengamati lingkungan kerja, dimana keahlian-keahlian baru akan digunakan. Rangkaian prosedur pengumpulan data dasar ini mencakup wawancara dan observasi. Hasil utama penelitian pada tahap ini adalah (1) suatu deskripsi lingkungan fisik dan organisasi, dimana keahlian tersebut digunakan, dan (2) rangkaian faktor khusus yang memudahkan atau bercampur dengan pemanfaatan keahlian baru oleh para pebelajar..

1. 3. Analisis Konteks Pembelajaran (Analysis of Learning Environment)Terdapat dua aspek untuk analisis konteks pembelajaran, yaitu menentukan apa dan bagaimana seharusnya. Apa di sini adalah suatu tinjauan kondisi yang mana instruksi tersebut terjadi. Hal ini mungkin hanya terjadi di satu lokasi, seperti suatu pusat pelatihan bersama, atau salah satu dari banyaknya lokasi yang dihadiri oleh seorang klien. Bagaimana seharusnya di sini dapat berupa fasilitas, perlengkapan, dan sumber yang cukup mendukung instruksi yang diinginkan. Dalam analisis konteks pembelajaran, fokusnya meliputi unsur-unsur berikut ini: 1). Penyesuaian lokasi dengan Kebutuhan Instruksional Dalam pernyataan sasaran instruksional yang dirancang pada tahap awal model ini, peralatan dan item pendukung lainnya juga diperlukan untuk menunjukkan sasaran yang disusun. Apakah lingkungan pembelajaran

yang Anda kunjungi mencakup sasaran-sasaran ini? Dapatkah lingkungan tersebut sesuai dengan sasaran yang ada? 2. Penyesuaian Lokasi untuk Mendorong Lokasi Kerja. Persoalan lain adalah penyesuaian lingkungan pelatihan dengan lingkungan kerja. Dalam lingkungan pelatihan, suatu upaya yang harus dilakukan untuk mendorong faktor-faktor dari lingkungan kerja yang secara kritis memang untuk ditampilkan. Apakah hal tersebut memungkinkan untuk dilakukan dalam konteks pelatihan yang telah dirancang? Apakah yang harus diubah atau ditambahkan? 3). Penyesuaian untuk Pendekatan Penyampaian Susunan kebutuhan peralatan dari pernyataan sasaran menunjukkan bagaimana seharusnya berkaitan dengan konteks pembelajaran, dan juga, konteks pelaksanaan. 4). Batasan-batasan Lokasi Pembelajaran yang Mempengaruhi Rancangan dan Penyampaian. Seorang instruktur mengajar dua puluh hingga dua puluh empat pebelajar dalam suatu ruang kelas yang masih menggunakan metode pelatihan bersama. Pendidikan umum sendiri dipimpin oleh guru dengan dua puluh hingga dua puluh empat pebelajar. Meskipun demikian, sejumlah pendekatan instruksional-mandiri dan fasilitas telah tersedia, dan lebih banyak instruksi akan disampaikan pada suatu komputer kerja yang mencakup sistem pendukung pelaksanaan elektronik. Ketika sistem-sistem ini menjadi lebih mampu dan tersedia untuk penggunaan pelatihan, maka prinsip-prinsip rancangan sistematis akan menjadi lebih diterapkan, bahkan untuk pengembangan instruksi yang efisien dan efektif. Pengumpulan Data untuk Analisis Konteks Pembelajaran Dalam banyak cara, analisis konteks pembelajaran bersifat sama terhadap lokasi kerja. Tujuan utama analisis ini adalah untuk mengenali fasilitas dan batasan yang ada dari lokasi tersebut. Prosedur yang diikuti dalam menganalisa konteks pembelajaran adalah untuk merencanakan wawancara dengan instruktur, pengelola lokasi, dan pebelajar, jika memungkinkan. Begitu juga dengan analisis konteks pelaksanaan, maka rangkaian pertanyaan wawancara juga harus disiapkan. Hasil-hasil pokok dari analisis konteks pembelajaran ini adalah sebagai berikut: (1) sebuah deskripsi tentang sejauh mana tingkat lokasi yang digunakan untuk menyampaikan pelatihan dengan keahlian yang diperlukan untuk beralih ke lokasi kerja, dan (2) sebuah susunan batasan yang akan menjadi implikasi-implikasi penting untuk proyek.

1. 1.

C. Hasil Pengembangan

Analisis Pebelajar Sumber Data Pembelajaran langsung Ujian Diskripsi Karakteristik Pebelajar Pebelajar sudah mampu menggunakan gunting , menggunakan pisau potong , memotong kertas, mengelem, mencari bahan dari barang bekas.

No Kategori informasi 1 Entry Behavior

No Kategori informasi

Sumber Data Rekaman Ujian

Diskripsi Karakteristik Pebelajar

2

Pengalaman sendiri Sikap terhadap Materi Pembelajaran langsung dan sistem penyajian Ujian Rekaman Ujian Pengalaman sendiri Pembelajaran langsung Ujian Rekaman Ujian Pengalaman sendiri Pendidikan dan TingkatPembelajaran langsung Kemampuan Ujian Rekaman Ujian Pengalaman sendiri Interview Pembelajaran langsung Ujian Rekaman Ujian Pengalaman sendiri Pembelajaran langsung Ujian Rekaman Ujian Pengalaman sendiri Karakteristik Kelompok Pembelajaran langsung Umum Ujian Rekaman Ujian Pengalaman sendiri

Pebelajar sudah mengetahui dan menyukai pembuatan kartu ucapan dan praktik membuatnya.

3

Motivasi

Pebelajar memiliki motivasi yang tinggi terhadap materi pembuatan kartu ucapan.

4

Pembelajarnya adalah murid yang sudah duduk di kelas VII SMP Negeri 13 Bandarlampung. Kemampuan pebelajar agak beragam mengenai materi pembuatan kartu ucapan.

5

Gaya Belajar

Pebelajar lebih suka diberikan demonstrasi pembuatan kartu ucapan

6

Sikap terhadap Lembaga

Pebelajar pada umumnya bersikap potif terhadap lembaga.

7

Heterogernitas: Pebelajar memiliki latar belakang yang berbeda. Rata-rata usia peserta didik 11 tahun 13 tahun. Ukuran : Jumlah pebelajar kelas VII berjumlah 32 orang. Kesan Menyeluruh: Pebelajar memiliki kesan yang baik untuk menyelesaikan tugas dan

No Kategori informasi

Sumber Data

Diskripsi Karakteristik Pebelajar penilaian.

2. No 1 2

Analisis Konteks Performansi Kategori informasi Dukungan Kepala Sekolah Aspek fisik dari performansi tempat Aspek social Sumber Karakteristik Pebelajar Data Pembelajaran Penghargaan: Kepala sekolah memberikan reward pada pebelajar. Bentuknya langsung berupa reinforcement, set ifikat atau piagam. Pengalaman Sekolah menyiapkan fasilitas, sarana prasarana, waktu untuk pebelajar. pribadi Pebelajar bertanggungjawab untuk menyiapkan seluruhnya. pebelajar Pengalaman Interaksi: Pebelajar langsung belajar dilokasi yang berbeda dan didukung oleh pribadi kelompok kerja atau keluarga atau kawannya yang tahu materi pembuatan pebelajar kartu ucapan. Pengalaman Identifikasi Kebutuhan: Pebelajar membutuhkan Identifikasi kebutuhan yang pribadi diperlukan untuk pembuatan kartu ucapan. pebelajar Aplikasi: Pebelajar mengidentifikasi bahan dan alat yang dibutuhkan untuk membuat kartu ucapan. Aplikasi yang akan datang: Pebelajar dapat membuat dan memprodusikan kartu ucapan untuk mengembangkan kreatifitas, produktofitas, dan aspek ekonomis.

3

4

Aspek relevansi skills to workplace. (.5)

3.

Analisis Konteks Pembelajaran 1.

No 1

Kategori informasi Lokasi/ tempat Belajar

Sumber Data Pengalaman pribadi pebelajar

2

Kesesuaian kebutuhan pembelajaran

Pengalaman pribadi pebelajar

Karakteristik Pebelajar Pebelajar melengkapi tugas belajar dari rumah . Pebelajar mengerjakan tugasnya dari pengalaman yang berbeda dalam pembuatan kartu ucapan. Strategi pembelajaran: Pebelajar melengkapi tugas belajar dari rumah . Pebelajar mengerjakan tugasnya dari pengalaman yang berbeda dalam pembuatan kartu ucapan Waktu: Pertemuan 3 kali X 40 menit. Peserta : 32 orang Lokasi : SMP negeri 13 Bandarlampung Lokasi: SMP negeri 13 Bandarlampung Kenyamanan: Pebelajar merasa nyaman/ senang belajar di sekolah Ruang: Kelas VII

3

Kesesuaian kebutuhan pebelajar

Pengalaman pribadi pebelajar

4

Kelayakan tempat belajar Pengalaman pribadi pebelajar

Pelengkapan: Gunting, pisau kater, kertas, lem, bakan bekas lainnya. Karakteristik Pengawas : Pebelajar mengatur dirnya sendiri dalam proses belajar . Karakteristik Fisik: Tempat belajarnya baik. Karakteristik sosial: Hubungan / komunikasi antar siswa dan guru baik

Langkah ke-4 MERUMUSKAN TUJUAN INSTRUKSIONAL ( Write Instructional Goal ) disusun oleh : muhamad khotib, triwahyu handoyo, suyono wahyuni satiawati, rita ambarwati (Mahasiswa Pasca TP Unila 2009) A. Latar Belakang Komponen yang paling terkenal dalam model desain pembelajaran adalah menulis tujuan performansi, atau sering disebut dengan behavioral objectives (tujuan perilaku). Robert Mager (1962). Tujuan penulisan tujuan performansi adalah untuk menjawab pernyataan tentang kemampuan apa yang akan dilakukan pebelajar ketika mengikuti dan menyelesaikan proses pembelajaran. Ketika guru dilatih untuk merumuskan tujuan intruksional khusus, terhadap dua kesulitan utama yang dihadapi ketika proses mendefinisikan tujuan tidak termasuk dalam komponen yang integral pada model desain pembelajaran. Pertama, tanpa sebuah model yang jelas para guru menemui kesulitan untuk menentukan bagaimana memperoleh tujuan pembelajaran. Meskipun para pengajar dapat menguasai mekanisme penulisan tujuan, tidak ada konsep dasar yang dapat mengarahkan dalam mendapatkan tujuan. Sebagai hasilnya beberapa guru kembali kepada isi yang terdapat dalam teks books untuk mengidentifikasi topik-topik yang akan mereka tulis sebagai behavioral objectives. Kedua, mungkin lebih sebagai kritikan adalah apa yang dilakukan dengan tujuan tersebut setelah ditulis oleh para guru. Tujuan ini hanya sebatas tulisan yang hanya berfungsi sebagai dokumen administrasi bagi seorang guru. B. Konsep Pengembangan 1. Tujuan Performansi (Performance Objective) Tujuan Performansi adalah sebuah gambaran detail tentang apa yang akan dapat dilakukan oleh pebelajar setelah menyelesaikan pembelajaran. Titik pertama mengacu pada 3 istilah yang sering digunakan ketika mendeskripsikan performance pebelajar. Robert Mager 1975 pertama kali mengunakan istilah behavioral objectives , performance objectives dan instructional objectives. Anda seharusnya tidak memiliki pengertian yang keliru mengenai instructional objectives. Instructional objectives menggambarkan jenis pengetahuan, keterampilan, atau sikap yang akan dipelajari oleh pebelajar. Seperti yang telah di jelaskan sebelumnya tujuan instruksional mendeskripsikan mengenai apa yang akan dapat dilakukan oleh pebelajar ketika mereka menyelesaikan materi pembelajaran. Hal ini mendeskrpsikan situasi nyata, situasi belajar diluar, dimana pebelajar akan menggunakan keterampilan dan pengetahuan tersebut. Ketika tujuan intruksional umum di ubah dalam Tujuan Kinerja disebut sebagai terminal objektif. Terminal objektif mendeskripsikan secara jelas apa yang akan dapat dilakukan oleh pebelajar ketika pebelajar menyelesaikan satu unit pembelajaran. Performance objective diperoleh dari keterampilan dalam analisis intruksional. Satu atau lebih objective seharusnya ditulis dalam setiap skill yang di identifikasi dalam analisis instruksional. Kadang-kadang penulisan objektif tersebut di indetifikasikan sebagai entry behavior (sikap awal) karena objektif merupakan dasar pengembangan tes item untuk menentukan apakah pelajar memilki entry behavior seperti yang telah kita asumsikan. 2. Komponen Tujuan.

Bagaimana objektif ditulis sebagai goal statement, langkah-langkah dalam tujuan, subordinat skill dan entry behavior ? karya Robert Mager selanjutnya dijadikan sebagai standar dalam pengembangan objektif, model tersebut merupakan pernyataan yang meliputi tiga komponen utama, yaitu : kemampuan yang diukur, kondisi yang menjadi syarat, dan kriteria penilaian. 1). Derivations of Behaviors (Prilaku)

Dalam penyusunan tujuan diperlukan kata kerja operasional yang terukur dari masing masing ranah ( Kognitif, psikomotor, dan afektif). Penulisan tujuan ini harus mampu mengungkapkan jenis perilaku yang dirumuskan melalui proses identifikasi dalam analisis instruksional. Keterampilan intelektual dapat dijelaskan dengan kata kerja operasional seperti mengidentifikasi, mengklasifikasi, menunjukkan, atau menghasilkan. Kata kerja ini mengacu pada kegiatan khusus seperti sebagai pengelompokan objek serupa, membedakan satu hal dari yang lain, atau memecahkan masalah. ( Golas, dan Keller , 2004) Gagne tidak menggunakan kata kerja seperti tahu, mengerti, atau menghargai karena kata kerja itu sulit untuk diukur. Tujuan performansi yang berhubungan dengan keterampilan psikomotorik dapat dilakukan dengan memilih kata kerja yang dinyatakan dalam bentuk perilaku (misalnya, berlari, melompat, menari , atau mengemudi). Ketika tujuan melibatkan aspek sikap, pelajar biasanya diharapkan untuk memilih alternatif tertentu. Di sisi lain, hal itu mungkin melibatkan pelajar membuat pilihan dari di antara berbagai kegiatan. 2). Derivations of Conditions (Kondisi)

Komponen kedua dari tujuan menetapkan kondisi-kondisi tertentu yang menjadi bagian dari tujuan tersebut. Kondisi mengacu pada lingkungan dan sumber-sumber yang tersedia pada saat tujuan ditetapkan. Dalam pemilihan kondisi yang tepat mempertimbangkan baik perilaku yang di capai maupun karakteristik populasi target anda juga membedakan fungsi-fungsi dari kondisi tersebut, fungsi tersebut meliputi : a. Syarat-syarat yang disediakan dimana siswa akan mengunakannya dalam mendapatkan informasi (stimulus). b. Karakteristik dari sumber-sumber materi yang di perlukan untuk mengerjakan tugas. Beberapa sumber materi sebagai berikut; Ilustrasi seperti table, grafik, Materi tertulis seperti; artikel surat kabar, story, Objek secara fisik seperti batu, daun, mesin atau alat Materi referensi, kamus, teks book, data base, web c. Cakupan dan kompleksitas tugas, menyesuaikan dengan kemampuan dan pengalaman siswa.

d. Konteks yang relevan dengan dunia nyata adalah untuk membantu transfer pengetahuan dan penampilan dari pengajaran kedalam kinerja.

3).

Derivations of Criteria

Bagian akhir dari objektif adalah kriteria dalam memutuskan keterampilan performance yang dapat diterima. dalam menetapkan kriteria yang logis, anda harus mempertimbangkan tugas yang dilaksanakan. Beberapa tugas

intelectual skill dan verbal information hanya mempunyai satu respon yang dianggap benar. Beberapa tugas intelectual skill dan verbal information tidak menghasilkan jawaban tunggal dan respon siswa yang bervariasi. 3. Langkah Penulisan Tujuan. Disamping menentukan tujuan dan seperangkat instruksional yang sesuai dengan analisis konteks, para desainer seharusnya mereview pernyataan tujuan sebelum menetapkan tujuan. Langkah-langkah dalam menulis tujuan adalah sebagai berikut : 1. Edit tujuan untuk merefleksikan performance konteks. 2. Tulis terminal objective yang mencerminkan konteks learning environment. 3. Tulis tujuan untuk setiap langkah dalam analisis tujuan jika tidak terdapat substep. 4. Tulis tujuan untuk setiap substep. 5. Tulis tujuan untuk seluruh subordinate skill. 6. Tulis tujuan untuk entry behaviour jika terdapat siswa yang tidak memiliki kompetensi yang tercakup dalam entry behavior.

4. Evaluasi Tujuan. Cara yang baik untuk mengevaluasi kelayakan kejelasan dan tujuan yang telah ditulis adalah untuk membangun sebuah item tes yang akan digunakan untuk mengukur peserta didik dalam pencapaian tugas. Jika tidak dapat menghasilkan barang logis sendiri, maka tujuan harus dipertimbangkan kembali. Cara lain untuk mengevaluasi kejelasan tujuan adalah dengan meminta seorang rekan untuk membangun tes item yang sama dan sebangun dengan perilaku dan kondisi yang ditentukan. Jika item tidak diproduksi sangat mirip dengan salah satu yang ada dalam pikiran, maka tujuan tidak cukup jelas untuk berkomunikasi . Di juga harus mengevaluasi kriteria yang telah ditetapkan dalam tujuan. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria untuk mengevaluasi contoh-contoh yang ada kinerja yang diinginkan atau respons. Sementara tujuan menulis, perancang harus sadar bahwa pernyataan-pernyataan ini kriteria yang akan digunakan untuk mengembangkan penilaian untuk pengajaran. Perancang mungkin lagi memeriksa kejelasan dan kelayakan tujuan dengan bertanya, Bisakah desain item atau tugas yang menunjukkan apakah seorang pelajar dapat berhasil melakukan apa yang digambarkan dalam tujuan? Jika sulit membayangkan bagaimana hal ini dapat dilakukan dalam fasilitas yang ada dan lingkungan, maka tujuan harus dipertimbangkan kembali. Saran bermanfaat lainnya adalah sebaiknya tidak ia enggan untuk menggunakan dua atau bahkan tiga kalimat untuk secara memadai menggambarkan tujuan Tidak ada persyaratan untuk membatasi tujuan ke satu kalimat. Diasumsikan bahwa siswa akan mempelajari bahan-bahan sebelum melakukan keterampilan.

C. Hasil Pengembangan Tujuan Istructional : Mengapresiasi karya seni rupa

No

Keterampilan Subordinat 1.1 Siswa dapat mengekspresikan karya seni rupa 1.2 Siwa dapat membuat karya seni kriya berupa kartu ucapan dengan memanfaatkan barang bekas dilingkungannya

Tujuan Performansi 1. Dengan menyiapkan bahan dan alat siswa dapat mengumpulkan bahan yang sesuai untuk pembuatan kartu ucapan. 2. Melalui diskusi siswa dapat menyebutkan bebrapa alat untuk membuat seni kriya. 3. Dengan menyiapkan alat dan bahan siswa dapat memilih bahan dan alat yang sesuai untuk pembuatan kartu ucapan. 4. Melalui eksplorasi tentang bahan bahan bekas siswa dapat menuliskan macam-macam bahan bekas untuk membuat karya seni kriya. 5. Dengan mengamati beberapa contoh pola / desain yang disiapkan guru siswa dapat membuat desain kartu ucapan. 6. Dengan latihan menbuat pola kartu ucapan siswa dapat membuat bagian-bagian kartu ucapan. 7. Melalui kerja kelompok siswa dapat mrenggabubgkan bagian-bagian pola kartu ucapan. 8. Melalui kerja kelompok siswa dapat menyelesaikan proses pembuatan kartu ucapan

Langkah ke-5 MENGEMBANGKAN INSTRUMENT PENILAIAN ( Develop Assessment Instruments ) disusun oleh : muhamad khotib, triwahyu handoyo, suyono wahyuni satiawati, rita ambarwati (Mahasiswa Pasca TP Unila 2009) A. Latar Belakang Konsep baru dalam pengukuran proses pembelajaran yang berpusat pada pembelajar (learned-centered) adalah penilaian yang berpusat pada pembelajar (learner-centered assessment ). Definisi learner-centered assessment sejajar dengan definisi tradisional test acuan patokan, sebagai element inti dari pembelajaran yang didesain secara sistematis. Tipe test ini penting untuk mengevaluasi perkembangan pebelajar dan kualitas pembelajaran. Hasil dari tes acuan patokan memberikan indikasi instuktur seberapa baik pebelajar mampu mencapai setiap tujuan pembelajaran, dan mengindikasikan komponen mana dari pembelajaran yang bisa berjalan dengan baik, dan komponen mana yang perlu direvisi. Selain itu juga, tes acuan patokan memungkinkan pebelajar untuk merefleksikan diri dengan mengaplikasikan kriteria untuk menilai hasil kerja mereka sendiri. Berhubungan dengan hal tersebut di atas perlu dibahas bagaimana menyusun dan membangun aspek penilaian dalam pembelajaran yang mencakup semua jenis kegiatan yang digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik setelah menyelesaikan unit pembelajaran. B. Konsep Pengembangan Pengembangan tes muncul di point ini dan bukannya di setelah pembelajaran karena tes harus sesuai dengan tujuan performance. Performance yang ingin dicapai dalam tujuan harus sesuai dengan performance yang ingin dicapai dalam tes atau penugasan. Penilaian acuan patokan terbentuk dari item-item atau tugas-tugas performance yang langsung mengukur ketrampilan yang dideskripsikan dalam satu atau lebih tujuan performance. 1. Empat Tipe Tes yang dapat digunakan. a. Entry behaviors test

Tes ini diberikan kepada pebelajar sebelum memulai pembelajaran. Tes ini berguna untuk mengukur ketrampilan syarat atau ketrampilan yang harus sudah dikuasai sebelum pembelajaran dimulai. Keterampilan syarat akan muncul di bawah garis entry behavior. b. Pretest

Tes ini dilakukan pada awal pembelajaran untuk mengetahui apakah pebelajar sudah menguasai beberapa atau semua ketrampilan yang akan diajarkan. Tujuannya adalah untuk efisiensi. Jika semua ketrampilan sudah dikuasai maka tidak perlu ada pembelajaran. Namun jika hanya sebagian materi yang sudah dikuasai maka data tes ini memungkinkan desainer untuk lebih efisien. Mungkin hanya review atau pengingat yang dibutuhkan. Biasanya pretest dan entry behavior test dijadikan satu. Hasil dari tes entry behavior dapat digunakan desainer untuk mengetahui apakah pebelajar siap memulai pembelajaran, sedangkan dari hasil pretest desainer dapat memutuskan apakah pembelajaran akan menjadi terlalu mudah untuk pebelajar. c. Practice test

Tujuan tes ini adalah untuk membuat pebelajar lebih aktif berpartisipasi selama pembelajaran. Tes ini memungkinkan pebelajar untuk menampilkan pengetahuan dan ketrampilan baru dan untuk refleksi diri sampai

level berapa ketrampilan dan pengetahuan mereka. Tes ini berisi ketrampilan yang lebih sedikit dan lebih fokus pada materi per pertemuan daripada per unit. Hasil tes ini digunakan instruktur untuk memberikan feedback dan untuk memonitor pembelajaran. d. Posttest

Tes ini paralel dengan pretes. Sama dengan pretes, posttest mengukur tujuan pembelajaran. Postest harus menilai semua objektif dan terutama fokus pada objektif terakhir. Namun jika waktu tidak memungkinkan, maka hanya tujuan akhir dan ketrampilan penting saja yang diujikan. Postest mungkin digunakan untuk menilai performance pebelajar dan untuk memberi kredit karena telah menyelesaikan program. Tujuan yang terutama dari tes ini adalah agar desainer dapat mengidentifikasi area pembelajaran yang tidak bisa dilakukan dengan baik. Jika pebelajar gagal dalam tes, desainer harus dapat mengidentifikasi dalam proses pembelajaran yang mana tidak dimengerti oleh siswa. Test Type Designers decicion Tes entry behavior Apakah siswa siap mengikuti pembelajaran? Apakah siswa telah memiliki ketrampilan prasarat? Pretest Ketrampilan prasarat atau keterampilan yang ditandai dalam analisis pembelajaran Apakah pembelajar menguasai materi sebelumnya ? Ketrampilan manakah yang sebelumnya dikuasai ? Bagaimana dapat efesian mengembangkan pembelajaran ? Objek akhir Langkah utama dari analisis tujuan Apakah siswa memiliki pengetahuan dan ketrampilan? Apakah kesalahan dan miskonsepsi mereka bentuk? Apakah pembelajaran cukup kluster? Apakah langkah pembelajaran cukup bagi pembelajar? Pengetahuan dan ketrampilan sub objek tanpa tujuan Tipe skop pada pelajaran Apakah pembelajar telah mencapai tujuan? Apaka pembelajaran lebih efektif pada setisp lsngkah ketrampilan subordinate? Apakah pembelajaran perlu direvisi? Apakah pembelajar menguasai ketrampilan dan sikap ? Tujuan akhir Langkah utama dan ketrampilan Objectives Typically Tested

Practice test

Posttest

subordinate 2. Mendesain Tes Pertimbangan pertama adalah menyesuaikan bidang pelajaran dengan item atau tipe tugas penilaian. Verbal information biasanya di tes dengan objectif tes. Tes bentuk objektif meliputi format seperti jawaban singkat, jawaban alternatif, mencocokkan, dan pilihan ganda. Objektif untuk intelektual skill lebih kompleks dan biasanya menggunakan model objektif, kreasi produk atau pertunjukan langsung. Penilaian untuk ranah afektif juga kompleks. Biasanya tidak ada cara langsung untuk mengukur tingkah laku seseorang. Penilaian di ranah ini biadanya dilakukan dengan observasi. Penilaian ranah psikomotor biasanya dilakukan dengan mendemonstrasikan tugas. Untuk melihat apakah setiap langkah telah dilakukan dengan baik oleh pebelajar, guru membuat check-list atau rating-scale. 1. 3. Menentukan Level Penguasaan

Peneliti yang meneliti sistem penguasaan pelajaran menyarankan bahwa penguasaan equivalent dengan level keberhasilan yang diharapkan dari pebelajar yang terbaik. Metode untuk menentukan level penguasaan menggunakan acuan norma. Pendekatan yang kedua, bisa digunakan cara statistik. Jika desainer ingin memastikan bahwa pebelajar benarbenar mengerti ketrampilan sebelum mereka melanjutkan tahap pembelajaran selanjutnya, maka kemungkinankemungkinan harus disediakan untuk menampilkan ketrampilan sehingga hampir tidak mungkin keberhasilan menjadi hasil utama. Jika menggunakan soal pilihan ganda sangat mudah untuk menghitung probabilitas kesempatan keberhasilan. Dengan tipe soal yang lain, lebih sulit dilakukan penghitungan tapi lebih mudah untuk meyakinkan orang lain bahwa keberhasilan bukan sekedar kesempatan saja 4. Menulis Item Tes Ada empat kategori tes yang berkualitas, yaitu: a. Berpusat pada Tujuan (Goal-Centered Criteria) Soal tes dan penugasan harus sesuai dengan tujuan utama pembelajaran. Soal dan penugasan harus sesuai dengan perilaku termasuk konsep dan action. Untuk menyesuaikan jawaban soal tes dengan perilaku yang diharapkan dalam tujuan, desainer harus mempertimbangkan tugas belajar atau kata kerja yang ditunjukkan dalam tujuan. Butir soal harus mengukur perilaku yang sesungguhnya yang dideskripsikan dalam tujuan. b. Berpusat pada Pebelajar (Learner-Centered Criteria) Tes item dan penilaian tugas harus disesuaikan dengan kharakteristik dan kebutuhan siswa, meliputi kosa kata, bahasa, tingkat kompleksitas tugas, motivasi siswa, dan tingkat ketertarikan siswa, pengalaman siswa, dan latar belakang siswa serta kebutuhan khusus siswa. c. Berpusat pada Kontek (Context-Centered Criteria) Dalam membuat tes item dan penilaian tugas, desainer harus mempertimbangkan seting kinerja dan juga lingkungan belajar atau lingkungan kelas. Tes item dan tugas harus realistis atau relevan dengan seting kinerja. Kriteria ini membantu untuk memastikan transfer pengetahuan dan skill dari belajar ke dalam lingkungan kinerja. d. Berpusat pada Penilaian (Assessment-Centered Criteria)

Siswa akan merasa cemas selama assessment, penyusunan tes item dan penilaian tugas yang baik dapat menghilangkan rasa cemas siswa. Cetakan tes yang berkualitas meliputi kebahasaan baik, pengucapan dan tanda baca tepat dan tulisan jelas, petunjuk jelas, sumber materi dan pertanyaan jelas. Kriteria ini membantu siswa untuk melakukan dengan tenang. 1. Seting Penguasaan Kriteria

Terdapat beberapa saran yang dapat membantu anda dalam menentukan berapa banyak tes item pilihan yang diperlukan. Jika tes item memerlukan sebuah format respon yang memungkinkan siswa dapat menebak jawaban dengan benar anda dapat memasukkan beberapa tes item paralel untuk tujuan yang sama jika kemungkinan menebak jawaban yang benar kecil kemungkinan, anda dapat memutuskan satu atau dua item untuk menentukan kemampuan siswa 1. Jenis-jenis Item

Pertanyaan penting lainnya adalah jenis tes item atau penilaian tugas apa yang paling baik dalam menilai kinerja siswa? Perilaku tertentu dalam objektif memberikan point-point penting terhadap jenis item atau tugas yang dapat digunakan untuk menguji perilaku. Contoh, jika point penting yang ditanyakan kepada siswa adalah mengingat fakta, maka tanyakan kepada siswa tersebut dengan jawaban siswa yang menyatakan fakta-fakta daripada memberikan pertanyaan yang meminta reaksi siswa seperti pada pertanyaan pilihan ganda. gunakan objektif sebagai guide, dalam menyeleksi jenis tes item yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mendemonstrasikan kinerja tertentu yang terdapat dalam objektif. Setiap jenis test items mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Untuk meyeleksi jenis tes items yang baik dari beberapa format test item yang ada, pertimbangkan beberapa faktor seperti faktor waktu yang diperlukan oleh siswa dalam memberikan respon, waktu penilaian yang diperlukan untuk menganalisis dan memutuskan jawaban, suasana ujian, dan kemungkinan dalam menebak jawaban yang benar. 1. Menulis Petunjuk

Test harus terdapat petunjuk yang jelas, singkat. Permulaan tes biasanya menyebabkan kecemasan pada siswa yang akan dinilai. Oleh karena itu tes seharusnya mengurangi keraguan pada pikiran siswa mengenai apa yang akan mereka kerjakan dalam menyelesaikan test. Dibawah ini informasi petunjuk test yang biasanya ditemukan dalam test : a. Judul test seharusnya memberikan kesan kepada siswa mengenai content atau isi daripada kata-kata sederhana seperti Pretest atau Test I b. c. d. e. Pernyataan singkat yang menerangkan objective atau performance yang diujikan. Siswa diberitahu untuk menebak jawaban jika mereka tidak yakin dengan jawaban yang benar. Petunjuk khusus seharusnya diucapkan dengan benar. Siswa diberitahu agar menulis nama mereka atau identitas mereka.

f. Siswa seharusnya diberitahu mengenai penggunaan perlengkapan khusus dalam menyelesaikan test seperti penggunan pensil, lembar jawaban mesin, teks-teks tertentu atau perlengkapan khusus lainnya. 1. Mengevaluasi Test dan Item Test.

Arah dan uji test item untuk tes objektif harus diujicobakan terlebih dulu sebelum digunakan untuk evaluasi formatif. Agar tidak terjadi kesalahan pada instrumen tes , perancang harus memastikan hal hal berikut: 1. arah tes jelas, sederhana, dan mudah diikuti;

2. masing-masing item tes jelas dan menyampaikan kepada peserta didik yang dimaksud dipembentukan atau stimulus; 3. 4. kondisi-kondisi dimana dibuat tanggapan yang realistis; metode respon jelas bagi peserta didik; dan

5. ruang yang tepat, waktu, dan peralatan yang tersedia . Test item yang tidak terjawab oleh sebagian besar pelajar harus dianalisis, direvisi, atau bahkan diganti sebelum tes diberikan lagi. Ketika membangun item tes, dan tes pada umumnya, perancang harus diingat bahwa tes mengukur kecukupan (l) pengujian itu sendiri, (2) bentuk tanggapan, (3) bahan-bahan pengajaran, (4) lingkungan pengajaran dan situasi, dan (5) pencapaian pelajar. C. Hasil Pengembangan Tabel Desain Evaluasi Seni Rupa Kelas XII SMP Negeri 13 Bandar Lampung Sub Ketrampilan Intelektual No 1 Ketrampilan Tujuan Performance Melalui eksplorasi tentang bahan bahan bekas siswa dapat menuliskan macammacam bahan bekas untuk membuat karya seni kriya. Melalui diskusi siswa dapat menyebutkan bebrapa alat untuk membuat seni kriya. Test Item Tuliskan macam-macam bahan yang dapat digunakan dalam membuat karya seni kriya ! Tuliskan 4 alat untuk membuat karya seni kriya!

2

Tabel Desain Evaluasi Seni Rupa Kelas XII SMP Negeri 13 Bandar Lampung Sub Ketrampilan Psikomotor No 1 Ketrampilam Tujuan Performance Dengan menyiapkan bahan dan alat siswa dapat mengumpulkan bahan yang sesuai untuk pembuatan kartu ucapan. Dengan menyiapkan alat dan bahan siswa dapat memilih bahan dan alat yang sesuai untuk pembuatan kartu ucapan. Dengan mengamati beberapa contoh pola / desain yang disiapkan guru siswa dapat membuat desain kartu ucapan. Dengan latihan mebuat pola kartu ucapan siswa dapat membuat bagian-bagian kartu ucapan. Test Item Kumpulkan bebrapa bahan untuk membuat kartu ucapan minimal 10 macam ! Siapkan alat-alat yang digunakan untuk pembvuatan kartu ucapan minimal 4 buah! Buatlah contoh pola/ desain kartu ucapan pada kertas gambar ! Buatlah bagian-bagian pola sesuai dengan kartu ucapan .

2

3

4

5

6

Melalui kerja kelompok siswa dapat mrenggabubgkan bagian-bagian pola kartu ucapan. Melalui kerja kelompok siswa dapat menyelesaikan proses pembuatan kartu ucapan

Gabungkan bagian-bagian pola untun membentuk kartu ucapan! Buatlah finishing pembuatan kartu ucapan !.

Tujuan Instruksional 1.Siswa dapat mengapresiasikan karya seni rupa daerah. 2. Siswa dapat mengekspresikan diri karya seni rupa, musik, seni tari, dan seni teater. 2.1 Siswa dapat membuat karya seni kriya 2.2 Siswa dapat membuat kartu ucapan dengan memanfaatkan barang bekas dari lingkungan sekitar. Tabel Keputusan Perancang No 1 Test Type Keputusan Perancang Tes entry behaviorApakah siswa siap mengikuti pembelajaran? Apakah siswa telah memiliki ketrampilan prasyarat? Apakah pembelajar menguasai materi sebelumnya ? Ketrampilan manakah yang sebelumnya dikuasai ? Bagaimana dapat efesien mengembangkan pembelajaran ? Apakah siswa memiliki pengetahuan dan ketrampilan? Apakah kesalahan dan miskonsepsi mereka bentuk? Apakah pembelajaran cukup kluster? Apakah langkah pembelajaran cukup bagi pembelajar? Apakah pembelajar telah mencapai tujuan? Apakah pembelajaran lebih efektif pada setiap langkah ketrampilan subordinate? Apakah pembelajaran perlu direvisi? Apakah pembelajar menguasai ketrampilan dan sikap ? Tabel Desain Evaluasi Seni Rupa Kelas XII SMP Negeri 13 Bandar Lampung Tes Entry Behavior, Pretes, Practise Tes, dan Post tes No 1 Test Type Tes entry behavior Jenis Soal/ Pertanyaan Apakah siswa telah memiliki ketrampilan prasyarat? a. Apakah siswa sudah dapat memotong/ menggunting ?

2

Pretest

3

Practice test

4

Posttest

b. Apakah siswa sudah dapat melipat ? c. Apakah siswa sudah dapat menggulung kertas ? Apakah pembelajar menguasai materi sebelumnya ? a. Apakah siswa sudah dapat membuat kartu ucapan ? b. Apakah siswa sudah pernah membuat kartu ucapan? Ketrampilan manakah yang sebelumnya dikuasai a. Bagian manakah yang sulit dalam pebuatan kartu ucapan? b. Apa kesulitan dalam pembuatan kerangka? c. Apa kesulitan dalam pembuatan bagian tambahan / Asesoris ? d. Apa kesulitan dalam pewarnaan dan finishing? Apakah siswa memiliki pengetahuan dan ketrampilan? a. Bahan bahan apa yang dibutuhkan dalam pembuatan kartu ucapan? b. Alat-alat apa yang dibutuhkan dalam pembuatan kartu ucapan? c.Bagaimana cara membuat kerangka kartu ucapan ? d. Bagaimana cara menggabungkan kerangka dengan aksesoris? e. Bagaimana cara kartu ucapan mewarnai dengan tepat? Apakah pembelajar telah mencapai tujuan? a. Tuliskan bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan kartu ucapan ! b.Tuliskan alat-alat yang diperlukan dalam pembuatan kartu ucapan ! c.Buatlah kerangka pembuatan kartu ucapan! d. Buatlah kartu ucapan yang sudah melalui proses finishing! Tabel Desain Evaluasi Seni Rupa Kelas XII SMP Negeri 13 Bandar Lampung Sub Ketrampilan Intelektual No 1 Ketrampilan 2.1 Tujuan Performance Test Item Melalui eksplorasi tentang bahan bahan Tuliskan macam-macam bahan bekas siswa dapat menuliskan macam- yang dapat digunakan dalam macam bahan bekas untuk membuat karyamembuat karya seni kriya ! seni kriya. Melalui diskusi siswa dapat Tuliskan 4 alat untuk membuat menyebutkan bebrapa alat untuk karya seni kriya! membuat seni kriya.

2

Pretest

3

Practice test

4

Posttest

2

2.1

Tabel Desain Evaluasi Seni Rupa Kelas XII SMP Negeri 13 Bandar Lampung Sub Ketrampilan Psikomotor No 1 Ketrampilam 2.1 Tujuan Performance Test Item Dengan menyiapkan bahan dan alat Kumpulkan bebrapa bahan siswa dapat mengumpulkan bahan yang untuk membuat kartu ucapan sesuai untuk pembuatan kartu ucapan. minimal 10 macam ! Dengan menyiapkan alat dan bahan Siapkan alat-alat yang siswa dapat memilih bahan dan alat yang digunakan untuk pembuatan sesuai untuk pembuatan kartu ucapan. kartu ucapan minimal 4 buah! Dengan mengamati beberapa contoh Buatlah contoh pola/ desain pola / desain yang disiapkan guru siswa kartu ucapan pada kertas dapat membuat desain kartu ucapan. gambar ! Dengan latihan membuat pola kartu Buatlah bagian-bagian pola ucapan siswa dapat membuat bagian- sesuai dengan kartu ucapan . bagian kartu ucapan. Melalui kerja kelompok siswa dapat Gabungkan bagian-bagian pola menggabungkan bagian-bagian pola kartu untuk membentuk kartu ucapan! ucapan. Melalui kerja kelompok siswa dapat Buatlah finishing pembuatan menyelesaikan proses pembuatan kartu kartu ucapan !. ucapan

2

2.1

3

2.2

4

2.2

5

2.2

6

2.2

Frekuensi Instrumen untuk Evaluasi Tingkah Laku / Sikap Nama : Tanggal Total YES : : NO

Jumlah yang diobservasi : ASPEK A. Pendekatan Kustomer 1. Tersenyum 2. Inisiatif untuk menyapa 3. Komentar individu 4. Meminta izin 5. Pelayanan 6. Perhatian pada semua aspek 7. Lain-lain B. Selama Kegiatan 1. Mendengarkan dengan penuh perhatian 2. Meminta klarifikasi informasi 3. Menyiapkan bentuk permintaan 4. Melengkapi formar 5. Menjelaskan perubahan 6. Menjelaskan urutan material 7. Lain lain C. Kesimpulan

1. Menemukan pelayanan keseluruhan 2. Ucapan terimakasih 3. Menanggapi komentar 4. Membuat kesimpulan 5. Lain-lain Muhamad Khotib, guru SMA Muhammadiyah 1 Sekampung Udik Lampung Timur Tri Wahyu Handoyo, Guru SMAN 1 Gunung Pelindung Lampung Timur Suyono, Guru SMAN 2 Way Tenong Lampung Barat Wahyuni Satiawati, Guru SMPN 13 Bandar Lampung Rita Ambarwati, Guru SMA Teladan Bandar Lampung

Langkah ke-6 MENGEMBANGKAN SIASAT PEMBELAJARAN ( Develop Instructional Strategy ) oleh : Muhamad Khotib, Tri Wahyu Handoyo, Suyono Rita Ambarwati, Wahyuni Satuawati A. Latar Belakang Kegiatan instruksional yang dilakukan para pengajar beraneka ragam. Ada pengajar yang memulai kegiatannya dengan menunggu pertanyaan dari siswa, ada yang aktif memulai dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa, ada pula yang mulai dengan memberikan penjelasan tentang materi yang akan diuraikan, dan ada yang memulai mengulangi penjelasan tentang materi yang lalu. Selanjutnya ada yang melanjutkan dengan kegiatan menjawab pertanyaan siswa, membentuk kelompok diskusi atau menggunakan program lain. Istilah startegi pembelajaran menyatakan berbagai jenis aktivitas belajar mengajar, seperti diskusi kelompok, membaca, studi kasus, perkuliahan, simulasi computer, lembar kerja, proyek kelompok kerjasama, dll. B. Konsep Pengembangan 1. Menyeleksi Sistem Penyampaian Sistem penyampaian merupakan bagian dari strategi pembelajaran, sistem penyampaian juga merupakan asumsi bahwa desainer terlibat dalam pengembangan strategi pembelajaran. Dalam kasus lain memilih system pembelajaran dapat juga berupa level, level bidang studi, ataupun level kurikulum. Berikut ini beberapa contoh system penyampaian yang umum dalam melaksanakan pembelajaran. Model tradisional Korespondensi Kuliah kelompok besar yang diikuti dengan Tanya jawab. Belajar jarak jauh dengan video tape atau siaran. Video conference interaktif dua arah Pembelajaran berbasis computer Pembelajaran berbasis web menggunakan internet atau intranet Program belajar mandiri dengan bantuan modul atau paket pembelajaran. Kombinasi system kebiasaan, kombinasi dan unik.

Dalam proses desain pembelajaran yang ideal, hal pertama yang dipertimbangkan adalah tujuan, karakteristik pembelajar, konteks dan performa pembelajaran, tujuan khusus, assessment (penilaian), dan memilih system penyampaian yang terbaik. Dan untuk mencapai memilih sistem penyampaian yang terbaik, semua komponen di atas harus dipertimbangkan:

1) 2) 3) 4) 5) 6)

Review analisis pembelajaran dan mengidentifikasi tujuan khusus Merencanakan dan mempelajari komponen pembelajaran Memilih kelompok siswa yang paling efektif Menspesifikasi bahan dan media efektif Menentukan tujuan dari materi pelajaran dan menggabungkan pemilihan media. Menyeleksi atau mengembangkan system penyampaian terbaik.

2. Menyusun Isi Materi dan Mengelompokkan Pembelajaran a. Merangkai Isi Langkah pertama dalam mengembangkan siasat pembelajaran adalah mengidentifikasi rangkaian pembelajaran dan pengaturan isi. Hal ini bisa mulai dari level skill yang paling bawah yaitu skill yang tepat di atas garis entri behavior kemudian naik terus mengikuti hierarki sampai ke yang paling tinggi. Rangkaian pembelajaran cenderung merupakan kombinasi dari bawah ke atas atau dari kiri ke kanan. yaitu, subordinat skill langkah 1 diajarkan pertama kali, kemudian langkah 1, lalu yang berikutnya sub ordinat skill langkah 2,kemudian langkah ke 2 itu sendiri. Rangkaian ini berlangsung terus sampai semua langkah di ajarkan. b. Pengelompokkan Pembelajaran Satu rangkaian yang besar adalah pendekatan program pembelajaran linear yang cenderung merubah semua informasi ke dalam unit-unit kecil dan meminta respon terus menerus dari pembelajar, aktivitas dasar, atau anda ingin menampilkan informasi tersebut ke dalam bentuk beberapa tujuan terlebih dahulu pada berbagai aktivitas pebelajar. Anda harus mempertimbangkan 5 faktor dalam menentukan jumlah informasi yang akan ditampilkan (atau ukuran kelompok), yaitu : Level usia pebelajar Kompleksitas materi Jenis-jenis pembelajaran Variasi aktivitas. Jumlah waktu tersedia.

3. Komponen Belajar dalam Siasat Pembelajaran Konsep dasar dalam strategi pembelajaran adalah peristiwa pembelajaran yang dideskripsikan dalam condition of learning Gagne (1970). Dalam pandangan psikologi kognitif ada 9 event yang menghadirkan efektivitas mengajar eksternal yang mendukung mental proses pembelajaran internal, yaitu : Memperoleh perhatian, Menginformasikan tujuan pembelajaran, Menstimulasi ingatan dan prasyarat pembelajaran, Menampilkan materi-materi, Menyediakan bimbingan pembelajaran, Menimbulkan performa, Memberikan feed back, Menilai kinerja, Memperkaya ingatan dan mentransfer. Dalam siasat pengajaran ada lima komponen utama: 1. Kegiatan pra instruksional ( pendahuluan ) 1. Perhatian dan Motivasi Pebelajar 2. Menjelaskan Tujuan 3. Menjelaskan dan Memastikan Pengetahuan PraSyarat Isi presentasi / Penyajian Informasi 1. Uraian Materi 2. Contoh

1.

3. 4.

Partisipasi pembelajar 1. 2. 3. Praktek Umpan Balikan Penilaian 1. Tes Perilaku Masukan 2. PreTest 3. PosTest 4. Kegiatan Tindak lanjut 1. Remediasi (review) 2. Pengayaan

Adapun uraian dari kelima komponen tersebut sebagai berikut : 1. Kegiatan pra instruksional (pendahuluan) ; sebelum memulai pembelajaran formal anda harus mempertimbangkan 3 faktor yaitu: motivasi pembelajar, menginformasikan apa yang akan harus mereka pelajari, memastikan bahwa mereka sudah mempunyai pengetahuan prasyarat sebelum memulai pembelajaran Isi presentasi/ penyajian materi; disini anda harus menentukan dengan tepat informasi konsep aturan dan prinsip-prinsip apa yang perlu diberikan pada pembelajar. Ini merupakan penjelasan dasar dari unit-unit yang ada di dalamnya. Kesalahan utama yang sering terjadi dalam langkah ini adalah menyampaikan terlalu banyak informasi, khsususnya informasi yang tidak ada hubungannya dengan tujuan. Tidak hanya penting untuk mendefenisikan konsep-konsep baru, tetapi juga menjelaskan hubungan antar konsep-konsep tersebut. Anda juga perlu menentukan tipe dan jumlah contoh yang akan diberikan pada setiap konsep. Partisipasi pebelajar; merupakan pemberian aktivitas yang berhubungan langsung dengan tujuan. Pebelajar harus diberi kesempatan untuk mempraktekkan apa yang diinginkan, dan mampu dilakukan oleh mereka. Pembelajar seharusnya tidak hanya mampu mempraktekkan tetapi mereka juga harus memberi feed back. Penilaian (assessment); empat kriteria dasar di dalam penilaian sudah digambarkan didalam chapter 7, tes entry behavior, pre test, tes praktek, dan post test. Fungsi utama dari tes tersebut sudah digambarkan, tetapi disini sebagai seorang desainer anda harus memutuskan dengan tepat apa strategi anda. Pertama anda harus tahu bagaimana menggunakan tes praktek, lalu anda harus bisa memutuskan hal-hal berikut ini. Kegiatan Tindak lanjut adalah kegiatan review keseluruhan dari strategi untuk menentukan apakah memori/materi pembelajaran dan transfer perlu untuk diberikan. Pertanyaan ini bisa dijawab dengan mengulang kembali analisis konteks kinerja.

2.

3.

4.

5.

4. Komponen Belajar Untuk Pebelajar Dengan Level Kemampuan Dengan Kedewasaan yang Berbeda. Aspek pertama yang perlu diperhatikan adalah mengingat bahwa komponen belajar itu ditujukan untuk memandu proses intelektual pembelajar melalui aktivitas dan mental yang membantu pembelajaran. Idealnya adalah semua pembelajar harus mampu mengatur proses intelektual mereka seperti menjadi pebelajar yang mandiri. 1) Komponen Belajar Untuk Berbagai macam Outcome (Hasil).

Komponen dasar belajar untuk berbagai hasil pembelajaran dalam strategi pembelajaran adalah intelektual skill, informasi verbal, skill motorik dan perilaku. Intelektual skill;

Seorang desainer harus menyadari dua hal yaitu cara pebelajar mengorganisir pengetahuan yang diterima dalam memori dan keterbatasan kemampuan mereka untuk mengingat materi baru. Strategi yang digunakan harus mencakup cara-cara bagaimana pebelajar dapat menghubungkan materi baru yang didapatkan dengan pengetahuan yang sudah ada dalam memori. Informasi verbal;

Prosedur yang direkomendasikan oleh Gagne untuk membantu siswa mengatur informasi baru adalah dengan memberikan outline atau tabel yang merangkum informasi ini. Skill motorik;

Apa implikasi dari deskripsi pembelajaran skill motorik yang menampilkan isi, contoh, praktek dan umpan balik (feed back) ? Implikasi yang sangat nyata adalah persyaratan dari beberapa presentasi visual dari skill, sudah pasti video atau film bisa digunakan untuk melihat gerak tetapi sering foto dan gambar juga bisa digunakan, Kategori isi dan contoh dalam strategi biasanya dalam bentuk deskripsi verbal yang diikuti dengan ilustrasi. Perilaku

Perilaku terdiri dari tiga komponen: perasaan, sikap, dan pemahaman kognitif. Perasaan bisa dideskripsikan sebagai hal yang menyenagkan atau tidak menyenangkan yang diekspresikan melalui kecenderungan kita untuk mendekati atau menghindari sebuah situasi. Sikap, harus mendemonstrasikan kondisi yang menggambarkan tujuan performa. 2) Komponen Belajar untuk Strategi Pembelajaran Konstruktivisme

Pendekatan belajar dalam presepektif konstrutivisme lebih menekankan pada, pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada pebelajar (siswa). Dalam strategi konstruktivisme pembelajaran didesain dan dikelola sedemikian rupa, sehingga pembelajaran dapat menggali secara optimal potensi yang dimiliki oleh pebelajar (siswa). Komponen belajar untuk strategi pembelajaran konstruktivesme sama dengan komponen terdahulu, tapi pada pendahuluan atau dalam deskripsi lebih menekankan keterlibatan siswa dalam memberikan gambaran yang objektif yang disesuaikan dengan kehidupan sehari-hari. Demikian juga dalam partisipasi siswa mempunyai porsi yang lebih besar dan umpan balik dapat dilakukan pada proses tersebut.. Berikut bagan komponen belajar konstruktivisme.

C. Hasil Pengembangan

KOMPONEN-KOMPONEN PRAPENGAJARAN, PENGETESAN DAN TINDAK LANJUT DARI SIASAT PEMBELAJARAN Aktivitas Kegiatan Prapembelajaran Motivasi: Menjelaskan kepada siswa tentang keindahan-keindahan dalam seni rupa dan memberikan ilustrasi serta contoh-contoh hasil karya seni rupa yang memiliki nilai estetika, ekonomis dan dapat menambah wawasan serta melatih siswa untuk mencintai khasanah budaya nusantara melalui karya seni rupa. Tujuan 1.1. Melalui eksplorasi tentang bahan bahan bekas siswa dapat menuliskan macam-macam bahan bekas untuk membuat karya seni kriya. 1.2 Melalui diskusi siswa dapat menyebutkan bebrapa alat untuk membuat seni kriya. 2.1 Dengan menyiapkan bahan dan alat siswa dapat mengumpulkan bahan yang sesuai untuk pembuatan kartu ucapan. 2.2 Dengan menyiapkan alat dan bahan siswa dapat memilih bahan dan alat yang sesuai untuk pembuatan kartu ucapan. 2.3 Dengan mengamati beberapa contoh pola / desain yang disiapkan guru siswa dapat membuat desain kartu ucapan. 2.4 2.5 Dengan latihan membuat pola kartu ucapan siswa dapat membuat bagian-bagian kartu ucapan. Melalui kerja kelompok siswa dapat mrenggabungkan bagian-bagian pola kartu ucapan.

2.6 Melalui kerja kelompok siswa dapat menyelesaikan proses pembuatan kartu ucapan PENGETESAN Batas Kriteria Ketuntasan Minimal : 65 Yaitu, siswa yang memperoleh nilai di bawah 65 berarti dianggap belum menguasai material pembelajaran. 1. Tingkah Laku Masukan Untuk menetahui ketrampilan mana yang sudah dikuasai siswa, maka perlu dilakukan Tes Tingkah Laku Masukan, dengan mengujikan beberapa soal, yang berkaitan dengan sejumlah ketrampilan subordinat yang telah disusun. Ketrampilan-ketrampilan yang sudah dikuasai akan diletakkan di bawah garis entry behavior, sedangkan yang belum dikuasai di atas garis entry behavior dan perlu disiapkan material pembelajarannya. Jika hanya beberapa siswa yang tidak menguasai ketrampilan subordinat, maka siswa tersebut diberi tugas mandiri untuk menguasai ketrampilan yang belum dikuasai tersebut. Namun jika semua siswa belum menguasai semua ketrampilan subordinat, maka ditetapkan tidak ada garis entry behavior. 2. Pra-Tes Dilakukan sebelum memulai pembelajaran, yaitu menguji beberapa soal tentang ketrampilan subordinat yang berada di atas garis entry behavior

Pasca Tes Dilakukan setelah semua material pembelajaran disampaikan. KEGIATAN TINDAK LANJUT Remedial Bagi siswa yang belum mencapai batas minimal yang telah ditetapkan, akan diberikan remedial (dibimbing lagi tentang materi yang belum dikuasai atau dengan tutor sebaya dan diahiri dengan tes ahir). Bagi siswa yang telah mencapai batas minimal kelulusan, maka yang bersangkutan akan diberi pengayaan materi, berkaitan dengan kreasi-kreasi seni rupa yang lain (membuat pigura, kartu lebaran dan lain-lain). Isi Presentasi dan Aktivitas Partisipasi Belajar Tujuan 1.1.Melalui eksplorasi tentang bahan bahan bekas siswa dapat menuliskan macam-macam bahan bekas untuk membuat karya seni kriya.

Langkah ke-7 MENGEMBANGKAN DAN MEMILIH MATERIAL PEMBELAJARAN ( Develop and Select Instructional Material ) A. Latar Belakang Dalam menyusun desain pengembangan materi pembelajaran sangat penting, karena pencapaian tujuan yang di tetapkan terinci pada materi pembelajaran. Meskipun begitu tidak berarti mengesampingkan unsur-unsur lainnya termasuk siswa, metode, maupun penilaian. Oleh karena itu pengembangan bahan pembelajaran sebaiknya melibatkan pusat sumber belajar baik yang didesain maupun yang tidak didesain. Sehingga sebagai desainer bahan pembelajaran jangan tergantung pada buku teks saja tetapi memanfaatkan sumber bahan pembelajaran. Disadari atau tidak kondisi sekarang kurang memperhatikan pengembangan bahan pembelajaran secara baik, kadang seorang guru mengajar didepan kelas berbicara sesuai apa yang diingat saat itu tanpa ada perencanaan dalam pembelajaran. Pengembangan materi pembelajaran perlu dilakukan mulai penyusunan perencanaan pembelajaran sehingga diharapkan dapat mencapai hasil belajar yang optimal. B. Konsep Pengembangan Sistem Penyampaian dan Pemilihan Material Pada titik ini dalam proses desain instruksional, sebuah sistem pengiriman ditentukan dan strategi pengajaran telah dikembangkan, termasuk pengelompokan dan pengurutan, komponen pembelajaran, pengelompokan siswa, dan tentatif pilihan media. ada 3 faktor cara pemilihan media yaitu: (1) ketersediaan bahan pembelajaran yang ada, (2) dapat di implementasikan dan diproduksi, (3) memberi kemudahan pada instruktur 1. Komponen Paket Pembelajaran

Dengan strategi instruksional selesai di tangan, Anda, pada akhirnya, siap untuk mulai memilih bahan pengajaran yang ada, mengembangkan bahan sendiri, atau menulis spesifikasi untuk orang lain yang akan mengembangkan bahan-bahan. Sebelum Anda mulai Anda harus sadar akan beberapa komponen yang biasanya membentuk suatu paket instruksional, dan perhatikan bahwa dalam istilah paket kami menyertakan semua bentuk cetak dan bahan-bahan ditengahi. 1. Memilih Material Yang Ada

Langkah selanjutnya mengikuti perkembangan strategi pengajaran adalah untuk menentukan apakah ada bahan yang ada yang sesuai dengan tujuan Anda. Di beberapa daerah konten anda akan menemukan materi yang berlimpah yang tersedia, baik dangkal atau sangat rinci, yang tidak benar-benar diarahkan untuk target populasi di mana Anda tertarik. Di sisi lain, kadang-kadang adalah mungkin untuk mengidentifikasi bahan yang akan melayani setidaknya sebagian dari kebutuhan Anda. Ketika Anda mempertimbangkan biaya pengembangan video atau presentasi multimedia, itu jelas sepadan dengan upaya untuk menghabiskan beberapa jam meneliti bahan-bahan yang ada untuk menentukan apakah mereka memenuhi kebutuhan anda. 1. 2. 3. 1. Bahan yang berpusat pada tujuan Bahan yang berpusat pada pembelajar Bahan yang berpusat pada konteks Mengembangkan Material untuk Evaluasi Formatif

Draft kasar Bahan Kita semua tahu apa istilah konsep kasar berarti, karena kita semua menulis draf kasar kertas yang kemudian telah direvisi menjadi bentuk akhir. Konsep kasar berarti tentang hal yang sama ketika diterapkan pada bahan pengajaran, tetapi membawa makna tambahan bahwa produk tersebut dikembangkan di alternatif, sederhana, lebih murah format media. Tujuan untuk melakukan konsep kasar bahan baku untuk membuat cepat, biaya rendah versi desain Anda, sehingga Anda akan memiliki sesuatu untuk membimbing produksi akhir dan sesuatu untuk memperhitungkan evaluasi formatif dan mencoba dengan subjek-materi ahli, beberapa pelajar, atau sekelompok pelajar.

1.

Langkah-langkah Pengembangan Pembelajaran 1. Meninjau strategi pengajaran untuk setiap tujuan dalam setiap pelajaran. 2. Survei literatur dan bertanya kepada ahli bidang study untuk menentukan bahan pengajaran apa yang sudah tersedia. 3. Pertimbangkan bagaimana Anda dapat mengadopsi atau mengadaptasi bahan-bahan yang tersedia. 4. Menentukan apakah bahan-bahan baru harus dirancang. Jika demikian, lanjutkan ke langkah Jika tidak, mulai mengatur dan menyesuaikan bahan-bahan yang tersedia, dengan menggunakan strategi pengajaran sebagai panduan. 5. Periksa analisis peserta didik dan untuk setiap pelajaran, mempertimbangkan peran instruktur dalam memfasilitasi instruksi dan menentukan sejauh mana Anda ingin instruksi untuk diri sendiri atau kelompok-berjalan mondar-mandir. 6. Periksa analisis konteks pembelajaran dan asumsi-asumsi Anda tentang sumber daya yang tersedia untuk mengembangkan bahan. Mempertimbangkan kembali sistem penyampaian dan media yang dipilih untuk mempresentasikan bahan-bahan, untuk memantau praktik dan umpan balik, untuk mengevaluasi, dan untuk meningkatkan memori pelajar dan transfer. 7. Rencana dan menulis bahan-bahan pengajaran berdasarkan strategi pengajaran dalam bentuk draf. Anda akan takjub melihat betapa tongkat ilustrasi angka-angka dan kasar dapat membawa ide-ide Anda untuk hidup untuk sidang pertama. Cetak, visual, atau materi auditori dalam bentuk kasar ini akan memungkinkan Anda untuk memeriksa urutan, aliran ide, ketepatan ilustrasi ide, kelengkapan, kecepatan, dan seterusnya. Buatlah seperangkat bahan kasar selengkap mungkin cukup untuk setiap aktivitas instruksional. 8. Periksa setiap selesai pelajaran atau sesi belajar untuk kejelasan dan aliran ide. 9. Menggunakan satu unit instruksional yang lengkap, tulis instruksi yang menyertainya untuk membimbing para siswa melalui kegiatan jika diperlukan. 10. Menggunakan bahan-bahan yang dikembangkan di pertama ini tidak mahal, konsep kasar, mulai kegiatan evaluasi. Bab 10 memperkenalkan dan membahas prosedur dan kegiatan untuk mengevaluasi dan merevisi bahan pengajaran. 11. Anda mungkin juga mengembangkan bahan-bahan untuk instruktur manual saat Anda pergi bersama-sama atau Anda dapat membuat catatan ketika Anda mengembangkan dan merevisi presentasi dan kegiatan instruksional. Menggunakan catatan, Anda dapat menulis panduan instruktur kemudian

C. Hasil Pengembangan Tabel 7.2 Peran Guru Dalam Rancangan Dan Penyampaian Pengajaran Peran guru dalam merancang bahan 1. Guru merancang bahan pembelajaran individual Cara penyajian pembelajaran untuk setiap tahap pembelajaran Kegiatan pra pembelajaran Penyajian Informasi Pengikut Kegiatan sertaan Siswa Lanjutan Tes Guru/Bahan Bahan Bahan Bahan Bahan 2. Guru memilih dan Bahan dan atau Bahan dan atau Bahan dan atau Bahan dan mengubah bahan yang ada guru guru guru atau guru agar sesuai dengan siasat pembelajaran 3. Guru tidak memakai Guru Guru Guru Guru bahan, tetapi menyampaikan pembelajaran sesuai siasat Peran guru dalam Cara penyajian pembelajaran untuk setiap tahap p