Makalah Dick and Carey

download Makalah Dick and Carey

of 35

description

makalah

Transcript of Makalah Dick and Carey

makalah Sabtu, 26 Mei 2012MODEL RANCANGAN PEMBELAJARAN DICK AND CAREY

Menurut Gafur dalam Soeharto ( 1988: 12) definisi desain instruksional adalah keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan belajar serta pengembangan teknik mengajar untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Termasuk didalamnya adalah pengembangan paket pembelajaran, kegiatan mengajar, uji coba, revisi, dan kegiatan mengevaluasi hasil belajar.Perancangan bahan pembelajaran dan lingkungan belajar bisa berpedoman pola pikir dan prosedur yang berbeda ( Molenda & Boling, 2008:103). Perancangan pembelajaran dapat dijadikan titik awal upaya perbaikan kualitas pembelajaran. Ini berarti bahwa perbaikan kualitas pembelajaran harus diawali dari perbaikan kualitas desain pembelajaran dan merancang pembelajaran dengan pendekatan sistem (Degeng, 1999: 2). Desain sistem pembelajaran merupakan proses sistematik yang dilakukan dengan menerjemahkan prinsip prinsip belajar dan pembelajaran untuk diaplikasikan ke dalam bahan ajar dan kegiatan pembelajaran (Pribadi, 2009: 82).Hakikat pendekatan sistem adalah membagi proses perencanaan pembelajaran kedalam langkah langkah, menyusun langkah langkah secara logis dan menggunakan hasil tiap tiap langkah sebagai masukan langkah berikutnya ( Molenda & Boling, 2008:104).Ada banyak model desain yang menggunakan pendekatan sistem. Desain tersebut berbeda dalam jumlah dan nama langkah langkahnya, serta fungsi masing masing langkah yang direkomendasikan ( Molenda & Boling, 2008:110). Komponen sekaligus merupakan langkah-langkah utama dari model desain sistem pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick dan Carey dalam Dick, et al,. (2001) terdiri atas :1. Mengidentifikasi tujuan pembelajaran2. Melakukan analisis pembelajaran3. Menganalisis karakteristik siswa dan konteks pembelajaran4. Merumuskan tujuan pembelajaran khusus5. Mengembangkan instrumen penilaian6. Mengembangkan strategi pembelajaran7. Mengembangkan dan memilih materi ajar8. Merancang dan mengembangkan evaluasi formatif9. Melakukan revisi terhadap program pembelajaran10. Merancang dan mengembangkan evaluasi sumatifLangkah-langkah pengembangan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :1. Mengidentifikasi tujuan pembelajaranTujuan pembelajaran idealnya diperoleh dari analisa kebutuhan yang benar benar mengindikasikan adanya suatu masalah yang pemecahannya adalah dengan memberikan pembelajaran (Dick, et al, 2001: 19).Sasaran akhir dari suatu pembelajaran adalah tercapainya tujuan pembelajaran umum, oleh karena itu dalam merancang pembelajaran harus memperhatikan secara mendalam rumusan tujuan pembelajaran umum yang akan ditentukan. 2. Melakukan analisis pembelajaranTujuan utama analisis pembelajaran adalah mengidentifikasi pengetahuan dan ketrampilan yang harus ada pada pembelajaran (Dick, et al, 2001: 37) Karena prosesnya relatif kompleks, analisis pembelajaran terhadap tujuan pembelajaran umum dapat dilakukan melalui dua tahap : 1) menggolongkan pernyataan tujuan umum menurut jenis kapabilitas belajar. 2) melakukan analisa lanjutan untuk mengidentifikasi ketrampilan bawahan. Keduanya merupakan proses analisa pembelajaran. Pembelajaran ketrampilan psikomotor biasanya memerlukan perpaduan ketrampilan intelektual dan ketrampilan motorik. Langkah pertama untuk analisa dilakukan dengan menerapkan prosedur analisis hierarkis (Dick, et al, 2001: 81). 3. Menganalisis karakteristik siswa dan konteks pembelajaranSelain melakukan analisis tujuan pembelajaran, hal penting yang perlu dilakukan dalam menerapkan model ini adalah analisis terhadap karakteristik siswa yang akan belajar dan konteks pembelajaran. Kedua langkah ini dapat dilakukan secara bersamaan atau paralel. Analisis konteks meliputi kondisi-kondisi terkait dengan keterampilan yang dipelajari oleh siswa dan situasi yang terkait dengan tugas yang dihadapi oleh siswa untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari. Analisis terhadap karakteristik siswa meliputi kemampuan aktual yang dimiliki oleh siswa, gaya belajar, dan sikap terhadap aktivitas belajar. Identifikasi yang akurat tentang karakteristik siswa yang akan belajar dapat membantu perancang program pembelajaran dalam memilih dan menentukan strategi pembelajaran yang akan digunakan.4. Merumuskan tujuan pembelajaran khususPerumusan tujuan khusus pembelajaran merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai siswa setelah mereka selesai mengikuti kegiatan pembelajaran. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran khusus, ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian, yaitu :a. menentukan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah menempuh proses pembelajaran.b. kondisi yang diperlukan agar siswa dapat melakukan unjuk kemampuan dari pengetahuan yang telah dipelajari. Komponen kondisi dalam tujuan pembelajaran khusus menyebutkan sesuatu yang secara khusus diberikan atau tidak diberikan ketika pebelajar menampilkan perilaku yang ditetapkan dalam tujuan (Degeng, 1999: 2). Komponen kondisi bisa berupa bahan dan alat, informasi dan lingkungan.c. indikator atau kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan keberhasilan siswa dalam menempuh proses pembelajaran. Kriteria yang relevan tersebut dapat berupa kecermatan, waktu (kecepatan), kesesuaian dengan prosedur, kuantitas atau kualitas hasil akhir (Degeng, 1999: 5).5. Mengembangkan instrumen penilaianBerdasarkan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, langkah selanjutnya adalah mengembangkan alat atau instrumen penilaian yang mampu mengukur pencapaian hasil belajar siswa. Yang perlu diperhatikan dalam menentukan instrumen evaluasi yang akan digunakan adalah instrumen harus dapat mengukur performa siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Beberapa tujuan pembelajaran tidak bisa diukur dengan tes obyektif tetapi harus diukur unjuk kerja dengan pengamatan penilai. Untuk membuat instrumen penilaian ini harus dilakukan pemberian skor untuk tiap langkah yang dilakukan oleh pebelajar (Dick, et al, 2001:173). Tes acuan patokan disusun secara langsung untuk mengukur tingkah laku yang digambarkan dalam tujuan. Ada empat jenis tes acuan patokan :a. Tes perilaku awal atau entry behavior test. Tes ini diberikan sebelum mulai pembelajaran. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah pebelajar telah menguasai ketrampilan yang menjadi prasyarat bagi pembelajaran.b. Tes pendahuluan atau pre test, adalah tes acuan patokan yang diperlukan untuk mengetahui profil pebelajar sehubungan dengan analisis pembelajaran. Pre test tidak selalu harus dilakukan. Pada saat topic yang akan dipelajari merupakan sesuatu yang baru, maka hasilnya pre test kadang tidak bisa menggambarkan kemampuan pebelajar yang sebenarnya. Hal ini karena pebelajar mungkin menebak jawaban tes.c. Latihan adalah tes yang bertujuan untuk membuat pebelajar berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Latihan bisa membuat pebelajar mengulang kembali pengetahuan dan ketrampilan baru sekaligus menilai tingkat pemahaman dan ketrampilannya sendiri. Pembelajar menggunakan hasil latihan untuk memberikan umpan balik dan memonitor kecepatan pembelajaran.d. Post test adalah tes acuan patokan yang mencakup seluruh tujuan pembelajaran yang mencerminkan hasil belajar yang dilakukan siswa. Meskipun begitu, tujuan awal post test adalah untuk mengidentifikasi bagian pembelajaran yang tidak berhasil.Keempat jenis tes itu dimaksudkan untuk digunakan selama proses desain pembelajaran (Dick, et al, 2001: 147-148).Item tes dan tugas harus sesuai dengan : 1) tujuan sementara dan tujuan akhir pembelajaran, 2) karakteristik dan kebutuhan pebelajar seperti tingkat penguasaan bahasa, tingkat perkembangan pebelajar, tingkat motivasional dan ketertarikan, pengalaman dan latar belakang dan kebutuhan khusus pebelajar (Dick, et al, 2001: 151-153). Desainer juga harus membuat keadaan pada saat tes sama dengan saat belajar. Item tes dan tugas harus realistis atau autentik. Pebelajar juga harus diberi petunjuk sebelum menjawab soal. 6. Mengembangkan strategi pembelajaranBerdasarkan informasi yang telah dikumpulkan sebelumnya, perancang program pembelajaran dapat menentukan strategi yang akan digunakan dalam pembelajaran.Strategi yang digunakan disebut strategi pembelajaran atau instructional strategy. Asal konsep strategi pembelajaran adalah the events of instruction yang digambarkan oleh Gagne dalam bukunya Condition of Learning. Dick and Carey mengelompokkan kegiatan itu dalam lima komponen yaitu: 1) aktivitas pra pembelajaran, 2) penyajian materi atau isi, 3) partisipasi pebelajar, 4) penilaian dan 5) aktifitas lanjutan (Dick, et al, 2001: 189). Aktivitas pra pembelajaran dilakukan dengan memotivasi siswa, menginformasikan tujuan pembelajaran dan menginformasikan ketrampilan prasyarat pada pebelajar. Selanjutnya dilakukan penyajian materi. Kegiatan ini bukan hanya untuk menjelaskan konsep konsep baru saja, tetapi juga menjelaskan hubungan antar konsep. Desainer juga memutuskan berapa jenis dan jumlah contoh yang akan diberikan untuk tiap tiap konsep.Salah satu komponen yang paling kuat dalam proses pembelajaran adalah latihan dengan umpan balik. Desainer harus memberikan aktivitas yang relevan dengan tujuan disertai dengan umpan balik atau informasi tentang unjuk kerja mereka. Sedangkan untuk kegiatan lanjutan, desainer meninjau lagi strategi secara keseluruhan untuk menentukan berhasilnya proses belajar. 7. Mengembangkan dan memilih bahan ajarBahan ajar memuat isi yang akan digunakan pebelajar untuk mencapai tujuan. Termasuk didalamnya adalah tujuan khusus dan tujuan umum dan semua yang mendukung terjadinya proses belajar dalam diri pebelajar. Bahan ajar juga berisi informasi yang akan digunakan pebelajar untuk memandu kemajuan mereka selama pembelajaran. Semua bahan ajar juga harus dilengkapi dengan tes obyektif atau pengukuran kemampuan pebelajar. Termasuk didalamnya adalah soal pre test dan post test.Selain bahan ajar, diperlukan juga petunjuk penggunaan bagi pembelajar dan pebelajar (Dick, et al, 2001: 245)8. Merancang dan mengembangkan evaluasi formatifTujuan dari evaluasi formatif adalah untuk mengumpulkan data yang terkait dengan kekuatan dan kelemahan pembelajaran. Hasil dari proses evaluasi formatif dapat digunakan sebagai masukan atau input untuk memperbaiki draf paket pembelajaran. Meskipun tujuan utamanya adalah mendapat data dari pebelajar tetapi tinjauan dari orang lain yang juga ahli merupakan hal yang penting (Dick et al, 2001: 285)Tiga jenis evaluasi formatif dapat diaplikasikan untuk mengembangkan produk atau program pembelajaran, yaitu : Evaluasi perorangan Evaluasi kelompok kecil Evaluasi lapanganEvaluasi perorangan merupakan tahap pertama dalam menerapkan evaluasi formatif. Evaluasi ini dilakukan melalui kontak langsung dengan minimal tiga orang calon pengguna program untuk memperoleh masukan tentang kesalahan kesalahan yang tampak dalam bahan ajar dan memperoleh petunjuk awal daya guna bahan ajar dan reaksi pebelajar pada isi bahan ajar. Untuk tahap ini dipilih satu orang pebelajar yang memiliki kemampuan diatas rata-rata, satu orang berkemampuan sedang dan satu orang berkemampuan dibawah rata-rata.Evaluasi kelompok kecil dilakukan dengan mengujicobakan program terhadap kelompok kecil calon pengguna. Evaluasi ini dilakukan untuk menentukan efektivitas perubahan yang telah dibuat setelah evaluasi perorangan dan mengidentifikasi masalah yang mungkin masih ada. Pada langkah ini, pebelajar bisa menggunakan bahan ajar tanpa interaksi langsung dengan pengembang.Evaluasi lapangan adalah uji coba program terhadap sekelompok besar calon pengguna program sebelum program tersebut digunakan dalam situasi pembelajaran yang sesungguhnya.

9. Melakukan revisi terhadap program pembelajaranLangkah akhir dari proses desain pengembangan adalah melakukan revisi terhadap draf program pembelajaran. Data yang diperoleh dari prosedur evaluasi formatif dirangkum dan ditafsirkan untuk mengetahui kelemahan- kelemahan yang dimiliki oleh program pembelajaran. Evaluasi formatif tidak hanya dilakukan pada draf program pembelajaran saja, tetapi juga terhadap aspek-aspek desain sistem pembelajaran yang digunakan dalam program, seperti analisis pembelajaran, entry behavior, dan karakteristik siswa. Prosedur evaluasi formatif, dengan kata lain, perlu dilakukan pada semua aspek program pembelajaran dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas program tersebut.10. Merancang dan mengembangkan evaluasi sumatifEvaluasi sumatif merupakan jenis evaluasi yang berbeda dengan evaluasi formatif. Jenis evaluasi ini dianggap sebagai puncak dalam aktivitas model desain pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick dan Carey. Evaluasi sumatif dilakukan dilakukan setelah program selesai dievaluasi secara formatif dan direvisi sesuai dengan standar yang digunakan oleh perancang. Evaluasi sumatif tidak melibatkan perancang program, tetapi melibatkan penilai independen. Hal ini merupakan satu alasan untuk menyatakan bahwa evaluasi sumatif tidak tergolong ke dalam proses desain sistem pembelajaran.Kesepuluh langkah desain yang dikemukakan di atas merupakan sebuah prosedur yang menggunakan pendekatan sistem dalam mendesain sebuah program pembelajaran. Setiap langkah dalam desain sistem pembelajaran ini memiliki keterkaitan satu sama lain. Output yang dihasilkan dari suatu langkah akan digunakan sebagai input bagi langkah-langkah selanjutnya.http://pendidikanpeternakan-hariyatun.blogspot.com/2012/05/model-rancangan-pembelajaran-dick-and.html

Belajar IPS

Muhammad Wardani

BELAJAR MEMAHAMI TEORI PEMBELJARAN Minggu, 03 Februari 2013DESAIN PEMBELAJARAN MODEL DICK AND CAREY

I. PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan pengertian model desain Dick and Carey, Langkah-langkah model Dick and Carey, karakteristik model Dick and Carey, kelebihan dan kekurangan model Dick and Carey,. Pembahasan secara rinci dapat dikemukakan sebagai berikut.

2.1 Pengertian Model Dick dan CareyModel Dick and Carey terdiri dari 10 langkah. Setiap langkah sangat jelas maksud dan tujuannya sehingga bagi perancang pemula sangat cocok sebagai dasar untuk mempelajari model desain yang lain. Kesepuluh langkah pada model Dick and Carey menunjukan hubungan yang sangat jelas, dan tidak terputus antara langkah yang satu dengan yang lainya. Dengan kata lain, system yang terdapat pada Dick and Carey sangat ringkas, namun isinya padat dan jelas dari satu urutan ke urutan berikutnya. Langkah awal pada model Dick and Carey adalah mengidentifikasi tujuan pembelajaran. Langkah ini sangat sesuai dengan kurikulum perguruan tinggi maupun sekolah menengah dan sekolah dasar, khususnya dalam mata pelajaran tertentu di mana tujuan pembelajaran pada kurikulum agar dapat melahirkan suatu rancangan pembangunan. Penggunaan model Dick and Carey dalam pengembangan suatu mata pelajaran dimaksudkan agar sebagai berikut.1. Pada awal proses pembelajaran anak didik atau siswa dapat mengetahui dan mampu melakukan halhal yang berkaitan dengan materi pada akhir pembelajaran.2. 4Adanya pertautan antara tiap komponen khususnya strategi pembelajaran dan hasil pembelajaran yang dikehendaki.3. Menerangkan langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan perencanaan desain pembelajaran (Alimaksum, 2012).Dick, Carey, dan Carey memandang desain pembelajaran sebagai sebuah sistem dan menganggap pembelajaran adalah proses yang sitematis. Pada kenyataannya cara kerja yang sistematis inilah dinyatakan sebagai model pendekaan sistem. Dipertegas oleh Dick, Carey, dan Carey bahwa pendekatan sistem selalu mengacu kepada tahapan umum sistem pengembangan pembelajaran (Instructional Systems Development/ ISD). Jika berbicara masalah desain maka masuk ke dalam proses, dan jika menggunakan istilah instructional design (ID) mengacu kepada instructional system development (ISD) yaitu tahapan analisis, desain, pengembangan, implementasi, dan evaluasi. Instructional desain inilah payung bidang (Hafiz, 2009).Komponen model Dick, Carey, dan Carey meliputi; pembelajar, pebelajar, materi, dan lingkungan. Demikian pula dilingkungan pendidikan non formal meliputi; warga belajar (pebelajar), tutor (pembelajar), materi, dan lingkungan pembelajaran. Semua berinteraksi dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Bila melihat komponen bekerja dengan memuaskan atau tidak maka perlu mengembangkan format evaluasi. Jika dari hasil evaluasi menunjukkan unjuk kerja pebelajar tidak memuaskan maka komponen tersebut direvisi untuk mencapai kriteria efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran (Hafiz, 2009). Komponen model Dick, Carey, dan Carey dipengaruhi oleh Condition of Learning hasil penelitian Robert Gagne yang dipublikasikan pertama kali pada tahun 1965. Condition of learning ini berdasarkan asumsi psikologi behavioral, psikologi cognitive, dan konstruktivisme yang diterapkan secara eklektik. Tiga proyek utama yang dihasilkan oleh Gagne yaitu; (1) instructional events, (2) types of learning outcomes, (3) internal conditions and external conditions. Ketiganya merupakan masukan yang penting dalam memulai kegiatan desain pembelajaran (Hafiz, 2009).5Komponen dan tahapan model Dick, Carey, dan Carey lebih kompleks jika dibandingkan dengan model pembelajaran yang lain seperti Morrison, Ross, dan Kemp. Walaupun model Morrison, Ross, dan Kemp juga memandang desain pembelajaran sebagai sebuah sistem, tetapi sedikit berbeda. Mereka menyebutkan desain pembelajaran sebagai metode yang sistematis tetapi bukan pendekatan sitematis. Tahapan yang diguanakan yaitu perencanaan, pengembangan, evaluasi, dan managemen proses. Sedangkan komponen dasar sistem meliputi learners, objectives, methods, dan evaluation yang selanjutnya dikembangkan menjadi 9 (sembilan) rencana desain pembelajaran (Hafiz, 2009).Pada umumnya, tahap pertama dalam desain pembelajaran adalah analisis untuk mengetahui kebutuhan dalam pembelajaran, dan mengidentifikasi masalah-masalah apa yang akan dipecahkan. Model Dick, Carey, dan Carey menerapkan tahapan ini, dengan demikian pengembangan yang dilakukan berbasis kebutuhan dan pemecahan masalah. Produk yang direkomendasikan dalam model ini yaitu sebuah produk yang dapat digunakan untuk belajar mandiri. Model ini juga memungkinkan warga belajar menjadi aktif berinteraksi karena menetapkan strategi dan tipe pembelajaran yang berbasis lingkungan. Dengan bentuk pembelajaran yang berbasis lingkungan, yang disesuaikan dengan konteks dan setting lingkungan sekitar atau disebut juga sebagai situational approach oleh Canale dan Swain memungkinkan pebelajar bahasa dapat mengoptimalkan kompetensi komunikatif (Hafiz, 2012).

6Model desain sistem pembelajran yang dikemukakan oleh Dick dan Carey telah lama digunakan untuk menciptakan program pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik. Model yang dikembangkan didasarkan pada penggunaan pendekatan sistem atau system approach terhadap komponen-komponen dasar dari desain sistem pembelajaran yang meliputi analisis, desain, pengembangan, implementasi, dan evaluasi. Model ini terdiri atas beberapa komponen dan subkomponen yang perlu dilakukan untuk membuat rancangan aktivitas yang lebih besar. Pengembangan model desain sistem pembelajara ini tidak hanya diperoleh dari teori dan hasil penelitian, tetapi juga dari pengalaman praktis yang diperoleh dilapangan. Implementasi model desain sistem pembelajaran ini memerlukan proses yang sistematis dan menyeluruh. Hal ini diperlukan untuk dapat menciptakan desain sistem pembelajaran yang mampu digunakan secara optimal dalam mengatasi masalah-masalah pembelajaran (Swandiningrat, 2011).2.2 Langkah-Langkah Model Dick dan CareySeperti yang diuraikan sebelumnya, tahapan model pengembangan sistem pembelajaran (Instructional Systems Develovment/ ISD) Dick, Carey, dan Carey terdiri dari 10 tahapan. Tahapan tersebut dapat dicermati sebagaimana dalam gambar 2.2. Khusus tahapan ke 10 tidak dimasukkan dalam gambar, karena itu landasan teori penelitian ini dikembangkan berdasarkan 9 tahapan. Berikut dijelaskan tahapan pengembangan sistem pembelajaran Dick, Carey, and Carey, sebagai berikut.

7

Gambar 1. Desain Model Dick and Carey1. Mengidentifikasi Tujuan Pembelajaran.Langkah pertama yang perlu dilakukan dalam menerapkan model desain sistem pembelajaran ini adalah menentukan kemampuan atau kompetensi yang perlu dimiliki oleh siswa setelah menempuh program pembelajaran. Hal ini disebut dengan istilah tujuan pembelajaran atau Instructional Goal. Rumusan tujuan pembelajaran dapat dikembangkan baik dari rumusan tujuan pembelajran yang sudah ada pada silabus maupun dari hasil analisis kinerja atau Performance Analysis. Rumusan tujuan pembelajaran dapat juga dihasilkan melalui proses analisis kebutuhan atau need analysis dan pengalaman-pengalaman tentang kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa (Swadiningrat, 2011).Analisis kebutuhan untuk menentukan tujuan pembelajaran adalah langkah pertama yang dilakukan untuk menentukan apa yang anda inginkan setelah warga belajar melaksanakan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat diperoleh dari serangkaian tujuan pembelajaran yang ditemukan dari analisis kebutuhan, dari kesulitan-kesulitan warga belajar dalam praktek pembelajaran, dari analisis yang dilakukan oleh orang-orang yang bekerja dalam bidang, atau beberapa keperluan untuk pembelajaran yang aktual (Hafiz, 2009).Tujuan pembelajaran idealnya diperoleh dari analisa kebutuhan yang benar benar mengindikasikan adanya suatu masalah yang pemecahannya adalah dengan memberikan pembelajaran. Sasaran akhir dari suatu pembelajaran adalah tercapainya tujuan pembelajaran umum, oleh karena itu dalam merancang pembelajaran harus memperhatikan secara mendalam rumusan tujuan pembelajaran umum yang akan ditentukan (Hariyatun, 2012).8Secara umum informasi yang dicari dalam proses mengidentifikasi kebutuhan instruksional adalah kompetensi siswa saat ini untuk dibandingkan dengan kompetensi yang seharusnya dikuasai untuk dapat melaksanakan pekerjaan atau tugasnya dengan baik. Bagi pengembang instruksional, informasi yang bermanfaat adalah informasi tentang kurangnya prestasi siswa yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan keterampilan, bukan yang disebabkan oleh kurangnya peralatan kerja, sikap atassan atau lingkungan kerja lainnya. Hanya masalah yang disebabkan kurangnya siswa dalam mendapatkan kesempatan pendidikan atau pelatihan yang dapat diatasi dengan kegiatan instruksional (Ani, 2011).

Seringkali pengembang instruksional terlalu cepat mengambil kesimpulan, bahwa setiap indicator yang menunjukkan rendahnya prestasi siswa harus diselesaikan dengan pelajaran atau pelatihan. Kesimpulan seperti itu belum tentu benar, seharusnya pengembang instruksional melakukan satu langkah tambahan yaitu mencari factor penyebab ketidakmampuan siswa sebelum menentukan cara membantunya dalam mencapai kemampuan yang diharapkan (Ani, 2011).

Berdasarkan teori belajar yang disusun Gagne merupakan perpaduan yang seimbang antara behaviorisme dan kognitivisme, yang berpangkat pada teori proses informasi. Menurut Gagne seperti dikutip oleh Worell dan Stilwell cara berpikir seseorang tergantung pada sebagai berikut.a. 9Keterampilan apa yang telah dipunyainya.b. Keterampilan serta hierarki apa yang diperlukan untuk mempelajari suatu tugas (Ani, 2011).

2. Melakukan Analisis Instruksional.Setelah melakukan identifikasi tujuan pembelajaran, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis instruksional, yaitu sebuah prosedur yang digunakan untuk menentukan keterampillan dan pengetahuan relevan dan diperlukan oleh siswa untuk mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran. Dalam melakukan analisis instraksional, beberapa langkah diperluakan untuk mengidentifikasi kompetensi, berupa pengetahuan (cognitive), keterampilan ( psychomotor ), dan sikap ( atitudes ) yang perlu dimiliki oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Proses analisis instruksional akan mudah dilakukan dengan menggunakan peta yang menggambarkan keterkaitan dan hubungan seluruh keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran (Swadiningrat, 2011).Tujuan utama analisis pembelajaran adalah mengidentifikasi pengetahuan dan ketrampilan yang harus ada pada pembelajaran. Karena prosesnya relatif kompleks, analisis pembelajaran terhadap tujuan pembelajaran umum dapat dilakukan melalui dua tahap : 1) menggolongkan pernyataan tujuan umum menurut jenis kapabilitas belajar. 2) melakukan analisa lanjutan untuk mengidentifikasi ketrampilan bawahan. Keduanya merupakan proses analisa pembelajaran. Pembelajaran ketrampilan psikomotor biasanya memerlukan perpaduan ketrampilan intelektual dan ketrampilan motorik. Langkah pertama untuk analisa dilakukan dengan menerapkan prosedur analisis hierarkis (Hariyatun, 2012).

10Menentukan kemampuan apa saja yang terlibat dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan dan menganalisa topik atau materi yang akan dipelajari. Analisis ini akan menghasilkan diagram tentang keterampilan-keterampilan/ konsep dan menunjukkan keterkaitan antara keterampilan konsep tersebut. Menurut Dick and Carey, analisis instruksional adalah suatu prosedur, yang apabila diterapkan pada suatu tujuan instruksional akan menghasilkan suatu identifikasi kemampuan-kemampuan bawahan yang diperlukan bagi siswa untuk mencapai tujuan instruksional. Sedangkan menurut Essef, analisis instruksional adalah suatu alat yang dipakai para penyusun desain instruksional atau guru untuk membantu mereka didalam mengidentifikasi setiap tugas pokok yang harus dikuasai/dilaksanakan oleh siswa dan sub tugas yang membantu siswa dalam menyelesaikan tugas pokok (Ani, 2011).

Menurut Gagne mengidentifikasi lima kategori utama belajar sebagai berikut.a. Informasi verbal.b. Keterampilan intelektual.c. Strategi kognitif.d. Sikape. Keterampilan motorik (Ani, 2011).

Berbagai kondisi internal dan eksternal yang diperlukan untuk setiap jenis belajar. Misalnya, untuk strategi kognitif untuk belajar, harus ada kesempatan untuk berlatih mengembangkan solusi untuk masalah-masalah baru, untuk mempelajari sikap, peserta didik yang harus terkena yang kredibel peran model atau argumen persuasif (Ani, 2011).

11Tabel 1. Unjuk Kerja Setiap KapabilitasKapabilitas belajarUnjuk kerja

1. Informasi verbal2. Keterampilan intelektual3. Deskriminasi4. Konsep konkrit5. Konsep abstrak6. Kaidah7. Kaidah tingkat tinggi8. Strategi kognitif9. Sikap10. Keterampilan motorik1. Menyertakan informasi2. Menggunakan symbol untuk berinteraksi dengan lingkungan3. Membedakan perangsang yang memiliki dimensi fisik yang berlainan4. Mengidentifikasi contoh-contoh5. Mengklasifikasikan contoh-contoh dengan menggunakan ungkapan verbal atau definisi6. Menunjukkan aplikasi suatu kaidah7. Mengembangkan kaidah baru untuk memecahkan masalah8. Mengembangkan cara-cara baru untuk memecahkan masalah. Menggunakan berbagai cara untuk mengontrol proses belajar dan berpikir.9. Memilih berprilaku dengan cara tertentu10. Melakukan gerakan tubuh yang luwes dan cekatan, serta dengan urutan yang benar

Tabel 2. Kondisi Untuk Belajar Kapabilitas Yang BerbedaKapabilitas BelajarKondisi internalKondisi eksternal

Informasi verbalMengingat perangkat pengetahuan terorganisasi yang telah adaMenyajikan konteks yang bermakna

Keterampilan intelektualMengingat komponen keterampilan intelektual yang lebih sederhanaMenyajikan secara berlanjut situasi baru untuk dipecahkan

Strategi kognitifMengingat konsep dan kaidah yang relevanMenyajikan secara berlanjut situasi baru bermasalah yang menuntut cara pemecahan baru.

SikapMengingat informasi dan keterampilan intelektual yang relevan dengan tindakan personal yang di inginkanMember kesempatan mengamati model perilakuMengganjar pilihan tindakan personal

KeterampilanMengingat komponen-komponen rangkaian gerakan motorikMemberi kesempatan latihan keterampilan secara utuh

12Gagne menyatakan bahwa tugas belajar untuk kemampuan intelektual dapat disusun dalam hirarki sesuai dengan kompleksitas, pengakuan rangsangan, respon generasi, prosedur berikut ini, penggunaan istilah, discriminations, konsep formasi, aturan aplikasi, dan pemecahan masalah. Kepentingan utama dari hirarki adalah untuk mengidentifikasi prasyarat yang harus diselesaikan untuk memfasilitasi belajar pada setiap tingkat. Prasyarat dikenal dengan melakukan tugas analisis belajar/ pelatihan tugas (Ani, 2011).

3. Menganalisis karakteristik siswa dan konteks pembelajaranSelain melakukan analisis tujuan pembelajaran, hal penting yang perlu dilakukan dalam menerapkan model ini adalah analisis terhadap karakteristik siswa yang akan belajar dan konteks pembelajaran. Kedua langkah ini dapat dilakukan secara bersamaan atau paralel. Analisis konteks meliputi kondisi-kondisi terkait dengan keterampilan yang dipelajari oleh siswa dan situasi yang terkait dengan tugas yang dihadapi oleh siswa untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari. Analisis terhadap karakteristik siswa meliputi kemampuan aktual yang dimiliki oleh siswa, gaya belajar, dan sikap terhadap aktivitas belajar. Identifikasi yang akurat tentang karakteristik siswa yang akan belajar dapat membantu perancang program pembelajaran dalam memilih dan menentukan strategi pembelajaran yang akan digunakan (Hariyatun, 2012).Analisis pararel terhadap warga belajar dan konteks dimana mereka belajar, dan konteks apa tempat mereka menggunakan hasil pembelajaran. Keterampilan-keterampilan warga belajar yang ada saat ini, yang lebih disukai, dan sikap-sikap ditentukan berdasarkan karakteristik atau setting pembelajaran dan setting lingkungan tempat keterampilan diterapkan. Langkah ini adalah langkah awal yang penting dalam strategi pembelajaran (Hafiz, 2009).13Ketika melakukan analisis terhadap keterampilan-keterampilan yang perlu dilatihkan dan tahapan prosedur yang perlu dilewati, juga harus dipertimbangkan keterampilan apa yang telah dimiliki siswa saat mulai mengikuti pengajaran. Yang penting juga untuk diidentifikasi adalah karakteristik khusus siswa yang mungkin ada hubungannya dengan rancangan aktivitas-aktivitas pengajaran. Misalnya pembelajar harus memliki kemampuan membaca, kemampuan perhitungan dasar atau kemampuan verbal dan spatial. Kepribadian dari pembelajar juga mempengaruhi design yang akan dibuat (Ani, 2011).4. Merumuskan tujuan pembelajaran khususBerdasarkan hasil analisis instruksional, seorang perancang desain sistem pembelajaran perlu mengembangkan kompotensi atau tujuan pembelajaran spesifik (Instructional Objectives) yang perlu dikuasi oleh siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang bersifat umum. (Intructional Goal) perumusan tujuan khusus pembelajaran merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai siswa setelah mereka selesai mengikuti kegiatan pembelajaran. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran khusus, ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian, sebagai berikut.a. Menentukan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah menempuh proses pembelajaran.b. Kondisi yang diperlukan agar siswa dapat melakukan unjuk kemampuan dari pengetahuan yang telah dipelajari. Komponen kondisi dalam tujuan pembelajaran khusus menyebutkan sesuatu yang secara khusus diberikan atau tidak diberikan ketika pebelajar menampilkan perilaku yang ditetapkan dalam tujuan. Komponen kondisi bisa berupa bahan dan alat, informasi dan lingkungan.c. Indikator atau kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan keberhasilan siswa dalam menempuh proses pembelajaran. Kriteria yang relevan tersebut dapat berupa kecermatan, waktu (kecepatan), kesesuaian dengan prosedur, kuantitas atau kualitas hasil akhir (Hariyatun, 2012).14Menuliskan tujuan unjuk kerja (tujuan pembelajaran). Berdasarkan analisis tujuan pembelajaran dan pernyataan tentang perilaku awal, catatlah pernyataan khusus tentang apa yang dapat dilakukan oleh warga belajar setelah mereka menerima pembelajaran. Pernyataan-pernyataan tersebut diperoleh dari analisis pembelajaran. Analisis pembelajaran dimaksudkan untuk mengidentifikasi keterampilan-keterampilan yang dipelajari, kondisi pencapaian unjuk kerja, dan kriteria pencapaian unjuk kerja (Hafiz, 2009).

Dewasa ini dalam dunia pendidikan sering muncul instilah rumus ABCD dalam merumuskan tujuan pembelajara khusus.a. Audiens.b. Behavior.c. Condisid. Degree.e. Mengembangkan instrumen penilaian (Swadiningrat, 2011).Berdasarkan tujuan atau kompetensi khusus yang telah dirumuskan, langkah selanjutnya adalah mengembangkan alat atau instrumen penilaian yang mampu mengukur pencapaian hasil belajar siswa. Hal ini dikenal juga dengan istilah evaluasi hasil belajar. Hal penting yang perlu mendapatkan perhatian dalam menentukan intrumen evaluasi yang akan digunakan adalah instrumen harus dapat mengukur performa siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan (Swadiningrat, 2011).5. Mengembangkan instrumen penilaianBerdasarkan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, langkah selanjutnya adalah mengembangkan alat atau instrumen penilaian yang mampu mengukur pencapaian hasil belajar siswa. Yang perlu diperhatikan dalam menentukan instrumen evaluasi yang akan digunakan adalah instrumen harus dapat mengukur performa siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Beberapa tujuan pembelajaran tidak bisa diukur dengan tes obyektif tetapi harus diukur unjuk kerja dengan pengamatan penilai. Untuk membuat instrumen penilaian ini harus dilakukan pemberian skor untuk tiap langkah yang dilakukan oleh pebelajar (Hariyatun, 2012).15Tes acuan patokan disusun secara langsung untuk mengukur tingkah laku yang digambarkan dalam tujuan. Ada empat jenis tes acuan patokan sebagai berikut.a. Tes perilaku awal atau entry behavior test. Tes ini diberikan sebelum mulai pembelajaran. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah pebelajar telah menguasai ketrampilan yang menjadi prasyarat bagi pembelajaran.b. Tes pendahuluan atau pre test, adalah tes acuan patokan yang diperlukan untuk mengetahui profil pebelajar sehubungan dengan analisis pembelajaran. Pre test tidak selalu harus dilakukan. Pada saat topic yang akan dipelajari merupakan sesuatu yang baru, maka hasilnya pre test kadang tidak bisa menggambarkan kemampuan pebelajar yang sebenarnya. Hal ini karena pebelajar mungkin menebak jawaban tes.c. Latihan adalah tes yang bertujuan untuk membuat pebelajar berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Latihan bisa membuat pebelajar mengulang kembali pengetahuan dan ketrampilan baru sekaligus menilai tingkat pemahaman dan ketrampilannya sendiri. Pembelajar menggunakan hasil latihan untuk memberikan umpan balik dan memonitor kecepatan pembelajaran.d. Post test adalah tes acuan patokan yang mencakup seluruh tujuan pembelajaran yang mencerminkan hasil belajar yang dilakukan siswa. Meskipun begitu, tujuan awal post test adalah untuk mengidentifikasi bagian pembelajaran yang tidak berhasil (Hariyatun, 2012).16Keempat jenis tes itu dimaksudkan untuk digunakan selama proses desain pembelajaran. Item tes dan tugas harus sesuai dengan: (1) tujuan sementara dan tujuan akhir pembelajaran, (2) karakteristik dan kebutuhan pebelajar seperti tingkat penguasaan bahasa, tingkat perkembangan pebelajar, tingkat motivasional dan ketertarikan, pengalaman dan latar belakang dan kebutuhan khusus pebelajar. Desainer juga harus membuat keadaan pada saat tes sama dengan saat belajar. Item tes dan tugas harus realistis atau autentik. Pebelajar juga harus diberi petunjuk sebelum menjawab soal (Hariyatun, 2012).

Berdasarkan tujuan pembelajaran yang tertulis, kembangkan produk evaluasi untuk mengukur kemampuan warga belajar melakukan tujuan pembelajaran. Penekanan utama berada pada hubungan perilaku yang tergambar dalam tujuan pembelajaran dengan untuk apa melakukan penilaian (Hafiz, 2009).

6. Mengembangkan strategi pembelajaranBerdasarkan informasi yang telah dikumpulkan sebelumnya, perancang program pembelajaran dapat menentukan strategi yang akan digunakan dalam pembelajaran. Strategi yang digunakan disebut strategi pembelajaran atau instructional strategy. Asal konsep strategi pembelajaran adalah the events of instruction yang digambarkan oleh Gagne dalam bukunya Condition of Learning. Dick and Carey mengelompokkan kegiatan itu dalam lima komponen yaitu: (1) aktivitas pra pembelajaran, (2) penyajian materi atau isi, (3) partisipasi pebelajar, (4) penilaian dan (5) aktifitas lanjutan (Hariyatun, 2012).

Aktivitas pra pembelajaran dilakukan dengan memotivasi siswa, menginformasikan tujuan pembelajaran dan menginformasikan ketrampilan prasyarat pada pebelajar. Selanjutnya dilakukan penyajian materi. Kegiatan ini bukan hanya untuk menjelaskan konsep konsep baru saja, tetapi juga menjelaskan hubungan antar konsep. Desainer juga memutuskan berapa jenis dan jumlah contoh yang akan diberikan untuk tiap tiap konsep (Hariyatun, 2012).17Salah satu komponen yang paling kuat dalam proses pembelajaran adalah latihan dengan umpan balik. Desainer harus memberikan aktivitas yang relevan dengan tujuan disertai dengan umpan balik atau informasi tentang unjuk kerja mereka. Sedangkan untuk kegiatan lanjutan, desainer meninjau lagi strategi secara keseluruhan untuk menentukan berhasilnya proses belajar (Hariyatun, 2012).Strategi pembelajaran meliputi; kegiatan prapembelajaran (pre-activity), penyajian informasi, praktek dan umpan balik (practice and feedback, pengetesan (testing), dan mengikuti kegiatan selanjutnya. Strategi pembelajaran berdasarkan teori dan hasil penelitian, karakteristik media pembelajaran yang digunakan, bahan pembelajaran, dan karakteristik warga belajar yang menerima pembelajaran. Prinsip-prinsip inilah yang digunakan untuk memilih materi strategi pembelajaran yang interaktif (Hafiz, 2009).

Berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan sebelumnya, perancang program pembelajaran dapat menentukan strategi yang akan digunakan agar program pembelajaran yang dirancang dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Strategi yang digunakan disebut dengan istilah strategi pembelajran atau Instructional Strategy. Bentuk-bentuk strategi pembelajaran yang dapat digunakan dalam mengimplementasikan aktivitas pembelajaran yaitu aktifitas pra-pembelajaran, penyajian materi pembelajaran, dan aktivitas tindak lanjut dari kegiatan pembelajaran (Swadiningrat, 2011).

18Strategi pembelajaran yang dipilih untuk digunakan perlu didasarkan pada faktor-faktor sebagai berikut.a. Teori terbaru tentang aktifitas pembelajaran.b. Penelitian tentang hasil belajar.c. Karakteristik media pembelajaran yang akan digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran.d. Materi atau substansi yang perlu dipelajari oleh siswa.e. Karakteristik siswa yang akan terlibat dalam kegiatan pembelajaran (Swadiningrat, 2011).

Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat perlu dilakukan dalam mendesain berbagai aktivitas pembelajran seperti halnya interaksi pembelajaran yang berlangsung dikelas, pembelajaran dengan menggunakan media, dan sistem pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan jaringan komputer atau internet dan Web (Swadiningrat, 2011).

7. Mengembangkan dan memilih bahan ajarBahan ajar memuat isi yang akan digunakan pebelajar untuk mencapai tujuan. Termasuk didalamnya adalah tujuan khusus dan tujuan umum dan semua yang mendukung terjadinya proses belajar dalam diri pebelajar. Bahan ajar juga berisi informasi yang akan digunakan pebelajar untuk memandu kemajuan mereka selama pembelajaran. Semua bahan ajar juga harus dilengkapi dengan tes obyektif atau pengukuran kemampuan pebelajar. Termasuk didalamnya adalah soal pre test dan post test. Selain bahan ajar, diperlukan juga petunjuk penggunaan bagi pembelajar dan pebelajar (Hariyatun, 2012).

19Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran, produk pengembangan ini meliputi petunjuk untuk warga belajar, materi pembelajaran, dan soal-soal. Materi pembelajaran meliputi : petunjuk untuk tutor, modul untuk warga belajar, transparansi OHP, videotapes, format multimedia, dan web untuk pembelajaran jarak jauh. Pengembangan materi pembelajaran tergantung kepada tipe pembelajaran, materi yang relevan, dan sumber belajar yang ada disekitar perancang (Hafiz, 2009).

Pada tahap ini, perancangan program pembelajaran dapat menerapkan strategi pembelajaran yang telah dirancang dalam tahap selanjutnya kedalam bahan ajar yang akan digunakan. Istilah bahan ajar sama dengan media pembelajaran, yaitu sesuatu yang dapat membawa informasi dan pesan dari sumber belajar kepada siswa. Contoh jenis bahan ajar yang dapat digunakan dalam aktivitas pembelajaran yaitu buku teks, buku panduan, modul, program audio video, bahan ajar berbasis komputer, program multimedia, dan bahan ajar yang digunakan pada sistem pendidikan jarak jauh. Pengadaan bahan ajar yang akan digunakan dapat dilakukan melalui beberapa cara, sebagai berikut.a. Membeli produk komersial.b. Memodifikasi bahan ajar yang telah tersedia.c. Memproduksi sendiri bahan ajar sesuai tujuan (Swadiningrat, 2011).

8. Merancang dan mengembangkan evaluasi formatifTujuan dari evaluasi formatif adalah untuk mengumpulkan data yang terkait dengan kekuatan dan kelemahan pembelajaran. Hasil dari proses evaluasi formatif dapat digunakan sebagai masukan atau input untuk memperbaiki draf paket pembelajaran. Meskipun tujuan utamanya adalah mendapat data dari pebelajar tetapi tinjauan dari orang lain yang juga ahli merupakan hal yang penting (Hariyatun, 2012).20Tiga jenis evaluasi formatif dapat diaplikasikan untuk mengembangkan produk atau program pembelajaran, sebagai berikut.a. Evaluasi peroranganb. Evaluasi kelompok kecilc. Evaluasi lapangan (Hariyatun, 2012).

Evaluasi perorangan merupakan tahap pertama dalam menerapkan evaluasi formatif. Evaluasi ini dilakukan melalui kontak langsung dengan minimal tiga orang calon pengguna program untuk memperoleh masukan tentang kesalahan kesalahan yang tampak dalam bahan ajar dan memperoleh petunjuk awal daya guna bahan ajar dan reaksi pebelajar pada isi bahan ajar. Untuk tahap ini dipilih satu orang pebelajar yang memiliki kemampuan diatas rata-rata, satu orang berkemampuan sedang dan satu orang berkemampuan dibawah rata-rata (Hariyatun, 2012).

Evaluasi kelompok kecil dilakukan dengan mengujicobakan program terhadap kelompok kecil calon pengguna. Evaluasi ini dilakukan untuk menentukan efektivitas perubahan yang telah dibuat setelah evaluasi perorangan dan mengidentifikasi masalah yang mungkin masih ada. Pada langkah ini, pebelajar bisa menggunakan bahan ajar tanpa interaksi langsung dengan pengembang. Evaluasi lapangan adalah uji coba program terhadap sekelompok besar calon pengguna program sebelum program tersebut digunakan dalam situasi pembelajaran yang sesungguhnya (Hariyatun, 2012).

Dalam merancang dan mengembangkan evaluasi formative yang dihasilkan adalah instrumen atau angket penilaian yang digunakan untuk mengumpulkan data. Data-data yang diperoleh tersebut sebagai pertimbangan dalam merevisi pengembangan pembelajaran ataupun produk bahan ajar. Ada tiga tipe evaluasi formatif : uji perorangan (one-to-one), uji kelompok kecil (small group) dan uji lapangan (field evaluation) (Hafiz, 2009).21Setelah draf atau rancangan program pembelajaran selesai dikembangkan, langkah selanjutnya adalah merancang dan melaksanakan evaluasi formatif. Evaluasi formatif dilakukan untuk mengumpulkan data yang terkait dengan kekuatan dan kelemahan program pembelajaran. Hasli dari proses evaluasi formatif dapat digunakan sebagai masukan atau input untuk memperbaiki draf program (Swadiningrat, 2011).Tiga jenis evaluasi formatif dapat diaplikasikan untuk mengembangkan produk atau program pembelajaran, sebagai berikut.a. Evaluasi perorangan.b. Evaluasi kelompok sedang.c. Evaluasi lapangan (Swadiningrat, 2011).

Evaluasi perorangan merupakan tahap yang perlu dilakukan dalam menerapkan evaluasi formatif.evaluasi ini dilakukan melalui kontak langsung dengan satu atau tiga orrang calon pengguna program untuk memperoleh masukan tentang ketercernaan dan daya tarik program. Evaluasi kelompok kecil dilakukan dengan mengujicobakan program terhadap sekelompok kecil calon pengguna yang terdiri dari 10-15 orang siswa. Evaluasi ini dilakukan untuk memperoleh masukan yang dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas program. Evaluasi lapangan adalah ujicoba program terhadap sekelompok besar calon pengguna program sebelum program tersebut digunakan dalam situasi pembelajaran yang sesungguhnya (Swadiningrat, 2011).

9. 22Melakukan revisi terhadap program pembelajaranLangkah akhir dari proses desain pengembangan adalah melakukan revisi terhadap draf program pembelajaran. Data yang diperoleh dari prosedur evaluasi formatif dirangkum dan ditafsirkan untuk mengetahui kelemahan- kelemahan yang dimiliki oleh program pembelajaran. Evaluasi formatif tidak hanya dilakukan pada draf program pembelajaran saja, tetapi juga terhadap aspek-aspek desain sistem pembelajaran yang digunakan dalam program, seperti analisis pembelajaran, entry behavior, dan karakteristik siswa. Prosedur evaluasi formatif, dengan kata lain, perlu dilakukan pada semua aspek program pembelajaran dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas program tersebut (Hariyatun, 2012).

Data yang diperoleh dari evaluasi formative dikumpulkan dan diinterpretasikan untuk memecahkan kesulitan yang dihadapi warga belajar dalam mencapai tujuan. Bukan hanya untuk ini, singkatnya hasil evaluasi ini digunakan untuk merevisi pembelajaran agar lebih efektif (Hafiz, 2009).

Langkah ahir dari proses desain dan pengembangan adalam melakukan revisi terhadap draf program pembelajaran.data yang diperoleh dari prosedur evaluasi formatif dirangkum dan ditafsirkan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh program pebelajaran. Evaluasi formatif tidak hanya pada draf program pembelajaran saja, tetapi juga terhadap aspek desain sistem pembelajaran yang digunakan dalam program seperti analisis instruksinal, entry behavior dan karakteristik siswa. Prosedur evaluasi formatif, dengan kata lain, perlu dilakukan pada semua aspek program pembelajaran dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas program tersebut (Swadiningrat, 2011).

10. 23Merancang dan mengembangkan evaluasi sumatifEvaluasi sumatif merupakan jenis evaluasi yang berbeda dengan evaluasi formatif. Jenis evaluasi ini dianggap sebagai puncak dalam aktivitas model desain pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick dan Carey. Evaluasi sumatif dilakukan dilakukan setelah program selesai dievaluasi secara formatif dan direvisi sesuai dengan standar yang digunakan oleh perancang. Evaluasi sumatif tidak melibatkan perancang program, tetapi melibatkan penilai independen. Hal ini merupakan satu alasan untuk menyatakan bahwa evaluasi sumatif tidak tergolong ke dalam proses desain sistem pembelajaran (Hariyatun, 2012).Di antara kesepuluh tahapan desain pembelajaran di atas, tahapan ke-10 (sepuluh) tidak dijalankan. Evaluasi sumative ini berada diluar sistem pembelajaran model Dick & Carey, sehingga dalam pengembangan ini tidak digunakan (Hafiz, 2009).

Kesepuluh langkah desain yang dikemukakan di atas merupakan sebuah prosedur yang menggunakan pendekatan sistem dalam mendesain sebuah program pembelajaran. Setiap langkah dalam desain sistem pembelajaran ini memiliki keterkaitan satu sama lain. Output yang dihasilkan dari suatu langkah akan digunakan sebagai input bagi langkah-langkah selanjutnya.

Model desain sistem pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick mencerminkan proses desain yang fundamental. Model ini dapat digunakan dalam dunia bisnis, industri , pemerintahan, dan pelatihan. Model desain ini juga telah dan banyak digunakan untuk menghasilkan program pembelajaran berbasis komputer seperti pada program Computer Assisted Learning dan program multimedia oleh karena model desain sistem pembelajaran yang diciptakan oleh Dick. Ini bersifat sangat rinci dan komprehensif pada langkah evaluasi (Swadiningrat, 2011).242.3 Karakteristik Model Dick and Carey Karakteristik model Dick and Carey mempunyai karakteristik sebagai berikut.a. Dalam penerapan model ini, setiap komponen bersifat penting dan tidak boleh ada yang dilewati.b. Penggunaan model ini mungkin akan menghalangi kreatifitas instructional designer profesional.c. DC Model menyediakan pendekatan sistematis terhadap kurikulum dan program design. Ketegasan model ini susah untuk diadaptasikan ke tim dengan banyak anggota dan beberapa sumber yang berbeda.d. Cocok diterapkan untuk e-learning skala kecil, misalnya dalam bentuk unit, modul, atau lesson (Ani, 2011).2.4 Kelebihan dan Kekurangan Model Dick and CareyKelebihan dari Dick and Carey Model sebagai berikut. a. Setiap langkah jelas, sehingga dapat diikuti.b. Teratur, Efektif dan Efisien dalam pelaksanaan.c. Merupakan model atau perencanaan pembelajaran yang terperinci, sehingga mudah diikuti.d. Adanya revisi pada analisis instruksional, dimana hal tersebut merupakan hal yang sangat baik, karena apabila terjadi kesalahan maka segera dapat dilakukan perubahan pada analisis instruksional tersebut, sebelum kesalahan didalamnya ikut mempengaruhi kesalahan pada komponen setelahnya.e. Model Dick and Carey sangat lengkap komponennya, hampir mencakup semua yang dibutuhkan dalam suatu perencanaan pembelajaran (Ani, 2011).25Sedangkan kekurangan dari Dick and Carey Model sebagai berikut.a. Kaku, karena setiap langkah telah di tentukan.b. Tidak semua prosedur pelaksanaan KBM dapat di kembangkan sesuai dengan langkah-langkah tersebut.c. Tidak cocok diterapkan dalam elearning skala besar.d. Uji coba tidak diuraikan secara jelas kapan harus dilakukan dan kegiatan revisi baru dilaksanakan setelah diadakan tes formatif.e. Pada tahap-tahap pengembangan tes hasil belajar, strategi pembelajaran maupun pada pengembangan dan penilaian bahan pembelajaran tidak nampak secara jelas ada tidaknya penilaian pakar (validasi) (Ani, 2011).

DAFTAR PUSTAKA

Hafiz. 2009. Pengembangan Sitem Pembelajaran Model. From http://www.hafiztepum.blogspot.com/2009/07/pengembangan-sistem-pembelajaran-model.html. Diakses Pada hari Rabu, 5/12/2012 pukul 08.10.Hariyatun. 2012. Model Rancangan Pembelajaran Dick and Carey. From http://pendidikanpeternakan-hariyatun.blogspot.com/2012/05/model-rancangan-pembelajaran-dick-and.html. Diakses Pada hari Rabu, 5/12/2012 pukul 08.15.Maksum, Ali. 2012. Model Pembelajaran Dick and Carey. From http://alimaksum.alkhoirot.net/2012/04/model-pembelajaran-dick-carey.html. Diakses Pada hari Rabu, 5/12/2012 pukul 08.05.Swandiningrat. Model Pembelajaran Dick and Carey. From http://swandiningrat.wordpress.com/2011/12/20/model-pembelajaran-dick-carey/. Diakses Pada hari Rabu, 5/12/2012 pukul 08.20.http://muhammadwardani.blogspot.com/2013/02/desain-pembelajaran-model-dick-and-carey.htmlAminuddin Sabtu, 29 September 2012MODEL-MODEL DESAIN PEMBELAJARAN

1MODEL-MODEL DESAIN PEMBELAJARANA. Pengertian Model PembelajaranApabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.http://www.psb-psma.org/content/blog/pengertian-pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaranB. Macam-macam Model Pembelajaran.

1. Model Dick and Carrey.Salah satu model desain pembelajaran adalah model Dick andCarey (1985). Model ini termasuk ke dalam model prosedural.Langkahlangkah Desain Pembelajaran menurut Dick and Carey adalah: Mengidentifikasikan tujuan umum pembelajaran. Melaksanakan analisi pembelajaran Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa. Merumuskan tujuan performansi Mengembangkan butirbutir tes acuan patokan Mengembangkan strategi pembelajaran Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif Merevisi bahan pembelajaran Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.Perhatikan tahapan-tahapan model Dick & Carey pada gambar berikut:Gambar 1: Model Dick and Carey Model Dick and Carey terdiri dari 10 langkah. Setiap langkah sangat jelas maksud dan tujuannya sehingga bagi perancang pemula sangat cocok sebagai dasar untuk mempelajari model desain yang lain. Kesepuluh langkah pada model Dick and Carey menunjukan hubungan yang sangat jelas, dan tidak terputus antara langkah yang satu dengan yang lainya. Dengan kata lain, system yang terdapat pada Dick and Carey sangat ringkas, namun isinya padat dan jelas dari satu urutan ke urutan berikutnya. Langkah awal pada model Dick and Carey adalah mengidentifikasi tujuan pembelajaran. Langkah ini sangat sesuai dengan kurikulum perguruan tinggi maupun sekolah menengah dan sekolah dasar, khususnya dalam mata pelajaran tertentu di mana tujuan pembelajaran pada kurikulum agar dapat melahirkan suaturancangan pembangunan.Penggunaan model Dick and Carey dalam pengembangan suatu mata pelajaran dimaksudkan agar:(1) pada awal proses pembelajaran anak didik atau siswa dapat mengetahui dan mampu melakukan halhal yang berkaitan dengan materi pada akhir pembelajaran.(2) adanya pertautan antara tiap komponen khususnya strategi pembelajaran dan hasil pembelajaran yang dikehendaki.(3) menerangkan langkahlangkah yang perlu dilakukan dalam melakukan perencanaan desain pembelajaran

http://aminuddi.blogspot.com/2012/09/model-model-desain-pembelajaran.html