Deteksi dini

30
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah tumbuh kembang terdiri atas dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit untuk dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan ukuran, besar, jumlah atau dimensi pada tingkat sel, organ maupun individu. Pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan satuan berat (gram, kilogram), satuan panjang (cm, m), umur tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh). Perkembangan (development) adalah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks. Perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel, jaringan, organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. (Soetjiningsih, 1998; Tanuwijaya, 2003) Proses perkembangan terjadi secara simultan dengan pertumbuhan, sehingga setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya. Perkembangan fase awal meliputi beberapa aspek kemampuan fungsional, yaitu kognitif, motorik, emosi, sosial, dan bahasa. Perkembangan pada fase awal ini akan menentukan perkembangan fase selanjutnya. Kekurangan pada 1

description

asuhan kebidanan

Transcript of Deteksi dini

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istilah tumbuh kembang terdiri atas dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit untuk dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan ukuran, besar, jumlah atau dimensi pada tingkat sel, organ maupun individu. Pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan satuan berat (gram, kilogram), satuan panjang (cm, m), umur tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh). Perkembangan (development) adalah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks. Perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel, jaringan, organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. (Soetjiningsih, 1998; Tanuwijaya, 2003)Proses perkembangan terjadi secara simultan dengan pertumbuhan, sehingga setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya. Perkembangan fase awal meliputi beberapa aspek kemampuan fungsional, yaitu kognitif, motorik, emosi, sosial, dan bahasa. Perkembangan pada fase awal ini akan menentukan perkembangan fase selanjutnya. Kekurangan pada salah satu aspek perkembangan dapat mempengaruhi aspek lainnya.1.2 Rumusan Masalah1.2.1 Apa yang dimaksud dengan deteksi dini penyimpangan pertumbuhan ?

1.2.2 Apa yang dimaksud dengan deteksi penyimpangan perkembangan anak ?

1.2.3 Apa yang dimaksud dengan deteksi dini penyimpangan mental emosional ?

1.3 Tujuan1.3.1 Untuk mengetahui deteksi dini penyimpangan pertumbuhan1.3.2 Untuk mengetahui deteksi dini penyimpangan perkembangan anak1.3.3 Untuk mengetahui deteksi dini penyimpangan mental emosionalBAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan ukuran, besar, jumlah atau dimensi pada tingkat sel, organ maupun individu. Pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan satuan berat (gram, kilogram), satuan panjang (cm, m), umur tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh). Terdapat 3 periode pertumbuhan cepat, yaitu masa janin, masa bayi 0 1 tahun, dan masa pubertas.Perkembangan (development) adalah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks. Perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel, jaringan, organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya (Soetjiningsih, 1998; Tanuwijaya, 2003).Perkembangan fase awal meliputi beberapa aspek kemampuan fungsional, yaitu kognitif, motorik, emosi, sosial, dan bahasa. Perkembangan pada fase awal ini akan menentukan perkembangan fase selanjutnya. Kekurangan pada salah satu aspek perkembangan dapat mempengaruhi aspek lainnya.Kebutuhan tumbuh kembang merupakan salah satu hak dasar anak sesuai Undang-undang 23 tahun 2003 tentang Perlindungan Anak dan Konvensi Hak-hak anak tahun 1989/1990. Oleh karena itu, orang tua perlu mengupayakan agar anaknya bertumbuh dan berkembang optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Upaya yang dapat dilakukan adalah memenuhi kebutuhan dasar anak agar bertumbuh dan berkembang optimal termasuk melakukan SDIDTK. Kegiatan SDIDTK meliputi :

1. Stimulasi dini yang memadai, yaitu merangsang otak balita agar perkembangan kemampuan motorik (gerak kasar dan halus), berbicara, berbahasa, bersosialisasi, dan kemandirian anak meningkat secara optimal sesuai usia anak.

2. Deteksi dini, yaitu melakukan pemeriksaan/skrining atau mendeteksi sejak dini terhadap kemungkinan adanya penyimpangan tumbuh kembang balita.

3. Intervensi dini, yaitu melakukan koreksi sejak dini dengan memanfaatkan plastisitas otak anak untuk memperbaiki bila ada penyimpangan tumbuh kembang, serta mencegah supaya tidak menjadi lebih berat.4. Rujukan dini, merujuk/membawa anak ke fasilitas kesehatan bila masalah penyimpangan tumbuh kembang tidak dapat diatasi di tingkat rumah tangga meskipus sudah dilakukan intervensi dini.

2.2 Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Tanuwijaya (2003) memaparkan tentang tahapan tumbuh kembang anak yang terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Masa pranatal

Masa pranatal adalah masa kehidupan janin di dalam kandungan. Masa ini dibagi menjadi dua periode, yaitu masa embrio dan masa fetus. Masa embrio adalah masa sejak konsepsi sampai umur kehamilan 8 minggu, sedangkan masa fetus adalah sejak umur 9 minggu sampai kelahiran.

2. Masa postnatal

Masa postnatal atau masa setelah lahir terdiri beberapa periode, yaitu:

1. Masa neonatal dimana bayi berusia 0 - 28 hari dilanjutkan masa bayi yaitu sampai usia 2 tahun. 2. Masa prasekolah adalah masa anak berusia 2 6 tahun. Sampai dengan masa ini, anak laki-laki dan perempuan belum terdapat perbedaan.3. Masa sekolah atau masa pubertas, perempuan berusia 6 10 tahun, sedangkan laki-laki berusia 8 - 12 tahun. 4. Anak perempuan memasuki masa adolensensi atau masa remaja lebih awal dibanding anak laki-laki, yaitu pada usia 10 tahun dan berakhir lebih cepat pada usia 18 tahun. Anak laki-laki memulai masa pubertasa pada usia 12 tahun dan berakhir pada usia 20 tahun.

2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan dan PerkembanganFaktor tersebut terbagi 2, Yaitu:

1. Faktor internalFaktor internal dapat dilihat dariperbedaan ras/etnik atau bangsa, keluarga, umur, jenis kelamin, kelainan genetik, dan kelainan kromosom. Anak yang terlahir dari suatu ras tertentu, misalnya ras Eropa mempunyai ukuran tungkai yang lebih panjang daripada ras Mongol. Wanita lebih cepat dewasa dibanding laki-laki. Pada masa pubertas wanita umumnya tumbuh lebih cepat daripada laki-laki, kemudian setelah melewati masa pubertas sebalinya laki-laki akan tumbuh lebih cepat. 2. Faktor eksternalFaktor eksternal yang banyak mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak adalah gizi, stimulasi, psikologis, dan sosial ekonomi.a. Faktor giziSebelum lahir, anak tergantung pada zat gizi yang terdapat dalam darah ibu. Setelah lahir, anak tergantung pada tersedianya bahan makanan dan kemampuan saluran cerna. Hasil penelitian tentang pertumbuhan anak Indonesia (Sunawang, 2002) menunjukkan bahwa kegagalan pertumbuhan paling gawat terjadi pada usia 6-18 bulan. Penyebab gagal tumbuh tersebut adalah keadaan gizi ibu selama hamil, pola makan bayi yang salah, dan penyakit infeksi. b. Faktor stimulasi dan psikologisRangsangan/stimulasi khususnya dalam keluarga, misalnya dengan penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain akan mempengaruhianak dalam mencapai perkembangan yang optimal. Seorang anak yang keberadaannya tidakdikehendaki oleh orang tua atau yang selalu merasa tertekan akan mengalami hambatan didalam pertumbuhan dan perkembangan.c. Faktor sosial ekonomi

Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan,kesehatan lingkungan yang jelek, serta kurangnya pengetahuan. (Tanuwijaya, 2003).

2.4 Deteksi Dini Pertumbuhan dan Perkembangan

Penilaian pertumbuhan dan perkembangan dapat dilakukan sedini mungkin sejak anak dilahirkan. Melalui deteksi dini dapat diketahui penyimpangan tumbuh kembang anak secara dini, sehingga upaya pencegahan, stimulasi, penyembuhan serta pemulihan dapat diberikan dengan indikasi yang jelas pada masa-masa kritis proses tumbuh kembang. Upaya-upaya tersebut diberikan sesuai dengan umur perkembangan anak, dengan demikian dapat tercapai kondisi tumbuh kembang yang optimal (Tim Dirjen Pembinaan Kesmas, 1997). Ada 3 jenis Deteksi dini, yaitu :1. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan.2. Deteksi dini penyimpangan perkembangan.3. Deteksi dini penyimpangan mental emosional.2.4.1 Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan Kegiatan deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dapat dilakukan di tempat-tempat sebagai berikut :

1. Di Rumah, deteksi dini dilakukan oleh orang tua/pengasuh.2. Di Posyandu/Pos PAUD/BKB/TPA/Kelompok Bermain (play group), sekolah TK, oleh kader kesehatan kader PAUD, KADER BKB, Petugas TPA, guru Play group, atau guru TK.

3. Di Puskesmas, oleh Dokter/Bidan/Perawat/ahli gizi atau petugas lain yang berwenang. Alat yang digunakan : Buku KIA atau KMS, timbangan dacin, tabel BB/TB, grafik LK, alat pengukur tinggi atau panjang badan dan pita pengukur lingkar kepala.

Pengukuran berat badan terhadap tinggi badan ( BB/TB )

Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status gizi anak apakah normal, kurus, kurus sekali atau gemuk.

Jadwal pengukuran BB/TB disesuaikan dengan jadwal deteksi tumbuh kembang balita. Pengukuran dan penilaian BB/TB dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih.1. Pengukuran BB : Menggunakan timbangan bayi Timbangan bayi digunakan untuk menimbang anak sampai umur 2 tahun atau selama anak masih bisa berbaring atau duduk tenang. Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah bergoyang. Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka nol. Bayi sebaiknya tanpa topi, kaos kaki dan sarung tangan. Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan. Lihat jarum timbangan sampai berhenti. Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka timbangan. Bila bayi terus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri. Menggunakan timbangan injak Letakkan timbangan di lantai yang datar sehingga tidak mudah bergerak. Lihat posisi jarum atau angka menunjuk angka nol. Anak sbaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak memakai alas kaki, jaket, topi, jam tangan, kalung dan tidak memegang sesuatu. Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi. Lihat jarum timbangan sampai berhenti. Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan. Bila bayi terus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri

2. Pengukuran panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB)

a. Cara mengukur dengan posisi berbaring Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang. Bayi dibaringkan telentang pada alas yang datar. Kepala bayi menempel pada pembatas angka nol. Petugas 1 : kedua tangan memegang kepala bayi agar tetap menempel pada pembatas angka nol ( pembatas kepala). Petugas 2 : tangan kiri menekan lutut bayi agar lurus, tangan kanan menekan batas kaki ke telapak kaki. Petugas 2 : membaca angka di tepi luar pengukur.b. Cara mengukur dengan posisi berdiri

Anak tidak memakai sandal atau sepatu. Berdiri tegak menghadap ke depan. Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur. Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun. Baca angka pada batas tersebut.3. Pengukuran lingkar kepala

Tujuannya ntuk mengetahui lingkar kepala anak dalam batas normal atau di luar batas normal. Jadwal pengukuran disesuaikan dengan umur anak. Umur 0-11 bulan, pengukuran dilakukan setiap 3 bulan. Pada anak yang lebih besar, umur 12-27 bulan, pengukuran dilakukan setiap 6 bulan. Pengukuran dan penilaian kepala anak dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih. Cara mengukur lingkar kepala

1. Pengukuran dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi, menutupi alis mata, di atas kedua telinga, dan bagian belakang kepala yang menonjol, tarik agak kencang.2. Baca angka pada pertemuan dngan angka nol.3. Tanyakan tanggal lahir bayi/ anak, hitung umur bayi atau anak.4. Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkar kepala menurut umur dan jenis kelamin anak.5. Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dengan ukuran sekarang. Interpretasi

1. Bila ukuran lingkar kepala anak berada di dalam jalur hijau maka lingkar kepala anak normal.2. Bila ukuran lingkar kepala anak berada di luar jalur hijau, maka lingkar kepala anak tidak normal.3. Lingkar kepala anak yang tidak normal dibedakan menjadi 2: makrosepal, bila berada di atas jalur hijau dan mikrosepal, bila berada dibawah jalur hijau. IntervensiBila ditemukan makrosepal maupun mikrosepal segera dirujuk ke Rumah Sakit.3.4.2 Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak

Skrining perkembangan anak menggunakan kuisoner pra skrining perkembangan (KPSP). Tujuannya untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan. Jadwal skrining dimulai umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, 72 bulan. Jika anak belum mencapai umur skrining tersebut, minta ibu datang kembali pada umur skrining yang terdekat untuk pemeriksaan rutin. Skrining dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK, petugas PAUD terlatih. Alat yang digunakan adalah Formulir KPSP menurut umur. Formulir ini berisi 9- 10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak umur 0- 72 bulan.

Alat bantu pemeriksaan berupa: pensil, kertas, bola sebesar bola tenis, kericingan, kubus berukuran 2, 5 cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang tanah, potongan biskuit kecil berukuran 0, 5 - 1 cm.

Cara menggunakan KPSP

1. Pada waktu pemeriksaan anak harus dibawa.

2. Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir. Bila umur anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan.

3. Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai umur anak.

4. KPSP terdiri atas 2 macam pertanyaan, yaitu:

a. Pertanyaan yang dijawab oleh ibu atau pengasuh anak.

b. Perintah kepada ibu atau pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP.

5. Jelaskan kepada orang tua agar tidak ragu- ragu atau takut menjawab. Oleh karena itu, tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan satu- persatu. Setiap pertanyaan hanya satu jawaban ya atau tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir.

6. Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/ pengasuh anak menjawab pertanyaan terdahulu.

7. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab Interpretasi hasil KPSP

1. Hitung berapa jumlah jawaban ya.

a. Jawaban ya, bila ibu atau pengasuh anak menjawab: anak bisa atau anak pernah atau anak sering atau kadang- kadang.

b. Jawaban tidak, bila ibu/ pengasuh anak menjawab: anak belum pernah melakukan atau tidak pernah atau ibu/ pengasuh anak tidak tahu.

2. Jumlah jawaban ya= 9 atau 10, perkembangan anak sesuai tahap perkembangannya (S).

3. Jumlah jawaban ya= 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M).

4. Jumlah jawaban ya=6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpanan (P).

5. Untuk jawaban tidak, perlu dirinci jumlah jawaban tidak menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian).

Intervensi

1. Bila perkembangan anak sesuai umur atau (S), lakukan tindakan sebagai berikut:

a. Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan baik.

b. Teruskan pola asuh anak sesuai tahap perkembangan anak.

c. Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering, sesuai dengan umur dan kesiapan anak.

d. Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan kesehatan di posyandu secara teratur sebulan sekali dan setiap ada kegiatan Bina Keluarga Balita. Jika anak sudah memasuki usia prasekolah (36- 72 bulan), anak dapat diikutkan pada kegiatan di PAUD, kelompok bermain dan TK

e. Lakukan pemeriksaan rutin menggunakan KPSP setap 3 bulan pada berumur kurang dari umur 24 bulan dan setiap 6 bulan pada umur 24 bulan sampai 72 bulan.

2. Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan berikut:

a. Beri petunjuk kepada ibu agar melakukan stimulasi perkembangan pada anak lebih sering lagi, setiap saat dan sesering mungkin.

b. Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi perkembangan anak untuk mengatasi penyimpanan/ mengejar ketinggalannya.

c. Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit yang menyebabkan penyimpangan/ mengejar ketinggalannya.

d. Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit yang menyebabkan penyimpangan perkembangannya.

e. Lakukan penilaian ulanh KPSP 2 minggu kemudian dengan menggunakan daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak.

f. Jika hasil KPSP ulang jawabannya ya tetap 7 atau 8 maka kemungkinan ada penyimpanga (P).

3. Bila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P), lakukan tindakan sbb:Rujuk ke RS, dengan menuliskan jenis dan jumlah penyimpangan perkembangan (gerak kasar, gerak halus, bicara, bahasa, sosialisasi dan kemanidirian).4. Tes Daya Dengar (TDD) Tujuannya untuk menemukan gangguan pendengaran sejak dini, agar dapat segera ditindak lanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengar dan bicara anak. Jadwalnya setiap 3 bulan pada bayi kurang dari 12 bulan dan setiap 6 bulan pada anak usia 12 bulan ke atas. Tes ini dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK, tenaga PAUD, dan petugas terlatih lainnya. Alat yang diperlukan

1. Instrument TDD menurut umur anak

2. Gambar binatang (ayam, anjing, kucing) dan manusia

3. Mainan (boneka, kubus, sendok, cangkir, dan bola) Cara melakukan TDD: tanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir, hitung umur anak dalam bulan, pilih daftar pertanyaan TDD yang sesuai dengan umur anak

1. Pada anahk umur kurang dari 24 bulan:

a. Semua pertanyaan harus dijawab oleh orang tua/ pengasuh anak. Tidak usah ragu- ragu atau takut menjawab karena tidak untuk mencari siapa yang salah.b. Bacakan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu dan berurutan.c. Tunggu jawaban dari orang tua atau pengasuh anak.d. Jawaban ya jika menurut orang tua/ pengasuh, anak dapat melakukannya dalam 1 bulan terakhir.

2. Pada anak umur 24 bulan atau lebih:

a. Pertanyaan- pertanyaan berupa perintah melalui orang tua/ pengasuh untuk dikerjakan oleh anak.

b. Amati kemampuan aank dalam melakukan perintah orang tuan atau pengasuh.

c. Jawaban ya jika anak dapat melakukan perintah orang tua/ pengasuh.

d. Jawaban tidak jika anak tidak dapat atau tidak mau melakukan perintah orang tua/ pengasuh.

e. Interpretasi

Bila ada satu atau lebih jawaban tidak, kemungkinan anak mengalami gangguan pendengaran.

Catat dalam buku KIA atau kartu kohort bayi/ balita/ status/ catatan medic anak jenis kelainanf. Intervensi:

Tindak lanjut sesuai dengan buku pedoman yang ada

Rujuk ke RS bila tidak dapat ditanggulangi

5. Tes Daya Lihat (TDL) Tujuannya untuk mendeteksi secara dini kelainan dapat dilihat agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih besar. Jadwalnya dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia prasekolah umur 36- 72 bulan. Tes ini oleh tenaga kesehatan, guru TK, petugas PAUD terlatih. Alat yang diperlukan:

1. Ruangan yang bersih, tenang dengan penyinaran yang baik.

2. Dua buah kursi , satu untuk anak, satu untuk pemeriksa.

3. Poster E untuk digantung dari kartu E untuk dipegang anak.

4. Alat penunjuk Cara melakukan tes daya lihat

1. Pilih suatu ruang bersih dan tenang dengan penyinaran yang baik.

2. Gantungkan poster E setinggi mata anak pada posisi duduk.

3. Letakkan sebuat kursi sejau 3 meter dari poster E mengahap ke poster E.

4. Letakkan sebuah kursi lainnya disamping poster E untuk pemeriksa.

5. Pemeriksa memerikan kartu E pada anak. Latih anak dalam mengarahkan kartu E menghadap ke atas, bawah, kiri, kanan, sesuai ditunjuk pada poster E oleh pemeriksa, beri pujian setiap kali anak mau melakukannya. Lakukan hal ini sampai anak dapat mengarahkan kartu E dengan benar.

6. Selanjutnya anak diminta menutup sebelah matanya dengan buku/ kertas

7. Denga alat penunjuk, tunjuk huruf E pada poster satu- persatu mulai garis pertama sampai garis ke empat atau garis E terkecil yang masih dapat dilihat.

8. Uji anak setiap kali dapat mencocokan posisi kartu E yang dipegangnya dengan huruf E pada poster.

9. Ulangali pemeriksaan tersebut pad amata satunya dengan cara yang sama.

10. Tulis baris E terkecil yang masih dapat dilihat pada kertas yang telah disediakan. InterpretasiAnak prasekolah umumnya tidak mengalami kesulitan sampai baris ke-3 pada poster E bila kedua mata anak tidak dapat melihat garis ke-3 poster E artinya tidak dapat mencocokan arah kartu E yang dipegangnya dengan arah E pada baris ke-3 yang ditunjuk oleh pemeriksa, kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat. IntervensiBila kemungkinan mengalami gangguan daya lihat, minta anak datang lagi untuk pemeriksaan ulang. Bila pada pemeriksaan berikutnya, anak tidak dapat melihat sampai baris yang sama atau tidak dapat melihat garis yang sama dengan kedua matanya, rujuk ke RS dengan menuliskan mata yang yang mengalami gangguan (kanan, kiri, atau keduanya).2.4.3 Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional

Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya masalah mental emosional,autisme dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada anak,agar dapat segera dilakukan tindakan intervensi.

Alat yang digunakan untuk mendeteksi yaitu:

1. Kuesioner masalah mental emosional (KMME) Bagi anak umur 36 bulan-72 bulan

2. Ceklis autis anak pra sekolah (Checklist for Autism in Toddlers CHAT) bagi anak umur 18-36 bulan

3. Folmulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatiaan dan Hiperaktivitas (GPPH) M enggunakan Abreviated Conner Ratting Scale Bagi ank umur 36 bulan keatas.

6. Deteksi dini masalah mental emosional pada anak prasekolah Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan atau masalah mental emosional pada anak prasekolah Jadwal deteksi dini masalah mental emosional adalah rutin setiap 6 bulan pada anak umur 36-72 bulan.Jadwal ini sesuai dengan jadwal skrining atau pemeriksaan perkembangan anak. Alat yang digunakan adalah KMME yang terdiri dari 12 pertanyaan untuk mengenali problem mental emosional anak umur 36-72 bulan. Cara melakukan:

1. Tanyakan setiap pertanyaan dengan lambat,jelas dan nyaring satu persatu perilaku yang tertulis pada KMME Kepada orang tua atau pengasuh anak.2. Catat jawaban Ya,Kemudian hitung jumlah jawaban YA InterpretasiBila ada jawaban YA,Maka kemungkinan anak mengalami masalah mental emosional. Intervensi1. Bila jawaban ya hanya 1 :

a. Lakukan konseling kepada orang tua menggunakan Buku Pedoman Pola Asuh yang memdukung Perkembangan Anak

b. Lakukan evaluasi setelah 3 bulan, bila tidak ada perubahan rujuk ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa atau tumbuh kembang anak.

2. Bila jawaban ya ditemukan 2 atau lebih :Rujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa atau tumbuh kembang anak.Rujukan harus disertai informasi mengenai jumlah dan masalah mental emosional yang ditemukan.

Deteksi Dini Autism pada anak pra sekolah

7. Tujuanya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya autism pada anak umur 18-36 bulan8. Jadwal deteksi dini autism pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila ada keluhan dari ibu atau pengasuh anak atau ada kecurigaan tenaga kesehatan, kader kesehatan, BKB, petugas PAUD, pengolah TPA dan guru TK. Keluhan tersebut dapat berubah berupa salah satu atau lebih keadaan di bawah ini :

1. Keterlambatan bicara

2. Gangguan komunikasi atau interaksi sosial

3. Perilaku yang berulang-ulang. Alat yang digunakan adalah CHAT.CHAT ini ada dua jenis pertanyaan, yaitu:1. Ada 9 pertanyaan yang dijawab oleh orang tua pengasuh anak.Pertanyaan diajukan secara berurutan, satu persatu.Jelaskan kepada orang tua untuk tidak ragu-ragu atau takut menjawab.2. Ada 5 pertanyaan bagi anak, untuk melaksanakan tugas seperti yang tertulis CHAT

Cara menggunakan CHAT

1. Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu-persatu perilaku yang tertulis pada CHAT kepada orang tua atau pengasuh anak.

2. Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan tugas CHAT.

3. Catat jawaban orang tua atau pengasuh anak dan kesimpulan hasil pengamatan kemampuan anak, ya atau tidak.Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab. Interpretasi

1. Resiko tinggi menderita autis : bila jawaban tidak pada pertanyaan A5, A7, B2, B3 dan B4.

2. Resiko rendah menderita autis : bila jawaban tidak pada pertanyaan A7 dan B4.

3. Kemungkinan gangguan perkembangan lain : bila jawaban tidak jumlahnya 3 atau lebih untuk pertanyaan A1-A4, A6, A8, A9, B1 dan B5.

4. Anak dalam batas normal bila tidak termasuk dalam kategori 1,2,dan 3.

IntervensiBila anak resiko menderita autis atau kemungkinan ada gangguan perkembangan, rujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak.

Deteksi dini gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) pada anak prasekolah . Tujuanya untuk mengetahui secara dini pada anak adanya GPPH pada anak umur 36 bulan ke atas. Jadwal deteksi dini GPPH pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila ada keluhan dari orang tua atau pengasuh anak atau ada kecurigaan tenaga kesehatan, kader kesehatan, BKB, petugas PAUD, pengelola TPA dan guru TK.Keluhan tersebut dapat berupa salah satu atau lebih keadaan di bawahini :

1. Anak tidak bisa duduk tenang

2. Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah

3. Perubahan suasana hati yang mendadak atau impulsif Alat yang digunakan Formulir deteksi dini GPPH formulir ini terdiri dari 10 pertanyaan yang ditanyakan kepada orang tua atau pengasuh anak atau guru TK dan pertanyaan yang perlu pengamatan pemeriksa. Cara menggunakan formulir deteksi dini GPPH :

1. Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu-persatu perilaku yang tertulis pada formulir deteksi dini GPPH. Jelaskan kepada orang tua atau pengasuh anak untuk tidak ragu-ragu atau takut menjawab.

2. Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan pertanyaan pada formulir deteksi dini GPPH.

3. Keadaan yang ditanyakan atau diamati ada pada anak dimanapun anak berada, misal ketika di rumah, sekolah, pasar, toko, dan lain-lain.Setiap saat dan ketika anak denngan siapa saja.

4. Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak selama dilakukan pemeriksaan. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab. InterpretasiBeri nilai pada masing-masing jawaban sesuai dengan bobot nilai brikut ini dan jumlahkan nilai masing-masing jawaban menjadi nilai total.

a. Nilai 0 : jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak

b. Nilai 1 : jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak

c. Nilai 2 : jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak

d. Nilai 3 : jika keadaan tersebut selalu ada pada anak.Bila nila total 13 atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH

Intervensi

1. Anak dengan kemungkinan GPPH perlu dirujuk ke RS yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa/ tumbuh kembang anak.

2. Bila nilai total kurang dari 1 tetapi Anda ragu- ragu jadwalkan pemeriksaan ulang 1 bulan kemudian. ajukan pertanyaan kepada orang- orang terdekat dengan anak .

Lampiran:1.1 Gambar Kartu Menuju SehatSumber: http://medicastore.com/images/kms2.jpg1.2 Gambar Kuesioner Pra Skrining PerkembanganSumber: http://3.bp.blogspot.com/-SDR_CmeA8ao/TuaczOAlpjI/AAAAAAAAAEY/uymiQREW0vY/s640/bagan+deteksi+dini.jpgBAB III

PENUTUP

3.1 KesimpulanPertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan ukuran, besar, jumlah atau dimensi pada tingkat sel, organ maupun individu. Bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan satuan.Perkembangan (development) adalah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks. Perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel, jaringan, organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya.

Tumbuh dan kembang adalah dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit untuk dipisahkan. Keduanya merupakan suatu kebutuhan dan salah satu hak dasar anak sesuai Undang-undang 23 tahun 2003 tentang Perlindungan Anak dan Konvensi Hak-hak anak tahun 1989/1990. Sebagi orang tua perlu mengupayakan agar anaknya bertumbuh dan berkembang optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Upaya yang dapat dilakukan adalah memenuhi kebutuhan dasar anak agar bertumbuh dan berkembang optimal termasuk melakukan SDIDTK (Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang).3.2 Saran

Sebagai bidan profesional, kita diwajibkan mampu mengkaji, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi tehadap tumbuh kembang pada bayi dengan melaksanakan kebutuhan dasar anak secara SDIDTK (Stimulasi Deteksi Interverensi Dini Tumbuh Kembang).DAFTAR PUSTAKARukiyah, Ai Yeyeh.dkk.2013.Asuhan Neonatus Bayi dan Balita.CV Trans InfoMedia.Jakarta www.infodokterku.com/-info-kesehatan/-deteksi-dini-penyimpangan-pertumbuhan-dan-perkembangan-anak.html di unduh pada tanggal 30 Oktober 2014http://emmaaning.blogspot.com/2011/06/deteksi-dini-penyimpangan-tumbuh.html di unduh pada tanggal 30 Oktober 2014www.google.com/uny.ac.id di unduh pada tanggal 2 November 2014

20