DEMENSIA Perdossi

20
DIAGNOSIS DINI DAN PENATALAKSANAAN DEMENSIA (PERDOSSI) dr. Hanik Badriyah Hidayati RSUD dr. Soetomo Surabaya BAB I PENDAHULUAN Demensia adalah kumpulan gejala klinik yang disebabkan oleh berbagai latar belakang penyakit dan ditandai oleh hilangnya memori jangka pendek, gangguan global fungsi mental, termasuk fungsi bahas, mundurnya kemampuan berpikir abstrak, kesulitan merawat diri sendiri, perubahan perilaku, emosi labil, dan hilangnya pengenalan waktu dan tempat, tanpa adanya gangguan tingkat kesadaran atau siruasi stress, sehingga menimbulkan gangguan dalam pekerjaan, aktivitas harian dan social. Demensia dapat disebabkan oleh berbagai keadaan dan sebagian di antaranya bersifat reversibel. Demensia dapat terjadi karena berbagai proses di otak, di antaranya: gangguan serebrovaskuler, infeksi susunan saraf pusat (SSP), defisiensi vitamin, gangguan metabolik, maupun proses penuaan yang abnormal. Sebagian besar penyebab ini ditemukan pada usia lanjut.

description

stroke

Transcript of DEMENSIA Perdossi

Page 1: DEMENSIA Perdossi

DIAGNOSIS DINI DAN PENATALAKSANAAN DEMENSIA

(PERDOSSI)

dr. Hanik Badriyah Hidayati

RSUD dr. Soetomo Surabaya

BAB I

PENDAHULUAN

Demensia adalah kumpulan gejala klinik yang disebabkan oleh berbagai latar belakang

penyakit dan ditandai oleh hilangnya memori jangka pendek, gangguan global fungsi mental,

termasuk fungsi bahas, mundurnya kemampuan berpikir abstrak, kesulitan merawat diri

sendiri, perubahan perilaku, emosi labil, dan hilangnya pengenalan waktu dan tempat, tanpa

adanya gangguan tingkat kesadaran atau siruasi stress, sehingga menimbulkan gangguan dalam

pekerjaan, aktivitas harian dan social. Demensia dapat disebabkan oleh berbagai keadaan dan

sebagian di antaranya bersifat reversibel.

Demensia dapat terjadi karena berbagai proses di otak, di antaranya: gangguan

serebrovaskuler, infeksi susunan saraf pusat (SSP), defisiensi vitamin, gangguan metabolik,

maupun proses penuaan yang abnormal. Sebagian besar penyebab ini ditemukan pada usia

lanjut.

Peningkatan usia harapan hidup di Indonesia akan meningkatkan jumlah penduduk usia

lanjut. Pada tahun 2000 jumlah penduduk usia lanjut mencapai 7,28%. Jumlah ini akan terus

meningkat, dan pada tahun 2020 diproyeksikan jumlah lansia akan mencapai 11,34%. Perlu

diwaspadai adanya peningkatan penyakit yang berhubungan dengan proses degenerative, di

antaranya demensia yang gejalanya akan menurunkan kualitas hidup sehingga penderita tidak

dapat hidup mandiri dan akan menjadi beban bagi kelurga, masyarakat, dan Negara. Proses

Page 2: DEMENSIA Perdossi

penuaan otak abnormal merupakan bagian dari proses degenerasi pada seluruh organ tubuh.

Hal ini akan menimbulkan berbagai gangguan neuropsikologis, dan masalah yang terbesar

adalah demensia. Prevalensi demensia diperkirakan sekitar 15% pada penduduk berusia lebih

dari 65 tahun.

Pada saat ini perhatian dan pengetahuan masyarakat akan demensia masih sangat

kurang. Demensia dianggap sebagai bagian dari proses menua yang wajar. Penderita baru

dibawa berobat pada stadium lanjut di mana sudah terjadi gangguan kognisi yang berat dan

gangguan perilaku, sehingga penatalaksanaannya tidak memberikan hasil yang memuaskan.

Diagnosis demensia perlu ditegakkan secara dini dan dibedakan berdasarkan etiologi,

usia awitan, dan gambaran klinisnya. Penatalaksanaan pada stadium dini, baik secara

farmakologis maupun non farmakologis dapat menyembuhkan atau memperlambat

progresivitas penyakit, sehingga penderita tetap mempunyai kualitas hidup yang baik.

Pengenalan dini gejala demensia pelu diketahui oleh seluruh jajaran kesehatan

terutama yang bekerja di pusat pelayanan primer yang menjadi ujung tombak pelayanan

kesehatan, sehingga dapat ditegakkan diagnosis dini dan dilakukan penatalaksanaan atau

rujukan ke pusat pelayanan yang mempunyai kompetensi untuk melakukan penatalaksanaan

lengkap.

BAB II

PROSES OTAK MENUA

Proses otak menua merupakan bagian dari proses degenerasi pada seluruh organ tubuh

yang dipengaruhi oleh faktor endogen (seperti anatomi, fisiologi, usia, genetic) dan faktor

eksogen (di antaranya pengaruh lingkungan dan gaya hidup seperti merokok, konsumsi alcohol,

dan makan berlebihan). Proses degenerasi otak yang menyertai penuaan otak akan

berpengaruh pada fungsi kognitif. Pada penuaan normal akan ditemukan gangguan memori,

tetapi gangguan ini masih bisa diatasi bila diberi petunjuk (clue) dan tidak menimbulkan

Page 3: DEMENSIA Perdossi

gangguan pada aktivitas hariannya. Keadaan ini disebut gangguan memori terkait usia/ Aged-

associated Memory Impairment (AAMI).

Tahap yang lebih lanjut adalah gangguan kognitif ringan. Pada tahap ini gangguan

memori tidak dapat diatasi dengan diberikan petunjuk (clue), namun fungsi kognitif lain masih

baik dan belum terjadi gangguan pada aktivitas hariannya. Keadaan ini disebut gangguan

kognitif ringan / Mild Cognitive Impairment (MCI). Keadaan ini perlu diwaspadai karena

kemungkinan kelompok ini menjadi demensia lebih tinggi, yaitu 12% per tahun, dibandingkan

dengan kelompok AAMI yang kemungkinannya menjadi demensia 2% per tahun.

Degenerasi otak patologis akan memberikan gambaran kognitif multiple disertai

gangguan neuropsikiatri yang akan menimbulkan gangguan dalam aktivitas harian. Sindroma ini

disebut sebagai demensia.

BAB III

JENIS-JENIS DEMENSIA

Jenis-jenis demensia berdasarkan etiologi dan reversibilitas:

Reversibel/ potensial reversibel

o Demensia vaskuler

o Demensia akibat hidrosefalus

o Demensia akibat kelainan psikiatri

o Demensia akibat penyakit umum berat

o Demensia akibat intoksikasi

o Demensia akibat defisiensi vitamin B12

o Demensia akibat gangguan/ penyakit metabolic misalnya hipertiroidi/ hipotiroidi

Ireversibel

o Demensia Alzheimer

o Demensia akibat infeksi (HIV)

Page 4: DEMENSIA Perdossi

o Demensia akibat trauma kapitis

o Demensia akibat penyakit Parkinson

o Demensia akibat penyakit Huntington

o Demensia akibat penyakit Pick

o Demensia akibat penyakit Creutzfeld Jacob

Frekuensi demensia yang tertinggi adalah demensia Alzheimer yang meliputi 50-55%

dari seluruh demensia. Namun, beberapa laporan penelitian di Asia, di antaranya Singapura,

Jepang, dan India menunjukkan frekuensi demensia vascular lebih tinggi dari demensia

Alzheimer.

BAB IV

PENDEKATAN DIAGNOSIS

Demensia ditandai oleh adanya gangguan kognisi, fungsional, dan perilaku, sehingga

terjadi ganguan pada pekerjaan, aktivitas harin, dan social.

Diagnosis demensia ditegakkan berdasarkan anamnesia, pemeriksaan fisik dan

neuropsikologis. Anamnesis / wawancara meliputi awitan penyakit (akut/ perlahan), perjalanan

penyakit (stabil, progresif, membaik), usia awitan, riwayat medis umum dan neurologis,

perubahan neurobehaviour, riwayat psikiatri, riwayat yang berhubungan dengan etiologi

(seperti infeksi, gangguan nutrisi, intoksiksi, penggunaan obat, dan riwayat keluarga).

Pemeriksaan fisik meliputi tanda vital, pemeriksaan umum, pemeriksaan neurologis dan

neuropsikologis. Pemeriksaan penunjang meliputi pemerikaan laboratorium dan radiologis.

ANAMNESIS

Wawancara mengenai penyakit sebaiknya dilakukan pada penderita dan mereka yang

sehari-hari berhubungan langsung dengan penderita (pengasuh). Hal yang penting diperhatikan

Page 5: DEMENSIA Perdossi

dalah riwayat penurunan fungsi terutama kognitif dibandingkan dengan sebelumnya, awitan

(mendadak/ progresif lambat), dan adanya perubahan perilaku dan kepribadian.

Riwayat Medis Umum

Demensia dapat merupakan akibat sekunder dari ebrbagai penyakit, sehingga perlu

diketahui adanya riwayat infeksi kronis (misalnya HIV dab sifilis), gangguan endokrin (hiper/

hipotiroidi), diabetes mellitus, neoplasma, kebiasaan merokok, penyakit jantung, penyakit

kolagen, hipertensi, hiperlipidemia, dan aterosklerosis.

Riwayat Neurologis

Riwayat neurologis diperlukan untuk mencari etiologi demensia seperti riwayat

gangguan serebrovaskuler, trauma kapitis, infeki SSP, epilepsy, tumor serebri, dan hidrosefalus.

Riwayat Gangguan Kognisi

Riwayat gangguan kognitif merupakan bagian terpenting dalam diagnosis demensia.

Riwayat gangguan memori sesaat, jangka pendek dan jangka panjang: gangguan orientasi

ruang, waktu dan tempat; gangguan berbahasa/ komunikasi (meliputi kelancaran, menyebut

nama benda, maupun gangguan komprehensi); gangguan fungsi eksekutif (meliputi

pengorganisasian, perencanaan, dan pelaksanaan suatu aktivitas), gangguan praksis dan

visuospasial.

Selain itu perlu ditanyakan mengenai aktivitas harian, di antaranya melakukan

pekerjaan, mengatur keuangan, mepersiapkan keperluan harian, melaksanakan hobi, dan

mengikuti aktivitas social. Dalam hal ini perlu dipertimbangkan berdasarkan pendidikan dan

social budaya.

Riwayat Gangguan Perilaku dan Kepribadian

Gejala psikiatri dan perubahan perilaku sering dijumpai pada penderita demensia. Hal ini perlu

dibedakan dengan gangguan psikiatri murni, misalnya depresi, skizofrenia, terutama tipe

paranoid. Pada penderita demensia dapat ditemukan gejala neuropsikologis berupa waham,

Page 6: DEMENSIA Perdossi

halusinasi, misidentifikasi, depresi, apatis, dan cemas. Gejala perilaku dapat berupa bepergian

tanpa tujuan (wandering), agitasi, agresivitas fisik maupun verbal, restlessness, dan disinhibisi.

Riwayat Intoksikasi

Perlu ditanyakan adanya riwayat intoksikasi aluminium, air raksa, pestisida, insektisida,

dan lem; alkoholisme, dan merokok. Riwayat pengobatan terutama pemakaian kronis obat

antidepresan dan antidepresan dan narkotik perlu diketahui pula.

Riwayat Keluarga

Riwayat demensia, gangguan psikiatri, depresi, penyakit Parkinson, Sindroma Down, dan

retadarsi mental.

PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik terdiri dari pemeriksaan umum, neurologis dan neuropsikologis.

Pemeriksaan fisik umum

Terdiri dari pemeriksaan medis umum sebagaimana yang dilakukan dalam praktek klinis.

Pemeriksaan neurologis

Adanya tekanan tinggi intra kranial, gangguan neurologis fokal, misalnya: gangguan berjalan,

gangguan motorik, sensorik, otonom, koordinasi, gangguan penglihatan, pendengaran,

keseimbangan, tonus otot, gerakan abnormal/ apraksia, dan adanya refleks patologis dan

primitif.

PEMERIKSAAN NEUROPSIKOLOGI

Meliputi evaluasi memori, orientasi, bahasa, kalkulasi, praksis, visuospasial, dan

visuoperseptual. Mini Mental State Examination (MMSE) dan Clock Drawing Test (CDT) adalah

pemeriksaan penapisan yang berguna untuk mengetahui adanya disfungsi kognisi, menilai

efektivitas pengobatan, dan untuk menentukan progresivitas penyakit. Nilai normal MMSE

adalah 24-30. Gejala awal demensia perlu dipertimbangkan pada penderita dengan nilai MMSE

Page 7: DEMENSIA Perdossi

kuurang dari 27, terutama pada golongan berpendidikan tinggi. Selain itu pula dilakukan

pemeriksaan aktivitas harian dengan pemeriksaan Activity of Daily Living (ADL) dan

Instrumental Activity of Daily Living (IADL). Hasil pemeriksaan tersebut dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan, social, dan budaya.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium, pencitraan otak,

elektroenseflografi dan pemeriksaan genetika.

Pemeriksaaan laboratorium

Pemeriksaaan yang dianjurkan oleh American Academy of Neurology berupa pemeriksaan

darah lengkap termasuk elektrolit, fungsi ginjal, fungsi hati, hormone tiroid, dan kadar vitamin

B12. Pemeriksaan HIV dan neurosifilis pada penderita dengan resiko tinggi. Pemeriksaa cairan

otak dilakukan hanya atas indikasi.

Pemeriksaaan pencitraan otak

Pemeriksaan ini berperan dalam menunjang diagnosis, menentukan beratnya penyakit,

meupun prognosis.

Computerized Tomography (CT)- Scan atau Metabolic Resonance Imaging (MRI) dapat

mendeteksi adanya kelainan structural, sedangkan Positron Emission Tomography (PET) dan

Single Photon Emission Tomography (SPECT) digunakan untuk mendeteksi pemeriksaan

fungsional. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi adanya:

Gambaran normal sesuai dengan usia

Atrofi serebri umum

Perubahan pada pembuluh darah kecil yang tampak sebagai leukoensefalopati

Atrofi fokal terutama pada lobus temporal medial yang khas pada demensia Alzheimer

Infark serebri, perdarahan subdural, atau tumor otak

Page 8: DEMENSIA Perdossi

MRI dapat menunjukkan kelainan struktur hipokampus secara jelas. MR spectroscopy dan MRI

fungsional berguna untuk membedakan demensia Alzhimer dengan demensia vascular pada

stadium awal. Pemeriksaan PET dan SPECT bukan merupakan pemeriksaan rutin, namun masih

terbatas untuk penelitian.

Pemeriksaaan EEG

EEG tidak menunjukkan kelainan yang spesifik. Pada stadium lanjut dapat ditemukan

adanya perlambatan umum dan kompleks periodik.

Pemeriksaaan Genetika

Pemeriksaan genetika belum merupakan pemeriksaan rutin, dalam penelitian dilakukan

untuk mencari maka APOE, protein Tau, dll.

BAB V

DIAGNOSIS BANDING

Demensia potensial reversibel (yang dapat membaik dengan pengobatan efektif, fungsi

intelektualnya dapat kembali normal / mendekati normal) perlu ditentukan dan dibedakan

dengan demensia ireversibel.

DEMENSIA REVERSIBEL

Ditemukan pada kurang dari 20% penderita demensia. Demensia reversibel dapa

disebabkan oleh:

Alkoholisme

Pemakaian jangka panjang berbagai jenis obat antidepresan secara bersamaan,

antiaritmia, antihipertensi, analgetik, dan digitalis.

Gangguan psikiatri

Depresi, skizofrenia (terutama tipe paranoid), gangguan bipolar, dan gangguan

kepribadian berat.

“Normal Pressure Hydrocephalus”

Page 9: DEMENSIA Perdossi

Ditemukan pada 2-6% demensia, biasa ditemukan pada usia lanjut dengan gejala

gangguan memori, bingung, reaksi lambat, gangguan berjalan, dan inkontinensia. Pada

penderita dapat dijumpai riwayat trauma, meningitis, atau perdarahan subarachnoid,

tetapi pada sebagian besar kasus tidak ditemukan kelainan sebelumnya. Dengan

pemasangan ventriculo-peritoneal shunt, keadaan dapat pulih kembali.

Demensia Vaskular

Meliputi 15-25% demensia. Faktor resiko yang dapat ditemukan antara lain: hipertensi,

diabetes mellitus, penyakit jantung, usia lanjut, stroke, merokok, obesitas, alkoholisme,

dan faktor resiko serebrovaskuler lain. Awitan biasanya mendadak, usia lebih muda dari

demensia Alzheimer, dan didapatkan adanya pseudobulbar palsy, gangguan berjalan

dan gangguan afek. Gangguan kognitif tidak selalu dimulai dengan gangguan memori.

Gejala yang paling menonjol adalah gangguan fungsi eksekutif. Diagnosis dapat

ditegakkan dengan skala iskemik Hachinski (berdasarkan awitan dan perjalanan

penyakit, adanya gangguan/ defisit neurologis fokal atau umum, adanya faktor resiko

vaskuler dan adanya lesi fokal pada pemeriksaan pencitraan).

DEMENSIA IREVERSIBEL

Pada umumnya berhubungan dengan proses degenerasi otak yang bersifat permanen.

Demensia Alzheimer

Penyakit ini merupakan 50% atau lebih dari seluruh demensia, dan biasanya mempunyai

faktor resiko, di antaranya: usia lebih dari 40 tahun, riwayat keluarga Alzheimer, Parkinson, dan

sindroma Down. Demensia Alzheimer dibagi dalam tiga stadium:

Stadium ringan

Gangguan memori menonjol, namun penderita masih dapat melakukan aktivitas harian

sederhana.

Stadium sedang

Gangguan memori diikuti oleh gangguan kognisi lain. Penderita membutuhkan bantuan

untuk melakukan aktivitas harian, terutama yang kompleks.

Page 10: DEMENSIA Perdossi

Stadium lanjut/ berat

Penderita sudah tidak dapat berkomunikasi karena gangguan kognitif berat. Gangguan

kognitif biasanya diikuti oleh penurunan fungsi motorik, sehingga penderita sulit

bergerak dan memerlukan bantuan penuh untuk melakukan aktivitas hariannya.

Awitan dan perjalanan penyakit bertahap, progresif lambat, sehingga kadang-

kadang tidak diketahui awal penyakitnya. Makin muda usia awitan, makin cepat

perjalanan penyakitnya.

Perubahan perilaku dapat terjadi pada stadium ringan, sedang, maupun lanjut.

Perubahan dimulai dengan penarikan fungsi social, indiferen, impulsive, gangguan tidur

dan wandering.

Pick’s Disease

Penyakit neuodegeneratif yang ditandai oleh atrofi kortikal berat, terutama di daerah

frontotemporal. Gejala terutama berhubungan dengan gangguan lobus fronal/ temporal yang

ditandai dengan penurunan fungsi mental, perubahan perilaku, dan gangguan tilikan diri. Pada

stadium lanjut diikuti gangguan memori jangka panjang dan gangguan berbahasa, munculnya

refleks primitive. Pada stadium akhir dapat dijumpai gangguan ganglia basalis.

Parkinson’s Disease Demensia (PDD)

Penyakit neuodegeneratif progresif yang ditandai oleh adanya rigisitas, bradikinesia,

tremor, dan instabilitas postural, diikuti oleh gangguan bicara, berjalan, dan koordinasi. Gejala

demensia terdapat pada kurang lebih 40% penderita, biasanya diawali dengan gejala

disorientasi pada malam hari, diikuti oleh gangguan kognitif lainnya.

Demensia Terkait AIDS

Dipertimbangkan pada penderita dengan riwayat transfuse, penyimpangan perilaku

seksual, pemakaian obat NAPZA terutama suntikan. Gejala dimulai dengan mudah lupa,

lamban, gangguan konsentrasi, dan pemecahan masalah.

Page 11: DEMENSIA Perdossi

Gangguan perilaku yang menonjol adalah apatis dan menarik diri. Dapat ditemukan pula

adanya kelainan fisik, berupa tremor, ataksia, hipertonus, hiperrefleks, dan gangguan gerak

bola mata.

BAB VI

PENATALAKSANAAN

Pendekatan farmakologis dan non farmakologis bertujuan untuk:

Mempertahankan kualitas hidup dengan memanfaatkan kemampuan yang ada secara

optimal

Menghambat progresifitas penyakit

Mengobati gangguan lain yang menyertai demensia

Membantu keluarga untuk menghadapi keadaan penyakitnya secara realistis dan

memberikan informasi cara perawatan yang tepat.

PENATALAKSANAAN FARMAKOLOGIS

Penatalaksanaan farmakologis pada penderita dementia reersibel bertujuan untuk

pengobatan kausal, misalnya pada hiper/ hipotiroidi, defisiensi vitamin B12, intoksikasi,

gangguan nutrisi, infeksi dan ensefalopati metabolic. Progresifitas demensia vaskuler dapat

dihentikan dengan pengobatan terhadap faktor resiko dan pengobatan simptomatis untuik

substitusi defisit neurotransmitter. Namun hal ini tidak dapat menyembuhkan penderita.

Pada demensia Alzheimer pengobatan bertujuan untuk menghentikan progresivitas

penyakit dan mempertahankan kualitas hidup. Beberapa golongan obat yang

direkomendasikan, antara lain:

Pengobatan simptomatis:

Pengobatan dengan golongan penghambat asetilkoloinesterase (seperti donepezil hidroklorida,

rivastigmin dan galantamin) bertujuan untuk mempertahankan jumlah asetilkolin yang

produksinya menurun. Obat golongan NMDA seperti memantindipasarkan di Indonesia saat ini.

Page 12: DEMENSIA Perdossi

Pengobatan dengan disease modifiying agents:

Obat golongan obat antiinflamasi non steroid (OAINS)

Pada proses pembentukan senile plaque dan neurofibrillary tangle dapat diidentifikasi

adanya elements of cell mediated immune response, sehingga pemakaian OAINS dapat

menguranga proses ini.

Antioksidan

Antioksidan berfungsi menghambat oksidasi oleh radikal bebas yang berlebihan

sehingga merusak sel neuron. Antioksidan ini terdapat pada sayuran dan buah-buahan,

vitamin E, A, dan C.

Neurotropik

Obat golongan ini merupakan derivate neurotransmitter GABA yang mempunyai efek

fasilitasi neurotransmisi kolinergik dengan stimulasi sintesis dan pelepasan asetilkolin.

Obat yang bekerja pada beta amiloid protein tau, dan presenilin

Vaksin untuk demensia Alzheimer, masih dalam penelitian.

PENATALAKSANAAN NON FARMAKOLOGIS

Penatalaksanaan ditujukan untuk keluarga, lingkungan, dan penderita dengan tujuan:

Menetapkan program aktivitas harian penderita

Orientasi realist

Modifikasi perilaku

Membrikan informasi dan pelatihan yang benar pada keluarga, pengasuh dan penderita.

Program Harian Penderita:

Kegiatan harian teratur dan sistematis, meliputi latihan fisik untuk memacu aktivitas fisik

dan otak yang baik (brain- gym)

Asupan gizi berimbang, cukup serat, mengandung antioksidan, mudah dicerna,

penyajian menarik dan praktis

Mencegah/ mengelola faktor resiko yang dapat memperberat penyakit, misalnya:

hipertensi, gangguan vascular, diabetes, dan merokok.

Page 13: DEMENSIA Perdossi

Melaksanakan hobi dan aktivitas social sesuai dengan kemampuan

Melaksanakan “LUPA” (Latih, Ulang, Perhatian, dan Asosiasi0

Tingkatkan aktivitas saat siang hari, tempatkan di ruangan yang mendapatkan cahaya

cukup

Orientasi realitas:

Penderita diingatkan akan waktu dan tempat

Beri tanda khusus untuk tempat tertentu, misalnya kamar mandi

Pemberian stimulasi melalui latihan/ permainan, misalnya permainan monopoli, kartu,

scrabble, mengisi teka-teki silang, sudoku, dll. Hal ini member manfaat yang baik pada

predemensia (Mild Cognitive Impairment)

Menciptakan lingkungan yang familiar , aman, dan tenang. Hindari keadaan yang

membingungkan dan menimbulkan stress. Berikan keleluasaan bergerak.

Modifikasi Periaku:

Gangguan perilaku berupa agitasi, agresivitas, wandering, dan disinhibisi seksual

Observasi perilaku penderita dan mencari faktor pencetusnya

Memberikan informasi yang benar mengenai penyakit pada keluarga dan pengasuh

Member rencana pola asuh/ perawatan dengan melibatkan seluruh anggota keluarga

maupun pengasuh.

Kesejahteraan Keluarga dan Pengasuh Perlu Diperhatikan:

Keluarga dan pengasuh harus bekerja sama dalam merawat penderita

Pengasuh diberi pelatihan dalam penanganan penderita terutama untuk mengatasi

gangguan perilaku dan inkontinens

Pengasuh diberi waktu istirahat dan kesempatan untuk berkomunikasi dengan

pengasuh lain

Terapi Operatif:

Page 14: DEMENSIA Perdossi

Demensia yang menyertai Normal Pressure Hydrocephalus dapat disembuhkan dengan

melakukan tindakan operatif dengan pemasangan ventriculo-peritoneal shunt.

Kapan Pasien demensia harus dirujuk ke spesialis yang kompeten dalam penanganan

demensia?

Bila terdapat keraguan dalam diagnose baik pada saat awal essesmen maupun setelah

masa follow up tertentu

Permintaan pendapat kedua dari pasien atau keluarga atau bila terdapat

ketidaksepakatan dalam keluarga pasien baik menegenai diagnosis maupun

penatalaksanaannya.

Aspek medikolegal

Penderita demensia akan kehilangan kemampuan dalam mengurus keuangan sehari-hari ,

mengemudi dan membuat keputusan hokum sehingga perlu pengampunan terbatas maupun

penuh berdasarkan keputusan pengadilan.

BAB VII

RINGKASAN

Deteksi dini demensia perlu dilakukan dengan mengenal gejala, emlakukan pemeriksaan

klinis yang akurat, dan pemeriksaan penunjang sesuai kebutuhan.

Pemeriksaan neuropsikologis dilakukan untuk penapisan demensia, menentukan derajat

keparahan, tindak lanjut, dan evaluasi hasil pengobatan.

Bila diagnosis demensia masih meragukan, lakukan rujukan ke spesialis yang

mempunyai kompetensi dalam penatalaksanaan demensia atau ke rumah sakit dengan sarana

diagnostik yang lebih lengkap.

Penggolongan tipe demensia sangat penting terutama untuk memilah tipe yang

reversibel dan ireversibel, sehingga tidak terjadi pemeriksaan dan pengobatan yang berlebihan.

Page 15: DEMENSIA Perdossi

Penatalaksanaan farmakologis dan non farmakologis secara dini dan tepat dapat

mengoptimalkan dan mempertahankan kualitas hidup penderita.

Alhamdu lillaahi Robbil ‘Aalamiin