Demensia

6
ANALISIS MASALAH 1. Apa penyebab dan mekanisme Tn. Amir mengalami lupa waktu makan dan mandi, sering mudah marah dan tersinggung sejak 6 bulan yang lalu? 2. Makna klinis Tn. Amir mudah marah dan tersinggung? 3. Bagaimana perjalanan dan progresivitas penyakit pada kasus ini? Perjalanan penyakit yang paling umum diawali dengan beberapa tanda yang samar yang mungkin diabaikan baik oleh pasien sendiri maupun oleh orang-orang yang paling dekat dengan pasien. Awitan yang bertahap biasanya merupakan gejala-gejala yang paling sering dikaitkan dengan demensia tipe Alzheimer, demensia vaskuler, endokrinopati, tumor otak, dan gangguan metabolisme. Sebaliknya, awitan pada demensia akibat trauma, serangan jantung dengan hipoksia serebri, atau ensefalitis dapat terjadi secara mendadak. Meskipun gejala-gejala pada fase awal tidak jelas, akan tetapi dalam perkembangannya dapat menjadi nyata dan keluarga pasien biasanya akan membawa pasien untuk pergi berobat. Individu dengan demensia dapat menjadi sensitif terhadap penggunaan benzodiazepin atau alkohol, dimana penggunaan zat-zat tersebut dapat memicu agitasi, sifat agresif, atau perilaku psikotik. Pada stadium terminal dari demensia pasien dapat menjadi ibarat “cangkang kosong” dalam diri mereka sendiri, pasien mengalami disorientasi, inkoheren, amnestik, dan inkontinensia urin dan inkontinensia alvi.

description

Demensia Vaskular

Transcript of Demensia

Page 1: Demensia

ANALISIS MASALAH

1. Apa penyebab dan mekanisme Tn. Amir mengalami lupa waktu makan dan mandi, sering

mudah marah dan tersinggung sejak 6 bulan yang lalu?

2. Makna klinis Tn. Amir mudah marah dan tersinggung?

3. Bagaimana perjalanan dan progresivitas penyakit pada kasus ini?

Perjalanan penyakit yang paling umum diawali dengan beberapa tanda yang samar

yang mungkin diabaikan baik oleh pasien sendiri maupun oleh orang-orang yang paling

dekat dengan pasien. Awitan yang bertahap biasanya merupakan gejala-gejala yang

paling sering dikaitkan dengan demensia tipe Alzheimer, demensia vaskuler,

endokrinopati, tumor otak, dan gangguan metabolisme. Sebaliknya, awitan pada

demensia akibat trauma, serangan jantung dengan hipoksia serebri, atau ensefalitis dapat

terjadi secara mendadak. Meskipun gejala-gejala pada fase awal tidak jelas, akan tetapi

dalam perkembangannya dapat menjadi nyata dan keluarga pasien biasanya akan

membawa pasien untuk pergi berobat. Individu dengan demensia dapat menjadi sensitif

terhadap penggunaan benzodiazepin atau alkohol, dimana penggunaan zat-zat tersebut

dapat memicu agitasi, sifat agresif, atau perilaku psikotik. Pada stadium terminal dari

demensia pasien dapat menjadi ibarat “cangkang kosong” dalam diri mereka sendiri,

pasien mengalami disorientasi, inkoheren, amnestik, dan inkontinensia urin dan

inkontinensia alvi.

Dengan terapi psikososial dan farmakologis dan mungkin juga oleh karena perbaikan

bagian-bagian otak (self-healing), gejala-gejala pada demensia dapat berlangsung lambat

untuk beberapa waktu atau dapat juga berkurang sedikit. Regresi gejala dapat terjadi pada

demensia yang reversibel (misalnya demensia akibat hipotiroidisme, hidrosefalus tekanan

normal, dan tumor otak) setelah dilakukan terapi. Perjalanan penyakit pada demensia

bervariasi dari progresi yang stabil (biasanya terlihat pada demensia tipe Alzheimer)

hingga demensia dengan perburukan (biasanya terlihat pada demensia vaskuler) menjadi

demensia yang stabil (seperti terlihat pada demensia yang terkait dengan trauma kepala).

Faktor Psikosial

Derajat keparahan dan perjalanan penyakit demensia dapat dipengaruhi oleh faktor

psikososial. Semakin tinggi intelegensia dan pendidikan pasien sebelum sakit maka

semakin tinggi juga kemampuan untuk mengkompensasi deficit intelektual. Pasien

dengan awitan demensia yang cepat (rapid onset) menggunakan pertahanan diri yang

lebih sedikit daripada pasien yang mengalami awitan yang bertahap. Kecemasan dan

Page 2: Demensia

depresi dapat memperkuat dan memperburuk gejala. Pseudodemensia dapat terjadi pada

individu yang mengalami depresi dan mengeluhkan gangguan memori, akan tetapi pada

kenyataannya ia mengalami gangguan depresi. Ketika depresinya berhasil ditanggulangi,

maka defek kognitifnya akan menghilang.

Sumber: Sadock, Benjamin James; Sadock, Virginia Alcott. Delirium, dementia, amnestic and cognitive

disorders. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition.

Lippincott Williams & Wilkins.

Gambar 1. Perbedaan perjalanan klinis demensia Alzheimer dengan demensia vaskuler

Sumber: Brown MM (1993) vascular dementia Alzheimer`s Review 3(2)57-62

http://www.alzcot.org/info/vasculardementia.html

LEARNING ISSUE

Etiologi

Penyebab demensia yang paling sering pada individu yang berusia diatas 65 tahun

adalah (1) penyakit Alzheimer, (2) demensia vaskuler, dan (3) campuran antara keduanya.

Penyebab lain yang mencapai kira-kira 10 persen diantaranya adalah demensia Lewy

body (Lewy body dementia), penyakit Pick, demensia frontotemporal, hidrosefalus

tekanan normal, demensia alkoholik, demensia infeksiosa (misalnya human

immunodeficiency virus (HIV) atau sifilis) dan penyakit Parkinson. Banyak jenis

demensia yang melalui evaluasi dan penatalaksanaan klinis berhubungan dengan

penyebab yang reversibel seperti kelaianan metabolik (misalnya hipotiroidisme),

defisiensi nutrisi (misalnya defisiensi vitamin B12 atau defisiensi asam folat), atau

Page 3: Demensia

sindrom demensia akibat depresi. Pada tabel berikut ini dapat dilihat kemungkinan

penyebab demensia:

Sumber: Dewanto, G. dkk (2009). Panduan Praktis Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Saraf. Penerbit

Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal 170-184.

Tabel 1. Kemungkinan penyebab demensia

Sumber: Sadock, Benjamin James; Sadock, Virginia Alcott. Delirium, dementia, amnestic and

cognitive disorders. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry,

10th Edition. Lippincott Williams & Wilkins.

Epidemiologi

Demensia vaskular merupakan penyebab demensia yang kedua tertinggi di Amerika

Serikat dan Eropa, tetapi merupakan penyebab utama di beberapa bagian di Asia.

Prevalensi demensia vaskular 1,5% di negara Barat dan kurang lebih 2,2% di Jepang. Di

Jepang, 50% dari semua jenis demensia pada individu berumur lebih dari 65 tahun adalah

demensia vaskular. Di Amerika Latin, 15% dari semua demensia adalah demensia

vascular3.

Page 4: Demensia

Kadar prevalensi demensia adalah 9 kali lebih besar pada pasien yang telah mengalami

stroke berbanding kontrol. Setahun pasca stroke, 25% pasien mengalami demensia awitan

baru. Dalam waktu 4 tahun berikutnya, resiko relative kejadian demensia adalah 5,5%.

Demensia vaskular paling sering pada laki-laki, khususnya pada mereka dengan

hipertensi yang telah ada sebelumnya atau faktor risiko kardiovaskular lainnya. Insiden

meningkat sesuai dengan peningkatan umur.

Sumber: Dewanto, G. dkk (2009). Panduan Praktis Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Saraf. Penerbit

Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal 170-184.

Faktor Resiko

Secara umum faktor risiko DVa sama seperti faktor risiko stroke meliputi: usia,

hipertensi, diabetes melitus, aterosklerosis, penyakit jantung, penyakit arteri perifer, plak

pada arteri karotis interna, alkohol, merokok, ras dan pendidikan rendah. Berbagai studi

prospektif menunjukkan risiko vaskular seperti hipertensi, diabetes, hiperkolestrolemia

merupakan faktor risiko terjadinya DVa. Studi Kohort di Kanada menujukkan, penderita

diabetes risiko mengalami DVa 2,15 kali lebih besar, penderita hipertensi 2,05 kali lebih

besar, penderita kelainan jantung 2,52 kali lebih besar. Sedangkan mereka yang makan

kerang-kerangan (shellfish) dan berolahraga secara teratur merupakan faktor pencegah

terjadinya DVa.

Sumber: Diagnosis dan pengobatan terkini demensia vaskular. (2015). Jurnal Kedokteran Trisakti, 23(1),

p.31.