Demensia

45
Tinjauan Pustaka DEMENSIA Oleh : Ellyana Sandi, S. Ked. I1A 001 031 Pembimbing : dr. H. Achyar Nawi Husin, Sp. KJ BAGIAN / SMF ILMU KESEHATAN JIWA 1

description

onkologi

Transcript of Demensia

STATUS PENDERITA

Tinjauan PustakaDEMENSIA

Oleh :

Ellyana Sandi, S. Ked.

I1A 001 031Pembimbing :

dr. H. Achyar Nawi Husin, Sp. KJ

BAGIAN / SMF ILMU KESEHATAN JIWAFK UNLAM RSUD ANSARI SALEHBANJARMASINNovember, 2009BAB IPENDAHULUAN

Gangguan kesehatan pada golongan lanjut usia (lansia) terkait erat dengan proses degenerasi yang tidak dapat dihindari. Seluruh sistem, cepat atau lambat, akan mengalami degenerasi. Salah satu manifestasi klinik yang khas adalah timbulnya demensia. Dari aspek medik, demensia merupakan masalah yang tak kalah rumitnya dengan masalah yang terdapat pada penyakit kronis lainnya (misalnya stroke, diabetes mellitus, hipertensi, keganasan, dan lain sebagainya).1Demensia merupakan keadaan hilangnya fungsi intelektual yang meliputi memori, kemampuan untuk melaksanakan aktivitas harian, dan seringkali disertai oleh perubahan kepribadian maupun perilaku.2 Demensia merupakan penyakit degeneratif yang menyerang struktur otak sehingga mengakibatkan hilangnya kemampuan intelektual sehingga menimbulkan hendaya bermakna bagi penderita dalam melaksanakan fungsi sosial dan pekerjaan.3 Prevalensi demensia meningkat secara eksponensial seiring dengan bertambahnya umur.4 Berdasarkan data dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), penduduk dunia seluruhnya berjumlah 3,58 miliar pada tahun 2005. Penduduk yang berusia di atas 65 tahun diperkirakan berjumlah 238,9 juta orang dengan 37,2 juta berusia di atas 80 tahun. Pada tahun 2005 penderita demensia di kawasan Asia Pasifik berjumlah 13,7 juta orang dan menjelang tahun 2050 jumlah ini akan meningkat menjadi 64,6 juta orang. Pada tahun 2005 jumlah kasus demensia baru di seluruh dunia berjumlah 4,3 juta per tahun. Menjelang tahun 2050 jumlah ini diproyeksikan akan meningkat menjadi 19,7 juta kasus baru per tahun.5

Berdasarkan hal tersebut, sudah selayaknya penegakan diagnosis dan penatalaksanaan demensia dapat dilakukan oleh para dokter. Diagnosis dini demensia penting dilakukan untuk mencegah terjadinya tekanan psikologis pada penderita. Selain itu, pengobatan dan rawatan pendukung dapat segera diberikan baik dalam bentuk dukungan medis maupun psikososial.6 Pada makalah ini, akan dibahas tentang demensia secara umum, dan pengobatan khususnya untuk demensia Alzheimer.BAB II

ISI

A. Definisi Demensia

Terdapat sejumlah definisi tentang demensia. Demensia harus mengandung tiga hal pokok antara lain : a) gangguan kognitif, b) gangguan tadi harus melibatkan berbagai aspek fungsi kognitif dan bukan sekedar penjelasan defisit neuropsikologik, dan c) pada penderita tidak terdapat gangguan kesadaran, demikian pula delirium yang merupakan gambaran yang menonjol. Definisi lain mengenai demensia adalah hilangnya fungsi kognisi secara multidimensional dan terus-menerus, disebabkan oleh kerusakan organik sistem saraf pusat, tidak disertai oleh penurunan kesadaran secara akut seperti halnya terjadi pada delirium.1

Definisi demensia menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV) dicirikan dengan adanya defisit kognitif multipleks (termasuk gangguan memori) yang secara langsung disebabkan oleh gangguan kondisi medik secara umum, bahan-bahan tertentu (obat, narkotika, toksin), atau berbagai faktor etiologi (kombinasi antara stroke dan penyakit Alzheimer). Demensia dapat progresif, statik, atau dapat pula mengalami remisi. Defisit kognitif yang terjadi seringkali melalui beberapa fase antara lain proses penuaan yang normal (normal aging), kerusakan kognitif ringan (mild cognitive impairment/MCI) istilah yang digunakan sebagai fase transisi antara penuaan normal menjadi demensia, dan demensia awal. Pada prakteknya, seringkali sulit mengklasifikasikan penderita ke dalam tahapan tersebut. Dikarenakan tidak ada uji khusus untuk mendiagnosis demensia, maka para dokter harus menggali secara mendalam riwayat penderita serta melakukan pemeriksaan status mental yang akurat.1,7B. Gambaran Klinis Demensia

Gambaran utama demensia adalah munculnya defisit kognitif multipleks, termasuk gangguan memori, setidak-tidaknya satu diantara gangguan kognitif berikut ini : afasia, apraksia, agnosia, atau gangguan dalam hal fungsi kognitif. Defisit kognitif harus sedemikian rupa sehingga mengganggu fungsi sosial atau okupasional (pergi ke sekolah, bekerja, berbelanja, berpakaian, mandi, mengurus uang, dan kegiatan kehidupan sehari-sehari lainnya) serta harus menggambarkan menurunnya fungsi luhur sebelumnya.1

Gambar 1. Daerah utama otak dengan fungsinya yang berbeda.10Rincian gambaran klinik demensia antara lain1 :1. Gangguan Memori

Dalam bentuk ketidakmampuan untuk belajar tentang hal-hal baru, atau lupa akan hal-hal yang baru saja dikenal, dikerjakan atau dipelajari. Sebagian penderita demensia mengalami kedua jenis gangguan memori tadi. Pada demensia tahap lanjut, gangguan memori menjadi sedemikian berat sehingga penderita lupa akan pekerjaan, sekolah, tanggal lahir, anggota keluarga, dan bahkan terhadap namanya sendiri.2. Afasia

Afasia yang terjadi dapat berupa kesulitan menyebut nama orang atau benda. Penderia afasia berbicara secara samar-samar atau terkesan hampa, dengan ungkapan kata-kata yang panjang, dan menggunakan istilah-istilah yang tak menentu misalnya anu, itu, apa itu. Bahasa lisan dan tertulis dapat pula terganggu. Pada tahap lanjut, penderita dapat menjadi bisu atau mengalami gangguan pola bicara yang dicirikan oleh ekolalia (menirukan apa yang dia dengar) atau palilalia yang berarti mengulang suara atau kata terus-menerus.

3. Apraksia

Apraksia merupakan ketidakmampuan untuk melakukan gerakan meskipun kemampuan motorik, fungsi sensorik, dan pengertian yang diperlukan tetap baik. Penderita dapat mengalami kesulitan dalam menggunakan benda tertentu (menyisir rambut) atau melakukan gerakan yang telah dikenali (melambaikan tangan). Apraksia dapat mengganggu keterampilan memasak, mengenakan pakaian, menggambar, dan lain sebagainya.4. Agnosia

Agnosia merupakan ketidakmampuan untuk mengenali atau mengidentifikasi benda meskipun fungsi sensoriknya utuh. Contohnya, penderita tak dapat mengenali kursi, pena, meskipun visusnya baik. Akhirnya, penderita tak mengenal lagi anggota keluarganya dan bahkan dirinya sendiri yang tampak pada cermin. Demikian pula, walaupun sensasi taktilnya utuh, penderita tak mampu mengenali benda yang diletakkan di tangannya atau yang disentuhnya misalnya kunci atau uang logam.5. Gangguan fungsi eksekutif

Merupakan gejala yang sering dijumpai pada demensia. Gangguan ini mempunyai kaitan dengan gangguan di lobus frontalis atau jaras-jaras subkortikal yang berhubungan dengan lobus frontalis. Fungsi eksekutif melibatkan kemampuan berpikir abstrak, merencanakan, mengambil inisiatif, membuat urutan, memantau, dan menghentikan kegiatan yang kompleks. Gangguan dalam berpikir abstrak dapat muncul sebagai kesulitan dalam hal menguasai tugas/ide baru serta menghindari situasi yang memerlukan pengolahan informasi baru atau kompleks.6. Gejala yang lain

Gejala lain sangat bervariasi. Penderita demensia dapat mengalami gangguan orientasi ruang; dengan demikian akan sulit untuk melakukan kegiatan yang berkaitan dengan ruangan. Sementara itu, wawasannya menjadi sempit dan sulit untuk menyatakan pendapat. Penderita kurang atau tidak menyadari adanya gangguan memori atau kelainan kognitifnya. Penderita melakukan pengukuran yang tidak realistik terhadap kemampuannya dan membuat rencana yang tidak sesuai dengan tingkat kemampuannya. Memperhitungkan risiko dalam aktivitasnya juga dapat keliru. Kadang-kadang penderita demensia membahayakan orang lain dengan tindakan kekerasan yang dilakukannya. Dapat terjadi percobaan bunuh diri, terutama pada tahap awal dimana penderita masih lebih mampu untuk melaksanakan rencana kerjanya. Demensia kadang-kadang disertai gangguan motorik : mudah terjatuh pada saat berjalan.

Gambar 2. Gejala dan gangguan mental pada penderita demensia Alzheimer.20

Suara tertelan pada demensia berkaitan dengan gangguan subkortikal misalnya pada penyakit Parkinson, Huntington, serta beberapa kasus demensia vaskular. Gangguan kognitif multipleks pada demensia seringkali berhubungan dengan gangguan tidur dan berperasaan. Waham sering muncul pada demensia. Halusinasi dapat terjadi pada seluruh modalitas sensorik, tetapi yang paling sering adalah halusinasi visual. Penderita demensia rentan terhadap stresor fisik (penyakit atau tindakan bedah minor) dan psikososial (berkunjung ke rumah sakit, turut belasungkawa), yang dapat memperberat defisit intelektual da masalah-masalah lainnya yang terkait. Beberapa penderita menunjukkan adanya gangguan ekstrapiramidal, abnormalitas aktivitas susunan saraf pusat dan tepi, inkontinensia urin dan feses. Kejang dapat terjadi tetapi sangat jarang ditemukan.C. Pemeriksaan Klinis Demensia

1. Pemeriksaan Memori

Memori merupakan terminologi umum untuk status mental yang memungkinkan seseorang menyimpan informasi untuk dipanggil kembali di kemudian hari. Rentang waktu untuk memanggil kembali dapat singkat, beberapa detik (misalnya pada tes mengulang angka), atau setelah bertahun-tahun (misalnya mengingat kembali pengalaman semasa kanak-kanak).8

Secara formal pemeriksaan memori dapat dilakukan dengan meminta penderita untuk mencatat, menyimpan, mengingat dan mengenali informasi. Kemampuan untuk mempelajari informasi baru dapat diperiksa dengan minta penderita untuk mempelajari suatu daftar kata-kata. Penderita diminta untuk mengulang kata-kata (registration), mengingat kembali informasi tadi setelah istirahat beberapa menit (retention, recall), dan mengenal kata-kata dari banyak daftar (recognition). Penderita yang mengalami kesulitan dalam mempelajari hal-hal baru tidak diperiksa dengan tebak-tebakan (multiple choice question) karena pada awalnya penderita tidak mempejari hal-hal yang ditanyakan. Sebaliknya, penderita yang sejak awal mengalami defisit dalam hal mendapatkan kembali (retrieval deficit) dapat diperiksa dengan MCQ karena gangguannya terletak dalam kemampuan untuk menggunakan memorinya. Memori lama dapat diperiksa dengan meminta penderita untuk mengingat orang-orang lain atau bahan-bahan lama yang dahulu pernah diminatinya (politik, olahraga, kesenangan). Keterangan dari pihak lain tentang keadaan penderita juga bisa dimanfaatkan, misalnya tentang kemampuan bekerja, berbelanja, memasak, membayar tagihan, pulang ke rumah tanpa tersesat.1

Memori segera (immediate recall). Kemampuan memanggil segera biasanya dites dengan tes mengulang angka. Caranya dilakukan memberitahukan pasien : Saya akan menyebutkan angka-angka. Dengarkan baik-baik. Bila saya selesai, anda harus mengulangi apa yang saya sebut. Mula-mula saya menyebutkan 2 angka, kemudian 3 angka, dan seterusnya. Pemerikasa harus menyebutkan angkanya dengan jelas, dengan kecepatan satu angka per detik (jawaban pasien tidak perlu satu angka per detik). Selain memeriksa dengan tes ini dapat juga digunakan untuk menilai perhatian pasien. Contoh aitem tes : 4 9; 2 5 3; 4 7 2 8; 6 2 7 5 -3; 4 9 1 8 5- 2; 5 3 9 4 1 8 6; 1 9 -2 -8 4 7 2 5; 8 2 7 4 9 3 1 6 5. Skor orang dengan intelegensi rata-rata dapat dengan akurat mengulangi 5 sampai 7 angka tanpa kesulitan. Pasien yang tidak retardasi mental dan tanpa afasia yang nyata bila tidak mampu mengulangi lebih dari 5 angka, menunjukkan atensi atau memori yang sedang terganggu.8

Memori baru (recent), jangka pendek. Pemeriksaan memori baru mencakup memori verbal dan memori visual. Pemeriksaan memori verbal dengan menilai memori baru tentang orientasi, menilai kemampuan mempelajari hal baru dan tes memori 4 kata yang tidak berhubungan. Orientasi pasien terhadap individu (orang; siapa dia), waktu (tanggal, hari), dan tempat (dimana ia berada saat ini) merupakan informasi pendahulu yang penting dan harus dievaluasi dini pada pemeriksaan fungsi memori. Orientasi terhadap tempat dan waktu merupakan ukuran memori (baru). Hal ini menilai kemampuan pasien mempelajari perubahan yang terjadi secara kontinyu. Bila pasien terganggu orientasinya, hal ini dicurigai adanya gangguan memori.8

Memori rimot (jangka panjang). Tes memori rimot ini dapat mengenai informasi pribadi, pengetahuan umum, dan sejarah. Data pribadi membutuhkan verifikasi dari orang lain yang mengetahui. Pengetahuan umum dan sejarah dipengaruhi oleh tingkat edukasi, pengalaman sosial, dan pertanyaan yang dapat diajukan: Informasi pribadi.8 Dimana anda dilahirkan ?

Sekolah : Dimana anda dulu bersekolah ? Kapan anda bersekolah di SD, SMP, SMU ?

Pekerjaan : Apa saja pekerjaan anda ? Kapan ? Dimana ?

Keluarga : Siapa nama isteri ? Anak ? Berapa usia isteri ? Anak ? Siapa nama ibu anda ?

Informasi pribadi umumnya dapat diselesaikan dengan baik oleh orang normal atau pasien dengan gangguan yang ringan atau jejas otak yang ringan. Kinerja yang buruk mungkin menunjukkan keadaan patologik, namun kita tidak dapat memilah jenisnya.82. Pemeriksaan kemampuan berbahasa

Bahasa merupakan instrumen dasar bagi komunikasi pada manusia, dan merupakan dasar dan tulang punggung bagi kemampuan kognitif. Bila terdapat defisit pada sistem berbahasa, penilaian faktor kognitif misalnya memori verbal, interpretasi pepatah dan berhitung lisan menjadi sulit dan mungkin tidak dapat dilakukan. Kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa sangat penting. Bila terdapat gangguan, maka hal ini akan mengakibatkan hambatan yang berarti bagi pasien.8

Penderita diminta untuk menyebut nama benda di dalam ruangan (misalnya : dasi, meja, baju, lampu) atau bagian dari tubuh (misalnya hidung, dagu, bahu), mengikuti perintah/aba-aba (misalnya menunjuk pintu kemudian meja), atau mengulang ungkapan.1

3. Pemeriksaan apraksia

Apraksia merupakan gangguan didapat pada gerakan motorik yang dipelajari dan berurutan (sequential), yang bukan disebabkan oleh gangguan elementer pada tenaga, koordinasi, sensorik atau kurangnya pemahaman (komprehensi) atau atensi. Hal ini merupakan hendaya (impairment) dalam menyeleksi dan mengorganisasi inervasi motorik yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu aksi.8

Apraksia bukanlah gangguan motorik tingkat rendah, namun merupakan defek dalam perencanaan motorik, yang mencakup langkah-langkah integratif yang dibutuhkan pada gerakan terampil atau yang yang dipelajari. Berbagai jenis apraksia telah dikemukakan oleh para pakar, bergantung kepada kerumitan (kompleksitas) dan sifat dari tugas yang dilaksanakan.8

Apraksia Ideomotor

Apraksia ideomotor merupakan jenis apraksia yang paling sering dijumpai. Penderita dengan jenis apraksia ini tidak mampu melakukan gerak motorik yang sebelumnya pernah dipelajarinya secara akurat. Pada keadaan ini terdapat ketidakmampuan lobus frontal untuk menterjemahkan aksi menjadi gerakan motorik.8

Gangguan dapat dilihat pada otot buko-fasial, ekstremitas atas atau bawah, atau otot badan. Pasien misalnya tidak mampu melakukan suruhan berikut : memperagakan bagaimana menghembus api pada geretan yang sedang menyala, memperagakan bagaimana minum dengan menggunakan sedotan. Kegagalan melakukan kedua hal tersebut di atas disebut : apraksia bukofasial. Kesulitan dalam gerakan lengan atau tungkai dapat dideteksi melalui suruhan : memberi hormat, memperagakan bagaimana menendang bola. Kegagalan dalam hal ini disebut apraksia anggota gerak. Kesulitan dalam gerakan tubuh dapat dideteksi melalui suruhan berikut : memperagakan bagaimana melakukan gerakan smash pada permainan bulu tangkis, memperagakan bagaimana sikap seorang petinju menangkis serangan lawan. Kegagalan dalam hal ini disebut apraksia gerak tubuh seluruhnya.8

Pasien dengan apraksia ideomotor mungkin tidak mampu menutup (memejamkan) mata atas suruhan, namun ia dapat mengedipkan mata secara spontan. Ia mungkin tidak mampu menjulurkan lidahnya atas perintah, namun gerakan lidahnya adekuat bila ia berbicara. Pasien dengan apraksia ideomotor mungkin mengalami kesulitan melaksanakan tugas yang sederhana misalnya berpakaian, menyisir rambut, dan menggunakan alat makan (sendok garpu).8

Apraksia Ideasional

Apraksia ideasional merupakan gangguan perencanaan motorik yang kompleks, yang lebih tinggi dari ideomotor. Hal ini merupakan kegagalan dalam melaksanakan tugas yang mempunyai berbagai komponen yang berurutan. Pada pasien ini tidak mampu memformulasikan rancangan aksi (plan of action). Suruhan melakukan aksi jelas dipahami, namun pasien tidak mampu merencanakan rentetan aktivitas yang dibutuhkan untuk melakukan aksi yang diminta.8

Contohnya pasien disuruh menuangkan air dar teko ke dalam gelas; kemudian meminum air dari gelas. Pasien mungkin gagal menuangkan air ke dalam gelas, dan mungkin mengangkat gelas ke bibirnya atau mengangkat teko dan minum langsung ke teko.8

Penderita seolah kehilangan konsep bagaimana menyelesaikan seluruh tugas tersebut. Ia tidak mampu mengkombinasikan urutan kegiatan gerak individual yang dibutuhkan melaksanakan seluruh urutan tugas. Penderita demikian mungkin tidak mampu memasak, membereskan tempat tidur, menyalakan rokok, memainkan tape recorder dan berbagai kegiatan sehari-hari.84. Pemeriksaan daya abstraksi

Abstraksi (berfikir abstrak) merupakan fungsi intelektual tingkat tinggi yang membutuhkan pemahaman (komprehensi) dan pertimbangan.8

Daya abstraksi dapat diperiksa dengan berbagai cara, misalnya menyuruh penderita untuk menghitung sampai sepuluh, menyebut seluruh alphabet, menghitung dengan kelipatan tujuh, menyebut nama binatang sebanyak-banyaknya dalam waktu satu menit, atau menulis huruf m dan n secara bergantian.1

5. Mini Mental State Examination (MMSE)

Meliputi tiga puluh pertanyaan sederhana untuk memperkirakan kognisi utama pada orang-orang tua. Pemeriksaan ini dapat dikerjakan dalam waktu 10-15 menit. Hasil positif palsu dapat diperoleh dari penderita usia tua dengan depresi. Skor MMSE berkisar antara 0 sampai 30. Orang lanjut usia, normal menunjukkan skor 24-30. Depresi dengan gangguan kognitif mempunyai skor 9-27. Senile Mental Decline memiliki skor < 23 dan demensia senilis dengan skor < 17 (0-17).(Lampiran 1)1

Penderita dengan skor 24 atau kurang benar-benar menunjukkan gangguan kognitif. Sementara itu, MMSE tidak sensitif untuk awal demensia; dengan demikian skor normal tidak berarti meniadakan kemungkinan adanya demensia.1MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)1Skor Nilai

ORIENTASI

1.Sekarang ini:- tahun berapa?

-

1

- musim apa?

-

1

- tanggal berapa?

-

1

- hari apa?

-

1

- bulan apa?

-

1

2.Saat ini:- kita di negara mana?

-

1

- kita di propinsi mana?

-

1

- kita di kota mana?

-

1

- kita di RS apa?

-

1

- kita di lantai berapa? -

1

REGISTRASI

3.Sebut nama tiga benda, dengan selang waktu masing-

masing 1 detik. Kemudian penderita diminta menyebut

ketiga nama tadi.

Tiap jawaban yang benar diberi nilai 1.

-

3

PERHATIAN DAN BERHITUNG

4.Kelipatan tujuh, beri satu nilai untuk jawaban yang benar.

Hentikan setelah lima jawaban.

-

5

5.Menyebut kembali (recall).

Penderita diminta menyebut nama tiga benda pada

pertanyaan nomor 3. Untuk setiap jawaban yang benar

diberi nilai 1.

-

3

BAHASA

6.Tunjuklah sebuah pensil dan arloji. Penderita diminta

menyebut nama kedua benda tadi

-

2

7.Penderita diminta mengulang anu, tetapi

-

1

8.Penderita diminta untuk mengikuti perintah 3 langkah :

Letakkan kertas di tangan kananmu, lipat kertas tadi

menjadi setengahnya, kemudian letakkan di lantai

-

3

9.Penderita diminta membaca tulisan berikut dan kemudian

mematuhinya : TUTUPLAH MATA ANDA

-

1

10.Penderita diminta menulis kalimat yang dipilihnya

sendiri. Kalimat harus berisi subjek dan objek agar

mempunyai arti. Abaikan bila ada kesalahan tulisan. -

1

11.Penderita diminta menggambar kembali 2 segi lima

berikut. Apabila semua sisi dan sudut serta sisi segi

empat tergambar, beri nilai 1.

-

1

TOTAL

30

E. Diagnosis Demensia

Kriteria Diagnosis Demensia Jenis Alzheimer1a. Adanya defisit kognitif multikompleks yang dicirikan oleh kedua keadaan berikut ini:

1. Gangguan memori (gangguan kemampuan untuk mempelajari hal baru atau menyebut kembali informasi yang baru saja diperolehnya)

2. Satu (atau lebih) dari gangguan kognitif berikut ini:

a. Afasia (gangguan bahasa)

b. Apraksia (gangguan kemampuan untuk mengerjakan aktiviyas motorik, sementara fungsi motoriknya normal)

c. Agnosia (tak dapat mengenal atau mengidentifikasi obyek walaupun fungsi sensoriknya normal)

d. Gangguan fungsi eksekutif (merancang, mengorganisasi, daya abstraksi, membuat urutan)

B. Defisit kognitif pada A1 dan A2 masing-masing menyebabkan gangguan yang jelas dalam fungsi sosial atau okupasional dan menggambarkan penurunan tingkat kemampuan fungsional sebelumnya secara jelas.

C.Awitan bersifat bertahap dan fungsi kognitif menurun terus menerus

D.Defisit kognitif pada A1 dan A2 tidak disebabkan oleh:

1. Gangguan sistem saraf sentral lainnya yang menyebabkan defisit memori dan kognisi yang progresif (gangguan peredaraan darah otak, penyakit Parkinson, penyakit Huntington, hematoma subdural, hidrosephalus, normotensi, tumor otak)

2. Gangguan sistemik yang dapat menyebabkan demensia (hipotiroidisme, defisiensi vitamin B12 atau asam folat, defisiensi niasin, hiperkalsemia, neurosifilis, infeksi HIV)

3. Intoksikasi bahan kimia / obat-obatan

E.Defisit yang ada tidak terjadi selama berlangsungnya delirium

F.Gangguan yang ada tidak menggambarkan kelainan Aksis I (depresi mayor, skizofrenia)

Kriteria Diagnosis Demensia Vaskular1A. Adanya defisist kognitif multikompleks yang dicirikan oleh kedua keadaan berikut ini:

1. Gangguan memori (gangguan kemampuan untuk mempelajari hal baru atau menyebut kembali informasi yang baru saja diperolehnya)

2. Satu (atau lebih) dari gangguan kognitif berikut ini:

a. Afasia (gangguan berbahasa)

b. Apraksia (gangguan kemampuan untuk mengerjakan aktiviyas motorik, sementara fungsi motoriknya normal)

c. Agnosia (tak dapat mengenal atau mengidentifikasi obyek walaupun fungsi sensoriknya normal)

d. Gangguan fungsi eksekutif (merancang, mengorganisasi, daya abstraksi, membuat urutan)

B. Defisit kognitif pada A1 dan A2 masing-masing menyebabkan gangguan fungsi sosial dan okupasional yang jelas dan menggambarkan penurunan tingkat kemampuan fungsional sebelumnya secara jelas

C. Tanda dan gejala neurologik lokal (refleks fisiologik meningkat, refleks patologik positif, paralisis pseudobulbar, gangguan langkah, kelumpuhan anggota gerak) atau bukti radiologik yang menunjukkan adanya GPDO (infark multikompleks yang melibatkan korteks dan subkorteks) yang dapat menjelaskan kaitannya dengan munculnya gangguan

D. Defisit yang ada tidak terjadi selama berlangsungnya delirium.

Disamping kriteria di atas, skor iskemik Hachinski dapat membantu penegakan diagnosis klinik demensia vaskuler.Skor Iskemik Hachinski 1Gambaran

Skor

Awitan sangat mendadak

2

Perubahan bertahap

1

Perjalanan klinik berfluktuasi

2

Bingung malam hari

1

Kepribadian relatif baik

1

Depresi

1

Keluhan somatik

1

Gangguan emosional

1

Riwayat hipertensi

1

Riwayat GPDO

2

Bukti adanya aterosklerosis

1

Gejala neurologik fokal

2

Tanda neurologik fokal

2

Skor