Defisiensi G6PD,SH,SCA
-
Upload
welci-otemusu -
Category
Documents
-
view
147 -
download
8
Transcript of Defisiensi G6PD,SH,SCA
Defisiensi G6PD
Welci Novida Otemusu
10 2009 224
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara,No.6, Jakarta Barat 11510
Email : [email protected]
PENDAHULUAN
Defisiensi Glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD) merupakan defek enzim herediter dari
eritrosit manusia yang paling sering ditemukan. Enzim G6PD bekerja pada jalur fosfat pentosa
metabolisme karbohidrat. Diwariskan secara X-linked, oleh karena itu mutasi pada gen G6PD,
ditemukan lebih banyak pada laki-laki daripada perempuan,menyebabkan varian fungsional
dengan beberapa biokimia dan fenotipe. Paling banyak dilaporkan dari Afrika, Eropa, Timur
Tengah dan Asia Tenggara
Manifestasi klinis yang paling sering pada defisiensi G6PD adalah penyakit kuning neonatal, dan
anemia hemolitik akut, yang biasanya dipicu oleh agen eksogen. Beberapa varian G6PD
menyebabkan hemolisis kronis,anemia hemolitik bawaan non-spherocytic. Manajemen yang
paling efektif pada defisiensi G6PD adalah mencegah hemolisis dengan menghindari stres
oksidatif Pada makalah ini akan dibahas pengaruh G6PD terhadap eritrosit sehingga memberikan
kerentanan timbulnya hemolisis seperti yang telah disebutkan sebelumnya.
Sferositosis herediter (SH) merupakan salah satu jenis anemia hemolitik yang disebabkan defek
molekular pada satu atau lebih protein sitoskleletal sel darah merah. Diagnosis SH sulit untuk
ditegakkan karena tidak ada tanda atau gejala yang patognomonik. Seorang bayi laki-laki, usia 5
bulan datang dirujuk seorang dokter spesialis anak dengan dugaan talasemia dan riwayat batuk
dan pilek, demam yang tidak terlalu tinggi, kurang aktif, dan didapatkan kadar hemoglobin (Hb)
6,4 g/dL. Diagnosis sferositosis herediter ditegakkan berdasarkan adanya riwayat kuning saat
neonatus, anemia, splenomegali, ditemukannya sferosit yang banyak pada pemeriksaan darah
tepi, dan analisis protein membran eritrosit menunjukkan defisiensi spektrin alfa.
1
Pasien diberi asam folat dan transfusi darah. Splenektomi belum terindikasi karena anemia masih
dapat dikompensasi oleh sumsum tulang.1
ANAMNESIS
Defisiensi G6PD
Anamnesis dilakukan bertujuan untuk menyingkirkan diagnosis banding yang lain. Selain itu,anamnesis
dilakukan bertujuan untuk mendeteksi adakah anggota keluarga yang lain yang turut mengalami kondisi
yang sama berikutan penyakit ini bersifat herediter. Di sini datayang paling penting untuk diperolehi
adalah riwayat penyakit terdahulu dan juga riwayat penyakit keluarga.1
Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat Penyakit Dahulu:
1) Apakah pernah mengalami gejala yang sama?
2) Apakah pernah mengalami alergi obat atau makanan?
Riwayat Penyakit Keluarga:
1) Apakah ada keluarga yang menderita gejala serupa?
2) Apakah keluarga ada yang menderita tumor atau kanker?
Riwayat Kebiasaan:
1) Bagaimana higienisitas diri dan lingkungan Anda?
2) Bagaimana pola makan sehari-hari? Makanan apa saja yang dikonsumsi?
3) Apakah merokok atau mengonsumsi alkohol atau narkoba?
Riwayat Pengobatan:
1) Obat penurun panas apa yang digunakan?
2) Berapa dosis yang dikonsumsi?
3) Berapa lama penggunaan obat tersebut?
Sickle Cell Anemia
Dalam anamnesis kita perlu menanyakan hal-hal tersebut di bawah ini.
• Usia, jenis kelamin, ras, status sosioekonomi keluarga.
2
• Riwayat perdarahan, sejak kapan terjadi perdarahan, durasi, frekuensi, jenis perdarahan dan volume
yang terjadi.
• Riwayat kelainan anak, Hb ibu semasa hamil.
• Pemakaian obat-obatan (seperti sulfa, anti kejang, kloramfenikol).
• Riwayat pemberian makanan, riwayat penyakit terdahul dan riwayat penyakit keluarga.
Sferositosis Herediter
Apakah ada trauma,perdarahan?
Pucat sebelum atau selepas makan obat?
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit Keluarga?
PEMERIKSAAN FISIK
Defisiensi G6PD
pucat
jaundis
mudah letih
sesak napas
jantung berdebar-debar
hemoglobinuria (hemoglobin dalam air kencing)
Sickle Cell Anemia dan Sferositosis Herediter
Penderita Anemia pada umumnya jarang memberikan gejala dan tidak ditemukan kelainan pada
pemeriksaan fisiknya sampai nilai hematokrit kurang dari 25%. Beberapa pemeriksaan fisik yang dapat
membantu antara lain adalah:
• Warna kulit terutama di telapak tangan dapat dijumpai pucat, ikterik, petechie, purpura.
Pada daerah kepala dapat dinilai apakah ada dijumpai sklera ikterik, stomatitis angularis, glossitis.
• Di daerah dada terutama pada pemeriksaan auskultasi jantung dapat dijumpai irama gallop
dan desah.
• Adanya pembesaran organ di abdomen seperti pembesaran limpa.2
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
3
Defisiensi G6PD
Hematokrit dan Hemoglobin menurun,jumlah retikulosit meningkat.Pada sediaan hapus darah tepi
dapat dijumpai fragmentosit,Heinz body (Hb yang mengendap),dan sel polikromatofil (erotrosit besar
kebiru-biruan) yang menunujukkan retikulosiitosis.Jika episode hebat,protein pengikat hemoglobin
seperti haptoglobin menjadi jenuh,dan hemoglobin bebas dapat tampak dalam plasma dan kemudian
dalam urin.3
Sferositosis Herediter
Bukti hemolisis melliputi retikulositosis dan hiperbilirubinemia.Kadar Hb biasanya 6-10 g/dL,tetapi
dapat dalam batas normal.Angka retikulositosis sering meningkat sampai 6-20%,dengan rerata 10%.MCV
normal,sedangkan MCHC sering meningkat (36-38 g?dL eritrosit).Eritrosit pada apus darah tepi
berukuran bermacam-macam dan terdiri dari retikulosit polikromatofilik dan sferosit.Sferosit lebih kecil
diameternya dan pada preparat apuss tampak hiperkromik akibat konsentrasi Hb yang tinggi.Kepucatan
sentral kurang dibanding sel normal.Sferosit mungkin merupakan sel yang predominan atau mungkin
relative jarang bergantung kepada parahnya penyakit,tetapi biasanya lebih dari 15-20% sel bila anemia
hemolitik ada.Hiperplasi eritroid nyata dalam aspirasi atau biopsy sumsum tulang.Bukti hemolisis dapat
berupa kenaikan bilirubin indirek,penurunan haptoglobin,dan adanya batu empedu pada USG.
Diagnosis SH biasanya ditegakkan secara klinis dari sediaan apus darah tepi,yang menunjukkan banyak
sferosit dan retikulosit,riwayat keluarga,dan splenomegali.Adanya sferosit dalam darah dapat
dikonfirmasikan dengan uji fragilitas eritrosit.Eritrosit diinkubasikan dalam larutan yang semakin encer
dari larutan garam terbufer isoosmotik.Pemajanan terhadap larutan garam (salin) hipotonis menyebabkan
eritrosit membengkak,dan sferosit mengalami lisis lebih mudah dari pada sel bikonkaf dalam larutan
hipotonis.Gambaran ini diperjelas dengan menurunkan glukosa sel selama 24 jam pada suhu 370 C,yang
dinamakan uji fragilitas osmotic terinkubasi.3
Sickle Cell Anemia
Kadar Hb biasanya berkisar dari 5 -sampai 9 g/dL. Apus darah tepi khas mengandung sel target,
poikilosit, dan sel sabit yang tidak reversibel . Tanda ini menyebabkan Hb SS dan kebanyakan dari
bentuk penyakit sel sabit lain dengan mudah dikenali dari pengemban bakat sel sabit dan keadaan. klinis
benigna lain. Hitung retiku- losit biasanya berkisar dari 5% sampai 15%, dan sel darah merah yang
berinti dan badan Howell-Jolly sering terdapat. Hitung sel darah putih total meningkat sampai 12.000-
20.000/mm , dengan neutrofil predominan. Hitung trombosit biasanya meningkat; kecepatan endap
darah lambat. Perubahan lain meliputi uji faalhati yang abnormal, hyperbilirubinemia, dan
4
hipergamaglobulinemia difus. Sumsum tulang nyata hiperplastik dan menunjukkan predominansi
eritroid. Rontge- nogram menunjukkan ekspansi rongga sumsum dan osteoporosis.
Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan Hb. Elektroforesis pada pH alkali menunjukkan mobilitas
khas, di tengah antara pita Hb A dan Hb A2. Untuk membeda- kan Hb S dari Hb lain dengan sifat
elektroforesis yang sama, suatu uji (konfirmasi) lain diperlukan, seperti elektroforesis pada pH asam,
preparat sel sabit di mana pembentukan sabit terlihat bila sel dideoksigenasi, atau paling umum, uji
solubili- tas Hb. Pada uji solubilitas Hb S sejumlah terukur Hb ditam- bahkan pada buffer terkonsentrasi
yang mengandung agen pengreduksi; endapan
keruh terbentuk bila Hb S ada lebih dari 15%.
Selepas masa bayi, eritrosit penderita dengan Hb
SS paling mengandung Hb antara 2% dan 20% Hb
F dan jumlah normal Hb A2. Hb A tidak terlihat.
Identifikasi Hb S pada ke- dua orangtua
merupakan bukti tambahan yang mendukung di-
agnosis anemia sel sabit.3,4
Gbr 1.Sel sabit.5
ETIOLOGI
Defisiensi G6PD
Penyebab utama masalah kekurangan enzim G6PD ialah mutasi di dalam gen G6PD.Gen G6PD
menyediakan instruksi untuk membuat enzim yang disebut glukosa-6-fosfat dehidrogenase. Enzim ini
terlibat dalam proses normalkarbohidrat . Hal ini juga melindungi sel darah merah dari efek molekul yang
berpotensi berbahaya yang disebut spesies oksigen reaktif . Spesies oksigen reaktif adalah produk
sampingan dari fungsi sel normal. Reaksi kimia yang melibatkan glukosa-6-fosfat dehidrogenase
menghasilkan senyawa yang mencegah spesies oksigen reaktif dari membangun ke tingkat racun dalam
sel darah merah.
Jika mutasi pada gen G6PD mengurangi jumlah glukosa-6-fosfat dehidrogenase atau mengubah
strukturnya, enzim ini tidak bisa lagi memainkan peran pelindung. Akibatnya, spesies oksigen reaktif
dapat terakumulasi dan merusak sel-sel darah merah. Faktor-faktor seperti infeksi, obat-obatan tertentu,
atau menelan kacang fava dapat meningkatkan tingkat spesies oksigen reaktif, menyebabkan sel darah
merah harus dihancurkan lebih cepat dari tubuh dapat menggantikan mereka. Penurunan jumlah sel darah
merah menyebabkan tanda-tanda dan gejala anemia hemolitik.
5
Para peneliti percaya bahwa pembawa mutasi G6PD mungkin sebagian dilindungi terhadap malaria,
penyakit menular yang dibawa oleh jenis tertentu nyamuk. Penurunan jumlah glukosa dehidrogenase-6-
fungsional muncul untuk membuat lebih sulit untuk parasit untuk menyerang sel-sel darah
merah. Glukosa-6-fosfat dehidrogenase defisiensi terjadi paling sering di daerah-daerah di dunia di mana
malaria adalah umum.4,5
Sferositosis Herediter
SH biasanya diwariskan sebagai kelainan dominan autosom dan,kurang sering,sebagai kelainan
resesif autosom.Terdapat laju tinggi mutasi baru,dan sebanyak 25% penderita mungkin tidak mempunyai
riwayat keluarga sebelumnya.Defek molekuler paling sering adalah abnormalitas spektrin,yang
merupakan komponen terbesar dari sitoskeleton yang member bentuk eritrosit .Suatu defek resesif telah
dideskripsikan pada spektrin-α;defek dominan pada spektrin β dan pada protein 3;dan defek dominan
dan resesif pada ankirin.Suatu defisiensi pada spektrin,protein 3,atau ankirin menyebabkan
ketidakpaduan dalam interaksi “vertical” dari skeleton lipid lapis-ganda dan kehilangan mikrovesikel
membrane.Kehilangan membrane tanpa kehilangan volume secara proporsional menyebabkan eritrosit
berbentuk bola dan terkait dengan kenaikan permeabilitas kation,transport kation,dan penggunaan
ATP,serta kenaikan metabolism glikolitik.Penurunan kemampuan eritrosit mengubah bentuk yang bulat
mengganggu pasasenya dari saluran ke sinus limpa,dan sferosit dihancurkan secara prematur dalam
limpa.Splenektomi nyata memperbaiki rentang hidup eritrosit dan menyembuhkan anemia.4,5
Sickle Cell Anemia
Penyebabnya biasa karena infeksi,disfungsi jantung,disfungsi paru-paru,anestesi umum,dataran
tinggi.Kelainan ini ditandai dengan penyakit hemolitik kronis yang disebabkan oleh destruksi eritrosit
premature yang sukar berubah bentuk dan rapuh.Manifestasi penyakit sel sabit lain yang dianggap berasal
dari perubahan iskemik akibat oklusi vascular oleh masa sel sabit .Perjalanan klinis anak yang terkena
adalah khas disertai dengan kejadian-kejadian episodic intermitten,sering disebut sebagai “krisis”.4
EPIDEMIOLOGI
6
Defisiensi G6PD
Defisiensi G6PD merupakan suatu kelainan enzim tersering pada manusia, yang terkait kromosom sex
(x-linked). Kelainan dasar biokimia defisiensi G6PD disebabkan mutasi pada gen G6PD. Enzim G6PD
merupakan enzim pertama jalur pentosafosfat, yang mengubah glucose-6-phosphate menjadi 6-fosfo-
gluconat pada proses glikolisis. Perubahan ini menghasilkan Nicotinamide Adenine Dinucleotide
Phosphate (NADPH), yang akan mereduksi glutation teroksidasi (GSSG) menjadi glutation tereduksi
(GSH). GSH berfungsi sebagai pemecah peroksida dan oksidan radikal H2O2 Peranan enzim G6PD
dalam mempertahankan keutuhan sel darah merah serta menghindarkan kejadian hemolitik, terletak pada
fungsinya dalam jalur pentosa fosfat. Sel darah merah membutuhkan suplai energi secara terus menerus
untuk mempertahankan bentuk, volume, kelenturan dan menjaga keseimbangan potensial membran
melalui regulasi pompa natrium-kalium. Fungsi enzim G6PD adalah menyediakan NADPH yang
diperlukan untuk membentuk kembali GSH, yang berfungsi menjaga keutuhan sel darah merah
sekaligus mencegah hemolitik . Umumnya defisiensi G6PD tidak bergejala. Hemolisis terjadi bila
penderita terpapar bahan eksogen yang potensial menimbulkan kerusakan oksidatif, yaitu : obat-obatan,
bahan kimia, infeksi dan kacang fava . Defisiensi G6PD terkait kromosom x, dimana pada umumnya
hanya manifes pada laki-laki .
Defisiensi G6PD merupakan penyakit defisiensi enzim tersering pada manusia, sekitar 2-3% dari seluruh
populasi di dunia diperkirakan sekitar ± 400 juta manusia di seluruh dunia. Frekuensi tertinggi
didapatkan daerah tropis, ditemukan dengan frekuensi yang bervariasi pada berbagai ras Timur tengah,
India, Cina, Melayu, Thailand, Filipina dan Melanesia. Defisiensi G6PD menjadi penyebab tersering
kejadian ikterus dan anemia hemolitik akut di kawasan Asia Tenggara . Di Indonesia insidennya
diperkirakan 1-14% , prevalensi defisiensi G6PD di Jawa Tengah sebesar 15% , di pulau-pulau kecil yang
terisolir di Indonesia bagian Timur (pulau Babar, Tanimbar, Kur dan Romang di Propinsi Maluku),
disebutkan bahwa insiden defisiensi G6PD adalah 1,6 - 6,7%.5
Sickle Cell Anemia
Prevalensi gen sel sabit yang tinggi terdapat di bagian tropik yang dapat mencapai hingga 40 %di daerah
tertentu. Dikenal 3 jenis mutasi gen yaitu bantu, benin dan senegal yang diberi namasesuai daerah
asalnya. Prevalensi Hb S lebih rendah di dapat juga di daerah Mediteranian, SaudiArabia dan beberapa
bagian di India. Hemoglobin S adalah hemoglobin abnormal yang paling banyak didapat. Pembawa sifat
diturunkan secara dominan. Insiden diantara orang Amerika berkulit hitam adalah sekitar 8 %
sedangkan status homozigot yang diturunkan secara resesif berkisar antara 0,3 – 1,5 %.
7
MUTASI GEN
G6PD ↓ Stress oksidatif ↑NADPH ↓
Sferositosis Herediter
Merupakan penyakit keturunan yang paling umum terjadi pada orang keturunan eropa utara.
PATOFISIOLOGI
Defisiensi G6PD
Masalah kekurangan enzim G6PD ini ditentukan oleh kromosom resesif X. Gen yangdikaitkan dengan
masalah kekurangan enzim ini terletak pada kromosom X. Lelaki hanyamempunyai satu kromosom X.
Oleh itu, sebarang perubahan secara mutasi pada kromosom Xtersebut sudah cukup untuk mewujudkan
keadaan kekurangan enzim G6PD. Berlainan puladengan perempuan yang mempunyai 2 kromosom X,
mutasi perlu berlaku pada kedua-duakromosom untuk mewujudkan keadaan kekurangan enzim G6PD ini.
Oleh kerana faktor inilah, kebanyakan pesakit kekurangan enzim G6PD adalah lelaki.Peningkatan
kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Keadaanyangsering ditemukan
adalah apabila terdapat penambahan beban bilirubin pada selhepar
yang b e r l e b i h a n . H a l i n i d a p a t d i t e m u k a n b i l a t e r d a p a t
p e n i n g k a t a n p e n g h a n c u r a n e r i t r o s i t , polisitemia.Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga
dapat menimbulkan peningkatan kadarbilirubintubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z
berkurang, atau pada
bayihipoksia,a s i d o s i s . K e a d a a n l a i n y a n g m e m p e r l i h a t k a n p e n i n g k a t a n
k a d a r b i l i r u b i n a d a l a h a p a b i l a ditemukan gangguan konjugasi
hepar atau neonatus yangmengalami gangguan ekskresimisalnya sumbatan saluran empedu.
P a d a d e r a j a t t e r t e n t u b i l i r u b i n i n i a k a n b e r s i f a t t o k s i k d a n
m e r u s a k j a r i n g a n tubuh.Toksisitas terutama ditemukan ada bilirubin indirek yang bersifat sukar
larut dalamair tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel
otak a p a b i l a b i l i r u b i n t a d i d a p a t m e n e m b u s d a r a h o t a k .
K e l a i n a n y a n g t e r j a d i p a d a o t a k disebut Kern ikterus.5
8
Bagan 1.Patofisiologi Defisiensi G6PD.5
Sickle Cell Anemia
Anemia bulan sabit merupakan penyakit autosom (yang berarti bahwa penurunan tidak melalui
kromosom seks) sehingga gen ini dapat diwariskan oleh orang tua yang merupakan carier anemia bulan
sabit, baik diturunkan kepada anak laki-laki atau perempuan. Untuk mewariskan gen tersebut carier harus
berasal dari kedua orang tua, baik ayah maupun ibu sehingga anak memiliki dua gen anemia bulan sabit.
Jika penurunan hanya berasal dari salah satu pihak maka disebut “carrier state” dan tidak menyebabkan
terjadinya anemia bulan sabit.
9
Orang-orang yang berpenyakit anemia bulan sabit pada awalnya tidak merasakan sakit atau gejala yang
serius sebagai tanda terserangnya penyakit tersebut. Mereka merasa sehat dan mempunyai kehidupan
yang normal sehingga mereka tidak akan pernah menyangka bahwa mereka terjangkit penyakit tersebut.
Dalam sel sabit anemia, yang lebih rendah dari jumlah normal sel-sel darah merah terjadi karena sel-sel
sabit tidak bertahan lama. Sel sabit biasanya meninggal setelah hanya sekitar 10 sampai 20 hari. Sumsum
tulang tidak dapat membuat sel-sel darah merah yang baru cukup cepat untuk menggantikan yang sekarat.
Anemia sel sabit adalah sebuah warisan, penyakit seumur hidup. Orang-orang yang memiliki penyakit
lahir dengan hal itu. Mereka mewarisi dua salinan gen sel sabit-satu dari masing-masing orangtua.
Orang-orang yang mewarisi gen sel sabit dari satu orangtua dan gen normal dari orangtua lain memiliki
kondisi yang disebut sifat sel sabit. Sifat sel sabit berbeda dari sel sabit anemia. Orang yang memiliki sifat
sel sabit tidak memiliki penyakit, tetapi mereka memiliki salah satu gen yang menyebabkannya. Seperti
orang-orang yang memiliki sel sabit anemia, orang-orang yang memiliki sifat sel sabit dapat melewati gen
anak-anak mereka. 5
Gbr 3.Bagan Sickle cell Anemia.5
10
MANIFESTASI KLINIS
Defisiensi G6PD
Sebagian besar individu defisiensi G6PD adalah asimtomatik sepanjang hidup mereka, dan tidak
menyadari keadaan ini. Pada umumnya bermanifestasi sebagai anemia hemolitik akut, favism, neonatal
jaundice, atau anemia kronis non-hemolitik sferositik. yang biasanya muncul ketika eritrosit mengalami
stres oksidatif yang dipicu oleh zat oksidan seperti obat-obatan, infeksi, atau mengkonsumsi kacang
fava.Gejala-gejala hemolisis yang akut termasuklah kepucatan, jaundis,mudah letih, sesak nafas, jantung
berdebar-debar dan hemoglobinuria (hemoglobin dalam air kencing) yangmenjadikan air kencing
berwarna gelap. Kematian boleh berlaku sekiranya pesakitmengalami hemolisis yang terus.Peningkatan
bilirubin tak terkonjugasi, laktat dehidrogenase,dan retikulositosis adalah marker kelainan tersebut.
Pada defisiensi G-6-PD hemolisis spontan dapat terjadi pada prematur, tetapi tidak pada bayi cukup
bulan (a term). Bila seorang wanita hamil memakan obat oksidan, obat ini mungkin terpindahkan ke jan-
innya yang defisien G-6-PD, dan anemia hemolitik dan ikterus dapat nyata waktu lahir. Bagi bayi baru
lahir, kekurangan enzim G6PD boleh menyebabkan jaundis(kekuningan) yang patologik. Jaundis pada
bayi-bayi yang mempunyai tahap bilirubin yang tinggi di dalamdarah perlu menjalani transfusi darah.6
Sferositosis Herediter
SH mungkin menyebabkan penyakit hemolitik pada bayi baru lahir dan tampak dengan anemia dan
hiperbilirubinemia yang cukup berat sehingga memerlukan fototerapi atau transfuse tukar.Keparahan
penyakit pada bayi dan anak bervariasi.Beberapa penderita tetap tidak bergejala sampai
dewasa,sedangkan lainnya mungkin mengalami anemia berat dengan pucat,ikterus,lesu,dan intoleransi
terhadap kerja.Pada kasus berat mungkin ada ekspansi dari diploe tulang tengkorak dan daerah sumsum
dari tulang lain,tetapi lebih ringan dibandingpada thalasemia mayor.Setelah masa bayi limpa biasanya
membesar,dan batu pigmen empedu dapat terbentuk semuda usia 4-5 tahun.Paling tidak 50% penderita
yang tidak displenektomi akhirnya mempunyai batu empedu (bilirubin),meskipun,pada umumnya mereka
tetap tidak bergejala.Karena tingginya pergantian (turnover) eritrosit dan kenaikan aktivitas eritroid
sumsum tulang,anak dengan sferositosis herediter peka terhadap krisis aplastik,terutama oleh
parvovirus,dan krisis hipoplastik yang terkait dengan berbagai infeksi lain.Kegagalan eritroid sumsum
demikian dapat dengan cepat menyebabkan anemia berat (hematokrit),gagal jantung curah
tinggi,hipoksia,kolaps kardiovaskular,dan kematian. Diagnosis SH biasanya ditegakkan secara klinis dari
sediaan apus darah tepi,yang menunjukkan banyak sferosit dan retikulosit,riwayat keluarga,dan
splenomegali.Adanya sferosit dalam darah dapat dikonfirmasikan dengan uji fragilitas eritrosit.6
11
Sickle Cell Anemia
Bayi baru lahir yang terkena jarang menunjukkan tanda klinis penyakit sel sabit ;anemia hemolitik
bertahap muncul sesudah umur bulan 2-4 ,yang sejajar dengan penggantian sejumlah besar Hb F oleh Hb
S. Manifestasi klinis lain jarang sebelum umur 5-6 bulan.Daktilis sabit akut,yang tampak sebagai
sindrom tangan-kaki,sering merupakan bukti kuat pertama bahwa ada penyakit sel sabit.Tanda yang
berkaitan adalah nyeri,biasanya simetris,pembengkakan tangan dan kaki.Episode vaso-oklusif nyeri akut
merupakan manifestasi penyakit sel sabit paling sering dan mencolok.Kebanyakan penderita mengalami
nyeri hampir setiap hari.Pada anak muda nyeri sering melibatkan ekstremitas;pada anak lebih besar nyeri
kepala,dada,abdomen dan punggung terjadi lebih sering.Nyeri abdomen akibat penyakit sel sabit dapat
mirip dengan dengan nyeri kasus bedah akut.Infark limpa biasa pada anak antara 6 dan 660 bulan,yang
menyebabkan nyeri dan ikut berperan pada proses autosplenektomi.Sebanyak 10% anak dengan anemia
sel sabit,terutama penderita praremajadan lebih tua,menujukkan sekuele oklusi
serebrovaskular.Kerusakan iskemik juga dapat mengenai miokardium,hati dan ginjal.Fungsi ginjal
terganggu secara progresif oleh fibrosis glomerular dan tubular,hipostenuria yang disertai dengan poliuria
adalah khas untuk penderita diatas 5 tahun.Nekrosis papillaris ginjal dan sindroma nefrotik kadang-
kadang juga berkembang.Priapismus adalah komplikasi yang relative sering yang disebabkan oleh
pengumpulan darah dalam korpus kavernosum,yang menyebabkan obstruksi aliran vena.
Anak kecil dengan Hb SS dapat mempunyai limpa membesar yang terkait dengan penyakit
hemolitiknya,dengan progresif menjadi sindrom hipersplenisme yang diikuti pemburukan anemia dan
kadang-kadang trombositopenia.Atas alas an yang tidak diketahui sejumlah besar darah menjadi
terkumpul dalam limpa,yang membesar hebat,dan timbul dengan cepat tanda kolaps sirkulasi.Transfusi
darah pada fase akut dapat menolong jiwa. Fungsi limpa yang berubah pada anak kecil dengan penyakit
sel sabit merupakan faktor penting yang menyebabkan kepekaan yang meningkat terhadap meningitis,
sepsis, dan Infeksi berat lainnya, terutama yang disebabkan oleh pneumokokus dan Hemophilus
influenzae. Bila tidak ada antibodi spesifik terhadap antigen kapsular polisakarida organisme ini;aktivitas
limpa adalah penting untuk membuang bakteri ini jika menginvasi darah. Meskipun sering ada
pembesaran limpa pada penderita muda dengan Hb SS, fungsi fagositik dan retikuloendotelialnya telah
terbukti dengan nyata menurun. Sebagai faktor risiko tambahan, anak dengan penyakit sel sabit juga
telah dibuktikan mempunyai kekurangan opsonin serum dari jalur komplemen alternatif, terhadap
pneumokokus. Anak dengan penyakit sel sabit juga mempunyai kepekaan meningkat terhadap
osteomielitis salmonela (disebabkan, sebagian, karena nekrosis sumsum tulang).
12
Sebagaimana umumnya penderita dengan bentuk anemia hemolitik kronis lainnya, anak dengan Hb
SS mempunyai risiko mengalami penurunan kadar Hb yang cepat, mengancam kehidupan (episode
aplastik) dalam kaitannya dengan infeksi parvovirus .
Sekelompok lagi sekuele sel sabit disebabkan primer oleh anemia hemolitik yang menyertai kelainan
ini. Krisis hemolitik dapat terjadi bersamaan dengan defisiensi G-6-PD. Kardiomegali kadang-kadang
ada pada anak yang lebih tua, sering disebabkan sebagian oleh kardiomiopati akibat- penyakit sel sabit.
Kenaikan absorpsi besi berperan pada kerusakan hati, pankreas. dan jantung. Pembentukan batu empedu
bergejala sering pada penderita remaja dan dewasa. kadang- kadang terjadi pada anak semuda usia 4
tahun.
Pada masa anak pertengahan berat badan kebanyakan penderita kurang, dan pubertas sering terlambat.
Ulkus tungkai kronis relatif jarang pada anak, biasanya terjadi hanya pada remaja akhir.4,6
Gbr.Gejala-gejala sickle cell anemia..5
13
PENATALAKSANAAN
Defisiensi G6PD
Pada pasien dengan defisiensi G6PD , hemolisis terjadi self-limited sehingga tidak perlu terapi khusus
kecuali terapi untuk infeksi yang mendasari dan hindari zat oksidan yang mencetuskan hemolisis serta
mempertahankan aliran ginjal yang adekuat karena adanya hemoglobinuria saat hemolisis akut. Pada
hemolisis berat mungkin diperlukan transfusi darah Bila hemolisis terjadi,terapi suportif mungkin
memerlukan transfusi darah,meskipun biasanya akan sembuh bila bahan oksidan dihilangkan.4
Sferositosis Herediter
Karena sferosit pada SH dihancurkan hampir seluruhnya oleh limpa,maka splenektomi melenyapkan
hampir seluruh hemolisis pada kelainan ini.Setelah splenektomi,sferosit mungkin lebih
banyak,meningkatkan fragilitas osmotic,tetapi anemia,retikulositosis,dan hiperbilirubinemia
membaik.Beberapa ahli hematologi tidak merekomendasikan splenektomi bagi penderita yang kadar Hb-
nya 10 g/dL dan yang angka retikulositnya <10%.Untuk penderita dengan anemia dan retikulositosis
lebih berat atau dengan krisis hipoplastik atau aplastik,splenektomi dianjurkan setelah umur 5-6 tahun
untuk menghindari resiko yang meninggi sepsis pasca splenektomi pada anak yang lebih muda.Vaksin
untuk mikroorganisme berkapsula seperti pneumokokus,meningokokus,dan Haemophillus influenza harus
diberikan sebelum splenektomi,dan profilaksis penisilin (umur <5 tahun:125 mg/12 jam;umur >5 tahun
sampai dewasa 250mg/12 jam) diberikan sesudahnya.Trombositosis pasca splenektomi biasa ditemukan
tetapi tidak perlu terapi dan biasanya membaik spontan.Dalam satu laporan splenektomi parsial
menghasilkan kenaikan nyata Hb dan penurunan angka retikulosit dengan potensi mempertahankan
fungsi fagositik dan imunogenik limpa.Teknik ini,sekiranya terbukti ,akan bermanfaat terutama untuk
anak kurang dari 5 tahun dengan penyakit berat dan dapat digunakan pada penderita lebih tua dengan
penyakit ringan.4
Sickle Cell Anemia
Cara-cara yang ditujukan untuk mencegah komplikasi serius penyakit sel sabit merupakan bagian
terpenting dari tatalaksana penderita. Mempertahankan imunisasi lengkap anak-anak tersebut sangat
penting. Pemberian vaksin pneumokokus polivalen dapat bermanfaat, tetapi sayang bentuk vaksin yang
kini tersedia tampaknya kurang imunogenik bagi anak dengan Hb SS berumur kurang dari 5 tahun.
Imunisasi Haemophilus influenzae telah terbukti kemanjurannya pada bayi dengan penyakit sel sabit,
dan demikian pula imunisasi hepatitis B terindikasi. Penisilin G profilaksis sangat efektif untuk
mencegah infeksi pneumokokus dan harus diberikan ke- pada semua anak kecil dengan penyakit sel
14
sabit. Penisilin diberikan secara oral, dua kali sehari, dimulai pada masa bayi awal dan diteruskan
setidak-tidaknya sampai umur 6 tahun. Orangtua penderita juga perlu menyadari pentingnya membawa
anak segera ke pelayanan medis untuk penyakit akut, terutama demam di atas 39°C. Karena risiko
infeksi bakteri yang berarti yang mengancam nyawa, pemberian antibiotika segera biasanya terindikasi
untuk bayi dan anak kecil dengan awitan demam yang tinggi. Penderita umur lebih dari 6 bulan,
terkecuali bila suhu mencapai 40°C atau yang tampak sakit berat, biasanya dapat ditatalaksana secara
efektif sebagai penderita rawat jalan. Pada anak yang berisiko rendah, yang tampak baik-baik, setelah
biakan darah diambil. diberikan ceftriakson intravena, dan dosis ini diulangi pada hari berikutnya.
Penderita dan orang yang merawatnya harus juga diberi informasi mengenai manifestasi pengasingan
limpa akut dan pentingnya segera mencari pertolongan medis bagi anak dengan pembesaran limpa dan
kepucatan yang cepat.
Episode nyeri sering dapat ditatalaksana dengan asetaminofen oral, sendirian atau bersama kodein.
Episode lebih berat mungkin memerlukan rawat inap dan pemberian narkotik parenteral. Obat
antiinflamasi, ketorolac atau, lebih jarang, kortikosteroid, dapat menurunkan atau menghilangkan
keperluan akan analgetik narkotik. Analgesia epidural juga telah di- gunakan untuk menatalaksana
nyeri dari krisis vaso-oklusif yang berat. Dehidrasi dan/atau asidosis harus segera dikoreksi dengan
terapi intravena. Transfusi darah jarang terindikasi untuk episode nyeri, dan diragukan apakah transfusi
dapat meringankan perjalanan krisis nyeri. Namun, untuk penderita dengan nyeri kronis yang
mengganggu, untuk mereka dengan kerusakan Organ iskemik (dada akut, priapismus) atau stroke, atau
dalam persiapan untuk operasi besar, transfusi eritrosit normal dapat memberi perbaikan gejala dan
mencegah kom- plikasi iskemik lebih lanjut. Untuk penderita dengan stroke. kardiomiopati, dan
komplikasi berat lainnya, pemberian transfusi jangka-panjang menahun merupakan pokok terapi. Pen-
ting untuk memilih jumlah minimum darah yang diperlukan untuk mencapai persentase Hb S yang
diinginkan. Penderita ini juga memerlukan terapi khelasi besi untuk mecegah ter- jadinya
hemosiderosis. Transfusi eritrosit terpampat secara spesifik terindikasi untuk episode sekuestrasi limpa
akut atau aplastik. Episode sekuestrasi limpa berulang merupakan indi- kasi untuk splenektomi.
Cangkok sumsum tulang (CST) dari donor normal dapat kuratif untuk penderita dengan penyakit sel
sabit, tetapi risiko dan morbiditas yang terkait dengan prosedur ini membatasi aplikasinya hanya untuk
penderita terpilih. Pengalaman Eropa, dari lebih 40 anak kecil tanpa kerusakan organ kronis, menun-
jukkan angka keberhasilan yang tinggi setelah transplantasi. Di Amerika Serikat, lebih sedikit penderita
yang-mengalami transplantasi, kebanyakan dari mereka mempunyai konsekuen- si kejadian veno-
oklusif; semuanya membaik, tetapi beberapa mengalami komplikasi neurologik pasca-transplantasi.
15
Pemberian regimen kemoterapi yang memacu sintesis Hb F telah dicoba dengan efek baik, atas
dasar eksperimental, pada sejumlah anak dengan penyakit sel sabit. Obat ini, termasuk hidroksiurea dan
butirat, menawarkan harapan sebagai cara lebih efektif untuk mengobati penderita-penderita ini.4,7
PENCEGAHAN
Defisiensi G6PD
Upaya pencegahan primer termasuk skrining untuk mengetahui frekuensi (angka kejadian)kelainan enzim
G6PD di masyarakat yang membantu diagnosis dini karena sebagian besar defisiensi G6PD tidak
menunjukkan gejala klinis, sehingga pemahaman mengenai akibatyang mungkin timbul pada penderita
defisiensi G6PD yang terpapar bahan oksidan masih belum sepenuhnya dipahami serta disadari
yang dapat mengakibatkan diagnosis diniterlewatkan.Masih termasuk pencegahan primer yaitu dengan
memberikan informasi dan pendidikankepada masyarakat mengenai kelainan enzim G6PD, termasuk
berupa konseling genetik pada pasangan resiko tinggi.Di Sardinia, skrining neonatal dikombinasikan
pendidikan kesehatan tentang G6PD telah berhasil menurunkan angka kejadian favisme pada anak dengan
defisiensi enzim G6PD. Pencegahan hemolisis adalah cara terapi yang paling penting.Jika mungkin,pria
yang termasuk kelompok etnik dimana terdapat insiden defisiensi G6PD menncolok (misalnya,
yunani,Itali Selatan,Filipina,Cina Selatan,Amerika-Afrika,Thai) harus diuji untuk defek itu sebelum obat
oksidan diberikan.Dosis biasa aspirin dan trimetropim sulfametoksasol tidak menyebabkan hemolisis
secara klinis yang relevan pada varian A.Namun,Aspirin yang diberikan untuk demam reumatik akut
(660-100mg/kg/hari) mungkin menimbulkan episode hemolisis hebat. Penyakit genetik ini tidak bisa
disembuhkan, namun bisa diatasi dengan memperbanyak asupan antioksidan endogen. Antioksidan dapat
diperoleh dari konsumsi vitamin C, vitamin E, beta karoten, selenium, dan zinc, yang banyak terdapat
dalam sayuran berwarna hijau dan kuning, ikan laut, daging, gandum, dll. Seseorang yang lahirdengan
defisiensi G6PD harus menghindari hal yang dapat mencetuskan anemiamisalnya fava beans, naftalena,
dan obat-obatan tertentu.5,6
Sickle cell Anemia
Pembawa ciri penyakit ini digalakkan menghadiri sesi kaunseling genetik.Rawatan yang segera
untuk jangkitan kuman yang berlaku, pengoksigenanyang mencukupi dan mengekalkan tahap
16
penghidratan yang normal dapat mengelakkan sel darah merah menjadi bentuk sabit.Diagnosis pranatal
kini boleh dijalankan untuk pasangan yang berisikomelahirkan bayi yang mengalami Anemia Sel Sabit.5
KOMPLIKASI
Sickle cell Anemia
Infeksi sering terjadi dan dapat berlangsung fatal pada masa anak-anak kematian mendadak dapat terjadi
karena krisis sekuestrasi dimana terjadi pooling sel darah merah ke RES dan kompartemen vaskular
sehingga hematokrit mendadak menurun. Pada orang dewasa menurunnya faal paru dan ginjal dapat
berlangsung progresif. Komplikasi lain berupa infark tulang, nekrosis aseptik kaput femoralis, serangan-
serangan priapismus dan dapat berakhir dengan impotensi karena kemampuan ereksi. Kelainan ginjal
berupa nekrosis papilla karena sickling dan infaris menyebabkan hematuria yang sering berulang-ulang
sehingga akhirnya ginjal tidak dapat mengkonsentrasi urine. Kasus-kasus Hb S trait juga dapat
mengalami hematuria.9
PROGNOSIS
Defisiensi G6PD
Jika diberi rawatan dan nasihat yang betul, penderita boleh hidup dengan gaya hidup
yangn o r m a l . K e b a n y a k a n p e n d e r i t a t i d a k m e n u n j u k k a n m a s a l a h d a l a m t e m p o
y a n g panjang. Walau bagaimanapun apabila episod hemolitik anemia berlaku,ia
perlu dirawat dengan rawatan yang sesuai.5
Sickle cell Anemia
Sekitar 60 % pasien anemia sel sabit mendapat serangan nyeri yang berat hampir terus-menerus dan
terjadinya anemia sel sabit selain dapat disebabkan karena infeksi dapat juga disebabkan oleh beberapa
faktor misalnya perubahan suhu yang ekstrim, stress fisis atau emosional lebih sering serangan ini terjadi
secara mendadak. Orang dewasa dengan anemia sel sabit sebaiknya diimunisasi terhadap pneumonia yang
disebabkan pneumokokus. Tiap infeksi harus diobati dengan antibiotik yang sesuai. Transfusi sel darah
merah hanya diberikan bila terjadi anemia berat atau krisis aplastik Pada kehamilan usahakan agar Hb
berkisar sekitar 10 – 12 g/dl pada trimester ketiga. Kadar Hb perlu dinaikkan hingga 12 – 14 g/dl sebelum
operasi. Penyuluhan sebelum memilih teman hidup adalah penting untuk mencegah keturunan yang
homozigot dan mengurangi kemungkinan heterozigot. 9
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Bakta IM, Suega K, Dharmayuda TG. Anemia Herediter. Dalam: Sudoyo AW,
Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S, editor. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jilid II. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam,2005.h.634-40.
2. Matondang C S, Wahidiyat I, Sastroasmoro S. Diagnosis Fisik pada Anak. Edisi kedua.
Jakarta: CV Sagung Seto; 2003.
3. Joyce LK. Pedoman pemeriksaan laboratorium & diagnostic. Edisi 6. Jakarta: EGC,
2007. h. 193, 232, 234-9, 287-9 , 400-3.
4. Behrman, Kliegman, Arvin, Nelson. Deficiency G6-PD (Glukosa 6 phosfat
dehidrogenase). Nelson textbook of pediatrics. Vol II. Edisi 15. Jakarta: EGC, 2000. h.
1698- 1706.
5. Defisiensi G6PD. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/200390-overview.
15 September 2012.
6. Hull David. Dasar-dasar Pediatri. Edisi 3. Jakarta : EGC, 2008. h. 194-201.
7. Mentzer C William. Penyakit Sel Sabit. Dalam: Buku ajak pediatri Rudolph. Ed 2. Vol 2.
Jakarta: EGC, 2007. h. 1324-27.
8. Supandiman I, Fadjari H. Anemia pada penyakit kronis. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi
B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S, editor. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II.
Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam,2005.h.641-3.
9. Behrman, Kliegman, Arvin, Nelson. Kelainan hemoglobin. Nelson textbook of pediatrics.
Vol II. Edisi 15. Jakarta: EGC, 2000. h. 1708-12.
18