DEFISIENSI ZINC

26
DEFISIENSI ZINC PENDAHULUAN Zinc (Zinc) yang biasanya juga disebut dengan Zinc merupakan zat gizi yang esensial dan telah mendapat perhatian yang cukup besar akhir-akhir ini. Zinc berperan di dalam bekerjanya lebih dari 10 macam enzim. Berperan di dalam sintesa Dinukleosida Adenosin (DNA), Ribonukleosida Adenosin (RNA), dan protein. Maka bila terjadi defisiensi zinc dapat menghambat pembelahan sel, pertumbuhan dan perbaikan jaringan (Shanker dan Prasad, 1998). Zinc umumnya ada di dalam otak, dimana zinc mengikat protein. Kekurangan zinc akan berakibat fatal terutama pada pembentukan struktur otak, fungsi otak dan mengganggu respon tingkah laku dan emosi (Black, 1998). Menurut Eschlemen (1996), zinc adalah suatu komponen dari beberapa sistem enzim, yang berfungsi di dalam sintesa protein, transport karbon dioksida dan di dalam proses penggunaan vitamin A. Prasad dan Halsted mengatakan bahwa defisiensi zinc menyebabkan stunting dan hypogonadism pada anak laki-laki petani Iranian. Mereka kemudian menegaskan dalam hipotesis mereka pada remaja di Egyptian dan Iranian melalui penelitian tentang metabolisme zinc dan percobaan terapeutik. 1

description

Student Project

Transcript of DEFISIENSI ZINC

DEFISIENSI ZINCPENDAHULUAN Zinc (Zinc) yang biasanya juga disebut dengan Zinc merupakan zat gizi yang esensial dan telah mendapat perhatian yang cukup besar akhir-akhir ini. Zinc berperan di dalam bekerjanya lebih dari 10 macam enzim. Berperan di dalam sintesa Dinukleosida Adenosin (DNA), Ribonukleosida Adenosin (RNA), dan protein. Maka bila terjadi defisiensi zinc dapat menghambat pembelahan sel, pertumbuhan dan perbaikan jaringan (Shanker dan Prasad, 1998). Zinc umumnya ada di dalam otak, dimana zinc mengikat protein. Kekurangan zinc akan berakibat fatal terutama pada pembentukan struktur otak, fungsi otak dan mengganggu respon tingkah laku dan emosi (Black, 1998). Menurut Eschlemen (1996), zinc adalah suatu komponen dari beberapa sistem enzim, yang berfungsi di dalam sintesa protein, transport karbon dioksida dan di dalam proses penggunaan vitamin A. Prasad dan Halsted mengatakan bahwa defisiensi zinc menyebabkan

stunting dan hypogonadism pada anak laki-laki petani Iranian. Mereka kemudian menegaskan dalam hipotesis mereka pada remaja di Egyptian dan Iranian melalui penelitian tentang metabolisme zinc dan percobaan terapeutik. Defisiensi zinc juga diketahui terjadi pada anak-anak dan orang dewasa di beberapa negara, dan menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting (Reeport of Meeting Baltimore, 1996). Penelitian konservatif menyatakan bahwa 25% dari populasi di dunia berisiko

terhadap defisiensi zinc. Suatu meta analisis dari 25 penelitian tentang pengaruh suplementasi zinc pada pertumbuhan anak yang dilakukan oleh Brown (1998), pemberian suplementasi zinc secara statistik bermakna baik terhadap pertumbuhan secara linier dan

menunjukkan bahwa

memberikan efek yang lebih

pertambahan berat badan anak. Umur juga merupakan faktor yang penting dalam hubungan antara defisiensi zinc dengan perkembangan kognitif anak. Karena selama masa pertumbuhan dan perkembangan cepat, seperti pada masa remaja jika konsumsi makan tidak cukup dan seimbang, maka anak akan kekurangan zat-zat yang

1

dibutuhkan oleh tubuh

untuk pertumbuhan dan perkembangan tersebut

seperti

protein, vitamin dan mikronutrien tertentu. Anak-anak yang berasal dari pedesaan dan dari keluarga dengan penghasilan rendah ditemukan mempunyai konsentrasi zinc dalam plasma yang rendah selama masa pertumbuhan dan masa remaja (Black, 1998) dan keadaan gizi anak yang berasal dari keluarga yang berpenghasilan

menengah menderita defisiensi zinc yang sedang selama masa pertumbuhan (Allen, 1998). Pada anak yang masih menyusui, air susu ibu tidak dapat mensuplai zinc dalam jumlah yang cukup. Dan sulit untuk memenuhi kebutuhan zinc bayi dan anak selama masa transisi dari air susu ibu ke makanan padat. Dari hasil penelitian yang

dilakukan oleh Brown (1998) menunjukkan bahwa zinc yang dibutuhkan dari makanan tambahan berbeda dengan zinc yang yang harus dipenuhi setiap hari

(diperkirakan 2,8 mg/hari untuk usia 6 -24 bulan) dan asupan zinc dari air susu ibu. Makanan tambahan harus menyediakan 84 -89% zinc yang dibutuhkan bayi pada usia 6 -24 bulan. Berdasarkan rata-rata asupan ASI di negara berkembang, bayi yang berusia 6 -9 bulan membutuhkan 50 -70 gr hati atau daging yang tidak berlemak setiap hari atau kira-kira 40 gr ikan segar, untuk memenuhi tambahan zinc yang dianjurkan dari makanan padat. Dari analisa ini mereka menyarankan untuk memberikan suplementasi zinc atau fortifikasi zinc selama masa pertumbuhan karena bayi dan anak di negara berkembang tidak mungkin memenuhi kebutuhan zinc mereka dari makanan.

PATOFISIOLOGI Penyerapan zinc terjadi pada bagian atas usus halus. Dalam plasma, sekitar 30% Zinc berikatan dengan 2 alfa makroglobulin, sekitar 66% berikatan dengan albumin dan sekitar 2% membentuk senyawa kompleks dengan histidin dan sistein. Komplek zincalbumin disebut ligan zinc makromolekul utama sedangkan ligan mikromolekul adalah kompleks zinc-histidin dan zinc-sistein yang berfungsi untuk menstransport

2

zinc ke seluruh jaringan termasuk kehati, otak, dan sel-sel darah merah(Hsu, J.M. & H.S. Hsich, 1981). Zinc diabsorbsi lebih efisien dalam jumlah kecil dan bila seseorang dengan status zinc yang rendah mengabsorbsi zinc lebih efisien dibandingkan dengan status zinc yang tinggi. Zinc diangkut oleh albumin dan transferin masuk kealiran darah dan dibawa ke hati. Kelebihan zinc akan disimpan dalam hati dalam bentuk metalotionein, sedangkan yang lainnya dibawa kepancreas dan jaringan tubuh lain. Didalam pancreas, zinc digunakan untuk membuat enzim pencernaan, yang pada waktu makan dikeluarkan kedalam saluran pencernaan. Dengan demikian saluran cerna memiliki dua sumber zinc, yaitu dari makanan dan cairan pencernaan pancreas.

Gambar. Absorbsi Zinc

Absorbsi zinc diatur oleh metalotionein yang disintesis didalam sel dinding saluran pencernaan. Bila konsumsi zinc tinggi, didalam sel dinding cerna akan diubah menjadi metalotionein sebagai simpanan, sehingga absorbsi berkurang. Metalotionein didalam hati mengikat zinc hingga dibutuhkan oleh tubuh. Metalotionein diduga mempunyai peranan dalam mengatur kandungan zinc didalam cairan intraseluler (Hsu, J.M. & H.S. Hsich, 1981) Metalotionein sangat kaya akan asam amino sistein dan dapat mengikat 9 gram atom logam untuk setiap protein. Protein ini sangat terikat erat dengan mineral-mineral

3

zinc. Beberapa penelitian membuktikan bahwa sintesis thionein dirangsang oleh adanya mineral. Metalotionein-III (MT-III) merupakan bagian yang spesifik dari metalonein yang terdapat pada otak yang mengikat zinc dan berfungsi sebagai simpanan (cadangan) zinc dalam otak. Metalonein-III merupakan senyawa kompleks zinc yang kemungkinan berperan dalam utilisasi zinc sebagai neuromodulator. Setelah masuk kedalam enterosit, zinc diikat oleh suatu protein intestinal yang kaya sistein (CRIP =CysteinRich Intestinal Protein) yang kemudian memindahkan zinc ke metallothionin atau melintasi sisi basolateral enterosit untuk berikatan dengan albumin serta dibawa ke darah portal (Almatsier S, 2001). Banyaknya zinc yang diserap berkisar antara 15-40%. Absorbsi zinc dipengaruhi oleh status zinc dalam tubuh. Bila lebih banyak zinc yang dibutuhkan, lebih banyak pula zinc yang diserap. Begitu pula jenis makanan mempengaruhi absorbsi. Serat dan fitat menghambat ketersediaan biologik zinc, sebaliknya protein histidin, metionin dan sistein dapat meningkatkan penyerapan. Tembaga dalam jumlah melebihi kebutuhan faal menghambat penyerapan zinc. Nilai albumin dalam plasma merupakan penentu utama penyerapan zinc. Albumin merupakan alat transpor utama zinc. Penyerapan zinc menurun bila nilai albumin darah menurun, misalnya dalam keadaan gizi kurang atau kehamilan. Absorpsi menurun bila ada agen chelat (agen pengikat logam seperti aluminium hidroksida) dan bila intake kalsium fosfat tinggi (Almatsier S, 2001). Sebagian zinc menggunakan alat transpor transferin, yang juga merupakan alat transportasi besi. Bila perbandingan antara besi dan zinc lebih dari 2 :1, transferin yang tersedia untuk zinc berkurang, sehingga menghambat zinc. Sebaliknya, dosis tinggi zinc menghambat penyerapan besi. Zinc diekskresikan melalui feses. Disamping itu zinc dikeluarkan melalui urine dan keringat serta jaringan tubuh yang dibuang, seperti kulit, sel dinding usus, cairan haid dan mani. Jumlah zinc yang dibuang melalui urine berkisar antara 0.3-0.7 mg sedangkan melalui keringat antara 1 sampai 3 mg (Almatsier S, 2001).

4

Adapun 4 faktor yang berperan dalam terjadinya defisiensi zinc : 1. Absorbsi yang inadekuat : Keadaan malnutrisi, vegetarian, pemberian nutrisi enteral dan parenteral / diet untuk mengatasi inborne error metabolism, infestasi intestinal, interaksi zat gizi antara komponen diit dan obat obatan. 2. Maldigesti dan malabsorbsi: mekanisme abosorbsi karena imaturitas,

akrodermatitis, enterohepatika, pembedahan lambung / reseksi usus dan enteropati. 3. Pembuangan yang meningkat: keadaan katabolisme, enteropati dengan loss protein, gagal ginjal, renal dialysis, terapi diuretik, chelating agent (spesifik dan nonspesifik), dermatosis eksfoliatif. 4. Kebutuhan yang meningkat : sintesa jaringan yang cepat, konvalesen paska katabolik, penyakit neoplasma, dan resolving anaemias. Dimana intinya jika terjadi ketidakseimbangan antara asupan makanan dengan pengeluaran nantinya disini akan menyebabkan terjadinya defisiensi zinc (Hsu, J.M. & H.S. Hsich, 1981).

MANIFESTASI KLINIS Gambaran klinis defisiensi zinc pada manusia sangat bervariasi, tergantung pada beberapa hal, antara lain usia mulai terjadi defisiensi, derajat dan lamanya defisiensi, penyakit dan kelainan yang merupakan latar belakang penyebab primer defisiensi, besarnya masukan zinc dan interaksi dengan nutrien atau faktor-faktor lain dalam makanan. Misalnya, wanita hamil dan menyusui rentan terhadap kekurangan zinc. Usia lanjut juga mudah menderita defisiensi, terutama jika mengkonsumsi makanan rendah zinc dan jika terdapat gangguan absorpsi (Reviana Ch, 2004). Manifestasi klinis pada defisiensi zinc berbeda- beda pada setiap orang. Gejala defisiensi ini bervariasi dan non-spesifik, sehingga sulit untuk menegakkan diagnosis hanya dengan melakukan pemeriksaan fisik. Gejala defisiensi juga cenderung memburuk dan mengurangi cadangan dalam tubuh setiap waktunya. Tidak terdapat

5

manifestasi yang spesifik pada defisiensi ini. Kebanyakan gejala bersifat general dan berhubungan dengan masalah kesehatan lainnya (Jerome Nriagu, 2007). Defisiensi zinc berefek pada beberapa hal, diantaranya: (Hiroyuki Yanagisawa, 2004) 1. Reproduksi Zinc berperan penting dalam sintesis dan sekresi Luteininzing Hormones (LH) dan Follicle-stimulating Hormones (FSH), diferensiasi gonad, serta fertilisasi. Defisiensi zinc menyebabkan masalah fertilitas (termasuk hipogonad, kegagalan maturitas seksual, prognatitis jinak pada laki-laki, dan kram saat menstruasi pada wanita). Dapat pula menyebabkan kelenjar kelamin mengecil pada anak laki-laki. 2. Kehamilan dan perkembangan prenatal Defisiensi zinc maternal dapat mengganggu fungsi normal tropoblast, komponen yang berasal dari embrionik pada plasenta yang berperan dalam implantasi, produksi dan sekresi hormone. Disfungsi dari tropoblast dihubungkan dengan perkembangan fetus yang terganggu, dan gangguan lain seperti aborsi spontan, prolonged gestation, berat badan lahir rendah, dan komplikasi lainnya pada kelahiran. Malformasi yang berkaitan dengan defisiensi zinc diantaranya abnormalitas fungsi mata dan otak, bibir sumbing dan palatum, dan abnormalitas pada jantung, paru, dan system urogenital. Fetus pada ibu hamil yang mengalami defisiensi zinc dapat menunjukkan retardasi mental dan abnormalitas skeletal. Selain itu, dapat menyebabkan perkembangan postnatal yang terganggu dan efek laten yang dapat bertahan seumur hidup. Bayi dengan defisiensi zinc secara umum memiliki morbiditas tinggi yang ditandai dengan rickets, anemia, dystrophy, dermatitis atopic dan beberapa tipe alergi, dan gangguan pencernaan serta meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Defisiensi zinc juga berpengaruh pada perkembangan central nervous system (CNS). Disfungsi CNS merupakan manifestasi klinis pada kebanyakan

acrodermatitis enteropathica dan defek genetic yang berhubungan dengan sindrom defisiensi zinc. Defisiensi zinc juga berpengaruh pada kognitif anak, seperti gangguan motorik, perkembangan lokomotif, berbicara, dan kemampuan orientasi.

6

3. Immunitas Zinc berperan dalam kebanyakan sel yang terlibat dalam imunitas dan defisiensi zinc dapat mengurangi imunokompeten dan resistensi terhadap infeksi. Defisiensi zinc menurunkan proliferasi dan sekresi sitokin pada mitogen-activated leukocytes. Tanda defisiensi zinc adalah terjadinya atrofi thymic dan lymphopenia. Defisiensi zinc menyebabkan infeksi oportunistik yang frekuen. 4. Pertumbuhan Zinc berperan dalam pertumbuhan tulang melalui sejumlah hormone yang terlibat dalam metabolism tulang dan berhubungan dengan calcium metabolic pathway. Diantaranya, berperan dalam crosslinking kolagen serta menstimulasi

pembentukan tulang, menurunkan resorpsi tulang dan mineralizatin. Manifestasi defisiensi zinc adalah retardasi pertumbuhan (dwarfism) dan hipogonadism. Defisiensi zinc juga dapat menyebabkan retardasi pertumbuhan intrauterine. 5. Efek klinis lainnya (Jerome Nriagu, 2007). Efek dermatologis disebabkan oleh defisiensi zinc berat dan pada pasien yang menderita acrodermatitis enteropathica. Gangguan berupa erythematous scaling eruptions pada lipatan nasolabial dan retro-auricular, dengan dermatitis yang menyebar pada kepala dan ekstremitas dan dapat menjadi eksudat pada defisiensi zinc yang berkelanjutan. Defisiensi dapat pula menyebabkan jerawat dan striae. Diare merupakan manifestasi klinis utama pada kebanyakan kasus

acrodermatitis enteropathica, syndrome defisiensi zinc. Metabolism zinc dan homeostatis berhubungan dengan proses penuaan dan gangguan neurodegenerative. Beberapa studi menunjukkan defisiensi zinc berhubungan dengan terjadinya Parkinson disease yang berkorelasi dengan gangguan perlihatan, gangguan penciuman dan perasa. Defisiensi zinc berhubungan dengan terganggunya proses penyembuhan luka (inflamasi, proliferasi selular dan remodeling) dan waktu yang lama untuk perbaikan jaringan. Beberapa studi menunjukkan defisiensi zinc berhubungan dengan peningkatan risiko luka kronis dan penyembuhan luka yang terlambat.7

-

Suatu studi menemukan bahwa defisiensi zinc berhubungan dengan pathogenesis dari anorexia nervosa. Selain itu, kelainan ini juga dapat menyebabkan gangguan perasa, sekresi saliva dan hilangnya penciuman yang menjadi predisposisi terhadap penurunan nafsu makan.

-

Bintik putih pada kuku kadang dihubungkan dengan defisiensi zinc. Penurunan adaptasi terhadap gelap, terjadi pada kasus defisiensi zinc moderate. Abnormalitas mental (depresi) dapat terjadi pada kasus defisiensi zinc yang berat.

PENILAIAN NUTRISI 1. Asupan Pangan Penilaian nutrisi berdasarkan asupan pangan meliputi ingatan pangan 24 jam, kuesioner frekuensi pangan, riwayat pangan, catatan pangan, dan Weighing

method. Ingatan Pangan 24 jam adalah estimasi jumlah pangan dan minuman yang dimakan oleh seseorang selama 24 jam yang lalu sebelum wawancara dilakukan. Kuesioner frekuensi pangan terdiri dari dua komponen yaitu daftar jenis pangan, dan frekuensi konsumsi pangan. Riwayat pangan dimaksudkan untuk menemukan pola inti pangan sehari-hari pada jangka waktu lama serta untuk melihat antara intake pangan dan kejadian penyakit tertentu. Catatan pangan yaitu mencatat semua pangan dan minuman yang dikonsumsi selama seminggu. Pencatatan dilakukan oleh seorang responden dengan menggunakan ukuran rumah tangga(urt) atau menimbang langsung berat pangan yang dimakan. Weighing method adalah mengukur secara langsung berat setiap jenis pangan yang dikonsumsi oleh seseorang pada hari wawancara (Yuniastuti,2008). Table 1: Angka Kecukupan Gizi 2004 bagi Orang Indonesia (Hartriyanti,2008) No Kelompok Umur Zinc(mg) Anak 1 0-6 bulan 1,3 No Kelompok Umur Wanita 13 10-12 12,6 Zinc(mg)

8

2 3 4 5

7-12 bulan 1-3 tahun 4-6 tahun 7-9 tahun Laki-laki

7,5 8,2 9,7 11,2

14 13-15 tahun 15 16-18 tahun 16 19-29 tahun 17 30-49 tahun 18 50-64 tahun

15,4 14 9,3 9,8 9,8 9,8

6 7 8 9

10-12 tahun 13-15 tahun 16-18 tahun 19-29 tahun

14 17,4 17 12,1 13,4 13,4 13,4

19 60+ tahun Hamil(+an) 20 Trimester 1 21 Trimester 2 22 Trimester 3 Menyusui(+an) 23 6 bln pertama 24 6 bln kedua

1,7 4,2 9,0

10 30-49 tahun 11 50-64 tahun 12 60+ tahun

+4,6 +4,6

2. Antropometri Antropometri adalah pengukuran yang paling sering digunakan sebagai metode Penilaian Status Gizi (PSG) secara langsung untuk menilai dua masalah utama gizi, yaitu : kurang energi protein(KEP) khususnya pada anak-anak dan ibu hamil, serta obesitas pada semua kelompok umur. Pengukuran antropometri adalah pengukuran terhadap dimensi tubuh dan komposisi tubu (Hartriyani,2008). Pengukuran status gizi pada balita dan anak dapat dilakukan menggunakan indeks antropometri sebagai berikut : (Williams, 2001) 1. Indeks berat badan menurut umur(BB/U) 2. Indeks berat badan menurut panjang atau tinggi badan (BB/TB) 3. Indeks panjang atau tinggi badan menurut umur(TB/U) 4. Indeks gabungan(BB/U; BB/TB; TB/U)

9

5. Indeks lingkar lengan atas(LILA) 6. Indeks lingkar kepala menurut umur(LK/U) 7. Tebal lipatan lemak di bawah kulit(TLBK) Tabel.2 Kategori status gizi pada berbagai ukuran antropometri (Anonim,2010) BB/U PB/U BB/PB

Gizi lebih(>2,0 SD Normal( 2,0 SD baku Gemuk (>2,0 SD baku baku WHO NCHS) Gizi baik (-2,0 SD s/d +2,0 SD) Gizi SD) kurang(