Crs

36
1 CLINICAL REPORT SESSION GANGGUAN ANXIETAS FOBIK Oleh : Anggia Rohdila Sari, S.Ked G1A214027 Roni Andre Syahputra Damanik, S.Ked G1A214064 Pembimbing : dr. Tumpak Saragih, SpKJ KEPANITERAAN KLINIK SENIOR FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JAMBI BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA

description

CRS

Transcript of Crs

1

CLINICAL REPORT SESSION

GANGGUAN ANXIETAS FOBIK

Oleh :

Anggia Rohdila Sari, S.Ked G1A214027

Roni Andre Syahputra Damanik, S.Ked G1A214064

Pembimbing :

dr. Tumpak Saragih, SpKJ

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JAMBI

BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA

RUMAH SAKIT JIWA DAERAH JAMBI

PROVINSI JAMBI

2015

2

LEMBAR PENGESAHAN

CLINICAL REPORT SESSION (CRS)

GANGGUAN ANXIETAS FOBIK

Oleh :

Anggia Rohdila Sari, S.Ked G1A214027

Roni Andre Syahputra Damanik, S.Ked G1A214064

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JAMBI

BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA

RUMAH SAKIT JIWA DAERAH JAMBI

PROVINSI JAMBI

2015

Jambi, Februari 2015

Pembimbing

dr. Tumpak Saragih, SpKJ

3

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga pada akhirnya penulis dapat

menyelesaikan penyusunan laporan kasus ini dengan baik.

Adapun tujuan dari penulisan laporan kasus ini adalah untuk memperdalam

pengetahuan tentang “Gangguan Anxietas Fobik” khususnya bagi dokter-dokter

muda yang sedang menjalankan kepaniteraan klinik dan sebagai salah satu syarat

untuk mengikuti ujian kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Rumah Sakit

Jiwa Daerah Jambi.

Selama proses penulisan laporan kasus ini, penulis banyak mendapatkan

bantuan dari berbagai pihak baik berupa saran, bimbingan, informasi, data serta

dukungan moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada:

1. dr. Tumpak Saragih, SpKJ selaku dosen pembimbing dan penguji.

2. Rekan – rekan yang telah memberikan bantuan dalam penulisan referat

ini.

Pada akhirnya penulis berharap penulisan laporan kasus ini dapat bermanfaat

bagi penulis khususnya dan berbagai pihak pada umumnya.

Jambi, Februari 2015

Penulis

4

IWAYAT PSIKIATRI

Riwayat psikiatri diperoleh dari heteroanamnesis dengan Tn. H (suami pasien)

serta autoanamnesis. Kebenaran anamnesis dapat dipercaya.

A. Identitas Penderita

Nama : Ny. I

Usia : 46 tahun,

Jenis kelamin : Perempuan

Status perkawinan : Menikah (satu kali menikah) dan memiliki 5 orang anak

Agama : Islam

Suku : Minang

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Talang Bakung, Kota Jambi

RM : 025874

B. Keluhan Utama

- Kepala pusing, sempoyongan

- Kuduk sakit dan terasa berat

- Jantung berdebar-debar

- Sulit tidur

- Takut, cemas, sedih

- Pikiran kacau

- Nafsu makan menurun

C. Riwayat Penyakit Sekarang

Lebih kurang 15 tahun yang lalu os mulai mengikuti pengajian

keagamaan dan gemar membaca buku yang berkaitan dengan agama dan

mempelajari isi dari buku tersebut secara mendalam. Buku yang sering os

5

baca adalah yang berkaitan dengan siksa kubur, siksa neraka, mengenai

kematian dan mengenai dosa-dosa perbuatan manusia.

Semenjak mendalami buku-buku tersebut dan mengupas isi buku

tersebut secara mendalam os mulai merasa takut akan kematian, merasa selalu

banyak berbuat dosa, os jadi sering menangis, merasa cemas, takut, jantung

yang berdebar-debar, sakit kepala dan sulit tidur.

Sehabis sholat os selalu berdzikir dan berdoa dalam waktu yang lama

dan selalu menangis karena teringat akan dosa-dosa dan kematian. Hal

tersebut akan membuat os merasa cemas, takut, jantung berdebar-debar dan

sulit tidur. Os selalu merasa diri banyak dosa dan selalu teringat akan

kematian. Os selalu terbayang-bayang mengenai dosa dan siksa kubur setelah

kematian nanti, os akan memikirkan mengenai kematian dan apa saja hal-hal

yang akan menimpanya ketika sudah meninggal kelak. Dan hal tersebut akan

membuat os merasa pusing, jantung yang berdebar-debar, sulit tidur dan

mengalami mimpi buruk mengenai kematian.

Setiap mendengar berita mengenai kematian di televisi os mulai

merasa takut, jantung berdebar-debar, kepala pusing dan berkeringat dingin.

Setiap melihat gambar atau tayangan televisi yang berbentuk seperti api os

selalu merasa hal tersebut seperti siksa api neraka dan hal tersebut membuat

os cemas, takut, jantung berdebar-debar dan sulit tidur.

Os tidak pernah berani untuk melihat atau mendengar berita mengenai

kematian di televisi. Setiap ada keluarga atau kenalan os yang meninggal

dunia, os tidak berani untuk melayat ketika jenazah masih ada di rumah. Os

baru berani untuk melayat ketika jenazah sudah dikebumikan.

Semenjak mengalami kecemasan terhadap kematian, os tidak bisa

tidur dalam kondisi lampu yang gelap, os harus tidur dalam kamar dengan

lampu menyala. Lampu dalam kamar mandi juga harus terang dan selalu di

hidupkan. Os menjadi tidak suka ruangan yang gelap karena ruangan yang

gelap akan membuat os teringat akan suasana dalam kubur yang

6

menyebabkan os akan memikirkan mengenai kematian dan hal tersebut akan

membuat os merasa cemas, jantung berdebar-debar dan sulit tidur.

Tujuh tahun yang lalu, pada tahun 2008 os pernah mengalami

kecelakaan terjatuh ketika memanjat kursi. Ketika terjatuh tersebut os sangat

mencemaskan akan kematian. Os merasa seakan-akan akan meninggal, dan

hal tersebut membuat os sangat ketakutan dan os mulai merasakan jantung

yang berdebar-debar, keringat dingin di seluruh tubuh. Kejadian tersebut

semakin membuat os merasa cemas dan takut akan kematian. Os

memeriksakan kepalanya karena takut akan terjadi cidera yang serius akibat

trauma tersebut, namun didapatkan hasil pemeriksaan yang normal.

Kondisi cemas, rasa ketakutan, jantung yang berdebar-debar, serta

kepala terasa pusing dan berat hal ini sangat mengganggu os, sehingga hal

tersebutlah yang membuat os memeriksakan dirinya ke RSJ jambi pada 24

Juli 2008. Kondisi tersebut sangat mengganggu aktivitas karena hal tersebut

juga membuat os menjadi sulit tidur dan selalu dihantui oleh ketakutan akan

kematian.

Os sudah memeriksakan diri mengenai keluhan jantung berdebar-

debar, sulit tidur dan kepala yang terasa berat, namun tidak ada di dapatkan

kelainan pada organ yang berhubungan dengan gejala tersebut.

Kegiatan atau aktivitas sehari-hari os berjalan seperti biasa, os hanya

akan merasakan cemas atau ketakutan pada hal-hal yang mengingatnya akan

kematian atau hal-hal yang berhubungan dengan kematian. Pada aktivitas

lainnya yang tidak berhubungan dengan hal tersebut os tidak merasa takut

atau cemas dan tidak mengalami gejala-gejala seperti jantung berdebar-debar

dan yang lainnya.

D. Riwayat Medis dan Psikiatrik yang lain

1. Gangguan Mental atau Emosi

Riwayat gangguan mental dan emosi sebelumnya tidak ada

7

2. Gangguan Psikosomatis

Tidak didapatkan adanya riwayat asma, nyeri lambung, eksim, rematik atau

penyakit psikosomatik lainnya

3. Kondisi Medik

Pasien belum pernah dirawat di Rumah Sakit karena kondisi fisik

4. Gangguan Neurologi

Tujuh tahun yang lalu os pernah mengalami kecelakaan terjatuh dari kursi

dan kepala os terbentur ke lantai. Namun dari pemeriksaan yang di lakukan

tidak ada kelainan yang di temukan dari kepala os akibat jatuh tersebut.

Riwayat kejang dan kehilangan kesadaran tidak ada.

E. Riwayat Keluarga

Struktur keluarga yang tinggal serumah saat pasien berusia

10 tahun

No Nama L/P Usia Hubungan Sifat

1.

2.

3.

Tn. E

Ny. E

I

L

P

P

35 th

28 th

10 th

Ayah kandung

Ibu kandung

Pasien

Penyayang

Penyabar, penyayang

Manja

Struktur keluarga yang tinggal serumah saat ini

No Nama L/P Usia Hubungan Sifat

1.

2.

3.

Tn. H

Ny. I

R

L

P

L

50 th

52th

32th

Suami pasien

Pasien

Anak Pasien

Penyabar

Perasa, mudah tersinggung dan

pencemas

Berwibawa

8

4.

5.

6.

7.

E

D

F

A

L

L

L

P

29th

27th

25th

23th

Anak Pasien

Anak Pasien

Anak Pasien

Anak Pasien

Pendiam

Periang

Penyabar

Manja

Pasien adalah anak tunggal. Pasien dibesarkan dalam lingkungan sosiokultural

Minang dengan kondisi status ekonomi yang cukup dan sangat menerapkan nilai-nilai

agama dengan baik. Ayah pasien dulu bekerja sebagai pegawai negri sipil sedangkan

ibu adalah ibu rumah tangga.

Ayah sifatnya penyayang, dan ibu pasien memiliki sifat sabar dan penyayang.

Ayah dan Ibu bersama-sama dalam mendidik anak-anaknya. Hubungan ayah dan ibu

harmonis. Pasien lebih dekat dengan ibu karena ibu pasien yang selalu berada di

rumah dan pasien yang merupakan anak tunggal sehingga lebih banyak

menghabiskan waktu bersama ibu. Meskipun demikian, pasien tetap dekat dengan

ayah dan sering menghabiskan waktu bersama bertiga.

Tidak ada riwayat gangguan jiwa dalam keluarga. Pasien saat ini tinggal

bersama suami dan kelima anaknya. Anak pasien sudah bekerja semua, namun belum

ada yang berumah tangga.

F. Riwayat Kehidupan Pribadi

1. Riwayat prenatal dan perinatal

Pasien lahir setelah dikandung selama 9 bulan, merupakan kehamilan yang

diharapkan dan direncanakan, lahir spontan dibantu oleh bidan dan tidak ada

penyulit dalam proses kehamilan atau persalinan. Pasien lahir dengan berat

badan cukup dan tidak memiliki kelainan fisik.

9

2. Masa kanak-kanak awal ( kelahiran sampai usia 3 tahun )

a. Kebiasaan makan dan minum

Sepengetahuan pasien, ibunya memberikan ASI kepada pasien sampai

usia 2 tahun dan tambahan susu formula. Pasien mulai diberi makan pada

usia 4 bulan dan tidak ada kesulitan dalam pemberian makan.

b. Perkembangan awal

Sepengetahuan pasien, secara umum kesehatan pasien baik, pertumbuhan

dan perkembangan tampak normal seperti anak lainnya.

c. Toilet training

Tidak diketahui bagaimana toilet traning diajarkan oleh ibunya.

d. Gejala-gejala dari gangguan perilaku

Tidak ada.

e. Kepribadian dan temperamen

Pasien termasuk anak yang manja dan rewel.

3. Masa kanak-kanak menengah ( usia 3 – 11 tahun )

Pertumbuhan dan perkembangan pasien sama seperti anak

seusianya. Pasien merupakan anak yang periang dan pemberani dan pasien

memiliki banyak teman dan bisa bergaul dengan teman sebayanya di

lingkungan sekitar rumahnya.

Pasien mulai masuk Sekolah Dasar umur 7 tahun, pasien sekali

pergi sekolah diantar oleh ayah pasien. Pulang dari sekolah di jemput

kembali oleh ayah pasien. Tidak ada tanda-tanda kecemasan pada hari-

hari pertama masuk sekolah ataupun pada hari-hari berikutnya. Prestasi

akademik pasien biasa saja, tidak pernah tinggal kelas dan tidak pernah

ada masalah selama sekolah baik dengan guru maupun dengan teman-

temannya.

10

4. Masa kanak-kanak akhir (pre-pubertas hingga remaja)

a. Hubungan sosial

Pasien merupakan anak yang periang dan cerewet, pasien memiliki

banyak teman dan bisa bergaul dengan teman sebayanya di

lingkungan sekitar rumahnya. Pasien tidak pernah bermasalah dalam

menjalin hubungan pertemanan dan sering menjadi ikut dalam

permainan dengan teman-temannya.

b. Riwayat sekolah

Pasien mulai masuk Sekolah Dasar umur 7 tahun, prestasi akademik

pasien biasa saja, tidak pernah tinggal kelas dan tidak pernah ada

masalah selama sekolah baik dengan guru maupun dengan teman-

teman.

c. Perkembangan kognitif dan motorik

Sesuai dengan anak seusianya

d. Masalah emosi dan fisik masa remaja

Pasien mempunyai sifat yang cukup percaya diri, bila bertemu dengan

lawan jenisnya, pasien tidak merasa malu.

e. Riwayat Psikoseksual

i. Ketertarikan awal pada lawan jenis

Pasien mulai merasakan ketertarikan pada lawan jenis sejak umur

14 tahun dan mulai berpacaran pada saat umur 15 tahun

ii. Pasien mengetahui masalah seksual dari teman-temannya.

iii.Kegiatan seksual pranikah tidak ada.

5. Masa dewasa

a. Riwayat pekerjaan

Pasien membuka usaha berjualan pakaian, biasanya pasien akan

menjajakan jualannya ke tetangga-tetangga pasien atau ke teman-

teman pengajian pasien.

11

c. Riwayat perkawinan dan relasi

Pasien pertama sekali berpacaran pada saat umur 15 tahun dengan

kakak tingkat pasien di sekolah. Mereka berpacaran selama tiga tahun

kemudian menikah. Setelah menikah, pasien tinggal di rumah pasien

bersama ayah dan ibu pasien. Kehidupan rumah tangga pasien cukup

harmonis, pertengkaran yang terjadi dalam rumah tangga terjadi

selayaknya pertengkaran biasa dalam kehidupan rumah tangga. Pasien

di karuniai anak pertama berjenis kelamin laki-laki pada usia 20

tahun. Kehamilan tersebut sudah direncanakan oleh pasien beserta

suami. Anak kedua pasien lahir setelah 3 tahun kelahiran anak

pertama dengan jenis kelamin laki-laki. Anak ketiga pasien lahir

setelah 2 tahun kelahiran anak kedua pasien dan berjenis kelamin laki-

laki juga. Pasien masih merencanakan kehamilan berikutnya karena

pasien berharap mendapatkan anak perempuan. Kehamilan keempat

pasien masih di karunia anak laki-laki. Dan pada kehamilan kelima,

baru pasien mendapatkan anak perempuan.

c. Aktifitas sosial

Pasien aktif mengikuti pengajian di lingkungan tempat tinggalnya,

cukup akrab dengan para tetangga dan sering menghadiri kegiatan

lingkungan.

d. Latar belakang agama

Kehidupan beragama pasien sangat baik, dalam kehidupannya sangat

menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan taat beribadah.

e. Riwayat hukum

Pasien tidak pernah memiliki masalah hukum dan tidak mempunyai

pengalaman militer.

f. Riwayat seksual

Selama perkawinan kegiatan seksual dengan suami berlangsung

normal.

12

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

A. Gambaran Umum

1. Penampilan

Pasien berpenampilan sesuai usianya, kondisi fisik tampak sehat,

perawakan sedang, berpakaian rapi, kebersihan diri baik, roman muka

tidak tampak cemas.

2. Perilaku terhadap pemeriksa

Ramah, kooperatif dan kontak mata dengan pemeriksa cukup. Pasien

mau menjawab pertanyaan pemeriksa dan mengungkapkan

keluhannya dengan baik.

3. Karakteristik bicara

Pasien berbicara spontan dengan suara yang jelas, semua pertanyaan

dijawab dengan kemampuan berbahasa cukup.

4. Tingkah laku dan aktivitas psikomotor

Selama wawancara pasien tidak menunjukkan aktivitas psikomotor

yang berlebihan lagi.

B. Mood dan Afek

1. Mood : Cemas tentang kematian

2. Afek : Tampak cemas

3. Kesesuaian afek : sesuai

C. Persepsi

1. Ilusi : tidak ada

2. Halusinasi : tidak ada

3. Depersonalisasi : tidak ada

4. Derealisasi : tidak ada

D. Pikiran

1. Bentuk pikiran : realistik

2. Jalan pikiran : koheren

13

3. Isi pikiran : Kekhawatiran mengenai kematian, hal-hal yang

berhubungan dengan kematian.

E. Sensorium dan Kognisi

1. Kesadaran : kompos mentis

2. Orientasi

-Tempat : baik, pasien dapat mengetahui bahwa ia sedang

berada di Poliklinik Psikiatri Rumah Sakit Jiwa Jambi

- Waktu : baik, pasien mengetahui hari dan tanggal saat

pemeriksaan

- Orang : baik, pasien dapat mengenal pemeriksa

3. Memori

- Jangka panjang : baik, karena pasien dapat mengingat pengalaman

masa kecilnya termasuk dapat menceritakan riwayat

penyakitnya.

- Jangka sedang : baik, pasien dapat mengingat kejadian beberapa bulan

ke belakang.

- Jangka pendek : baik, pasien dapat mengingat kejadian sehari

sebelumnya, apa yang dilakukannya pada pagi hari

sebelum datang ke rumah sakit.

- Jangka segera : baik, pasien dapat menyebutkan dengan segera 5 benda

yang disebutkan oleh pemeriksa

4. Konsentrasi dan perhatian : cukup, pasien dapat menghitung 100-7

sampai lima kali pengurangan.

5. Membaca dan menulis : baik

6. Berpikir abstrak : baik

7. Informasi dan intelegensia : sesuai dengan tingkat pendidikan

8. Impulsivitas : terkontrol

14

F. Penilaian : baik

G. Wawasan terhadap penyakit : tilikan derajat 5, pasien mengetahui

dirinya mengalami gangguan

penyesuaian disebabkan oleh perasaan

irasional pasien sendiri tanpa

menerapkan pengetahuan tersebut untuk

pengalaman dimasa depan.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

A. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum : tenang

Kesadaran : kompos mentis

Gizi : cukup

Tekanan darah : 120/80 mmhg

Nadi : 88x/menit

Respirasi : 20x/menit

Suhu : 36,5 0C

Kulit : turgor baik

Kepala : tidak ada deformitas

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil

bulat, isokor, refleks cahaya +/+ normal

Leher : JVP tidak meningkat, KGB tidak teraba

Toraks : bentuk dan pergerakan simetris

Jantung : bunyi jantung murni, regular, murmur (-)

Pulmo : sonor, VBS kanan = kiri

Abdomen : datar, lembut, bising usus (+)

Hepar : tidak teraba

Lien : tidak teraba

Ekstremitas : akral hangat

15

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Telah diperiksa seorang perempuan, 46 tahun, suku Minang, beragama

Islam, pendidikan terakhir SMA, ibu rumah tangga, anak tunggal, menikah

satu kali, datang pertama kali ke Poli Psikiatri Rumah Sakit Jiwa Daerah

Jambi pada tanggal 24 Juli 2008 dengan keluhan utama kepala pusing,

sempoyongan, takut, cemas dan sedih, pikiran kacau, jantung berdebar-debar,

kuduk berat dan sulit tidur yang dirasakan terutama sejak lima tahun yang

lalu SMRS, semenjak pasien mendalami dan mempelajari ilmu agama yang

berkaitan tentang kematian dan siksa kubur atau siksa neraka secara

mendalam kurang lebih delapan tahun yang lalu SMRS. Pasien mulai

merasakan ketakutan yang berlebihan akan kematian dan ketika memikirkan

hal tersebut akan membuat pasien mengalami kondisi seperti yang pasien

keluhkan yaitu jantung yang berdebar-debar, merasa cemas, kepala pusing dan

sulit tidur. Kondisi ini semakin sering dialami pasien apabila berhubungan

dengan hal apapun yang berkaitan mengenai kematian atau hal-hal yang

berhubungan tentang kematian atau pada saat pasien memikirkan tentang

kematian. .

Sehabis sholat os selalu berdzikir dan berdoa dalam waktu yang lama

dan selalu menangis karena teringat akan dosa-dosa dan kematian. Hal

tersebut akan membuat os merasa cemas, takut, jantung berdebar-debar dan

sulit tidur. Os selalu merasa diri banyak dosa dan selalu teringat akan

kematian. Os selalu terbayang-bayang mengenai dosa dan siksa kubur setelah

kematian nanti, os akan memikirkan mengenai kematian dan apa saja hal-hal

yang akan menimpanya ketika sudah meninggal kelak. Dan hal tersebut akan

membuat os merasa pusing, jantung yang berdebar-debar, sulit tidur dan

mengalami mimpi buruk mengenai kematian.

Setiap mendengar berita mengenai kematian di televisi os mulai

merasa takut, jantung berdebar-debar, kepala pusing dan berkeringat dingin.

16

Setiap melihat gambar atau tayangan televisi yang berbentuk seperti api os

selalu merasa hal tersebut seperti siksa api neraka dan hal tersebut membuat

os cemas, takut, jantung berdebar-debar dan sulit tidur.

Os tidak pernah berani untuk melihat atau mendengar berita mengenai

kematian di televisi. Setiap ada keluarga atau kenalan os yang meninggal

dunia, os tidak berani untuk melayat ketika jenazah masih ada di rumah. Os

baru berani untuk melayat ketika jenazah sudah dikebumikan.

Semenjak mengalami kecemasan terhadap kematian, os tidak bisa

tidur dalam kondisi lampu yang gelap, os harus tidur dalam kamar dengan

lampu menyala. Lampu dalam kamar mandi juga harus terang dan selalu di

hidupkan. Os menjadi tidak suka ruangan yang gelap karena ruangan yang

gelap akan membuat os teringat akan suasana dalam kubur yang

menyebabkan os akan memikirkan mengenai kematian dan hal tersebut akan

membuat os merasa cemas, jantung berdebar-debar dan sulit tidur.

Pasien adalah anak tunggal, pasien dibesarkan dalam lingkungan

sosiokultural Minang dengan kondisi status ekonomi yang cukup dan

menerapkan nilai-nilai agama dengan sangat baik. Dalam cara pengasuhan

anak, ayah dan ibunya bekerja sama dalam mengasuh os karena os adalah

anak semata wayang mereka. Ayahnya dan ibu os adalah orang yang

penyayang dan sabar serta memanjakan os.

Dari pemeriksaan status mental didapatkan seorang perempuan dengan

roman wajah cemas, mood pasien cemas mengenai hal-hal yang berhubungan

dengan kematian. Terdapat ketakutan dan kecemasan yang berlebihan dalam

pikiran pasien mengenai kematian. Pasien menyadari dirinya mengalami

gangguan dan kecemasan yang berlebihan terhadap hal-hal yang berhubungan

dengan kematian namun pasien tidak bisa mengendalikannya.

17

FORMULASI DIAGNOSTIK

Pada pasien ini ditemukan adanya tanda dan gejala yang secara klinis

bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan hendaya dalam

berbagai fungsi pekerjaan dan psikososial. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa pasien mengalami suatu gangguan jiwa.

Berdasarkan riwayat perjalanan penyakit, pasien tidak pernah

menderita penyakit yang secara fisiologis menimbulkan disfungsi otak. Dari

pemeriksaan fisik dan neurologis juga tidak ditemukan kelainan yang secara

fisiologis menimbulkan disfungsi otak sehingga gangguan mental organik

dapat disingkirkan.

Pada pasien ini tidak didapatkan adanya hendaya dalam menilai realita

seperti waham dan halusinasi sehingga tidak digolongkan ke dalam gangguan

psikotik.

Dari anamnesis dan pemeriksaan status mental, pada pasien ini

ditemukan gejala utama jantung berdebar-debar, rasa cemas dan takut, sulit

tidur, dan bila tidur, sering terbangun serta sulit tidur lagi, kepala terasa berat.

Kadang terbangun karena mimpi-mimpi buruk. Pasien ini menunjukkan

kecemasan dan ketakutan mengenai kematian atau hal-hal yang berhubungan

dengan kematian sebagai gejala utama yang berlangsung hampir setiap hari

selama beberapa tahun ini. Gejala-gejala tersebut berhubungan dengan

kecemasan pasien akan kematian, dimana ketika pasien memikirkan mengenai

kematian pasien akan mulai merasakan jantung yang berdebar-debar, perasaan

takut dan sulit untuk tidur. Pasien juga akan merasa cemas apabila mendengar

berita tentang kematian. Pasien selalu menghindari untuk melihat orang

meninggal karena akan membuat pasien teringat dan terbayang akan

kematian. Pada pasien ini tidak ditemukan adanya kelainan fisik (kondisi

medis umum) maupun penyalahgunaan zat yang dapat menyebabkan

gangguan cemas. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka untuk diagnosis

aksis I sesuai dengan PPDGJ III pada pasien ini adalah F.40 Gangguan

18

Anxietas Fobik, Fobia Khas (F40.2).

Pada aksis II tidak ada diagnosis.

Pada aksis III tidak ada diagnosis.

Pada aksis IV tidak ditemukannya stresor psikososial.

Untuk aksis V dilakukan penilaian kemampuan penyesuaian diri

dengan menggunakan skala Global Assessment of Functioning (GAF). GAF

untuk penilaian saat ini adalah 60 – 51 (gejala sedang, disabilitas sedang).

Sedangkan untuk skala GAF tertinggi dalam 1 tahun terakhir adalah 70 – 61

(beberapa gejala ringan & menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara

umum masih baik)

DIANOSIS MULTIAKSIAL

Aksis I : Gangguan Anxietas Fobik (F40.2)

Aksis II : Tidak ada diagnosis

Aksis III : Tidak ada diagnosis

AksisIV : Masalah hubungan dengan pasangan

Aksis V : GAF Scale 1 tahun terakhir 70 – 61 (beberapa gejala ringan &

menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih

baik)

GAF Scale saat pemeriksaan 60 – 51 (gejala sedang, disabilitas

sedang)

19

DAFTAR MASALAH

1. Organobiologik : tidak ditemukan adanya kelainan

2. Psikologis :

- Adanya kecemasan dan ketakutan mengenai kematian

PROGNOSIS

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad fungsionam : dubia ad bonam

Faktor-faktor yang meringankan :

- Mempunyai motivasi yang kuat untuk sembuh

- Kooperatif dengan program terapi dan minum obat teratur

- Faktor pencetus jelas

- Tilikan cukup baik

- Tidak ada riwayat gangguan jiwa dalam keluarga

Faktor-faktor yang memberatkan :

- Kecemasan dan ketakutan akan kematian yang selalu di

pikirkan setiap saat

RENCANA TERAPI MENYELURUH

1. Farmakologi : Amitripilin, Alprazolam, Clobazam

2. Non farmakologi : Psikoterapi suportif individu

Terapi kognitif perilaku

PEMBAHASAN

Pada pasien ini diberikan gabungan farmakoterapi dan psikoterapi.1,2,5

Obat utama yang dipertimbangkan untuk pengobatan Gangguan Anxietas

Fobik adalah Benzodiazepin (BZD), Antidepresan Trisiklik (TCA), Selective

Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI), buspiron, dan venlafaksin. Meskipun

20

pemberian obat kadangkala mencapai 6 hingga 12 bulan, beberapa bukti

menunjukkan bahwa pengobatan harus diberikan dalam jangka panjang

bahkan sampai seumur hidup. BZD telah lama menjadi obat pilihan untuk

Gangguan Anxietas Fobik. Pengobatan biasanya berlangsung selama 2 hingga

6 minggu, diikuti dengan 1 hingga 2 minggu untuk menurunkan dosisnya

sebelum dihentikan.

Benzodiazepin dapat digunakan bersama-sama dengan SSRI untuk

mengatasi gangguan cemas, kemudian benzodiazepin mulai di-tapering off

saat manfaat terapetik SSRI telah muncul. Pada dasarnya, semua SSRI efektif

untuk gangguan cemas. Psikoterapi yang efektif dalam penatalaksanaan

Gangguan Anxietas Fobik adalah cognitive behaviour therapy, tujuannya

untuk membantu pasien mengenali dan mengubah pola pemikiran

menyimpang dan perilaku disfungsional, melalui proses ini untuk

meringankan penderitaan dan hendaya yang ditimbulkan oleh gangguan

cemas ini.

CBT adalah suatu model terapi kognitif, yang intinya adalah

kerjasama antara terapis dan pasien untuk mencari penyelesaian masalah.

Terapi ini dilaksanakan dengan waktu yang singkat (15-25 pertemuan),

terstruktur dan terarah. Pasien bisa belajar untuk mengatasi masalah sendiri di

kemudian hari. Terapi ini difokuskan pada masalah saat ini dan juga pada

pencegahan relaps.

Tujuan CBT ini mengubah keyakinan tersebut untuk mengurangi

respon yang bermasalah dan meningkatkan respon yang fungsional. CBT

dapat diberikan dengan model A-B-C-D. Pada model ini:

“A” adalah Activating Event (kejadian yang mencetuskan terbentuknya

keyakinan atau kepercayaan yang salah). Pada pasien ini adalah akibat

pasien membaca dan mengupas isi buku mengenai siksa kubur, siksa neraka

dan mengenai kematian terlalu dalam yang membuat pasien menjadi memiliki

pemikiran yang berlebihan mengenai ketakutan akan kematian.

21

“B” adalah Beliefs (keyakinan atau kepercayaan seseorang berdasarkan

kejadian yang mencetuskan. Bukan kejadiaan itu sendiri yang menghasilkan

gangguan perasaan, tetapi interpretasi dan keyakinan atau kepercayaan pasien

tersebut tentang kejadiaan itu). Adanya activating event membuat pasien

menjadi takut akan kematian.

“C” adalah Consequence (konsekuensi emosional dari kejadian tersebut).

Konsekuensi emosional pada pasien ini adalah pasien merasa jantungnya

berdebar-debar, sakit kepala, gelisah, sulit tidur, merasa lemah, kadang malas

beraktivitas, berpikiran buruk tentang hal-hal yang tidak terjadi.

“D” adalah Dispute (penggoyahan terhadap keyakinan yang tidak rasional,

tidak realistik, tidak tepat dan tidak benar kemudian menggantinya dengan

keyakinan yang rasional, realistik, tepat dan benar). Pasien diajarkan untuk

mengenali respon emosi dan perilaku yang timbul akibat pikiran tersebut dan

menilai bukti-bukti yang mendukung atau menyangkal pikirannya tersebut.

Selanjutnya pasien diminta untuk mencari penjelasan alternatif untuk

pikirannya tersebut dan diajarkan mengenai berbagai tipe kesalahan pemikiran

yang umum. Pasien kemudian diminta untuk membentuk pikiran baru

berdasarkan bukti-bukti yang ada.

Pasien juga diberikan psikoterapi suportif individu. Tahap awal dari

psikoterapi suportif individu meliputi menentukan tujuan dan menetapkan

pengaturan terapi. Terapis bekerjasama dengan pasien untuk menetapkan

tujuan pengobatan, yang biasanya fokus pada pengentasan gejala dan

membangun hubungan terapeutik.1

Pada psikoterapi ini, terapis juga menjelaskan proses pengobatan atau

cara kerja pengobatan, memberikan informasi dan edukasi kepada pasien

mengenai penyakitnya, membantu pasien mengembangkan pemahaman

mereka terhadap masalahnya sehingga dapat menemukan solusi dari

permasalahan mereka daripada mengatakan pada pasien apa yang harus

mereka lakukan, membantu mengidentifikasi faktor-faktor presipitasi,

22

mengurangi pertahanan yang maladaptif dan memperkuat pertahanan yang

adaptif, modifikasi harapan pasien yang tidak mungkin tercapai.

23

DAFTAR PUSTAKA

1. Pine DS. Anxiety disorders. Dalam: Sadock BJ, Sadock VA, Pedro R,

editor. Kaplan & Sadock's comprehensive textbook of psychiatry. Edisi

ke-9. Lippincott Williams & Wilkins; 2009.

2. Nutt D, Argyropoulos S. Generalized anxiety disorder : diagnosis,

treatment and its relationship to other anxiety disorders. Edisi ke-3.

London: Taylor & Francis;2001.

3. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Pedoman penggolongan dan

diagnosis gangguan jiwa di Indonesia. Edisi III. Jakarta : Departemen

Kesehatan RI ; 1993.

4. American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of

mental disorders text revision. Edisi ke-4.Washington : American

Psychiatric Association; 2000.

5. Parker JN, Parker PM. Generalized anxiety disorder. San Diego: Icon

Group International Inc; 2004.

6. Stahl SM. Essential psychopharmacology neuroscientific basis and

practical application. Edisi ke-3. Cambridge: Cambridge University Press;

2008.

7. Griez EJL, Faravelli C,Nutt D, Zohar J. Anxiety disorders: an introduction

to clinical management and research. Chichester:John Wiley & Son Ltd.

2001.

8. Stein DJ, Hollander E. Text book of anxiety disorders. Washington: The

American Psyhiatric Publishing;2005.

9. Dugas MJ, Robichaud M. Cognitive behavioral treatment for generalized

anxiety disorder. New York:Taylor& Francis Group;2007.

10. Kaslow FW, Magnavita JJ.Comprehensive handbook of psychotherapy.

New York: John Wiley and Sons;2002.