Cbd Ikm Ngaliyan Dm

64
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puskesmas merupakan unit pelaksana tekhnis yang diberikan kemandirian oleh Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota untuk melaksanakan tugas-tugas pembangunan kesehatan di wilayah kerja tertentu. Yang diharapkan Puskesmas dapat menjadi pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat serta pusat pelayanan kesehatan strata pertama. Pukesmas Ngaliyan adalah Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas Kesehatan Kota Semarang yang bertanggung jawab menyelenggarakan pemberdayaan kesehatan di suatu wilayah kerja dalam bentuk kegiatan pokok khususnya di daerah Kecamatan Ngaliyan dan sekitarnya. Upaya kesehatan di Puskesmas sendiri dibagi menjadi dua yaitu upaya kesehatan wajib atau Basic Six (Program Promosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Ibu dan Anak, Perbaikan Gizi Masyarakat, Pencegahan Penyakit Menular, serta Pengobatan) dan upaya kesehatan 1

description

CBD

Transcript of Cbd Ikm Ngaliyan Dm

Page 1: Cbd Ikm Ngaliyan Dm

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Puskesmas merupakan unit pelaksana tekhnis yang diberikan kemandirian

oleh Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota untuk melaksanakan tugas-tugas

pembangunan kesehatan di wilayah kerja tertentu. Yang diharapkan Puskesmas dapat

menjadi pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan

keluarga dan masyarakat serta pusat pelayanan kesehatan strata pertama. Pukesmas

Ngaliyan adalah Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas Kesehatan Kota

Semarang yang bertanggung jawab menyelenggarakan pemberdayaan kesehatan di

suatu wilayah kerja dalam bentuk kegiatan pokok khususnya di daerah Kecamatan

Ngaliyan dan sekitarnya.

Upaya kesehatan di Puskesmas sendiri dibagi menjadi dua yaitu upaya

kesehatan wajib atau Basic Six (Program Promosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan,

Kesehatan Ibu dan Anak, Perbaikan Gizi Masyarakat, Pencegahan Penyakit Menular,

serta Pengobatan) dan upaya kesehatan pengembangan antara lain Sistem Pencatatan

dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) Usaha Kesehatan Sekolah (UKS),

Kesehatan Gigi dan Mulut, Laboratorium Sederhana dan Kesehatan Usia Lanjut.

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan

hiperglikemia dan intoleransi glukosa yang terjadi karena kelenjar pankreas tidak

dapat memproduksi insulin secara adekuat yang atau karena tubuh tidak dapat

menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif atau kedua-duanya. Diabetes

Melitus diklasifikasikan menjadi DM tipe 1, yang dikenal sebagai insulin-dependent

atau childhood onset diabetes, ditandai dengan kurangnya produksi insulin dan DM

1

Page 2: Cbd Ikm Ngaliyan Dm

tipe 2, yang dikenal dengan non-insulin-dependent atau adult-onset diabetes,

disebabkan ketidakmampuan tubuh menggunakan insulin secara efektif yang

kemudian mengakibatkan kelebihan berat badan dan kurang aktivitas fisik. Sedangkan

diabetes gestasional adalah hiperglikemia yang diketahui pertama kali saat kehamilan

(WHO, 2011).

Secara epidemiologi, terdapat 120 juta orang di dunia dengan diabetes dan

sekitar 16 juta orang di Amerika Serikat menderita penyakit tersebut, diperkirakan

bahwa pada tahun 2030 prevalensi diabetes melitus di Indonesia mencapai 21,3 juta

orang. Sedangkan hasil Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh

bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di

daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Sedangkan di daerah

pedesaan, DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8% (Kemenkes RI, 2011)

Menurut data yang diperoleh dari Puskesmas Ngaliyan jumlah pasien DM

pada tahun 2010 adalah 787 orang. Jumlah tersebut meningkat menjadi 1164

penderita DM pada tahun 2011. Pada tahun 2012 jumlah penderita DM sedikit

berkurang menjadi 1075 orang. Kemudian, pada bulan Januari hingga Maret tahun

2013 jumlah penderita DM telah mencapai 302 pasien. Penyakit diabetes mellitus

menempati urutan kedua pada grafik sepuluh besar penyakit di Puskesmas Ngaliyan

pada tahun 2012. Oleh karena itu, upaya penanganan diabetes mellitus lebih

mendapatkan prioritas (Lubis, 2001).

Dari uraian di atas, penulis bermaksud ingin mengetahui faktor resiko yang

berpengaruh terhadap kejadian penyakit diabetes mellitus berdasarkan pendekatan

H.L. Blum.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

2

Page 3: Cbd Ikm Ngaliyan Dm

Mengetahui dan menganalisa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

penemuan penyakit diabetes mellitus pada ….. berdasarkan pendekatan H.L. Blum

2. Tujuan khusus

a. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor – faktor seperti faktor Genetik,

faktor lingkungan, faktor pelayanan kesehatan serta faktor genetic yang

mempengaruhi kejadian dan perkembangan kasus Diabetes mellitus.

b. Untuk menganalisis penyebab masalah kasus Diabetes Mellitus pada pasien

dengan pendekatan HL Blum.

c. Untuk mencari alternatif pemecahan masalah dalam mengatasi Kasus Diabetes

Mellitus.

3

Page 4: Cbd Ikm Ngaliyan Dm

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis adalah

golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah

sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ

pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh (DepKes

RI, 2008). Menurut Unggul Pribadi (2006), DM atau kencing manis adalah suatu

penyakit yang disebabkan oleh karena peningkatan kadar gula dalam darah

(hiperglikemi) akibat kekurangan hormon insulin baik absolute maupun relatif. Absolut

berarti tidak ada insulin sama sekali sedangkan relatif berarti jumlahnya lebih rendah

dari kebutuhan atau daya kerjanya kurang. Prevalensi Diabetes Mellitus menurut WHO

yang dikutip Perkeni (2006) memprediksi untuk Indonesia kenaikan jumlah pasien

Diabetes Mellitus dari 8,4 juta pada tahun 2004 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun

2030.

Diabetes Mellitus terjadi dimana pankreas tidak dapat menghasilkan insulin atau

ketika tubuh kita tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan oleh

pankreas tersebut. Hal ini akan membawa kesuatu arah dimana konsentrasi glukosa

dalam darah akan meningkat (WHO, 2005). Apabila hormon insulin yang dihasilkan

oleh sel beta pankreas tidak mencukupi untuk mengubah glukosa menjadi sumber

energi bagi sel, maka glukosa tersebut akan tetap berada dalam darah dan kadar glukosa

dalam darah akan meningkat sehingga timbulah DM (Asmadi, 2008).

B. Epidemiologi Diabetes Mellitus

1. Distribusi dan Frekuensi

4

Page 5: Cbd Ikm Ngaliyan Dm

a. Menurut Orang

Pada negara berkembang, DM cenderung diderita oleh penduduk usia

45-64 tahun, sedangkan pada negara maju penderita DM cenderung diderita

oleh penduduk usia di atas 64 tahun (Wild et.al, 2004). Sedangkan hasil Riset

kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab

kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan

menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%.

Berdasarkan proses timbulnya penyakit Diabetes Mellitus dapat

disimpulkan bahwa orang yang berisiko mengalami Diabetes Mellitus adalah

mereka yang memiliki riwayat diabetes dari keluarga. Pasien Diabetes Mellitus

tipe 2 umumnya dewasa usia 40-an dan mengalami kegemukan (obesitas) dan

tidak aktif. Sedangkan pada Diabetes Mellitus tipe 1 biasanya terdapat pada

anak-anak dan remaja, salah satu penyebabnya adalah seringnya

mengkonsumsi fast food. Ibu yang melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4

kg juga berisiko mengalami Diabetes Mellitus.

Berdasarkan penelitian Junita L.R Marpaung di RSU Pematang Siantar

tahun 2003-2004 terdapat 143 orang (80,79 %) pasien DM yang berusia ≥ 45

tahun dan 34 orang (19,21 %) yang berusia < 45 tahun. Menurut penelitian

Renova di RS. Santa Elisabeth tahun 2007 terdapat 239 orang (96 %) pasien

DM yang berusia ≥ 40 tahun dan 10 orang (4 %) yang berusia < 40 tahun

(PERKENI, 2006).

b. Menurut Tempat

Pada Tahun 2003, lima Negara dengan jumlah penderita Diabetes

Mellitus terbanyak pada kelompok 20-79 tahun adalah India (79,4 juta), Cina

5

Page 6: Cbd Ikm Ngaliyan Dm

(42,3 juta), Amerika (30,3 juta), Indonesia (21,3 juta), dan Pakistan (13,9 juta)

(Wild et.al, 2004).

Menurut laporan PERKENI tahun 2006 dari berbagai penelitian

epidemiologi di Indonesia, menunjukkan bahwa angka prevalensi DM

terbanyak terdapat di kota-kota besar, antara lain : Jakarta 12,8 %, Surabaya 1,8

%, Makassar 12,5 %,dan Manado 6,7 %.

c. Menurut Waktu

Peningkatan angka kesakitan DM dari waktu ke waktu lebih banyak

disebabkan oleh faktor herediter, life style (kebiasaan hidup) dan faktor

lingkungannya. WHO menyatakan penderita DM Tipe 2 sebanyak 171 juta

pada tahun 2000 akan meningkat menjadi 366 juta pada tahun 2030 (Pratiwi,

2007).

Pada tahun 2000 menurut WHO diperkirakan sedikitnya 171 juta orang di

seluruh dunia menderita Diabetes Mellitus, atau sekitar 2,8% dari total

populasi. Insidensnya terus meningkat dengan cepat, dan diperkirakan pada

tahun 2030, angka ini akan bertambah menjadi 366 juta atau sekitar 4,4% dari

populasi dunia. DM terdapat di seluruh dunia, namun lebih sering (terutama

tipe 2) terjadi di negara berkembang. Peningkatan prevalens terbesar terjadi di

Asia dan Afrika, sebagai akibat dari tren urbanisasi dan perubahan gaya hidup,

seperti pola makan “Western-style” yang tidak sehat. Di Indonesia sendiri,

berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, dari 24417

responden berusia >15 tahun, 10,2% mengalami Toleransi Glukosa Terganggu

(kadar glukosa 140-200 mg/dl setelah puasa selama 14 jam dan diberi glukosa

oral 75 gram). Sebanyak 1,5% mengalami Diabetes Melitus yang terdiagnosis

6

Page 7: Cbd Ikm Ngaliyan Dm

dan 4,2% mengalami Diabetes Melitus yang tidak terdiagnosis (Hussain,

2010).

C. Klasifikasi Diabetes Mellitus

Berdasarkan penyebabnya, DM dibagi menjadi 2 golongan yaitu :

1. Diabetes Mellitus Tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)

Pada Diabetes Mellitus Tipe satu dikenal dengan Diabetes tergantung insulin.

Tipe ini berkembang jika sel-sel beta pankreas memproduksi insulin terlalu sedikit

atau tidak memproduksi sama sekali, yang disebabkan autoimunitas atau idiopatik.

Diabetes Tipe 1 disebabkan karena kerusakan sel beta yang menyebabkan defisiensi

insulin absolute. Penderita Diabetes Tipe 1 ini sekitar 5-10% penderita DM. Insulin

yang dikeluarkan oleh sel beta tadi dapat diibaratkan sebagai anak kunci yang dapat

membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk kemudian di dalam sel

glukosa dimetabolisasi menjadi tenaga. Apabila tidak terdapat insulin maka glukosa

tidak dapat masuk sel akibatnya glukosa akan tetap berada di dalam pembuluh darah

yang mengakibatkan kadar glukosa di dalam darah meningkat (Sutjahjo dkk, 2006).

Kerusakan sel beta pankreas dapat disebabkan oleh adanya peradangan pada sel beta

pankreas (insulitis). Insulitis dapat disebabkan macam-macam diantaranya virus,

seperti virus cocksakie, rubella, CMV (Cytomegalovirus), herpes dan lain-lain. Hal

ini mengakibatkan tubuh sedikit memproduksi atau sama sekali tidak menghasilkan

insulin, sehingga penderita DM Tipe 1 bergantung pada insulin dari luar, yaitu

melalui suntikan/injeksi insulin secara teratur agar pasien tetap sehat (Soegondo,

2009).

Secara global DM Tipe 1 tidak begitu umum, hanya kira-kira 10-20 % dari

semua penderita DM yang menderita DM Tipe 1. DM Tipe 1 ini biasanya bermula

7

Page 8: Cbd Ikm Ngaliyan Dm

pada saat kanak-kanak dan puncaknya pada masa akil baliq atau remaja. Biasanya

penderita DM Tipe 1 mempunyai postur badan yang kurus (Johnson, 1998).

Penderita DM type 1 ini secara umum memerlukan perawatan hormon insulin sehari

– hari untuk mendukung hidupnya (Soegondo, 2009).

2. Diabetes Mellitus Tipe 2 (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus)

Diabetes Melitus tipe 2 dikenal sebagai Diabetes tidak tergantung insulin.

Diabetes tipe ini berkembang ketika tubuh masih menghasilkan insulin tetapi tidak

cukup dalam pemenuhannya atau bisa juga insulin yang dihasilkan mengalami

resistensi yang menyebabkan insulin tidak dapat bekerja secara maksimal. Kondisi

pada pasien tipe 2 bervariasi, mulai dari resistensi insulin disertai defisiensi insulin

relatif sampai yang domin. an defek sekresi insulin disertasi resistensi insulin.

Sekitar 90-95% penderita DMa dalah diabetes Tipe 2 (Sutjahjo dkk, 2006).

DM Tipe 2 biasanya didiagnosa setelah berusia 40 tahun, dan 75 % individu

dengan DM Tipe 2 adalah obesitas atau dengan riwayat obesitas. Penyakit DM Tipe

2 biasanya terjadi pada usia dewasa yang berusia menengah atau lanjut. Di

Indonesia, sekitar 95 % kasus DM adalah DM Tipe 2, yang cenderung disebabkan

oleh faktor gaya hidup yang tidak sehat (Maryunani, 2008).

D. Patogenesis Diabetes Mellitus

Di dalam saluran pencernaan makanan dipecah menjadi bahan dasar dari

makanan tersebut. Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi asam amino dan

lemak menjadi asam lemak. Agar dapat berfungsi sebagai bahan bakar, zat makanan

tersebut harus masuk terlebih dahulu ke dalam sel agar dapat diolah. Di dalam sel, zat

makanan terutama glukosa dibakar melalui proses metabolisme, yang hasil akhirnya

adalah timbulnya energi. Dalam proses metabolisme ini insulin memegang peran yang

sangat penting yaitu memasukkan glukosa ke dalam sel, untuk selanjutnya dapat

8

Page 9: Cbd Ikm Ngaliyan Dm

digunakan sebagai bahan bakar. Karbohidrat dalam makanan diserap oleh usus halus

dalam bentuk glukosa. Glukosa darah dalam tubuh manusia diubah menjadi glikogen

hati dan otot oleh insulin. Sebaliknya, jika glikogen hati maupun otot akan digunakan,

dipecah lagi menjadi glukosa oleh adrenalin. Jika kadar insulin darah berkurang, kadar

glukosa darah akan melebihi normal, menyebabkan terjadinya hiperglikemia

(Soegondo, 2009).

Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta pankreas dapat diibaratkan sebagai anak

kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk kemudian di

dalam sel glukosa itu dimetabolisasikan menjadi tenaga. Bila insulin tidak ada, maka

glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel, akibatnya glukosa akan tetap berada di dalam

pembuluh darah yang artinya kadarnya di dalam darah meningkat. Dalam keadaan ini

badan akan menjadi lemah karena tidak ada sumber energi di dalam sel. Inilah yang

terjadi pada Diabetes Mellitus (Soegondo, 2009).

E. Faktor Risiko Diabetes Mellitus

Beberapa faktor yang mempengaruhi DM antara lain :

1. Genetik atau Faktor Keturunan

DM cenderung diturunkan atau diwariskan, dan tidak ditularkan. Faktor

genetis memberi peluang besar bagi timbulnya penyakit DM. Anggota keluarga

penderita DM memiliki kemungkinan lebih besar menderita DM dibandingkan

dengan anggota keluarga yang tidak menderita DM. Apabila ada orangtua atau

saudara kandung yang menderita DM, maka seseorang tersebut memiliki risiko

40% menderita DM (ADA, 2008).

DM Tipe 1 lebih banyak dikaitkan dengan faktor keturunan dibandingkan

dengan DM Tipe 2. Sekitar 50 % pasien DM Tipe 1 mempunyai orang tua yang

juga menderita DM, dan lebih dari sepertiga pasien mempunyai saudara yang juga

9

Page 10: Cbd Ikm Ngaliyan Dm

menderita DM. Pada penderita DM Tipe 2 hanya sekitar 3-5 % yang mempunyai

orangtua menderita DM juga (Tandra, 2008).

Pada DM tipe 1, seorang anak memiliki kemungkinan 1:7 untuk menderita

DM bila salah satu orang tua anak tersebut menderita DM pada usia < 40 tahun dan

1:13 bila salah satu orang tua anak tersebut menderita DM pada usia ≥ 40 tahun.

Namun bila kedua orang tuanya menderita DM tipe 1, maka kemungkinan

menderita DM adalah 1: 2 (ADA, 2008). Sekitar 50 % pasien diabetes tipe 2

mempunyai orangtua yang menderita diabetes, dan lebih sepertiga pasien diabetes

mempunyai saudara yang mengidap diabetes. Sedangkan untuk diabetes tipe 1,

sekitar 20 % terjadi pada penderita dengan riwayat keluarga terkena diabetes dan

80 % terjadi pada penderita yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan diabetes.

(WHO, 2006).

2. Usia

Menurut penelitian Renova di RS. Santa Elisabeth tahun 2007 terdapat 239

orang (96 %) pasien DM yang berusia ≥ 40 tahun dan 10 orang (4 %) yang berusia

< 40 tahun. DM dapat terjadi pada semua kelompok umur, terutama ≥ 40 tahun

karena risiko terkena DM akan meningkat dengan bertambahnya usia dan manusia

akan mengalami penurunan fisiologis yang akan berakibat menurunnya fungsi

endokrin pankreas untuk memproduksi insulin. Pada diabetes tipe 1, usia muda

merupakan awal terjadinya penyakit tersebut, sedangkan pada diabetes tipe 2 umur

puncak berada pada usia diatas 45 tahun.. DM tipe 1 biasanya terjadi pada usia

muda yaitu pada usia < 40 tahun, sedangkan DM tipe 2 biasanya terjadi pada usia ≥

40 tahun. Di negara-negara barat ditemukan 1 dari 8 orang penderita DM berusia di

atas 65 tahun, dan 1 dari penderita berusia di atas 85 tahun.

10

Page 11: Cbd Ikm Ngaliyan Dm

Menurut penelitian Asmadi (2008) penderita DM Tipe 1 mengalami

peningkatan jumlah kasusnya pada umur < 40 tahun (2,7%), dan jumlah kasus

yang paling banyak terjadi pada umur 61-70 tahun (48 %). 32 Menurut hasil

penelitian Renova di RS. Santa Elisabeth tahun 2007 terdapat 239 orang (96%)

pasien DM berusia ≥ 40 tahun dan 10 orang (4%) yang berusia < 40 tahun.

3. Jenis Kelamin

Perempuan memiliki risiko lebih besar untuk menderita DM, berhubungan

dengan paritas dan kehamilan, dimana keduanya adalah faktor risiko untuk

terjadinya penyakit DM. Dalam penelitian Martono dengan desain cross sectional

di Jawa Barat tahun 1999 ditemukan bahwa penderita DM lebih banyak pada

perempuan (63%) dibandingkan laki-laki (37%). Demikian pula pada penelitian

Media tahun 1998 di seluruh rumah sakit di Kota Bogor, proporsi pasien DM lebih

tinggi pada perempuan (61,8%) dibandingkan pasien laki-laki (38,2%) (PERKENI,

2006).

4. Pola Makan dan Kegemukan (Obesitas)

Obesitas dan Diabates Melitus adalah ancaman pandemic pada abad 21.

Kedua masalah kesehatan tersebut berhubungan secara signifikan terhadap

potensial ancaman hidup, kematian dam biaya perawatan dan pengobatan yang

sangat mahal. Prevalensi kejadian obesitas dan overweight meningkat sangat cepat

di seluruh dunia, terutama di negara berkembang . Tingkat kesakitan pada obesitas

dan Diabetes tipe 2 berhubungan dengan sindrom insulin resisten, yang

menyebabkan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang

ditunjukkan dengan sindrom gangguan metabolik seperti hiperglikemia, hipertensi,

dan dyslipidaemia (tinggi kadar triglycerida dan rendah HDL cholesterol) (Yaturu,

2011).

11

Page 12: Cbd Ikm Ngaliyan Dm

Kegemukan adalah faktor risiko yang paling penting untuk diperhatikan,

sebab meningkatnya angka kejadian DM Tipe 2 berkaitan dengan obesitas.

Delapan dari sepuluh penderita DM Tipe 2 adalah orang-orang yang memiliki

kelebihan berat badan. Konsumsi kalori lebih dari yang dibutuhkan tubuh

menyebabkan kalori ekstra akan disimpan dalam bentuk lemak. Lemak ini akan

memblokir kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel dan

menumpuk dalam peredaran darah. Seseorang dengan IMT (Indeks Massa Tubuh)

30 kg/m2 akan 30 kali lebih mudah terkena DM dari pada seseorang dengan IMT

normal (22 Kg/m2). Bila IMT ≥ 35 Kg/m2, kemungkinan mengidap DM menjadi

90 kali lipat (Tandra, 2008).

5. Aktifitas Fisik

Melakukan aktivitas fisik seperti olahraga secara teratur dapat membuang

kelebihan kalori sehingga dapat mencegah terjadinya kegemukan dan

kemungkinan untuk menderita DM. Pada saat tubuh melakukan aktivitas/gerakan,

maka sejumlah gula akan dibakar untuk dijadikan tenaga gerak. Sehingga sejumlah

gula dalam tubuh akan berkurang dan kebutuhan akan hormon insulin juga akan

berkurang. Pada orang yang jarang berolah raga zat makanan yang masuk ke dalam

tubuh tidak dibakar, tetapi hanya akan ditimbun dalam tubuh sebagai lemak dan

gula. Proses perubahan zat makanan dan lemak menjadi gula memerlukan hormon

insulin. Namun jika hormon insulin kurang mencukupi, maka akan timbul gejala

DM. Selain itu olahraga atau aktivitas fisik membantu untuk mengontrol berat

badan. Glukosa darah dibakar menjadi energi, sel-sel tubuh menjadi lebih sensitive

terhadap insulin.peredaran darah lebih baik dan resiko terjadinya diabetes tipe 2

akan turun sampai 50% (Lanywati, 2001).

F. Gejala-Gejala Diabetes Mellitus

12

Page 13: Cbd Ikm Ngaliyan Dm

Gejala diabetes dapat dikelompokkan menjadi dua,yaitu :

a. Gejala Akut

Pada permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi tiga serba banyak yaitu:

- Banyak makan (polifagia)

- Banyak minum (polidipsi)

- Banyak kencing (poliuria)

Dalam fase ini biasanya penderita menunjukkan berat badan yang terus

bertambah, karena pada saat itu jumlah insulin masih mencukupi. Apabila keadaan ini

tidak segera diobati maka akan timbul keluhan lain yang disebabkan oleh kurangnya

insulin. Keluhan tersebut diantaranya:

- Nafsu makan berkurang

- Banyak minum

- Banyak kencing

- Berat badan turun dengan cepat

- Mudah lelah

- Bila tidak segera diobati,penderita akan merasa mual bahkan penderita

akan jatuh koma (koma diabetik).

b. Gejala Kronik

Gejala kronik akan timbul setelah beberapa bulan atau beberapa tahun setelah

penderita menderita diabetes. Gejala kronik yang sering dikeluhkan oleh penderita,

yaitu:

- Kesemutan

- Kulit terasa panas

- Terasa tebal dikulit

13

Page 14: Cbd Ikm Ngaliyan Dm

- Kram

- Lelah

- Mudah mengantuk

- Mata kabur

- Gatal disekitar kemaluan

- Gigi mudah goyah dan mudah lepas

- Kemampuan seksual menurun

- Bagi penderita yang sedang hamil akan mengalami keguguran atau

kematian janin dalam kandungan atau berat bayi lahir lebih dari 4 kg.

Selain gejala-gejala utama di atas, gejala selanjutnya adalah badan terasa

lemah, kurang gairah kerja, gatal-gatal, gairah seks menurun bahkan sampai impotensi,

luka yang sulit sembuh, dan keputihan. Terkadang, ada sekelompok orang yang sama

sekali tidak mengalami gejala-gejala tersebut, namun penyakit ini baru diketahui

secara kebetulan pada waktu pemeriksaan kesehatan atau melakukan pemeriksaan

darah (Tara, 2002).

G. Diagnosis Diabetes Mellitus

Dalam menetapkan diagnosis DM bagi pasien biasanya dilakukan dengan

pemeriksaan kadar glukosa darahnya. Pemeriksaan kadar glukosa dalam darah pasien

yang umum dilakukan adalah :

a. Pemeriksaan kadar glukosa darah setelah puasa.

Kadar glukosa darah normal setelah puasa berkisar antara 70-110

mg/dl. Seseorang didiagnosa DM bila kadar glukosa darah pada

pemeriksaan darah arteri lebih dari 126 mg/dl dan lebih dari 140 mg/dl jika

darah yang diperiksa diambil dari pembuluh vena.

14

Page 15: Cbd Ikm Ngaliyan Dm

b. Pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu.

Jika kadar glukosa darah berkisar antara 110-199 mg/dl, maka harus

dilakukan test lanjut. Pasien didiagnosis DM bila kadar glukosa darah pada

pemeriksaan darah arteri ataupun vena lebih dari 200 mg/dl. Diagnosis DM

harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah. Dalam menentukan

diagnosis DM harus diperhatikan asal bahan darah yang diambil dan cara

pemeriksaan yang dipakai. Untuk diagnosis pemeriksaan yang dianjurkan

adalah pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan darah

plasma vena. Untuk memastikan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah

menggunakan darah utuh, vena ataupun kapiler dengan memperhatikan

angka-angka kriteria diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan WHO.

Untuk pemantauan hasil pengobatan dapat diperiksa glukosa darah kapiler.

c. Test Toleransi Glukosa Oral (TTGO)

Test ini merupakan test yang lebih lanjut dalam pendiagnosaan DM.

Pemeriksaan dilakukan berturut-turut dengan nilai normalnya : 0,5 jam <

115 mg/dl, 1 jam < 200 mg/dl, dan 2 jam < 140 mg/dl. Selain pemeriksaan

kadar gula darah, dapat juga dilakukan pemeriksaan HbA1C atau

glycosylated haemoglobin. Glycosylated haemoglobin adalah protein yang

terbentuk dari perpaduan antara gula dan haemoglobin dalam sel darah

merah.18 Nilai yang dianjurkan oleh PERKENI untuk HbA1C normal

(terkontrol) 4 % - 5,9 %.17 Semakin tinggi kadar HbA1C maka semakin

tinggi pula resiko timbulnya komplikasi. Oleh karena itu pada penderita

DM kadar HbA1C ditargetkan kurang dari 7 %.

Ketika kadar glukosa dalam darah tidak terkontrol (kadar gula darah

tinggi) maka gula darah akan berikatan dengan hemoglobin (terglikasi).

15

Page 16: Cbd Ikm Ngaliyan Dm

Oleh karena itu, rata-rata kadar gula darah dapat ditentukan dengan cara

mengukur kadar HbA1C. bila kadar gula darah tinggi dalam beberapa

minggu maka kadar HbA1C akan tinggi juga. Ikatan HbA1C yang terbentuk

bersifat stabil dan dapat bertahan hingga 2-3 bulan (sesuai dengan umur

eritrosit). Kadar HbA1C akan menggambarkan rata-rata kadar gula darah

dalam jangka waktu 2-3 bulan sebelum pemeriksaan.19 Jadi walaupun pada

saat pemeriksaan kadar gula darah pada saat puasa dan 2 jam sesudah

makan baik, namun kadar HbA1C tinggi, berarti kadar glukosa darah tetap

tidak terkontrol dengan baik.

Diagnosis klinis DM dipikirkan bila ada keluhan khas DM berupa poliuria,

polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan

penyebabnya. Keluhan lain yang mungkin ditemukan adalah lemah, kesemutan, gatal,

mata kabur dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada pasien wanita.

Jika keluhan khas, pemeriksaan glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl sudah cukup untuk

menegakkan diagnosis DM. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa > 126 mg/dl

juga digunakan untuk patokan diagnosis DM. Untuk kelompok tanpa keluhan khas

DM, hasil pemeriksaan glukosa darah yang baru 1 kali saja abnormal, belum cukup

kuat untuk menegakkan diagnosis DM. diperlukan pemastian lanjut dengan mendapat

sekali lagi angka abnormal, baik kadar gula darah puasa > 126 mg/dl, kadar glukosa

darah sewaktu > 200 mg/dl pada hari yang lain, atau dari hasil tes toleransi glukosa

oral (TTGO) didapatkan kadar glukosa darah pasca pembebanan > 200 mg/dl.

Pemeriksaan Darah Bukan DM Belum pasti DM DM

Kadar glukosa darah

sewaktu (mg/dl)

Plasma vena

Darah kapiler

< 110

< 90

110 – 199

90 – 199

≥ 200

≥ 200

16

Page 17: Cbd Ikm Ngaliyan Dm

Kadar glukosa darah

puasa (mg/dl)

Plasma vena

Darah kapiler

< 110

< 90

110 – 125

90 – 109

≥ 126

≥ 110

Tabel 1. Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan Penyaring dan

Diagnosis DM (mg/dl)

Gambar 1. Algoritma Diagnosis Diabetes Mellitus

H. Terapi Diabetes Mellitus

Terapi Diabetes Mellitus dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Terapi Non-Farmakologi

17

Page 18: Cbd Ikm Ngaliyan Dm

Langkah pertama mengelola diabetes selalu dengan pendekatan non-

farmakologi, yaitu berupa perencanaan makan/ terapi nutrisi medik, kegiatan

jasmani dan penurunan berat badan bila didapatkan berat badan lebih atau obesitas.

Terapi non farmakologis :

a. Terapi Gizi Medis

Terapi gizi medis prinsipnya adalah melakukan pengaturan pola makan

yang didasarkan pada status gizi diabetisi dan melakukan modifikasi diet

berdasarkan kebutuhan individual.

Manfaat yang telah terbukti dari terapi gizi medis antara lain:

Menurunkan berat badan

Menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik

Penurunan kadar glukosa darah

Memperbaiki profil lipid

Meningkatkan sensitivitas reseptor insulin

Memperbaiki system koagulasi darah

Tujuan terapi gizi medis, yaitu untuk mencapai dan mempertahankan

kadar glukosa darah, tekanan darah dan profil lipid serta berat badan normal.

Faktor yang harus diperhatikan sebelum melakukan perubahan pola makan

diabetisi antara lain, tinggi badan, berat badan, status gizi, status kesehatan,

aktivitas fisik dan faktor usia; faktor fisiologi seperti masa kehamilan, masa

pertumbuhan, gangguan pencernaan pada usia tua, keadaan infeksi berat, status

ekonomi, lingkungan, kebiasaan atau tradisi di dalam lingkungan yang

bersangkutan serta kemampuan petugas.

Komposisi bahan makanan terdiri dari makronutrien (karbohidrat,

protein, dan lemak) serta mikronutrien (vitamin dan mineral).

18

Page 19: Cbd Ikm Ngaliyan Dm

1) Perhitungan Jumlah Kalori

a) Indeks Massa Tubuh (IMT)

IMT dihitung berdasarkan pembagian berat badan (dalam

kilogram) dibagi dengan tinggi badan (dalam meter) kuadrat.

Dikategorikan menjadi berat badan kurang (IMT < 18,5),berat badan

normal (IMT 18,5 -22,9) dan berat badan lebih (IMT > 23,0). Untuk

kategori berat badan lebih, dikelompokkan lagi menjadi risiko obesitas

(IMT 23-24,9), obes I (IMT 25-29,9) dan Obes II (IMT > 30).

1) Rumus Brocca

Pertama-tama dilakukan perhitungan berat badan idaman

berdasarkan rumus BBI (kg) = (TB cm-100) – 10%. Untuk laki-laki

<160 cm dan wanita <150cm perhitungan BB tidak dikurangi 10%.

Penentuan status gizi dihitung dari = (BB actual : BB idaman) x

100%.

BB kurang : <90% BBI

BB normal : 90-110% BBI

BB lebih : 110-120% BBI

Gemuk : >120% BBI

2) Penentuan kebutuhan kalori per hari

a) Kebutuhan basal

Laki-laki : BB idaman (kg) x 30 kalori

Wanita : BB idaman (kg) x 25 kalori

b) Koreksi atau penyesuaian

19

Page 20: Cbd Ikm Ngaliyan Dm

o Umur diatas 40 tahun : -5%

o Aktivitas fisik :

Aktivitas ringan (duduk-duduk, nonton tv) : +10%

Aktivitas sedang (kerja kantoran, ibu rumah tangga, perawat,

dokter) : +20%

Aktivitas berat (olahragawan, tukang becak) : +30%

o Berat badan :

Berat badan gemuk : - (10 s.d 20)%

Berat badan kurus : + (10 s.d 20)%

c) Stress metabolic (infeksi, stress, stroke) : +(10 s.d 30)%

d) Kehamilan trimester I dan II : +300 kalori

e) Kehamilan trimester III dan menyusui : +500 kalori

Penentuan tersebut dibagi 3 porsi besar untuk makan pagi (20%),

makan siang (30%), makan malam (25%) serta 2-3 porsi ringan (10-15%)

diantara makan besar.

3) Bahan makanan yang dikonsumsi

Bahan makanan yang dianjurkan untuk Diet Diabetes Melitus adalah:

Sumber karbohidrat kompleks : nasi, roti, mie, kentang, singkong

dan sagu.

Sumber protein rendah lemak : ikan, ayam tanpa kulit, tempe,

tahu dan kacang-kacangan.

20

Page 21: Cbd Ikm Ngaliyan Dm

Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang

mudah dicerna. Makanan terutama diolah dengan cara

dipanggang, dikukus, direbus, dan dibakar.

Bahan makanan yang tidak dianjurkan (dibatasi/dihindari) untuk Diet

Diabetes Melitus adalah :

Mengandung banyak gula sederhana : Gula pasir, gula jawa,

sirup, selai, buah-buahan yang diawetkan dengan gula, susu

kental manis, minuman botol ringan dan es krim.

Mengandung banyak lemak : cake, makan siap saji ( fast food),

goreng-gorengan.

Mengandung banyak natrium : ikan asin, terlur asin, makanan

yang diawetkan

b. Latihan Jasmani

Kegiatan fisik diabetisi (tipe 1 maupun tipe 2) mengurangi risiko

kejadian kardiovaskuler dan meningkatkan harapan hidup. Kegiatan fisik akan

meningkatkan rasa nyaman, baik secara fisik, psikis maupun sosial dan tampak

sehat.

Pada diabetes dengan gula darah tak terkontrol, latihan jasmani akan

menyebabkan terjadinya peningkatan kadar glukosa darah dan benda keton

yang dapat berakibat fatal. Pada kadar glukosa 332 mg/dl bila tetap melakukan

kegiatan jasmani, akan berbahaya bagi yang bersangkutan. Bila ingin

melakukan latihan jasmani seorang diabetisi harus mempunyai kadar glukosa

darah tak lebih dari 250 mg/dl.

21

Page 22: Cbd Ikm Ngaliyan Dm

Pada latihan jasmani akan terjadi peningkatan aliran darah,

menyebabkan lebih banyak jala-jala kapiler terbuka sehingga lebih banyak

tersedia reseptor insulin dan reseptor menjadi lebih aktif.

Angka kesakitan dan kematian diabetisi yang aktif, 50% lebih rendah

dibandingkan mereka yang santai. Pada kedua tipe diabetes manfaat latihan

jasmani secara teratur akan memperbaiki kapasitas latihan aerobic, kekuatan

otot dan mencegah osteoporosis. Latihan jasmani dianjurkan dilakukan setelah

makan, yaitu pada saat kadar gula darah berada pada puncaknya.

2. Terapi farmakologi

Bila dengan terapi non-farmakologis belum tercapai, dilanjutkan dengan

penggunaan obat atau intervensi farmakologis. Berikut ini adalah contoh obat

hiperglikemik oral yang tersedia di Indonesia :

Golongan Generik Nama dagang Mg/tabDosis

Harian

Lama

Kerja

(jam)

Frek/

hari

Biguanid

Tiazolidindion/

Glitazone

Metformin

Metformin

XR

Rosiglitazon

Pioglitazon

Glucophage

Glumin

Glucophage-

XR

Glumin – XR

Avandia

Actos

Deculin

500-850

500

500-750

500

4

15,30

15,30

250-3000

500-3000

500-2000

4-8

15-30

15-45

6-8

6-8

24

24

24

24

1-3

2-3

1

1

1

1

1

22

Page 23: Cbd Ikm Ngaliyan Dm

Sulfonilurea

Glinid

Penghambat

Glukosidase

Obat

kombinasi

tetap

Klorpropamid

Glibenklamid

Glipizid

Gliklazid

Glikuidon

Glimepirid

Repaglinid

Nateglinid

Acarbose

Metformin +

Glibenklamid

Metformin +

Rosiglitazon

Diabenese

Daonil

Euglukon

Minidiab

Glucotrol-XL

Diamicron

Diamicron-

MR

Glurenorm

Amaryl

Gluvas

Amadiab

Metrix

NovoNorm

Starlix

Glucobay

Glukovance

Avandamet

100-250

2,5-5

5-10

5-10

80

30

30

1,2,3,4

1,2,3,4

1,2,3,4

1,2,3,4

0.5, 1,2

120

50-100

250/1,25

500/2,5

500/5

2mg/

500mg

100-500

2,5-15

5-20

5-20

80-240

30-120

30-120

0,5-6

1-6

1-6

1-6

1,5-6

360

100-300

4mg/1000

mg

24-36

12-24

10-16

12-16

10-20

24

24

24

24

-

-

12

1

1-2

1-2

1

1-2

1

1

1

1

3

3

3

1-2

2

23

Page 24: Cbd Ikm Ngaliyan Dm

4mg/

500mg

8mg/1000

Mg

Tabel 2. Obat Hipoglikemik Oral yang Tersedia di Indonesia

I. Komplikasi Diabetes Mellitus

DM sering disebut dengan the great imitator, yaitu penyakit yang dapat

menyerang semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai keluhan. Penyakit ini

timbul secara perlahan-lahan, sehingga seseorang tidak menyadari adanya berbagai

perubahan dalam dirinya. Karena itu, jelas bahwa DM bisa menjadi penyebab

terjadinya komplikasi baik yang akut maupun kronis. Keluhan dan gejalanya terjadi

dengan cepat dan biasanya berat (Soegondo, 2008).

1. Komplikasi Akut

Komplikasi yang akut akibat DM terjadi secara keluhan dan gejalanya

terjadi dengan cepat dan biasanya berat. Komplikasi akut umumnya timbul akibat

glukosa darah yang terlalu rendah (hipoglikemia) atau terlalu tinggi

(hiperglikemia) (Tandra, 2008).

2. Komplikasi Kronik

Kadar gula darah pada penderita DM dapat dikontrol. Jika kadar gula darah

tetap tinggi akan timbul komplikasi kronik. Komplikasi kronik diartikan sebagai

kelainan pembuluh darah yang akhirnya bisa menyebabkan serangan jantung,

gangguan fungsi ginjal, dan gangguan saraf. Komplikasi kronik sering dibedakan

berdasarkan bagian tubuh yang mengalami kerusakan, seperti kerusakan pada

saraf, ginjal, mata, jantung, dan saluran pencernaan (Tandra, 2008).

J. Upaya Pencegahan Diabetes Mellitus

Jumlah penderita DM tiap tahun semakin meningkat (prevalensinya

menunjukkan peningkatan per tahun) dan besarnya biaya pengobatan serta perawatan

24

Page 25: Cbd Ikm Ngaliyan Dm

penderita DM, terutama akibat-akibat yang ditimbulkannya. Jika telah terjadi

komplikasi, usaha untuk menyembuhkan keadaan tersebut ke arah normal sangat sulit,

kerusakan yang terjadi umumnya akan menetap, maka upaya pencegahan sangat

bermanfaat baik dari segi ekonomi maupun terhadap kesehatan masyarakat (Soegondo,

2009).

Usaha pencegahan pada penyakit DM terdiri dari pencegahan primordial,

pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tersier. Pencegahan

primordial yaitu pencegahan kepada orang-orang yang masih sehat agar tidak memilki

faktor risiko untuk terjadinya DM, pencegahan primer yaitu pencegahan kepada

mereka yang belum terkena DM namun memiliki faktor risiko yang tinggi dan

berpotensi untuk terjadinya DM agar tidak timbul penyakit DM, pencegahan sekunder

yaitu mencegah agar tidak terjadi komplikasi walaupun sudah terjadi penyakit, dan

pencegahan tersier yaitu usaha mencegah agar tidak terjadi kecacatan lebih lanjut

walaupun sudah terjadi komplikasi (Soegondo, 2009)

1. Pencegahan Primordial

Pencegahan primordial dilakukan dalam mencegah munculnya faktor

predisposisi/risiko terhadap penyakit DM. Sasaran dari pencegahan primordial

adalah orang-orang yang masih sehat dan belum memiliki risiko yang tinggi agar

tidak memiliki faktor risiko yang tinggi untuk penyakit DM. Edukasi sangat

penting peranannya dalam upaya pencegahan primordial. Tindakan yang dapat

dilakukan antara lain penyuluhan mengenai pengaturan gaya hidup, pentingnya

kegiatan jasmani teratur, pola makan sehat, menjaga badan agar tidak terlalu

gemuk dan menghindari obat yang bersifat diabetagenik (PERKENI, 2006).

2. Pencegahan Primer

25

Page 26: Cbd Ikm Ngaliyan Dm

Sasaran dari pencegahan primer adalah orang-orang yang termasuk

kelompok risiko tinggi, yakni mereka yang belum terkena DM, tetapi berpotensi

untuk mendapatkan penyakit DM. Pada pencegahan primer ini harus dikenali

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya DM dan upaya untuk

mengeliminasi faktor-faktor tersebut. Tindakan yang dapat dilakukan antara lain

penyuluhan tentang DM oleh tenaga kesehatan maupun kader, latihan jasmani, dan

perencanaan pola makan (Soegondo, 2009).

3. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah atau menghambat

timbulnya komplikasi dengan tindakan-tindakan seperti tes penyaringan yang

ditujukan untuk pendeteksian dini DM serta penanganan segera dan efektif. Tujuan

utama kegiatan-kegiatan pencegahan sekunder adalah untuk mengidentifikasi

orang-orang tanpa gejala yang telah menderita DM atau penderita yang berisiko

tinggi untuk mengalami komplikasi (Soegondo, 2009).

Identifikasi orang-orang tanpa gejala yang telah menderita DM antara lain

dengan cara melakukan diagnosis dini melalui pemeriksaan kadar glukosa darah

pasien. Selain itu, memberikan pengobatan penyakit sejak awal sedapat mungkin

dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi menahun. Edukasi

dan pengelolaan DM memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan

pasien berobat (PERKENI, 2006).

4. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah kecacatan akibat

komplikasi. Kegiatan yang dilakukan antara lain mencegah perubahan dari

komplikasi menjadi kecatatan tubuh dan melakukan rehabilitasi sedini mungkin

bagi penderita yang mengalami kecacatan. Sebagai contoh, acetosal dosis rendah

26

Page 27: Cbd Ikm Ngaliyan Dm

(80-325 mg) dapat dianjurkan untuk diberikan secara rutin bagi pasien DM yang

sudah mempunyai penyakit makroangiopati (PERKENI, 2006).

Dalam upaya ini diperlukan kerjasama yang baik antara pasien pasien

dengan dokter mapupun antara dokter ahli diabetes dengan dokter-dokter yang

terkait dengan komplikasinya. Penyuluhan juga sangat dibutuhkan untuk

meningkatkan motivasi pasien untuk mengendalikan penyakit DM (Soegondo,

2009).

Pelayanan kesehatan yang holistik dan terintegrasi antar disiplin terkait juga

sangat diperlukan, terutama di rumah sakit rujukan, baik dengan para ahli sesama

disiplin ilmu seperti konsultan penyakit jantung dan ginjal, maupun para ahli

disiplin lain seperti dari bagian mata, bedah ortopedi, bedah vaskuler, radiologi,

rehabilitasi, medis, gizi, pediatri dan sebagainya (PERKENI, 2006).

27

Page 28: Cbd Ikm Ngaliyan Dm

BAB III

PEMBAHASAN

A. Data Pasien

1. Identitas

Nama : Ny. K

Umur : 44 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Bringin RT 01/ RW 05, Ngaliyan, Semarang

Pekerjaan : Buruh Pabrik

Pendidikan : SMA

Agama : Islam

Status : Menikah

Tgl Kunjungan : 20 Juli 2013

2. Anamnesis

Keluhan Utama : Paha kemeng, kaki sering kesemutan dan cepat lelah

Riwayat Penyakit Sekarang :

Seorang pasien perempuan datang dengan keluhan paha kemeng, kaki

sering kesemutan dan cepet lelah. Gejala – gejala tersebut dirasakan kurang lebih

sudah 5 bulan terakhir. Setelah dianamnesa lebih lanjut didapatkan keluhan lain

yaitu pasien sering terbangun di malam hari untuk buang air kecil. Disamping itu,

pasien juga merasa sering haus dan berat badan pasien turun dari 63 kg menjadi 58

kg dalam kurun waktu 5 bulan terakhir. Pasien belum mengkonsumsi obat apapun.

28

Page 29: Cbd Ikm Ngaliyan Dm

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien tidak pernah mengalami gejala seperti ini sebelumnya dan dahulu

pernah memiliki Kista saat hamil anak ke 3.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit kencing manis.

Riwayat Sosial Ekonomi :

Pasien adalah seorang buruh pabrik dam suaminya juga seorang buruh

pabrik. Rumah pasien tampak bersih dan rapi yang ditinggali pasien berserta

suami, 3 orang anak dan ayah mertua pasien. Biaya pengobatan pasien ditanggung

oleh Jamsostek.

Kesan sosial ekonomi: Cukup

3. Pemeriksaan Fisik

- Kesan Umum : Baik

- Tanda vital

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 84x / menit

RR : 24 x / menit

Suhu : 36,2o C

- BB/TB : 58 kg/ 155 cm

4. Pemeriksaan Penunjang

Hasil Pemeriksaan Laboratorium

GDS (Gula Darah Sewaktu) : 287 mg/dL

5. Diagnosa Sementara

Diabetes Mellitus

29

Page 30: Cbd Ikm Ngaliyan Dm

6. Terapi Yang Diberikan

- Metformin 1-1-0

- Glibenclamide 1-1-0

7. Edukasi

Diet rendah gula dan mengurangi asupan karbohidrat

Minum obat secara teratur dan kontrol secara teratur ke Puskesmas ataupun

pelayanan kesehatan lainnya.

Meningkatkan aktifitas fisik (Olahraga, berjalan kaki ke pasar) dan

mengurangi aktifitas kurang gerak (menonton televisi)

Pengaturan pola makan :

Makan dengan waktu teratur (3 kali makan utama, 2 kali makan selingan)

Makan dengan metode model piring ( 1 piring dibagi 4 kuadran setara 4

porsi telapak tangan. Sayur dan buah sebanyak 2 telapak tangan, nasi 1

porsi telapak tangan, daging/tahu/tempe 1 porsi telapak tangan

Makanan untuk selingan/cemilan yang baik adalah buah, hindari

biskuit,kue,kerupuk.

Minum air putih/minuman bebas gula setiap haus

B. Data Hasil Kunjungan

1. Lingkungan

a. Data Individu

Pasien merupakan anak ke 5 dari 7 bersaudara, pasien tinggal 1 rumah dengan

suami, 3 orang anak dan ayah mertua pasien

b. Ekonomi

Pasien berkerja sebagai Buruh dan suami pasien juga bekerja sebagai

buruh dan pendapatan selama 1 bulan sekitar + Rp 3.500.000,00.

c. Kepadatan Rumah

30

Page 31: Cbd Ikm Ngaliyan Dm

Rumah pasien luasnya ± 6 m x 6 m = 36 m2 yang dihuni oleh 6 orang

sehingga didapatkan kepadatan rumah 6 m2/orang. Rumah pasien disertai

ventilasi dibagian depan dan kamar tidur. Pada halaman depan rumah tampak

berswih, dan bagian dalam rumah tampak kebersihannya cukup terjaga, Secara

umum penilaian kepadatan penghuni dengan menggunakan ketentuan standar

minimum, yaitu kepadatan penghuni yang memenuhi syarat kesehatan

diperoleh dari hasil bagi antara luas lantai dengan jumlah penghuni 10

m2/orang. Hal ini menunjukkan kepadatan rumah pasien tidak memenuhi syarat

yang seharusnya.

d. Rumah

Bangunan rumah tampak cukup baik yaitu dinding terbuat dari tembok

bata dan dilapisi semen serta di cat warna hijau, lantai keramik, atapnya adalah

genteng dan sudah diberi pelafon. Terdapat 3 kamar tidur, ruang makan, ruang

keluarga/tv, dan 1 kamar mandi sekaligus wc. Kamar tidur penderita satu

kamar dengan suami. Kebersihan rumah maupun halam rumah tampak cukup

baik, dan terdapat jarak antara rumah pasien dengan rumah di kanan dan

kirinya sekitar 2 meter.

e. Ventilasi

Terdapat 2 jendela di ruang tamu, dan 1 jendela di setiap ruangan.

Jendela tidak terbiasa dibuka, yang sering dibuka hanyalah jendela di ruang

tamu.

f. Kelembaban

31

Page 32: Cbd Ikm Ngaliyan Dm

Lantai rumah terbuat dari keramik dan jendela rumah yang tidak

terbiasa dibuka sehingga pertukaran udaranya kurang mengakibatkan

kelembapan ruangan menjadi tinggi.

g. Sumber Mata Air

Pasien memiliki sumur air artetis untuk semua kegiatan di rumah seperti

minum, mandi dan cuci.

h. Pembuangan Sampah

Di dalam rumah terdapat tempat sampah, penampungan sampah ada di

depan rumah, rutin diambil oleh petugas pembuangan sampah.

i. Saluran Pembuangan air limbah rumah tangga

Sistem drainase pembuangan air limbah rumah tangga dialirkan ke

selokan di luar rumah.

j. Lingkungan masyarakat sekitar rumah pasien.

Pasien memiliki hubungan yang baik dengan tetangga. Rumahnya

terdapat jarak sekitar 2 meter rumah tetangganya di kanan, kiri, dan belakang

rumah.

2. Perilaku Kesehatan

a. Perilaku Membersihkan rumah

Rumah dibersihkan setiap pagi dan sore hari.

Halaman rumah cukup sering dibersihkan

Membersihkan tempat penampungan air seminggu sekali

Membuka jendela yang teratur hanya jendela ruang tamu

b. Perilaku kebersihan diri

Mandi 2 kali sehari menggunakan sabun

Jumlah sikat gigi sesuai anggota keluarga dan sikat gigi 2 kali sehari

32

Page 33: Cbd Ikm Ngaliyan Dm

Setiap sebelum makan dan sesudah BAB cuci tangan menggunakan sabun

mandi.

c. Perilaku mengganti pakaian

Pakaian ganti 2 hari sekali

Kebiasaan menggantung pakaian di belakang pintu, serta pakaian kotor

ditumpuk di ruang tengah.

d. Perilaku merokok

Tidak ada anggota keluarga yang merokok di rumah.

e. Perilaku sehari-hari

Pasien terbiasa mengkonsumsi teh manis dengan ukuran satu gelas besar

(500 mL) dengan tambahan 4 sendok gula pasir (± 30 gr) yang dikonsumsi

empat kali sehari, karena pasien mengatakan merasa pusing bila tidak

mengkonsumsi teh manis

Pasien terbiasa mengkonsumsi makanan terutama nasi putih dalam jumlah

yang berlebihan

Pasien jarang berolahraga.

3. Pelayanan Kesehatan

Jarak rumah pasien ke puskesmas sekitar ±5 km bisa ditempuh dengan

kendaraan motor pribadi.

Pasien mengerti tentang penyakit diabetes mellitus tetapi tidak mengerti

tentang cara pencegahan dan deteksi dini penyakit tersebut

4. Genetik

33

Page 34: Cbd Ikm Ngaliyan Dm

a. Diagram Keluarga

Gambar 3.1. Diagram Keluarga

No Nama Jenis Kelamin Umur Pendidikan Pekerjaan1. Laki-laki 48 th SMA Buruh Pabrik2. K Perempuan 44 th SMA Buruh Pabrik3 Laki-laki 26 th Tidak bekerja4 Perempuan 23 th D3 Perawat5 Laki-laki 10 th - Pelajar6 Laki-laki 5 th SD Pelajar

Tabel 3.1. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah dengan Pasien

C. Pendekatan H.L.Blum

34

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

: Laki-laki telah

meninggal

: Perempuan telah

meninggal

Keterangan :

Page 35: Cbd Ikm Ngaliyan Dm

Terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya kasus Diabetes

Mellitus :

a. Perilaku

Pasien mempunyai kebiasaan mengkonsumsi minuman yang manis seperti

teh manis dengan tambahan gula sebanyak 4 sendok makan (10-30 gr)

karena bila tidak minum manis pasien merasa pusing.

Pasien jarang berolah raga.

Pasien sering mengkonsumsi nasi dalam jumlah banyak.

b. Lingkungan

Kebersihan lingkungan rumah pasien cukup terjaga serta hubungan antar

tetangga juga terjalin baik karena itu tidak memiliki hubungan dengan penyakit

diabetes mellitus

c. Genetika

Pasien tidak memiliki riwayat DM dikeluarganya.

d. Pelayanan kesehatan

Pasien mengerti tentang penyakit diabetes mellitus tetapi tidak

mengerti tentang cara pencegahan dan deteksi dini penyakit tersebut, sehingga

pasien baru pertama kali memeriksakan gula darah pada saat di puskesmas.

35

Page 36: Cbd Ikm Ngaliyan Dm

Tabel 3.2. Daftar Masalah dan Pemecahan Masalah berdasarkan HL. Blum

36

NO. MASALAH PEMECAHAN MASALAH

1.LINGKUNGANTidak terdapat masalah -

1.

2.

3

PERILAKUPasien mempunyai kebiasaan mengkonsumsi minuman yang manis seperti teh manis dengan tambahan gula sebanyak 4 sendok makan.

Pasien sering mengkonsumsi nasi dalam jumlah banyak.

Pasien jarang berolahraga.

Memberikan edukasi tentang diet rendah gula

Memberikan edukasi tentang pengaturan pola makan dan jumlah makanan yang dimakan pasien.

Memberikan edukasi tentang olahraga secara teratur agar gula darah pasien dapat terjaga

1.PELAYANAN KESEHATAN.Pasien mengerti tentang penyakit diabetes mellitus tetapi tidak mengerti tentang cara pencegahan dan deteksi dini penyakit tersebut

Memberikan edukasi tentang pencegahan dan deteksi dini pada saat pasien berobat.

1.GENETIKAPasien tidak memiliki riwayat diabetes mellitus di keluarganya

-

Page 37: Cbd Ikm Ngaliyan Dm

37

Gambar 3.2. Diagram Analisa Penyebab Masalah Berdasarkan HL. Blum

DIABETESMELLITUS

PELAYANAN KESEHATAN :

Pasien mengerti tentang penyakit diabetes mellitus tetapi tidak mengerti tentang cara pencegahan dan deteksi dini penyakit tersebut

Akses pelayanan kesehatan tidak terdapat kendala

GENETIKA :

Pasien tidak memiliki riwayat diabetes mellitus di keluarganya

PERILAKU : Pasien mempunyai kebiasaan

mengkonsumsi minuman yang manis seperti teh manis dengan tambahan gula sebanyak 4 sendok makan (10-30 gr) karena bila tidak minum manis pasien merasa pusing.

Pasien jarang berolah raga. Pasien sering mengkonsumsi

nasi dalam jumlah banyak.

LINGKUNGAN :

Tidak terdapat masalah pada lingkungan pasien

Page 38: Cbd Ikm Ngaliyan Dm

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Faktor perilaku yang mempengaruhi terjadinya penyakit DM pada Ny. K adalah

kebiasaan mengkonsumsi minuman yang manis, mengkonsumsi makanan dalam jumlah

banyak dan jarang berolahraga.

2. Tidak diperoleh faktor lingkungan yang mempengaruhi terjadinya penyakit DM pada

Ny. K.

3. Faktor pelayanan kesehatan yang mempengaruhi terjadinya penyakit DM pada Ny. K

adalah pasien tidak pernah memperoleh edukasi tentang DM dari petugas kesehatan dan

tidak pernah memeriksakan gula darahnya.

4. Tidak ada faktor genetik yang mempengaruhi terjadinya penyakit DM pada Ny. K.

5. Alternatif pemecahan masalah untuk mengatasi kasus DM ini adalah

Pemberian edukasi tentang DM beserta anjuran diet rendah gula,

Pemberian edukasi tentang pengaturan pola makan dan jumlah makanan yang

dimakan pasien.

Pemberian edukasi tentang olahraga untuk penderita DM.

Pemberian edukasi tentang pencegahan dan deteksi dini pada saat

pasien berobat.

B. Saran

1. Untuk Penderita

a. Menjelaskan kepada penderita tentang penyakit DM beserta gejala, pengobatan dan

pencegahannya.

38

Page 39: Cbd Ikm Ngaliyan Dm

b. Memotivasi penderita untuk mengkonsumsi diet rendah gula dan karbohidrat.

c. Memotivasi penderita untuk minum obat secara tyeratur sesuai aturan dokter dan

mengkontrol kadar gula darah secara rutin.

d. Memotivasi penderita untuk olahraga secara teraturagar gula darah pasien dapat

terjaga

2. Untuk Puskesmas

a. Melakukan penyuluhan tentang diabetes mellitus dan menyarankan agar masyarakat

memeriksakan GDS untuk pasien berusia lebih dari 40 tahun.

b. Meningkatkan kegiatan kunjungan rumah yang dirasa efektif untuk meningkatkan

pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai diabetes mellitus.

39

Page 40: Cbd Ikm Ngaliyan Dm

DAFTAR PUSTAKA

ADA., 2008. The Genetics of Diabetes. http://www.diabetes.org/

Asmadi, C. N., 2008. Diabetes Mellitus, Jumlah Penderita di Indonesia, Universitas Sumatera Utara

Depkes RI., 2008. Diabetes Mellitus Ancaman Umat Manusia di Dunia. http://www.depkes.go.id/indeks/

Depkes R.I., 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta

Hiswani dan Bahri, S., 2005. Penyuluhan Kesehatan Pada Penderita Diabetes Mellitus. Info Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU. Vol. IX. No. 3. Hal : 209-215

Johnson, M., 1998. Diabetes, Terapi dan Pencegahannya. Indonesia Publishing House, Bandung

Lanywati, E., 2001. Diabetes Mellitus Penyakit Kencing Manis. Penerbit Kanisius, Yogyakarta

Marpaung. J. L. R., 2006. Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Pematang Siantar Tahun 2003-2004. Skripsi Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Maryunani, A., 2008. Diabetes Pada Kehamilan. Trans Info Media, Jakarta

Panjaitan, R. S., 2008. Karakterisitik Penderita Diabetes Mellitus Rawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Tahun 2007. Skripsi Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

PERKENI., 2002. Konsensus Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia. Naskah Lengkap Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan XVIII Ilmu Penyakit Dalam 2003, Surabaya

Pratiwi, A. D., 2007. Epidemiologi DM dan Isu Mutakhirnya. http://ridwanamiruddin.wordpress.com

Roglic, G. MD., 2005. The Burden Of Mortality Attributable to Diabetes. Diabetes Care, Number 9, Volume 9, Page 2130-2135

Sam, A. DP., 2007. Epidemiologi DM dan Isu Mutakhir. http://ridwanamiruddin.wordpress.com

Sjaifoellah, N, dkk, 1996. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1 edisi ke-3, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

40

Page 41: Cbd Ikm Ngaliyan Dm

Soegondo, S, dkk, 2009. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terapadu. Balai Penerbit FKUI, Jakarta

Sub Direktorat Diabetes Mellitus Dan Penyakit Metabolik. 2008. Hari Diabetes Sedunia 14 November 2008. http://www.pppl.depkes.go.id/

Sustrani, L, dkk, 2004. Diabetes. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Tara, E, E Soetrisno, 2002. Buku Pintar Terapi Diabetes Mellitus. Taramedia & Restu Agung, Jakarta

Tandra, H., 2008. Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Tara, E. E Soetrisno., 2002. Anda Perlu Tahu Diabetes. Intimedia & Ladang Pustaka, Jakarta

Wild, S., 2004. Global Prevalence of Diabetes-Estimates for the year 2000 and Projection for 2030. Diabetes Care, Number 5, Volume 27, 1047-1053

41

Page 42: Cbd Ikm Ngaliyan Dm

LAMPIRAN

1.Wawancara dengan penderita DM

2.Obat yang diberikan

3. Kondisi rumah pasien

3

42