CBD Contusio Bulbi

download CBD Contusio Bulbi

If you can't read please download the document

Transcript of CBD Contusio Bulbi

IDENTITAS PASIEN Nama Jenis Kelamin Umur Alamat : Ny. Taslimah : Perempuan : 60 tahun : Jati Rt 1 Rw 13, Kalinegoro, MagelangPekerjaan : Ibu rumah tangga Hari/Tanggal Periksa : Minggu, 25 Februari 2012. Jam 19.30 WIBANAMNESIS Keluhan Utama :Mata kanan berdarah, terasa nyeri setelah terkena pelepah daun pisang Riwayat Penyakit Sekarang :Pasien datang ke IGD RST Dr. Soedjono Magelang atas rujukan dr. Hari, Sp. M dengan keluhan mata kanan terasa nyeri, perih, dan tampak ada perdarahan setelah terkena pelepah daun pisang. Kejadiaannya tadi pagi pukul 10.00 WIB. Pasien juga merasakan mata kanannya pegel, nerocos dan ngganjel. Mata kiri pasien tidak ada keluhan. Sebelumnya pasien berobat ke dokter umum, tapi kemudian dirujuk ke dokter spesialis mata. Pasien tiba di RS pukul 19.30 WIB, Riwayat Penyakit Dahulu :Pasien belum pernah sakit seperti iniPasien sebelumnya tidak pernah opname di RS Riwayat penyakit hipertensi disangkal Riwayat penyakit diabetes melitus disangkal Riwayat Penyakit Keluarga :Tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit seperti ini Riwayat Sosial Keluarga : Pasien berobat dengan biaya ditanggung sendiriPEMERIKSAAN FISIK Status Generalisata Kesadaran : Compos mentis Aktifitas : NormoaktifKooperatif : Kooperatif Status gizi : Cukup Vital Sign Tekanan Darah Nadi Suhu Pernafasan Status Lokalis No Pemeriksaan Oculus Dexter Oculus Sinister : 130/70 mmHg : 84x/menit : 36,0 0C : 24x/menitHematom subkonjunHifema totalis1 2 3 4Visus Gerakan Bola Mata Suprasilia Palpebra Superior : Ptosis Edema Hematom Hiperemi Entropion Ekstropion Silia1/300 Baik ke segala arah Normal>6/60 Baik ke segala arah Normal+ + Trikiasis ( - )Trikiasis ( - )5Palpebra Inferior : Ptosis Edema Hematom Hiperemi Entropion Ekstropion Silia + + Trikiasis ( - ) Trikiasis ( - )6Konjungtiva -+ Ekstravasasi Injeksi konjungtiva Injeksi siliar Epiphora Sekret Papil 7 Kornea Permukaan Edema Infiltrat Keratik presipitat Ulkus Sikatrik 8 COA Kedalaman Hifema Hipopion 9 Iris Kripte Edema 10 Pupil diameter reflek pupil sinekia 11 Lensa kejernihan iris shadow Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai Dalam + ( Totalis ) Keruh ( berwarna merah darah ) + + ---Jernih -Dangkal -Normal 3 mm +/+Keruh tidak merata+ 12 Corpus Vitreum kejernihan 13 Retina papil N II eksudat 14 15 TIO Fundus refleks Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai Palpasi Normal + Tidak bisa dinilai Palpasi Normal Agak suram Sulit dinilai Tidak bisa dinilai Sulit dinilaiDIAGNOSA BANDING : Oculus Dexter Trauma tumpul ( 2 ) konkusio : trauma tumpul pada mata yang masih reversibel, dapat sembuh dan normal kembali kontusio.: trauma tumpul yang biasanya menyebabkan kelainan vaskuler dan kelainan jaringan, robekan. Trauma tajam disingkirkan karena tidak terdapat rupture, tidak terdapat laserasi Trauma kimia disingkirkan karena tidak terdapat paparan terhadap bahan-bahan kimia. Trauma fisis disingkirkan karena tidak terdapat paparan terhadap radiasi. Oculus Sinister INSIPIEN kekeruhan Cairan Lensa Iris Bilik mata Normal Normal Ringan Normal IMATUR Sebagian Bertambah (air masuk) Terdorong Dangkal Normal Normal MATUR Seluruh Normal HIPERMATUR Masif Berkurang (air+lensa keluar) Tremulans Dalamdepan Sudut bilikNormalSempit positif glaukomaNormal Negatif -Terbuka Pseudopositif Uveitis+glaukomamata Shadow test negatif Penyulit -DIAGNOSA KERJA Oculus Dexter Trauma tumpul ( Contusio bulbi dengan hematom subkonjungtiva dan hifema totalis ) Oculus Sinister Katarak senilis imaturPEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan funduskopi Pemeriksaan USG mata Foto rontgent kepalaTERAPI Oculus Dexter Topikal : Topikal : R/ catarlent ED btl 1 S 3 dd gtt 1 Oral : R/ Neurodex No X Oculus SinisterR/ Vasocon ED btl I S 6 dd gtt 1 OD Oral : R/ Amoxan No XS 3 dd 1 R/ Flasminex tab No X S 3 dd 1 R/ Glaucon No X S 1-0-0 R/ KSR No X S 1-0-0 Sistemik : Infus RL 15 tpm Injeksi Kalnex 3x1S 0-0-1PROGNOSA Prognosis Quo ad visam Quo ad sanam Quo ad functionam Quo ad vitam Quo ad kosmetikam Oculus Dexter Dubia ad bonam Bonam Dubia ad bonam Bonam Dubia ad bonam Oculus Sinister Bonam Bonam Bonam Bonam BonamKOMPLIKASI Ulkus kornea Aberasi kornea Perdarahan sekunder Glaukoma sekunder Uveitis Imbibisio kornea ( hemosiderosis ) Iridoplegia pupil midriasis Dislokasi lensa Katarak traumatika Perdarahan korpus vitreum Edema retinaRuptura retina Robekan sklera Eksoftalmus protusio EDUKASIbulbi = proptosis Enoftalmus Kelainan gerakan mataPasien tidur dengan posisi kepala elevasi 30-45o . Kepala difiksasi dengan bantal pasir dikedua sisi, supaya tidak bergerak-gerak. Keadaan ini dipertahankan selama minimal 5 hari Lakukan parasintese jika : Tekanan intraokuler tidak turun dengan diamox Darah masih tetap terdapat didalam COA, pada hari 5-9 Untuk mengurangi hematom pada palpebra bisa diberikan kompres dingin, dan 24 jam kemudian dapat disusul dengan kompres hangat untuk mempercepat penyerapan, disamping koagulansiaTINJAUAN PUSTAKATRAUMA MATATrauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan mata. Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat ataumenimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata. Macam-macam trauma pada mata Trauma mekanik Trauma tumpul Trauma tajam Trauma fisik Trauma kimia TRAUMA MEKANIK Trauma Tumpul Trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan benda yang keras atau benda yang tidak keras, dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan keras atupun lambat. Hematoma Kelopak Merupakan pembengkakan atau penimbunan darah di bawah kulit kelopak akibat pecahnya pembuluh darah palpebra. Bila perdarahan terletak lebih dalam dan mengenai kedua kelopak (berbentuk kaca mata hitam), maka keadaan ini disebut hematoma kaca mata. Hematoma kaca mata merupakan keadaan sangat gawat, terjadi akibat pecahnya arteri oftalmika yang merupakan tanda fraktur basis kranii. Jika a. oftalmika maka darah akan masuk ke dalam kedua rongga orbita malalui fisura orbita. Darah tidak dapat menjalar lanjut karena dibatasi septum orbita kelopak mata sehingga terbentuk gambaran hitam pada kelopak mata. Pada hematom kelopak yang dini dapat diberikan kompres dingin untuk menghentikan perdarahan dan menghilangkan rasa sakit. Bila telah lama, untuk mempermudah absorbsi darah dapat dilakukan kompreshangat pada kelopak. Trauma Tumpul Konjungtiva Edema konjungtiva Jaringan konjungtiva yang bersifat selaput lendir dapat menjadi kemotik pada setiap kelainannya, demikian pula akibat trauma tumpul.Bila kelopak terpajan ke dunia luar dan konjungtiva secara langsung kena angin tanpa dapat mengedip, mengakibatkan edem pada konjungtiva. Kemotik konjungtiva yang berat dapat mengakibatkan palpebra tidak menutup sehingga bertambah rangsangan terhadap konjuntiva. Pada edema konjuntiva dapat diberikan dekongestan untuk mencegah pembendungan cairan di dalam selaput lendir konjungtiva. Pada kemotik konjuntiva berat dapat dilakukan disisi sehingga cairan konjungtiva kemotik keluar melalui insisi tersebut. Hematoma subkonjungtiva Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang terdapat pada atau di bawah konjungtiva, seperti arteri konjungtiva dan arteri episklera. Pecahnya pembuluh darah ini dapat akibat batuk rejan, trauma basis kranii (hematom kaca mata) atau pada keadaan pembuluh darah yang rentan dan mudah pecah (pada usia lanjut, hipertensi, arteriosklerose, konjuntivitis, dan anemia). Apabila perdarahan terjadi akibat trauma tumpul maka perlu dipastikan hematom konjungtiva menutupi keadaan mata yang lebih buruk seperti perforasi bola mata. Bila tekanan bola mata rendah dengan pupil lonjong disertai tajam penglihatan turun mencari kemungkinan adanya ruptur bulbus okuli. Pengobatan dini pada hematom subkonjungtiva adalah dengan kompres hangat. Perdarahan subkonjungtiva akan hilang atau diabsornsi dalam 1-2 minggu tanpa diobati. Trauma tumpul pada kornea Edema kornea Trauma tumpul yang keras atau cepat mengenai mata dapat mengakibatkan edema kornea atau bahkan ruptur membran descement. Edem kornea memberikan keluhan penglihatan kabur dan terlihtnya pelangi sekitar bola lampu atau sumber cahaya. Kornea akan terlihat dan hematom subkonjungtiva maka sebaiknya dilakukan eksplorasi bola mata untuk maka keadaan ini dapatkeruh dan uji plasido positif. Edema kornea yang berat dapat mengakibatkan masuknya serbukan sel radang dan neovaskularisasi ke dalam jaringan stroma kornea. Pengobatan yang diberikan adalah larutan hipertonik seperti NaCl 5% atau larutan garam hipertonik 2-8%, glukose 40% dan larutan albumin. Bila terdapat peninggian tekanan bola mata maka diberikan asetozolamida. Pengobatan untuk menghilangkan rasa sakit dan memperbaiki tajam penglihatan dengan lensa kontak lembek dan akibat kerja lensa kontak tersebut menekan kornea sehingga terjadi pengurangan edema kornea. Penyulit trauma kornea yang berat berupa kerusakan membran descement yang lama sehingga mengakibatkan keratopati bulosa yang akan memberikan keluhan rasa sakit dan menurunkan tajam penglihatan. Erosi kornea Merupakan keadaan terkelupasnya epitel kornea yang diakibatkan oleh gesekan keras pada epitel kornea. Erosi dapat terjadi tanpa cedera pada membran basal. Dalam waktu yang pendek epitel sekitarnya dapat bermigrasi dengan cepat dan menutupi defek epitel tersebut. Pada erosi kornea pasien akan merasa sakit akibat erosi merusak kornea yang mempunyai serat sensibel yang banyak, mata berair, dengan blefarospasme, lakrimasi, fotofobia dan penglihatan akan terganggu oleh media kornea yang keruh. Pada kornea akan terlihat adanya defek efitel kornea yang bila diberi fluorosein akan berwarna hijau. Anestesi topikal dapat diberikan untuk memeriksa tajam penglihatan dan menghilangkan rasasakit yang sangat. Anestesi topikal diberikan dengan hati-hati karena dapat menambah kerusakan epitel. Epitel yan terkelupas atau terlipat sebaiknya dilepas atau dikupas. Untuk mencegah terjadinya infeksi dapat diberikan antibiotika spektrum luas seperti neosporin, kloramfenikol dan sufasetamid tetes. Akibat rangsangan yang mengakibatkan spasme siliar maka dapat diberikan sikloplegik aksi-pendekseperti tropikamida. Untuk mengurangi rangsangan cahaya dan membuat rasa nyaman pada pasien, maka bisa diberikan bebat tekan pada pasien minimal 24 jam. Trauma tumpul uvea Iridoplegia Kelumpuhan otot sfingter pupil yang isa diakibatkan karena trauma tumpul pada uvea sehingga menyebabkan pupil menjadi lebar atau midriasis. Pasien akan sukar melihat dekat karena gangguan akomodasi dan merasakan silau karena gangguan pengaturan masuknya cahaya ke pupil. Pupil terlihat tidak sama besar atau anisokoria dan bentuk pupil dapat menjadi ireguler. Pupil biasanya tidak bereaksi terhadap sinar. Penanganan pada pasien dengan iridoplegia post trauma sebaiknya diberikan istirahat untuk mencegah terjadinnya kelelahan sfingter dan pemberian roboransia. Iridodialisis Trauma tumpul dapat mengakibatkan robekan pada pangkal iris sehingga bentuk pupil menjadi berubah. Pasien akann melihat ganda dengan satu matanya. Pada iridodialisis akan terlihat pupil lonjong. Biasanya iridodialisis terjadi bersama-sama dengan terbentuknya hifema. Bila terdapat keluhan demikian maka pada pasien sebaiknya dilakukan pembedahan dengan melakukan reposisi pangkal iris yang terlepas. Hifema Terjadi akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. Pasien akan mengeluh sakit, disertai dengan epifora dan blefarospasme. Penglihatan pasien akan sangat menurun. Bila pasien duduk hifema akan terlihat terkumpul di bagian bawah bilik mata depan dan dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan. Kadang-kadang terlihat iridoplegia dan iridodialisis.Pengobatan dengan merawat pasien dengan tidur di tempat tidur yang ditinggikan 300 pada kepala, diberi koagulansia dan mata ditutup. Asetazolamida diberikanbila terjadi penyulit glaukoma. Biasanya hifema akan hilang sempurna. Parasentesis atau mengeluarkan darah dari bilik mata depan dilakukan pada pasien dengan hifema bila terlihat tanda-tanda imbibisi kornea, glaukoma sekunder, hifema penuh dan berwana hitam atau bila setelah 5 hari tidak terlihat tanda-tanda hifema akan berkurang. Kadangkadang sesudah hifema hilang atau Iridosiklitis Pada trauma tumpul dapat terjadi reaksi jaringan uvea sehingga menimbulkan iridosiklitis / radang uvea anterior. Mata akan terlihat merah, akibat adanya darah di dalam bilik mata depan maka akan terdapat suar dan pupil yang mengecil dengan tajam penglihatan menurun. Pada uveitis anterior diberikan tetes midriatik (sebelum diberi tetes midriatik dilakukan pengukuran tekanan intra okular telebih dahulu) dan steroid topikal. Bila terlihat tanda radang berat maka dapat diberikan steroid sistemik. Trauma pada lensa Dislokasi lensa Terjadi karena putusnya zonula Zinn yang akan mengakibatkan kedudukan lensa terganggu. Subluksasi lensa Terjadi akibat putusnya sebagian zonula Zinn sehingga lensa berpindah tempat, dapat juga terjadi spontan akibat pasien menderita kelainan pada zonula Zinn yang rapuh (Sindrom Marphan). Pasien pasca trauma akan mengeluh penglihatan berkurang. Subluksasi lensa akan memberikan gambaran pada iris berupa iridonesis. Akibat pegangan lensa pada zonula tidak ada maka lensa yang elastis akan menjadi cembung dan mata akan menjadi lebih miopik.Lensa yang sangat cembung mendorong iris ke depan sehingga sudut bilik mata tertutup. Bila sudut bilik mata menjadi sempit mudah terjadi glaukoma sekunder. Luksasi lensa anterior Bila seluruh zonula Zinn di sekitar ekuator putus akibat trauma maka lensa dapat masuk ke dalam bilik mata depan, yang mengakibatkan gangguan aliran cairan yang keluar dari bilik mata sehingga akan timbul glaukoma kongestif akut dengan gejala-gejalanya. Pasien akan mengeluh penglihatan menurun mendadak, disertai rasa sakit, muntah, mata merah dengan blefarospasme. Terdapat injeksi siliar yang berat, edema kornea, lensa di dalam bilik mata depan. Iris terdorong ke belakang dengan pupil yang lebar. Tekanan bola mata sangat tinggi. Pada luksasi lensa anterior sebaiknya pasien secepatnya dikirim ke dokter mata untuk segera dikeluarkan lensanya dengan terlebih dahulu diberikan asetazolamida untuk menurunkan tekanan bola mata. Luksasi lensa posterior. Pada truma tumpul yang keras dapat terjadi luksasi lensa posterior akibat putusnya zonula Zinn di seluruh lingkaran ekuator lensa sehingga lensa jatuh ke dalam badan kaca dan tenggelam di dataran bawah polus posterior fundus okuli. Pasien akan mengeluh adanya skotoma pada lapang pandangnya. Mata ini akan menunjukkan gejala mata tanpa lensa / afakia. Pasien akan melihat normal dengan lensa + 12.0 dioptri untuk jarak jauh dan bilik mata depan dalam. Lensa yang terlalu lama berada pada polus posterior dapat menimbulkan penyulit akibat degenerasi lensa, berupa glaukoma fakolitik ataupun uveitis fakotoksik. Bila luksasi telah menimbulkan penyulit sebaiknya secepatnya dilakukan ekstraksi lensa. Katarak trauma Katarak akibat cedera pada mata dapat akibat trauma perforasiataupun tumpul terlihat sesudah beberapa hari ataupun tahun. Pada trauma tumpul akan terlihat katarak subkapsuler anterior ataupun posterior. Kontusio lensa menimbulkan katarak seperti bintang dan dapat pula dalam bentuk katarak tercetak (imprinting) yang disebut cincin vossius. Trauma tembus akan menimbulkan katarak yang lebih cepat, perforasi kecil akan menutup dengan cepat akibat proliferasi epitel sehingga bentuk kekeruhan terbatas kecil. Trauma tembus besar pada lensa akan mengakibatkan terbentuknya katarak dengan cepat disertai dengan terdapatnya masa lensa di dalam bilik mata depan. Pada keadaan ini akan terlihat secara histopatologik masa lensa yang akan bercampur makrofag dengan secepatnya, yang dapat memberikan bentuk endoftalmitis fakoanafilaktik. Pengobatan katarak traumatik tergantung pada saat kejadiannya. Bila terjadi katarak pada anak dipertimbangkan akan kemungkinan terjadinya ambliopia. Untuk mencegah terjadinya ambliopia pada anak dapat dipasang lensa intra okular primer atau sekunder. Pada katarak trauma apabila tidak terdapat penyulit maka dapat ditunggu sampai mata menjadi tenang. Bila terjadi penyulit seperti glaukoma, uveitis dan lain sebagainya maka segera dilakukan ekstraksi lensa. Cincin Vossius Pada trauma lensa dapat terlihat cincin Vossius yang merupakan cincin berpigmen yang terletak tepat di belakang pupil yang dapat terjadi segera setelah trauma, yang merupakan deposit pigmen iris pada dataran depan lensa sesudah suatu trauma, seperti suatu stempel jari. Trauma tumpul retina dan koroid Edema retina dan koroid Trauma tumpul pada retina dapat mengakibatkan edem retina, penglihatan akan sangat menurun. Edem retina akan memberikan warna retina yang lebih abu-abu akibat sukarnya melihat jaringan koroid melalui retina yang sembab. Berbeda dengan oklusi arteri retina sentraldimana terdapat edema retina kecuali daerah makula, sehingga pada keadaan ini akan terlihat cherry red spot yang berwarna merah. Pada trauma tumpul yang paling ditakutkan adalah terjadi edema makula atau edema Berlin. Pada keadaan ini akan terjadi edema yang luas sehingga seluruh polus posterior fundus okuli berwarna abu-abu. Umumnya penglihatan akan normal kembali setelah beberapa waktu, akan tetapi dapat juga penglihatan berkurang akibat tertimbunnya daerah makula oleh sel pigmen epitel. Ablasi retina Trauma diduga merupakan pencetus untuk terlepasnya retina dari koroid pada pendrita ablasi retina. Biasanya pasien telah mempunyai bakat untuk terjadinya ablasi retina, seperti retina tipis akibat retinitis sanata, miopia, dan proses degenerasi retina lainnya. Pada pasien akan terdapat keluhan seperti adanya selaput yang seperti tabir mengganggu lapang pandangannya. Bila terkena atau tertutup daerah makula maka tajam penglihatan akan menurun. Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat retina yang berwarna abu-abu dengan pembuluh darah yang terlihat terangkat dan berkelokkelok. Kadang-kadang terlihat pembuluh darah seperti yang terputusputus. Pada pasien dengan ablasi retina maka secepatnya dirawat untuk dilakukan pembedahan. Trauma koroid Pada trauma keras dapat terjadi perdarahan subretina yang dapat merupakan akibat ruptur koroid. Ruptur ini biasanya terletak di polus posterior bola mata dan melingkar konsentris di sekitar papil saraf optik. Bila ruptur koroid mengenai daerah makula lutea maka tajam penglihatan akan turun. Ruptur ini bila tertutup oleh perdarah subretina agak sukar dilihat akan tetapi bila darah tersebut telah diabsorbsi maka akan terlihat bagian ruptur berwarna putih karena sklera dapat dilihat langsung tanpa tertutup koroid. Trauma tumpul saraf optikAvulsi papil saraf optik Pada trauma tumpul dapat terjadi saraf optik terlepas dari pangkalnya di dalam bola mata yang disebut sebagai avulsi papil saraf optik. Keadaan ini akan mengakibatkan turunnya tajam penglihatan yang berat dan sering berakhir dengan kebutaan. Penderita ini perlu dirujuk untuk dinilai kelainan fungsi retina dan saraf optiknya. Optik neuropati traumatik Trauma tumpul dapat mengakibatkan kompresi pada saraf optik, demikian pula perdarahan dan edema sekitar saraf optik. Penglihatan akan berkurang setelah cidera mata. Terdapat reaksi defek aferen pupil tanpa adanya kelainan nyata pada retina. Tanda lain yang dapat ditemukan adalah gangguan penglihatan warna dan lapangan pandang. Papil syaraf optik dapat normal beberapa minggu sebelum menjadi pucat. Diagnosis banding penglihatan turun setelah sebuah cidera mata adalah trauma retina, peredarahan badan kaca, trauma yang mengakibatkan kerusakan pada kiasam optik. Pengobatan adalah dengan merawat pasien pada waktu akut dengan memberi steroid. Bila penglihatan memburuk setelah steroid maka perlu dipertimbangkan untuk pembedahan. Trauma Tajam Trauma tembus pada mata dapat diakibatkan oleh benda tajam atau benda asing lainya yangmengakibatkan terjadinya robekan jaringan-jarinagan mata secara berurutan, misalnya mulai daripalpebra,kornea, uvea sampai mengenai lensa. Gambaran klinis Bila trauma yang disebabkan benda tajam atau benda asing lainya masuk kedalam bola mata maka akan mengakibatkan tanda-tanda bola mata tembus seperti : Tajam penglihatan yang menurunTekanan bola mata yang rendah Bilik mata dangkal Bentuk dan letak pupil yang berubah Terlihat adanya ruptur pada kornea atau sclera Terdapat jaringan yang prolaps, seperti cairan mata, iris, lensa, badan kaca atau retina Konjungtivis kemotis Penatalaksanaan Bila terlihat salah satu atau beberapa tanda diatas maka dicurigai adanya trauma tembus bolamata maka secepatnya dilakukan pemberian antibiotika topikal dan mata ditutup tetapi jangan terlalu kencang dan segera dikirim ke dokter mata untuk dilakukan pembedahan dan penanganan lebih lanjut. Pembuatan foto bisa dilakukan untuk melihat adanya benda asing dalam bola mata. Benda asing yang bersifat magnetik dapat dikeluarkan dengan magnet raksasa, dan benda asing yang tidak bersifat magnetik dapat dikeluarkan dengan vitrektomi. Komplikasi Adanya benda asing intraokuler dapat mengakibatkan endoftalmitis, panoftalmitis, ablasi retina,perdarahn intraokuler dan ptisis bulbi. TRAUMA FISIS Trauma Sinar Inframerah Sinar inframerah dapat mengakibatkan kerusakan pada lensa, iris dan kapsul disekitar lensa. Hal ini terjadi karena sinar yang terkumpul dan ditanglap oleh mata selama satu menit tanpa henti akan menagkibatkan pupil melebar dan terjadi kenaikan suhu lensa sebanyak 9 derajat selsius,sehingga mengakibatkan katarak dan eksfoliasi pada kapsul lensa. Sinar inframerah yang sering didapatkan adalah dari sinar matahari dan dari tempat pekerjaan pemanggangan. Gambaran klinis Seseorang yang sering terpejan dengan sinar ini dapat terkenakeratitis superfisial, katarak kortikal anterior posterior dan koagulasi pada koroid. Biasanya terjadi penurunan tajam penglihatan, penglihatan kabur dan mata terasa panas. Penatalaksanaan Tidak ada pengobatan terhadap akibat buruk yang telah terjadi, kecuali mencegah sering terpapar oleh sinar infra merah ini. Pemberian steroid sistemik dimaksudkan untuk mencegahterbentuknya jaringn parut pada makula dan untuk mengurangi gejala radang yang timbul. Trauma Sinar Ultra Violet Ultra violet merupakan sinar gelombang pendek yang tidak terlihat, mempunyai panjanggelombang antara 350 295 nM. Sinar ultra violet banyak dipakai pada saat bekerja las dan menatap sinar matahari. Sinar ultra violet akan segera merusak sel epitel kornea, kerusakan ini akan segera baik kembali setelah beberapa waktu dan tidak memberikan gangguan tajam penglihatan yang menetap. Gambaran klinis Biasanya pasien akan memberikan keluhan 4 6 jam post trauma, pasien akan merasakan mata sangat sakit, terasa seperti ada pasir, fotofobia, blefarospasme dan konjungtiva kemotik. Korne akan menunjukan adanya infiltrat pada permukaanyayang kadang-kadang disetai dengan kornea yang keruh. Pupil akan terlihat miosis. Penatalaksanaan Pengobatan yang diberikan adalah sikloplegia, antibiotika lokal, analgetika dan mata ditutupselama 2 3 hari. Biasanya sembuh setelah 48 jam. Trauma Sinar Ionisasi dan Sinar X Sinar Ionisasi dibedakan dalam bentuk : Sinar alfa yang dapat diabaikan Sinar beta yang dapat menembus 1 cm jaringan Sinar gamma Sinar XGambaran Klinis Sinar ionisasi dan sinar X dapat mengakibatkan kerusakan pada kornea yang dapat bersifat permanen. Katarak akibat pemecahan sel epitel yang tidak normal dan rusaknya retina dengangambarandilatasi kapiler, perdarahan, mikroaneuris mata dan eksudat. Atrofi sel goblet pada konjungtiva juga dapat terjadi dan mengganggu fungsi air mata. Penatalaksanaan Pengobatan yang diberikan adalah antibiotika topikal, steroid sistemik dan sikloplegik.Bila terjadi simblefaron pada konjungtiva dilakukan tindakan pembedahan. TRAUMA KIMIA Trauma Kimia dapat terjadi pada kecelakaan yang terjadi di laboratorium, industri, pekerjaan yang memakai bahan kimia, pekerjaan pertanian dan peperangan yang memakai bahan kimia. Taruma kimia pada mata memerlukan tindakan segera, irigasi pada daerah mata yang terkena bahan kimia harus segera dilakukan untuk mencegah terjadinya penyulit yang berat. Pembilasan dapat dilakukan dengan memakai garam fisiologik atau air bersih lainya selama 15 30 menit Trauma Asam Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi pengendapan ataupun penggumpalan bahan protein permukaan. Biasanya akan terjadi kerusakan pada bagian superfisisal saja, tetapi bahan asam kuat dapat bereaksi yang mengakibatkan trauma menjadi lebih dalam. Gambaran klinis Pasien akan merasakan mata terasa pedih, seperti kering, seperti ada pasir dan ketajaman matabiasanya menurun. Penatalaksanaan Pengobatan dilakukan dengan irigasi jaringan yang terkena secaraperlahan-lahan dan selamamungkin dengan air bersih atau garam fisiologik minimal selama 15 menit.Antibiotika topikal untuk mencegah infeksiSikloplegik bila terjadi ulkus kornea atau kerusakan lebih dalam. EDTA bisa diberikan satu minggu post trauma. Prognosis Baik bila konsentrasi asam tidak nterlalu tinggi dan hanya terjadi kerusakan superfisisal saja. Trauma Basa Trauma basa pada mata akan memberikan reaksi yang gawat pada mata. Alkali dengan mudah dan cepat dapat menembus jaringan kornea, bilik mata depan dan bagian retina. Hal ini terjadi akibat terjadinya penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan kimia basa bersifat koagulasi seldan terjadi proses persabunan disertai dangan dehidrasi.Menurut klasifikasi Thoft maka trauma basa dapat dibedakan menjadi : Derajat 1: heperimi konjungtiva diikuti dengan keratitis pungtata. Derajat 2: hiperemi konjungtiva dengan disertai hilangnya epitel kornea. Derajat 3: hiperemi disertai dengan nekrosis konjungtiva dan lepasnya epitel kornea. Derajat 4: Konjungtiva perilimal nekrosis sebanyak 50 %. Menurut klasifikasi Hughes maka trauma mata diklasifikasikan menjadi: Ringan Terdapat erosi epitel dan kekeruhan ringan kornea, tidak terdapat iskemi dan nekrosis kornea atau konjungtiva dan memiliki prognosis baik. Sedang Terdapat kekeruhan kornea sehingga sukar melihat iris dan pupil secaradetail, terdapat nekrosis dan iskemi ringan konjungtiva dan kornea dan prognosis sedang. Berat Terdapat kekeruhan kornea, sehingga pupil tidak dapat dilihat; terdapat iskemia konjungtiva dan sklera, sehingga tampak pucat dan prognosis buruk Gambaran klinis Pasien akan merasakan mata terasa pedih, seperti kering, seperti ada pasir dan ketajaman matabiasanya menurun. Pengujian dengan kertas lakmus saat pertama kali datang adalah menunjukan suasana alkalis. Penatalaksanaan Tindakan yang dilakukan adalah dengan irigasi dengan garam fisiologik sekitar 60 menit segera setelah trauma. Penderita diberikan sikloplegia, antibiotika, EDTA diberikan segera setelah trauma 1 tetes tiap 5 menit selama 2 jam dengan maksud untuk mengikat sisa basa dan untuk menetralisir kolagenase yang terbentuk pada hari ketujuh post trauma. Diberikan antibiotik lokal untuk mencegah infeksi. Analgetik dan anestesik topikal dapat diberikan untuk mengurangi rasa nyeri. Komplikasi Penyulit yang dapat timbul adalah simblefaron, kekeruhan kornea, katarak disertai denganterjadinya ptisis bola mata.Pencegahan Trauma mata dapat dicegah dengan menghindarkan terjadinya trauma seperti: Diperlukan perlindungan pekerja untuk menghindarkan terjadinya trauma tajam akabiat alat pekerjaannya Setiap pekerja yang bekerja di tempat bahan kimia sebaiknya mengerti bahan kimiaapa yang dipakainya, asam atau basa. Pada pekerja las sebaiknya melindungi matanya dari sinar dan percikan las. Awasi anak yang sedang bermain yang mungkin berbahaya untuk matanya. Pada olah ragawan seperti tinju ataupun bela diri lainya, harus melindungi bagian matanya dan daerah sekitarnya dengan alat pelindung.DAFTAR PUSTAKA Asbury, Vaughan. Glaukoma. Dalam : Oftalmologi Umum. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran ECG; 2010. Ilyas S. Glaukoma. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2007.