Case
-
Upload
nainazahra -
Category
Documents
-
view
221 -
download
0
description
Transcript of Case
1
BAB I
STATUS PENDERITA NEUROLOGI
I. IDENTIFIKASI
Nama : Ny. Rohana Hasan
Umur :
Jenis Kelamin : Wanita
Alamat : Desa Tanjung Kepayang Pangkalan Balai
Agama : Islam
MRS Tanggal : 2 Febuari 2015
II.ANAMNESIS
Penderita dirawat di bagian neurologi RSMH dikarenakan mengalami
sakit kepala kronik.
Sejak + 1 tahun SMRS penderita mengalami sakit kepala, sakit dirasakan
dibagian belakang kepala, terus menerus, kelemahan sesisi tubuh sebelah
kanan (+), mulut mengot (+), bicara pelo (-), kejang (-), penurunan kesadaran
(-). Penderita masih dapat mengungkapkan isi pikirannya secara lisan, tulisan
dan isyarat, mual (-),muntah (-).
Riwayat Hipertensi tidak ada. Riwayat Diabetes Melitus tidak ada.
Riwayat penyakit jantung tidak ada. Riwayat stroke tidak ada. Riwayat trauma
kepala tidak ada. Riwayat demam tidak ada. Riwayat Kanker Paru (+) sejak
tahun 2013 mulai dilakukan kemoterapi sejak Juli 2013 dan terakhir bulan
November 2014.
Penyakit seperti ini diderita untuk pertama kalinya.
III. PEMERIKSAAN
Status Internus
Kesadaran : GCS = 15 (E4M6V5)
Suhu Badan : 37,3º C
2
Nadi : 88 kali/menit
Pernapasan : 22 kali/menit
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Jantung : HR = 88 kali/menit, murmur (-), gallop (-)
Paru-paru : Vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Abdomen : Datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba membesar, bising
usus normal
Anggota Gerak : Lihat status neurologikus
Genitalia : Tidak diperiksa
Status Psikiatrikus
Sikap : kooperatif Ekspresi Muka : wajar
Perhatian : ada Kontak Psikik : ada
Status Neurologikus
KEPALA
Bentuk : Normochepali Deformitas : (-)
Ukuran : normal Fraktur : (-)
Simetris : simetris Nyeri fraktur : (-)
Hematom : (-) Pembuluh darah : tidak ada pelebaran
Tumor : (-) Pulsasi : (-)
LEHER
Sikap : lurus Deformitas : (-)
Torticolis : (-) Tumor : (-)
Kaku kuduk: (-) Pembuluh darah : tidak ada pelebaran
SYARAF-SYARAF OTAK
N. Olfaktorius Kanan Kiri
Penciuman
Anosmia
Tidak ada kelainan
-
Tidak ada kelainan
-
3
Hiposmia
Parosmia
-
-
-
-
N. O ptiku s Kanan Kiri
Visus
Campus visi
Anopsia
Hemianopsia
Fundus Oculi
- Papil edema
- Papil atrofi
- Perdarahan retina
6/6
V.O.D
-
-
-
-
-
-
6/6
V.O.S
-
-
-
-
-
-
N. Occulomotorius, Trochlearis, & Abducens Kanan Kiri
Diplopia
Celah mata
Ptosis
Sikap bola mata
- Strabismus
- Exophtalmus
- Enophtalmus
- Deviation conjugae
Gerakan bola mata
Pupil
-
-
-
-
-
-
-
Belum dapat
dinilai
-
-
-
-
-
-
-
Belum dapat
dinilai
4
- Bentuk
- Diameter
- Isokor/anisokor
- Midriasis/miosis
- Refleks cahaya
Langsung
Konsensuil
Akomodasi
- Argyl Robertson
Bulat
3 mm
Isokor
-
+
+
+
-
Bulat
3 mm
Isokor
-
+
+
+
-
N. Trigeminus Kanan Kiri
Motorik
- Menggigit
- Trismus
- Refleks kornea
Sensorik
- Dahi
- Pipi
- Dagu
Belum dapat dinilai
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Belum dapat dinilai
Belum dapat dinilai
Belum dapat dinilai
Belum dapat dinilai
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Belum dapat dinilai
Belum dapat dinilai
Belum dapat dinilai
N. Fasialis Kanan Kiri
Motorik
- Mengerutkan dahi
- Menutup mata
- Menunjukkan gigi
- Lipatan nasolabialis
- Bentuk muka
Sensorik
- 2/3 depan lidah
- Otonom
Belum dapat dinilai
Tidak ada kelainan
Simetris
Belum dapat dinilai
Tidak ada kelainan
Belum dapat dinilai
Lipatan nasolabialis kiri agak datar
5
Salivasi
Lakrimasi
Chvostek’s sign
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
-
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
-
N . Cochlearis Kanan Kiri
Suara bisikan
Detik arloji
Tes Weber
Tes Rinne
Belum dapat dinilai
-
-
-
N. Vestibularis Kanan Kiri
Nistagmus
Vertigo
Belum dapat dinilai
Belum dapat dinilai
Belum dapat dinilai
Belum dapat dinilai
N. Glossopharingeus dan N. Vagus Kanan Kiri
Arcus pharingeus
Uvula
Gangguan menelan
Suara serak/sengau
Denyut jantung
Refleks
- Muntah
- Batuk
- Okulokardiak
- Sinus karotikus
Sensorik
- 1/3 belakang lidah
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Belum dapat dinilai
Belum dapat dinilai
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
6
N. Accessoriu s Kanan Kiri
Mengangkat bahu
Memutar kepala
Belum dapat dinilai
Belum dapat dinilai
N. Hypoglossus Kanan Kiri
Menjulurkan lidah
Fasikulasi
Atrofi papil
Disatria
-
-
-
-
MOTORIK
LENGAN Kanan Kiri
Gerakan
Kekuatan
Tonus
Refleks fisiologis
- Biceps
- Triceps
- Radius
- Ulnaris
Refleks patologis
- Hoffman Tromner
- Leri
- Meyer
Trofi
Lateralisasi ke kiri
Lateralisasi ke kiri
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
-
-
-
-
Lateralisasi ke kiri
Lateralisasi ke kiri
Menurun
Menurun
Menurun
Menurun
Menurun
-
-
-
-
TUNGKAI Kanan Kiri
Gerakan
Kekuatan
Tonus
Lateralisasi ke kiri
Lateralisasi ke kiri
Normal
Lateralisasi ke kiri
Lateralisasi ke kiri
Menurun
Belum dapat dinilai
-
7
Klonus
- Paha
- Kaki
Refleks fisiologis
- KPR
- APR
Refleks patologis
- Babinsky
- Chaddock
- Oppenheim
- Gordon
- Schaeffer
- Rossolimo
-
-
Normal
Normal
-
-
-
-
-
-
-
-
Menurun
Menurun
-
-
-
-
-
-
Refleks kulit perut
- Atas tidak ada kelainan
- Tengah tidak ada kelainan
- Bawah tidak ada kelainan
Refleks cremaster tidak ada kelainan
Trofik tidak ada kelainan
SENSORIK tidak ada kelainan
FUNGSI VEGETATIF
Miksi : Terpasang kateter
Defekasi : Tidak ada kelainan
KOLUMNA VERTEBRALIS
Kyphosis : (-)
Lordosis : (-)
Gibbus : (-)
8
Deformitas : (-)
Tumor : (-)
Meningocele : (-)
Hematoma : (-)
Nyeri ketok : (-)
GEJALA RANGSANG MENINGEAL
Kaku kuduk : (-)
Kerniq : (-)
Lasseque : (-)
Brudzinsky
- Neck : (-)
- Cheek : (-)
- Symphisis : (-)
- Leg I : (-)
- Leg II : (-)
GAIT DAN KESEIMBANGAN
Gait Keseimbangan dan Koordinasi
Ataxia : belum dapat dinilai Romberg : belum dapat dinilai
Hemiplegic : belum dapat dinilai Dysmetri : belum dapat dinilai
Scissor : belum dapat dinilai - jari-jari : belum dapat dinilai
Propulsion : belum dapat dinilai - jari hidung : belum dapat dinilai
Histeric : belum dapat dinilai - tumit-tumit : belum dapat dinilai
Limping : belum dapat dinilai Rebound phenomen : belum dapat dinilai
Steppage : belum dapat dinilai Dysdiadochokinesis : belum dapat dinilai
Astasia-Abasia : belum dapat dinilai Trunk Ataxia : belum dapat dinilai
Limb Ataxia : belum dapat dinilai
GERAKAN ABNORMAL
Tremor : (-)
Chorea : (-)
Athetosis : (-)
9
Ballismus : (-)
Dystoni : (-)
Myocloni : (-)
FUNGSI LUHUR
Afasiamotorik : Belum dapat dinilai
Afasiasensorik : Belum dapat dinilai
Apraksia : Belum dapat dinilai
Agrafia : Belum dapat dinilai
Alexia : Belum dapat dinilai
Afasia nominal : Belum dapat dinilai
LABORATORIUM
DARAH
Hb : 12,2 g/dl
Eritrosit : 4,28x106/mm3
Leukosit : 15.700 /mm3
Diff Count : 0/1/0/85/7/7
Trombosit : 371.000/mm3
Hematokrit : 36vol%
Ureum : 31mg/dl
Kreatinin : 0,81 mg/dl
BSS : 112
Natrium : 153 mEq/L
Kalsium : 9,1 mg/dL
Magnesium : 2,54 mEq/L
Kalium : 3,5 mEq/L
Clorida : 115 mmol/L
PEMERIKSAAN KHUSUS
Rontgen thoraks PA
Inspirasi cukup.CTR baik. Jantung normal.Trakea di tengah. Mediastinum superior tidak melebar.Kedua hilus tidak menebal.Corakan bronkovaskuler tidak meningkat.
10
CT Scan Kepala
IV. DIAGNOSIS BANDING
1. Abses serebri2. Subdural hematom3. Tuberkuloma4. Pseudotumor serebri
V. DIAGNOSIS
DIAGNOSIS KLINIK :
Inspirasi cukup.CTR baik. Jantung normal.Trakea di tengah. Mediastinum superior tidak melebar.Kedua hilus tidak menebal.Corakan bronkovaskuler tidak meningkat.
.Kesan: Curiga kista di ventrikel 3 disertai hydrocephalus obstruktif
11
1. Obs. Penurunan kesadaran
2. Hemiparese Sinistra Flaksid
3. Parese N.VII sinistra tipe sentral
DIAGNOSIS TOPIK : Ventrikel
DIAGNOSIS ETIOLOGI: Susp. Kista (SOL) Intrakranial
VI. PENGOBATAN
- IVFD NaCl 0,9% gtt xx/menit makro
- Inj. Ozid 1x40 gr (IV)
- Inj. Dexametason 4x5 mg (IV)
- Glaucon 3x500 mg (PO)
- Amlodipin 1x10 mg (PO)
VII. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : dubia ad malam
Quo ad Functionam : dubia ad malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Space Occupying Lesion (SOL)
2.1.1 Definisi
12
Tumor otak dalam pengertian umum berarti benjolan, dalam
istilah radiologisnya disebut lesi desak ruang/ Space Occupying
Lesion (SOL). Neoplasma sistem saraf pusat umumnya menyebabkan
suatu evaluasi progresif disfungsi neurologis. Gejala yang disebabkan
tumor yang pertumbuhannya lambat akan memberikan gejala yang
perlahan munculnya, sedangkan tumor yang terletak pada posisi yang
vital akan memberikan gejala yang muncul dengan cepat.1 Sekitar
10% dari semua proses neoplasma di seluruh tubuh ditemukan pada
susunan saraf dan selaputnya, 8% berlokasi di ruang intrakranial dan
2% di ruang kanalis spinalis. Proses neoplasma di susunan saraf
mencakup dua tipe, yaitu: 2
a. Tumor primer, yaitu tumor yang berasal dari jaringan otak sendiri
yang cenderung berkembang ditempat-tempat tertentu. Seperti
ependimoma yang berlokasi di dekat dinding ventrikel atau
kanalis sentralis medulla spinalis, glioblastoma multiforme
kebanyakan ditemukan dilobus parietal, oligodendroma di lobus
frontalis dan spongioblastoma di korpus kalosum atau pons.
b. Tumor sekunder, yaitu tumor yang berasal dari metastasis
karsinoma yang berasal dari bagian tubuh lain. Yang paling sering
ditemukan adalah metastasis karsinoma bronkus dan prostat pada
pria serta karsinoma mammae pada wanita.
2.1.2 Epidemiologi
Saat ini, tiap tahun diperkirakan terdapat 540.000 kematian
akibat kanker di Amerika Serikat. Dimana sejumlah pasien yang
meninggal akibat tumor otak primer secara komparatif lebih kecil
(sekitar 18.000, setengah dari keganasan glioma) tetapi secara kasar
130.000 pasien lain meninggal akibat metastase. Sekitar 25% pasien
dengan kanker, otak dan yang melapisinya terkena neoplasma dan
kadang-kadang merupakan perjalanan penyakitnya. Sebagai
perbandingan, terdapat 200.000 kasus kanker payudara baru pertahun.
13
Sejumlah kasus kematian pada penyakit intrakranial selain tumor otak
adalah akibat stroke. Secara berlawanan, pada anak-anak, tumor otak
primer tersering diakibatkan oleh tumor padat dan menggambarkan
22% dari seluruh neoplasma pada masa anak-anak, peringkat kedua
adalah leukemia. Pada perspektif lain, di Amerika Serikat insiden
tumor otak pertahun adalah 46 per 100.000 dan 15 per 100.000 dari
tumor otak primer.
Tabel 1 Neoplasma intrakranial dan Penyakit-penyakit paraneoplastik2
Tumor Persentase total
Glioma
- Glioblastoma multiforme
- Astrositoma
- Ependimoma
- Meduloblastoma
- Oligodendroglioma
20
10
6
4
5
Meningioma 15
Pituitary adenoma 7
Neurinoma 7
Karsinoma metastasis 6
Kraniofaringioma, dermoid, epidermoid, teratoma 4
Angioma 4
Sarkoma 4
Tak dapat diklasifikasikan (terutama glioma) 5
Miscellaneous (Pinealoma, kordoma, granuloma,
limfoma
3
Total 100
2.1.3 Klasifikasi
Berdasarkan kebanyakan tumor patologi anatomi, tumor sistem
saraf pusat dibagi:1
1. Tumor Jaringan Otak
14
2. Tumor Jaringan Mesenkim
3. Tumor Selaput Otak
4. Tumor dari cacat perkembangan
5. Tumor Kelenjar Pineal
6. Tumor Medula Spinalis
7. Tumor Otak Metastatik
2.1.4 Gejala Klinis
Gejala klinis tumor intrakranial dibagi atas 3 kategori, yaitu
gejala umum, gejala lokal dan gejala lokal yang tidak sesuai dengan
lokasi tumor.
a. Gejala Umum
Gejala umum timbul akibat peningkatan tekanan intrakranial atau
proses difus dari tumor tersebut. Tumor ganas menyebabkan
gejala yang lebih progresif daripada tumor jinak. Tumor pada
lobus temporal depan dan frontal dapat berkembang menjadi
tumor dengan ukuran yang sangat besar tanpa menyebabkan
defisit neurologis dan pada mulanya hanya memberikan gejala-
gejala yang umum. Tumor pada fossa posterior atau pada lobus
parietal dan oksipital lebih sering memberikan gejala fokal dahulu
baru kemudian memberikan gejala umum. Terdapat 4 gejala klinis
umum yang berkaitan dengan tumor otak, yaitu perubahan status
mental, nyeri kepala, muntah, dan kejang. 2
Perubahan status mental
Gejala dini dapat samar. Ketidakmampuan pelaksanaan tugas
sehari-hari, lekas marah, emosi yang labil, inersia mental,
gangguan konsentrasi, bahkan psikosis.2 Fungsi kognitif
merupakan keluhan yang sering disampaikan oleh pasien
kanker dengan berbagai bentuk, mulai dari disfungsi memori
ringan dan kesulitan berkonsentrasi hinggga disorientasi,
halusinasi, atau letargi.3
15
Nyeri kepala
Nyeri kepala merupakan gejala dini tumor intrakranial pada
kira-kira 20% penderita. Sifat nyeri kepalanya berdenyut-
denyut atau rasa penuh di kepala seolah-olah mau meledak.2
Awalnya nyeri dapat ringan, tumpul dan episodik, kemudian
bertambah berat, tumpul atau tajam dan juga intermiten. Nyeri
juga dapat disebabkan efek samping dari obat kemoterapi.
Nyeri ini lebih hebat pada pagi hari dan dapat diperberat oleh
batuk, mengejan, memiringkan kepala atau aktifitas fisik.3
Lokasi nyeri yang unilateral dapat sesuai dengan lokasi
tumornya sendri. Tumor di fossa kranii posterior biasanya
menyebabkan nyeri kepala retroaurikuler ipsilateral. Tumor di
supratentorial menyebabkan nyeri kepala pada sisi tumor, di
frontal orbita, temporal atau parietal.2
Muntah
Muntah ini juga sering timbul pada pagi hari dan tidak
berhubungan dengan makanan. Dimana muntah ini khas yaitu
proyektil dan tidak didahului oleh mual. Keadaan ini lebih
sering dijumpai pada tumor di fossa posterior.2
Kejang
Kejang fokal merupakan manifestasi lain yang biasa
ditemukan pada 14-15% penderita tumor otak.3 20-50% pasien
tumor otak menunjukan gejala kejang. Kejang yang timbul
pertama kali pada usia dewasa mengindikasikan adanya tumor
di otak. Kejang berkaitan tumor otak ini awalnya berupa
kejang fokal (menandakan adanya kerusakan fokal serebri)
seperti pada meningioma, kemudian dapat menjadi kejang
umum yang terutama merupakan manifestasi dari glioblastoma
multiforme.2 Kejang biasanya paroxysmal, akibat defek
neurologis pada korteks serebri. Kejang parsial akibat
penekanan area fokal pada otak dan menifestasi pada lokal
16
ekstrimitas tersebut, sedangkan kejang umum terjadi jika
tumor luas pada kedua hemisfer serebri.3
Edema Papil
Gejala umum yang tidak berlangsung lama pada tumor otak,
sebab dengan teknik neuroimaging tumor dapat segera
dideteksi. Edema papil pada awalnya tidak menimbulkan
gejala hilangnya kemampuan untuk melihat, tetapi edema papil
yang berkelanjutan dapat menyebabkan perluasan bintik buta,
penyempitan lapangan pandang perifer dan menyebabkan
penglihatan kabur yang tidak menetap.4
b. Gejala Lokal
Manifestasi lokal terjadi pada tumor yang menyebabkan
destruksi parenkim, infark atau edema. Juga akibat pelepasan
faktor-faktor ke daerah sekitar tumor (contohnya : peroksidase, ion
hydrogen, enzim proteolitik dan sitokin), semuanya dapat
menyebabkan disfungsi fokal yang reversibel.3,4
Tumor Lobus Frontal
Tumor lobus frontal menyebabkan terjadinya kejang umum
yang diikuti paralisis pos-iktal. Meningioma kompleks atau
parasagital dan glioma frontal khusus berkaitan dengan kejang.
Tanda lokal tumor frontal antara lain disartri, kelumpuhan
kontralateral, dan afasia jika hemisfer dominant dipengaruhi.
Anosmia unilateral menunjukkan adanya tumor bulbus
olfaktorius. 3,4
Tumor Lobus Temporalis
Gejala tumor lobus temporalis antara lain disfungsi traktus
kortikospinal kontralateral, defisit lapangan pandang
homonim, perubahan kepribadian, disfungsi memori dan
kejang parsial kompleks. Tumor hemisfer dominan
menyebabkan afasia, gangguan sensoris dan berkurangnya
17
konsentrasi yang merupakan gejala utama tumor lobus parietal.
Adapun gejala yang lain diantaranya disfungsi traktus
kortikospinal kontralateral, hemianopsia/ quadrianopsia
inferior homonim kontralateral dan simple motor atau kejang
sensoris. 3,4
Tumor Lobus Oksipital
Tumor lobus oksipital sering menyebabkan hemianopsia
homonym yang kongruen. Kejang fokal lobus oksipital sering
ditandai dengan persepsi kontralateral episodic terhadap
cahaya senter, warna atau pada bentuk geometri. 3,4
Tumor pada Ventrikel Tiga dan Regio Pineal
Tumor di dalam atau yang dekat dengan ventrikel tiga
menghambat ventrikel atau aquaduktus dan menyebabkan
hidrosepalus. Perubahan posisi dapat meningkatkan tekanan
ventrikel sehingga terjadi sakit kepala berat pada daerah frontal
dan verteks, muntah dan kadang-kadang pingsan. Hal ini juga
menyebabkan gangguan ingatan, diabetes insipidus, amenorea,
galaktorea dan gangguan pengecapan dan pengaturan suhu. 3,4
Tumor Batang Otak
Terutama ditandai oleh disfungsi saraf kranialis, defek
lapangan pandang, nistagmus, ataksia dan kelemahan
ekstremitas. Kompresi pada ventrikel empat menyebabkan
hidrosepalus obstruktif dan menimbulkan gejala-gejala
umum.3,4
Tumor Serebellar
Muntah berulang dan sakit kepala di bagian oksiput merupakan
gejala yang sering ditemukan pada tumor serebellar. Pusing,
vertigo dan nistagmus mungkin menonjol. 3,4
c. Gejala yang tidak sesuai dengan lokasi tumor
18
Lesi pada salah satu kompartemen otak dapat menginduksi
pergeseran dan kompresi di bagian otak yang jauh dari lesi primer.
Tumor otak yang menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial
dapat menghasilkan false localizing signs atau gejala lokal yang
menyesatkan.5 Suatu tumor intrakranial dapat menimbulkan
manifestasi yang tidak sesuai dengan fungsi area yang
ditempatinya. Tanda tersebut adalah:5
Kelumpuhan saraf otak. Karena desakan tumor, saraf dapat
tertarik atau tertekan. Desakan itu tidak harus langsung
terhadap saraf otak. Saraf yang sering terkena tidak langsung
adalah saraf III, IV, dan IV.
Refleks patologis yang positif pada kedua sisi, dapat
ditemukan pada tumor yang terdapat di dalam salah satu
hemisferium saja.
Gangguan mental
Gangguan endokrin dapat juga timbul proses desak ruang di
daerah hipofise.
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang
Tumor otak dapat dideteksi dengan CT-scan atau MRI.
Pilihannya tergantung ketersediaan fasilitas pada masing-masing
rumah sakit. CT-scan lebih murah dibanding MRI, umumnya tersedia
di rumah sakit dan bila menggunakan kontras dapat mendeteksi
mayoritas tumor otak. MRI lebih khusus untuk mendeteksi tumor
dengan ukuran kecil, tumor di dasar tulang tengkorak dan di fossa
posterior. Selain itu MRI juga dapat membantu ahli bedah untuk
merencanakan pembedahan karena memperlihatkan tumor pada
sejumlah bidang.3
2.1.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien dengan SOL meliputi: 2,3
19
a. Simptomatik
Antikonvulsi
Mengontrol epilepsi merupakan bagian penting dari
tatalaksana pasien dengan tumor otak.
Edema serebri
Jika pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial dan
gambaran radiologi memperlihatkan adanya edema serebri,
maka dexametason dapat digunakan dengan keuntungan yang
signifikan. Rasa tidak menyenangkan pada pasien akan
dikurangi dan kadang-kadang juga berbahaya, gejala dan tanda
status intrakranial ini akan lebih aman bila intervensi bedah
saraf akan diambil.
b. Etiologik (pembedahan)
Complete removal
Meningioma dan tumor-tumor kelenjar tidak mempan dengan
terapi medis, neuroma akustik dan beberapa metastase padat di
berbagai regio otak dapat diangkat total. Terkadang, operasi
berlangsung lama dan sulit jika tumor jinak tersebut relatif
sulit dijangkau.
Partial removal
Glioma di lobus frontal, oksipital dan temporal dapat diangkat
dengan operasi radical debulking. Terkadang tumor jinak tidak
dapat diangkat secara keseluruhan karena posisi tumor atau
psikis pasien.
2.1.7 Prognosis
Prognosis tergantung jenis tumor spesifik. Berdasarkan data di
negara-negara maju, dengan diagnosis dini dan juga penanganan yang
tepat melalui pembedahan dilanjutkan dengan radioterapi, angka
ketahanan hidup 5 tahun berkisar 50-60% dan angka ketahanan hidup
10 tahun berkisar 30-40%.4
20
2.2 Cephalgia Kronis
2.2.1 Definisi
Nyeri kepala kronis adalah nyeri pada kepala yang berlangsung
lebih dari 15 hari tiap bulan selama lebih dari 3 bulan.6 Nyeri kepala
kronis bukanlah diagnosis, melainkan kategori berisi berbagai
kelainan yang merepresentasikan nyeri kepala primer dan sekunder.
Penyebab sekunder harus disingkirkan sebelum ditegakkan diagnosis
penyebab primer. Penyakit ini menyebabkan disabilitas dan
menurunnya kualitas hidup berkaitan dengan kesehatan fisik dan
mental, begitu pula dengan fungsi secara fisik, sosial, dan pekerjaan.6
2.2.2 Epidemiologi dan Faktor Resiko
Nyeri kepala dapat menjadi gejala dari penyakit serius yang
mengancam nyawa, seperti tumor otak, namun pada kebanyakan kasus
merupakan kelainan jinak yang meliputi nyeri kepala primer seperti
migren dan tension-type headache (TTH).7,8 Nyeri kepala termasuk
dalam 10 kelainan utama penyebab disabilitas, dan termasuk dalam 5
kelainan utama penyebab disabilitas pada wanita.7,8 Nyeri kepala
kronis dialami oleh kurang lebih 4% populasi dunia.9 Hal ini
merupakan masalah paling sering ditemui di pusat pengobatan nyeri
kepala, dengan 0,5% populasi memiliki intensitas nyeri sedang hingga
berat.8,9 Tiga subtipe nyeri kepala yang sering ditemui adalah migren,
tension-type headache (TTH), dan nyeri kepala yang tidak terklasifi
kasi.9
Secara global, persentase populasi dewasa dengan nyeri kepala
aktif adalah 47% untuk nyeri kepala secara umum, 10% untuk migren,
38% untuk TTH dan 3% untuk nyeri kepala kronis.8 TTH adalah
bentuk nyeri kepala paling sering dan menyebabkan disabilitas yang
lebih besar daripada migren pada populasi.8
21
Diagnosis nyeri kepala kronis didapatkan 2 kali lebih banyak
pada wanita (5% wanita dan 2,8% laki – laki). Nyeri kepala kronis
ditemukan 33% lebih banyak pada ras Kaukasia (4,4%) dibandingkan
dengan ras Afrika Amerika (3,3%); 30% wanita dan 25% laki – laki
dengan nyeri kepala kronis memenuhi kriteria IHS untuk migren
(dengan atau tanpa aura). Masyarakat berpendidikan rendah memiliki
prevalensi tertinggi nyeri kepala kronis9.
Secara keseluruhan, faktor risiko yang berkaitan dengan nyeri kepala
kronis adalah jenis kelamin wanita, edukasi rendah, status
sosioekonomi rendah, riwayat cedera kepala, obesitas (indeks massa
tubuh >30), mendengkur (sleep apnea), peristiwa hidup yang membuat
stres, konsumsi kafein tinggi, penggunaan berlebihan obat – obatan
secara akut, dan depresi.6,8,9
2.2.3 Klasifikasi
Klasifikasi dari nyeri kepala saat ini berdasarkan ICHD edisi kedua
(2004)10
Nyeri Kepala Primer
1. Migren
2. Tension Type Headache
3. Cluster headache
4. Other primary headaches
Nyeri Kepala Sekunder
1. Nyeri kepala yang berkaitan dengan trauma kepala dan / atau
leher.
2. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan vaskuler cranial
atau servikal
3. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan non vaskuler
intracranial.
4. Nyeri kepala yang berkaitan dengan substansi atau
withdrawalnya.
22
5. Nyeri kepala yang berkaitan dengan infeksi.
6. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan hemostasis
7. Nyeri kepala atau nyeri vaskuler berkaitan dengan kelainan
kranium, leher, mata, telinga, hidung, sinus,gigi,mulut, atau
struktur facial atau kranial lainnya.
8. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan psikiatrik.
2.2.4 Diagnosis
Tantangan terpenting dalam diagnosis nyeri kepala adalah
mengeksklusi nyeri kepala sekunder yang disebabkan oleh gangguan
organik. Nyeri kepala dapat menjadi gejala dari kelainan yang jinak
(misal sinusitis) atau merupakan gejala kelainan yang mengancam
nyawa (seperti pecahnya aneurisma intrakranial dengan perdarahan
subaraknoid).6,9
Sebelum diagnosis nyeri kepala primer dapat ditegakkan,
penyebab sekunder harus dipertimbangkan.6 Diagnosis melalui
eksklusi kelainan sekunder berdasarkan riwayat dan pemeriksaan yang
normal, dan pertimbangan matang penggunaan tes diagnostik.
Algoritma diagnosis dijelaskan pada Gambar 1.
Untuk nyeri kepala yang memenuhi kriteria primer, peranan
tes diagnostik berkurang seiring dengan makin lamanya nyeri kepala
diderita (rendah pada nyeri kepala selama 3 bulan, dan secara signifi
kan lebih rendah pada nyeri kepala yang sudah ada selama 1
tahun).7,10,11 Nyeri kepala persisten baru adalah nyeri kepala yang
onsetnya terjadi setiap hari selama 3 hari, bertahan lebih dari 3 bulan,
dengan paling tidak dua dari karakteristik berikut: lokasi bilateral;
kualitas menekan/ mengikat (tidak berdenyut); intensitas ringan atau
sedang; dan tidak ditingkatkan oleh kegiatan harian seperti berjalan
atau memanjat.11
23
Gambar 1. Algoritma evaluasi pasien nyeri kepala7
Pertimbangan untuk diagnosis nyeri kepala primer antara lain:
riwayat penyakit, pemeriksaan fisik dan neurologis yang tidak
mengimplikasikan gangguan sekunder; kelainan sekunder mungkin
dapat dipertimbangkan, namun dieksklusi melalui investigasi yang
tepat; atau gangguan sekunder memang ada, namun serangan nyeri
kepala primer tidak muncul untuk pertama kali pada selang waktu
yang singkat dengan gangguan kausatif.7,10
Diagnosis nyeri kepala sekunder pada pasien yang sebelumya
telah diketahui memiliki kelainan nyeri kepala primer dapat cukup
24
sulit. Diagnosis nyeri kepala sekunder dapat diduga bila pasien
mengalami nyeri kepala tipe baru untuk pertama kali. Bila nyeri
kepala menjadi lebih berat berhubungan dengan penyebab nyeri
kepala yang diketahui, maka ada 2 kemungkinan; pertama, perburukan
merupakan eksaserbasi nyeri kepala primer yang telah ada
sebelumnya. Kemungkinan kedua adalah nyeri kepala tersebut
merepresentasikan nyeri kepala baru tipe sekunder. Kemungkinan
nyeri kepala sekunder lebih besar jika memiliki beberapa
karakteristik, antara lain muncul dengan selang waktu yang singkat
dengan kelainan yang mungkin menjadi penyebabnya; eksaserbasi
nyeri kepala sangat menonjol (atau berbeda dari gangguan primer);
ada bukti kuat yang mendukung penyebab kausatif potensial nyeri
kepala tersebut; atau perubahan nyeri kepala setelah gangguan
kausatif ditangani.10
Strategi penting untuk mengindentifi kasi atau mengeksklusi
nyeri kepala sekunder adalah dengan mencari ”tanda-tanda bahaya”
nyeri kepala (headache red flag), baik melalui riwayat penyakit,
maupun pemeriksaan fi sik dan pemeriksaan neurologis. Keberadaan
kelainan ini meningkatkan kemungkinan adanya kelainan medis yang
serius atau kondisi neurologis yang dapat berkontribusi terhadap nyeri
kepala dan membutuhkan pemeriksaan yang lebih lanjut. Gejala lain
yang perlu diperhatikan adalah keberadaan “tanda peringatan” nyeri
kepala (headache yellow flag). (Tabel 2) Indikator “tanda peringatan”
tidak sekuat “tanda bahaya”.7
Tabel 2. Tanda peringatan nyeri kepala
25
2.2.5 Patofisiologi
Menurut H.G.Wolf terdapat 6 mekanisme dasar yang
menimbulkan nyeri kepala yang berasal dari sumber intrakranial
1. Tarikan pada vena yang berjalan ke sinus venosus dari permukaan
otak dan pergeseran sinus-sinus venosus utama.
2. Tarikan pada A. Meningea media
3. Tarikan pada pembuluh-pembuluh arteri besar di otak atau tarikan
pada cabang-cabangnya.
4. Distensi dan dilatasi pembuluh-pembuluh nadi intrakranial
(A.Frontalis, A. Temporalis, A. Discipitalies)
5. Inflamasi pada atau sekitar struktur kepala yang peka terhadap
nyeri meliputi kulit kepala, periosteum, (m. frontalis, Ni
temporalis, m.orsipiutlis.
6. Tekanan langsung pada nervus cranialis V, IX, X saraf spinal dan
cervikalis bagian atas yang berisi banyak serabut aferen rasa
nyeri.
Daerah yang tidak peka terhadap nyeri adalah : parenkim otak,
ependim ventrikel, pleksus koroideus, sebagian besar duramater,
piarachnoid meningen meliputi konvektivitas otak dan tulang kepala.
Tetapi rasa nyeri tersebut dapat dibangkitkan oleh karena tindakan
fisik seperti batuk, mengejan yang meningkatkan tekanan intrakranial
dan dapat memperburuk nyeri kepala berhubungan dengan perdarahan
atau massa intrakranial.
Setelah dilakukan lumbal fungsi (LP) rasa nyeri semakin hebat
pada waktu mengangkat kepala dan berkurang dengan meletakkan
kepala relatif lebih rendah. Pada nyeri kepala nocturnal tipe migraine
kadang-kadang diperberat dengan posisi berbaring dan berkurang rasa
nyeri jika penderita berdiri tegak.
26
BAB III
ANALISIS KASUS
Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala. Onset nyeri kepala 3 bulan yang lalu dan
bertambah berat.selain itu, frekuensi nyeri kepala pasien juga bertambah sering. Dapat
dikatakan bahwa nyeri kepala pasien bersifat kronik, progresif. Hal ini berbeda dengan
karakteristik nyeri kepala primer yang cenderung memiliki intensitas dan frekuensi yang
menetap. Selain itu, keluhan juga disertai dengan defisit neurologik berupa:
1. Kejang
2. Kelemahan ekstremitas
3. Rasa baal dan kesemutan
4. Kesulitan BAK dan BAB
Hal ini memperkuat bukti untuk nyeri kepala sekunder.
Nyeri kepala yang bersifat kronik progresif, dapat diduga merupakan suatu kelainan
infeksi atau neoplasma. Dan pada hasil CT scan menujukan lesi nonfokal. Sehingga
diagnosis mengarah kepada penyakit meningoensefalitis TB, meningobakterial,
ensefalitis HSV.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Wahjoepramono EJ. Tumor Otak. Jakarta: FK Pelita Harapan. 2006
2. Ropper AH, Brown RH. Intracranial Neoplasms and Paraneoplastic Disorders
in Adams and Victor’s Principles of Neurology. 8 th edition. USA: Mc Graw
Hill, 2005. 546-91.
3. Kleinberg LR.Brain Metastasis A multidisiplinary Approach. New York:
Demos Medical.
4. Syaiful. Tumor Otak. http://syaiful.blogdetik.com/2008/07/19/ Diakses
tanggal 02 Febuari 2015
5. Wilkinson I, Lennox G. Brain tumor in Essential neurology. 4 th edition. USA:
Blackwell Publishing, 2005. 40-54.
6. Dodick D. Chronic Daily Headache. N Eng J Med. 2006;354:158-65. 5. Luca
GCD,
7. Bartleson JD. When and How to Investigate the Patient with Headache.
Semin Neurol. 2010; 30: 131-44.
8. Jensen R, Stovner L. Epidemiology and comorbidity of headache. Lancet
Neurol. 2008; 7: 354–61.
9. Silberstein SD. Chronic Daily Headache: Classifi cation, Epidemiology, and
Risk Factors. Adv Stud Med. 2006;6(9C):S885-S890.
10. Olesen J. The International Classifi cation of Headache Disorders, 2nd
Edition: Application to Practice. Functional Neurology. 2005; 20(2): 61-8.
11. Evans RW. Diagnostic Testing for Chronic Daily Headache. Current Pain and
Headache Reports. 2007;11: 47-52.