Case

40
1 BAB I STATUS PENDERITA NEUROLOGI I. IDENTIFIKASI Nama : Ny. Rohana Hasan Umur : Jenis Kelamin: Wanita Alamat : Desa Tanjung Kepayang Pangkalan Balai Agama : Islam MRS Tanggal : 2 Febuari 2015 II. ANAMNESIS Penderita dirawat di bagian neurologi RSMH dikarenakan mengalami sakit kepala kronik. Sejak + 1 tahun SMRS penderita mengalami sakit kepala, sakit dirasakan dibagian belakang kepala, terus menerus, kelemahan sesisi tubuh sebelah kanan (+), mulut mengot (+), bicara pelo (-), kejang (-), penurunan kesadaran (-). Penderita masih dapat mengungkapkan isi pikirannya secara lisan, tulisan dan isyarat, mual (-),muntah (-). Riwayat Hipertensi tidak ada. Riwayat Diabetes Melitus tidak ada. Riwayat penyakit jantung tidak ada. Riwayat stroke tidak ada. Riwayat trauma kepala tidak ada. Riwayat demam tidak ada. Riwayat Kanker

description

kasus SOL

Transcript of Case

Page 1: Case

1

BAB I

STATUS PENDERITA NEUROLOGI

I. IDENTIFIKASI

Nama : Ny. Rohana Hasan

Umur :

Jenis Kelamin : Wanita

Alamat : Desa Tanjung Kepayang Pangkalan Balai

Agama : Islam

MRS Tanggal : 2 Febuari 2015

II.ANAMNESIS

Penderita dirawat di bagian neurologi RSMH dikarenakan mengalami

sakit kepala kronik.

Sejak + 1 tahun SMRS penderita mengalami sakit kepala, sakit dirasakan

dibagian belakang kepala, terus menerus, kelemahan sesisi tubuh sebelah

kanan (+), mulut mengot (+), bicara pelo (-), kejang (-), penurunan kesadaran

(-). Penderita masih dapat mengungkapkan isi pikirannya secara lisan, tulisan

dan isyarat, mual (-),muntah (-).

Riwayat Hipertensi tidak ada. Riwayat Diabetes Melitus tidak ada.

Riwayat penyakit jantung tidak ada. Riwayat stroke tidak ada. Riwayat trauma

kepala tidak ada. Riwayat demam tidak ada. Riwayat Kanker Paru (+) sejak

tahun 2013 mulai dilakukan kemoterapi sejak Juli 2013 dan terakhir bulan

November 2014.

Penyakit seperti ini diderita untuk pertama kalinya.

III. PEMERIKSAAN

Status Internus

Kesadaran : GCS = 15 (E4M6V5)

Suhu Badan : 37,3º C

Page 2: Case

2

Nadi : 88 kali/menit

Pernapasan : 22 kali/menit

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Jantung : HR = 88 kali/menit, murmur (-), gallop (-)

Paru-paru : Vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)

Abdomen : Datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba membesar, bising

usus normal

Anggota Gerak : Lihat status neurologikus

Genitalia : Tidak diperiksa

Status Psikiatrikus

Sikap : kooperatif Ekspresi Muka : wajar

Perhatian : ada Kontak Psikik : ada

Status Neurologikus

KEPALA

Bentuk : Normochepali Deformitas : (-)

Ukuran : normal Fraktur : (-)

Simetris : simetris Nyeri fraktur : (-)

Hematom : (-) Pembuluh darah : tidak ada pelebaran

Tumor : (-) Pulsasi : (-)

LEHER

Sikap : lurus Deformitas : (-)

Torticolis : (-) Tumor : (-)

Kaku kuduk: (-) Pembuluh darah : tidak ada pelebaran

SYARAF-SYARAF OTAK

N. Olfaktorius Kanan Kiri

Penciuman

Anosmia

Tidak ada kelainan

-

Tidak ada kelainan

-

Page 3: Case

3

Hiposmia

Parosmia

-

-

-

-

N. O ptiku s Kanan Kiri

Visus

Campus visi

Anopsia

Hemianopsia

Fundus Oculi

- Papil edema

- Papil atrofi

- Perdarahan retina

6/6

V.O.D

-

-

-

-

-

-

6/6

V.O.S

-

-

-

-

-

-

N. Occulomotorius, Trochlearis, & Abducens Kanan Kiri

Diplopia

Celah mata

Ptosis

Sikap bola mata

- Strabismus

- Exophtalmus

- Enophtalmus

- Deviation conjugae

Gerakan bola mata

Pupil

-

-

-

-

-

-

-

Belum dapat

dinilai

-

-

-

-

-

-

-

Belum dapat

dinilai

Page 4: Case

4

- Bentuk

- Diameter

- Isokor/anisokor

- Midriasis/miosis

- Refleks cahaya

Langsung

Konsensuil

Akomodasi

- Argyl Robertson

Bulat

3 mm

Isokor

-

+

+

+

-

Bulat

3 mm

Isokor

-

+

+

+

-

N. Trigeminus Kanan Kiri

Motorik

- Menggigit

- Trismus

- Refleks kornea

Sensorik

- Dahi

- Pipi

- Dagu

Belum dapat dinilai

Tidak ada kelainan

Tidak ada kelainan

Belum dapat dinilai

Belum dapat dinilai

Belum dapat dinilai

Belum dapat dinilai

Tidak ada kelainan

Tidak ada kelainan

Belum dapat dinilai

Belum dapat dinilai

Belum dapat dinilai

N. Fasialis Kanan Kiri

Motorik

- Mengerutkan dahi

- Menutup mata

- Menunjukkan gigi

- Lipatan nasolabialis

- Bentuk muka

Sensorik

- 2/3 depan lidah

- Otonom

Belum dapat dinilai

Tidak ada kelainan

Simetris

Belum dapat dinilai

Tidak ada kelainan

Belum dapat dinilai

Lipatan nasolabialis kiri agak datar

Page 5: Case

5

Salivasi

Lakrimasi

Chvostek’s sign

Tidak ada kelainan

Tidak ada kelainan

Tidak ada kelainan

-

Tidak ada kelainan

Tidak ada kelainan

Tidak ada kelainan

-

N . Cochlearis Kanan Kiri

Suara bisikan

Detik arloji

Tes Weber

Tes Rinne

Belum dapat dinilai

-

-

-

N. Vestibularis Kanan Kiri

Nistagmus

Vertigo

Belum dapat dinilai

Belum dapat dinilai

Belum dapat dinilai

Belum dapat dinilai

N. Glossopharingeus dan N. Vagus Kanan Kiri

Arcus pharingeus

Uvula

Gangguan menelan

Suara serak/sengau

Denyut jantung

Refleks

- Muntah

- Batuk

- Okulokardiak

- Sinus karotikus

Sensorik

- 1/3 belakang lidah

Tidak ada kelainan

Tidak ada kelainan

Belum dapat dinilai

Belum dapat dinilai

Tidak ada kelainan

Tidak ada kelainan

Tidak ada kelainan

Tidak ada kelainan

Tidak ada kelainan

Tidak ada kelainan

Page 6: Case

6

N. Accessoriu s Kanan Kiri

Mengangkat bahu

Memutar kepala

Belum dapat dinilai

Belum dapat dinilai

N. Hypoglossus Kanan Kiri

Menjulurkan lidah

Fasikulasi

Atrofi papil

Disatria

-

-

-

-

MOTORIK

LENGAN Kanan Kiri

Gerakan

Kekuatan

Tonus

Refleks fisiologis

- Biceps

- Triceps

- Radius

- Ulnaris

Refleks patologis

- Hoffman Tromner

- Leri

- Meyer

Trofi

Lateralisasi ke kiri

Lateralisasi ke kiri

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

-

-

-

-

Lateralisasi ke kiri

Lateralisasi ke kiri

Menurun

Menurun

Menurun

Menurun

Menurun

-

-

-

-

TUNGKAI Kanan Kiri

Gerakan

Kekuatan

Tonus

Lateralisasi ke kiri

Lateralisasi ke kiri

Normal

Lateralisasi ke kiri

Lateralisasi ke kiri

Menurun

Belum dapat dinilai

-

Page 7: Case

7

Klonus

- Paha

- Kaki

Refleks fisiologis

- KPR

- APR

Refleks patologis

- Babinsky

- Chaddock

- Oppenheim

- Gordon

- Schaeffer

- Rossolimo

-

-

Normal

Normal

-

-

-

-

-

-

-

-

Menurun

Menurun

-

-

-

-

-

-

Refleks kulit perut

- Atas tidak ada kelainan

- Tengah tidak ada kelainan

- Bawah tidak ada kelainan

Refleks cremaster tidak ada kelainan

Trofik tidak ada kelainan

SENSORIK tidak ada kelainan

FUNGSI VEGETATIF

Miksi : Terpasang kateter

Defekasi : Tidak ada kelainan

KOLUMNA VERTEBRALIS

Kyphosis : (-)

Lordosis : (-)

Gibbus : (-)

Page 8: Case

8

Deformitas : (-)

Tumor : (-)

Meningocele : (-)

Hematoma : (-)

Nyeri ketok : (-)

GEJALA RANGSANG MENINGEAL

Kaku kuduk : (-)

Kerniq : (-)

Lasseque : (-)

Brudzinsky

- Neck : (-)

- Cheek : (-)

- Symphisis : (-)

- Leg I : (-)

- Leg II : (-)

GAIT DAN KESEIMBANGAN

Gait Keseimbangan dan Koordinasi

Ataxia : belum dapat dinilai Romberg : belum dapat dinilai

Hemiplegic : belum dapat dinilai Dysmetri : belum dapat dinilai

Scissor : belum dapat dinilai - jari-jari : belum dapat dinilai

Propulsion : belum dapat dinilai - jari hidung : belum dapat dinilai

Histeric : belum dapat dinilai - tumit-tumit : belum dapat dinilai

Limping : belum dapat dinilai Rebound phenomen : belum dapat dinilai

Steppage : belum dapat dinilai Dysdiadochokinesis : belum dapat dinilai

Astasia-Abasia : belum dapat dinilai Trunk Ataxia : belum dapat dinilai

Limb Ataxia : belum dapat dinilai

GERAKAN ABNORMAL

Tremor : (-)

Chorea : (-)

Athetosis : (-)

Page 9: Case

9

Ballismus : (-)

Dystoni : (-)

Myocloni : (-)

FUNGSI LUHUR

Afasiamotorik : Belum dapat dinilai

Afasiasensorik : Belum dapat dinilai

Apraksia : Belum dapat dinilai

Agrafia : Belum dapat dinilai

Alexia : Belum dapat dinilai

Afasia nominal : Belum dapat dinilai

LABORATORIUM

DARAH

Hb : 12,2 g/dl

Eritrosit : 4,28x106/mm3

Leukosit : 15.700 /mm3

Diff Count : 0/1/0/85/7/7

Trombosit : 371.000/mm3

Hematokrit : 36vol%

Ureum : 31mg/dl

Kreatinin : 0,81 mg/dl

BSS : 112

Natrium : 153 mEq/L

Kalsium : 9,1 mg/dL

Magnesium : 2,54 mEq/L

Kalium : 3,5 mEq/L

Clorida : 115 mmol/L

PEMERIKSAAN KHUSUS

Rontgen thoraks PA

Inspirasi cukup.CTR baik. Jantung normal.Trakea di tengah. Mediastinum superior tidak melebar.Kedua hilus tidak menebal.Corakan bronkovaskuler tidak meningkat.

Page 10: Case

10

CT Scan Kepala

IV. DIAGNOSIS BANDING

1. Abses serebri2. Subdural hematom3. Tuberkuloma4. Pseudotumor serebri

V. DIAGNOSIS

DIAGNOSIS KLINIK :

Inspirasi cukup.CTR baik. Jantung normal.Trakea di tengah. Mediastinum superior tidak melebar.Kedua hilus tidak menebal.Corakan bronkovaskuler tidak meningkat.

.Kesan: Curiga kista di ventrikel 3 disertai hydrocephalus obstruktif

Page 11: Case

11

1. Obs. Penurunan kesadaran

2. Hemiparese Sinistra Flaksid

3. Parese N.VII sinistra tipe sentral

DIAGNOSIS TOPIK : Ventrikel

DIAGNOSIS ETIOLOGI: Susp. Kista (SOL) Intrakranial

VI. PENGOBATAN

- IVFD NaCl 0,9% gtt xx/menit makro

- Inj. Ozid 1x40 gr (IV)

- Inj. Dexametason 4x5 mg (IV)

- Glaucon 3x500 mg (PO)

- Amlodipin 1x10 mg (PO)

VII. PROGNOSIS

Quo ad Vitam : dubia ad malam

Quo ad Functionam : dubia ad malam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Space Occupying Lesion (SOL)

2.1.1 Definisi

Page 12: Case

12

Tumor otak dalam pengertian umum berarti benjolan, dalam

istilah radiologisnya disebut lesi desak ruang/ Space Occupying

Lesion (SOL). Neoplasma sistem saraf pusat umumnya menyebabkan

suatu evaluasi progresif disfungsi neurologis. Gejala yang disebabkan

tumor yang pertumbuhannya lambat akan memberikan gejala yang

perlahan munculnya, sedangkan tumor yang terletak pada posisi yang

vital akan memberikan gejala yang muncul dengan cepat.1 Sekitar

10% dari semua proses neoplasma di seluruh tubuh ditemukan pada

susunan saraf dan selaputnya, 8% berlokasi di ruang intrakranial dan

2% di ruang kanalis spinalis. Proses neoplasma di susunan saraf

mencakup dua tipe, yaitu: 2

a. Tumor primer, yaitu tumor yang berasal dari jaringan otak sendiri

yang cenderung berkembang ditempat-tempat tertentu. Seperti

ependimoma yang berlokasi di dekat dinding ventrikel atau

kanalis sentralis medulla spinalis, glioblastoma multiforme

kebanyakan ditemukan dilobus parietal, oligodendroma di lobus

frontalis dan spongioblastoma di korpus kalosum atau pons.

b. Tumor sekunder, yaitu tumor yang berasal dari metastasis

karsinoma yang berasal dari bagian tubuh lain. Yang paling sering

ditemukan adalah metastasis karsinoma bronkus dan prostat pada

pria serta karsinoma mammae pada wanita.

2.1.2 Epidemiologi

Saat ini, tiap tahun diperkirakan terdapat 540.000 kematian

akibat kanker di Amerika Serikat. Dimana sejumlah pasien yang

meninggal akibat tumor otak primer secara komparatif lebih kecil

(sekitar 18.000, setengah dari keganasan glioma) tetapi secara kasar

130.000 pasien lain meninggal akibat metastase. Sekitar 25% pasien

dengan kanker, otak dan yang melapisinya terkena neoplasma dan

kadang-kadang merupakan perjalanan penyakitnya. Sebagai

perbandingan, terdapat 200.000 kasus kanker payudara baru pertahun.

Page 13: Case

13

Sejumlah kasus kematian pada penyakit intrakranial selain tumor otak

adalah akibat stroke. Secara berlawanan, pada anak-anak, tumor otak

primer tersering diakibatkan oleh tumor padat dan menggambarkan

22% dari seluruh neoplasma pada masa anak-anak, peringkat kedua

adalah leukemia. Pada perspektif lain, di Amerika Serikat insiden

tumor otak pertahun adalah 46 per 100.000 dan 15 per 100.000 dari

tumor otak primer.

Tabel 1 Neoplasma intrakranial dan Penyakit-penyakit paraneoplastik2

Tumor Persentase total

Glioma

- Glioblastoma multiforme

- Astrositoma

- Ependimoma

- Meduloblastoma

- Oligodendroglioma

20

10

6

4

5

Meningioma 15

Pituitary adenoma 7

Neurinoma 7

Karsinoma metastasis 6

Kraniofaringioma, dermoid, epidermoid, teratoma 4

Angioma 4

Sarkoma 4

Tak dapat diklasifikasikan (terutama glioma) 5

Miscellaneous (Pinealoma, kordoma, granuloma,

limfoma

3

Total 100

2.1.3 Klasifikasi

Berdasarkan kebanyakan tumor patologi anatomi, tumor sistem

saraf pusat dibagi:1

1. Tumor Jaringan Otak

Page 14: Case

14

2. Tumor Jaringan Mesenkim

3. Tumor Selaput Otak

4. Tumor dari cacat perkembangan

5. Tumor Kelenjar Pineal

6. Tumor Medula Spinalis

7. Tumor Otak Metastatik

2.1.4 Gejala Klinis

Gejala klinis tumor intrakranial dibagi atas 3 kategori, yaitu

gejala umum, gejala lokal dan gejala lokal yang tidak sesuai dengan

lokasi tumor.

a. Gejala Umum

Gejala umum timbul akibat peningkatan tekanan intrakranial atau

proses difus dari tumor tersebut. Tumor ganas menyebabkan

gejala yang lebih progresif daripada tumor jinak. Tumor pada

lobus temporal depan dan frontal dapat berkembang menjadi

tumor dengan ukuran yang sangat besar tanpa menyebabkan

defisit neurologis dan pada mulanya hanya memberikan gejala-

gejala yang umum. Tumor pada fossa posterior atau pada lobus

parietal dan oksipital lebih sering memberikan gejala fokal dahulu

baru kemudian memberikan gejala umum. Terdapat 4 gejala klinis

umum yang berkaitan dengan tumor otak, yaitu perubahan status

mental, nyeri kepala, muntah, dan kejang. 2

Perubahan status mental

Gejala dini dapat samar. Ketidakmampuan pelaksanaan tugas

sehari-hari, lekas marah, emosi yang labil, inersia mental,

gangguan konsentrasi, bahkan psikosis.2 Fungsi kognitif

merupakan keluhan yang sering disampaikan oleh pasien

kanker dengan berbagai bentuk, mulai dari disfungsi memori

ringan dan kesulitan berkonsentrasi hinggga disorientasi,

halusinasi, atau letargi.3

Page 15: Case

15

Nyeri kepala

Nyeri kepala merupakan gejala dini tumor intrakranial pada

kira-kira 20% penderita. Sifat nyeri kepalanya berdenyut-

denyut atau rasa penuh di kepala seolah-olah mau meledak.2

Awalnya nyeri dapat ringan, tumpul dan episodik, kemudian

bertambah berat, tumpul atau tajam dan juga intermiten. Nyeri

juga dapat disebabkan efek samping dari obat kemoterapi.

Nyeri ini lebih hebat pada pagi hari dan dapat diperberat oleh

batuk, mengejan, memiringkan kepala atau aktifitas fisik.3

Lokasi nyeri yang unilateral dapat sesuai dengan lokasi

tumornya sendri. Tumor di fossa kranii posterior biasanya

menyebabkan nyeri kepala retroaurikuler ipsilateral. Tumor di

supratentorial menyebabkan nyeri kepala pada sisi tumor, di

frontal orbita, temporal atau parietal.2

Muntah

Muntah ini juga sering timbul pada pagi hari dan tidak

berhubungan dengan makanan. Dimana muntah ini khas yaitu

proyektil dan tidak didahului oleh mual. Keadaan ini lebih

sering dijumpai pada tumor di fossa posterior.2

Kejang

Kejang fokal merupakan manifestasi lain yang biasa

ditemukan pada 14-15% penderita tumor otak.3 20-50% pasien

tumor otak menunjukan gejala kejang. Kejang yang timbul

pertama kali pada usia dewasa mengindikasikan adanya tumor

di otak. Kejang berkaitan tumor otak ini awalnya berupa

kejang fokal (menandakan adanya kerusakan fokal serebri)

seperti pada meningioma, kemudian dapat menjadi kejang

umum yang terutama merupakan manifestasi dari glioblastoma

multiforme.2 Kejang biasanya paroxysmal, akibat defek

neurologis pada korteks serebri. Kejang parsial akibat

penekanan area fokal pada otak dan menifestasi pada lokal

Page 16: Case

16

ekstrimitas tersebut, sedangkan kejang umum terjadi jika

tumor luas pada kedua hemisfer serebri.3

Edema Papil

Gejala umum yang tidak berlangsung lama pada tumor otak,

sebab dengan teknik neuroimaging tumor dapat segera

dideteksi. Edema papil pada awalnya tidak menimbulkan

gejala hilangnya kemampuan untuk melihat, tetapi edema papil

yang berkelanjutan dapat menyebabkan perluasan bintik buta,

penyempitan lapangan pandang perifer dan menyebabkan

penglihatan kabur yang tidak menetap.4

b. Gejala Lokal

Manifestasi lokal terjadi pada tumor yang menyebabkan

destruksi parenkim, infark atau edema. Juga akibat pelepasan

faktor-faktor ke daerah sekitar tumor (contohnya : peroksidase, ion

hydrogen, enzim proteolitik dan sitokin), semuanya dapat

menyebabkan disfungsi fokal yang reversibel.3,4

Tumor Lobus Frontal

Tumor lobus frontal menyebabkan terjadinya kejang umum

yang diikuti paralisis pos-iktal. Meningioma kompleks atau

parasagital dan glioma frontal khusus berkaitan dengan kejang.

Tanda lokal tumor frontal antara lain disartri, kelumpuhan

kontralateral, dan afasia jika hemisfer dominant dipengaruhi.

Anosmia unilateral menunjukkan adanya tumor bulbus

olfaktorius. 3,4

Tumor Lobus Temporalis

Gejala tumor lobus temporalis antara lain disfungsi traktus

kortikospinal kontralateral, defisit lapangan pandang

homonim, perubahan kepribadian, disfungsi memori dan

kejang parsial kompleks. Tumor hemisfer dominan

menyebabkan afasia, gangguan sensoris dan berkurangnya

Page 17: Case

17

konsentrasi yang merupakan gejala utama tumor lobus parietal.

Adapun gejala yang lain diantaranya disfungsi traktus

kortikospinal kontralateral, hemianopsia/ quadrianopsia

inferior homonim kontralateral dan simple motor atau kejang

sensoris. 3,4

Tumor Lobus Oksipital

Tumor lobus oksipital sering menyebabkan hemianopsia

homonym yang kongruen. Kejang fokal lobus oksipital sering

ditandai dengan persepsi kontralateral episodic terhadap

cahaya senter, warna atau pada bentuk geometri. 3,4

Tumor pada Ventrikel Tiga dan Regio Pineal

Tumor di dalam atau yang dekat dengan ventrikel tiga

menghambat ventrikel atau aquaduktus dan menyebabkan

hidrosepalus. Perubahan posisi dapat meningkatkan tekanan

ventrikel sehingga terjadi sakit kepala berat pada daerah frontal

dan verteks, muntah dan kadang-kadang pingsan. Hal ini juga

menyebabkan gangguan ingatan, diabetes insipidus, amenorea,

galaktorea dan gangguan pengecapan dan pengaturan suhu. 3,4

Tumor Batang Otak

Terutama ditandai oleh disfungsi saraf kranialis, defek

lapangan pandang, nistagmus, ataksia dan kelemahan

ekstremitas. Kompresi pada ventrikel empat menyebabkan

hidrosepalus obstruktif dan menimbulkan gejala-gejala

umum.3,4

Tumor Serebellar

Muntah berulang dan sakit kepala di bagian oksiput merupakan

gejala yang sering ditemukan pada tumor serebellar. Pusing,

vertigo dan nistagmus mungkin menonjol. 3,4

c. Gejala yang tidak sesuai dengan lokasi tumor

Page 18: Case

18

Lesi pada salah satu kompartemen otak dapat menginduksi

pergeseran dan kompresi di bagian otak yang jauh dari lesi primer.

Tumor otak yang menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial

dapat menghasilkan false localizing signs atau gejala lokal yang

menyesatkan.5 Suatu tumor intrakranial dapat menimbulkan

manifestasi yang tidak sesuai dengan fungsi area yang

ditempatinya. Tanda tersebut adalah:5

Kelumpuhan saraf otak. Karena desakan tumor, saraf dapat

tertarik atau tertekan. Desakan itu tidak harus langsung

terhadap saraf otak. Saraf yang sering terkena tidak langsung

adalah saraf III, IV, dan IV.

Refleks patologis yang positif pada kedua sisi, dapat

ditemukan pada tumor yang terdapat di dalam salah satu

hemisferium saja.

Gangguan mental

Gangguan endokrin dapat juga timbul proses desak ruang di

daerah hipofise.

2.1.5 Pemeriksaan Penunjang

Tumor otak dapat dideteksi dengan CT-scan atau MRI.

Pilihannya tergantung ketersediaan fasilitas pada masing-masing

rumah sakit. CT-scan lebih murah dibanding MRI, umumnya tersedia

di rumah sakit dan bila menggunakan kontras dapat mendeteksi

mayoritas tumor otak. MRI lebih khusus untuk mendeteksi tumor

dengan ukuran kecil, tumor di dasar tulang tengkorak dan di fossa

posterior. Selain itu MRI juga dapat membantu ahli bedah untuk

merencanakan pembedahan karena memperlihatkan tumor pada

sejumlah bidang.3

2.1.6 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pasien dengan SOL meliputi: 2,3

Page 19: Case

19

a. Simptomatik

Antikonvulsi

Mengontrol epilepsi merupakan bagian penting dari

tatalaksana pasien dengan tumor otak.

Edema serebri

Jika pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial dan

gambaran radiologi memperlihatkan adanya edema serebri,

maka dexametason dapat digunakan dengan keuntungan yang

signifikan. Rasa tidak menyenangkan pada pasien akan

dikurangi dan kadang-kadang juga berbahaya, gejala dan tanda

status intrakranial ini akan lebih aman bila intervensi bedah

saraf akan diambil.

b. Etiologik (pembedahan)

Complete removal

Meningioma dan tumor-tumor kelenjar tidak mempan dengan

terapi medis, neuroma akustik dan beberapa metastase padat di

berbagai regio otak dapat diangkat total. Terkadang, operasi

berlangsung lama dan sulit jika tumor jinak tersebut relatif

sulit dijangkau.

Partial removal

Glioma di lobus frontal, oksipital dan temporal dapat diangkat

dengan operasi radical debulking. Terkadang tumor jinak tidak

dapat diangkat secara keseluruhan karena posisi tumor atau

psikis pasien.

2.1.7 Prognosis

Prognosis tergantung jenis tumor spesifik. Berdasarkan data di

negara-negara maju, dengan diagnosis dini dan juga penanganan yang

tepat melalui pembedahan dilanjutkan dengan radioterapi, angka

ketahanan hidup 5 tahun berkisar 50-60% dan angka ketahanan hidup

10 tahun berkisar 30-40%.4

Page 20: Case

20

2.2 Cephalgia Kronis

2.2.1 Definisi

Nyeri kepala kronis adalah nyeri pada kepala yang berlangsung

lebih dari 15 hari tiap bulan selama lebih dari 3 bulan.6 Nyeri kepala

kronis bukanlah diagnosis, melainkan kategori berisi berbagai

kelainan yang merepresentasikan nyeri kepala primer dan sekunder.

Penyebab sekunder harus disingkirkan sebelum ditegakkan diagnosis

penyebab primer. Penyakit ini menyebabkan disabilitas dan

menurunnya kualitas hidup berkaitan dengan kesehatan fisik dan

mental, begitu pula dengan fungsi secara fisik, sosial, dan pekerjaan.6

2.2.2 Epidemiologi dan Faktor Resiko

Nyeri kepala dapat menjadi gejala dari penyakit serius yang

mengancam nyawa, seperti tumor otak, namun pada kebanyakan kasus

merupakan kelainan jinak yang meliputi nyeri kepala primer seperti

migren dan tension-type headache (TTH).7,8 Nyeri kepala termasuk

dalam 10 kelainan utama penyebab disabilitas, dan termasuk dalam 5

kelainan utama penyebab disabilitas pada wanita.7,8 Nyeri kepala

kronis dialami oleh kurang lebih 4% populasi dunia.9 Hal ini

merupakan masalah paling sering ditemui di pusat pengobatan nyeri

kepala, dengan 0,5% populasi memiliki intensitas nyeri sedang hingga

berat.8,9 Tiga subtipe nyeri kepala yang sering ditemui adalah migren,

tension-type headache (TTH), dan nyeri kepala yang tidak terklasifi

kasi.9

Secara global, persentase populasi dewasa dengan nyeri kepala

aktif adalah 47% untuk nyeri kepala secara umum, 10% untuk migren,

38% untuk TTH dan 3% untuk nyeri kepala kronis.8 TTH adalah

bentuk nyeri kepala paling sering dan menyebabkan disabilitas yang

lebih besar daripada migren pada populasi.8

Page 21: Case

21

Diagnosis nyeri kepala kronis didapatkan 2 kali lebih banyak

pada wanita (5% wanita dan 2,8% laki – laki). Nyeri kepala kronis

ditemukan 33% lebih banyak pada ras Kaukasia (4,4%) dibandingkan

dengan ras Afrika Amerika (3,3%); 30% wanita dan 25% laki – laki

dengan nyeri kepala kronis memenuhi kriteria IHS untuk migren

(dengan atau tanpa aura). Masyarakat berpendidikan rendah memiliki

prevalensi tertinggi nyeri kepala kronis9.

Secara keseluruhan, faktor risiko yang berkaitan dengan nyeri kepala

kronis adalah jenis kelamin wanita, edukasi rendah, status

sosioekonomi rendah, riwayat cedera kepala, obesitas (indeks massa

tubuh >30), mendengkur (sleep apnea), peristiwa hidup yang membuat

stres, konsumsi kafein tinggi, penggunaan berlebihan obat – obatan

secara akut, dan depresi.6,8,9

2.2.3 Klasifikasi

Klasifikasi dari nyeri kepala saat ini berdasarkan ICHD edisi kedua

(2004)10

Nyeri Kepala Primer

1. Migren

2. Tension Type Headache

3. Cluster headache

4. Other primary headaches

Nyeri Kepala Sekunder

1. Nyeri kepala yang berkaitan dengan trauma kepala dan / atau

leher.

2. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan vaskuler cranial

atau servikal

3. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan non vaskuler

intracranial.

4. Nyeri kepala yang berkaitan dengan substansi atau

withdrawalnya.

Page 22: Case

22

5. Nyeri kepala yang berkaitan dengan infeksi.

6. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan hemostasis

7. Nyeri kepala atau nyeri vaskuler berkaitan dengan kelainan

kranium, leher, mata, telinga, hidung, sinus,gigi,mulut, atau

struktur facial atau kranial lainnya.

8. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan psikiatrik.

2.2.4 Diagnosis

Tantangan terpenting dalam diagnosis nyeri kepala adalah

mengeksklusi nyeri kepala sekunder yang disebabkan oleh gangguan

organik. Nyeri kepala dapat menjadi gejala dari kelainan yang jinak

(misal sinusitis) atau merupakan gejala kelainan yang mengancam

nyawa (seperti pecahnya aneurisma intrakranial dengan perdarahan

subaraknoid).6,9

Sebelum diagnosis nyeri kepala primer dapat ditegakkan,

penyebab sekunder harus dipertimbangkan.6 Diagnosis melalui

eksklusi kelainan sekunder berdasarkan riwayat dan pemeriksaan yang

normal, dan pertimbangan matang penggunaan tes diagnostik.

Algoritma diagnosis dijelaskan pada Gambar 1.

Untuk nyeri kepala yang memenuhi kriteria primer, peranan

tes diagnostik berkurang seiring dengan makin lamanya nyeri kepala

diderita (rendah pada nyeri kepala selama 3 bulan, dan secara signifi

kan lebih rendah pada nyeri kepala yang sudah ada selama 1

tahun).7,10,11 Nyeri kepala persisten baru adalah nyeri kepala yang

onsetnya terjadi setiap hari selama 3 hari, bertahan lebih dari 3 bulan,

dengan paling tidak dua dari karakteristik berikut: lokasi bilateral;

kualitas menekan/ mengikat (tidak berdenyut); intensitas ringan atau

sedang; dan tidak ditingkatkan oleh kegiatan harian seperti berjalan

atau memanjat.11

Page 23: Case

23

Gambar 1. Algoritma evaluasi pasien nyeri kepala7

Pertimbangan untuk diagnosis nyeri kepala primer antara lain:

riwayat penyakit, pemeriksaan fisik dan neurologis yang tidak

mengimplikasikan gangguan sekunder; kelainan sekunder mungkin

dapat dipertimbangkan, namun dieksklusi melalui investigasi yang

tepat; atau gangguan sekunder memang ada, namun serangan nyeri

kepala primer tidak muncul untuk pertama kali pada selang waktu

yang singkat dengan gangguan kausatif.7,10

Diagnosis nyeri kepala sekunder pada pasien yang sebelumya

telah diketahui memiliki kelainan nyeri kepala primer dapat cukup

Page 24: Case

24

sulit. Diagnosis nyeri kepala sekunder dapat diduga bila pasien

mengalami nyeri kepala tipe baru untuk pertama kali. Bila nyeri

kepala menjadi lebih berat berhubungan dengan penyebab nyeri

kepala yang diketahui, maka ada 2 kemungkinan; pertama, perburukan

merupakan eksaserbasi nyeri kepala primer yang telah ada

sebelumnya. Kemungkinan kedua adalah nyeri kepala tersebut

merepresentasikan nyeri kepala baru tipe sekunder. Kemungkinan

nyeri kepala sekunder lebih besar jika memiliki beberapa

karakteristik, antara lain muncul dengan selang waktu yang singkat

dengan kelainan yang mungkin menjadi penyebabnya; eksaserbasi

nyeri kepala sangat menonjol (atau berbeda dari gangguan primer);

ada bukti kuat yang mendukung penyebab kausatif potensial nyeri

kepala tersebut; atau perubahan nyeri kepala setelah gangguan

kausatif ditangani.10

Strategi penting untuk mengindentifi kasi atau mengeksklusi

nyeri kepala sekunder adalah dengan mencari ”tanda-tanda bahaya”

nyeri kepala (headache red flag), baik melalui riwayat penyakit,

maupun pemeriksaan fi sik dan pemeriksaan neurologis. Keberadaan

kelainan ini meningkatkan kemungkinan adanya kelainan medis yang

serius atau kondisi neurologis yang dapat berkontribusi terhadap nyeri

kepala dan membutuhkan pemeriksaan yang lebih lanjut. Gejala lain

yang perlu diperhatikan adalah keberadaan “tanda peringatan” nyeri

kepala (headache yellow flag). (Tabel 2) Indikator “tanda peringatan”

tidak sekuat “tanda bahaya”.7

Tabel 2. Tanda peringatan nyeri kepala

Page 25: Case

25

2.2.5 Patofisiologi

Menurut H.G.Wolf terdapat 6 mekanisme dasar yang

menimbulkan nyeri kepala yang berasal dari sumber intrakranial

1. Tarikan pada vena yang berjalan ke sinus venosus dari permukaan

otak dan pergeseran sinus-sinus venosus utama.

2. Tarikan pada A. Meningea media

3. Tarikan pada pembuluh-pembuluh arteri besar di otak atau tarikan

pada cabang-cabangnya.

4. Distensi dan dilatasi pembuluh-pembuluh nadi intrakranial

(A.Frontalis, A. Temporalis, A. Discipitalies)

5. Inflamasi pada atau sekitar struktur kepala yang peka terhadap

nyeri meliputi kulit kepala, periosteum, (m. frontalis, Ni

temporalis, m.orsipiutlis.

6. Tekanan langsung pada nervus cranialis V, IX, X saraf spinal dan

cervikalis bagian atas yang berisi banyak serabut aferen rasa

nyeri.

Daerah yang tidak peka terhadap nyeri adalah : parenkim otak,

ependim ventrikel, pleksus koroideus, sebagian besar duramater,

piarachnoid meningen meliputi konvektivitas otak dan tulang kepala.

Tetapi rasa nyeri tersebut dapat dibangkitkan oleh karena tindakan

fisik seperti batuk, mengejan yang meningkatkan tekanan intrakranial

dan dapat memperburuk nyeri kepala berhubungan dengan perdarahan

atau massa intrakranial.

Setelah dilakukan lumbal fungsi (LP) rasa nyeri semakin hebat

pada waktu mengangkat kepala dan berkurang dengan meletakkan

kepala relatif lebih rendah. Pada nyeri kepala nocturnal tipe migraine

kadang-kadang diperberat dengan posisi berbaring dan berkurang rasa

nyeri jika penderita berdiri tegak.

Page 26: Case

26

BAB III

ANALISIS KASUS

Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala. Onset nyeri kepala 3 bulan yang lalu dan

bertambah berat.selain itu, frekuensi nyeri kepala pasien juga bertambah sering. Dapat

dikatakan bahwa nyeri kepala pasien bersifat kronik, progresif. Hal ini berbeda dengan

karakteristik nyeri kepala primer yang cenderung memiliki intensitas dan frekuensi yang

menetap. Selain itu, keluhan juga disertai dengan defisit neurologik berupa:

1. Kejang

2. Kelemahan ekstremitas

3. Rasa baal dan kesemutan

4. Kesulitan BAK dan BAB

Hal ini memperkuat bukti untuk nyeri kepala sekunder.

Nyeri kepala yang bersifat kronik progresif, dapat diduga merupakan suatu kelainan

infeksi atau neoplasma. Dan pada hasil CT scan menujukan lesi nonfokal. Sehingga

diagnosis mengarah kepada penyakit meningoensefalitis TB, meningobakterial,

ensefalitis HSV.

Page 27: Case

27

DAFTAR PUSTAKA

1. Wahjoepramono EJ. Tumor Otak. Jakarta: FK Pelita Harapan. 2006

2. Ropper AH, Brown RH. Intracranial Neoplasms and Paraneoplastic Disorders

in Adams and Victor’s Principles of Neurology. 8 th edition. USA: Mc Graw

Hill, 2005. 546-91.

3. Kleinberg LR.Brain Metastasis A multidisiplinary Approach. New York:

Demos Medical.

4. Syaiful. Tumor Otak. http://syaiful.blogdetik.com/2008/07/19/ Diakses

tanggal 02 Febuari 2015

5. Wilkinson I, Lennox G. Brain tumor in Essential neurology. 4 th edition. USA:

Blackwell Publishing, 2005. 40-54.

6. Dodick D. Chronic Daily Headache. N Eng J Med. 2006;354:158-65. 5. Luca

GCD,

7. Bartleson JD. When and How to Investigate the Patient with Headache.

Semin Neurol. 2010; 30: 131-44.

8. Jensen R, Stovner L. Epidemiology and comorbidity of headache. Lancet

Neurol. 2008; 7: 354–61.

9. Silberstein SD. Chronic Daily Headache: Classifi cation, Epidemiology, and

Risk Factors. Adv Stud Med. 2006;6(9C):S885-S890.

10. Olesen J. The International Classifi cation of Headache Disorders, 2nd

Edition: Application to Practice. Functional Neurology. 2005; 20(2): 61-8.

11. Evans RW. Diagnostic Testing for Chronic Daily Headache. Current Pain and

Headache Reports. 2007;11: 47-52.