CASE SARAF HNP

35
LAPORAN KASUS “Nyeri Punggung Bawah (LBP) et Hernia Nukleus Pulposus” Pembimbing: Dr. Endang Kustiowati Sp,S(K), Msi.Med DisusunOleh: INTAN ARKAS REFRA 11-2013-014 1

description

Hernia Nucleus Pulposus

Transcript of CASE SARAF HNP

Page 1: CASE SARAF HNP

LAPORAN KASUS

“Nyeri Punggung Bawah (LBP) et Hernia Nukleus Pulposus”

Pembimbing:

Dr. Endang Kustiowati Sp,S(K), Msi.Med

DisusunOleh:

INTAN ARKAS REFRA

11-2013-014

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA (UKRIDA)

RS. PANTI WILASA ‘Dr.Cipto’, Semarang

PERIODE 14OKTOBER–16 NOVEMBER 2013

1

Page 2: CASE SARAF HNP

KEPANITERAAN KLINIK

STATUS ILMU PENYAKIT SARAF

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

RS PANTI WILASA “Dr. Cipto”

Nama : Intan Arkas Refra

NIM : 11-2013-014

Dokter Pembimbing : Dr Endang Kustiowati Sp.S (K), Msi.Med

Masuk Rumah Sakit : Tanggal 28Oktober 2013 Jam 07.45 WIB

I. IDENTITAS PASIEN

Nama lengkap : Ny. Umi Haniah Alamat : Aspol Gombel No. 127 RT 1/6

Tanggal lahir : 23 Maret 1963 Jenis kelamin : Perempuan

Status Pernikahan : Nikah Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu rumah tangga No. CM : 37840113

PASIEN DATANG KE RS

Pasien datang ke IGD, tanpa alat bantu, dibawa oleh keluarganya,

II. SUBJEKTIF

Autoanamnesis, tanggal : 28 Oktober2013 Pukul :07.45 WIB

1. Keluhan utama :

Nyeri sepanjang tungkai kanan sejak 3 hari SMRS. Nyeri berawal dari pinggang, menjalar ke

bokong kemudian sepanjang tungkai kanan.

2. Riwayat penyakit sekarang

2

Page 3: CASE SARAF HNP

Ny U 50 tahun datang dengan keluhan nyeri pinggang menjalar ke bokong kemudian ke

tungkai kanan (tungkai kanan atas, tungkai kanan bagian bawah) dan telapak kaki kanan. Nyeri

dirasakan sudah 3 hari, nyeri timbul secara tiba-tiba terasa seperti di tusuk-tusuk, nyeri di

rasakan hilang timbul, muncul terutama saat pasien berdiri, hendak berjalan. Os merasa nyerinya

berkurang ketika tiduran, nyeri di pinggang sudah pernah dirasakan Os sebelumnya tapi tidak

sehebat ini sehingga tidak dihiraukan Os. Tanggal 28 oktober 2013 kurang lebih jam 7.10 WIB

Os merasa nyerinya semakin hebat sehingga mengeluh karena keluhannya semakin memberat

keluarga menyarankan untuk di bawa ke RS IGD Panti Wilasa. mual -, muntah -, riwayat trauma

di sangkal pasien. BAB baik, BAK baik. Tidak ada riwayat penyakit DM, Ginjal, Stroke.

3. Riwayat penyakit dahulu

Os pernah menegeluhakan hal yang sama tahun 2006 tapi Cuma sebenntar, sehingga

diabaikan oleh Os. Os belum pernnah berobat

DM -, Hipertensi-, Stroke -, Penyakit ginjal -.

Riwayat trauma/ kecelakaan/ jatuh terduduk sebelumnya tidak ada.

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Hipertensi (-)

DM (-)

Penyakit Ginjal (-)

Stroke (-)

Alergi (-)

Asma (-)

5. Riwayat Sosial, Ekonomi, Pribadi : Cukup

III. OBJEKTIF

1. StatusGeneralis

a. Kesadaran : E4M6V5

b. TD : 140/80 mmHg

c. Nadi : 84 x/menit

d. Pernafasan : 20 x/menit

e. Suhu : afebris

f. Kepala : normosefali, tidak ada kelainan

g. Mata : OS : pupil bulat, diameter+3 mm,ikterik (-), anemis (-)

3

Page 4: CASE SARAF HNP

: OD : pupil bulat, diameter+3 mm, ikterik (-), anemis (-)

i. Mulut : simetris,tidak ada kelainan

h. Leher : pembesaran KGB(-), tiroid (-)

i. Paru : SN vesikuler,ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

j. Jantung : Batas Jantung normal. BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

k. Perut : supel, bising usus (+), datar

l. Ekstremitas : edema (-), akral hangat +/+

m. IMT : cukup

2. Status psikikus

a. Cara berpikir : realistik

b. Perasaan hati : eutim

c. Tingkah laku : aktif

d. Ingatan : baik

e. Kecerdasan : cukup

3. Status neurologikus

a. Kepala

Bentuk : normosefali

Nyeri tekan : (-)

Simetris : (+)

Pulsasi : (+)

b. Leher

Sikap : simetris

Pergerakan : bebas

Kaku kuduk : (-)

c. Tanda-tanda Perangsang Meningen

i. Kaku kuduk : tidak dilakukan

ii. Kernig : (-)

iii. Brudzinski I : tidak di lakukan

iv. Brudzinski II : tidak di lakukan

d. Pemeriksaan Nervus Cranialis

4

Page 5: CASE SARAF HNP

N. I kanan kiri

Subjektif tidak dilakukan tidak dilakukan

Dengan bahan tidak dilakukan tidak dilakukan

N. II kanan kiri

Tajam penglihatan normal normal

Lapangan penglihatan normal normal

Melihat warna normal normal

Fundus okuli tidak dilakukan tidak dilakukan

N. III kanan kiri

Kelopak mata terbuka terbuka

Pergerakan mata

Superior normal normal

Inferior normal normal

Medial normal normal

Strabismus (-) (-)

Nistagmus (-) (-)

Exophtalmus (-) (-)

Endoftalmus (-) (-)

Diameter Pupil 3 mm 3 mm

Posisi pupil tengah tengah

Bentuk bulat bulat

Refleks cahaya langsung (+) (+)

Refleks cahaya tidak langsung (+) (+)

N.IV kanan kiri

Gerak mata ke lateral bawah normal normal

Strabismus (-) (-)

Melihat kembar (Diplopia) (-) (-)

N.V kanan kiri

Membuka mulut baik baik

Mengunyah baik baik

Refleks kornea tidak dilakukan tidak dilakukan

Sensibilitas baik baik

5

Page 6: CASE SARAF HNP

N.VI kanan kiri

Pergerakan mata ke lateral normal normal

Strabismus divergen (-) (-)

Melihat kembar (-) (-)

N.VII kanan kiri

Mengerutkan dahi (+) (+)

Menutup mata (+) (+)

Sudut Mulut simetrris simetris

Meringis baik baik

Bersiul tidak dilakukan tidak dilakukan

Perasaan lidah 2/3 anterior tidak dilakukan tidak dilakukan

N.VIII kanan kiri

Cara berjalan normal/simetris normal/simetris

Tes Romberg tidak dilakukan tidak dilakukan

Suara berbisik (+) (+)

N.IX kanan kiri

Perasaan lidah 1/3 posterior tidak dilakukan tidak dilakukan

Arcus faring tidak dilakukan tidak dilakukan

Refleks muntah tidak dilakukan tidak dilakukan

N.X kanan kiri

Arcus pharinx tidak dilakukan tidak dilakukan

Disfagia (-) (-)

Nadi normal normal

N.XI kanan kiri

Mengangkat bahu (+) (+)

Memalingkan kepala (+) (+)

N.XII kanan kiri

Pergerakan lidah baik baik

Tremor lidah (-) (-)

Julur lidah tidak ada kelainan tidak ada kelainan

Artikulasi baik baik

d. Badan dan anggota gerak

6

Page 7: CASE SARAF HNP

1. Badan

Motorik

Bentuk columna verterbralis : normal

Pergerakan columna vertebralis : bebas

Duduk : sedikit membungkuk, dbn

Sensibilitas kanan kiri

Taktil baik baik

Nyeri baik baik

Suhu tidak dilakukan

Refleks

Refleks kulit perut atas :tidak dilakukan

Refleks kulit perut tengah :tidak dilakukan

Refleks kulit perut bawah : tidak dilakukan

2. Anggota Gerak Atas

Motorik kanan kiri

Pergerakan bebas bebas

Kekuatan 5-5-5-5 5-5-5-5

Tonus normotonus normotonus

Atrofi (-) (-)

Sensibilitas kanan kiri

Taktil baik baik

Nyeri baik baik

Thermi tidak dilakukan tidak dilakukan

Refleks kanan kiri

Biceps + +

Triceps + +

Tromner-hoffman tidak di lakukan tidak dilakukan

3. Anggota Gerak Bawah

7

Page 8: CASE SARAF HNP

Motorik kanan kiri

Pergerakan bebas bebas

Kekuatan 4-4-4-4 5-5-5-5

Tonus normotonus normotonus

Atrofi (-) (-)

Sensibilitas kanan kiri

Taktil baik baik

Nyeri baik baik

Thermi tidak dilakukan tidak dilakukan

Refleks kanan kiri

Patella (+) (+)

Achilles (+) (+)

Babinski (-) (-)

Chaddock (-) (-)

Rossolimo (-) (-)

Mendel-Bechterev (-) (-)

Schaefer (-) (-)

Oppenheim (-) (-)

Tes Lasegue (-) (-)

Tes Kernig (-) (-)

Tes Patrick (-) (-)

Koordinasi, gait, dan keseimbangan

Cara berjalan : tidak dapat dinilai

Tes Romberg :tidak di lakukan

Tandem walking : tidak dilakukan

Disdiadokokinesia : tidak dilakukan

Rebound phenomenon: tidak dilakukan

Heel to knee : tidak dilakukan

Gerakan-gerakan abnormal

8

Page 9: CASE SARAF HNP

Tremor : (-)

Miokloni : (-)

Khorea : (-)

Alat Vegetatif

Miksi : lancar

Defekasi : lancar

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

Hasil pemeriksaan Laboratorium, Tgl 28 – 10 -2013

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal

Hematologi

Hemoglobin 13,2 g/dL 11,7 - 15,5

Leukosit 8,4 ribu/uL 3,6 – 11

Eritrosit 4,4 ribu/uL 3,8 – 5,2

Trombosit 272 ribu/uL 150 – 400

Hematokrit 38 % 35 – 47

LED 1 Jam 35 mm/jam 0-20

LED 2 Jam 60 mm/jam 0-30

MCV 86 fl 80-100

MCH 30 Pg 26-34

MCHC 35 g/dL 32-36

Eosinofil 0,5 % 2,00 – 4,00

Basofil 0,2 % 0-1

Netrofil 78,30 % 50-70

Limfosit 18,10 % 25 – 40

Monosit 2,9 % 2 – 8

Gula darah sewaktu 87 mg/dL 70 – 150

Asam urat 2,3 mg/dL 2,0 – 7,0

9

Page 10: CASE SARAF HNP

Golongan darah : O

2. Pemeriksaan MRI Lumbosakral

Hasil pemeriksaan MRI menunjukkan adanya kompresi pada saraf spinal, pada segmen L 4-5,

L5-S1.

sumber : www.google.com

10

Page 11: CASE SARAF HNP

IV. RINGKASAN

Subjektif :Ny U 50 tahun datang dengan keluhan nyeri pinggang menjalar ke bokong

kemudian ke tungkai kanan (tungkai kanan atas, tungkai kanan bagian bawah) dan telapak kaki

kanan. Nyeri dirasakan sudah 3 hari, nyeri timbul secara tiba-tiba terasa di seperti tusuk-tusuk,

nyeri di rasakan hilang timbul, muncul terutama saat pasien berdiri, hendak berjalan. Os merasa

nyerinya berkurang ketika tiduran, Os sudah pernah mengalami nyeri seperti tapi tidak sehebat

ini sehingga tidak dihiraukan Os. tanggal 28 oktober 2013 kurang lebih jam 7.10 WIB Os

merasa nyerinya semakin hebat sehingga mengeluh karena keluhannya semakin memberat

keluarga menyarankan untuk di bawa ke RS IGD Panti Wilasa. mual -, muntah -, riwayat trauma

di sangkal pasien. BAB baik, BAK baik.

Objektif :

Pada pemeriksaan fisik di dapatkan kesadaran compos mentis, dengan tanda-tanda vital

tekanan darah 140/80 mmHg, frekuensi nadi 84X/menit, frekuensi napas 20x/menit suhu 36,70 C.

Status generalis tidak didapatlan kelainan. Pemeriksaan status neurologis, GCS 15, pemeriksaan

motorik di beri nilai 5, ekstremitas inferior dextra pemeriksaan motorik diberi nilai 4 karena di

pengaruhi oleh rasa nyeri. Refleksi fisiologis (+) pada keempat ekstremitas. Refleks patologis (-)

pada enxtremitas inferior dextra. Tanda rangsang meningeal (-). Pemeriksaan laboratorium

ditemukan adanya penigkatan laju endap darah, peningkatan netrofil penurunan eusinofil, dan

limfosit.Pada pemeriksaan MRI ditemukan adanya kompresi pada saraf spinal pada segmen L4,

L5, S1.

V. DIAGNOSIS

Diagnosis klinik : Low Back Pain (nyeri punggung bawah) dextra

Diagnosis topik :discus intervertebralis

Diagnosis etiologik :Hernia Nukleus Pulposus

11

Page 12: CASE SARAF HNP

VI. TATALAKSANA

Terapi :

Non medikamentosa :

Tirah baring

Fisiterapi

Korset lumbal

Medikamentosa :

Infus RL 20 tetes/menit

Ketorolac 3% inj

Profenid Supp

Sohobion inj

Grahabion tab

Ranitidin inj

VII. PROGNOSIS

Ad vitam : Ad bonam

Ad functionam : Ad bonam

Ad sanationam : Ad bonam

12

Page 13: CASE SARAF HNP

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi

HNP (Hernia Nukleus Pulposus) yaitu keluarnya nukleus pulposus dari discus melalui

robekan annulus fibrosus hingga keluar ke belakang/dorsal menekan medulla spinalis atau

mengarah ke dorsolateral menekan radix spinalis sehingga menimbulkan gangguan.

Gambar 2.1 Herniated Nucleus Pulposus

3.2 Epidemiologi

Prevalensinya berkisar antara 1-2% dari populasi.HNP lumbalis paling sering (90%)

mengenai diskus intervetebralis L5-S1, L4-L5. Biasanya nyeri pinggang bawah (NPB) oleh

karena HNP lumbalis akan membaik dalam waktu kira-kira 6 minggu.

HNP lebih banyak terjadi pada individu dengan pekerjaan yangbanyak membungkuk dan

mengangkat.Karena ligamentum longitudinalis posterior pada daerah lumbal lebih kuat pada

bagian tengahnya, maka protrusi discus cenderung terjadi ke arah postero lateral, dengan

kompresi radiks saraf.

13

Page 14: CASE SARAF HNP

3.3 Etiologi

Hernia nukleus pulposus dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut :

Degenerasi diskus intervertebralis

Trauma minor pada pasien tua dengan degenerasi

Trauma berat atau terjatuh

Mengangkat atau menarik benda berat

Faktor resiko

1. Faktor Resiko yang tidak dapat dirubah yakni umur, jenis kelamin, dan riwayat trauma

sebelumnya

2. Faktor resiko yang dapat diubah diantaranya pekerjaan dan aktivitas, olah raga tidak

teratur, latihan berat dalam jangka waktu yang lama, merokok, berat badan berlebih,

batuk lama dan berulang.

3.5 PATOFISIOLOGI

Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya HNP :

1. Aliran darah ke discus berkurang

2. Beban berat

3. Ligamentum longitudinalis posterior menyempit

Jika beban pada discus bertambah, annulus fibrosus tidak kuat menahan nukleus pulposus

(gel) akan keluar, akan timbul rasa nyeri oleh karena gel yang berada di canalis vertebralis

menekan radiks.

14

Page 15: CASE SARAF HNP

Bangunan peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang terangsang oleh

berbagai stimulus lokal (mekanis, termal, kimiawi). Stimulus ini akan direspon dengan

pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme

nyeri merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga proses

penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme otot, yang selanjutnya

dapat menimbulkan iskemia.

Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya

berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada sistem

saraf.

Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2 kemungkinan. Pertama,

penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya nosiseptor dari nervi

nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi.

Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan serabut saraf

misalnya karena pergerakan.Kemungkinan kedua, penekanan mengenai serabut saraf.Pada

kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler di mana terjadi akumulasi saluran ion Na dan ion

lainnya.Penumpukan ini menyebabkan timbulnya mechano-hot spot yang sangat peka terhadap

rangsang mekanikal dan termal.Hal ini merupakan dasar pemeriksaan Laseque.

15

Page 16: CASE SARAF HNP

3.6 GEJALA KLINIS

Manifestasi klinis yang timbul tergantung lokasi lumbal yang terkena. HNP dapat terjadi

kesegala arah, tetapi kenyataannya lebih sering hanya pada 2 arah, yang pertama ke arah

postero-lateral yang menyebabkan nyeri pinggang, dan gejala dan tanda-tanda sesuai dengan

radiks dan saraf mana yang terkena.Berikutnya ke arah postero-sentral menyebabkan nyeri

pinggang.

16

Page 17: CASE SARAF HNP

Kedua saraf sciatic (N. Ischiadicus) adalah saraf terbesar dan terpanjang pada

tubuh.masing-masing hampir sebesar jari. Pada setiap sisi tubuh, saraf sciatic menjalar dari

tulang punggung bawah ,di belakang persendian pinggul, turun ke bokong dan dibelakang lutut.

Di sana saraf sciatic terbagi dalam beberapa cabang dan terus menuju kaki.

Ketika saraf sciatic terjepit, meradang, atau rusak, nyeri sciatica bisa menyebarsepanjang

panjang saraf sciatic menuju kaki.Sciatica terjadi sekitar 5% pada orang Ischialgia, yaitu suatu

kondisi dimana saraf Ischiadikus yang mempersarafi daerah bokong sampai kaki terjepit.

Penyebab terjepitnya saraf ini ada beberapa faktor, yaitu antara lain kontraksi atau radang otot-

otot daerah bokong, adanya perkapuran tulang belakang atau adanya Herniasi Nukleus Pulposus

(HNP), dan lain sebagainya.

Sciatica merupakan nyeri yang terasa sepanjang perjalanan nervus ischiadicus sampai ke

tungkai, biasanya mengenai hanya salah satu sisi.Nyeri dirasakan seperti ditusuk jarum, sakit

nagging, atau nyeri seperti ditembak.Kekakuan kemungkinan dirasakan pada kaki.Berjalan,

berlari, menaiki tangga, dan meluruskan kaki memperburuk nyeri tersebut, yang diringankan

dengan menekuk punggung atau duduk.

Gejala yang sering ditimbulkan akibat ischialgiaadalah :

Nyeri punggung bawah.

Nyeri daerah bokong.

Rasa kaku/ tertarik pada punggung bawah.

Nyeri yang menjalar atau seperti rasa kesetrum dan dapat disertai baal, yang dirasakan

dari bokong menjalar ke daerah paha, betis bahkan sampai kaki, tergantung bagian saraf

mana yang terjepit.

17

Page 18: CASE SARAF HNP

Rasa nyeri sering ditimbulkan setelah melakukan aktifitas yang berlebihan, terutama

banyak membungkukkan badan atau banyak berdiri dan berjalan.

Rasa nyeri juga sering diprovokasi karena mengangkat barang yang berat, batuk, bersin

akibat bertambahnya tekanan intratekal.

Jika dibiarkan maka lama kelamaan akan mengakibatkan kelemahan anggota badan

bawah/ tungkai bawah yang disertai dengan mengecilnya otot-otot tungkai bawah dan

hilangnya refleks tendon patella (KPR) dan achilles (APR).

Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan defekasi, miksi dan

fungsi seksual. Keadaan ini merupakan kegawatan neurologis yang memerlukan tindakan

pembedahan untuk mencegah kerusakan fungsi permanen.

Kebiasaan penderita perlu diamati, bila duduk maka lebih nyaman duduk pada sisi yang

sehat.

18

Page 19: CASE SARAF HNP

Tes-tes Khusus

1. Tes Laseque (Straight Leg Raising Test = SLRT)

Tungkai penderita diangkat perlahan tanpa fleksi di lutut sampai sudut 90°.

2. Gangguan sensibilitas, pada bagian lateral jari ke 5 (S1), atau bagian medial dari

ibu jari kaki (L5).

3. Gangguan motoris, penderita tidak dapat dorsofleksi, terutama ibu jari kaki (L5),

atau plantarfleksi (S1).

Tes dorsofleksi : penderita jalan diatas tumit

Tes plantarfleksi : penderita jalan diatas jari kaki

4. Kadang-kadang terdapat gangguan autonom, yaitu retensi urine, merupakan

indikasi untuk segera operasi.

5. Kadang-kadang terdapat anestesia di perineum, juga merupakan indikasi untuk

operasi.

6. Tes provokasi : tes valsava dan naffziger untuk menaikkan tekanan intratekal.

7. Tes kernique

19

Page 20: CASE SARAF HNP

Pemeriksaan Penunjang

Darah rutin : tidak spesifik

Urine rutin : tidak spesifik

Myelogram mungkin disarankan untuk menjelaskan ukuran dan lokasi dari hernia.

Bila operasi dipertimbangkan maka myelogram dilakukan untuk menentukan

tingkat protrusi diskus.

MRI tulang belakang bermanfaat untuk diagnosis kompresi medula spinalis atau

kauda ekuina atau saraf-saraf spinal.

Foto : foto rontgen tulang belakang. Pada penyakit diskus, foto ini normal atau

memperlihatkan perubahan degeneratif dengan penyempitan sela invertebrata dan

pembentukan osteofit

3. 8 PENATALAKSANAAN

Terapi Konservatif

Tujuan terapi konservatif adalah mengurangi iritasi saraf, memperbaiki kondisi fisik

pasien dan melindungi dan meningkatkan fungsi tulang punggung secara keseluruhan.Perawatan

utama untuk diskus hernia adalah diawali dengan istirahat dengan obat-obatan untuk nyeri dan

anti inflamasi, diikuti dengan terapi fisik. Dengan cara ini, lebih dari 95 % penderita akan

sembuh dan kembali pada aktivitas normalnya. Beberapa persen dari penderita butuh untuk terus

mendapat perawatan lebih lanjut yang meliputi injeksi steroid atau pembedahan.

Terapi konservatif meliputi:

1. Tirah baring

Tujuan tirah baring untuk mengurangi nyeri mekanik dan tekanan intradiskal, lama yang

dianjurkan adalah 2-4 hari. Tirah baring terlalu lama akan menyebabkan otot melemah. Pasien

dilatih secara bertahap untuk kembali ke aktifitas biasa.

Posisi tirah baring yang dianjurkan adalah dengan menyandarkan punggung, lutut dan

punggung bawah pada posisi sedikit fleksi. Fleksi ringan dari vertebra lumbosakral akan

memisahkan permukaan sendi dan memisahkan aproksimasi jaringan yang meradang

.

20

Page 21: CASE SARAF HNP

2. Medikamentosa

1. Analgetik dan NSAID

2. Pelemas otot: digunakan untuk mengatasi spasme otot

3. Opioid: tidak terbukti lebih efektif dari analgetik biasa. Pemakaian jangka

panjang dapat menyebabkan ketergantungan

4. Kortikosteroid oral: pemakaian masih menjadi kontroversi namun dapat

dipertimbangkan pada kasus HNP berat untuk mengurangi inflamasi.

3. Terapi fisik

Traksi pelvis

Menurut panel penelitian di Amerika dan Inggris traksi pelvis tidak terbukti

bermanfaat.Penelitian yang membandingkan tirah baring, korset dan traksi dengan tirah baring

dan korset saja tidak menunjukkan perbedaan dalam kecepatan penyembuhan.

Diatermi/kompres panas/dingin

Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi dan spasme otot.  keadaan

akut biasanya dapat digunakan kompres dingin, termasuk bila terdapat edema. Untuk nyeri

kronik dapat digunakan kompres panas maupun dingin.

Korset lumbal

Korset lumbal tidak bermanfaat pada HNP akut namun dapat digunakan untuk mencegah

timbulnya eksaserbasi akut atau nyeri HNP kronis.Sebagai penyangga korset dapat mengurangi

beban diskus serta dapat mengurangi spasme.

Latihan

Direkomendasikan melakukan latihan dengan stres minimal  punggung seperti jalan kaki,

naik sepeda atau berenang. Latihan lain berupa kelenturan dan penguatan. Latihan bertujuan

untuk memelihara fleksibilitas fisiologik, kekuatan otot, mobilitas sendi dan jaringan

lunak.Dengan latihan dapat terjadi pemanjangan otot, ligamen dan tendon sehingga aliran darah

semakin meningkat.

Proper body mechanics

Pasien perlu mendapat pengetahuan mengenai sikap tubuh yang baik untuk mencegah

terjadinya cedera maupun nyeri.Beberapa prinsip dalam menjaga posisi punggung adalah sebagai

berikut:

Dalam posisi duduk dan berdiri, otot perut ditegangkan, punggung tegak dan lurus. Hal

ini akan menjaga kelurusan tulang punggung.

21

Page 22: CASE SARAF HNP

Ketika akan turun dari tempat tidur posisi punggung didekatkan ke pinggir tempat tidur.

Gunakan tangan dan lengan untuk mengangkat panggul dan berubah ke posisi duduk.

Pada saat akan berdiri tumpukan tangan pada paha untuk membantu posisi berdiri.

Saat duduk, lengan membantu menyangga badan. Saat akan berdiri badan diangkat

dengan bantuan tangan sebagai tumpuan.

Saat mengangkat sesuatu dari lantai, posisi lutut ditekuk seperti hendak jongkok,

punggung tetap dalam keadaan lurus dengan mengencangkan otot perut. Dengan

punggung lurus, beban diangkat dengan cara meluruskan kaki. Beban yang diangkat

dengan tangan diletakkan sedekat mungkin dengan dada.

Jika hendak berubah posisi, jangan memutar badan. Kepala, punggung dan kaki harus

berubah posisi secara bersamaan.

Hindari gerakan yang memutar vertebra. Bila perlu, ganti wc jongkok dengan wc duduk

sehingga memudahkan gerakan dan tidak membebani punggung saat bangkit.

Terapi Operatif

Terapi bedah berguna untuk menghilangkan penekanan dan iritasi saraf sehingga nyeri

dan gangguan fungsi akan hilang. Tindakan operatif  HNP harus berdasarkan alasan yang kuat

yaitu berupa:

Defisit neurologik memburuk.

Gangguan otonom (miksi, defekasi, seksual).

Paresis otot tungkai bawah.

Larangan

Peregangan yang mendadak pada punggung.Jangan sekali-kali mengangkat benda atau

sesuatu dengan tubuh dalam keadaan fleksi atau dalam keadaan membungkuk.Hindari kerja dan

aktifitas fisik yang berat untuk mengurangi kambuhnya gejala setelah episode awal.

22

Page 23: CASE SARAF HNP

23

Page 24: CASE SARAF HNP

3.9 PROGNOSIS

Sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan terapi konservatif.

Sebagian kecil à berkembang menjadi kronik meskipun sudah diterapi.

Pada pasien yang dioperasi : 90% à membaik terutama nyeri tungkai, kemungkinan

terjadinya kekambuhan adalah 5%

24

Page 25: CASE SARAF HNP

KESIMPULAN

Hernia Nukleus Pulposus yaitu keluarnya nukleus pulposus dari diskus melalui robekan

annulus fibrosus hingga keluar ke belakang/dorsal menekan medulla spinalis atau mengarah ke

dorsolateral menekan radix spinalis sehingga menimbulkan gangguan berupa nyei pinggang.

Mendiagnosis HNP di tegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik pemeriksaan

radiologi. MRI merupakan pilihan dari berbagai pemeriksaan radiologi karena memiliki

spesitifitas dan sensitivitas yang tinggi. Tidak seperti pada pemeriksaan foto polos yang hanya

dapat melihat komponen tulang vertebre saja tetapi dari pemeriksaan foto polos dapat mencurigai

kearah HNP dapat dilakukan sehingga perlu pemeriksaan lebih lanjut seperti myelografi, MRI.

25

Page 26: CASE SARAF HNP

DAFTAR PUSTAKA

1. Sidharta, Priguna. Neurologi Klinis Dasar, edisi IV, cetakan kelima. Jakarta : PT Dian

Rakyat. 87-95. 1999

2. Sidharta, Priguna. Sakit Neuromuskuloskeletal Dalam Praktek Umum. Jakarta : PT Dian

Rakyat. 182-212.

3. Purwanto ET. Hernia Nukleus Pulposus. Jakarta: Perdossi

4. Nuarta, Bagus. Ilmu Penyakit Saraf. In: Kapita Selekta Kedokteran, edisi III, jilid kedua,

cetakan keenam. Jakarta : Media Aesculapius. 54-59. 2004

5. Sakit Pinggang. In: Neurologi Klinis Dalam Praktik Umum, edisi III, cetakan kelima.

Jakarta : PT Dian Rakyat. 203-205

6. Partono M. Mengenal Nyeri pinggang. http://mukipartono.com/mengenal-nyeri-

pinggang-hnp/ [diakses 7 Desember 2010]

7. Anonim. Hernia Nukleus Pulposus (HNP).

http://kliniksehat.wordpress.com/2008/10/02/hernia-nukleus-pulposus-hnp/ [diakses 9

Desember 2010]

26