Case Neuro Lbp
-
Upload
milawidyastuti -
Category
Documents
-
view
62 -
download
1
description
Transcript of Case Neuro Lbp
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : laki-laki
Umur : 67 tahun
Suku Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Desa sukaharja
Status : Menikah
Agama : Islam
Tanggal Dirawat : 07 September 2013
pukul 22.00 WIB
Ruang : Antasena 7
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara auto dan alloanamnesis dengan pasien dan anaknya
pada tanggal 09 September 2013 pada pukul 15.00 WIB
Keluhan Utama : Nyeri pinggang
Onset : Sejak 42 tahun hilang timbul
Lokasi : Punggung bagian tengah menjalar ke pinggul
Kualitas : Terasa seperti ditarik
Faktor yang memperberat : Batuk, posisi duduk
Faktor yang meringankan : Posisi tidur
Gejala penyerta : Kaki terasa baal, sesak nafas, batuk, demam
Kronologis :
1
Pasien datang diantar oleh keluarga ke IGD RSMM dengan keluhan nyeri
punggung tengah menjalar ke kedua pinggul sejak 42 tahun SMRS. Pasien
merasakan keluhan ini hilang timbul dan bertambah berat sejak 1 tahun
belakangan. Pasien juga merasakan kedua kaki baal dari pergelangan kaki sampai
telapak kaki sejak satu bulan terakhir. Pasien berobat ke klinik 24 jam, mantri, dan
alternatif tetapi keluhan hanya berkurang ketika minum obat dan kembali muncul
ketika obat habis. Karena sakit yang dirasakannya maka pasien lebih banyak
berbaring di rumah dan jarang beraktivitas.
Pasien mengalami sesak sejak 1 minggu yang hilang timbul tetapi tidak
dipengaruhi oleh posisi maupun aktivitas. Nyeri pada seluruh dada dirasakan
pasien terutama saat batuk yang terasa seperti dirobek.
Kelemahan pada tungkai disangkal. Keluhan BAB dan BAK disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat batuk dirasakan sejak 1 tahun belakangan disertai
dahak berwarna kuning kehijauan. Pasien sering merasakan keringat dingin serta
badan sumeng setiap malam. Berat badan diakui terjadi penurunan sekitar 2 kilo
setiap bulan dan penurunan nafsu makan. Kemudian pasien berobat ke dokter dan
dinyatakan TB Paru dan diberikan OAT. Terapi dilakukan selama 5 minggu
kemudian ps berhanti berobat.
Pasien pernah mengalami kecelakaan 42 tahun yang lalu ketika truk pasir yang
dikemudikan oleh pasien terguling dan pasien tertimbun oleh pasir dalam posisi
duduk.
Riwayat asma, alergi obat, darah tinggi dan kencing manis disangkal oleh
pasien.
Riwayat Penyakit Keluarga
2
Riwayat penyakit paru, darah tinggi, stroke, penyakit jantung, serta kencing
manis disangkal oleh pasien.
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien bekerja sebagai kuli angkut pasir dan sering membawa mobil jarak jauh
dengan keadaan sosial ekonomi menengah ke bawah.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 9 september 2013, pukul 15.00
1. TANDA VITAL
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4 V5 M6
Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 100x/menit
Suhu : 38.3oC
Pernafasan : 28x/menit
BB : 48 kg
TB : 165 cm
2. STATUS GENERALIS
Kepala : Normocephali
Mata : CA -/- SI -/-
THT : dbn
Leher : KGB tidak teraba, tiroid tidak teraba
Jantung : S1/S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru : SNV +/+, ronki +/+ basah kasar, wheezing -/-
Abdomen : datar, supel
3
Bising usus (+) normal, perkusi timpani seluruh lapang
3. STATUS NEUROLOGIS
- Kesadaran : Compos Mentis
- GCS : E4 V5 M6
- Pembicaraan : Baik
- Kepala : Normocephali
- Rangsangan Selaput Otak :
a. Kaku kuduk : (-)
b. Kerniq : 135o / 135o
c. Brudzinski I : -/-
d. Brudzinski II : -/-
- Saraf kranial
o N. I Normosmia
o N. II Kanan Kiri
Visus : 6/6 1/∞
Campus visus : baik -
Melihat warna : baik -
Funduskopi : tidak dilakukan tidak dilakukan
o N. III, IV, VI
Kanan Kiri
Kedudukan bola mata : Ortoforia Ortoforia
Pergerakan bola mata :
4
Ke atas baik baik
Ke temporal baik baik
Ke bawah baik baik
Ke temporal bawah baik baik
Exophtalmus (-) (-)
Nistagmus (-) (-)
Ptosis (-) (-)
Pupil :
Bentuk bulat sulit dinilai
Lebar 3 mm sulit dinilai
Anisokoria sulit dinilai
RCL (+) sulit dinilai
RCTL (+) sulit dinilai
Reaksi akomodasi baik sulit dinilai
Reaksi konvergensi baik sulit dinilai
o N. V
Kanan Kiri
Cabang motorik baik baik
Cabang sensorik
5
Ophtalmikus baik baik
Maxillaris baik baik
Mandibularis baik baik
o N. VII
Kanan Kiri
Motorik orbitofrontalis baik baik
Motorik orbicularis oculi baik baik
Motorik orbicularis oris baik baik
Pengecap 2/3 anterior lidah baik baik
o N. VIII
Kanan Kiri
Vestibular
Vertigo (-) (-)
Nystagmus (-) (-)
Cochlear
Tuli konduktif : tidak dilakukan
Tuli sensorineural : tidak dilakukan
o N. IX dan X
Bagian motorik
Suara : biasa
Menelan : baik
Kedudukan arkus faring : simetris
Kedudukan uvula : ditengah arkus faring
Detak jantung : regular, murmur (-), gallop (-)
Bising usus : (+) dalam batas normal
6
Bagian sensorik
Pengecapan 1/3 bagian belakang lidah : baik
Refleks oculo cardiac : (+)
Refleks carotico cardiac : (+)
Refleks muntah : (+)
Refleks palatum mole : (+)
o N. XI
Mengangkat bahu : baik
Memalingkan kepala : baik
o N. XII
Kedudukan lidah saat istirahat : lurus di tengah
Atrofi : (-)
Fasikulasi / tremor : (-)
Kekuatan lidah menekan bagian pipi : baik
- Sistem Motorik
Kekuatan otot 5 5 5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 5
Gerakan involunter
Tremor : (-)
Chorea : (-)
Athetose : (-)
Mioklonik : (-)
Trofik : eutrofik
7
Tonus : normotonus
Koordinasi
Jari tangan – jari tangan : baik
Jari tangan – hidung : baik
Ibu jari kaki – jari tangan : tidak dilakukan
Tumit – lutut : baik
Pronasi – supinasi : baik
Tapping dengan jari tangan : tidak dilakukan
Station
Romberg test : tidak dilakukan
- Sistem sensorik
Rasa eksteroseptif
Rasa nyeri superficial : baik
Rasa suhu (panas/dingin) : tidak dilakukan
Rasa raba ringan : baik
Rasa propioseptif
Rasa getar : tidak dilakukan
Rasa tekan : baik
Rasa nyeri tekan : tidak dilakukan
Rasa gerak dan posisi : baik
Rasa enteroseptif
Reffered pain : tidak dilakukan
8
- Gangguan fungsi luhur
Apraksia : (-)
Alexia : (-)
Agraphia : (-)
Fingeragnosia : (-)
Membedakan kanan dan kiri : (-)
Acalculia : (-)
- Refleks fisiologis
Kanan Kiri
BPR ++ ++
TPR ++ ++
KPR ++ ++
APR ++ ++
- Refleks patologis
Tungkai
Kanan Kiri
Babinsky - -
Caddock - -
Oppenheim - -
Rossolimo - -
Gordon - -
Schaefer - -
Mendel-Bechtrew - -
Stransky - -
Gonda - -
9
Bing - -
Lengan
Hoffman-trommer - -
Leri - -
Mayer - -
- SSO
Miksi : baik
Defekasi : baik
Sekresi keringat : baik
Salivasi : baik
Gangguan vasomotor : tidak ada
Gangguan tropic kulit, kuku rambut : tidak ada
- Collumna vertebra
Kelainan lokal
Pada perabaan : teraba spasme otot pada daerah m. trapezius
Skoliosis : (-)
Kyphosis : (-)
Kyphoskoliosis: (-)
Nyeri tekan/ketok lokal : (-)
Gerakan cervical vertebrae
Fleksi : baik
Ekstensi : baik
Lateral deviasi : baik
Rotasi : baik
Gerakan dari tubuh
10
Membungkuk : tidak terdapat nyeri tetapi pasien merasa berat saat
bangun sehingga perlu dibantu
Ekstensi : tidak dilakukan
Lateral deviasi : tidak dilakukan
- Tes provokasi
Kanan Kiri
Laseq - -
Patrick - -
Anti patrick - -
Braggard - -
Sicard - -
IV. RESUME
Seorang laki-laki usia 67 tahun datang ke IGD RSMM Bogor dengan keluhan
nyeri punggung sejak 42 tahun. Nyeri dirasakan di punggung bagian tengah
menjalar ke pinggul yang hilang timbul dan semakin berat, terasa seperti ditarik.
Nyeri semakin terasa jika pasien batuk dan saat posisi duduk serta lebih berkurang
pada posisi tidur. Pasien merasakan baal dari pergelangan kaki sampai telapak
kaki. Batuk (+), sesak (+), nyeri kedua dada (+) terutama saat batuk. Pasien
pernah mengalami kecelakaan 42 tahun yang lalu ketika truk pasir yang
dikemudikan oleh pasien terguling dan pasien tertimbun oleh pasir dalam posisi
duduk.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang,
kesadaran compos mentis. Tanda vital didapatkan tekanan darah 120//80 mmHg,
nadi 100x/menit, suhu 38.3oC, pernafasan 28x/menit
11
Pada status generalis, didapatkan ronki basah kasar di kedua lapang
paru. Status neurologis GCS E4 V5 M6. Pada pemeriksaan collumna vertebra,
perabaan didapatkan spasme otot pada daerah m. trapezius. Gerakan tubuh
saat membungkuk tidak didapatkan nyeri tetapi pasien merasa berat saat
bangun sehingga perlu dibantu.
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium 6 September 2013
PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL
HEMATOLOGI
Hemoglobin 13.1 13 - 18
Leukosit 4.970 4000 – 10000
Thrombosit 287.000 150000 – 400000
Hematokrit 35 40 - 54
KIMIA DARAH
SGOT 35 < 42
SGPT 25 < 47
Ureum 46.3 10 – 50
Creatinin 1.22 0.67 – 1.36
Glukosa sewaktu 141 < 140
12
Radiologi 6 September 2013
Foto Thorax
Deskripsi:
Cor : tak membesar, elongatio arcus aorta
Pulmo: Trachea letak di tengah, mediastinum tak melebar
Tak tampak infiltrat pada paru kanan kiri
Corakan bronkovaskular di hilus kanan-kiri kasar
Sinus phrenicocostalis kanan kiri lancip
Diafragma kanan kiri normal
13
Tulang tulang normal
Kesan:
Cor : tak membesar, elongatio arcus aorta
Pulmo : gambaran bronchitis
Foto Lumbosacral
Deskripsi:
Alignment tulang normal
Corpus vertebrae VTh XII, VL I tampak kompresi
Tak tampak penonjolan spur
Densitas / trabeculasi tulang menurun
Discusintervertebralis tak menyempit
Pedicles baik
14
Kesan:
Osteoporosis
Susp. Fraktur kompresi VTh XII, VL I
VI. DIAGNOSA KERJA
Diagnosis klinis : nyeri punggung bawah dan TB paru
Diagnosis Topis : vertebrae thoracal XII dan lumbal I
Diagnosis etiologis: low back pain et causa fraktur kompresi serta
osteoporosis
VII. PEMERIKSAAN ANJURAN
- MRI
- Bone densitometry
VIII. PENATALAKSANAAN
Non farmakologis
- Tirah baring dengan mobilisasi perlahan
- Konsul rehab medik untuk fisioterapi
- Rawat bersama dengan dokter spesialis paru
Farmakologis
- IVFD ASERING + tramadol 100 mg / 16 ttm
- Tablet calcium 2x1
- Acetaminophen 2x1
IX. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad malam
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Pendahuluan
Low Back Pain (nyeri pinggang belakang) sering dijumpai, terutama di negara-negara
industri. Diperkirakan 70 – 85 % dari seluruh populasi pernah mengalami episode ini selama
hidupnya.
Data epidemiologi mengenai Low Back Pain di Indonesia belum ada, namun
diperkirakan 40 % penduduk pulau Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun pernah menderita
nyeri pinggang, prevalensi pada laki-laki 18.2% dan pada wanita 13.6%.
Low Back Pain merupakan nyeri pada daerah punggung antara sudut bawah costae
sampai lumbosakral. dapat menyerupai nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya.
LBP atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang
disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik.
II.2. Anatomi Vertebrae
Kolumna vertebralis terdiri dari 33 vertebrae (yang dihubungkan oleh kartilago dan
ligamenta), yaitu 7 vertebrae cervikalis (v. C 1-7), 12 vertebrae thorakalis (v T 1-12),
vertebrae lumbalis (v L 1-5), 5 vertebrae sakralis (v S 1-5), dan 4 vertebrae koksigealis (v. Co
1-4) yang bergabung menjadi satu. (1)
16
Gambar.II.1. Anatomi Vertebrae 1
Setiap vertebrae memiliki korpus kecuali atlas dan arkus vertebrae yang membentuk
kanalis spinalis. Dua vertebrae yang berdekatan, besera jaringan penghubungnya embentuk 1
unit fungsional, setip unit fungsional terdiri dari :
- Bagian depan berfungsi sebagai penyangga (weight bearing). Terdiri dari 2
korpus vertebrae dengan diskus inervertebralis diantaranya ( sebagai hydraulic
shock absorbing system). Dinding luar diskus intervertebralis, yaitu anulus
fibrosus terdiri dari jaringan fibroelastik yang kuat, membungkus nukleus
pulposus (suatu matriks gelatinosa)
- Bagian belakang berfungsi seagai pemandu gerak (gliding guiding). Terdiri dari
2 arkus vertebrae, 2 prosesus transversus, 1 prosesus spinosus posterior dan 2
pasang persendian. (2)
Ligamentum yang membungkus dan menjaga stabilitas kolumna vertebralis, serta
melindungi myelum, diantaranya ligamntum longitudinalis anterior, ligamentum
longitudinalis posterior, ligamentum flavum, ligamentum supraspinosum, ligamentum
interspinosum, dll.
Myelum atau medula spinalis berbentuk panjang, silindrik dan dibungkus oleh selaput
meningen, berada dalam (+ 2/3 bagan atas) kanalis spinalis. Secara imajiner, myelum dibagi
menjadi 31 segmen yaitu 8 segmen servikal, 12 segmen torakal, 5 segmen lumbal, 5 segmen
17
sakrum, dan 1 segmen koksigeal. Tiap segmen ini berhubungand engan 1 pasang saraf spinal
yang terdiri dari akar dosal (sensorik) dan akar ventral (motorik).
Gambar.II.2. Anatomi Vertebrae 2
II.3. Definisi (3)
Low Back Pain merupakan nyeri pada daerah punggung antara sudut bawah costae
sampai lumbosakral. dapat menyerupai nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya.
LBP atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang
disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik.
II.4. Etiologi (4)
II.4.1 Organ yang Mendasari
Berdasarkan organ yang mendasari, Low Back Pain dapat dibagi menjadi
beberapa jenis, yaitu :
a) LBP Viserogenik
18
Disebabkan oleh adanya proses patologik di ginjal atau visera didaerah pelvis,
serta tumor retroperitoneal. Nyeri yang dirasakan tidak bertambah berat dengan
aktivitas tubuh, juga tidak berkurang dengan istirahat. Penderita LBP viserogenik
yang mengalami neri hebat akan selalu menggeliat untuk mengurangi nyeri,
sedang penderita LBP spondilogenik akan lebih memilih berbaring diam dalam
posisi tertentu untuk menghilangkan nyerinya.
b) LBP vaskulogenik
Aneurisma atau penyakit vaskuler perifer dapat menimbulkan nyeri punggung
atau nyeri menyerupai iskialgia. Insufisiensi arteria glutealis superior dapat
menimbulkan nyeri di daerah bokong, yang makin memberat saat jalan dan
mereda saat berdiri. Nyeri dapat menjalar ke bawah sehingga sangat mirip dengan
iskialgia, tetapi rasa nyeri ini tidak terpengaruh oleh presipitasi tertentu misalnya:
membungkuk, mengangkat benda berat yang mana dapat menimbulkan tekanan
sepanjang kolumna vertebralis. Klaudikatio intermitten nyerinya menyerupai
iskialgia yang disebabkan oleh iritasi radiks.
c) LBP neurogenik
o Neoplasma:
Rasa nyeri timbul lebih awal dibanding gangguan motorik, sesibilitas
dan vegetatif. Rasa nyeri sering timbul pada waktu sedang tidur
sehingga membangunkan penderita. Rasa nyeri berkurang bila
penderita berjalan.
o Araknoiditis:
Pada keadaan ini terjadi perlengketan – perlengketan. Nyeri timbul
bila terjadi penjepitan terhadap radiks oleh perlengketan tersebut
o Stenosis kanalis spinalis:
19
Penyempitan kanalis spinalis disebabkan oleh proses degenerasi discus
intervertebralis dan biasanya disertai ligamentum flavum. Gejala klinis
timbulnya gejala klaudicatio intermitten disertai rasa kesemutan dan
nyeri tetap ada walaupun penderita istirahat.
d) LBP spondilogenik
o Nyeri yang disebabkan oleh berbagai proses patologik di kolumna vertebralis
yang terdiri dari osteogenik, diskogenik, miogenik dan proses patologik di
artikulatio sacroiliaka.
e) LBP psikogenik
o Biasanya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau kecemasan dan depresi atau
campuran keduanya.
f) LBP osteogenik
o Radang atau infeksi misalnya osteomielitis vertebral dan spondilitis
tuberculosa, trauma yang dapat mengakibatkan fraktur maupun
spondilolistesis, keganasan, kongenital misalnya scoliosis lumbal, nyeri yang
timbul disebabkan oleh iritasi dan peradangan selaput artikulasi posterior satu
sisi, metabolik misalnya osteoporosis, osteofibrosis, alkaptonuria,
hipofosfatemia familial.
o Fraktur kompresi lumbal : Pada seseorang yang mengalami osteoporosis
rentan sekali mengalamni fraktur dimanapun, pada fraktur kompresi terutama
di lumbal pada beberapa orag mungkin tidak menimbulkan keluhan namun
ada juga yang menimbulkan keluhan berupa nyeri pada tulang belakang yang
biasanya bersifat tajam, dan kadang – kadang fraktur itu sendiri dapat
menyebabkan iritasi pada akar syaraf sehingga dapat menimbulkan keluhan
20
nyeri yang mejalar ke sekitarnya. Selain itu gejala lain dan pemeriksaan fisik
yang ada berupa ; kifosis, tinggi badan berkurang.
g) LBP diskogenik
o Spondilosis
Proses degenerasi yang progresif pada discus intervertebralis, sehingga
jarak antar vertebra menyempit, menyebabkan timbulnya osteofit,
penyempitan kanalis spinalis dan foramen intervertebrale dan iritasi
persendian posterior. Rasa nyeri disebabkan oleh terjadinya
osteoarthritis dan tertekannya radiks oleh kantong duramater yang
mengakibatkan iskemi dan radang. Gejala neurologik timbul karena
gangguan pada radiks yaitu: gangguan sensibilitas dan motorik
(paresis, fasikulasi dan atrofi otot). Nyeri akan bertambah apabila
tekanan LCS dinaikkan dengan cara penderita disuruh mengejan
(percobaan valsava) atau dengan menekan kedua venajugularis
(percobaan Naffziger).
o Hernia nucleus pulposus (HNP):
Keadaan dimana nucleus pulposus keluar menonjol untuk kemudian
menekan kearah kanalis spinalis melalui annulus fibrosus yang robek.
Dasar terjadinya HNP yaitu degenerasi discus intervertebralis. Pada
umumnya HNP didahului oleh aktivitas yang berlebihan misalnya
mengangkat benda berat, mendorong barang berat. HNP lebih banyak
dialami oleh laki – laki dibanding wanita. Gejala pertama yang timbul
yaitu rasa nyeri di punggung bawah disertai nyeri di otot – otot sekitar
21
lesi dan nyeri tekan ditempat tersebut. Hal ini disebabkan oleh spasme
otot – otot tersebut dan spasme ini menyebabkan berkurangnya
lordosis lumbal dan terjadi scoliosis. HNP sentral menimbulkan
paraparesis flaksid, parestesia dan retensi urin. HNP lateral
kebanyakan terjadi pada L5-S1 dan L4-L5. pada HNP lateral L5-S1
rasa nyeri terdapat dipunggung bawah, ditengah – tengah antara kedua
bokong dan betis, belakang tumit dan telapak kaki. Kekuatan ekstensi
jari V kaki juga berkurang dan reaksi achilles negative. Pada HNP
lateral L4-L5 rasa nyeri dan nyeri tekan didapatkan di punggung
bawah, bagian lateral bokong, tungkai bawah bagian lateral, dan di
dorsum pedis. Kekuatan ekstensi ibu jari kaki berkurang dan refleks
patella negative. Sensibilitas pada dermatom yang sesuai dengan radiks
yang terkena, menurun. Pada tes lasegue akan dirasakan nyeri di
sepanjang bagian belakang. Percobaan valsava dan naffziger akan
memberikan hasil positif.
o Spondilitis ankilosa:
Proses ini mulai dari sendi sakroiliaka yang kemudian menjalar keatas,
ke daerah leher. Gejala permulaan berupa rasa kaku dipunggung bawah
waktu bangun tidur dan hilang setelah mengadakan gerakan. Pada foto
roentgen terlihat gambaran yang mirip dengan ruas – ruas bamboo
sehingga disebut bamboo spine.
h) LBP miogenik
o Ketegangan otot
22
sikap tegang yang berulang – ulang pada posisi yang sama akan
memendekkan otot yang akhirnya akan menimbulkan rasa nyeri. Rasa
nyeri timbul karena iskemia ringan pada jaringan otot, regangan yang
berlebihan pada perlekatan miofasialterhadap tulang, serta regangan
pada kapsula.
o Spasme otot atau kejang otot
Disebabkan oleh gerakan yang tiba – tiba dimana jaringan otot
sebelumnya dalam kondisi yang tegang atau kaku atau kurang
pemanasan. Gejalanya yaitu adanya kontraksi otot yang disertai
dengan nyeri yang hebat. Setiap gerakan akan memperberat rasa nyeri
sekaligus menambah kontraksi.
o Defisiensi otot
Disebabkan oleh kurang latihan sebagai akibat dari mekanisasi yang
berlebihan, tirah baring yang terlalu lama maupun karena imobilisasi.
o Otot yang hipersensitif
Menciptakan suatu daerah yang apabila dirangsang akan menimbulkan
rasa nyeri dan menjalar ke daerah tertentu.
II.4.2. Berdasarkan mekanisme patologiknya (4)
a) Trauma
Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama Low Back Pain. Pada
orang-orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau melakukan aktivitas
dengan beban yang berat dapat menderita nyeri pinggang yang akut.
23
Gerakan bagian punggung belakang yang kurang baik dapat menyebabkan
kekakuan dan spasme yang tiba-tiba pada otot punggung, mengakibatkan
terjadinya trauma punggung sehingga menimbulkan nyeri. Kekakuan otot
cenderung dapat sembuh dengan sendirinya dalam jangka waktu tertentu. Namun
pada kasus-kasus yang berat memerlukan pertolongan medis agar tidak
mengakibatkan gangguan yang lebih lanjut. Menurut Soeharso (1978), secara
patologis anatomis, pada Low Back Pain yang disebabkan karena trauma, dapat
ditemukan beberapa keadaan, seperti:
o Perubahan pada sendi Sacro-Iliaca
Gejala yang timbul akibat perubahan sendi sacro-iliaca adalah rasa nyeri pada
os sacrum akibat adanya penekanan. Nyeri dapat bertambah saat batuk dan
saat posisi supine. Pada pemerikasaan, lassague symptom positif dan
pergerakan kaki pada hip joint terbatas.
o Perubahan pada sendi Lumba Sacral
Trauma dapat menyebabkan perubahan antara vertebra lumbal V dan sacrum,
dan dapat menyebabkan robekan ligamen atau fascia. Keadaan ini dapat
menimbulkan nyeri yang hebat di atas vertebra lumbal V atau sacral I dan
dapat menyebabkan keterbatasan gerak.
b) Infeksi
Infeksi pada sendi terbagi atas dua jenis, yaitu infeksi akut yang disebabkan oleh
bakteri dan infeksi kronis, disebabkan oleh bakteri tuberkulosis. Infeksi kronis
ditandai dengan pembengkakan sendi, nyeri berat dan akut, demam serta
kelemahan.
Artritis rematoid dapat melibatkan persendian sinovial pada vertebra. Artritis
rematoid merupakan suatu proses yang melibatkan jaringan ikat mesenkimal.
24
Penyakit Marie-Strumpell, yang juga dikenal dengan nama spondilitis ankilosa
atau bamboo spine terutama mengenai pria dan teruta mengenai kolum vertebra
dan persendian sarkoiliaka. Gejala yang sering ditemukan ialah nyeri lokal dan
menyebar di daerah pnggang disertai kekakuan (stiffness) dan kelainan ini bersifat
progresif.
c) Neoplasma
Tumor vertebra dan medula spinalis dapat jinak atau ganas. Tumor jinak dapat
mengenai tulang atau jaringan lunak. Contoh gejala yang sering dijumpai pada
tumor vertebra ialah adanya nyeri yang menetap. Sifat nyeri lebih hebat dari pada
tumor ganas daripada tumor jinak. Contoh tumor tulang jinak ialah osteoma
osteoid, yang menyebabkan nyeri pinggang terutama waktu malam hari. Tumor
ini biasanya sebesar biji kacang, dapat dijumpai di pedikel atau lamina vertebra.
Hemangioma adalah contoh tumor benigna di kanalis spinal yang dapat
menyebabkan nyeri pinggang. Meningioma adalah tumor intradural dan
ekstramedular yang jinak, namun bila ia tumbuh membesar dapat mengakibatkan
gejala yang besar seperti kelumpuhan.
d) Low Back Pain karena Perubahan Jaringan
Kelompok penyakit ini disebabkan karena terdapat perubahan jaringan pada
tempat yang mengalami sakit. Perubahan jaringan tersebut tidak hanya pada
daerah punggung bagian bawah, tetapi terdapat juga disepanjang punggung dan
anggota bagian tubuh lain. Beberapa jenis penyakit dengan keluhan LBP yang
disebabakan oleh perubahan jaringan antara lain:
o Osteoartritis (Spondylosis Deformans)
Dengan bertambahnya usia seseorang maka kelenturan otot-ototnya juga
menjadi berkurang sehingga sangat memudahkan terjadinya kekakuan pada
25
otot atau sendi. Selain itu juga terjadi penyempitan dari ruang antar tulang
vetebra yang menyebabkan tulang belakang menjadi tidak fleksibel seperti
saat usia muda. Hal ini dapat menyebabkan nyeri pada tulang belakang hingga
ke pinggang.
o Penyakit Fibrositis
Penyakit ini juga dikenal dengan Reumatism Muskuler. Penyakit ini ditandai
dengan nyeri dan pegal di otot, khususnya di leher dan bahu. Rasa nyeri
memberat saat beraktivitas, sikap tidur yang buruk dan kelelahan.
e) Kongenital
Kelainan kongenital tidak merupakan penyebab nyeri pinggang bawah yang
penting. Kelainan kongenital yang dapat menyebabkan nyeri pinggang bawah
adalah :
o Spondilolisis dan spondilolistesis
Pada Spondilolisis tampak bahwa sewaktu pembentukan korpus vertebrae
( in utero ) arkus vertebrae tidak bertemu dengan korpus vertebraenya sendiri.
Pada spondilolistesis korpus vertebrae itu sendiri ( biasanya L5 ) tergeser ke
depan. Walaupun kejadian ini terjadi sewaktu bayi itu masih berada dalam
kandungan, namun ( oleh karena timbulnya kelinan-kelainan degeneratif )
sesudah berumur 35 tahun, barulah timbul keluhan nyeri pinggang. Nyeri
pinggang ini berkurang atau hilang bila penderita duduk atau tidur. Dan akan
bertambah, bila penderita itu berdiri atau berjalan.
Spondilolitesis dapat mengakibatkan tertekuknya radiks L5 sehingga timbul
nyeri radikuler.
o Spina Bifida
26
Bila di daerah lumbosakral terdapat suatu tumor kecil yang ditutupi oleh kulit
yang berbulu, maka hendaknya kita waspada bahwa didaerah itu ada
tersembunyi suatu spina bifida okulta.
Pada foto rontgen tampak bahwa terdapat suatu hiaat pada arkus spinosus di
daerah lumbal atau sakral. Karena adanya defek tersebut maka pada tempat itu
tidak terbentuk suatu ligamentum interspinosum. Keadaan ini akan
menimbulkan suatu “lumbo-sakral sarain” yang oleh si penderita dirasakan
sebagai nyeri pinggang.
o Stenosis kanalis vertebralis
Diagnosis penyakit ini ditegakkan secara radiologis. Walaupun penyakit telah
ada sejak lahir, namun gejala-gejalanya baru tampak setelah penderita
berumur 35 tahun. Gejala yang tampak adalah timbulnya nyeri radikuler bila si
penderita jalan dengan sikap tegak. Nyeri hilang begitu penderita berhenti
jalan atau bila ia duduk. Untuk menghilangkan rasa nyerinya maka penderita
lantas jalan sambil membungkuk.
o Spondylosis lumbal
Penyakit sendi degeneratif yang mengenai vertebra lumbal dan discus
intervertebralis, yang menyebabkan nyeri dan kekakuan.
o Spondylitis
Suatu bentuk degeneratif sendi yang mengenai tulang belakang . ini
merupakan penyakit sistemik yang etiologinya tidak diketahui, terutama
mengenai orang muda dan menyebabkan rasa nyeri dan kekakuan sebagai
akibat peradangan sendi-sendi dengan osifikasi dan ankilosing sendi tulang
belakang.
f) Low Back Pain karena Pengaruh Gaya Berat
27
Gaya berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan berjalan dapat
mengakibatkan rasa nyeri pada punggung dan dapat menimbulkan komplikasi
pada bagian tubuh yang lain, misalnya genu valgum, genu varum, coxa valgum
dan sebagainya. Beberapa pekerjaan yang mengaharuskan berdiri dan duduk
dalam waktu yang lama juga dapat mengakibatkan terjadinya. Kehamilan dan
obesitas merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya LBP akibat
pengaruh gaya berat. Hal ini disebabkan terjadinya penekanan pada tulang
belakang akibat penumpukan lemak, kelainan postur tubuh dan kelemahan otot.
II.5. Faktor Resiko (4)(5)
1. Usia
Secara teori, nyeri pinggang atau LBP dapat dialami oleh siapa saja, pada
umur berapa saja. Namun demikian keluhan ini jarang dijumpai pada kelompok
umur 0-10 tahun, hal ini mungkin berhubungan dengan beberapa faktor etiologik
tertentu yag lebih sering dijumpai pada umur yang lebih tua. Biasanya nyeri ini
mulai dirasakan pada mereka yang berumur dekade kedua dan insiden tertinggi
dijumpai pada dekade kelima. Bahkan keluhan nyeri pinggang ini semakin lama
semakin meningkat hingga umur sekitar 55 tahun.
2. J enis Kelamin
Laki-laki dan perempuan memiliki risiko yang sama terhadap keluhan nyeri
pinggang sampai umur 60 tahun, namun pada kenyataannya jenis kelamin seseorang
dapat mempengaruhi timbulnya keluhan nyeri pinggang, karena pada wanita
keluhan ini lebih sering terjadi misalnya pada saat mengalami siklus menstruasi,
selain itu proses menopause juga dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang
28
akibat penurunan hormon estrogen sehingga memungkinkan terjadinya nyeri
pinggang.
3. Faktor Indeks Masa Tubuh
Berat Badan
Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih risiko timbulnya nyeri
pinggang lebih besar, karena beban pada sendi penumpu berat badan akan
meningkat, sehingga dapat memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.
Tinggi Badan
Tinggi badan berkaitan dengan panjangnya sumbu tubuh sebagai lengan beban
anterior maupun lengan posterior untuk mengangkat beban tubuh.
4. Pekerjaan
Keluhan nyeri ini juga berkaitan erat dengan aktivitas mengangkat beban
berat, sehingga riwayat pekerjaan sangat diperlukan dalam penelusuran penyebab
serta penanggulangan keluhan ini. Pada pekerjaan tertentu, misalnya seorang kuli
pasar yang biasanya memikul beban di pundaknya setiap hari. Mengangkat beban
berat lebih dari 25 kg sehari akan memperbesar resiko timbulnya keluhan nyeri
pinggang.
5. Aktifitas atau Olahraga
Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang yang sering
tidak disadari oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang menjadi kebiasaan.
Kebiasaan seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat beban pada posisi
yang salah dapat menimbulkan nyeri pinggang, misalnya, pada pekerja kantoran
yang terbiasa duduk dengan posisi punggung yang tidak tertopang pada kursi, atau
29
seorang mahasiswa yang seringkali membungkukkan punggungnya pada waktu
menulis. Posisi berdiri yang salah yaitu berdiri dengan membungkuk atau menekuk
ke muka. Posisi tidur yang salah seperti tidur pada kasur yang tidak menopang
spinal. Kasur yang diletakkan di atas lantai lebih baik daripada tempat tidur yang
bagian tengahnya lentur. Posisi mengangkat beban dari posisi berdiri langsung
membungkuk mengambil beban merupakan posisi yang salah, seharusnya beban
tersebut diangkat setelah jongkok terlebih dahulu.
30
Gambar.II.3. Posisi yang benar
II.6. Klasifikasi Low Back Pain
Menurut Bimariotejo (2009), berdasarkan perjalanan kliniknya LBP terbagi
menjadi dua jenis, yaitu:
a. Acute Low Back Pain
Acute low back pain ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara tiba-
tiba dan rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai
beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute low back pain
dapat disebabkan karena luka traumatik seperti kecelakaan mobil atau terjatuh,
rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak
jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon. Pada kecelakaan yang
lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan spinal dapat masih sembuh
sendiri. Sampai saat ini penatalaksanan awal nyeri pinggang akut terfokus pada
istirahat dan pemakaian analgesik.
b. Chronic Low Back Pain
31
Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari 3 bulan.
Rasa nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya
memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic
low back pain dapat terjadi karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses
degenerasi discus intervertebralis dan tumor.
Menurut International Association for the Study of Pain (IASP), yang
termasuk dalam low back pain terdiri dari :
a) Lumbar Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi:
Superior oleh garis transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus
dari vertebra thorakal terakhir, inferior oleh garis transversal imajiner yang
melalui ujung prosesus spinosus dari vertebra sakralis pertama dan lateral oleh
garis vertikal tangensial terhadap batas lateral spina lumbalis.
b) Sacral Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi superior oleh garis
transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus vertebra sakralis
pertama, inferior oleh garis transversal imajiner yang melalui sendi
sakrokoksigeal posterior dan lateral oleh garis imajiner melalui spina iliaka
superior posterior dan inferior.
c) Lumbosacral Pain, nyeri di daerah 1/3 bawah daerah lumbar spinal pain dan
1/3 atas daerah sacral spinal pain. Lumbosacral Pain, nyeri di daerah 1/3
bawah daerah lumbar spinal pain dan 1/3 atas daerah sacral spinal pain.
32
II.7. Diagnosis (4)
II.7.1. Anamnesis
Nyeri pinggang bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu gejala dari suatu
penyakit. Karena itu diperlukan anamnesis dan pemeriksaan yang seksama.
Pada anamnesis perlu ditanyakan bagaimana awal permulaan terjadinya nyeri,
seperti apa rasa nyerinya, lokasi nyeri, dan apakah ada penjalaran. Selain itu
ditanyakan apakah ada hal hal yang memperingan atau memperberat nyerinya.
Apakah ada riwayat trauma sebelumnya. Ditanyakan juga apakh ada gangguan
sensorik atau motorik seperti rasa tebal atau kesemutan. Untuk sistem otonom, dapat
ditanyakan apakah ada gangguan buang air kecil atau buang air besar dan ditanyakan
juga apakah sudah berobat sebelumnya dan apakah ada perngaruh dari pengobatan itu.
II.7.2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik secara komprehensif pada pasien dengan nyeri punggung
meliputi evaluasi sistem neurologi dan muskuloskeltal. Pemeriksaan neurologi
meliputi evaluasi sensasi tubuh bawah, kekuatan dan refleks-refleks.
a) Inspeksi :
o Pemeriksaan fisik dimulai dengan inspeksi dan bila pasien tetap berdiri dan
menolak untuk duduk, maka sudah harus dicurigai adanya suatu herniasi
diskus.
o Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang membuat
nyeri dan juga bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya lordosis serta
adanya skoliosis. Berkurang sampai hilangnya lordosis lumbal dapat
disebabkan oleh spasme otot paravertebral.
o Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita:
33
Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.
Ekstensi ke belakang (back extension) seringkali menyebabkan nyeri
pada tungkai bila ada stenosis foramen intervertebralis di lumbal dan
artritis lumbal, karena gerakan ini akan menyebabkan penyempitan
foramen sehingga menyebabkan suatu kompresi pada saraf spinal.
Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan menyebabkan nyeri
pada tungkai bila ada HNP, karena adanya ketegangan pada saraf yang
terinflamasi diatas suatu diskus protusio sehingga meninggikan
tekanan pada saraf spinal tersebut dengan jalan meningkatkan tekanan
pada fragmen yang tertekan di sebelahnya (jackhammer effect).
o Tanda Minor
o Penderita bangun dari posisi uduk dengan bertopag pada sisi yang
sehat, tangan di punggung,, sambil menekuk tungkai yang sakit.
b) Palpasi :
o Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri dengan
menekan pada ruangan intervertebralis.
o Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya ketidak-rataan (step-off)
pada palpasi di tempat/level yang terkena.
o Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk mencari
adanya fraktur pada vertebra.
c) Pemeriksaaan Motorik
o Harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan kedua sisi untuk
menemukan abnormalitas motoris.
o Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :
34
Berjalan dengan menggunakan tumit.
Berjalan dengan menggunakan jari atau berjinjit.
Jongkok dan gerakan bertahan ( seperti mendorong tembok )
d) Pemeriksaan Sensorik
o Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena membutuhkan perhatian
dari penderita dan tak jarang keliru
o Nyeri dalam otot.
o Rasa gerak
e) Refleks
o Refleks yang harus di periksa adalah refleks di daerah Achilles dan Patella,
respon dari pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mengetahui lokasi
terjadinya lesi pada saraf spinal.
Special Test (6)
Tes Lasegue:
Mengangkat tungkai dalam keadaan ekstensi. Positif bila pasien tidak
dapatmengangkat tungkai kurang dari 60° dan nyeri sepanjang nervus
ischiadicus. Rasa nyeri dan terbatasnya gerakan sering menyertai
radikulopati, terutama pada herniasi discus lumbalis / lumbo-sacralis.
35
Gambar II.4. Test Lasegue
Tes Patrick dan anti-patrick:
Fleksi-abduksi-eksternal rotation-ekstensi sendi panggul. Positif jika
gerakan diluar kemauan terbatas, sering disertai dengan rasa nyeri. Positif
pada penyakit sendi panggul, negative pada ischialgia.
36
Gambar II.5. Tes Patrick dan anti-patrick
Tes Kernig
Pasien terlentang, paha difleksikan, kemudian meluruskan tungkai
bawah sejauh mungkin anpa timbul rasa nyeri yang berarti. Positif jika
terdapat spasme involunter otot semimembraneus, semitendinosus, biceps
femoris yang membatasi ekstensi lutut dan timbul nyeri.
Tes Naffziger
Dengan menekan kedua vena jugularis, maka tekanan LCS akan
meningkat, akan menyebabkan tekanan pada radiks bertambah, timbul nyeri
radikuler. Positif pada spondilitis.
Tes valsava
Penderita disuruh mengejan kuat maka tekanan LCS akan meningkat,
hasilnya sama dengan percobaan Naffziger.
Spasme m. Psoas
Diperiksa pada pasien yang berbaring terlentang dan pelvis ditekan kuat
– kuat pada meja oleh sebelah tangan pemeriksa, sementara tangan lain
menggerakkan tungkai ke posisi vertical dengan lutu dalam keadaan fleksi
tegak lurus. Panggulsecara pasif mengadakan hiperekstensi ketika
pergelangan kaki diangkat. Terbatasnya gerakan ditimbulkan oleh spasme
involunter m.psoas.
37
Tes Gaenselen
Terbatasnya fleksi lumbal secara pasif dan rasa nyeri yang diakibatkan
sering menyertai penyakit pada art. Lumbal / lumbo-sacral. Dengan pasien
berbaring terlentang, pemeriksa memegang salah satu ekstremitas bawah
dengan kedua belah tangan dan menggerakkan paha sampai pada posisi
fleksi maksimal. Kemudian pemeriksa menekan kuat – kuat ke bawah
kearah meja dan ke atas kearah kepala pasien, yang secara pasif
menimbulkan fleksi columna spinalis lumbalis.
II.7.3. Pemeriksaan Penunjang (4)
a) Laboratorium:
Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat; laju endap darah
(LED), kadar Hb, jumlah leukosit dengan hitung jenis, dan fungsi ginjal.
b) Pemeriksaan Radiologis :
Foto rontgen biasa (plain photos) : sering terlihat normal atau kadang-kadang
dijumpai penyempitan ruangan intervertebral, spondilolistesis, perubahan
degeneratif, dan tumor spinal. Penyempitan ruangan intervertebral kadang-
kadang terlihat bersamaan dengan suatu posisi yang tegang dan melurus dan
suatu skoliosis akibat spasme otot paravertebral.
CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level
neurologis telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.
Mielografi berguna untuk melihat kelainan radiks spinal, terutama pada pasien
yang sebelumnya dilakukan operasi vertebra atau dengan alat fiksasi metal. CT
mielografi dilakukan dengan suatu zat kontras berguna untuk melihat dengan
lebih jelas ada atau tidaknya kompresi nervus atau araknoiditis pada pasien
38
yang menjalani operasi vertebra multipel dan bila akan direncanakan tindakan
operasi terhadap stenosis foraminal dan kanal vertebralis.
MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan
menunjukkan berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli bedah
ortopedi tetap memerlukan suatu EMG untuk menentukan diskus mana yang
paling terkena. MRI sangat berguna bila:
vertebra dan level neurologis belum jelas
kecurigaan kelainan patologis pada medula spinal atau jaringan lunak
untuk menentukan kemungkinan herniasi diskus post operasi
kecurigaan karena infeksi atau neoplasma
Elektromiografi (EMG) :
Dalam bidang neurologi, maka pemeriksaan elektrofisiologis/neurofisiologis
sangat berguna pada diagnosis sindroma radiks. Pemeriksaan EMG dilakukan
untuk :
Menentukan level dari iritasi atau kompresi radiks
Membedakan antara lesi radiks dengan lesi saraf perifer
Membedakan adanya iritasi atau kompresi radiks
II.8. Penatalaksanaan (7)
Konservatif
o Tirah baring 2-3 hari pertama untuk mengurangi nyeri.
o Medikasi: obat anti-nyeri diberikan dengan interval biasa dan
digunakan hanya jika diperlukan. Mulai dengan parasetamol atau
NSAID. Jika tidak ada perbaikan, coba campuran parasetamol
39
dengan opioid. Pertimbangkan tambahan muscle relaxant tetapi
hanya untuk jangka pendek, mengingat bahaya ketergantungan.
o Manipulasi: dipertimbangkan untuk kasuskasus yang membutuhkan
obat penghilang nyeri ekstra dan belum dapat kembali bekerja
dalam 1-2 minggu. Terapi dan intervensi lain: belum ada penelitian
mengenai terapi dengan traksi, termis ultrasound, akupuntur, sabuk
penyangga, ataupun pijatan.
o Edukasi kepada pasien mengenai keadaan pasien, berika dorongan
positif mengenai penyakit pasien.
Operatif
Dilakukan pada keadaan :
o Cara konservatif yang adekuat selama 3-4 minggu tidak berhasil
o Kompresi akar saraf yang megakibatkan kelumpuhan otot (misanya
footdrop)
II.9. Penyakit yang Sering Menyebabkan Low Back Pain
II.9.1. Hernia Nucleus Pulposus
II.9.1.1. Definisi
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah menonjolnya nucleus pulposus
ke dalam kanalis vertebralis akibat degenerasi annulus fibrosus korpus
vertebralis yang merupakan penyebab tersering nyeri pugggung bawah yang
bersifat akut, kronik atau berulang. HNP mempunyai banyak sinonim antara
40
lain Herniasi Diskus Intervertebralis, ruptured disc, slipped disc, prolapsus
disc.
Gambar.II.6. HNP
II.9.1.2. Etiologi dan Patofisiologi
HNP terjadi karena proses degeneratif diskus intervetebralis. Keadaan
patologis dari melemahnya annulus merupakan kondisi yang diperlukan untuk
terjadinya herniasi. Penyebab utama terjadinya HNP adalah cidera, cidera
dapat terjadi karena terjatuh tetapi lebih sering karena posisi menggerakkan
tubuh yang salah.
Akibat peregagan ada ligamentum longitudinalis posterior, timbul rasa
nyeri pinggang bawah. Sedangkan pnekanan pada akar saraf dapat
menimbulkan nyeri radikuler, gangguan sensorik/motorik yang sesuai dengan
distribusi segmen saraf yang terganggu.
Paling sering mengenai diskus L4-L5 (dengan kegala kompresi akar
saraf L5) atau L5-S1 (degan gejala kompresi akar saraf S1).
41
Gambar II.7. HNP 2
II.9.1.3. Gambaran Klinis
Nyeri dapat terjadi pada bagian spinal manapun seperti servikal, torakal
(jarang) atau lumbal. Manifestasi klinis bergantung pada lokasi, kecepatan
perkembangan (akut atau kronik) dan pengaruh pada struktur disekitarnya.
Penekanan terhadap radiks posterior yang masih utuh dan berfungsi
mengakibatkan timbulnya nyeri radikular. Jika penekanan sudah menimbulkan
pembengkakan radiks posterior, bahkan kerusakan structural yang lebih berat
42
gejala yang timbul ialah hipestesia atau anastesia radikular. Nyeri radikular
yang bangkit akibat lesi iritatif diradiks posterior tingkat cervical dinamakan
brakialgia, karena nyerinya dirasakan sepanjang lengan. Sedangkan nyeri
radikular yang dirasakan sepanjan tungkai dinamakan iskialgia, karena
nyerinya menjalar sepanjang perjalanan. iskiadikus dan lanjutannya ke perifer.
Gejala klasik dari HNP lumbal adalah : nyeri punggung bawah yang
diperberat dengan posisi duduk dan nyeri menjalar hingga ekstremitas bawah.
Nyeri radikuler atau sciatica, biasanya digambarkan sebagai sensasi nyeri
tumpul, rasa terbakar atau tajam, disertai dengan sensasi tajam seperti tersengat
listrik yang intermiten. Level diskus yang mungkin mengalami herniasi dapat
dievaluasi berdasarkan distribusi tanda dan gejala neurologis yang timbul.
Sindrom lesi yang terbatas pada masing – masing radiks lumbalis :
o L3 : Nyeri, kemungkinan parestesia atau hipalgesia pada dermatom L3,
parestesia otot quadrisep femoris, reflex tendon kuadrisep (reflex patella)
menurun atau menghilang.
o L4 : Nyeri, kemungkinan parestesia atau hipalgesia pada dermatom L4,
parestesia otot kuadrisep dan tibialis anterior dan tibialis anterior, reflex
patella berkurang.
o L5 : Nyeri, kemungkinan parestesia atau hipalgesia pada dermatom L5,
parestesis dan kemungkinan atrofi otot ekstensor halusis longus dan
digitorium brevis, tidak ada reflex tibialis posterior.
o S1 : Nyeri, kemungkinan parestesia atau hipalgesia pada dermatom S1, paresis
otot peronealis dan triseps surae, hilangnya reflex triseps surae (reflex tendon
Achilles).
43
Gambar II.8. Nerve
II.9.1.4. Penatalaksanaan
Terapinya berupa konservatif dan pembedahan.
a. Terapi konservatif :
- Pada penderita dengan gejala klinik ringan :
Mencegah gerakan gerakan yang menimbukan keluhan dan tirah
baring pada saat timbul keluhan.
Analgesik bila perlu
Terapi fisik (dengan terapi panas, latihan, korset lumbal)
- Pada penderta dengan gejala klinik berat
Tirah baring (alas keras)
44
Analgesik, pelemas otot (misalnya diazepam), antiinflamasi
(aspirin, NSAID)
Terapi fisik (traksi pinggul)
b. Terapi pembedahan
Dilakukan pada keadaan keadaan berikut ini :
1. Cara konservatif yang adekuat selama 3-4 minggu tidak berhasil
2. Midline disc protrusion dengan gejala kompresi kauda
Gambar II.9 Midline disc protrusion
3. Kompresi akar saraf yang megakibatkan kelumpuhan otot (misanya
footdrop)
II.9.2. Spondilosis Lumbal (4)
Yaitu keadaan patologik yang ditandai dengan adanya generasi intevertebralis
serta korpus vertebrae diatas dan dibawahnya.
45
Gambar II.10. Spndilosis Lumbal
Patofisiologi :
Dengan bertambahnya usia, teradi perubahan degeneratif dari diskus
intervertebralis, kalsifikasi anulus fibrosus, serta perubahan hipertrofik pada
perrmukaan korpus vertebrae yang berupa tonjolan tulang (osteofit). Dengan
terjadinya penyempitan diskus intervertebralis maupun subluksasi sendi
intervertebralis, mengakibatkan foramen intervertebralis makin menyempit.
Gambaran klinik:
46
a. LBP, terutama saat berdiri atau berjalan dan berkurang pada posisi
berbaring
b. Gejala penekanan akar saraf,myelum atau kauda ekuina sebagai
akibat terbentuknya osteofit dan stenosis lumbalis.
II.9.3. Spondylolisis dan Spondylolisthesis
Spondylolistesis adalah bergesernya korpus vertebralis ke arah depan
terhadap korpus vertebra di bawahnya. Sering kali disertai dengan
spondylolisis, yaitu fraktur atau lepasnya bagian belakang vertebra yang
mengakibatkan hilangnya kontinuitas prosesus artikularis superior dan
inferior.
Gambar II.10 Spondylolisthesis
47
Patofisiologi:
Spondylolisis dan spondylolistsis dapat kongenital atau pun didapat
(karena kelainan degeneratif pada tulang belakang)
Gambaran klinik:
a. LBP,dapat dialami sejak kecil dan semakin berat dengan
bertambahnya usia, terutama pada gerakan ekstensi
b. Dapat pula disertai dengan gejala penekanan akar saraf atau kauda
ekuina
Pemeriksaan tambahan dapat dengan foto rontgen lumbosakra yang
menunjukkan gambaran scotty dog
Terapinya berupa konservatif dan pembedahan.
II.9.4. Stenosis Kanalis Lumbal
Adalah penyempitan kanalis spinalis serta foramen
intervertebralis yang mengakibatkan kompresi akar saraf lumbosakral.
48
Gambar II.21 Stenosis Kanalis Spinalis
Patofisiologi:
Penyempitan kanalis spnalis dapat disebabkan karena kelainan
kongenital atau didapat, seprerti hipertrofi vertebra dan ligamentum
interspinalis, displacement diskus intervertebralis.
Gambaran klinik :
a. Nyeri radikuler bilateral
b. Klaudikasio yang berarti nyeri pada tungkai makin hebar pada saat
berjalan dan berkurang pada saat duduk
c. Nyeri bertambah hebat pada posisi berdiri atau saat meliukkan
badan ke belakang
Pemeriksaan tambahan berypak myelografi, CT scan atau MRI
Terapinya berupa konservatif atau pembedahan.
49
Disease or
condition
Patient
age
(years)
Location of
pain
Quality of
pain
Aggravating or
relieving factors Signs
Back strain 20 to 40 Low back,
buttock,
posterior
thigh
Ache, spasm Increased with
activity or bending
Local tenderness,
limited spinal motion
Acute disc
herniation
30 to 50 Low back to
lower leg
Sharp,
shooting or
burning pain,
paresthesia in
leg
Decreased with
standing;
increased with
bending or sitting
Positive straight leg
raise test, weakness,
asymmetric reflexes
Osteoarthritis or
spinal stenosis
>50 Low back to
lower leg;
often
bilateral
Ache, shooting
pain, “pins and
needles”
sensation
Increased with
walking,
especially up an
incline; decreased
with sitting
Mild decrease in
extension of spine;
may have weakness
or asymmetric
reflexes
Spondylolisthesis Any age Back,
posterior
thigh
Ache Increased with
activity or bending
Exaggeration of the
lumbar curve,
palpable “step off”
(defect between
spinous processes),
tight hamstrings
Ankylosing 15 to 40 Sacroiliac Ache Morning stiffness Decreased back
50
Disease or
condition
Patient
age
(years)
Location of
pain
Quality of
pain
Aggravating or
relieving factors Signs
spondylitis joints,
lumbar
spine
motion, tenderness
over sacroiliac joints
Infection Any age Lumbar
spine,
sacrum
Sharp pain,
ache
Varies Fever, percussive
tenderness; may
have neurologic
abnormalities or
decreased motion
Malignancy >50 Affected
bone(s)
Dull ache,
throbbing pain;
slowly
progressive
Increased with
recumbency or
cough
May have localized
tenderness,
neurologic signs or
fever
51
BAB III
KESIMPULAN
Low back pain adalah nyeri pada daerah punggung antara sudut bawah costae sampai
lumbosakral. dapat menyerupai nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. LBP atau
nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang disebabkan
oleh aktivitas tubuh yang kurang baik.
Yang dimana penyebabnya merupakan multifaktorial, dan banyak juga factor resiko
yang dapat meningkatkan terjadinya low back pain itu sendiri.
Perlu dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang untuk
menegakan diagnosis dengan tepat sehingga dapat diterapi dengan tepat. Terapi yang
dilakukan pada keluhan “low back pain” meliputi terapi konservatif hingga terapi
pembedahan.
52
DAFTAR PUSTAKA
1. Heinemann, S. Functional Anatomy of The Spine. Edisi
kedua.Philadelphia: Elsevier. 2005. P.3-13.
2. Vinjamaram, S. Anatomy of The Spine. 2010.
http://www.scoi.com/spine.php. [diakses 15 Mei 2013].
3. Anonnymous. Definition of Low Back Pain . 2011.
http://www.google.co.id/search?
tbm=bks&hl=id&q=definition+low+back+pain&btnG=. [diakses 15 Mei
2013].
4. Anonnymous. Low Back Pain . 2009.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24616/4/Chapter
%20II.pdf. [diakses 15 Mei 2013].
5. Turk, D. From Acute to Chronic Back Pain. Edisi pertama.New York.:
Oxford University. 2012. P84-86.
6. Hunterpshysics. Orthopaedic and Muscles Test . 2012.
http://quizlet.com/15687357/phmd-orthopedic-and-muscle-tests-quiz-1-
flash-cards/. [diakses 15 Mei 2013].
7. Simon, D. Evidence Based Management of Low Back Pain .Edisi Pertama.
Philadelphia: Elsevier. 2012. P45-50.
53