Case Mata Jadi Repot Dika

40
STATUS PASIEN I. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. T Umur : 58 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat : Nagrak Tanggal Pemeriksaan : 30 Januari 2013 II. ANAMNESA Keluhan utama : Penglihatan mata kanan berangsur- angsur buram. Anamnesa khusus : Pasien datang ke poliklinik mata RSUD dr. Slamet garut dengan keluahan penglihatan mata kanan berangsur- angsur buram sejak 1 tahun yang lalu.Pasien mengatakan awalnya pandangan mata kanan seperti berkabut dan ada asap tebal yang semakin lama semakin bertambah berat.Pasien mengeluh pandangan sangat buram pada siang hari dan berkurang pada malam hari, keluhan ini dirasakan bertambah berat dalam 6 bulan belakangan.Pasien juga mengeluhkan mata kiri kurang jelas saat melihat jarak jauh sejak ± 6 bulan SMRS. Pasien merasa penglihaan mata kirinyanya kurang jelas saat melihat tulisan, benda atau orang dari 1

Transcript of Case Mata Jadi Repot Dika

Page 1: Case Mata Jadi Repot Dika

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. T

Umur : 58 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Nagrak

Tanggal Pemeriksaan : 30 Januari 2013

II. ANAMNESA

Keluhan utama : Penglihatan mata kanan berangsur-angsur buram.

Anamnesa khusus :

Pasien datang ke poliklinik mata RSUD dr. Slamet garut dengan keluahan

penglihatan mata kanan berangsur-angsur buram sejak 1 tahun yang lalu.Pasien

mengatakan awalnya pandangan mata kanan seperti berkabut dan ada asap tebal yang

semakin lama semakin bertambah berat.Pasien mengeluh pandangan sangat buram pada

siang hari dan berkurang pada malam hari, keluhan ini dirasakan bertambah berat dalam

6 bulan belakangan.Pasien juga mengeluhkan mata kiri kurang jelas saat melihat jarak

jauh sejak ± 6 bulan SMRS. Pasien merasa penglihaan mata kirinyanya kurang jelas

saat melihat tulisan, benda atau orang dari kejauhan, sehingga pasien sering

memicingkan mata supaya dapat melihat jelas. Pasien mengaku lebih nyaman apabila

melihat sesuatu dari jarak dekat. Keluhan disertai mata merah disangkal. Keluhan tidak

disertai dengan melihat pelangi disekitar cahaya lampu. Penglihatan berkurang saat

senja atau gelap disangkal.Riwayat menderita seperti kencing manis disangkal. Riwayat

trauma disangkal Riwayat memakai kacamata diakui pasien sudah sejak ± 6 bulan yang

lalu dan memakai kacamata sampai saat ini. Riwayat keluarga memakai kacamata

disangkal. Adanya kebiasaan membaca ditempat yang gelap dan menonton TV dari

jarak dekat diakui pasien.

1

Page 2: Case Mata Jadi Repot Dika

Anamnesa keluarga :

Ibu pasien menderita penyakit yang sama yaitu pandangan buram dan

berkabut dan sudah dioperasi.

Riwayat penyakit dahulu :

- Riwayat kencing manis disangkal

- Riwayat hipertensi disangkal

- Riwayat trauma pada mata disangkal

Riwayat Sos-Ek : Cukup

Riwayat gizi : Cukup

III. PEMERIKSAAN

1. Keadaan Umum

Kesan sakit : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda-tanda vital :

1. Tekanan darah : 120/80 mmHg

2. Nadi : 80X/menit

3. Suhu : 36,60C

4. Pernapasan : 22X/menit

2. Status Oftalmologi

Pemeriksaan Subjektif

Visus OD OSSC 1/300 0,4CC - 1,0STN - -

2

Page 3: Case Mata Jadi Repot Dika

Koreksi - S -1,25AddeGerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah

Pemeriksaan Eksternal

OD OSPalpebra superior T.a.k T.a.kPalpebra inferior T.a.k T.a.kSilia Tumbuh teratur Tumbuh teraturAp. Lakrimalis T.a.k T.a.kKonjungtiva tarsalis Superior Tenang TenangKonjungtiva tarsalis Inferior Tenang TenangKonjungtiva Bulbi Injeksi konjungtiva (-) Injeksi konjungtiva (-)Kornea Jernih JernihBilik mata depan sedang SedangPupil Bulat, letak tengah Bulat, letak tengahDiameter pupil 3 mm 3 mmReflek cahaya

Direct + + indirect + +

Iris Coklat, sinekia (-) Coklat, sinekia (-)Shadow test - -Lensa Keruh Jernih

PEMERIKSAAN BIOMIKROSKOP (SLIT LAMP)

OD OSSilia T.a.k T.a.kKonjungtiva superior T.a.k T.a.kKonjungtiva inferior T.a.k T.a.kKornea Jernih JernihCOA Sedang SedangPupil Bulat, sentral Bulat, sentralIris Coklat, sinekia (-) Coklat, sinekia (-)Lensa Keruh seluruh lensa,shadow

test (-)Jernih,shadow test(-)

Tonometri schiots 5/5,5= 17,3mmHg 4,5/5,5= 18,9mmHg

FUNDUSKOPI

Funduskopi OD OSLensa Keruh JernihVitreus Tidak dapat dinilai JernihFundus Refleks fundus(-) Refleks fundus (+)

3

Page 4: Case Mata Jadi Repot Dika

Papil Tidak dapat dinilai Bulat, batas tegasCDR Tidak dapat dinilai 0,3A/V retina sentralis Tidak dapat dinilai 2:3Retina Tidak dapat dinilai Eksudat (-),Perdarahan(-)Makula Tidak dapat dinilai Reflek fovea (+)

IV. DIAGNOSIS KLINIS

Katarak senilis matur OD

Miopi simpleks ringan OS

V. DIAGNOSIS BANDING

VI. RENCANA PEMERIKSAAN

- Laboratorium : Hb,Ht,leukosit,trombosit,Masa pendarahan,Masa pembekuan,Glukosa

darah sewaktu,Glukosa urin.

- Biometri

- USG Mata

VII. TERAPI

Medikamentosa

Xitrol 6dd gtt1

Cefadroxil 2dd tab1

Metil prednisolon 8mg 3 dd tab 1

Non Medikamentosa

o Operasi katarak dengan tekhnik SICE OD + pemasangan lensa

intraokular

o Koreksi dengan menggunakan lensa negatif S -1.25 OS

4

Page 5: Case Mata Jadi Repot Dika

VII. PROGNOSIS

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

Quo ad sanactionam : dubia ad bonam

RESUME

Seorang perempuan, 58 tahun, datang dengan keluhan utama penglihatan mata

kanan berangsur buram sejak 1 tahun yang lalu.Pasien mengatakan awalnya pandangan

mata kanan seperti berkabut dan ada asap tebal yang semakin lama semakin bertambah

berat.Keluhan ini dirasakan bertambah berat dalam 6 bulan belakangan.Pasien juga

mengeluhkan mata kiri kurang jelas saat melihat jarak jauh sejak ± 6 bulan SMRS.

Pasien merasa penglihaan mata kirinyanya kurang jelas saat melihat tulisan, benda atau

orang dari kejauhan, sehingga pasien sering memicingkan mata supaya dapat melihat

jelas. Pasien mengaku lebih nyaman apabila melihat sesuatu dari jarak dekat. Keluhan

disertai mata merah disangkal. Keluhan tidak disertai dengan melihat pelangi disekitar

cahaya lampu. Penglihatan berkurang saat senja atau gelap disangkal. Riwayat memakai

kacamata diakui pasien sudah sejak ± 6 bulan yang lalu dan memakai kacamata sampai

saat ini. Riwayat keluarga memakai kacamata disangkal. Adanya kebiasaan membaca

ditempat yang gelap dan menonton TV dari jarak dekat diakui pasien.

Pemeriksaan Subjektif

Visus OD OSSC 1/300 0,4CC - 1,0STN - -Koreksi - S -1,25AddeGerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah

5

Page 6: Case Mata Jadi Repot Dika

PEMERIKSAAN BIOMIKROSKOP (SLIT LAMP)

OD OSSilia T.a.k T.a.kKonjungtiva superior T.a.k T.a.kKonjungtiva inferior T.a.k T.a.kKornea Jernih JernihCOA Sedang SedangPupil Bulat, sentral Bulat, sentralIris Coklat, sinekia (-) Coklat, sinekia (-)Lensa Keruh seluruh lensa,shadow

test (-)Jernih,shadow test(-)

Tonometri 5/5,5= 17,3mmHg 4,5/5,5= 18,9mmHg

FUNDUSKOPI

Funduskopi OD OSLensa Keruh JernihVitreus Tidak dapat dinilai JernihFundus Refleks fundus(-) Refleks fundus (+)Papil Tidak dapat dinilai Bulat, batas tegasCDR Tidak dapat dinilai 0,3A/V retina sentralis Tidak dapat dinilai 2:3Retina Tidak dapat dinilai Eksudat (-),Perdarahan(-)Makula Tidak dapat dinilai Reflek fovea (+)

PEMBAHASAN

6

Page 7: Case Mata Jadi Repot Dika

Pembahasan di dalam kasus ini antara lain mencakup :

1. Mengapa pada pasien ini didiagnosa sebagai pasien Katarak senilis matur OD dan

miopia simpleks ringan OS ?

2. Apakah etiologi dari penyakit pada pasien ini ?

3. Bagaimanakah penatalaksanaan pasien ini ?

4. Bagaimana prognosis pada pasien ini ?

1. Mengapa pada pasien ini didiagnosa sebagai pasien Katarak senilis matur OD dan

miopia simpleks OS ?

Karena dari anamnesis pada pasien ini didapatkan Seorang perempuan, 58

tahun, datang dengan keluhan utama penglihatan mata kanan berangsur buram sejak 1

tahun yang lalu.Pasien mengatakan awalnya pandangan mata kanan seperti berkabut

dan ada asap tebal yang semakin lama semakin bertambah berat.Keluhan ini dirasakan

bertambah berat dalam 6 bulan belakangan.Pasien juga mengeluhkan mata kiri kurang

jelas saat melihat jarak jauh sejak ± 6 bulan SMRS. Pasien merasa penglihaan mata

kirinyanya kurang jelas saat melihat tulisan, benda atau orang dari kejauhan, sehingga

pasien sering memicingkan mata supaya dapat melihat jelas. Pasien mengaku lebih

nyaman apabila melihat sesuatu dari jarak dekat.

Pada pemeriksaan Oftalmologi didapatkan hasil :

Kornea Jernih JernihCOA Sedang SedangPupil Bulat, sentral Bulat, sentralIris Coklat, sinekia (-) Coklat, sinekia (-)Lensa Keruh seluruh lensa,shadow

test (-)Jernih,shadow test(-)

Tonometri 5/5,5= 17,3mmHg 4,5/5,5= 18,9mmHgLensa(oftalmoskop) Keruh JernihVitreus Tidak dapat dinilai JernihFundus Refleks fundus(-) Refleks fundus (+)

Pada pemeriksaan Refraksi Subyektif, dengan Metoda ‘trial and error’. Jarak pemeriksaan

6 meter. Digunakan kartu Snellen yang diletakkan setinggi mata penderita, Mata diperiksa

satu persatu dibiasakan mata kanan terlebih dahulu. Ditentukan visus / tajam penglihatan

7

Page 8: Case Mata Jadi Repot Dika

masing-masing mata. kemudian dikoreksi dengan lensa sferis negatif, dan memberikan

tajam penglihatan yang membaik dari sebelumnya.

Pemeriksaan Subjektif

Visus OD OSSC 1/300 0,4CC - 1,0STN - -Koreksi - S -1,25AddeGerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah

Pada pemeriksaan Refraksi Subyektif dengan snellen chart didapatkan koreksi

kacamata :

VOD : 1/300

(tidak dapat dikoreksi) Tinggi dioptri = 1,25 Dioptri , dan tidak pusing

VOS : 0,4 S-1,25 = 1,0

Pasien di diagnosa Katarak Senilis Matur OD karena pasien berusia 58tahun merasa

pandangannya mulai bertambah kabur sejak 6 bulan yang lalu dan mulai dirasakan 1 tahun yang

lalu secara perlahan – lahan. Pemeriksaan funduskopy pada lensa terlihat keruh pada seluruh

lensa,shadow test (-) dengan bagian lain sulit dinilai.Sedangkan miopi simpleks OS karena pasien

mengeluhkan mata kiri mulai buram bila melihat jauh dan berdasarkan klasifikasi myopia

menurut derajat dioptri, pasien ini tergolong Miopia Simpleks OS derajat Rendah.

Katarak berasal dari yunani katarrhakies, inggris cataract, dan latin cataracta yang

berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup

air terjun5. katarak adalah kekeruhan lensa yang mengarah kepada penurunan ketajaman

visual dan/atau cacat fungsional yang dirasakan oleh pasien. Katarak adalah setiap keadaan

kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat penambahan cairan di lensa, pemecahan

protein lensa, atau kedua-duanya.1,2

Seorang pasien dengan katarak senilis biasanya datang dengan riwayat kemunduran

secara progesif dan gangguan dari penglihatan. Penyimpangan penglihatan bervariasi,

tergantung pada jenis dari katarak ketika pasien datang.

8

Page 9: Case Mata Jadi Repot Dika

a. Penurunan visus, merupakan keluhan yang paling sering dikeluhkan pasien dengan

katarak senilis.

b. Silau, Keluhan ini termasuk seluruh spectrum dari penurunan sensitivitas kontras

terhadap cahaya terang lingkungan atau silau pada siang hari hingga silau ketika endekat ke

lampu pada malam hari.

c. Perubahan miopik, Progesifitas katarak sering meningkatkan kekuatan dioptrik lensa

yang menimbulkan myopia derajat sedang hingga berat. Sebagai akibatnya, pasien presbiop

melaporkan peningkatan penglihatan dekat mereka dan kurang membutuhkan kaca mata

baca, keadaan ini disebut dengan second sight. Secara khas, perubahan miopik dan second

sight tidak terlihat pada katarak subkortikal posterior atau anterior

d. Diplopia monocular. Kadang-kadang, perubahan nuclear yang terkonsentrasi pada bagian

dalam lapisan lensa, menghasilkan area refraktil pada bagian tengah dari lensa, yang sering

memberikan gambaran terbaik pada reflek merah dengan retinoskopi atau ophtalmoskopi

langsung. Fenomena seperti ini menimbulkan diplopia monocular yang tidak dapat

dikoreksi dengan kacamata, prisma, atau lensa kontak.3,8

e. Noda, berkabut pada lapangan pandang.

f. Ukuran kaca mata sering berubah

Katarak biasanya didiagnosis melalui pemeriksaan rutin mata. Sebagian besar katarak

tidak dapat dilihat oleh pengamat awam sampai menjadi cukup padat (matur atau

hipermatur) dan menimbulkan kebutaan. Namun, katarak, pada stadium perkembangannya

yang paling dini, dapat diketahui melalui pupil yang didilatasi maksimum dengan

ophtalmoskop, kaca pembesar, atau slitlamp. Fundus okuli menjadi semakin sulit dilihat

seiring dengan semakin padatnya kekeruhan lensa, sampai reaksi fundus sama sekali hilang.

Pada stadium ini katarak biasanya telah matang dan pupil mungkin tampak putih.2,5

Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah pemeriksaan slit-lamp,

funduskopi pada kedua mata bila mungkin, tonometer selain daripada pemeriksaan

prabedah yang diperlukan lainnya seperti adanya infeksi pada kelopak mata, konjungtiva,

karena dapat penyulit yang berat berupa panoftalmitis pasca bedah dan fisik umum. 2,5

Miopia merupakan kelainan refraksi dimana berkas sinar sejajar yang memasuki mata

tanpa akomodasi, jatuh pada fokus yang berada di depan retina. Dalam keadaan ini

objek yang jauh tidak dapat dilihat secara teliti karena sinar yang datang saling bersilangan

9

Page 10: Case Mata Jadi Repot Dika

pada badan kaca, ketika sinar tersebut sampai di retina sinar-sinar ini menjadi divergen,

membentuk lingkaran yang difus dengan akibat bayangan yang kabur.1

Klasifikasi Miopia terdiri dari

1. Miopia aksial

Bertambah panjangnya diameter anteroposterior bola mata dari normal. Pada orang

dewasa panjang axial bola mata 22,6 mm. Perubahan diameter anteroposterior bola

mata 1 mm akan menimbulkan perubahan refraksi sebesar 3 dioptri.

2. Miopia kurfatura

Kurfatura dari kornea bertambah kelengkungannya, misalnya pada keratokonus dan

kelainan kongenital. Kenaikan kelengkungan lensa bisa juga menyebabkan miopia

kurvatura, misalnya pada stadium intumesen dari katarak. Perubahan kelengkungan

kornea sebesar 1 mm akan menimbulkan perubahan refraksi sebesar 6 dioptri.

3. Miopia indeks refraksi

Peningkatan indeks bias media refraksi sering terjadi pada penderita diabetes melitus

yang kadar gula darahnya tidak terkontrol.

4. Perubahan posisi lensa

Perubahan posisi lensa kearah anterior setelah tindakan bedah terutama glaukoma

berhubungan dengan terjadinya miopia. 1

Berdasarkan tingginya dioptri, miopia dibagi dalam:2

1. Miopia sangat ringan, dimana miopia sampai dengan 1 dioptri

2. Miopia ringan, dimana miopia antara1-3 dioptri

3. Miopia sedang, dimana miopia antara 3-6 dioptri

4. Miopia tinggi, dimana miopia 6-10 dioptri

5. Miopia sangat tinggi, dimana miopia >10 dioptri

Gejala Klinis Miopia

Gejala subjektif miopia antara lain:2

10

Page 11: Case Mata Jadi Repot Dika

a. Kabur bila melihat jauh

b. Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat

c. Lekas lelah bila membaca ( karena konvergensi yang tidak sesuai dengan

akomodasi )

d. Astenovergens

Gejala objektif miopia antara lain:2

1. Miopia simpleks :

a) Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif

lebar. Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol

b) Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat

disertai kresen miopia (myopic cresent) yang ringan di sekitar papil saraf optik.

2. Miopia patologik :

a) Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simpleks

b) Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-kelainan pada

1. Badan kaca : dapat ditemukan kekeruhan berupa pendarahan atau

degenerasi yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang

mengapung dalam badan kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi badan

kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan keadaan miopia

2. Papil saraf optik : terlihat pigmentasi peripapil, kresen miopia, papil

terlihat lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen

miopia dapat ke seluruh lingkaran papil sehingga seluruh papil dikelilingi

oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang tidak teratur

Gambar 2. Myopic cresent

11

Page 12: Case Mata Jadi Repot Dika

3. Makula : berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang ditemukan

perdarahan subretina pada daerah makula.

4. Retina bagian perifer : berupa degenersi kista retina bagian perifer

5. Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan

retina. Akibat penipisan ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas dan

disebut sebagai fundus tigroid.

Gambar 3. Fundus Tigroid

Kesalahan pada saat pemeriksaan refraksi biasa mendominasi gejala klinik yang

terjadi pada miop tinggi. Hilangnya penglihatan secara tiba-tiba mungkin disebabkan

karena perdarahan makular pada bagian fovea dimana membrana Bruch mengalami

dekompensasi. Kehilangan penglihatan secara bertahap dan metamorpopsia terjadi oleh

karena rusaknya membrana Bruch.

Dikatakan miop tinggi apabila melebihi -8.00 dioptri dan dapat labih tinggi lagi

hingga mencapai -35.00 dioptri. Tingginya dioptri pada miopia ini berhubungan dengan

panjangnya aksial miopia, suatu kondisi dimana belakang mata lebih panjang daripada

normal, sehingga membuat mata memiliki pandangan yang sangat dekat.

Untuk mendiagnosis myopia dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan

pada mata, pemeriksaan tersebut adalah sebagai berikut:3,4

Refraksi Subyektif

Diagnosis myopia dapat ditegakkan dengan pemeriksaan Refraksi Subyektif, metode

yang digunakan adalah dengan Metoda ‘trial and error’ Jarak pemeriksaan 6 meter/ 5

meter/ 20 kaki. Digunakan kartu Snellen yang diletakkan setinggi mata penderita, Mata

diperiksa satu persatu dibiasakan mata kanan terlebih dahulu Ditentukan visus / tajam

12

Page 13: Case Mata Jadi Repot Dika

penglihatan masing-masing mata Bila visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis negatif,

bila dengan lensa sferis negatif tajam penglihatan membaik atau mencapai 5/5, 6/6, atau

20/20 maka pasien dikatakan menderita myopia, apabila dengan pemberian lensa sferis

negatif menambah kabur penglihatan kemudian diganti dengan lensa sferis positif

memberikan tajam penglihatan 5/5, 6/6, atau 20/20 maka pasien menderita hipermetropia.

Refraksi Obyektif

Yaitu menggunakan retinoskopi, dengan lensa kerja ∫+2.00D pemeriksa mengamati

refleks fundus yang bergerak berlawanan arah dengan arah gerakan retinoskop (against

movement) kemudian dikoreksi dengan lensa sferis negatif sampai tercapai netralisasi.

Autorefraktometer (komputer)

Yaitu menentukan myopia atau besarnya kelainan refraksi dengan menggunakan

komputer.

2. Apakah etiologi dari penyakit pada pasien ini ?

Pada anamnesa didapatkan pasien berusia 58 tahun pasien mengeluhkan

pandangan buram dan berkabut perlahan yang dirasakan sejak 1 tahun yang lalu dan

bertambah berat pada 6 bulan belakangan.Pada pasien juga didapatkan adanya kebiasaan

membaca ditempat yang gelap dan menonton TV dari jarak dekat diakui pasien, dimana

hasil anamnesa ini sesuai dengan etiologi yang terdapat pada miopia simpleks. Berdasarkan

anamnesa lainnya juga didapatkan pasien mengeluhkan penglihatan kedua mata kurang

jelas saat melihat jarak jauh sejak ± 6 bulan yang lalu

penyebab katarak yang diderita pada mata kiri pasien ini adalah akibat usia pasien

(proses degeneratif) dimana usia pasien ini sudah memasuki lebih dari 40 tahun.sebelum

dilakukan penatalaksanaan lebih lanjut, diperlukan beberapa pemeriksaan untuk menunjang

penatalaksanaan:

Ceklab : Hb, leukosit, waktu perdarahan, waktu pembekuan,glukosa darah sewaktu,

urin rutin dilakukan untuk menghindari resiko dan keadaan yang buruk saat dilakukan

ekstraksi lensa

Biometri : melihat ukuan lensa yang akan di pasang

USG Mata : melihat segmen posterior

13

Page 14: Case Mata Jadi Repot Dika

Katarak dapat terjadi sebagai akibat dari penuaan atau sekunder oleh faktor herediter, trauma,

inflamasi, metabolisme atau kelainan nuntrisi, atau radiasi. Tiga jenis umum katarak adalah

nuleus, cortical, dan posterior subcapsular.1 Sebagian besar katarak terjadi karena proses

degeneratif atau bertambahnya usia seseorang. Katarak kebanyakan muncul pada usia lanjut.

Data statistik menunjukkan bahwa lebih dari 90% orang berusia di atas 65 tahun menderita

katarak. Sekitar 550% orang berusia 75— 85 tahun daya penglihatannya berkurang akibat

katarak. Walaupun sebenarnya dapat diobati, katarak merupakan penyebab utama kebutaan di

dunia.1

Katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :1

Katarak perkembangan (developmenta) dan degeneratif.

Katarak kongenital, juvenil, dan senil.

Katarak komplikata. Katarak komplikata terjadi akibat gangguan keseimbangan susunan sel lensa

oleh faktor fisik atau kimiawi sehingga terjadi gangguan kejernihan lensa.

Katarak komplikata dapat terjadi akibat iridosiklitis, koroiditis, miopia tinggi,

ablasio retina, dan glaukoma. Katarak komplikata dapat terjadi akibat kelainan

sistemik yang akan mengenai kedua mata atau kelainan lokal yang akan

mengenai satu mata

Katarak traumatik. Kekeruhan lensa dapat terjadi akibat trauma tumpul atau trauma tajam yang

menembus kapsul anterior. Tindakan bedah pada katarak traumatik dilakukan

setelah mata tenang akibat trauma tersebut.Bila pecahnya kapsul

mengakibatkan gejala radang berat, maka dilakukan aspirasi secepatnya

Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :1

katarak kongenital, katarak yang terlihat pada usia di bawah 1 tahun

kekeruhan lensa yang didapatkan sejak lahir, dan terjadi akibat gangguan

perkembangan embrio intrauterin. Biasanya kelainan ini tidak meluas mengenai seluruh

lensa. Pada bayi dengan katarak kongenital akan terlihat bercak putih di depan pupil

yang disebut sebagai leukokoria (pupil berwarna putih).

14

Page 15: Case Mata Jadi Repot Dika

katarak juvenil, katarak yang terlihat pada usia di atas 1 tahun dan di bawah 40 tahun

Katarak juvenil yang terlihat setelah usia 1 tahun à lanjutan katarak kongenital yang

makin nyata,Penyulit penyakit lain, katarak komplikata, yang dapat terjadi akibat

penyakit lokal pada satu mata, seperti akibat uveitis anterior. glaukoma, ablasi retina,

miopia tinggi, ftisis bulbi, yang mengenai satu mata, penyakit sistemik, seperti diabetes,

hipoparatiroid, dan akibat trauma tumpul. Biasanya katarak juvenil ini merupakan

katarak yang didapat dan banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor.

katarak presenil, yaltu katarak sesudah usia 30 - 40 tahun

katarak senil, yaitu katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun

Katarak senil biasanya mulai pada usia 50 tahun, kecuali bila disertai dengan penyakit

lainnya seperti diabetes melitus yang akan terjadi lebih cepat. Kedua mata dapat

terlihat dengan derajat kekeruhan yang sama ataupun berbeda. Proses degenerasi pada

lensa dapat terlihat pada beberapa stadium katarak senile.

Katarak senelis dibagai ke dalam 4 stadium, yaitu:

1. Katarak insipien, kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji menuju korteks

anterior dan posterior (katarak kortikal). Katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai

terlihat di anterior subkapsular posterior, celah terbentuk, antara serat lensa dan korteks berisi

jaringan degeneratif (beda morgagni) pada katarak insipien. Katarak intumesen. Kekeruhan

lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif menyerap air. Pada keadaan

ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya bertambah,

yang akan memberikan miopisasi

2. Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Merupakan katarak yang belum

mengenai seluruh lapis lensa. Volume lensa bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik

bahan degeneratif lensa. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan

hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder.

1. Katarak matur, pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Kekeruhan

ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur tidak

dikeluarkan, maka cairan lensa akan keluar sehingga lensa kembali pada ukuran normal dan

terjadi kekeruhan lensa yang lama kelamaan akan mengakibatkan kalsifikasi lensa pada

katarak matur. Bilik mata depan berukuran dengan kedalaman normal kembali, tidak terdapat

bayangan iris pada shadow test, atau disebut negatif.

15

Page 16: Case Mata Jadi Repot Dika

4. Katarak hipermatur, merupakan katarak yang telah mengalami proses degenerasi lanjut,

dapat menjadi keras, lembek dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul

lensa, sehingga lensa menjadi kecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat

bilik mata dalam dan terlihat lipatan kapsul lensa. Kadang pengkerutan berjalan terus

sehingga hubungan dengan zonula zinn menjadi kendur. Bila proses katarak berlajut disertai

dengan penebalan kapsul, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka

korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang

terbenam didalam korteks lensa karena lebih berat, keadaan tersebut dinamakan katarak

morgagni.1,2,3

16

Page 17: Case Mata Jadi Repot Dika

Etiologi pada miopia tidak diketahui secara pasti dan banyak faktor memegang peranan

penting dari waktu kewaktu. Teori miopia menurut sudut pandang biologi menyatakan

bahwa miopia ditentukan secara genetik. Pengaruh faktor herediter telah diteliti secara

luas. Macam-macam faktor lingkungan prenatal, perinatal dan postnatal telah didapatkan

untuk operasi penyebab miopia.3

Patofisiologi pada miopia disebabkan karena pembiasan sinar di dalam mata yang

terlalu kuat untuk panjangnya bola mata akibat:

1. Sumbu aksial mata lebih panjang dari normal (diameter antero-posterior yang

lebih panjang, bola mata yang lebih panjang ) disebut sebagai miopia aksial.

2. Kurvatura kornea atau lensa lebih kuat dari normal (kornea terlalu cembung

atau lensa mempunyai kecembungan yang lebih kuat) disebut miopia

kurvatura/refraktif.

3. Indeks bias mata lebih tinggi dari normal, misalnya pada diabetes mellitus.

Kondisi Ini Disebut Miopia Indeks

4. Miopi Karena perubahan posisi lensa Posisi lensa lebih ke anterior, misalnya

pasca operasi glaukoma.1

Terdapat 2 faktor yang dapat merupakan penyebab terjadinya ambliopia, yaitu :2

1) Supresi

Supresi yang terjadi pada ambliopia dapat merupakan proses kortikal yang akan

mengakibatkan terdapatnya skotoma absolute pada penglihatan binokular (untuk

mencegah terjadinya diplopia pada mata yang juling), atau sebagai hambatan

binokular (monokular kortikal inhibisi) pada bayangan retina yang kabur. Supresi

sama sekali tidak berkaitan dengan perkembangan penglihatan.

2) Nirpakai (non use)

Terjadi akibat tidak dipergunakannya elemen visual retino kortikal pada saat kritis

perkembangannya terutama pada usia sebelum 9 tahun.

Pendapat lain mengatakan penyebab terjadinya ambliopia akibat pengalaman visual

yang abnormal pada masa lalu (masa perkembangan visual) yang penyebabnya adalah

strabismus atau mata juling, anisometropia atau bilateral ametrop yang tinggi serta

ambliopia exanopsia.2

17

Page 18: Case Mata Jadi Repot Dika

3. Bagaimanakah penatalaksanaan pasien ini ?

Penanganan medikamentosa,untuk katarak pasien diberikan obat Cendoxitrol 6x

1ggt yang difungsikan untuk melepaskan sinekia terdapat dimata agar menghindari terjadinya

uveitis yang dapat menyebabkan glukoma.Kloramfenikol 3 x 500 mg diberikan antibiotik

supaya tidak terjadinya infeksi pada mata,diberikan antibiotik kloramfenikol arena antibiotik

ini dapat melewati sawar darah di mata.Metilprednisolon 3x 8 mg diberikan untuk

meringankan peradangan yang terjadi pada mata.Untuk miopi vitamin untuk kesehatan mata :

Eyevit 1 x per hari, penyegar mata : Cendo augentonic 3gtt per hari.

Penanganan Non Medikamentosa, untuk kataral pasien sebaiknya dilakukan Operasi katarak

dengan teknik SICS OD karena teknik ini dipandang lebih menguntungkan serta lebih cepat sembuh

dan murah. Penanganan ekstraksi lensa pada pasien berfungsi untuk menaikkan visus pada mata

kanan. Indikasi dilakukanya ekstrraksi lensa pada pasien karena terjadinya penurunan visus yang

mengganggu psien dalam melakukan aktivitas sehari – hari. Sedangkan untuk miopi Pemberian

resep kacamata dengan menggunakan lensa negatif S -1,25 OS.Dikarenakan pada pasien ini

memiliki tingkat sosial eknomi yang cukup, sehingga teknik operatif seperti LASIK belum

bisa diterapkan karena membutuhkan biaya yang mahal dan keterbatasan alat yang tersedia di

RSU dr. Slamet Garut

Penatalaksanaan definitif untuk katarak adalah ekstraksi lensa. Lebih dari bertahun-

tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari metode yang kuno hingga tehnik

hari ini phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan dengan evolusi IOL yang digunakan, yang

bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan implantasi. Bergantung pada integritas kapsul

lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan

ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara umum

tentang tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE,

ECCE, dan phacoemulsifikasi.

1. Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)

Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Seluruh

lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan depindahkan dari mata melalui

incisi korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan

18

Page 19: Case Mata Jadi Repot Dika

lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan

merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer.

ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40

tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular.

Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis,

endoftalmitis, dan perdarahan2,3

2. Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)

Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa

dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa

dapat keluar melalui robekan.

Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel,

bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra ocular posterior, perencanaan implantasi

sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan

prediposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap

badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular edema,

pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak

seperti prolaps badan kaca.

Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak

sekunder. 2,3

3. Phakoemulsifikasi

Phakoemulsifikasi (phaco) maksudnya membongkar dan memindahkan kristal lensa.

Pada tehnik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran

ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO akan

menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang

dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak

diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan

cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari.

Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak

senilis. Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis padat, dan keuntungan incisi limbus

yang kecil agak kurang kalau akan dimasukkan lensa intraokuler, meskipun sekarang lebih

sering digunakan lensa intra okular fleksibel yang dapat dimasukkan melalui incisi kecil

seperti itu.

19

Page 20: Case Mata Jadi Repot Dika

4. SICS

Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan teknik

pembedahan kecil.teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena lebih cepat sembuh dan

murah.³

Apabila lensa mata penderita katarak telah diangkat maka penderita memerlukan lensa

pengganti untuk memfokuskan penglihatannya dengan cara sebagai berikut:

kacamata afakia yang tebal lensanya

lensa kontak

lensa intra okular, yaitu lensa permanen yang ditanamkan di dalam mata pada saat

pembedahan untuk mengganti lensa mata asli yang telah diangkat.

Jika digunakan tehnik insisi kecil, maka penyembuhan pasca operasi biasanya lebih

pendek. Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari itu juga, tetapi dianjurkan untuk bergerak

dengan hati-hati dan menghindari peregangan atau mengangkat benda berat selama sekitar

satu bulan, olahraga berat jangan dilakukan selama 2 bulan. Matanya dapat dibalut selama

beberapa hari pertama pasca operasi atau jika nyaman, balutan dapat dibuang pada hari

pertama pasca operasi dan matanya dilindungi pakai kacamata atau dengan pelindung

seharian. Kacamata sementara dapat digunakan beberapa hari setelah operasi, tetapi biasanya

pasien dapat melihat dengan baik melalui lensa intraokuler sambil menantikan kacamata

permanen ( Biasanya 6-8 minggu setelah operasi ). 2,5

20

Page 21: Case Mata Jadi Repot Dika

Selain itu juga akan diberikan obat untuk :

- Mengurangi rasa sakit, karena operasi mata adalah tindakan yang menyayat maka

diperlukan obat untuk mengurangi rasa sakit yang mungkin timbul benerapa jam setelah

hilangnya kerja bius yang digunakan saat pembedahan.

- Antibiotik mencegah infeksi, pemberian antibiotik masih dianggap rutin dan perlu diberikan

atas dasar kemungkinan terjadinya infeksi karena kebersihan yang tidak sempurna. 2,3,10

- Obat tetes mata streroid. Obat yang mengandung steroid ini berguna untuk mengurangi

reaksi radang akibat tindakan bedah.

- Obat tetes yang mengandung antibiotik untuk mencegah infeksi pasca bedah.

Hal yang boleh dilakukan antara lain :

- Memakai dan meneteskan obat seperti yang dianjurkan

- Melakukan pekerjaan yang tidak berat

- Bila memakai sepatu jangan membungkuk tetapi dengan mengangkat kaki keatas.

Yang tidak boleh dilakukan antara lain :

- Jangan menggosok mata

- Jangan membungkuk terlalu dalam

- Jangan menggendong yang berat

- Jangan membaca yang berlebihan dari biasanya

- Jangan mengedan keras sewaktu buang air besar

- Jangan berbaring ke sisi mata yang baru dibedah

Penatalaksanaan miopia adalah dengan mengusahakan sinar yang masuk mata difokuskan tepat di

retina. Penatalaksanaan miopia dapat dilakukan dengan cara :

1. Cara optik

2. Cara operasi

-

Cara optik

Kacamata (Lensa Konkaf)

Koreksi miopia dengan kacamata, dapat dilakukan dengan menggunakan lensa konkaf

(cekung/negatif) karena berkas cahaya yang melewati suatu lensa cekung akan menyebar. Bila

21

Page 22: Case Mata Jadi Repot Dika

permukaan refraksi mata mempunyai daya bias terlalu tinggi atau bila bola mata terlalu panjang

seperti pada miopia, keadaan ini dapat dinetralisir dengan meletakkan lensa sferis konkaf di depan

mata. Lensa cekung yang akan mendivergensikan berkas cahaya sebelum masuk ke mata, dengan

demikian fokus bayangan dapat dimundurkan ke arah retina         (Guyton, 1997).

Lensa kontak

Lensa kontak dari kaca atau plastik diletakkan dipermukaan depan kornea. Lensa ini tetap

ditempatnya karena adanya lapisan tipis air mata yang mengisi ruang antara lensa kontak dan

permukaan depan mata. Sifat khusus dari lensa kontak adalah menghilangkan hampir semua

pembiasan yang terjadi dipermukaan anterior kornea, penyebabnya adalah air mata mempunyai

indeks bias yang hampir sama dengan kornea sehingga permukaan anterior kornea tidak lagi berperan

penting sebagai dari susunan optik mata. Sehingga permukaan anterior lensa kontaklah yang berperan

penting.

-

Cara operasi pada kornea

Ada beberapa cara, yaitu :

1. Radikal keratotomy (dengan pisau) yaitu operasi dengan menginsisi kornea perifer sehingga

kornea sentral menjadi datar. Hal ini menyebabkan sinar yang masuk ke mata menjadi lebih

dekat ke retina.

2. Excimer laser (dengan sinar laser) yaitu operasi dengan menggunakan tenaga laser untuk

mengurangi kecembungannya dan dilengketkan kembali.

3. Keratomileusis yaitu bila kornea yang terlalu cembung di insisi kemudian dikurangi

kecembungannya dan dilengketkan kembali.

4. Epiratopati yaitu operasi dengan melakukan penjahitan keratolens yang sesuai dengan koreksi

refraksi ke kornea penderita yang telah di buang epitelnya.

Cara operasi di atas masih mempunyai kekurangan – kekurangan, oleh karena itu para ahli mencoba

untuk mencari jalan lain yang dapat mengatasi kekurangan tersebut dengan jalan mengambil lensa

mata yang masih jernih (clear lens extraction/CLE).

. Koreksi Miopia Tinggi dengan LASIK5

LASIK adalah suatu tindakan koreksi kelainan refraksi mata yang menggunakan

teknologi laser dingin  (cold/non thermal laser) dengan cara merubah atau mengkoreksi

kelengkungan kornea. Setelah dilakukan tindakan LASIK, penderita kelainan refraksi

22

Page 23: Case Mata Jadi Repot Dika

dapat terbebas dari kacamata atau lensa kontak, sehingga secara permanen

menyembuhkan rabun jauh (miopia), rabun dekat (hipermetropia), serta mata silinder

(astigmatisme).

Untuk dapat menjalani prosedur LASIK perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu:

a. Ingin terbebas dari kacamata dan lensa kontak

b. Kelainan refraksi:

Miopia sampai -1.00 sampai dengan - 13.00 dioptri.

Hipermetropia + 1.00 sampai dengan + 4.00 dioptri.

Astigmatisme 1.00 sampai dengan 5.00 dioptri

c. Usia minimal 18 tahun

d. Tidak sedang hamil atau menyusui

e. Tidak mempunyai riwayat penyakit autoimun

f. Mempunyai ukuran kacamata/ lensa kontak yang stabil selama paling tidak

6 (enam) bulan

g. Tidak ada kelainan mata, yaitu infeksi, kelainan retina saraf mata, katarak,

glaukoma dan ambliopia

h. Telah melepas lensa kontak (Soft contact lens) selama 14 hari atau 2 (dua)

minggu dan 30 (tiga puluh) hari untuk lensa kontak (hard contact lens)

Adapun kontraindikasi dari tindakan LASIK antara lain:5

a. Usia < 18 tahun / usia dibawah 18 tahun dikarenakan refraksi belum stabil.

b. Sedang hamil atau menyusui.

c. Kelainan kornea atau kornea terlalu tipis.

d. Riwayat penyakit glaukoma.

e. Penderita diabetes mellitus.

f. Mata kering

g. Penyakit : autoimun, kolagen

h. Pasien Monokular

i. Kelainan retina atau katarak

23

Page 24: Case Mata Jadi Repot Dika

Sebelum menjalani prosedur LASIK, ada baiknya pasien melakukan konsultasi atau

pemeriksaan dengan dokter spesialis mata untuk dapat mengetahui dengan pasti mengenai

prosedur / tindakan LASIK baik dari manfaat, ataupun kemungkinan komplikasi yang

dapat terjadi. Setelah melakukan konsultasi / pemeriksaan oleh dokter spesialis mata,

kemudian mata anda akan diperiksa secara seksama dan teliti dengan menggunakan

peralatan yang berteknologi tinggi (computerized) dan mutakhir sehingga dapat diketahui

apakah seseorang layak untuk menjalankan tindakan LASIK.

Persiapan calon pasien LASIK5

a. Pemeriksaan refraksi, slit lamp, tekanan bola mata dan finduskopi

b. Pemeriksan topografi kornea / keratometri / pakhimetri Orbscan

c. Analisa aberometer Zy Wave, mengukur aberasi kornea sehingga bisa dilakukan

Custumize LASIK

d. Menilai kelayakan tindakan untuk menghindari komplikasi

Sebagian besar pasien yang telah melakukan prosedur atau tindakan LASIK

menunjukan hasil yang sangat memuaskan, akan tetapi sebagaimana seperti pada semua

prosedur atau tindakan medis lainnya, kemungkinan adanya resiko akibat dari prosedur

atau tindakan LASIK dapat terjadi oleh sebagian kecil dari beberapa pasien antara lain:

a. Kelebihan / Kekurangan Koreksi (Over / under correction). Diketahui setelah

pasca tindakan LASIK akibat dari kurang atau berlebihan tindakan koreksi, hal ini

dapat diperbaiki dengan melakukan LASIK ulang / Re-LASIK (enhancement)

setelah kondisi mata stabil dalam kurun waktu lebih kurang 3 bulan setelah

tindakan.

b. Akibat dari menekan bola mata yang terlalu kuat sehingga flap kornea bisa

bergeser (Free flap, button hole, decentration flap). Flap ini akan melekat cukup

kuat kira-kira seminggu setelah tindakan.

c. Biasanya akan terjadi gejala mata kering. Hal ini akan terjadi selama seminggu

setelah tindakan dan akan hilang dengan sendirinya. Pada sebagian kasus mungkin

diperlukan semacam lubrikan tetes mata.

d. Silau saat melihat pada malam hari. Hal ini umum bagi pasien dengan pupil mata

yang besar dan pasien dengan miopia yang tinggi. Gangguan ini akan berkurang

24

Page 25: Case Mata Jadi Repot Dika

seiring dengan berjalannya waktu. Komplikasi sangat jarang terjadi, dan keluhan

sering membaik setelah 1-3 bulan.

Kelebihan Bedah Refraksi LASIK antara lain:5

a. Anestesi topikal (tetes mata)

b. Pemulihan yang cepat (Magic Surgery)

c. Tanpa rasa nyeri (Painless)

d. Tanpa jahitan (Sutureless & Bloodless)

e. Tingkat ketepatan yang tinggi (Accuracy)

f. Komplikasi yang rendah

g. Prosedur dapat diulang  (Enhancement)

Komplikasi yang dapat terjadi pada Miopia terutama derajat tinggi berupa:1

- Dinding mata yang lebih lemah, karena sklera lebih tipis.

- Degenerasi miopik pada retina dan koroid. Retina lebih tipis sehingga terdapat

risiko tinggi terjadinya robekan pada retina.

- Ablasi retina, lubang pada makula sering terjadi pada miopia tinggi.

- Orang dengan miopia mempunyai kemungkinan lebih tinggi terjadi glaukoma.

4. Bagaimana prognosis pada pasien ini ?

Quo ad vitam : ad bonam Quo ad functionam : dubia ad bonam Quo ad sanactionam : dubia ad bonam

Prognosis pada pasien ini

Quo ad Vitam adalah ad bonam karena pada pasien tidak ditemukannya peyakit sistemik

yang menyertai dan pasien masih dapat melakukan aktivitasnya seperti biasa.

25

Page 26: Case Mata Jadi Repot Dika

Quo ad Functionam adalah dubia ad bonam karena diharapkan setelah dilakukannya operasi

ekstraksi lensa dapat dan memperbaiki tajam penglihatan pada pasien ini. Fungsi organ penglihatan

tidak seperti orang normal, dimana pasien sangat bergantung pada penggunaan kacamata.

Quo ad sanactionam : dubia ad bonam.Pasien tidak dapat sembuh sempurna, dimana hanya

bisa ditingkatkan ketajaman penglihatannya dengan bantuan kacamata.

Dengan tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi sangat jarang. Hasil

pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah katarak resiko ini kecil dan jarang

terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada pembedahan dengan ECCE atau

fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis

pada pemeriksaan dengan menggunakan snellen chart.3

80 persen kebutaan atau gangguan penglihatan mata dapat dicegah atau dihindari.

Edukasi dan promosi tentang masalah mata dan cara mencegah gangguan kesehatan mata.

sebagai sesuatu yang tidak bisa ditinggalkan. Usaha itu melipatkan berbagai pihak,

termasuk media massa, kerja sama pemerintah, LSM, dan Perdami.2

Katarak dapat dicegah, di antaranya dengan menjaga kadar gula darah selalu

normal pada penderita diabetes mellitus, senantiasa menjaga kesehatan mata,

mengonsumsi makanan yang dapat melindungi kelainan degeneratif pada mata dan

antioksidan seperti buah-buahan banyak yang mengandung vitamin C, minyak sayuran,

sayuran hijau, kacang-kacangan, kecambah, buncis, telur, hati dan susu yang merupakan

makanan dengan kandungan vitamin E, selenium, dan tembaga tinggi.

Vitamin C dan E dapat memperjelas penglihatan. Vitamin C dan E merupakan

antioksidan yang dapat meminimalisasi kerusakan oksidatif pada mata, sebagai salah satu

penyebab katarak. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 3.000 orang dewasa selama

lima tahun menunjukkan, orang dewasa yang mengonsumsi multivitamin atau suplemen

lain yang mengandung vitamin C dan E selama lebih dari 10 tahun, ternyata risiko terkena

katarak 60% lebih kecil2.

Seseorang dengan konsentrasi plasma darah yang tinggi oleh dua atau tiga jenis

antioksidan ( vit C, vit E, dan karotenoid) memiliki risiko terserang katarak lebih rendah

dibandingkan orang yang konsentrasi salah satu atau lebih antioksidannya lebih rendah.

Hasil penelitian lainnya yang dilakukan Farida (1998-1999) menunjukkan,

masyarakat yang pola makannya kurang riboflavin (vitamin B2) berisiko lebih tinggi

terserang katarak. Menurut Farida, ribovlafin memengaruhi aktivitas enzim glutation

26

Page 27: Case Mata Jadi Repot Dika

reduktase. Enzim ini berfungsi mendaur ulang glutation teroksidasi menjadi glutation

tereduksi, agar tetap menetralkan radikal bebas atau oksigen2,4.

DAFTAR PUSTAKA

1.Murril A.C, Stanfield L.D, Vanbrocklin D.M, Bailey L.I, Denbeste P.B, Dilomo C.R, et all.

(2004). Optometric clinical practice guideline. American optometric association: U.S.A

2. Vaugan G. D, Asbury T, Eva R.P. (2008). Oftalmologi umum. Bab.20 lensa hal 169-

177.Edisi 17. Widya medika : Jakarta.

3. http://medicastore.com/penyakit/65/Katarak.html. Up date: 27 Novembe 2012

4. Zorab, A. R, Straus H, Dondrea L. C, Arturo C, Mordic R, Tanaka S, et all. (2005-2006).

Lens and Cataract. Chapter 5 Pathology page 45-69. Section 11. American Academy of

Oftalmology : San Francisco.

5. Ilyas S. (2007). Ilmu Penyakit Mata. Tajam penglihatan, kelainan refraksi dan penglihatan

warna hal 72-75. Edisi 3. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.

27

Page 28: Case Mata Jadi Repot Dika

6. Vajpayee, Rasik. Chataract, Juni 2008, available at www.cera.unimelb.edu, last Update 27

November 2012.

7. Ocampo, Vicente Victor D, Senile Cataract, 2009, available at www.emedicine.com/ last

update 27 November 2012.

1.

28