Presentasi Kasus FIX IKK Dika
-
Upload
arif-tantri-h -
Category
Documents
-
view
92 -
download
13
description
Transcript of Presentasi Kasus FIX IKK Dika
Presentasi Kasus
Dislipidemia dan Hipertensi Grade I Terkontrol Pada Lansia Dengan Kecemasan Terhadap Penyakitnya
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di
Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga FKIK UMY dan Puskesmas Ngampilan
ar
Disusun oleh :
Dika Fahmi Khoirunnas
(20090310211)
Dokter Pembimbing Klinik :
dr. Khairani Fitri
Dokter Pembimbing Fakultas :
Dr. dr. Titiek Hidayati, M. Kes
ILMU KEDOKTERAN KELUARGA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2014
HALAMAN PENGESAHAN
Dislipidemia dan Hipertensi Grade I Terkontrol Pada Lansia Dengan Kecemasan
Terhadap Penyakitnya
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti
Ujian Kepaniteraan Klinik Di Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga
FKIK UMY dan Puskesmas Ngampilan
Disusun Oleh:
Dika Fahmi Khoirunnas
(20090310211)
Telah disetujui dan dipresentasikan pada tanggal 16 Desember 2014
Oleh :
Dokter Pembimbing Fakultas
Dr. dr. Titiek Hidayati, M. Kes
Dokter Pembimbing Klinik
dr. Khairani Fitri
Mengetahui
Kepala Puskesmas Ngampilan
dr. Dina Kartika Sari
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat, iman dan Islam
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kepaniteraan klinik dengan judul “Dislipidemia
dan Hipertensi Grade I Terkontrol Pada Lansia Dengan Kecemasan Terhadap Penyakitnya”
untuk memenuhi sebagian syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik bagian Ilmu
Kedokteran Keluarga di Puskesmas Ngampilan. Semoga shalawat dan salam selalu dilimpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya yang telah berjuang dengan membawa
agama Allah.
Banyak hambatan dalam penyusunan makalah ini, namun berkat dukungan dari banyak
pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan kepaniteraan klinik kedokteran keluarga ini.
Dalam kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang
terhormat:
1. dr. Dina Kartika Sari, selaku Kepala Puskesmas Ngampilan Yogyakarta.
2. dr. Khairani Fitri, sebagai dokter pembimbing klinik di Puskesmas Ngampilan.
3. Dr. dr. Titiek Hidayati, M. Kes, sebagai dokter pembimbing Ilmu Kedokteran Keluarga
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
laporan kepaniteraan klinik kedokteran keluarga ini dan selanjutnya.
Semoga laporan kepaniteraan klinik kedokteran keluarga ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan semua pihak yang membacanya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, 16 Desember 2014
Penyusun,
Dika Fahmi Khoirunnas
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................. ii
KATA PENGANTAR............................................................................................ 3
DAFTAR ISI........................................................................................................ 4
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 5
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 5
B.Profil Puskesmas Ngampilan ........................................................................ 7
C.Rumusan Masalah …………………………………………………………………………............ 9
D. Tujuan Penulisan........................................................................................ 9
E.Manfaat Penulisan........................................................................................ 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 10
A. Dislipidemia............................................................................................... 11
B.Hipertensi…………………………………………………..……………………………………………. 27
C.Kecemasan.................................................................................................... 39
BAB III LAPORAN KASUS .................................................................................. 42
BAB IV PEMBAHASAN ...................................................................................... 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................... 68
A. Kesimpulan ................................................................................................ 68
B.Saran 68
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………………. 69
4
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dislipidemia merupakan suatu perubahan kadar normal komponen lipid darah.
Komponen lipid darah meliputi kolesterol, trigliserida, LDL, dan HDL. Kadar normal
untuk masing-masing komponen lipid darah antara lain kolesterol total <200 mg/dL,
kolesterol LDL <130 mg/dL, kolesterol HDL ≥ 40 mg/dL dan trigliserida <150 mg/dL
(NCEP ATP III, 2002). Pada dislipidemia, terjadi ketidaknormalan kadar komponen lipid
darah, dapat meningkat (untuk kolesterol, trigliserida, LDL) atau menurun (untuk HDL)
(Darey, 2005).
Di Indonesia prevalensi dislipidemia belum terdaftar dengan baik, namun
diperkirakan prevalensinya terus meningkat. Dislipidemia disebabkan oleh obesitas,
kurang beraktivitas, tinggi konsumsi lemak jenuh, kolesterol, karbohidrat serta
rendahnya konsumsi serat. Tingginya konsumsi lemak jenuh dapat terjadi salah satunya
dari kebiasaan ‘ngemil’ atau snacking makanan berlemak. Snacking dapat didefinisikan
sebagai asupan makanan tambahan yang dikonsumsi dalam keadaan tidak lapar.
Kebiasaan snacking yang diterapkan dalam jangka waktu lama akan menjadi salah satu
penyebab obesitas yang merupakan salah satu faktor terjadinya dislipidemia.
Pesatnya perkembangan snack di Indonesia terjadi karena snacking (“ngemil”)
merupakan salah satu bagian dari budaya kehidupan di Indonesia. Hal ini terlihat pada
cara menjamu tamu yaitu tuan rumah akan menyajikan makanan ringan/snack foods
untuk tamu sebagai bentuk penghormatan. Begitu pula dalam acara formal seperti rapat,
mulai dari rapat kantor bahkan sampai rapat pemerintah sering juga disajikan snack
foods untuk para peserta rapat. Terdapat beberapa jenis snack foods yang biasa
dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Salah satu jenis snack yang sering dikonsumsi
ialah snack yang buat dengan cara digoreng yang sering disebut gorengan.
Namun, tingkat konsumsi gorengan belum menjadi hal yang dianggap perlu untuk
diperhatikan sebab gorengan seringkali dianggap sebagai makanan selingan yang tidak
akan banyak berpengaruh terhadap asupan zat gizi setiap harinya. Padahal, makanan
gorengan yang digoreng dengan minyak yang mengandung asam lemak jenuh jika
5
dikonsumsi akan dimetabolisme oleh tubuh yang akhirnya akan meningkatkan profil
lipid dalam darah (Darey, 2005).
Hipertensi atau darah tinggi adalah keadaan dimana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang lama
). Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-
satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah kita
secara teratur. Diketahui 9 dari 10 orang yang menderita hipertensi tidak dapat
diidentifikasi penyebab penyakitnya. Itulah sebabnya hipertensi dijuluki silent killer.
Seseorang baru merasakan dampak gawatnya hipertensi ketika telah terjadi komplikasi.
Jadi baru disadari ketika telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi
jantung, koroner, fungsi ginjal, gangguan fungsikognitif atau stroke. Hipertensi pada
dasarnya mengurangi harapan hidup para penderitanya. Secara umum seseorang
dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah sistolik/diastoliknya melebihi 140/90
mmHg (normalnya 120/80 mmHg).
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu : Hipertensi primer, yang
tidak di ketahui penyebabnya atau idiopatik, Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang
disebabkan oleh penyakit lain. (Suyono, 2001, h 453). Hipertensi merupakan salah satu
penyebab morbiditas dan mortalitas paling sering diseluruh dunia. Kelainan pembuluh
darah ini dapat berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap sistem organ tubuh.
Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. Disebut
juga sebagai “silent killer” karena orang dengan hipertensi sering tidak menampakkan
gejala, penyakit ini lebih sering menyerang wanita daripada pria. Hipertensi sering
ditemukan pada usia lanjut, diperkirakan 23 % wanita dan 14% pria berusia lebih dari 65
tahun menderita hipertensi, 3 kali lebih sering dibandingkan dengan usia lanjut tanpa
hipertensi pada usia yang sama.
Kurangnya pengetahuan dalam konteks keluarga yang mempunyai masalah hipertensi
termasuk anggota keluarga yang usia lanjut mengakibatkan tidak tepatnya penanganan
yang dilakukan pada penderita, hal ini juga dapat berpengaruh pada fungsi dan peran
anggota keluarga. Pengobatan hipertensi memerlukan jangka waktu yang lama (seumur
hidup) karena hipertensi hanya dapat dikurangi atau dikontrol bukan dihilangkan.
Dianjurkan agar upaya penanganan hipertensi dilakukan secara berkelanjutan dan terus
menerus.
6
Hipertensi sebenarnya dapat dicegah dengan menerapkan pola hidup yang sehat.
Namun apabila hal ini tidak memberikan hasil yang memuaskan dan terjadi peningkatan
tekanan darah maka dapat diberikan terapi medikamentosa yang tepat. Adapun obat
penurun tekanan darah yang direkomendasikan adalah calcium channel blockers (CCBs),
angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitors, angiotensin receptor blockers (ARBs),
beta blockers dan diuretics.
Profil Puskesmas Ngampilan
Puskesmas adalah unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan kabupaten / kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja
(Kepmenkes RI no.128/Menkes/SK/II/2004). Menurut Depkes RI 1991, puskesmas
merupakan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan
kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan memberikan
pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam
bentuk kegiatan pokok.
Puskesmas Ngampilan merupakan unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan
Yogyakarta yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
wilayah kerja Puskesmas Ngampilan. Puskesmas ngampilan terletak di kota Yogyakarta
dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: sebelah utara adalah kecamatan Gedong
Tengen, sebelah timur adalah kecamatan Gondomanan dan Kraton, sebelah selatan adalah
kecamatan Mantrijeron, sebelah barat adalah kecamatan Wirobrajan.
Puskesmas di kecamatan Ngampilan Kota Yogyakarta sejumlah 2 buah yaitu
Puskesmas Induk dan Puskesmas Pembantu, telah memiliki gedung yang memadai
sebagai pusat pelayanan kesehatan masyarakat, tenaga medis dan paramedis dapat bekerja
secara optimal melayani masyarakat sekitar. Puskesmas dilengkapi dengan fasilitas
Ambulance yang setiap saat dapat digunakan pada jam kerja. Puskesmas Ngampilan
belum melayani pasien rawat inap. Kegiatan pelayanan secara umum meliputi : Balai
Pengobatan umum (BPU), Balai Pengobatan Gigi (BPG), BKIA/KB, Unit Farmasi,
Laboratorium, Konseling Gizi, Kesehatan Lingkungan, Promosi Kesehatan (Promkes).
Sasaran kesehatan wilayah kerja Puskesmas Ngampilan mengacu pada Indikator
kecamatan sehat yang mencakup 4 indikator utama yakni kesehatan lingkungan, perilaku
hidup bersih dan sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu, dan derajat
kesehatan penduduk kecamatan.
7
Dokter keluarga memiliki peran penting dalam mencapai sasaran kesehatan
tersebut.Pelayanan kedokteran keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh
dan memusatkan pelayanannya pada keluarga sebagai suatu unit dimana tanggung jawab
dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur, jenis kelamin
pasien, atau jenis penyakit tertentu.Tujuan yang ingin dicapai dalam pelayanan
kedokteran keluarga adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan bagi individu, keluarga,
dan masyarakat yang bermutu dan terkendali biayanya, yang dilaksanakan dalam
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter keluarga.
Tabel 1. Rekapitulasi 10 besar Diagnosis Pasien Puskesmas Ngampilan
Tahun 2012
No Kode Diagnosis Nama Jumlah
1 J06.9 ISPA 1580
2 J 00 Nasopharingitis Akut
(common cold)
1110
3 I10 Hipertensi Primer 753
4 R51 Sakit Kepala 536
5 A09 Diare dan Gastroenteritis non
spesifik
459
6 K 30 Dyspepsia 448
7 R05 Batuk 395
8 J 02 Pharingitis 335
9 M25.25 Atralgia 302
10 R50 Demam yang sebabnya tidak
diketahui
283
8
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ditemukan di atas, maka masalah yang dapat
dirumuskan adalah :
1. Bagaimana diagnosis holistik dislipidemia pada pasien ini?
2. Apakah saja factor yang dapat meningkatkan kejadian dislipidemia?
3. Bagaimana pendekatan dokter keluarga terhadap pasien dengan dislipidemia dan
hipertensi?
4. Siapa saja yang harus berperan agar penanganan pasien optimal?
C. Tujuan Penulisan
1. Penulisan laporan kasus kepaniteraan klinik ilmu kedokteran keluarga ini bertujuan
untuk memenuhi sebagian syarat mengikuti ujian kepaniteraan klinik di bagian Ilmu
Kedokteran Keluarga, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Memberikan informasi serta pengetahuan mengenai bentuk pelayanan kedokteran
dengan pendekatan kedokteran keluarga pada penderita penyakit. Salah satunya
dengan menganalisis penyebab, perilaku atau gaya hidup apakah telah mendukung
pengobatan farmakologi atau tidak. Selain itu juga penyuluhan dilakukan dengan titik
berat agar pasien dan keluarganya menjadi mengetahui lebih banyak tentang
dislipidemia sehingga dapat diminimalisir terjadinya komplikasi yang terjadi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat untuk puskesmas
Sebagai sarana kerjasama yang saling menguntungkan untuk dapat meningkatkan
pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dan mendapatkan umpan balik dari hasil
evaluasi koasisten dalam rangka mengoptimalkan peran puskesmas.
2. Manfaat untuk mahasiswa
Sebagai sarana keterampilan dan pengalaman dalam upaya pelayanan kesehatan
dengan menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga.
9
BAB I
PENDAHULUAN
E. Latar Belakang
Dislipidemia merupakan suatu perubahan kadar normal komponen lipid darah.
Komponen lipid darah meliputi kolesterol, trigliserida, LDL, dan HDL. Kadar normal
untuk masing-masing komponen lipid darah antara lain kolesterol total <200 mg/dL,
kolesterol LDL <130 mg/dL, kolesterol HDL ≥ 40 mg/dL dan trigliserida <150 mg/dL
(NCEP ATP III, 2002). Pada dislipidemia, terjadi ketidaknormalan kadar komponen lipid
darah, dapat meningkat (untuk kolesterol, trigliserida, LDL) atau menurun (untuk HDL)
(Darey, 2005).
Di Indonesia prevalensi dislipidemia belum terdaftar dengan baik, namun
diperkirakan prevalensinya terus meningkat. Dislipidemia disebabkan oleh obesitas,
kurang beraktivitas, tinggi konsumsi lemak jenuh, kolesterol, karbohidrat serta
rendahnya konsumsi serat. Tingginya konsumsi lemak jenuh dapat terjadi salah satunya
dari kebiasaan ‘ngemil’ atau snacking makanan berlemak. Snacking dapat didefinisikan
sebagai asupan makanan tambahan yang dikonsumsi dalam keadaan tidak lapar.
Kebiasaan snacking yang diterapkan dalam jangka waktu lama akan menjadi salah satu
penyebab obesitas yang merupakan salah satu faktor terjadinya dislipidemia.
Pesatnya perkembangan snack di Indonesia terjadi karena snacking (“ngemil”)
merupakan salah satu bagian dari budaya kehidupan di Indonesia. Hal ini terlihat pada
cara menjamu tamu yaitu tuan rumah akan menyajikan makanan ringan/snack foods
untuk tamu sebagai bentuk penghormatan. Begitu pula dalam acara formal seperti rapat,
mulai dari rapat kantor bahkan sampai rapat pemerintah sering juga disajikan snack
foods untuk para peserta rapat. Terdapat beberapa jenis snack foods yang biasa
dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Salah satu jenis snack yang sering dikonsumsi
ialah snack yang buat dengan cara digoreng yang sering disebut gorengan.
Namun, tingkat konsumsi gorengan belum menjadi hal yang dianggap perlu untuk
diperhatikan sebab gorengan seringkali dianggap sebagai makanan selingan yang tidak
10
akan banyak berpengaruh terhadap asupan zat gizi setiap harinya. Padahal, makanan
gorengan yang digoreng dengan minyak yang mengandung asam lemak jenuh jika
dikonsumsi akan dimetabolisme oleh tubuh yang akhirnya akan meningkatkan profil
lipid dalam darah (Darey, 2005).
Hipertensi atau darah tinggi adalah keadaan dimana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang lama
). Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-
satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah kita
secara teratur. Diketahui 9 dari 10 orang yang menderita hipertensi tidak dapat
diidentifikasi penyebab penyakitnya. Itulah sebabnya hipertensi dijuluki silent killer.
Seseorang baru merasakan dampak gawatnya hipertensi ketika telah terjadi komplikasi.
Jadi baru disadari ketika telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi
jantung, koroner, fungsi ginjal, gangguan fungsikognitif atau stroke. Hipertensi pada
dasarnya mengurangi harapan hidup para penderitanya. Secara umum seseorang
dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah sistolik/diastoliknya melebihi 140/90
mmHg (normalnya 120/80 mmHg).
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu : Hipertensi primer, yang
tidak di ketahui penyebabnya atau idiopatik, Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang
disebabkan oleh penyakit lain. (Suyono, 2001, h 453). Hipertensi merupakan salah satu
penyebab morbiditas dan mortalitas paling sering diseluruh dunia. Kelainan pembuluh
darah ini dapat berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap sistem organ tubuh.
Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. Disebut
juga sebagai “silent killer” karena orang dengan hipertensi sering tidak menampakkan
gejala, penyakit ini lebih sering menyerang wanita daripada pria. Hipertensi sering
ditemukan pada usia lanjut, diperkirakan 23 % wanita dan 14% pria berusia lebih dari 65
tahun menderita hipertensi, 3 kali lebih sering dibandingkan dengan usia lanjut tanpa
hipertensi pada usia yang sama.
Kurangnya pengetahuan dalam konteks keluarga yang mempunyai masalah hipertensi
termasuk anggota keluarga yang usia lanjut mengakibatkan tidak tepatnya penanganan
yang dilakukan pada penderita, hal ini juga dapat berpengaruh pada fungsi dan peran
anggota keluarga. Pengobatan hipertensi memerlukan jangka waktu yang lama (seumur
hidup) karena hipertensi hanya dapat dikurangi atau dikontrol bukan dihilangkan.
11
Dianjurkan agar upaya penanganan hipertensi dilakukan secara berkelanjutan dan terus
menerus.
Hipertensi sebenarnya dapat dicegah dengan menerapkan pola hidup yang sehat.
Namun apabila hal ini tidak memberikan hasil yang memuaskan dan terjadi peningkatan
tekanan darah maka dapat diberikan terapi medikamentosa yang tepat. Adapun obat
penurun tekanan darah yang direkomendasikan adalah calcium channel blockers (CCBs),
angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitors, angiotensin receptor blockers (ARBs),
beta blockers dan diuretics.
Profil Puskesmas Ngampilan
Puskesmas adalah unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan kabupaten / kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja
(Kepmenkes RI no.128/Menkes/SK/II/2004). Menurut Depkes RI 1991, puskesmas
merupakan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan
kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan memberikan
pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam
bentuk kegiatan pokok.
Puskesmas Ngampilan merupakan unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan
Yogyakarta yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
wilayah kerja Puskesmas Ngampilan. Puskesmas ngampilan terletak di kota Yogyakarta
dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: sebelah utara adalah kecamatan Gedong
Tengen, sebelah timur adalah kecamatan Gondomanan dan Kraton, sebelah selatan adalah
kecamatan Mantrijeron, sebelah barat adalah kecamatan Wirobrajan.
Puskesmas di kecamatan Ngampilan Kota Yogyakarta sejumlah 2 buah yaitu
Puskesmas Induk dan Puskesmas Pembantu, telah memiliki gedung yang memadai
sebagai pusat pelayanan kesehatan masyarakat, tenaga medis dan paramedis dapat bekerja
secara optimal melayani masyarakat sekitar. Puskesmas dilengkapi dengan fasilitas
Ambulance yang setiap saat dapat digunakan pada jam kerja. Puskesmas Ngampilan
belum melayani pasien rawat inap. Kegiatan pelayanan secara umum meliputi : Balai
Pengobatan umum (BPU), Balai Pengobatan Gigi (BPG), BKIA/KB, Unit Farmasi,
Laboratorium, Konseling Gizi, Kesehatan Lingkungan, Promosi Kesehatan (Promkes).
12
Sasaran kesehatan wilayah kerja Puskesmas Ngampilan mengacu pada Indikator
kecamatan sehat yang mencakup 4 indikator utama yakni kesehatan lingkungan, perilaku
hidup bersih dan sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu, dan derajat
kesehatan penduduk kecamatan.
Dokter keluarga memiliki peran penting dalam mencapai sasaran kesehatan
tersebut.Pelayanan kedokteran keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh
dan memusatkan pelayanannya pada keluarga sebagai suatu unit dimana tanggung jawab
dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur, jenis kelamin
pasien, atau jenis penyakit tertentu.Tujuan yang ingin dicapai dalam pelayanan
kedokteran keluarga adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan bagi individu, keluarga,
dan masyarakat yang bermutu dan terkendali biayanya, yang dilaksanakan dalam
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter keluarga.
Tabel 1. Rekapitulasi 10 besar Diagnosis Pasien Puskesmas Ngampilan
Tahun 2012
No Kode Diagnosis Nama Jumlah
1 J06.9 ISPA 1580
2 J 00 Nasopharingitis Akut (common cold) 1110
3 I10 Hipertensi Primer 753
4 R51 Sakit Kepala 536
5 A09 Diare dan Gastroenteritis non spesifik 459
6 K 30 Dyspepsia 448
7 R05 Batuk 395
8 J 02 Pharingitis 335
9 M25.25 Atralgia 302
10 R50 Demam yang sebabnya tidak diketahui 283
13
F. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ditemukan di atas, maka masalah yang dapat
dirumuskan adalah :
5. Bagaimana klasifikasi dislipidemia pada pasien ini?
6. Apakah saja factor yang dapat meningkatkan kejadian dislipidemia?
7. Bagaimana pendekatan dokter keluarga terhadap pasien dengan dislipidemia dan
hipertensi?
8. Siapa saja yang harus berperan agar penanganan pasien optimal?
G. Tujuan Penulisan
3. Penulisan laporan kasus kepaniteraan klinik ilmu kedokteran keluarga ini bertujuan
untuk memenuhi sebagian syarat mengikuti ujian kepaniteraan klinik di bagian Ilmu
Kedokteran Keluarga, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
4. Memberikan informasi serta pengetahuan mengenai bentuk pelayanan kedokteran
dengan pendekatan kedokteran keluarga pada penderita penyakit. Salah satunya
dengan menganalisis penyebab, perilaku atau gaya hidup apakah telah mendukung
pengobatan farmakologi atau tidak. Selain itu juga penyuluhan dilakukan dengan titik
berat agar pasien dan keluarganya menjadi mengetahui lebih banyak tentang
dislipidemia sehingga dapat diminimalisir terjadinya komplikasi yang terjadi.
H. Manfaat Penelitian
3. Manfaat untuk puskesmas
Sebagai sarana kerjasama yang saling menguntungkan untuk dapat meningkatkan
pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dan mendapatkan umpan balik dari hasil
evaluasi koasisten dalam rangka mengoptimalkan peran puskesmas.
4. Manfaat untuk mahasiswa
Sebagai sarana keterampilan dan pengalaman dalam upaya pelayanan kesehatan
dengan menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DISLIPIDEMIA
1) Pengertian
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan maupun penurunan lipid dalam plasma. Beberapa kelainan lipid
yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan atau
trigliserida, serta penurunan kolesterol HDL (Davey, 2002).
2) Etiologi dan Faktor Resiko
Kadar lipoprotein, terutama LDL meningkat sejalan dengan
bertambahnya usia. Pada keadaan normal pria memiliki kadar LDL yang lebih
tinggi, tetapi setelah menopause kadarnya pada wanita lebih banyak. Faktor
lain yang menyebabkan tingginya kadar lemak tertentu (VLDL dan LDL)
adalah (Davey,2002) :
Riwayat keluarga dengan hiperlipidemia
Obesitas
Diet kaya lemak
Kurang melakukan olah raga
Penyalahgunaan alkohol
Merokok
Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik
Hipotiroidisme
Sirosis
3) Patofisiologi
Lipid dalam plasma terdiri dari kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan
asam lemak bebas. Normalnya lemak ditranspor dalam darah berikatan dengan
lipid yang berbentuk globuler. Ikatan protein dan lipid tersebut menghasilkan
4 kelas utama lipoprotein : kilomikron, VLDL, LDL, dan HDL. Peningkatan
lipid dalam darah akan mempengaruhi kolesterol, trigliserida dan keduanya
(hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia atau kombinasinya yaitu
15
hiperlipidemia). Hiperlipoproteinemia biasanya juga terganggu (Silbernagl,
2000).
Pasien dengan hiperkolesterolemia ( > 200 – 220 mg/dl serum )
merupakan gangguan yang bersifat familial, berhubungan dengan kelebihan
berat badan dan diet. Makanan berlemak meningkatkan sintesis kolesterol di
hepar yang menyebabkan penurunan densitas reseptor LDL di serum ( > 135
mg/dl ). Ikatan LDL mudah melepaskan lemak dan kemudian membentuk plak
pada dinding pembuluh darah yang selanjutnya akan menyebabkan terjadinya
arterosklerosis dan penyakit jantung koroner (Silbernagl, 2000).
Gambar 1. Metabolisme Lipoprotein (Silbernagl, 2000)
16
Gambar 2. Metabolisme Lipoprotein Lanjutan (Silbernagl, 2000)
Jalur transport lipid dan tempat kerja obat
1. Jalur eksogen
Trigliserida dan kolesterol dari usus akan dibentuk menjadi kiomikron yang kemudian
akan diangkut ke saluran limfe dan masuk ke duktus torasikus. Di dalam jaringan lemak,
trigliserida dari kilomikron akan mengalami hidrolisis oleh lipoprotein lipase yang terdapat
pada permukaan endotel sehingga akan membentuk asam lemak dan kilomikron remnan
(kilomikron yang kehilangan trigliseridanya tetapi masih memiliki ester kolesterol).
Kemudian asam lemak masuk ke dalam endotel ke dalam jaringan lemak dan sel otot yang
17
selanjutnya akan diubah kembali menjadi trigliserida atau dioksidasi untuk menghasilkan
energi (Ganiswarna, 2007).
Kilomikron remnan akan dibersihkan oleh hepar dengan mekanisme endositosis dan
lisosom sehingga terbentuk kolesterol bebas yang berfungsi sintesis membran plasma, mielin
dan steroid. Kolesterol dalam hepar akan membentuk kolesterol ester atau diekskresikan
dalam empedu atau diubah menjadi lipoprotein endogen yang masuk ke dalam plasma
(Ganiswarna, 2007). Jika tubuh kekurangan kolesterol, HMG-CoA reduktase akan aktif dan
terjadi sintesis kolesterol dari asetat (Ganiswarna, 2007).
2. Jalur endogen
Trigliserida dan kolesterol dari hepar diangkut dengan bentuk VLDL ke jaringan
kemudian mengalami hidrolisis sehingga terbentuk lipoprotein yang lebih kecil IDL dan
LDL. LDL merupakan lipoprotein dengan kadar kolesterol terbanyak (60-70%). Peningkatan
katabolisme LDL di plasma dan hepar yang akan meningkatkan kadar kolesterol plasma.
Peningkatan kadar kolesterol tersebut akan membentuk foam cell di dalam makrofag yang
berperan pada arterosklerosis prematur (Ganiswarna, 2007).
Jenis lipoprotein
1. Kilomikron
Lipoprotein dengan komponen 80% trigliserida dan 5% kolesterol ester. Kilomikron
membawa makanan ke jaringan lemak dan otot rangka serta membawa kolesterol kembali ke
hepar. Kilomikron yang dihidrolisis akan mengecil membentuk kilomikron remnan yang
kemudian masuk ke hepatosit. Kilomikronemia post pandrial mereda setelah 8 – 10 jam
(Ganiswarna, 2007).
2. VLDL
Lipoprotein terdiri dari 60% trigliserida dan 10 – 15 % kolesterol. VLDL digunakan
untuk mengangkut trigliserida ke jaringan. VLDL reman sebagian akan diubah menjadi
LDLyang mengikuti penurunan hipertrigliserida sedangkan sintesis karbohidrat yang berasal
dari asam lemak bebas dan gliserol akan meningkatkan VLDL (Ganiswarna, 2007).
3. IDL
Lipoprotein yang mengandung 30% trigliserida, dan 20% kolesterol. IDL merupakan zat
perantara sewaktu VLDL dikatabolisme menjadi IDL (Ganiswarna, 2007).
4. LDL
Lipoprotein pengangkut kolesterol terbesar (70%). Katabolisme LDL melalui receptor-
mediated endocytosis di hepar. Hidrolisis LDL menghasilkan kolesterol bebas yang berfungsi
untuk sintesis sel membran dan hormone steroid. Kolesterol juga dapat disintesis dari enzim
18
HMG-CoA reduktase berdasarkan tinggi rendahnya kolesterol di dalam sel (Ganiswarna,
2007).
5. HDL
HDL diklasifikasikan lagi berdasarkan Apoprotein yang dikandungnya. Apo A-I
merupakan apoprotein utama HDL yang merupakan inverse predictor untuk resiko penyakit
jantung koroner. Kadar HDL menurun pada kegemukan, perokok, pasien diabetes yang tidak
terkontrol dan pemakai kombinasi estrogen-progestin. HDL memiliki efek protektif yaitu
mengangkut kolesterol dari perifer untuk di metabolisme di hepar dan menghambat
modifikasi oksidatif LDL melalui paraoksonase (protein antioksidan yang bersosiasi dengan
HDL) (Ganiswarna, 2007).
6. Lipoprotein (a)
Terdiri atas partikel LDL dan apoprotein sekunder selain apoB-100. Lipoprotein jenis ini
menghambat fibrinolisis atau bersifat aterogenik (Ganiswarna, 2007).
4) Klasifikasi
1. Klasifikasi Fenotipik
a. Klasifikasi EAS (European Atheroselerosis Society) (Anwar, 2004).
Tabel 1. Klasifikasi Berdasarkan EAS (European Atheroselerosis
Society) (Anwar, 2004).
b. Klasifikasi NECP (National Cholesterol Education Program)
(Anwar,2004).
Tabel 2. Klasifikasi Berdasarkan NECP (National Cholesterol
Education Program) (Anwar, 2004).
19
c. Klasifikasi WHO (World Health Organization) (Anwar, 2004).
Tabel 3. Klasifikasi Berdasarkan WHO (World Health Organization)
(Anwar, 2004).
2. Klasifikasi Patogenik
Klasifikasi dislipidemia berdasarkan atas ada atau tidaknya penyakit dasar
yaitu primer dan sekunder. Dislipidmia primer memiliki penyebab yang tidak jelas
sedangkan dislipidemia sekunder memiliki penyakit dasar seperti sindroma
nefrotik, diabetes melitus, hipotiroidisme (Sudoyo, 2006). Contoh dari
dislipidemia primer adalah hiperkolesterolemia poligenik, hiperkolesterolemia
familial, hiperlipidemia kombinasi familial, dan lain-lain (Anwar, 2004)
5) Gejala Klinis
Kebanyakan pasien adalah asimptomatik selama bertahun-tahun
sebelum penyakit jelas secara klinis. Gejala-gejala yang bisa tampak
diantaranya berkeringat, jantung berdebar, nafas pendek dan cemas.
6) Diagnosis
Pada anamnesis biasanya didapatkan pasien dengan faktor resiko
seperti kegemukan, diabetes mellitus, konsumsi tinggi lemak, merokok
dan faktor resiko lainnya.
Pada pemeriksaan fisik sukar ditemukan kelainan yang spesifik kecuali
jika didaptkan riwayat penyakit yang menjadi faktor resiko
dislipidemia. Selain itu, kelainan mungkin didaptkan bila sudah terjadi
komplikasi lebih lanjut seperti penyakit jantung koroner.
20
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium memegang peranan penting dalam
menegakkan diagnosa. Pemeriksaan yang dilakukan adalah
pemeriksaan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL
dan trigliserid (Anwar, 2004).
i. Persiapan
Pasien sebaiknya berada dalam keadaan metabolik yang
stabil tanpa adanya perubahan berat badan, pola makan,
kebiasaan merokok, olahraga, tidak sakit berat ataupun tidak
ada operasi dalam 2 bulan terakhir. Selain itu, sebaiknya pasien
tidak mendapatkan pengobatan yang mempengaruhi kadar lipid
dalam 2 minggu terakhir. Apabila keadaan ini tidak
memungkinkan, pemeriksaan tetap dilakukan dan disertai
dengan catatan (Anwar, 2004).
ii. Pengambilan Bahan Pemeriksaan
Pengambilan bahan dilakukan dengan melakukan
bendungan vena seminimal mungkin dan bahan yang diambil
adalah serum. Pengambilan bahan ini dilakukan setelah pasien
puasa selama 12-16 jam (Anwar, 2004).
iii. Analisis
Analisis kadar kolesterol dan trigliserid dilakukan
dengan metode ensimatik sedangkan analisis kadar kolesterol
HDL dan kolesterol LDL dilakukan dengan metode presipitasi
dan ensimatik. Kadar kolesterol LDL dapat dilakukan secara
langsung atau menggunakan rumus Friedewaid jika didapatkan
kadar trigliserida < 400mg/d menggunakan rumus sebagai
berikut (Anwar, 2004):
7) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dalam dislipidemia dimulai dengan melakukan
penilaian jumlah faktor resiko koroner pada pasien untuk menentukan
kolesterol-LDL yang harus dicapai. Berikut ini adalah tabel faktor resiko
21
(selain kolesterol LDL) yang menentukan sasaran kolesterol LDL yang ingin
dicapai berdasarkan NCEP-ATP III (Sudoyo, 2006):
Tabel 4. Faktor Resiko (Selain Kolesterol LDL) yang Menentukan
Sasaran Kolesterol LDL yang Ingin Dicapai
Faktor Resiko (Selain Kolesterol LDL) yang Menentukan Sasaran
Kolesterol LDL yang Ingin Dicapai
- Umur pria ≥ 45 tahun dan wanita ≥ 55 tahun.
- Riwayat keluarga PAK (Penyakit Arteri Koroner) dini yaitu ayah usia
< 55 tahun dan ibu < 65 tahun.
- Kebiasaan merokok
- Hipertensi (≥140/90 mmHg atau sedang mendapat obat atihipertensi)
- Kolesterol HDL rendah ( <40 mg/dl). Jika didapatkan kolesterol HDL
≥60mg/dl maka mengurangi satu faktor resiko
Setelah menemukan banyaknya faktor resiko pada seorang pasien, maka
pasien dibagi kedalam tiga kelompok resiko penyakit arteri koroner yaitu resiko
tinggi, resiko sedang dan resiko tinggi. Hal ini digambarkan pada tabel berikut ini
(Sudoyo, 2006)
Tabel 5. Tiga Kategori Resiko yang Menentukan Sasaran Kolesterol LDL yang
Ingin Dicapai berdasarkan NCEP (Sudoyo, 2006)
Kategori Resiko Sasaran Kolesterol
LDL (mg/dl)
1. Resiko Tinggi
a. Mempunyai Riwayat PAK dan
b. Mereka yang disamakan dengan PAK
- Diabetes Melitus
- Bentuk lain penyakit arterosklerotik yaitu strok,
penyakit arteri perifer, aneurisma aorta
abdominalis
- Faktor resiko multipel (> resiko) yang diperkirakan
dalam kurun waktu 10 tahun mempunyai resiko
PAK > 20 %
<100
22
2. Resiko Multipel (≥2 faktor resiko)
3. Resiko Rendah (0-1 faktor resiko)
<130
<160
Selanjutnya penatalaksanaan pada pasien ditentukan berdasarkan kategori
resiko pada tabel diatas. Berikut ini adalah bagan penatalaksanaan untuk masing-
masing katagori resiko ( Sudoyo, 2006):
Gambar 3. Bagan Penatalaksanaan dislipidemia dengan faktor resiko tinggi
Gambar 4. Bagan Penatalaksanaan dislipidemia dengan faktor resiko sedang
23
Gambar 5. Bagan Penatalaksanaan Dislipidemia dengan faktor resiko 0-1
Penatalaksanaan Dislipidemia terdiri dari:
1. Penatalaksanaan Umum
Pilar utama pengelolaan dislipidemia adalah upaya nonfarmakologis yang meliputi
modifikasi diet, latihan jasmani serta pengelolaan berat badan. Terapi diet memiliki tujuan
untuk menurunkan resiko PKV dengan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol serta
mengembalikan kesimbangan kalori, sekaligus memperbaiki nutrisi. Perbaikan keseimbangan
kalori biasanya memerlukan peningkatan penggunaan energi melalui kegiatan jasmani serta
pembatasan asupan kalori (Anwar, 2004)
2. Penatalaksanaan Non- Farmakologi
a. Terapi Nutrisi Medis
Terapi diet dimulai dengan menilai pola makan pasien, mengidentifikasi makanan
yang mengandung banyak lemak jenuh dan kolesterol serta berapa sering keduanya
dimakan. Jika diperlukan ketepatan yang lebih tinggi untuk menilai asupan gizi, perlu
dilakukan penilaian yang lebih rinci, yang biasanya membutuhkan bantuan ahli
gizi.Penilaian pola makan penting untuk menentukan apakah harus dimulai dengan diet
tahap I atau langsung ke diet tahap ke II. Hasil diet ini terhadap kolesterol serum dinilai
setelah 4-6 minggu dan kemudian setelah 3 bulan (Anwar, 2004). Pada pasien dengan
kadar kolesterol LDL atau kolesterol total yang tinggi sebaiknya mengurangi asupan
lemak jenuh. Namun pada pasien ini sebaiknya banyak mengkonsumsi lemak tak jenuh
rantai tunggal dan ganda. Asupan karbohidrat, alkohol dan lemaak perlu dikurangi pada
pasien dengan trigliserid yang tinggi (Sudoyo, 2006).
24
Tabel 6. Komposisi Tahap I dan Tahap II
b. Aktivitas Fisik
Dari beberapa penelitian diketahui bahwa latihan fisik dapat meningkatkan kadar
HDL dan Apo AI, menurunkan resistensi insulin, meningkatkan sensitivitas dan
meningkatkan keseragaman fisik, menurunkan trigliserida dan LDL, dan menurunkan
berat badan (Azwar, 2004).
Setiap melakukan latihan jasmani perlu diikuti 3 tahap :
1. Pemanasan dengan peregangan selama 5-10 menit
2. Aerobik sampai denyut jantung sasaran yaitu 70-85 % dari denyut jantung maximal
(220 - umur ) selama 20-30 menit .
3. Pendinginan dengan menurunkan intensitas secara perlahan - lahan, selama 5-10
menit. Frekwensi latihan sebaiknya 4-5 x/minggu dengan lama latihan seperti
diutarakan diatas. Dapat juga dilakukan 2-3x/ minggu dengan lama latihan 45-60 menit
dalam tahap aerobik.
Pada prinsipnya pasien dianjurkan melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kondisi
dan kemampuan pasien agar aktivitas ini berlangsung terus-menerus (Sudoyo, 2006).
3. Penatalaksanaan Farmakologi
Pengobatan farmakologi dilakukan bila terjadi kegagalan dengan pengobatan non-
farmakologis. Saat ini didapat beberapa golongan obat yaitu golongan resin, asam nikotinat,
golongan statin, derivat asam fibrat, probutol dan lain-lain namun obat lini pertama yang
danjurkan oleh NCEP-ATP III adalah HMG-CoA reductase inhibitor (Azwar, 2004). Apabila
ditemukan kadar trigliserid >400mg/dl maka pengobatan dimulai dengan golongan asam
fibrat untuk menurunkan trigliserid. Menurut kesepakatan kadar kolesterol LDL merupakan
sasaran utama pencegahan penyakit arteri koroner sehingga ketika telah didapatkan kadar
trigliserid yang menurun namun kadar kolesterol LDL belum mencapai sasaran maka HMG-
CoA reductase inhibitor akan dikombinasikan dengan asam fibrat. Selain itu, terdapat obat
kombinasi dalam satu tablet (Niaspan yang merupakan kombinasi lovastatin dan asam
nikotinik) yang jauh lebih efektif dibandingkan dengan lovastatin atau asam nikotinik sendiri
dalam dosis tinggi (Sudoyo, 2006).
25
B. Hipertensi
1) Definisi
The Joint National Community on Preventation, Detection evaluation and
treatment of High Blood Preassure 7 dari Amerika Serikat dan badan dunia WHO
dengan International Society of Hipertention membuat definisi hipertensi yaitu
apabila tekanan darah seseorang tekanan sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau
tekanan diastoliknya 90 mmHg atau lebih atau sedang memakai obat anti
hipertensi.
Hipertensi didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya
140 mmHg atau tekanan diastoliknya sedikitnya 90 mmHg. Istilah tradisional
tentang hipertensi “ringan” dan “sedang” gagal menjelaskan pengaruh utama
tekanan darah tinggi pada penyakit kardiovaskular. (Sudoyo, 2006)
Darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah
seseorang berada pada tingkatan diatas normal. Konsekuensi dan keadaan ini
adalah timbulnya penyakit yang menggangu tubuh penderita. Dalam penyakit
hipertensi merupakan masalah kesehatan dan memerlukan penanggulangan
dengan baik. (Sudoyo, 2006)
1. Anatomi Fisiologi
Sistem peredaran darah manusia terdiri atas jantung, pembuluh darah,
dan saluran limfe. Jantung merupakan organ penting yang memompa darah
dan memelihara peredaran melalui saluran tubuh. Arteri membawa darah dari
jantung. Vena membawa darah ke jantung. Kapiler menggabungkan arteri dan
vena, terentang diantaranya dan merupakan jalan lalu lintas antara makanan
dan bahan buangan. Disini juga terjadi pertukaran gas dalam cairan ekstra
seluler atau intraseluler. Saluran limfe mengumpulkan, menggiring dan
menyalurkan kembali ke dalam limfenya yang dikeluarkan melalui dinding
kapiler halus untuk membersihkan jaringan. Saluran limfe ini juga dapat
dianggap menjadi bagian sistem peredaran.
Denyut arteri adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila
darah dipompa keluar jantung. Denyut ini mudah diraba ditempat arteri
temporalis diatas tulang temporal atau arteri dorsalis pedis di belokan mata
kaki. Kecepatan denyut jantung dalam keadaan sehat berbeda-beda,
dipengaruhi penghidupan, pekerjaan, makanan, umur dan emosi. Irama dan
26
denyut sesuai dengan siklus jantung jumlah denyut jantung 70 berarti siklus
jantung 70 kali per menit.
2. Tekanan Darah
Tekanan darah sangat penting dalam sirkulasi darah dan selalu
diperlukan untuk daya dorong yang mengalirkan darah didalam arteri,
arteriola, kapiler dan sistem vena sehingga darah didalam arteri, arteriola,
kapiler dan sistem vena sehingga terbentuk aliran darah yang menetap.
Jantung bekerja sebagai pemompa darah dapat memindahkan darah dari
pembuluh vena ke pembuluh arteri. Pada sirkulasi tertutup aktivitas pompa
jantug berlangsung dengan cara mengadakan kontraksi dan relaksasi sehingga
menimbulkan perubahan tekanan darah dan sirkulasi darah. Pada tekanan
darah didalam arteri kenaikan arteri pada puncaknya sekitar 120 mmHg
tekanan ini disebut tekanan stroke. Kenaikan ini menyebabkan aorta
mengalami distensi sehingga tekanan didalamnya turun sedikit. Pada saat
diastole ventrikel, tekanan aorta cenderung menurun sampai dengan
80 mmHg. Tekanan ini dalam pemeriksaan disebut dengan tekanan diastole.
3. Kecepatan Tekanan
Kecepatan aliran darah bergantung pada ukuran palung dari pembuluh
darah. Darah dalam aorta bergerak cepat, dalam arteri kecepatan berkurang
dan sangat lambat pada kapiler, dalam arteri kecepatan berkurang dan sangat
lambat pada kapiler. Faktor lain yang membantu aliran darah ke jantung
maupun gerakan otot kerangka mengeluarkan tekanan diatas vena, gerakkan
yang dihasilkan pernafasan dengan naik turunnya diafragma yang bekerja
sebagai pompa, isapan yang dikeluarkan oleh atrium yang kosong sewaktu
diastole menarik darah dari vena dan tekanan darah arterial mendorong darah
maju. Perubahan tekanan nadi pengaruhi oleh faktor yang mempengaruhi
tekanan darah, misalnya pengaruh usia dan penyakit arteriosklerosis. Pada
keadaan arteriosklorosis, elastisitas pembuluh darah kurang bahkan
menghilang sama sekali, sehingga tekanan nadi meningkat.
Kecepatan aliran darah dibagian tengah dan pada bagian tepi (perifer)
yang dekat dengan permukaan bagian dalam dinding arteri adalah sama, aliran
bersifat sejajar yang konsentris dengan arah yang sama jika dijumpai suatu
aliran darah dalam arteri yang mengarah kesegala jurusan sehingga
memberikan gambaran aliran yang yang tidak lancer. Keadaan dapat terjadi
27
pada darah yang mengatur melalui bagian pembuluh darah yang mengalami
sumbatan atau vasokonstriksi.
2) Etiologi
Berdasarkan penyebab yang mendasari, hipertensi diklasifikasikan menjadi 2,
yaitu:
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya. Hipertensi primer tidak disebabkan oleh faktor
tunggal dan khusus. Hipertensi ini disebabkan berbagai faktor yang saling
berkaitan. Disebabkan oleh berbagai faktor seperti genetik, lingkungan,
hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, dan faktor-
faktor yang meningkatkan risiko, seperti obesitas, alkohol, dan merokok.
b. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya diketahui.
Penyebabnya banyak disebabkan oleh penyakit ginjal, penggunaan
estrogen, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, sindrom
Cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan
dengan kehamilan dan lain-lain (Corwin, 2009).
Penyebab hipertensi lainnya adalah feokromositoma, yaitu tumor pada
kalenjar adrenal yang menghasilkan hormone edinefrin (adrenalim) atau
noredinefrin (noradrenalin) kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif
(malas), stress, alkohol, atau garam dalam makanan bisa memicu terjadinya
hipertensi pada orang-orang yang memiliki kenaikan yang diturunkan stress
cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu. Jika
stress berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal.
3) Epidemiologi
Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan
tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di
Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007
menunjukan prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 31,7%.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, sebagian besar
kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis. Riskesdas menunjukkan
bahwa 76 persen kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis atau 76 persen
masyarakat belum mengetahui bahwa mereka menderita hipertensi. Hasil
Riskesdas juga menunjukkan, hasil pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun
28
ke atas menemukan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7 persen dan
yang sudah mengetahui memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) berdasarkan
diagnosis tenaga kesehatan hanya 24 persen (KemenKes RI, 2007).
4) Faktor Resiko
Hipertensi disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat dimodifikasi atau
dikendalikan serta yang tidak dapat dimodifikasi menurut The Joint National
Community on Preventation, Detection evaluation and treatment of High Blood
Preassure dari Amerika Serikat sebagai berikut :
1. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi
Genetik
Individu dengan orangtua hipertensi memiliki resiko dua kali
lebih besar untuk menderita hipertensi. Pada 70-80 % kasus
hipertensi primer didapatkan riwayat hipertensi dalam keluarga.
Umur
Individu yang berusia lebih dari 60 tahun memiliki insidensi
peningkatan tekanan sistolik darah lebih dari 140 mmHg atau
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg sebesar 50 – 60%.
Jenis Kelamin
Laki-laki memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi
lebih awal dibandingkan wanita. Pada usia 55-64 tahun resiko
menderita hipertensi sebanding antara laki-laki dan wanita.
Penyakit Ginjal
Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara :
- Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah
pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabkan
berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan
darah ke normal.
- Jika tekanan darah menurun, ginjal akan menurunkan
pengeluaran garam dan air, sehingga volume darah
bertambah dan mengembalikan tekanan darah ke normal.
- Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dan
menghasilkan enzim yaitu renin, yang memicu pembentukan
hormon angiotensin, yang selanjutnya memicu pengeluaran
29
aldosteron. Kelainan yang sering muncul adalah stenosis
arteri renalis yang menyebabkan hipertensi.
2. Faktor yang dapat dimodifikasi
Stress
Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer
dan curah jantung sehingga akan menstimulasi saraf simpatetik.
Obesitas
Intake sodium/natrium
Natrium adalah kation utama dalam cairan extraseluler
konsentrasi serum normal adalah 136 sampai 145 mEg / L, Natrium
berfungsi menjaga keseimbangan cairan dalam kompartemen
tersebut dan keseimbangan asam basa tubuh serta berperan dalam
transfusi saraf dan kontraksi otot. Kelebihan Na yang jumlahnya
mencapai 90-99 % dari yang dikonsumsi, dikeluarkan melalui urin.
Pengeluaran urin ini diatur oleh hormon aldosteron yng dikeluarkan
kelenjar adrenal bila kadar Na darah menurun. Aldosteron
merangsang ginjal untuk mengasorpsi Na kembali. Jumlah Na
dalam urin tinggi bila konsumsi tinggi dan rendah bila konsumsi
rendah.
Merokok
Merokok dapat meningkatkan beban kerja jantung dan
menaikkan tekanan darah. Menurut penelitian, diungkapkan bahwa
merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Nikotin yang terdapat
dalam rokok sangat membahayakan kesehatan, karena nikotin dapat
meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah dan
dapat menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh darah.
Nikotin bersifat toksik terhadap jaringan saraf yang menyebabkan
peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik, denyut
jantung bertambah, kontraksi otot jantung seperti dipaksa,
pemakaian O2 bertambah, aliran darah pada koroner meningkat dan
vasokontriksi pada pembuluh darah perifer.
Aktifitas fisik rendah
30
5) Klasifikasi dan Manifestasi Klinis
Klasifikasi hipertensi menurut The Joint National Community on
Preventation, Detection evaluation and treatment of High Blood Preassure 7 dari
Ameriak Serikat tahun 2003 :
Tabel 1.1 Klasifikasi Hipertensi JNC 7
Klasifikasi tekanan
darah
Tekanan darah sistolik
(mmHg)
Tekanan darah diastolik
(mmHg)
Normal <120 dan < 80
Prehipertensi 120 – 139 atau 80 – 89
Hipertensi grade I 140 – 159 atau 90 – 99
Hipertensi grade II ≥ 160 atau ≥ 100
6) Penatalaksanaan
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis
penatalaksanaan:
a. Penatalaksanaan non farmakologis atau perubahan gaya hidup
Modifikasi kebiasaan hidup dilakukan pada setiap penderita hipertensi,
meskipun cara ini tidak dapat dilakukan sebagai cara tunggal untuk setiap
derajat hipertensi, akan tetapi cukup potensial dalam menurunkan faktor risiko
kardiovaskuler dan bermanfaat pula menurunkan tekanan darah. Disamping
itu diharapkan memperbaiki efikasi obat antihipertensi. Keuntungan lain
karena merupakan upaya penatalaksanaan hipertensi yang murah dengan efek
samping minimal.
Menurut The Joint National Community on Preventation, Detection
evaluation and treatment of High Blood Preassure 7, modifikasi kebiasaan
hidup untuk pencegahan dan penatalaksanaan hipertensi adalah sebagai
berikut:
Menurunkan berat badan (index masa tubuh diusahakan 18,5 - 24,9
kg/m2) diperkirakan menurunkan TDS 5-20 mmHg/10 kg penurunan berat
badan.
31
Diet dengan asupan cukup kalium dan kalsium dengan mengkonsumsi
makanan kaya buah, sayur, rendah lemak hewani dan mengurangi asam
lemak jenuh diharapkan menurunkan TDS 8-14 mmHg.
Mengurangi konsumsi natrium tidak lebih dari 100 mmolU/hari (6 gram
NaCI), diharapkan menurunkan TDS 2-8 mmHg.
Meningkatkan aktifitas fisik misalnya dengan berjalan minimal 30
menit/hari diharapkan menurunkan TDS 4-9 mmHg
Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol. Mengurangi
konsumsi alkohol 2 gelas ( 30 mL ethanol) per hari pada laki-laki dan1
gelas per hari pada wanita dan pasien kurus diharapkan dapat menurunkan
TDS 2–4 mmHg
b. Penatalaksanaan farmakologis atau dengan obat
Pengobatan hipertensi primer ditujukan untuk menurunkan tekanan
darah dengan harapan memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya
komplikasi. Pengobatan ini adalah pengobatan jangka panjang dengan
kemungkinan besar untuk seumur hidup.
Pemilihan obat anti hipertensi menurut harus mempertimbangkan
manfaat utama pengobatan hipertensi, yaitu penurunan tekanan darah itu
sendiri.Terdapat bukti bahwa obat-obat kelas tertentu dapat memiliki efek
berbeda, dan pada kelompok penderita tertentu obat-obatan tidak memiliki
efek samping yang setara, terutama pada individu tertentu.
Kelas-kelas utama obat antihipertensi seperti diuretik, -bocker,
calcium antagonist, ACE inhibitor, ARB dapat dipakai sebagai pilihan awal
dan juga pemeliharaan.Pilihan obat awal menjadi tidak penting karena
kebutuhan untuk menggunakan kombinasi 2 obat atau lebih untuk mencapai
tekanan darah target. Dengan banyaknya bukti-bukti ilmiah, pilihan obat
tergantung banyak faktor, antara lain: pengalaman pasien sebelumnya dengan
obat antihipertensi, harga obat, gambaran risiko, ada tidaknya kerusakan organ
dan penyakit penyerta, serta pilihan pasien.
Obat antihipertensi kerja panjang yang mempunyai efek penurunan
tekanan darah selama 24 jam lebih disukai daripada obat jangka pendek
disebabkan oleh beberapa faktor :
Kepatuhan lebih baik dengan dosis sekali sehari
Pengendalian tekanan darah perlahan-lahan dan persisten
32
Mendapat perlindungan terhadap faktor risiko seperti kematian
mendadak, serangan jantung, dan stroke, yang disebabkan oleh
peninggian tekanan darah pada saat bangun setelah tidur malam hari.
Obat golongan diuretic, penyekat beta, antagonis kaslsium dan penghambat
enzim konversi angiotensin (penghambat ACE), merupakan antihipertensi yang sering
digunakan pada pengobatan.
1. Diuretik
Mempunyai efek antihipertensi dengan cara menurunkan volume ekstraseluler dan
plasma sehingga terjadi penurunan curah jantung.
2. Golongan penghambat simpatetik
Penghambatan aktivitas simpatik dapat terjadi pada pusat vasomotor otak seperti
pada pemberian metildopa dan klonidin atau pada ujung saraf perifer seperti
reserpin dan guanetidin. Metildopa mempunyai efek antihipertensi dengan
menurunkan tonus simpatik secara sentral.
3. Penyekat beta
Mekanisme antihipertensi obat ini adalah melalui penurunan curah jantung
dan penekanan sekresi renin. Obat ini dibedakan dalam 2 jenis : yang menghambat
reseptor beta 1 dan yang menghambat reseptor beta 1 dan 2. Penyekat beta yang
kardioselektif berarti hanya menghambat reseptor beta 1, akan tetapi dosis tinggi
obat ini juga menghambat reseptor beta 2 sehingga penyekat beta tidak dianjurkan
pada pasien yang telah diketahui mengidap asthma bronchial. Kadar renin pasien
dapat dipakai sebagai prediktor respons antihipertensi penyekat beta karena
mekanisme kerjanya melalui sistem renin-angiotensin.
4. Vasodilator
Yang termasuk golongan ini adalah doksazosin, prazosin, hidralazin,
minoksidil, diazoksid, dan sodium nitropusid. Obat golongan ini bekerja langsung
pada pembuluh darah dengan cara relaksasi otot polos yang akan mengakibatkan
penurunan resistensi pembuluh darah. Hidralazin, minoksidil, dan diazoksid bekerja
pada arteri sehingga penurunan resistensi pembuluh darah akan diikuti oleh
peninggian aktivitas simpatik, yang akan menimbulkan takikardia, dan peninggian
kontraktilitas otot miokard yang akan mengakibatkan peningkatan curah jantung.
5. Penghambat enzim konversi angiotensin
33
Yang pertama kali digunakan dalam klinik adalah enalapril dan captopril.
Captopril yang dapat diberikan peroral menurunkan tekanan darah dengan cara
menghambat enzim konversi angiotensin sehingga terjadi penurunan kadar
angiotensin II, yang mengakibatkan penurunan aldosteron dan dilatasi arteriol.
Selain itu, obat ini menghambat degradasi bradikinin yang merupakan vasodilator
kuat yang akan memperkuat efek antihipertensinya. Pada hipertensi ringan dan
sedang dapat diberikan dosis 2 kali 12,5 mg tiap hari. Dosis yang biasa adalah 25-
50 mg tiap hari. Pada saat ini sudah beredar obat penghambat enzim konversi
angiotensin yang lain seperti lisinopril, fosinopril, ramipril, silazapril, benazepril,
kuinopril, dan delapril.
6. Antagonis kalsium
Hubungan antara kalsium dengan system kardiovaskuler telah lama diketahui.
Aktivitas kontraksi otot polos pembuluh darah diatur oleh kadar ion kalsium (Ca2+)
intraseluler bebas yang sebagian besar berasal dari ekstrasel dan masuk melalui
saluran kalsium (calcium channels). Peningkatan kontraktilitas otot jantung akan
mengakibatkan peninggian curah jantung. Hormon-presor seperti angiotensin, juga
akan meningkat efeknya oleh pengaruh kalsium. Berbagai faktor tersebut
berpengaruh terhadap peningkatan tekanan darah.
Kombinasi dan penggunaan pemilihan antihipertensi menurut The Joint National
Community on Preventation, Detection evaluation and treatment of High Blood
Preassure 7 adalah :
34
Tabel 2.2 Obat antihipertensi pada kondisi tertentu
35
Tabel 2.3 Penatalaksanaan hipertensi JNC 7
Klasifikasi
tekanan
darahT
DS
mm
Hg
TD
Dm
mH
g
Perubaha
n
gaya
hidup
Terapi obat awal
Tanpa Indikasi yang
Memaksa
Dengan Indikasi
yang Memaksa
Normal <120 Dan < 80 Dianjurkan
Pre-
hipertensi
120-139 Atau
80-89
Ya Tidak ada obat
antihipertensi yang
dianjurkan
Obat-obatan untuk
compelling
indication
Hipertensi
Stadium 1
140-159 Atau
90-99
Diuretika jenis thiazide
untuk sebagian besar,
dapat dipertimbangkan
ACEI, ARB, OB,
CCB, atau kombinasi.
Obat
antihipertensi
lainnya (diuretika,
ACEI, ARB, PB,
CCB) sesuai
kebutuhan
Hipertensi
Stadium 2
160 atau
100
Kombinasi 2 obat
untuk sebagian besar
(umumnya jenis
thiazide dan ACEI atau
AR atau (BB atau
CCB)
Obat
antihipertensi
lainnya (diuretika,
ACEI, ARB, Bb,
CCB) sesuai
kebutuhan
36
37
Gambar 2. 3Alur penatalaksanaan hipertensi menurut JNC 7
TIDAK MENCAPAI TARGET
Optimalkan dosis atau berikan tambahan obat sampai target tekanan darah tercapai, pertimbangkan konsultasi dengan ahli
hipertensi
Tanpa indikasi yang memaksa (without compelling indications)
Obat-obat untuk indikasi yang
memaksa (compelling indications)
Obat antihipertensi lain sesuai kebutuhan
diuretika, ACEI, ARB, βB, CCB)
Hipertensi stage 2 (TDS 160 atau TDD
100 mmHg)
Kombinasi 2 obat untuk sebagian besar
kasus (umumnya diuretika jenis
thiazide dan ACEI, atau ARB, atau βB,
atau CCB
Hipertensi stage 1 (TDS 140-159 atau TDD 90-
99 mmHg)
Diuretika jenis thiazide untuk sebagian besar
kasus
Dapatdipertimbangkan ACEI, ARB, βB, CCB,
atau kombinasi
Dengan indikasi yang memaksa (with
compelling indications)
PILIHAN OBAT AWAL
Tidak mencapai target tekanan darah (< 140/90 mmHg) (<130/80 untuk penderita diabetes atau
penyakit ginjal kronik)
Modifikasi gaya hidup
C. Kecemasan
1) Definisi
Kecemasan adalah rasa khawtir, takut yang tidak jelas sebabnya. Pengaruh
kecemasan terhadap tercapainya kedewasaan, merupakan masalah penting dalam
perkembangan kepribadian. Kecemasan merupakan kekuatan yang besar dalam
menggerakkan tingkah laku, baik tingkah laku yang normal maupun tingkah laku
yang menyimpang, yang terganggu. Keduanya merupakan pernyataan,
penampilan, penjelmaan, dari pertahananan terhadap kecemasan itu (Ibrahim,
2007)
Kecemasan adalah suatu keadaan tidak tentram dimana pasien merasakan
adanya bahaya yang akan datang. Ini adalah respons dasar terhadap segala macam
stress. Kecemasan dan ketakutan adalah reaksi umum terhadap stress penyakit.
Perasaan hilang kendali, bersalah dan frustasi juga turut berperan dalam reaksi
emosional pasien. Penyakit membuat pasien merasa tidak berdaya. Menyadari
akan terjadinya kematian tubuh membuat pasien merasa cemas sekali (Ibrahim,
2005)
2) Etiologi
Faktor predisposisi yang mungkin dihubungkan dengan perkembangan
gangguan kecemasan. Faktor-faktor ini meliputi predisposisi herediter, kelainan
neurokimia gigih, seperti hipertiroid: penyakit fisik memproduksi ketakutan terus-
menerus kematian, seperti 6 dalam kasus mitral valve prolapse: trauma
perkembangan memproduksi kerentanan khusus, pengalaman sosial atau
interpersonal yang memadai yang diperlukan untuk memperoleh mekanisme
bertahan matang, kontraproduktif pola kognitif dalam bentuk tujuan realistis, nilai,
atau set kepercayaan, dan eksposur terhadap stresor psikologis yang
ekstrim(Ibrahim, 2005). Faktor tambahan yang berkontribusi pada timbulnya
gangguan kecemasan adalah penyakit fisik kronis, terus-menerus,
paparandihindari untuk zat beracun, paparan berulang terhadap bahaya fisik atau
psikologis, kronis, paparan berbahaya untuk kritik halus, ancaman dan
ketidaksetujuan dan stressor eksternal khusus menimpa spesifik kerentanan
emosional, seperti dalam kasus individu otonom kecemasan dipaksa agar sesuai
dengan norma-norma yang ketat dari kelompok teraturkaku. Setiap faktor
38
sebelumnya sendiri atau dalam kombinasi interaktif dengan orang lain bisa
dianggap penyebab gangguan kecemasan.
3) Gejala
Gejala kecemasan yang lazim dijumpai adalah sulit tidur, mimpi buruk, sering
buang air kecil, palpitasi, kelelahan, rasa nyeriyang samara-samar, parestesia, dan
sesak napas (Sinopsis psikiatri).
Menurut Ibrahim (2007) gejala kecemasan sebagai berikut:
a. Gejala Fisik
1) Otot, kaku, tegang, terasa pegal.
2) Panca indra, otot mata yang mengatur lensa bekerja berlebihan sehingga mata
lelah, telinga berdenging.
3) Sistem kardiovaskular, jantung berdebar-debar, tekanan darah meningkat.
4) Sistem pencernaan, mules, mual, diare
5) Sistem saluran kemih, sering berkemih.
6) Sistem reproduksi, pada wanita berupa gangguan menstruasi, pada pria berupa
disfungsi ereksi & gairah terganggu.
7) Kulit, terasa panas, dingin, gatal.
b. Gejala Psikis
1) Sangat mengantisipasi segala sesuatu.
2) Iritabel (mudah marah).
3) Tertekan, gelisah, sulit relaks, mudah lelah, dan terkejut.
4) Takut.
4) Ukuran Skala Kecemasan
Menurut Hamilton Anxiety Rating Scale kecemasan diukur melalui
14 indikator, yang meliputi:
a. Perasaan cemas. Berupa cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, dan
mudah tersinggung.
b. Ketegangan. Merasa tegang, lesu, tidak dapat beristirahat dengan tenang, mudah
terkejut, mudah menangis, gemetar dan gelisah.
c. Ketakutan. Ketakutan pada gelap, ketakutan ditinggal sendiri, ketakutan
padabinatang besar, ketakutan pada kerumunan orang banyak, ketakutan pada orang
asing, ketakutan pada keramaian lalu lintas.
39
d. Gangguan tidur. Sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidak tidur
nyenyak, mimpi buruk, mimpi yang menakutkan.
e. Gangguan kecerdasan. Daya ingat buruk, sulit konsentrasi, sering binggung.
f. Perasaan depresi. Kehilangan minat, sedih, bangun dini hari, kurang senang pada
hobi, perasaan yang berubah sepanjang hari.
g. Gejala somatik. Nyeri pada otot, kaku, kedutan otot, gigi gemertak, suara berubah.
h. Gejala sensorik. Telinga berdengung penglihatan kabur, merasa lemah, perasaan
ditusuk-tusuk, muka merah dan pucat.
i. Gejala kardiovaskuler. Berdebar-debar, nadi cepat, nyeri pada dada, denyut nadi
mengerut, rasa lemah seperti mau pingsan, detak jantung hilang sekejap.
j. Gejala pernafasan. Rasa tertekan pada dada, perasaan tercekik, merasa nafas pendek
atau sesak, sering menarik nafas panjang.
k. Gejala gastrointestinal. Saat menelan, mual, muntah, perut melilit, gangguan
pencernaan, nyeri lambung sebelum/sesudah makan, rasa panas pada perut, berat
badan turun, sukar buang air besar, berat badan menurun.
l. Gejala urogenital. Sering kencing, tidak dapat menahan kecing, anemorhea,
menstruasi yang tidak teratur, frigiditas.
m. Gejala otonom. Mulut kering, mudah berkeringat, pusing/sakit kepala, bulu roma
berdiri, muka kering.
n. Penampilan saat wawancara. Gelisah, tidak tenang, jari gemetar, mengerutkan dahi
atau kening, muka tegang, tonas otot meningkat, nafas pendek dan cepat, muka
merah.
40
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny.S
Tanggal lahir : 01 Maret 1940
Umur : 74 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : no. 473 RT 23 RW 04, Kelurahan Suryotarunan, Kecamatan
Ngampilan, Yogyakarta
Pendidikan terakhir : D1
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal masuk : 10 Desember 2014
Kunjungan Rumah I : 10 Desember 2014
Kunjungan Rumah II : 11 Desember 2014
B. Anamnesis ( tanggal 10 Desember 2014 pukul 10.00)
1. Keluhan Utama
Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan kaku pada jari-jari tangan.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Puskesmas Ngampilan dengan keluhan kaku pada jari-jari
tangan dan terasa nyeri. Keluhan ini dirasakan sudah sejak 3 bulan yang lalu. Keluhan
lain seperti “semengkring” pada kedua kaki. Pasien sudah beberapa kali
memeriksakan diri ke Puskesmas dan dikatakan sakit kolesterol. Sakitnya mereda
setelah minum obat namun beberapa bulan akan timbul lagi penyakit yang sama.
Pasien juga mengaku mempunyai penyakit tekanan darah tinggi, sampai saat ini
masih mengonsumsi obat anti hipertensi secara rutin yang didapat dari puskesmas.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat stroke disangkal
Riwayat diabetes mellitus disangkal
Riwayat asam urat tinggi sejak 6 bulan yang lalu
41
Riwayat penyakit jantung disangkal
Riwayat penyakit ginjal disangkal
Riwayat penyakit hati disangkal
Riwayat alergi obat disangkal
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat stroke disangkal
Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat diabetes mellitus terjadi pada kakak pasien
Riwayat penyakit jantung disangkal
Riwayat penyakit ginjal disangkal
Riwayat penyakit hati disangkal
Riwayat alergi obat disangkal
4. Riwayat personal sosial lingkungan
Pasien tidak bekerja, hanya ibu rumah tangga tapi aktif dalam organisasi sebagai
kader kesehatan dimulai sejak umur 40 tahun.
Riwayat perkawinan, pasien menikah pada usia 19 tahun. Pasien menikah dengan
pria berumur 20 tahun saat itu. Pernikahan berjalan dengan bahagia dan dikaruniai
3 anak. Pada tahun 2013, suami pasien meninggal dunia.
Pasien merasa bergaul baik dangan lingkungannya, bahkan pasien merasa
keberlangsungan hidupnya tak lepas dari dorongan masyarakat dan keluarganya
yang terus memberinya support baik secara material berupa uang, barang, dan
makanan maupun immaterial.
Pasien mengaku memiliki pola makan yang teratur setelah konsul dengan bagian
gizi.
Riwayat merokok disangkal.
Riwayat mengkonsumsi alkohol disangkal.
Riwayat mengkonsumsi Obat-obatan terlarang disangkal.
Riwayat berolahraga, pasien sering berjalan kaki setiap kali ada kegiatan
organisasi di tempat tinggalnya.
42
5. Anamnesis Sistemik
Sistem inteegumentum : tidak ada keluhan
Sistem muskuloskeletal : pasien mengeluhkan tangan dan kaki kiri terasa kaku
dan “semengkring”
Sistem gastrointestinal : tidak ada keluhan
Sistem neurologis : tidak ada keluhan
Sistem kardiovaskular : tidak ada keluhan
6. Anamnesis Ilnes
Perasaan : Pasien ini merasa khawatir akan penyakitnya dan khawatir akan
menjadi penyakit jantung.
Pemikian : Menurut pasien, penyakitnya bisa sembuh asalkan dirinya mengatur
pola makan yang sehat disertai dengan olahraga.
Harapan : Pasien menginginkan sembuh atau kadar kolesterolnya kembali
membaik serta trigliserida juga membaik hanya dengan minum obat yang diberi
oleh dokter tanpa pengaturan pola makan.
Efek terhadap fungsi sosek : Apabila pasien merasa penyakitnya kambuh,
pasien terpaksa tidak bisa ikut dalam organisasi.
B. Pemeriksaan Fisik (10 Desember 2014 pukul 10.00)
Kesan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda utama (vital sign) :
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 86 x/menit, teratur, isi dan tegangan cukup
Suhu badan : 36,5oC
Pernafasan : 20 x/menit
Berat Badan : 71 kg
Tinggi Badan : 155 cm
IMT : 71/(1,55)2 = 29,5 Overweight ( kriteria WHO, 2004)
Pemeriksaan Kulit : Turgor dan elastisitas dalam batas normal, kelainan kulit (-), sianosis (-)
43
Pemeriksaan kepala
Bentuk kepala : Mesosefal
Rambut : Lurus, Warna hitam bercampur putih, distribusi merata
Pemeriksaan mata
Palpebra : Edema (-/-)
Exoftalmus : Tidak didapatkan
Konjungtiva : Anemis (-/-)
Sklera : Ikterik (-/-)
Pupil : Reflek cahaya (+/+), isokor
Lensa : Jernih (+/+)
Visus : tidak dilakukan
Oftalmoskop : tidak dilakukan
Pemeriksaan Telinga : Otore (-/-), nyeri tekan (-/-), serumen (-/-)
Pemeriksaan Hidung : Sekret (-/-), epistaksis (-)
Pemeriksaan Leher
Kelenjar tiroid : Tidak membesar
Kelenjar lnn : Tidak membesar, nyeri (-)
Retraksi suprasternal : (-)
JVP : tidak meningkat
Tidak teraba adanya muskulospasme leher.
44
Pemeriksaan Jantung :
Tabel 3.1 Pemeriksaan Jantung Ny. S
Inspeksi Iktus kordis tidak tampak
Palpasi Iktus kordis teraba pada sela iga ke 5 linea
midclavicula kiri, teraba tidak kuat angkat
Perkusi Batas jantung
Kanan atas: SIC II linea para sternalis kanan.
Kiri atas: SIC II linea para sternalis kiri.
Kananbawah: SIC IV linea para sternalis kanan.
Kiri bawah: SIC V linea midklavikula kiri.
Auskultasi S1 & S2 reguler, Bising jantung (-)
45
Pemeriksaan Thorax:
Tabel 3.2 Pemeriksaan thorax Ny. S
Depan
Kanan Kiri
Inspeksi : Retraksi (-)
Palpasi : Ketinggalan gerak (-).
Perkusi : Sonor pada seluruh
lapang paru
Auskultasi :
Suara dasar: vesikuler
Suara tambahan : Ronkhi
kering (-), wheezing(-),
krepitasi(-)
Inspeksi : Retraksi (-)
Palpasi:Ketinggalan gerak (-).
Perkusi: Sonor pada seluruh
lapang paru
Auskultasi :
Suara dasar: vesikuler
Suara tambahan: Ronkhi
kering (-), wheezing(-),
krepitasi(-)
Belakang
Kanan Kiri
Inspeksi : sikatrik (-)
Palpasi : ketinggalan gerak
(-).
Perkusi : sonor
Auskultasi :
Suara dasar : vesikuler
Suara tambahan :
Ronkhi kering (-),
wheezing(-), krepitasi(-)
Inspeksi : sikatrik (-)
Palpasi : ketinggalan gerak
(-).
Perkusi : sonor
Auskultasi :
Suara dasar :
vesikuler
Suara tambahan :
Ronkhi kering (-),
wheezing(-),krepitasi(-)
46
Pemeriksaan Abdomen
Tabel 3.3 Pemeriksaan Abdomen Ny. S
Inspeksi: Bentuk bulat, defans muskular (-), sikatrik (-)
Auskultasi
:
Peristaltik usus (+) normal
Palpasi: Nyeri tekan abdomen (-), Hepatomegali (-),
nyeri tekan hepar (-), lien tak teraba membesar,
nyeri lepas tekan (-), massa (-), Nyeri tekan
suprapubik (-), Murphy sign tidak diperiksa
Perkusi: Timpani, nyeri ketok kostovertebra (-),pekak
beralih (-), undulasi (-)
Pemeriksaan Ekstremitas
Tabel 3.4 Pemeriksaan Ekstrimitas Ny. S
Tungkai Lengan
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan
Tonus
Trofi
Bebas
Normal
Eutrofi
Bebas
Normal
Eutrofi
Bebas
Normal
Eutrofi
Bebas
Normal
Eutrofi
47
Edema
Akral
Nyeri
Pale
Pulsatil
Pembengkakan sendi
Tofu
Tremor
Kekuatan
-
Hangat
-
-
Normal
-
-
-
5
-
Hangat
-
-
Normal
-
-
-
5
-
Hangat
-
-
Normal
-
-
-
5
-
Hangat
-
-
Normal
-
-
-
5
48
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang :
Kolesterol total
Trigliserida serum
E. Analisis Kunjungan Rumah
1. Kondisi Pasien
Saat kunjungan rumah yang pertama, pasien mengaku bahwa pasien sudah meminum
obat dari Puskesmas. Keadaan umum pasien terlihat baik. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 84x/menit dan frekuensi pernafasan
20x/menit dengan suhu 36,50C. Saat kunjungan rumah kedua, pasien mengatakan
bahwa obat dari Puskesmas masih ada dan akan kontrol kembali di Puskesmas jika
obat habis. Keadaan umum pasien terlihat baik. Dari pemeriksaan fisik didapatkan
tekanan darah 130/80 mmHg.
2. Pekerjaan Pasien
Ibu Rumah Tangga.
3. Keadaan Rumah
a. Lokasi
Rumah terletak lingkungan padat penduduk, beralamat di RT 23 RW 04,
Kelurahan Suryotarunan , Kecamatan Ngampilan, Yogyakarta. Rumah pasien
tidak berlokasi di tempat yang berbahaya.
Gambar 4.1 Peta rumah Ny. S
Keterangan: Rumah pasien
Puskesmas
49
b. Kondisi rumah
Dibangun dari batu bata dengan semen beton dan terkesan kokoh. Lantai
rumah dari keramik, dinding rumah terbuat dari tembok dan atap rumah terbuat
dari genteng dengan luas bangunan ± 63 m2. Rumah adalah rumah milik sendiri.
Kebersihan di dalam rumah terkesan kurang bersih, ada dibeberapa bagian
letak barang-barang kurang rapi dan berdebu. Penempatan barang juga kurang
sesuai karena keterbatasan tempat. Didepan rumah tampak bersih.
Kepemilikan barang di rumah adalah 2 meja panjang, 1 meja tamu, 2 kasur, 1
lemari, 1 set meja panjang untuk meletakkan peralatan makan sederhana dan
50
Keterangan gambar :
= pintu = tempat cuci piring
= jendela
= sumur
= ventilasi
= batas ruangan tanpa sekat
Kamar Tidur
Kamar tidur
Ruang tamu
Ruang penempatan berbagai barang
Tempat tidur
Ruang Cuci Baju
4 m
Kamar mandi Dapur
Tempat menyimpan
pakaian
Skala 1: 200
U
1,5
3 m
9 m
7,5 m
3 m
3 m
3 m
peralatan dapur. Alat elektronik yang ada di rumah adalah sebuah televisi
berwarna ukuran 28 inchi dan sebuah setrika.
c. Pembagian ruangan
Rumah dihuni oleh 4 orang, yaitu 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 dapur, 1
kamar mandi, 1 tempat cuci baju dan piring.
d. Ventilasi
Tabel 4.1 Pengukuran ventilasi rumah Ny. K
Ruang
UkuranUkuran
RuanganPerbandingan
Ket.
Jendela
Ventilasi
Ruang tamu
- - 6,0 x 2,0 m2 <25%
Kamar I 1x0,5 m
- 3,0 x 2,0 m2 <25%
Tempat pakaian
- 1 x 0,75 2,5 x 1,75 m2 <25%
Ruang setrika
- - 1 x 1 m2 <25%
Ruang barang
- - 1,0 x 4,0 m2 <25%
Dapur - - 1 x 1,75 m2 <25%
Kamar mandi
- - 1,5x 1,25 m2 < 25% WC (+) jongkok
Dapat disimpulkan bahwa rumah Ny. N kurang baik dalam hal ventilasi dan
perbandingan luas jendela dengan luas ruangan. Terasa lembab di dalam ruangan
yang tidak berjendela.
e. Pencahayaan
Pencahayaan terkesan cukup pada kamar yang berjendela. Sulit dilakukan
kegiatan membaca di ruangan yang tidak berjendela (di siang hari tanpa lampu).
Daya listrik yang dipakai pada rumah adalah 500 watt. Daya listrik cukup untuk
keperluan sehari-hari.
51
f. Sanitasi Dasar
Sumber air bersih
Sumber air yang digunakan untuk minum, mandi dan mencuci berasal dari
sumur yang diambil dari pompa listrik. Sumur menggunakan pelindung dan
ditutup. Jarak antara sumur dengan resapan lebih dari 10 meter.
Tabel 4.2 Penilaian sanitasi
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apakah ada jamban dalam jarak 10 m sekitar sumur yang
dapat menjadi sumur pencemaran?
Tidak
2. Apakah ada sumber pencemaran lain dalam jarak 10 m
dari sumur?
Tidak
3. Apakah ada/sewaktu-waktu ada genangan air dalam jarak
2 m sekitar sumur?
Tidak
4. Apakah saluran pembuangan rusak/tidak ada? Tidak
5. Apakah lantai semen yang mengitari sumur mempunyai
radius kurang dari 1 m?
Tidak
6. Apakah ada/sewaktu-waktu ada air di atas lantai semen
sekeliling sumur?
Ya
7. Apakah ada keretakan pada lantai sekitar sumur yang
memungkinkan air merembes ke dalam sumur?
Tidak
8. Apakah ember dan tali timba sewaktu-waktu diletakkan
sedemikian rupa sehingga memungkinkan pencemaran?
Tidak
9. Apakah bibir sumur (cincin) tidak sempurna sehingga
memungkinkan air merembes ke dalam sumur?
Tidak
Kesimpulanya adalah sumur layak sehingga ideal untuk digunakan sebagai sumber air
minum, mandi dan mencuci.
Jamban keluarga
52
Pasien memiliki jamban keluarga dirumahnya (WC jongkok). Kondisi jamban
mudah dibersihkan, mudah diglontor, lokasinya menjadi satu dengan rumah,
memiliki septic tank yang tahan resapan.
Saluran pembuangan air limbah (SPAL)
Saluran pembuangan lancar dan resapan air baik. Septic tank berada dibagian
belakang rumah.
Tempat sampah
Tempat sampah terletak di ruang dapur, terbuat dari ember plastik, tidak
tertutup,dengan diameter 20 cm dan tinggi 35 cm, tidak ada lalat beterbangan
disekitarnya, dan pembuangan sampah dilakukan oleh pasien sendiri setiap
hari ke tempat pembuangan sampah yang jaraknya kira-kira 30 m dari rumah
pasien.
Halaman
Rumah pasien tidak memiliki halaman dan teras menyambung dengan jalan
atau gang umum.
F. Analisis Keluarga
1. Genogram
Anggota keluarga yang berada di satu rumah yaitu:
Tabel 4.3 Anggota keluarga satu rumah
Nama Kedudukan
dalam
keluarga
L/P Umu
r (th)
Pendidikan Pekerjaan Pasien
KDK
S Ibu P 74 Diploma 1 Tidak
Bekerja
A Anak kedua L 48 Sarjana Karyawan
S Menantu
kedua
P 47 SMA IRT
S Cucu anak
kedua
P 15 SMA Buruh
53
Genogram keluarga Ny. S
D
74 th Ny.S
47 th Ibu S 48 th Bp.A
3939 C
B
15 th An. S
Legend:
B: Breadwinner Tinggal dalam satu rumah
C: Caregiver Pasien
D: Decision Maker
Tabel 4.4 Penilaian APGAR
Penilaian
Hampir
tidak
pernah
KadangHampir
selalu
Saya puas dengan keluarga saya karena
masing-masing anggota keluarga sudah
menjalankan kewajiban sesuai dengan
seharusnya.
√
Saya puas dengan keluarga saya karena
dapat membantu memberikan solusi
√
54
DM
2013
terhadap permasalahan yang saya hadapi.
Saya puas dengan kebebasan yang
diberikan keluarga saya untuk
mengembangkan kemampuan yang saya
miliki.
√
Saya puas dengan kehangatan / kasih
sayang yang diberikan keluarga saya.√
Saya puas dengan waktu yang disediakan
keluarga untuk menjalin kebersamaan√
TOTAL 8
Skoring: hampir selalu: 2, kadang:1, hampir tidak pernah:0
8-10 : fungsi keluarga sehat (high functional family) 4-7 : kurang sehat (moderate dissfunctional family) 0-3 : sakit (severe dissfunctional family)
Dapat disimpulkan bahwa fungsi keluarga ini adalah fungsi keluarga sehat.
3. Family Map Bp. A 48 th
Ny. N
Ny. S 74 th
An. S 15 th Ny.S 47 th
gambar 4.4
Keterangan: fungsion.
4. Family Life Cycle
Menurut Duvall, 1967 Tahap VII: di mana pada tahap ini anak telah
meninggalkan keluarga. Yang tinggal hanyalah suami istri dengan usia menengah. Pada
55
N
kasus ini suami Ny. N telah meninggal dunia 1 tahun yang lalu dan memiliki tiga orang
anak, anak pertama dan ketiga tidak berada satu rumah dan mencari ladang pekerjaan
diluar kota.
56
5. Analisis SCREEM
Tabel 4.5 Penilaian SCREEM
Aspek Sumber Daya Patologi
Sosial Seluruh anggota keluarga berinteraksi
dengan baik dengan masyarakat
sekitar
Kultural Seluruh anggota keluarga tidak
percaya pada hal-hal mistik. Seluruh
anggota keluarga menghormati budaya
jawa
Religi Seluruh anggota keluarga beribadah
khusuk dan tertib sesuai dengan
tuntunan
Ekonomi Semua anak sudah bekerja dan
mempunyai pekerjaan tetap
Pendidikan Pasien berpendidikan cukup, begitu
pula dikeluarganya
Kesehatan Kesadaran pasien akan pentingnya
kesehatan cukup bagus, dilihat dari
rutinnya pasien untuk kontrol
penyakitnya ke puskesmas
Pasien sudah memilik kartu
JAMKESDA untuk berobat
Dapat dilihat dari tabel SCREEM bahwa dalam semua bidang keluarga ini
tidak kurang sumber daya. Hanya diperlukan edukasi untuk lebih menambah
pengetahuan dan menambah kesemangatan bekerja dan memahami penyakitnya
sehingga kualitas keluarga ini menjadi lebih baik.
57
Tabel 4.6 Pedoman Umum Gizi Sehari-hari (PUGS)
No.
PUGS Jawaban
Skor
1 Makanlah beraneka ragam makanan. Ya 1
2 Makan makanan untuk memenuhi kecukupan energi.
Ya 1
3 Makan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi.
Ya 1
4 Batasi konsumsi lemak dan minyak seperempat dari kebutuhan energi.
Ya 1
5 Gunakan garam beryodium Tidak 0
6 Makanlah makanan sumber zat besi. Ya 1
7 Berikan Air Susu Ibu (ASI) saja (ASI Eksklusif) sampai bayi umur 6 bulan
- -
8 Biasakan makan pagi. Tidak 0
9 Minumlah air bersih dan aman yang cukup.
Ya 1
10 Lakukan aktivitas fisik dan olahraga secara teratur.
Ya 1
11 Hindari minum minuman berakohol. Ya 1
12 Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan.
Ya 1
13 Bacalah label pada makanan yang dikemas.
Tidak 0
TOTAL 9 (69%)
a. Higiene dan sanitasi lingkungan
Karena jarak antara sumur resapan dan sumur sumber air >10 meter, maka sanitasi
dasar sudah memenuhi syarat. Di sekitar rumah pasien tidak ditemukan genangan
air yang dapat menjadi tempat berkembangnya nyamuk. Sampah juga sudah ada
tempatnya, tidak berserakan dimana-mana.
b. Penggunaan pelayanan kesehatan
58
Pasien dan keluarganya menggunakan pelayanan kesehatan di Puskesmas dengan
pembiayaan JAMKESDA.
8. Identifikasi Lingkungan Hidup Keluarga
Rumah pasien terletak di lingkungan yang cukup mengutamakan hygiene dan
sanitasi, karena pembuangan sampah sudah teratur, selokan tertata rapi, kebiasaan
masyarakat menjaga kebersihan badan dan lingkungan juga baik serta jarak sumur
sumber air dengan resapan cukup.
Tabel 4.7 Identifikasi Masalah Perilaku Hidup Bersih Sehat
No
.
Kriteria yang dinilai Jawaban Skor
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan. - -
2. Memberi ASI ekslusif. - -
3. Menimbang balita setiap bulan. - -
4. Menggunakan air bersih. Ya 1
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun. Ya 1
6. Menggunakan jamban sehat. Ya 1
7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu. Tidak 0
8. Makan buah dan sayur setiap hari. Ya 1
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari. Ya 1
10. Tidak merokok di dalam rumah. Ya 1
Interpretasi: Total skor adalah 6 yang berarti keluarga Ny. N sudah menerapkan PHBS
denganbaik.
59
9. Pelaksanaan program pembinaan
Tanggal Kegiatan yang dilakukan Hasil kegiatan
10 Desember
2014
Anamnesis perjalanan
penyakit dan pemeriksaan
fisik, kelengkapan data KMS
dan menilai kondisi rumah
Mengetahui proses
perjalanan penyakit (RPD)
dan mengetahui kondisi
lingkungan rumah
11 Desember
2014
Follow up anamnesa dan pemeriksaan fisik.Konseling
pasien mengenai penyakitnya.
Edukasi tentang penyakit dan gaya hidup.
Menjelaskan pentingnya
kontrol rutin dan konsultasi
ke pelayanan kesehatan.
Pasien dan keluarga lebih paham mengenai
penyakitnya dan akan mengikuti saran untuk
mencegah kenaikan kolesterol, trigliserida, dan
tekanan darah.
Pasien akan rutin kontrol ke puskesmas untuk
memantau kolesterol, trigliserida, dan tekanan
darah. Pasien sudah mengerti dan mau
menerapkan pola hidup sehat
60
10. Prioritas masalah keluarga
No. Masalah yang
terjadi pada
keluarga
Rencana Pembinaan Sasaran
pembinaan
1. Rumah kurang
ventilasi
Memberi tahu bahwa kondisi
ventilasi rumah kurang baik dan
memberi saran mengenai bagaimana
ventilasi rumah yang seharusnya
Keluarga
pasien
Pasien
2. Pasien sebagai
penderita
dislipidemia dan
hipertensi.
Memberi edukasi supaya
mengkonsumsi makanan yang
rendah lemak, rendah garam dan
banyak buah dan sayur serta
memberi edukasi untuk hidup sehat
dengan olahraga teratur dan istirahat
cukup
Pasien
Keluarga
pasien
3 Stress Psikososial Memberikan edukasi tentang bahwa
selalu mensyukuri nikmat dan semua
itu ditentukan Allah SWT.
Pasien
E. Diagnosis Kerja
Dislipidemia
Hipertensi primer grade I
F. Diagnosis Banding
Osteo Arthritis
Rheumatoid Arthritis
61
G. Diagnosis Holistik
Dislipidemia dan Hipertensi grade I terkontrol pada lansia 74 tahun dengan
kecemasan terhadap keluhan atau penyakitnya.
H. Terapi
1. Farmakoterapi
R/ Gemfibrozil 300 mg no. X
ʃ 0 - 0 - 1
R/ Amlodipin 5mg no. X
ʃ 1 - 0 - 0
R/ Meloxicam 7,5 mg no. VI
ʃ 1 dd tab 1
62
BAB IV
PEMBAHASAN
Analisis Kasus
Diagnosis kerja pada pasien ini adalah Dislipidemia dan hipertensi grade 1. Diagnosis
ini diperoleh berdasarkan informasi yang didapat saat anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pada anamnesis didapatkan keluhan seperti kaku pada jari-jari tangan, menjalar pada
kedua kaki. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekana darah pertama tensinya 160/90,
lalu pada bulan kedua 150/90 dan pada bulan ketiga 140/90. Setelah 3 bulan diobservasi
sejak tahun 2013 awal, ternyata tekanan darah terkontrol. Apabila dirunut beberapa bulan
sebelumnya pasien baru saja kehilangan suami. Hal ini akan sangat berdampak psikologis
seperti kecemasan akan keluhan terhadap penyakitnya, selain itu setelah suaminya
meninggal maka pasien harus menghidupi diri sendiri yang juga menjadi beban bagi
pasien. Hal ini menjadi suatu stressor fisik dan psikologis yang bertumpuk yang
berdampak pada penyakit pasien.
Penderita ini, menderita dislipidemia dan hipertensi grade 1. Dalam
penatalaksanaannya, dilakukan pendekatan sesuai dengan teori Bloom, yang memandang
status kesehatan seseorang karena dipengaruhi faktor-faktor seperti genetic, lingkungan,
tingkah laku, dan fasilitas pelayanan kesehatan. Dari anamnesis yang dilakukan, tidak
terdapat factor genetic tetapi terdapat riwayat penyakit asam urat yang tinggi 6 bulan
yang lalu.. Pendekatan yang dilakukan adalah penatalaksanaan modifikasi gaya hidup,
disamping diperlukan penatalaksanaan obat-obatan. Sedangkan untuk anggota keluarga
lainnya juga disarankan untuk mengawasi kondisi pasien serta mengingatkan pasien
untuk melakukan gaya hidup sehat, sehingga kemungkinan terjadinya dislipidemia dan
hipertensi pada anggota keluarga lainnya dapat dihindari. Kesadaran untuk berobat ke
puskesmas sudah baik.
2. Nilai APGAR Keluarga
Nilai APGAR adalah salah satu cara untuk mengidentifikasi sehat atau tidaknya
fungsi suatu keluarga. APGAR itu sendiri terbagi dalam:
a. Adaptasi (adaptation)
63
Penilaian : Dari tingkat kepuasan anggota keluarga dalam menerima
bantuan yang diperlukan.
Hasil : untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pasien tiap bulannya,
berasal dari anak-anaknya yang mempunyai pekerjaan tetap semua.
b. Kemitraan (partnership)
Penilaian :Dari tingkat kepuasan anggota keluarga berkomunikasi,
bermusyawarah dalam mengambil keputusan dan atau menyelesaikan
suatu masalah.
Hasil : Penderita merasa perhatian dari keluarganya masih kurang
dikarenakan kesibukan pekerjaan dan jarak rumah yang jauh dari orang
tuanya.
c. Pertumbuhan (growth)
Penilaian : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan yang
diberikan keluarga dalam mematangkan pertumbuhan dan kedewasaan
dari setiap anggota keluarga
Hasil : dalam pematangan pertumbuhan dan kedewasaan anggota
keluarga, sudah baik terlihat dari anak pasien sudah bekerja semua.
d. Kasih sayang (affection)
Penilaian : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih sayang
serta interaksi emosional yang berlangsung dalam keluarga.
Hasil : Interaksi antara pasien dan anak-anak cukup baik namun
sangat dekat dekat dengan anak kedua, menantu, serta cucunya,
dikarenakan jarang kumpul berasama akibat kesibukan masing-masing.
e. Kebersamaan (resolve)
Penilaian : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebersamaan
membagi waktu antar anggota keluarga.
Hasil : pasien tinggal bersama anak kedua, menantu dan cucunya
sehingga merasa mempunyai seorang teman.
64
3. Identifikasi Fungsi-Fungsi Keluarga
a. Fungsi biologis
Anggota keluarga tidak ada yang merokok maupun mengidap penyakit menular.
b. Fungsi afektif
Hubungan anak-anak tercipta penuh kasih sayang namun kadang kurang adanya
rasa untuk berkomunikasi dikarenakan kesibukan pekerjaan anak-anaknya
ditambah pasien merasa sepi setelah suami meninggal.
c. Fungsi sosial
Keluarga pasien sering menyapa tetangga, sering bekerjasama dan saling
berinteraksi dengan mereka, pasien juga aktif sebagai kader puskesmas untuk
bercerita tentang apa yang dialami dirinya.
d. Fungsi ekonomi
Pasien saat ini tidak bekerja dan mendapatkan biaya kehidupan sehari-hari dari
anaknya yang bekerja diluar kota.
e. Fungsi religious
Semua anggota keluarga menjalankan ibadahnya dengan baik.
f. Fungsi pendidikan
Pendidikan pasien sampai D1, anak-anaknya tamatan Sarjana semua dan sudah
bekerja.
4. Identifikasi Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
c. Pencegahan penyakit
Pasien dan keluarga mempunyai kesadaran terhadap pencegahan penyakit.
Keluarga pasien terbiasa mencuci tangan sebelum makan dan sering
membersihkan rumah.
d. Gizi keluarga
Pemenuhan gizi keluarga dapat dikatakan cukup karena sesuai standar yang
ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan melalui 13 Pedoman Umum Gizi Sehari-
hari (PUGS)
65
5. Diagnosis Kesehatan Keluarga
a. Diagnosis Holistik
Dislipidemia dan Hipertensi Grade I Terkontrol Pada Lansia 74 Tahun dengan
Kecemasan Terhadap Keluhan atau Penyakitnya.
b. Bentuk Keluarga
Nuclear family
c. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga baik.
6. Diagnosis Multiaksial
Axis 1 : Dislipidemia (E78) dan Hipertensi (I10)
Axis 2 : Tidak terdiagnosis
Axis 3 : Dukungan keluarga yang tidak adekuat (Z.63.2)
Axis 4 : Masalah dukungan keluarga
Axis 5 : 90-81 gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari
masalah harian
7. Terapi (usulan)
1. Farmakoterapi
R/ Gemfibrozil 300 mg no. X
ʃ 0 – 0 - 1
R/ Amlodipin 5 mg no. X
ʃ 1 – 0 – 0
R/ Meloxicam 7,5 mg no. VI
ʃ 1 dd tab 1
2. Non- Farmakoterapi
Edukasi
Edukasi dilakukan kepada pasien dan keluarga, edukasi yang diberikan
meliputi tentang:
Gaya hidup sehat, mempertahankan kebiasaan makan, olah raga dan
istirahat cukup
Pembatasan konsumsi garam, maksimal satu sendok teh perhari
Ketaatan pengobatan dan minum obat
Komplikasi-komplikasi yang dapat timbul, dan
66
Pentingnya peran keluarga dalam mencapai tujuan penyembuhan
pasien.
Usulan pendampingan psikologis dengan psikolog.
Diet
BB ideal menurut Brocca = (Tinggi Badan-100) – (10% tinggi badan -100)
= (155-100) - {10% x (155 – 100)}
= 55 – 5,5
= 49,5 kg
Kebutuhan kalori menurut rumus Harris Benedict:
Kebutuhan kalori basal : 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) – (4,7 x U)
655 + (9,6 x 49,5) + (1,8 x 155) – (4,7 x 74)
655 + 475,2 + 27,9 – 347,8
810,3
Koreksi:
Aktivitas sedang : 1,7 x 810,3 = 1377 kkal
Kebutuhan Karbohidrat : 63% x 1377= 868 Kkal
Kebutuhan Protein : 12% x 1377 = 165 Kkal
Kebutuhan Lemak : 25% x 1377 = 344 Kkal
Monitoring
Monitoring gejala-gejala yang merupakan komplikasi dari dislipidemia dan
hipertensi.
67
Waktu Menu makanan Takaran Berat (gr) Kalori
Sarapan(07.00)
NasiTempe
Kacang panjangTeh manis
1 ¼ gelas2 ptg sdg1 gelas1 gelas
17550
10013
306752650
Selingan(10.00)
Pepaya 1 /2ptg besar 190 25
Makan siang(12.00)
Nasipare
nila pepestahu
1 1/4 gelas 1 mangkok
1 ekor1 bj besar
17510040
110
306265075
Selingan(16.00)
Pisang rebusSusu sapi
1 buah1 gelas
150200
50125
Malam(19.00)
NasiSayur bayam
telur ayam rebustempe
3/4gelas½ mangkuk
1 butir1 ptg sedang
105505025
170135040
TOTAL 1387
Konsumsi air putih 8 – 10 gelas per hari
Tabel 3.5 Contoh Menu Makan
68
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari hasil kunjungan rumah pasien penderita dislipidemia dan hipertensi grade 1 yang
berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Ngampilan Kota Yogyakarta dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada pasien ini didiagnosis Dislipidemia dan Hipertensi grade I terkontrol pada
lansia dengan kecemasan terhadap penyakitnya.
2. Faktor resiko terjadinya dislipidemia pada pasien ini adalah kelebihan berat badan
atau overweight.
3. Dokter keluarga melalui institusi Puskesmas dapat menjadi salah satu sektor yang
berperan dalam menangani kasus hipertensi secara holistik, mulai dari promotif,
preventif, kuratif, sampai rehabilitatif
4. Kerjasama antara petugas kesehatan, pasien dan keluarga menentukan keberhasilan
terapi.
B. Saran
1. Bagi mahasiswa
a. Berusaha lebih mendalami, aktif, kreatif, dan variatif dalam menganalisa
permasalahan kesehatan, baik pada keluarga maupun lingkungannya
b. Meningkatkan profesionalisme sebelum terjun ke masyarakat
2. Bagi Puskesmas
a. Hendaknya terus melakukan pendekatan kepada masyarakat dengan usaha
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
b. Hendaknya terus menindaklanjuti kasus dengan pendekatan kepada
masyarakat sehingga pasien dapat terus terkontrol.
69
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Bahri. 2004. Dislipidemia sebagai Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner. Medan :
FK USU.
Corwin, E.J. 2009, Buku Saku Patofisiologi, Ed.3, Jakarta : EGC.
Darey, Patrick. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga.
Ganiswarna, Sulistia. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : Gaya Baru.
Ibrahim, A. (2007). Panik Neurosis Gangguan Cemas. Jakarta: Dua As As
Kaplan, H., & Sadock, B. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis (Edisi
7 jilid 2). Jakarta: Binarupa Aksara.
Silbernagl, Stefan, Florian, Lang. 2000. Color Atlas of Patophysiology. New York : Thieme.
Sudoyo, W.A., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M.K., Setiati, S., 2006, Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Ed.4, Jilid I, Jakarta : Pusat Penerbitan FKUI.
Suyono, 2001, ilmu penyakit dalam, penerbit FKUI
U.S. Departement Of Health And Human Services. Desember 2003. The Joint National
Community on Preventation, Detection evaluation and treatment of High Blood
Preassure 7. NIH Publication. Ed.03-5233.
70