Presentasi Kasus FIX IKK Dika

104
Presentasi Kasus Dislipidemia dan Hipertensi Grade I Terkontrol Pada Lansia Dengan Kecemasan Terhadap Penyakitnya Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga FKIK UMY dan Puskesmas Ngampilan ar Disusun oleh : Dika Fahmi Khoirunnas (20090310211) Dokter Pembimbing Klinik : dr. Khairani Fitri Dokter Pembimbing Fakultas : Dr. dr. Titiek Hidayati, M. Kes ILMU KEDOKTERAN KELUARGA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

description

IKK

Transcript of Presentasi Kasus FIX IKK Dika

Page 1: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

Presentasi Kasus

Dislipidemia dan Hipertensi Grade I Terkontrol Pada Lansia Dengan Kecemasan Terhadap Penyakitnya

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di

Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga FKIK UMY dan Puskesmas Ngampilan

ar

Disusun oleh :

Dika Fahmi Khoirunnas

(20090310211)

Dokter Pembimbing Klinik :

dr. Khairani Fitri

Dokter Pembimbing Fakultas :

Dr. dr. Titiek Hidayati, M. Kes

ILMU KEDOKTERAN KELUARGA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2014

Page 2: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

HALAMAN PENGESAHAN

Dislipidemia dan Hipertensi Grade I Terkontrol Pada Lansia Dengan Kecemasan

Terhadap Penyakitnya

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti

Ujian Kepaniteraan Klinik Di Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga

FKIK UMY dan Puskesmas Ngampilan

Disusun Oleh:

Dika Fahmi Khoirunnas

(20090310211)

Telah disetujui dan dipresentasikan pada tanggal 16 Desember 2014

Oleh :

Dokter Pembimbing Fakultas

Dr. dr. Titiek Hidayati, M. Kes

Dokter Pembimbing Klinik

dr. Khairani Fitri

Mengetahui

Kepala Puskesmas Ngampilan

dr. Dina Kartika Sari

ii

Page 3: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat, iman dan Islam

sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kepaniteraan klinik dengan judul “Dislipidemia

dan Hipertensi Grade I Terkontrol Pada Lansia Dengan Kecemasan Terhadap Penyakitnya”

untuk memenuhi sebagian syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik bagian Ilmu

Kedokteran Keluarga di Puskesmas Ngampilan. Semoga shalawat dan salam selalu dilimpahkan

kepada Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya yang telah berjuang dengan membawa

agama Allah.

Banyak hambatan dalam penyusunan makalah ini, namun berkat dukungan dari banyak

pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan kepaniteraan klinik kedokteran keluarga ini.

Dalam kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang

terhormat:

1. dr. Dina Kartika Sari, selaku Kepala Puskesmas Ngampilan Yogyakarta.

2. dr. Khairani Fitri, sebagai dokter pembimbing klinik di Puskesmas Ngampilan.

3. Dr. dr. Titiek Hidayati, M. Kes, sebagai dokter pembimbing Ilmu Kedokteran Keluarga

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan

laporan kepaniteraan klinik kedokteran keluarga ini dan selanjutnya.

Semoga laporan kepaniteraan klinik kedokteran keluarga ini dapat bermanfaat bagi

penulis dan semua pihak yang membacanya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 16 Desember 2014

Penyusun,

Dika Fahmi Khoirunnas

3

Page 4: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................. ii

KATA PENGANTAR............................................................................................ 3

DAFTAR ISI........................................................................................................ 4

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 5

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 5

B.Profil Puskesmas Ngampilan ........................................................................ 7

C.Rumusan Masalah …………………………………………………………………………............ 9

D. Tujuan Penulisan........................................................................................ 9

E.Manfaat Penulisan........................................................................................ 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 10

A. Dislipidemia............................................................................................... 11

B.Hipertensi…………………………………………………..……………………………………………. 27

C.Kecemasan.................................................................................................... 39

BAB III LAPORAN KASUS .................................................................................. 42

BAB IV PEMBAHASAN ...................................................................................... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................... 68

A. Kesimpulan ................................................................................................ 68

B.Saran 68

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………………. 69

4

Page 5: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dislipidemia merupakan suatu perubahan kadar normal komponen lipid darah.

Komponen lipid darah meliputi kolesterol, trigliserida, LDL, dan HDL. Kadar normal

untuk masing-masing komponen lipid darah antara lain kolesterol total <200 mg/dL,

kolesterol LDL <130 mg/dL, kolesterol HDL ≥ 40 mg/dL dan trigliserida <150 mg/dL

(NCEP ATP III, 2002). Pada dislipidemia, terjadi ketidaknormalan kadar komponen lipid

darah, dapat meningkat (untuk kolesterol, trigliserida, LDL) atau menurun (untuk HDL)

(Darey, 2005).

Di Indonesia prevalensi dislipidemia belum terdaftar dengan baik, namun

diperkirakan prevalensinya terus meningkat. Dislipidemia disebabkan oleh obesitas,

kurang beraktivitas, tinggi konsumsi lemak jenuh, kolesterol, karbohidrat serta

rendahnya konsumsi serat. Tingginya konsumsi lemak jenuh dapat terjadi salah satunya

dari kebiasaan ‘ngemil’ atau snacking makanan berlemak. Snacking dapat didefinisikan

sebagai asupan makanan tambahan yang dikonsumsi dalam keadaan tidak lapar.

Kebiasaan snacking yang diterapkan dalam jangka waktu lama akan menjadi salah satu

penyebab obesitas yang merupakan salah satu faktor terjadinya dislipidemia.

Pesatnya perkembangan snack di Indonesia terjadi karena snacking (“ngemil”)

merupakan salah satu bagian dari budaya kehidupan di Indonesia. Hal ini terlihat pada

cara menjamu tamu yaitu tuan rumah akan menyajikan makanan ringan/snack foods

untuk tamu sebagai bentuk penghormatan. Begitu pula dalam acara formal seperti rapat,

mulai dari rapat kantor bahkan sampai rapat pemerintah sering juga disajikan snack

foods untuk para peserta rapat. Terdapat beberapa jenis snack foods yang biasa

dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Salah satu jenis snack yang sering dikonsumsi

ialah snack yang buat dengan cara digoreng yang sering disebut gorengan.

Namun, tingkat konsumsi gorengan belum menjadi hal yang dianggap perlu untuk

diperhatikan sebab gorengan seringkali dianggap sebagai makanan selingan yang tidak

akan banyak berpengaruh terhadap asupan zat gizi setiap harinya. Padahal, makanan

gorengan yang digoreng dengan minyak yang mengandung asam lemak jenuh jika

5

Page 6: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

dikonsumsi akan dimetabolisme oleh tubuh yang akhirnya akan meningkatkan profil

lipid dalam darah (Darey, 2005).

Hipertensi atau darah tinggi adalah keadaan dimana seseorang

mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang lama

). Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-

satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah kita

secara teratur. Diketahui 9 dari 10 orang yang menderita hipertensi tidak dapat

diidentifikasi penyebab penyakitnya. Itulah sebabnya hipertensi dijuluki silent killer.

Seseorang baru merasakan dampak gawatnya hipertensi ketika telah terjadi komplikasi.

Jadi baru disadari ketika telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi

jantung, koroner, fungsi ginjal, gangguan fungsikognitif atau stroke. Hipertensi pada

dasarnya mengurangi harapan hidup para penderitanya. Secara umum seseorang

dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah sistolik/diastoliknya melebihi 140/90

mmHg (normalnya 120/80 mmHg).

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu : Hipertensi primer, yang

tidak di ketahui penyebabnya atau idiopatik, Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang

disebabkan oleh penyakit lain. (Suyono, 2001, h 453). Hipertensi merupakan salah satu

penyebab morbiditas dan mortalitas paling sering diseluruh dunia. Kelainan pembuluh

darah ini dapat berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap sistem organ tubuh.

Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. Disebut

juga sebagai “silent killer” karena orang dengan hipertensi sering tidak menampakkan

gejala, penyakit ini lebih sering menyerang wanita daripada pria. Hipertensi sering

ditemukan pada usia lanjut, diperkirakan 23 % wanita dan 14% pria berusia lebih dari 65

tahun menderita hipertensi, 3 kali lebih sering dibandingkan dengan usia lanjut tanpa

hipertensi pada usia yang sama.

Kurangnya pengetahuan dalam konteks keluarga yang mempunyai masalah hipertensi

termasuk anggota keluarga yang usia lanjut mengakibatkan tidak tepatnya penanganan

yang dilakukan pada penderita, hal ini juga dapat berpengaruh pada fungsi dan peran

anggota keluarga. Pengobatan hipertensi memerlukan jangka waktu yang lama (seumur

hidup) karena hipertensi hanya dapat dikurangi atau dikontrol bukan dihilangkan.

Dianjurkan agar upaya penanganan hipertensi dilakukan secara berkelanjutan dan terus

menerus.

6

Page 7: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

Hipertensi sebenarnya dapat dicegah dengan menerapkan pola hidup yang sehat.

Namun apabila hal ini tidak memberikan hasil yang memuaskan dan terjadi peningkatan

tekanan darah maka dapat diberikan terapi medikamentosa yang tepat. Adapun obat

penurun tekanan darah yang direkomendasikan adalah calcium channel blockers (CCBs),

angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitors, angiotensin receptor blockers (ARBs),

beta blockers dan diuretics.

Profil Puskesmas Ngampilan

Puskesmas adalah unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan kabupaten / kota yang

bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja

(Kepmenkes RI no.128/Menkes/SK/II/2004). Menurut Depkes RI 1991, puskesmas

merupakan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan

kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan memberikan

pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam

bentuk kegiatan pokok.

Puskesmas Ngampilan merupakan unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan

Yogyakarta yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di

wilayah kerja Puskesmas Ngampilan. Puskesmas ngampilan terletak di kota Yogyakarta

dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: sebelah utara adalah kecamatan Gedong

Tengen, sebelah timur adalah kecamatan Gondomanan dan Kraton, sebelah selatan adalah

kecamatan Mantrijeron, sebelah barat adalah kecamatan Wirobrajan.

Puskesmas di kecamatan Ngampilan Kota Yogyakarta sejumlah 2 buah yaitu

Puskesmas Induk dan Puskesmas Pembantu, telah memiliki gedung yang memadai

sebagai pusat pelayanan kesehatan masyarakat, tenaga medis dan paramedis dapat bekerja

secara optimal melayani masyarakat sekitar. Puskesmas dilengkapi dengan fasilitas

Ambulance yang setiap saat dapat digunakan pada jam kerja. Puskesmas Ngampilan

belum melayani pasien rawat inap. Kegiatan pelayanan secara umum meliputi : Balai

Pengobatan umum (BPU), Balai Pengobatan Gigi (BPG), BKIA/KB, Unit Farmasi,

Laboratorium, Konseling Gizi, Kesehatan Lingkungan, Promosi Kesehatan (Promkes).

Sasaran kesehatan wilayah kerja Puskesmas Ngampilan mengacu pada Indikator

kecamatan sehat yang mencakup 4 indikator utama yakni kesehatan lingkungan, perilaku

hidup bersih dan sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu, dan derajat

kesehatan penduduk kecamatan.

7

Page 8: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

Dokter keluarga memiliki peran penting dalam mencapai sasaran kesehatan

tersebut.Pelayanan kedokteran keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh

dan memusatkan pelayanannya pada keluarga sebagai suatu unit dimana tanggung jawab

dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur, jenis kelamin

pasien, atau jenis penyakit tertentu.Tujuan yang ingin dicapai dalam pelayanan

kedokteran keluarga adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan bagi individu, keluarga,

dan masyarakat yang bermutu dan terkendali biayanya, yang dilaksanakan dalam

pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter keluarga.

Tabel 1. Rekapitulasi 10 besar Diagnosis Pasien Puskesmas Ngampilan

Tahun 2012

No Kode Diagnosis Nama Jumlah

1 J06.9 ISPA 1580

2 J 00 Nasopharingitis Akut

(common cold)

1110

3 I10 Hipertensi Primer 753

4 R51 Sakit Kepala 536

5 A09 Diare dan Gastroenteritis non

spesifik

459

6 K 30 Dyspepsia 448

7 R05 Batuk 395

8 J 02 Pharingitis 335

9 M25.25 Atralgia 302

10 R50 Demam yang sebabnya tidak

diketahui

283

8

Page 9: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ditemukan di atas, maka masalah yang dapat

dirumuskan adalah :

1. Bagaimana diagnosis holistik dislipidemia pada pasien ini?

2. Apakah saja factor yang dapat meningkatkan kejadian dislipidemia?

3. Bagaimana pendekatan dokter keluarga terhadap pasien dengan dislipidemia dan

hipertensi?

4. Siapa saja yang harus berperan agar penanganan pasien optimal?

C. Tujuan Penulisan

1. Penulisan laporan kasus kepaniteraan klinik ilmu kedokteran keluarga ini bertujuan

untuk memenuhi sebagian syarat mengikuti ujian kepaniteraan klinik di bagian Ilmu

Kedokteran Keluarga, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Memberikan informasi serta pengetahuan mengenai bentuk pelayanan kedokteran

dengan pendekatan kedokteran keluarga pada penderita penyakit. Salah satunya

dengan menganalisis penyebab, perilaku atau gaya hidup apakah telah mendukung

pengobatan farmakologi atau tidak. Selain itu juga penyuluhan dilakukan dengan titik

berat agar pasien dan keluarganya menjadi mengetahui lebih banyak tentang

dislipidemia sehingga dapat diminimalisir terjadinya komplikasi yang terjadi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat untuk puskesmas

Sebagai sarana kerjasama yang saling menguntungkan untuk dapat meningkatkan

pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dan mendapatkan umpan balik dari hasil

evaluasi koasisten dalam rangka mengoptimalkan peran puskesmas.

2. Manfaat untuk mahasiswa

Sebagai sarana keterampilan dan pengalaman dalam upaya pelayanan kesehatan

dengan menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga.

9

Page 10: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

BAB I

PENDAHULUAN

E. Latar Belakang

Dislipidemia merupakan suatu perubahan kadar normal komponen lipid darah.

Komponen lipid darah meliputi kolesterol, trigliserida, LDL, dan HDL. Kadar normal

untuk masing-masing komponen lipid darah antara lain kolesterol total <200 mg/dL,

kolesterol LDL <130 mg/dL, kolesterol HDL ≥ 40 mg/dL dan trigliserida <150 mg/dL

(NCEP ATP III, 2002). Pada dislipidemia, terjadi ketidaknormalan kadar komponen lipid

darah, dapat meningkat (untuk kolesterol, trigliserida, LDL) atau menurun (untuk HDL)

(Darey, 2005).

Di Indonesia prevalensi dislipidemia belum terdaftar dengan baik, namun

diperkirakan prevalensinya terus meningkat. Dislipidemia disebabkan oleh obesitas,

kurang beraktivitas, tinggi konsumsi lemak jenuh, kolesterol, karbohidrat serta

rendahnya konsumsi serat. Tingginya konsumsi lemak jenuh dapat terjadi salah satunya

dari kebiasaan ‘ngemil’ atau snacking makanan berlemak. Snacking dapat didefinisikan

sebagai asupan makanan tambahan yang dikonsumsi dalam keadaan tidak lapar.

Kebiasaan snacking yang diterapkan dalam jangka waktu lama akan menjadi salah satu

penyebab obesitas yang merupakan salah satu faktor terjadinya dislipidemia.

Pesatnya perkembangan snack di Indonesia terjadi karena snacking (“ngemil”)

merupakan salah satu bagian dari budaya kehidupan di Indonesia. Hal ini terlihat pada

cara menjamu tamu yaitu tuan rumah akan menyajikan makanan ringan/snack foods

untuk tamu sebagai bentuk penghormatan. Begitu pula dalam acara formal seperti rapat,

mulai dari rapat kantor bahkan sampai rapat pemerintah sering juga disajikan snack

foods untuk para peserta rapat. Terdapat beberapa jenis snack foods yang biasa

dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Salah satu jenis snack yang sering dikonsumsi

ialah snack yang buat dengan cara digoreng yang sering disebut gorengan.

Namun, tingkat konsumsi gorengan belum menjadi hal yang dianggap perlu untuk

diperhatikan sebab gorengan seringkali dianggap sebagai makanan selingan yang tidak

10

Page 11: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

akan banyak berpengaruh terhadap asupan zat gizi setiap harinya. Padahal, makanan

gorengan yang digoreng dengan minyak yang mengandung asam lemak jenuh jika

dikonsumsi akan dimetabolisme oleh tubuh yang akhirnya akan meningkatkan profil

lipid dalam darah (Darey, 2005).

Hipertensi atau darah tinggi adalah keadaan dimana seseorang

mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang lama

). Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-

satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah kita

secara teratur. Diketahui 9 dari 10 orang yang menderita hipertensi tidak dapat

diidentifikasi penyebab penyakitnya. Itulah sebabnya hipertensi dijuluki silent killer.

Seseorang baru merasakan dampak gawatnya hipertensi ketika telah terjadi komplikasi.

Jadi baru disadari ketika telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi

jantung, koroner, fungsi ginjal, gangguan fungsikognitif atau stroke. Hipertensi pada

dasarnya mengurangi harapan hidup para penderitanya. Secara umum seseorang

dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah sistolik/diastoliknya melebihi 140/90

mmHg (normalnya 120/80 mmHg).

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu : Hipertensi primer, yang

tidak di ketahui penyebabnya atau idiopatik, Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang

disebabkan oleh penyakit lain. (Suyono, 2001, h 453). Hipertensi merupakan salah satu

penyebab morbiditas dan mortalitas paling sering diseluruh dunia. Kelainan pembuluh

darah ini dapat berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap sistem organ tubuh.

Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. Disebut

juga sebagai “silent killer” karena orang dengan hipertensi sering tidak menampakkan

gejala, penyakit ini lebih sering menyerang wanita daripada pria. Hipertensi sering

ditemukan pada usia lanjut, diperkirakan 23 % wanita dan 14% pria berusia lebih dari 65

tahun menderita hipertensi, 3 kali lebih sering dibandingkan dengan usia lanjut tanpa

hipertensi pada usia yang sama.

Kurangnya pengetahuan dalam konteks keluarga yang mempunyai masalah hipertensi

termasuk anggota keluarga yang usia lanjut mengakibatkan tidak tepatnya penanganan

yang dilakukan pada penderita, hal ini juga dapat berpengaruh pada fungsi dan peran

anggota keluarga. Pengobatan hipertensi memerlukan jangka waktu yang lama (seumur

hidup) karena hipertensi hanya dapat dikurangi atau dikontrol bukan dihilangkan.

11

Page 12: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

Dianjurkan agar upaya penanganan hipertensi dilakukan secara berkelanjutan dan terus

menerus.

Hipertensi sebenarnya dapat dicegah dengan menerapkan pola hidup yang sehat.

Namun apabila hal ini tidak memberikan hasil yang memuaskan dan terjadi peningkatan

tekanan darah maka dapat diberikan terapi medikamentosa yang tepat. Adapun obat

penurun tekanan darah yang direkomendasikan adalah calcium channel blockers (CCBs),

angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitors, angiotensin receptor blockers (ARBs),

beta blockers dan diuretics.

Profil Puskesmas Ngampilan

Puskesmas adalah unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan kabupaten / kota yang

bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja

(Kepmenkes RI no.128/Menkes/SK/II/2004). Menurut Depkes RI 1991, puskesmas

merupakan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan

kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan memberikan

pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam

bentuk kegiatan pokok.

Puskesmas Ngampilan merupakan unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan

Yogyakarta yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di

wilayah kerja Puskesmas Ngampilan. Puskesmas ngampilan terletak di kota Yogyakarta

dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: sebelah utara adalah kecamatan Gedong

Tengen, sebelah timur adalah kecamatan Gondomanan dan Kraton, sebelah selatan adalah

kecamatan Mantrijeron, sebelah barat adalah kecamatan Wirobrajan.

Puskesmas di kecamatan Ngampilan Kota Yogyakarta sejumlah 2 buah yaitu

Puskesmas Induk dan Puskesmas Pembantu, telah memiliki gedung yang memadai

sebagai pusat pelayanan kesehatan masyarakat, tenaga medis dan paramedis dapat bekerja

secara optimal melayani masyarakat sekitar. Puskesmas dilengkapi dengan fasilitas

Ambulance yang setiap saat dapat digunakan pada jam kerja. Puskesmas Ngampilan

belum melayani pasien rawat inap. Kegiatan pelayanan secara umum meliputi : Balai

Pengobatan umum (BPU), Balai Pengobatan Gigi (BPG), BKIA/KB, Unit Farmasi,

Laboratorium, Konseling Gizi, Kesehatan Lingkungan, Promosi Kesehatan (Promkes).

12

Page 13: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

Sasaran kesehatan wilayah kerja Puskesmas Ngampilan mengacu pada Indikator

kecamatan sehat yang mencakup 4 indikator utama yakni kesehatan lingkungan, perilaku

hidup bersih dan sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu, dan derajat

kesehatan penduduk kecamatan.

Dokter keluarga memiliki peran penting dalam mencapai sasaran kesehatan

tersebut.Pelayanan kedokteran keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh

dan memusatkan pelayanannya pada keluarga sebagai suatu unit dimana tanggung jawab

dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur, jenis kelamin

pasien, atau jenis penyakit tertentu.Tujuan yang ingin dicapai dalam pelayanan

kedokteran keluarga adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan bagi individu, keluarga,

dan masyarakat yang bermutu dan terkendali biayanya, yang dilaksanakan dalam

pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter keluarga.

Tabel 1. Rekapitulasi 10 besar Diagnosis Pasien Puskesmas Ngampilan

Tahun 2012

No Kode Diagnosis Nama Jumlah

1 J06.9 ISPA 1580

2 J 00 Nasopharingitis Akut (common cold) 1110

3 I10 Hipertensi Primer 753

4 R51 Sakit Kepala 536

5 A09 Diare dan Gastroenteritis non spesifik 459

6 K 30 Dyspepsia 448

7 R05 Batuk 395

8 J 02 Pharingitis 335

9 M25.25 Atralgia 302

10 R50 Demam yang sebabnya tidak diketahui 283

13

Page 14: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

F. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ditemukan di atas, maka masalah yang dapat

dirumuskan adalah :

5. Bagaimana klasifikasi dislipidemia pada pasien ini?

6. Apakah saja factor yang dapat meningkatkan kejadian dislipidemia?

7. Bagaimana pendekatan dokter keluarga terhadap pasien dengan dislipidemia dan

hipertensi?

8. Siapa saja yang harus berperan agar penanganan pasien optimal?

G. Tujuan Penulisan

3. Penulisan laporan kasus kepaniteraan klinik ilmu kedokteran keluarga ini bertujuan

untuk memenuhi sebagian syarat mengikuti ujian kepaniteraan klinik di bagian Ilmu

Kedokteran Keluarga, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

4. Memberikan informasi serta pengetahuan mengenai bentuk pelayanan kedokteran

dengan pendekatan kedokteran keluarga pada penderita penyakit. Salah satunya

dengan menganalisis penyebab, perilaku atau gaya hidup apakah telah mendukung

pengobatan farmakologi atau tidak. Selain itu juga penyuluhan dilakukan dengan titik

berat agar pasien dan keluarganya menjadi mengetahui lebih banyak tentang

dislipidemia sehingga dapat diminimalisir terjadinya komplikasi yang terjadi.

H. Manfaat Penelitian

3. Manfaat untuk puskesmas

Sebagai sarana kerjasama yang saling menguntungkan untuk dapat meningkatkan

pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dan mendapatkan umpan balik dari hasil

evaluasi koasisten dalam rangka mengoptimalkan peran puskesmas.

4. Manfaat untuk mahasiswa

Sebagai sarana keterampilan dan pengalaman dalam upaya pelayanan kesehatan

dengan menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga.

14

Page 15: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DISLIPIDEMIA

1) Pengertian

Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan

peningkatan maupun penurunan lipid dalam plasma. Beberapa kelainan lipid

yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan atau

trigliserida, serta penurunan kolesterol HDL (Davey, 2002).

2) Etiologi dan Faktor Resiko

Kadar lipoprotein, terutama LDL meningkat sejalan dengan

bertambahnya usia. Pada keadaan normal pria memiliki kadar LDL yang lebih

tinggi, tetapi setelah menopause kadarnya pada wanita lebih banyak. Faktor

lain yang menyebabkan tingginya kadar lemak tertentu (VLDL dan LDL)

adalah (Davey,2002) :

Riwayat keluarga dengan hiperlipidemia

Obesitas

Diet kaya lemak

Kurang melakukan olah raga

Penyalahgunaan alkohol

Merokok

Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik

Hipotiroidisme

Sirosis

3) Patofisiologi

Lipid dalam plasma terdiri dari kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan

asam lemak bebas. Normalnya lemak ditranspor dalam darah berikatan dengan

lipid yang berbentuk globuler. Ikatan protein dan lipid tersebut menghasilkan

4 kelas utama lipoprotein : kilomikron, VLDL, LDL, dan HDL. Peningkatan

lipid dalam darah akan mempengaruhi kolesterol, trigliserida dan keduanya

(hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia atau kombinasinya yaitu

15

Page 16: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

hiperlipidemia). Hiperlipoproteinemia biasanya juga terganggu (Silbernagl,

2000).

Pasien dengan hiperkolesterolemia ( > 200 – 220 mg/dl serum )

merupakan gangguan yang bersifat familial, berhubungan dengan kelebihan

berat badan dan diet. Makanan berlemak meningkatkan sintesis kolesterol di

hepar yang menyebabkan penurunan densitas reseptor LDL di serum ( > 135

mg/dl ). Ikatan LDL mudah melepaskan lemak dan kemudian membentuk plak

pada dinding pembuluh darah yang selanjutnya akan menyebabkan terjadinya

arterosklerosis dan penyakit jantung koroner (Silbernagl, 2000).

Gambar 1. Metabolisme Lipoprotein (Silbernagl, 2000)

16

Page 17: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

Gambar 2. Metabolisme Lipoprotein Lanjutan (Silbernagl, 2000)

Jalur transport lipid dan tempat kerja obat

1. Jalur eksogen

Trigliserida dan kolesterol dari usus akan dibentuk menjadi kiomikron yang kemudian

akan diangkut ke saluran limfe dan masuk ke duktus torasikus. Di dalam jaringan lemak,

trigliserida dari kilomikron akan mengalami hidrolisis oleh lipoprotein lipase yang terdapat

pada permukaan endotel sehingga akan membentuk asam lemak dan kilomikron remnan

(kilomikron yang kehilangan trigliseridanya tetapi masih memiliki ester kolesterol).

Kemudian asam lemak masuk ke dalam endotel ke dalam jaringan lemak dan sel otot yang

17

Page 18: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

selanjutnya akan diubah kembali menjadi trigliserida atau dioksidasi untuk menghasilkan

energi (Ganiswarna, 2007).

Kilomikron remnan akan dibersihkan oleh hepar dengan mekanisme endositosis dan

lisosom sehingga terbentuk kolesterol bebas yang berfungsi sintesis membran plasma, mielin

dan steroid. Kolesterol dalam hepar akan membentuk kolesterol ester atau diekskresikan

dalam empedu atau diubah menjadi lipoprotein endogen yang masuk ke dalam plasma

(Ganiswarna, 2007). Jika tubuh kekurangan kolesterol, HMG-CoA reduktase akan aktif dan

terjadi sintesis kolesterol dari asetat (Ganiswarna, 2007).

2. Jalur endogen

Trigliserida dan kolesterol dari hepar diangkut dengan bentuk VLDL ke jaringan

kemudian mengalami hidrolisis sehingga terbentuk lipoprotein yang lebih kecil IDL dan

LDL. LDL merupakan lipoprotein dengan kadar kolesterol terbanyak (60-70%). Peningkatan

katabolisme LDL di plasma dan hepar yang akan meningkatkan kadar kolesterol plasma.

Peningkatan kadar kolesterol tersebut akan membentuk foam cell di dalam makrofag yang

berperan pada arterosklerosis prematur (Ganiswarna, 2007).

Jenis lipoprotein

1. Kilomikron

Lipoprotein dengan komponen 80% trigliserida dan 5% kolesterol ester. Kilomikron

membawa makanan ke jaringan lemak dan otot rangka serta membawa kolesterol kembali ke

hepar. Kilomikron yang dihidrolisis akan mengecil membentuk kilomikron remnan yang

kemudian masuk ke hepatosit. Kilomikronemia post pandrial mereda setelah 8 – 10 jam

(Ganiswarna, 2007).

2. VLDL

Lipoprotein terdiri dari 60% trigliserida dan 10 – 15 % kolesterol. VLDL digunakan

untuk mengangkut trigliserida ke jaringan. VLDL reman sebagian akan diubah menjadi

LDLyang mengikuti penurunan hipertrigliserida sedangkan sintesis karbohidrat yang berasal

dari asam lemak bebas dan gliserol akan meningkatkan VLDL (Ganiswarna, 2007).

3. IDL

Lipoprotein yang mengandung 30% trigliserida, dan 20% kolesterol. IDL merupakan zat

perantara sewaktu VLDL dikatabolisme menjadi IDL (Ganiswarna, 2007).

4. LDL

Lipoprotein pengangkut kolesterol terbesar (70%). Katabolisme LDL melalui receptor-

mediated endocytosis di hepar. Hidrolisis LDL menghasilkan kolesterol bebas yang berfungsi

untuk sintesis sel membran dan hormone steroid. Kolesterol juga dapat disintesis dari enzim

18

Page 19: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

HMG-CoA reduktase berdasarkan tinggi rendahnya kolesterol di dalam sel (Ganiswarna,

2007).

5. HDL

HDL diklasifikasikan lagi berdasarkan Apoprotein yang dikandungnya. Apo A-I

merupakan apoprotein utama HDL yang merupakan inverse predictor untuk resiko penyakit

jantung koroner. Kadar HDL menurun pada kegemukan, perokok, pasien diabetes yang tidak

terkontrol dan pemakai kombinasi estrogen-progestin. HDL memiliki efek protektif yaitu

mengangkut kolesterol dari perifer untuk di metabolisme di hepar dan menghambat

modifikasi oksidatif LDL melalui paraoksonase (protein antioksidan yang bersosiasi dengan

HDL) (Ganiswarna, 2007).

6. Lipoprotein (a)

Terdiri atas partikel LDL dan apoprotein sekunder selain apoB-100. Lipoprotein jenis ini

menghambat fibrinolisis atau bersifat aterogenik (Ganiswarna, 2007).

4) Klasifikasi

1. Klasifikasi Fenotipik

a. Klasifikasi EAS (European Atheroselerosis Society) (Anwar, 2004).

Tabel 1. Klasifikasi Berdasarkan EAS (European Atheroselerosis

Society) (Anwar, 2004).

b. Klasifikasi NECP (National Cholesterol Education Program)

(Anwar,2004).

Tabel 2. Klasifikasi Berdasarkan NECP (National Cholesterol

Education Program) (Anwar, 2004).

19

Page 20: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

c. Klasifikasi WHO (World Health Organization) (Anwar, 2004).

Tabel 3. Klasifikasi Berdasarkan WHO (World Health Organization)

(Anwar, 2004).

2. Klasifikasi Patogenik

Klasifikasi dislipidemia berdasarkan atas ada atau tidaknya penyakit dasar

yaitu primer dan sekunder. Dislipidmia primer memiliki penyebab yang tidak jelas

sedangkan dislipidemia sekunder memiliki penyakit dasar seperti sindroma

nefrotik, diabetes melitus, hipotiroidisme (Sudoyo, 2006). Contoh dari

dislipidemia primer adalah hiperkolesterolemia poligenik, hiperkolesterolemia

familial, hiperlipidemia kombinasi familial, dan lain-lain (Anwar, 2004)

5) Gejala Klinis

Kebanyakan pasien adalah asimptomatik selama bertahun-tahun

sebelum penyakit jelas secara klinis. Gejala-gejala yang bisa tampak

diantaranya berkeringat, jantung berdebar, nafas pendek dan cemas.

6) Diagnosis

Pada anamnesis biasanya didapatkan pasien dengan faktor resiko

seperti kegemukan, diabetes mellitus, konsumsi tinggi lemak, merokok

dan faktor resiko lainnya.

Pada pemeriksaan fisik sukar ditemukan kelainan yang spesifik kecuali

jika didaptkan riwayat penyakit yang menjadi faktor resiko

dislipidemia. Selain itu, kelainan mungkin didaptkan bila sudah terjadi

komplikasi lebih lanjut seperti penyakit jantung koroner.

20

Page 21: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium memegang peranan penting dalam

menegakkan diagnosa. Pemeriksaan yang dilakukan adalah

pemeriksaan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL

dan trigliserid (Anwar, 2004).

i. Persiapan

Pasien sebaiknya berada dalam keadaan metabolik yang

stabil tanpa adanya perubahan berat badan, pola makan,

kebiasaan merokok, olahraga, tidak sakit berat ataupun tidak

ada operasi dalam 2 bulan terakhir. Selain itu, sebaiknya pasien

tidak mendapatkan pengobatan yang mempengaruhi kadar lipid

dalam 2 minggu terakhir. Apabila keadaan ini tidak

memungkinkan, pemeriksaan tetap dilakukan dan disertai

dengan catatan (Anwar, 2004).

ii. Pengambilan Bahan Pemeriksaan

Pengambilan bahan dilakukan dengan melakukan

bendungan vena seminimal mungkin dan bahan yang diambil

adalah serum. Pengambilan bahan ini dilakukan setelah pasien

puasa selama 12-16 jam (Anwar, 2004).

iii. Analisis

Analisis kadar kolesterol dan trigliserid dilakukan

dengan metode ensimatik sedangkan analisis kadar kolesterol

HDL dan kolesterol LDL dilakukan dengan metode presipitasi

dan ensimatik. Kadar kolesterol LDL dapat dilakukan secara

langsung atau menggunakan rumus Friedewaid jika didapatkan

kadar trigliserida < 400mg/d menggunakan rumus sebagai

berikut (Anwar, 2004):

7) Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dalam dislipidemia dimulai dengan melakukan

penilaian jumlah faktor resiko koroner pada pasien untuk menentukan

kolesterol-LDL yang harus dicapai. Berikut ini adalah tabel faktor resiko

21

Page 22: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

(selain kolesterol LDL) yang menentukan sasaran kolesterol LDL yang ingin

dicapai berdasarkan NCEP-ATP III (Sudoyo, 2006):

Tabel 4. Faktor Resiko (Selain Kolesterol LDL) yang Menentukan

Sasaran Kolesterol LDL yang Ingin Dicapai

Faktor Resiko (Selain Kolesterol LDL) yang Menentukan Sasaran

Kolesterol LDL yang Ingin Dicapai

- Umur pria ≥ 45 tahun dan wanita ≥ 55 tahun.

- Riwayat keluarga PAK (Penyakit Arteri Koroner) dini yaitu ayah usia

< 55 tahun dan ibu < 65 tahun.

- Kebiasaan merokok

- Hipertensi (≥140/90 mmHg atau sedang mendapat obat atihipertensi)

- Kolesterol HDL rendah ( <40 mg/dl). Jika didapatkan kolesterol HDL

≥60mg/dl maka mengurangi satu faktor resiko

Setelah menemukan banyaknya faktor resiko pada seorang pasien, maka

pasien dibagi kedalam tiga kelompok resiko penyakit arteri koroner yaitu resiko

tinggi, resiko sedang dan resiko tinggi. Hal ini digambarkan pada tabel berikut ini

(Sudoyo, 2006)

Tabel 5. Tiga Kategori Resiko yang Menentukan Sasaran Kolesterol LDL yang

Ingin Dicapai berdasarkan NCEP (Sudoyo, 2006)

Kategori Resiko Sasaran Kolesterol

LDL (mg/dl)

1. Resiko Tinggi

a. Mempunyai Riwayat PAK dan

b. Mereka yang disamakan dengan PAK

- Diabetes Melitus

- Bentuk lain penyakit arterosklerotik yaitu strok,

penyakit arteri perifer, aneurisma aorta

abdominalis

- Faktor resiko multipel (> resiko) yang diperkirakan

dalam kurun waktu 10 tahun mempunyai resiko

PAK > 20 %

<100

22

Page 23: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

2. Resiko Multipel (≥2 faktor resiko)

3. Resiko Rendah (0-1 faktor resiko)

<130

<160

Selanjutnya penatalaksanaan pada pasien ditentukan berdasarkan kategori

resiko pada tabel diatas. Berikut ini adalah bagan penatalaksanaan untuk masing-

masing katagori resiko ( Sudoyo, 2006):

Gambar 3. Bagan Penatalaksanaan dislipidemia dengan faktor resiko tinggi

Gambar 4. Bagan Penatalaksanaan dislipidemia dengan faktor resiko sedang

23

Page 24: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

Gambar 5. Bagan Penatalaksanaan Dislipidemia dengan faktor resiko 0-1

Penatalaksanaan Dislipidemia terdiri dari:

1. Penatalaksanaan Umum

Pilar utama pengelolaan dislipidemia adalah upaya nonfarmakologis yang meliputi

modifikasi diet, latihan jasmani serta pengelolaan berat badan. Terapi diet memiliki tujuan

untuk menurunkan resiko PKV dengan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol serta

mengembalikan kesimbangan kalori, sekaligus memperbaiki nutrisi. Perbaikan keseimbangan

kalori biasanya memerlukan peningkatan penggunaan energi melalui kegiatan jasmani serta

pembatasan asupan kalori (Anwar, 2004)

2. Penatalaksanaan Non- Farmakologi

a. Terapi Nutrisi Medis

Terapi diet dimulai dengan menilai pola makan pasien, mengidentifikasi makanan

yang mengandung banyak lemak jenuh dan kolesterol serta berapa sering keduanya

dimakan. Jika diperlukan ketepatan yang lebih tinggi untuk menilai asupan gizi, perlu

dilakukan penilaian yang lebih rinci, yang biasanya membutuhkan bantuan ahli

gizi.Penilaian pola makan penting untuk menentukan apakah harus dimulai dengan diet

tahap I atau langsung ke diet tahap ke II. Hasil diet ini terhadap kolesterol serum dinilai

setelah 4-6 minggu dan kemudian setelah 3 bulan (Anwar, 2004). Pada pasien dengan

kadar kolesterol LDL atau kolesterol total yang tinggi sebaiknya mengurangi asupan

lemak jenuh. Namun pada pasien ini sebaiknya banyak mengkonsumsi lemak tak jenuh

rantai tunggal dan ganda. Asupan karbohidrat, alkohol dan lemaak perlu dikurangi pada

pasien dengan trigliserid yang tinggi (Sudoyo, 2006).

24

Page 25: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

Tabel 6. Komposisi Tahap I dan Tahap II

b. Aktivitas Fisik

Dari beberapa penelitian diketahui bahwa latihan fisik dapat meningkatkan kadar

HDL dan Apo AI, menurunkan resistensi insulin, meningkatkan sensitivitas dan

meningkatkan keseragaman fisik, menurunkan trigliserida dan LDL, dan menurunkan

berat badan (Azwar, 2004).

Setiap melakukan latihan jasmani perlu diikuti 3 tahap :

1. Pemanasan dengan peregangan selama 5-10 menit

2. Aerobik sampai denyut jantung sasaran yaitu 70-85 % dari denyut jantung maximal

(220 - umur ) selama 20-30 menit .

3. Pendinginan dengan menurunkan intensitas secara perlahan - lahan, selama 5-10

menit. Frekwensi latihan sebaiknya 4-5 x/minggu dengan lama latihan seperti

diutarakan diatas. Dapat juga dilakukan 2-3x/ minggu dengan lama latihan 45-60 menit

dalam tahap aerobik.

Pada prinsipnya pasien dianjurkan melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kondisi

dan kemampuan pasien agar aktivitas ini berlangsung terus-menerus (Sudoyo, 2006).

3. Penatalaksanaan Farmakologi

Pengobatan farmakologi dilakukan bila terjadi kegagalan dengan pengobatan non-

farmakologis. Saat ini didapat beberapa golongan obat yaitu golongan resin, asam nikotinat,

golongan statin, derivat asam fibrat, probutol dan lain-lain namun obat lini pertama yang

danjurkan oleh NCEP-ATP III adalah HMG-CoA reductase inhibitor (Azwar, 2004). Apabila

ditemukan kadar trigliserid >400mg/dl maka pengobatan dimulai dengan golongan asam

fibrat untuk menurunkan trigliserid. Menurut kesepakatan kadar kolesterol LDL merupakan

sasaran utama pencegahan penyakit arteri koroner sehingga ketika telah didapatkan kadar

trigliserid yang menurun namun kadar kolesterol LDL belum mencapai sasaran maka HMG-

CoA reductase inhibitor akan dikombinasikan dengan asam fibrat. Selain itu, terdapat obat

kombinasi dalam satu tablet (Niaspan yang merupakan kombinasi lovastatin dan asam

nikotinik) yang jauh lebih efektif dibandingkan dengan lovastatin atau asam nikotinik sendiri

dalam dosis tinggi (Sudoyo, 2006).

25

Page 26: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

B. Hipertensi

1) Definisi

The Joint National Community on Preventation, Detection evaluation and

treatment of High Blood Preassure 7 dari Amerika Serikat dan badan dunia WHO

dengan International Society of Hipertention membuat definisi hipertensi yaitu

apabila tekanan darah seseorang tekanan sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau

tekanan diastoliknya 90 mmHg atau lebih atau sedang memakai obat anti

hipertensi.

Hipertensi didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya

140 mmHg atau tekanan diastoliknya sedikitnya 90 mmHg. Istilah tradisional

tentang hipertensi “ringan” dan “sedang” gagal menjelaskan pengaruh utama

tekanan darah tinggi pada penyakit kardiovaskular. (Sudoyo, 2006)

Darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah

seseorang berada pada tingkatan diatas normal. Konsekuensi dan keadaan ini

adalah timbulnya penyakit yang menggangu tubuh penderita. Dalam penyakit

hipertensi merupakan masalah kesehatan dan memerlukan penanggulangan

dengan baik. (Sudoyo, 2006)

1. Anatomi Fisiologi

Sistem peredaran darah manusia terdiri atas jantung, pembuluh darah,

dan saluran limfe. Jantung merupakan organ penting yang memompa darah

dan memelihara peredaran melalui saluran tubuh.  Arteri membawa darah dari

jantung. Vena membawa darah ke jantung. Kapiler menggabungkan arteri dan

vena, terentang diantaranya dan merupakan jalan lalu lintas antara makanan

dan bahan buangan. Disini juga terjadi pertukaran gas dalam cairan ekstra

seluler atau intraseluler. Saluran limfe mengumpulkan, menggiring dan

menyalurkan kembali ke dalam limfenya yang dikeluarkan melalui dinding

kapiler halus untuk membersihkan jaringan. Saluran limfe ini juga dapat

dianggap menjadi bagian sistem peredaran.

Denyut arteri adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila

darah dipompa keluar jantung. Denyut ini mudah diraba ditempat arteri

temporalis diatas tulang temporal atau arteri dorsalis pedis di belokan mata

kaki. Kecepatan denyut jantung dalam keadaan sehat berbeda-beda,

dipengaruhi penghidupan, pekerjaan, makanan, umur dan emosi. Irama dan

26

Page 27: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

denyut sesuai dengan siklus jantung jumlah denyut jantung 70 berarti siklus

jantung 70 kali per menit.

2. Tekanan Darah

 Tekanan darah sangat penting dalam sirkulasi darah dan selalu

diperlukan untuk daya dorong yang mengalirkan darah didalam arteri,

arteriola, kapiler dan sistem vena sehingga darah didalam arteri, arteriola,

kapiler dan sistem vena sehingga terbentuk aliran darah yang menetap.

Jantung bekerja sebagai pemompa darah dapat memindahkan darah dari

pembuluh vena ke pembuluh arteri. Pada sirkulasi tertutup aktivitas pompa

jantug berlangsung dengan cara mengadakan kontraksi dan relaksasi sehingga

menimbulkan perubahan tekanan darah dan sirkulasi darah. Pada tekanan

darah didalam arteri kenaikan arteri pada puncaknya sekitar 120 mmHg

tekanan ini disebut tekanan stroke. Kenaikan ini menyebabkan aorta

mengalami distensi sehingga tekanan didalamnya turun sedikit. Pada saat

diastole ventrikel, tekanan aorta cenderung menurun sampai dengan

80 mmHg. Tekanan ini dalam pemeriksaan disebut dengan tekanan diastole.

3. Kecepatan Tekanan

Kecepatan aliran darah bergantung pada ukuran palung dari pembuluh

darah. Darah dalam aorta bergerak cepat, dalam arteri kecepatan berkurang

dan sangat lambat pada kapiler, dalam arteri kecepatan berkurang dan sangat

lambat pada kapiler. Faktor lain yang membantu aliran darah ke jantung

maupun gerakan otot kerangka mengeluarkan tekanan diatas vena, gerakkan

yang dihasilkan pernafasan  dengan naik turunnya diafragma yang bekerja

sebagai pompa, isapan yang dikeluarkan oleh atrium yang kosong sewaktu

diastole menarik darah dari vena dan tekanan darah arterial mendorong darah

maju. Perubahan tekanan nadi pengaruhi oleh faktor yang mempengaruhi

tekanan darah, misalnya pengaruh usia dan penyakit arteriosklerosis. Pada

keadaan arteriosklorosis, elastisitas pembuluh darah kurang bahkan

menghilang sama sekali, sehingga tekanan nadi meningkat.

Kecepatan aliran darah dibagian tengah dan pada bagian tepi (perifer)

yang dekat dengan permukaan bagian dalam dinding arteri adalah sama, aliran

bersifat sejajar yang konsentris dengan arah yang sama jika dijumpai suatu

aliran darah dalam arteri yang mengarah kesegala jurusan sehingga

memberikan gambaran aliran yang yang tidak lancer. Keadaan dapat terjadi

27

Page 28: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

pada darah yang mengatur melalui bagian pembuluh darah yang mengalami

sumbatan atau vasokonstriksi.

2) Etiologi

Berdasarkan penyebab yang mendasari, hipertensi diklasifikasikan menjadi 2,

yaitu:

a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yaitu hipertensi yang tidak

diketahui penyebabnya. Hipertensi primer tidak disebabkan oleh faktor

tunggal dan khusus. Hipertensi ini disebabkan berbagai faktor yang saling

berkaitan. Disebabkan oleh berbagai faktor seperti genetik, lingkungan,

hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, dan faktor-

faktor yang meningkatkan risiko, seperti obesitas, alkohol, dan merokok.

b. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya diketahui.

Penyebabnya banyak disebabkan oleh penyakit ginjal, penggunaan

estrogen, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, sindrom

Cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan

dengan kehamilan dan lain-lain (Corwin, 2009).

Penyebab hipertensi lainnya adalah feokromositoma, yaitu tumor pada

kalenjar adrenal yang menghasilkan hormone edinefrin (adrenalim) atau

noredinefrin (noradrenalin) kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif

(malas), stress, alkohol, atau garam dalam makanan bisa memicu terjadinya

hipertensi pada orang-orang yang memiliki kenaikan yang diturunkan stress

cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu. Jika

stress berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal.

3) Epidemiologi

Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan

tuberkulosis, yakni  mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di

Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007

menunjukan prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 31,7%.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, sebagian besar

kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis. Riskesdas menunjukkan

bahwa 76 persen kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis atau 76 persen

masyarakat belum mengetahui bahwa mereka menderita hipertensi. Hasil

Riskesdas juga menunjukkan, hasil pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun

28

Page 29: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

ke atas menemukan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7 persen dan

yang sudah mengetahui memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) berdasarkan

diagnosis tenaga kesehatan hanya 24 persen (KemenKes RI, 2007).

4) Faktor Resiko

Hipertensi disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat dimodifikasi atau

dikendalikan serta yang tidak dapat dimodifikasi menurut The Joint National

Community on Preventation, Detection evaluation and treatment of High Blood

Preassure dari Amerika Serikat sebagai berikut :

1. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi

Genetik

Individu dengan orangtua hipertensi memiliki resiko dua kali

lebih besar untuk menderita hipertensi. Pada 70-80 % kasus

hipertensi primer didapatkan riwayat hipertensi dalam keluarga.

Umur

Individu yang berusia lebih dari 60 tahun memiliki insidensi

peningkatan tekanan sistolik darah lebih dari 140 mmHg atau

tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg sebesar 50 – 60%.

Jenis Kelamin

Laki-laki memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi

lebih awal dibandingkan wanita. Pada usia 55-64 tahun resiko

menderita hipertensi sebanding antara laki-laki dan wanita.

Penyakit Ginjal

Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara :

- Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah

pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabkan

berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan

darah ke normal.

- Jika tekanan darah menurun, ginjal akan menurunkan

pengeluaran garam dan air, sehingga volume darah

bertambah dan mengembalikan tekanan darah ke normal.

- Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dan

menghasilkan enzim yaitu renin, yang memicu pembentukan

hormon angiotensin, yang selanjutnya memicu pengeluaran

29

Page 30: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

aldosteron. Kelainan yang sering muncul adalah stenosis

arteri renalis yang menyebabkan hipertensi.

2. Faktor yang dapat dimodifikasi

Stress

Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer

dan curah jantung sehingga akan menstimulasi saraf simpatetik.

Obesitas

Intake sodium/natrium

Natrium adalah kation utama dalam cairan extraseluler

konsentrasi serum normal adalah 136 sampai 145 mEg / L, Natrium

berfungsi menjaga keseimbangan cairan dalam kompartemen

tersebut dan keseimbangan asam basa tubuh serta berperan dalam

transfusi saraf dan kontraksi otot. Kelebihan Na yang jumlahnya

mencapai 90-99 % dari yang dikonsumsi, dikeluarkan melalui urin.

Pengeluaran urin ini diatur oleh hormon aldosteron yng dikeluarkan

kelenjar adrenal bila kadar Na darah menurun. Aldosteron

merangsang ginjal untuk mengasorpsi Na kembali. Jumlah Na

dalam urin tinggi bila konsumsi tinggi dan rendah bila konsumsi

rendah.

Merokok

Merokok dapat meningkatkan beban kerja jantung dan

menaikkan tekanan darah. Menurut penelitian, diungkapkan bahwa

merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Nikotin yang terdapat

dalam rokok sangat membahayakan kesehatan, karena nikotin dapat

meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah dan

dapat menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh darah.

Nikotin bersifat toksik terhadap jaringan saraf yang menyebabkan

peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik, denyut

jantung bertambah, kontraksi otot jantung seperti dipaksa,

pemakaian O2 bertambah, aliran darah pada koroner meningkat dan

vasokontriksi pada pembuluh darah perifer.

Aktifitas fisik rendah

30

Page 31: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

5) Klasifikasi dan Manifestasi Klinis

Klasifikasi hipertensi menurut The Joint National Community on

Preventation, Detection evaluation and treatment of High Blood Preassure 7 dari

Ameriak Serikat tahun 2003 :

Tabel 1.1 Klasifikasi Hipertensi JNC 7

Klasifikasi tekanan

darah

Tekanan darah sistolik

(mmHg)

Tekanan darah diastolik

(mmHg)

Normal <120 dan < 80

Prehipertensi 120 – 139 atau 80 – 89

Hipertensi grade I 140 – 159 atau 90 – 99

Hipertensi grade II ≥ 160 atau ≥ 100

6) Penatalaksanaan

Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis

penatalaksanaan:

a. Penatalaksanaan non farmakologis atau perubahan gaya hidup

Modifikasi kebiasaan hidup dilakukan pada setiap penderita hipertensi,

meskipun cara ini tidak dapat dilakukan sebagai cara tunggal untuk setiap

derajat hipertensi, akan tetapi cukup potensial dalam menurunkan faktor risiko

kardiovaskuler dan bermanfaat pula menurunkan tekanan darah. Disamping

itu diharapkan memperbaiki efikasi obat antihipertensi. Keuntungan lain

karena merupakan upaya penatalaksanaan hipertensi yang murah dengan efek

samping minimal.

Menurut The Joint National Community on Preventation, Detection

evaluation and treatment of High Blood Preassure 7, modifikasi kebiasaan

hidup untuk pencegahan dan penatalaksanaan hipertensi adalah sebagai

berikut:

Menurunkan berat badan (index masa tubuh diusahakan 18,5 - 24,9

kg/m2) diperkirakan menurunkan TDS 5-20 mmHg/10 kg penurunan berat

badan.

31

Page 32: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

Diet dengan asupan cukup kalium dan kalsium dengan mengkonsumsi

makanan kaya buah, sayur, rendah lemak hewani dan mengurangi asam

lemak jenuh diharapkan menurunkan TDS 8-14 mmHg.

Mengurangi konsumsi natrium tidak lebih dari 100 mmolU/hari (6 gram

NaCI), diharapkan menurunkan TDS 2-8 mmHg.

Meningkatkan aktifitas fisik misalnya dengan berjalan minimal 30

menit/hari diharapkan menurunkan TDS 4-9 mmHg

Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol. Mengurangi

konsumsi alkohol 2 gelas ( 30 mL ethanol) per hari pada laki-laki dan1

gelas per hari pada wanita dan pasien kurus diharapkan dapat menurunkan

TDS 2–4 mmHg

b. Penatalaksanaan farmakologis atau dengan obat

Pengobatan hipertensi primer ditujukan untuk menurunkan tekanan

darah dengan harapan memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya

komplikasi. Pengobatan ini adalah pengobatan jangka panjang dengan

kemungkinan besar untuk seumur hidup.

Pemilihan obat anti hipertensi menurut harus mempertimbangkan

manfaat utama pengobatan hipertensi, yaitu penurunan tekanan darah itu

sendiri.Terdapat bukti bahwa obat-obat kelas tertentu dapat memiliki efek

berbeda, dan pada kelompok penderita tertentu obat-obatan tidak memiliki

efek samping yang setara, terutama pada individu tertentu.

Kelas-kelas utama obat antihipertensi seperti diuretik, -bocker,

calcium antagonist, ACE inhibitor, ARB dapat dipakai sebagai pilihan awal

dan juga pemeliharaan.Pilihan obat awal menjadi tidak penting karena

kebutuhan untuk menggunakan kombinasi 2 obat atau lebih untuk mencapai

tekanan darah target. Dengan banyaknya bukti-bukti ilmiah, pilihan obat

tergantung banyak faktor, antara lain: pengalaman pasien sebelumnya dengan

obat antihipertensi, harga obat, gambaran risiko, ada tidaknya kerusakan organ

dan penyakit penyerta, serta pilihan pasien.

Obat antihipertensi kerja panjang yang mempunyai efek penurunan

tekanan darah selama 24 jam lebih disukai daripada obat jangka pendek

disebabkan oleh beberapa faktor :

Kepatuhan lebih baik dengan dosis sekali sehari

Pengendalian tekanan darah perlahan-lahan dan persisten

32

Page 33: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

Mendapat perlindungan terhadap faktor risiko seperti kematian

mendadak, serangan jantung, dan stroke, yang disebabkan oleh

peninggian tekanan darah pada saat bangun setelah tidur malam hari.

Obat golongan diuretic, penyekat beta, antagonis kaslsium dan penghambat

enzim konversi angiotensin (penghambat ACE), merupakan antihipertensi yang sering

digunakan pada pengobatan.

1. Diuretik

Mempunyai efek antihipertensi dengan cara menurunkan volume ekstraseluler dan

plasma sehingga terjadi penurunan curah jantung.

2. Golongan penghambat simpatetik

Penghambatan aktivitas simpatik dapat terjadi pada pusat vasomotor otak seperti

pada pemberian metildopa dan klonidin atau pada ujung saraf perifer seperti

reserpin dan guanetidin. Metildopa mempunyai efek antihipertensi dengan

menurunkan tonus simpatik secara sentral.

3. Penyekat beta

Mekanisme antihipertensi obat ini adalah melalui penurunan curah jantung

dan penekanan sekresi renin. Obat ini dibedakan dalam 2 jenis : yang menghambat

reseptor beta 1 dan yang menghambat reseptor beta 1 dan 2. Penyekat beta yang

kardioselektif berarti hanya menghambat reseptor beta 1, akan tetapi dosis tinggi

obat ini juga menghambat reseptor beta 2 sehingga penyekat beta tidak dianjurkan

pada pasien yang telah diketahui mengidap asthma bronchial. Kadar renin pasien

dapat dipakai sebagai prediktor respons antihipertensi penyekat beta karena

mekanisme kerjanya melalui sistem renin-angiotensin.

4. Vasodilator

Yang termasuk golongan ini adalah doksazosin, prazosin, hidralazin,

minoksidil, diazoksid, dan sodium nitropusid. Obat golongan ini bekerja langsung

pada pembuluh darah dengan cara relaksasi otot polos yang akan mengakibatkan

penurunan resistensi pembuluh darah. Hidralazin, minoksidil, dan diazoksid bekerja

pada arteri sehingga penurunan resistensi pembuluh darah akan diikuti oleh

peninggian aktivitas simpatik, yang akan menimbulkan takikardia, dan peninggian

kontraktilitas otot miokard yang akan mengakibatkan peningkatan curah jantung.

5. Penghambat enzim konversi angiotensin

33

Page 34: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

Yang pertama kali digunakan dalam klinik adalah enalapril dan captopril.

Captopril yang dapat diberikan peroral menurunkan tekanan darah dengan cara

menghambat enzim konversi angiotensin sehingga terjadi penurunan kadar

angiotensin II, yang mengakibatkan penurunan aldosteron dan dilatasi arteriol.

Selain itu, obat ini menghambat degradasi bradikinin yang merupakan vasodilator

kuat yang akan memperkuat efek antihipertensinya. Pada hipertensi ringan dan

sedang dapat diberikan dosis 2 kali 12,5 mg tiap hari. Dosis yang biasa adalah 25-

50 mg tiap hari. Pada saat ini sudah beredar obat penghambat enzim konversi

angiotensin yang lain seperti lisinopril, fosinopril, ramipril, silazapril, benazepril,

kuinopril, dan delapril.

6. Antagonis kalsium

Hubungan antara kalsium dengan system kardiovaskuler telah lama diketahui.

Aktivitas kontraksi otot polos pembuluh darah diatur oleh kadar ion kalsium (Ca2+)

intraseluler bebas yang sebagian besar berasal dari ekstrasel dan masuk melalui

saluran kalsium (calcium channels). Peningkatan kontraktilitas otot jantung akan

mengakibatkan peninggian curah jantung. Hormon-presor seperti angiotensin, juga

akan meningkat efeknya oleh pengaruh kalsium. Berbagai faktor tersebut

berpengaruh terhadap peningkatan tekanan darah.

Kombinasi dan penggunaan pemilihan antihipertensi menurut The Joint National

Community on Preventation, Detection evaluation and treatment of High Blood

Preassure 7 adalah :

34

Page 35: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

Tabel 2.2 Obat antihipertensi pada kondisi tertentu

35

Page 36: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

Tabel 2.3 Penatalaksanaan hipertensi JNC 7

Klasifikasi

tekanan

darahT

DS

mm

Hg

TD

Dm

mH

g

Perubaha

n

gaya

hidup

Terapi obat awal

Tanpa Indikasi yang

Memaksa

Dengan Indikasi

yang Memaksa

Normal <120 Dan < 80 Dianjurkan

Pre-

hipertensi

120-139 Atau

80-89

Ya Tidak ada obat

antihipertensi yang

dianjurkan

Obat-obatan untuk

compelling

indication

Hipertensi

Stadium 1

140-159 Atau

90-99

Diuretika jenis thiazide

untuk sebagian besar,

dapat dipertimbangkan

ACEI, ARB, OB,

CCB, atau kombinasi.

Obat

antihipertensi

lainnya (diuretika,

ACEI, ARB, PB,

CCB) sesuai

kebutuhan

Hipertensi

Stadium 2

160 atau

100

Kombinasi 2 obat

untuk sebagian besar

(umumnya jenis

thiazide dan ACEI atau

AR atau (BB atau

CCB)

Obat

antihipertensi

lainnya (diuretika,

ACEI, ARB, Bb,

CCB) sesuai

kebutuhan

36

Page 37: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

37

Gambar 2. 3Alur penatalaksanaan hipertensi menurut JNC 7

TIDAK MENCAPAI TARGET

Optimalkan dosis atau berikan tambahan obat sampai target tekanan darah tercapai, pertimbangkan konsultasi dengan ahli

hipertensi

Tanpa indikasi yang memaksa (without compelling indications)

Obat-obat untuk indikasi yang

memaksa (compelling indications)

Obat antihipertensi lain sesuai kebutuhan

diuretika, ACEI, ARB, βB, CCB)

Hipertensi stage 2 (TDS 160 atau TDD

100 mmHg)

Kombinasi 2 obat untuk sebagian besar

kasus (umumnya diuretika jenis

thiazide dan ACEI, atau ARB, atau βB,

atau CCB

Hipertensi stage 1 (TDS 140-159 atau TDD 90-

99 mmHg)

Diuretika jenis thiazide untuk sebagian besar

kasus

Dapatdipertimbangkan ACEI, ARB, βB, CCB,

atau kombinasi

Dengan indikasi yang memaksa (with

compelling indications)

PILIHAN OBAT AWAL

Tidak mencapai target tekanan darah (< 140/90 mmHg) (<130/80 untuk penderita diabetes atau

penyakit ginjal kronik)

Modifikasi gaya hidup

Page 38: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

C. Kecemasan

1) Definisi

Kecemasan adalah rasa khawtir, takut yang tidak jelas sebabnya. Pengaruh

kecemasan terhadap tercapainya kedewasaan, merupakan masalah penting dalam

perkembangan kepribadian. Kecemasan merupakan kekuatan yang besar dalam

menggerakkan tingkah laku, baik tingkah laku yang normal maupun tingkah laku

yang menyimpang, yang terganggu. Keduanya merupakan pernyataan,

penampilan, penjelmaan, dari pertahananan terhadap kecemasan itu (Ibrahim,

2007)

Kecemasan adalah suatu keadaan tidak tentram dimana pasien merasakan

adanya bahaya yang akan datang. Ini adalah respons dasar terhadap segala macam

stress. Kecemasan dan ketakutan adalah reaksi umum terhadap stress penyakit.

Perasaan hilang kendali, bersalah dan frustasi juga turut berperan dalam reaksi

emosional pasien. Penyakit membuat pasien merasa tidak berdaya. Menyadari

akan terjadinya kematian tubuh membuat pasien merasa cemas sekali (Ibrahim,

2005)

2) Etiologi

Faktor predisposisi yang mungkin dihubungkan dengan perkembangan

gangguan kecemasan. Faktor-faktor ini meliputi predisposisi herediter, kelainan

neurokimia gigih, seperti hipertiroid: penyakit fisik memproduksi ketakutan terus-

menerus kematian, seperti 6 dalam kasus mitral valve prolapse: trauma

perkembangan memproduksi kerentanan khusus, pengalaman sosial atau

interpersonal yang memadai yang diperlukan untuk memperoleh mekanisme

bertahan matang, kontraproduktif pola kognitif dalam bentuk tujuan realistis, nilai,

atau set kepercayaan, dan eksposur terhadap stresor psikologis yang

ekstrim(Ibrahim, 2005). Faktor tambahan yang berkontribusi pada timbulnya

gangguan kecemasan adalah penyakit fisik kronis, terus-menerus,

paparandihindari untuk zat beracun, paparan berulang terhadap bahaya fisik atau

psikologis, kronis, paparan berbahaya untuk kritik halus, ancaman dan

ketidaksetujuan dan stressor eksternal khusus menimpa spesifik kerentanan

emosional, seperti dalam kasus individu otonom kecemasan dipaksa agar sesuai

dengan norma-norma yang ketat dari kelompok teraturkaku. Setiap faktor

38

Page 39: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

sebelumnya sendiri atau dalam kombinasi interaktif dengan orang lain bisa

dianggap penyebab gangguan kecemasan.

3) Gejala

Gejala kecemasan yang lazim dijumpai adalah sulit tidur, mimpi buruk, sering

buang air kecil, palpitasi, kelelahan, rasa nyeriyang samara-samar, parestesia, dan

sesak napas (Sinopsis psikiatri).

Menurut Ibrahim (2007) gejala kecemasan sebagai berikut:

a. Gejala Fisik

1) Otot, kaku, tegang, terasa pegal.

2) Panca indra, otot mata yang mengatur lensa bekerja berlebihan sehingga mata

lelah, telinga berdenging.

3) Sistem kardiovaskular, jantung berdebar-debar, tekanan darah meningkat.

4) Sistem pencernaan, mules, mual, diare

5) Sistem saluran kemih, sering berkemih.

6) Sistem reproduksi, pada wanita berupa gangguan menstruasi, pada pria berupa

disfungsi ereksi & gairah terganggu.

7) Kulit, terasa panas, dingin, gatal.

b. Gejala Psikis

1) Sangat mengantisipasi segala sesuatu.

2) Iritabel (mudah marah).

3) Tertekan, gelisah, sulit relaks, mudah lelah, dan terkejut.

4) Takut.

4) Ukuran Skala Kecemasan

Menurut Hamilton Anxiety Rating Scale kecemasan diukur melalui

14 indikator, yang meliputi:

a. Perasaan cemas. Berupa cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, dan

mudah tersinggung.

b. Ketegangan. Merasa tegang, lesu, tidak dapat beristirahat dengan tenang, mudah

terkejut, mudah menangis, gemetar dan gelisah.

c. Ketakutan. Ketakutan pada gelap, ketakutan ditinggal sendiri, ketakutan

padabinatang besar, ketakutan pada kerumunan orang banyak, ketakutan pada orang

asing, ketakutan pada keramaian lalu lintas.

39

Page 40: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

d. Gangguan tidur. Sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidak tidur

nyenyak, mimpi buruk, mimpi yang menakutkan.

e. Gangguan kecerdasan. Daya ingat buruk, sulit konsentrasi, sering binggung.

f. Perasaan depresi. Kehilangan minat, sedih, bangun dini hari, kurang senang pada

hobi, perasaan yang berubah sepanjang hari.

g. Gejala somatik. Nyeri pada otot, kaku, kedutan otot, gigi gemertak, suara berubah.

h. Gejala sensorik. Telinga berdengung penglihatan kabur, merasa lemah, perasaan

ditusuk-tusuk, muka merah dan pucat.

i. Gejala kardiovaskuler. Berdebar-debar, nadi cepat, nyeri pada dada, denyut nadi

mengerut, rasa lemah seperti mau pingsan, detak jantung hilang sekejap.

j. Gejala pernafasan. Rasa tertekan pada dada, perasaan tercekik, merasa nafas pendek

atau sesak, sering menarik nafas panjang.

k. Gejala gastrointestinal. Saat menelan, mual, muntah, perut melilit, gangguan

pencernaan, nyeri lambung sebelum/sesudah makan, rasa panas pada perut, berat

badan turun, sukar buang air besar, berat badan menurun.

l. Gejala urogenital. Sering kencing, tidak dapat menahan kecing, anemorhea,

menstruasi yang tidak teratur, frigiditas.

m. Gejala otonom. Mulut kering, mudah berkeringat, pusing/sakit kepala, bulu roma

berdiri, muka kering.

n. Penampilan saat wawancara. Gelisah, tidak tenang, jari gemetar, mengerutkan dahi

atau kening, muka tegang, tonas otot meningkat, nafas pendek dan cepat, muka

merah.

40

Page 41: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

BAB III

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

Nama : Ny.S

Tanggal lahir : 01 Maret 1940

Umur : 74 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : no. 473 RT 23 RW 04, Kelurahan Suryotarunan, Kecamatan

Ngampilan, Yogyakarta

Pendidikan terakhir : D1

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tanggal masuk : 10 Desember 2014

Kunjungan Rumah I : 10 Desember 2014

Kunjungan Rumah II : 11 Desember 2014

B. Anamnesis ( tanggal 10 Desember 2014 pukul 10.00)

1. Keluhan Utama

Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan kaku pada jari-jari tangan.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Puskesmas Ngampilan dengan keluhan kaku pada jari-jari

tangan dan terasa nyeri. Keluhan ini dirasakan sudah sejak 3 bulan yang lalu. Keluhan

lain seperti “semengkring” pada kedua kaki. Pasien sudah beberapa kali

memeriksakan diri ke Puskesmas dan dikatakan sakit kolesterol. Sakitnya mereda

setelah minum obat namun beberapa bulan akan timbul lagi penyakit yang sama.

Pasien juga mengaku mempunyai penyakit tekanan darah tinggi, sampai saat ini

masih mengonsumsi obat anti hipertensi secara rutin yang didapat dari puskesmas.

2. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat stroke disangkal

Riwayat diabetes mellitus disangkal

Riwayat asam urat tinggi sejak 6 bulan yang lalu

41

Page 42: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

Riwayat penyakit jantung disangkal

Riwayat penyakit ginjal disangkal

Riwayat penyakit hati disangkal

Riwayat alergi obat disangkal

3. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat stroke disangkal

Riwayat hipertensi disangkal

Riwayat diabetes mellitus terjadi pada kakak pasien

Riwayat penyakit jantung disangkal

Riwayat penyakit ginjal disangkal

Riwayat penyakit hati disangkal

Riwayat alergi obat disangkal

4. Riwayat personal sosial lingkungan

Pasien tidak bekerja, hanya ibu rumah tangga tapi aktif dalam organisasi sebagai

kader kesehatan dimulai sejak umur 40 tahun.

Riwayat perkawinan, pasien menikah pada usia 19 tahun. Pasien menikah dengan

pria berumur 20 tahun saat itu. Pernikahan berjalan dengan bahagia dan dikaruniai

3 anak. Pada tahun 2013, suami pasien meninggal dunia.

Pasien merasa bergaul baik dangan lingkungannya, bahkan pasien merasa

keberlangsungan hidupnya tak lepas dari dorongan masyarakat dan keluarganya

yang terus memberinya support baik secara material berupa uang, barang, dan

makanan maupun immaterial.

Pasien mengaku memiliki pola makan yang teratur setelah konsul dengan bagian

gizi.

Riwayat merokok disangkal.

Riwayat mengkonsumsi alkohol disangkal.

Riwayat mengkonsumsi Obat-obatan terlarang disangkal.

Riwayat berolahraga, pasien sering berjalan kaki setiap kali ada kegiatan

organisasi di tempat tinggalnya.

42

Page 43: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

5. Anamnesis Sistemik

Sistem inteegumentum : tidak ada keluhan

Sistem muskuloskeletal : pasien mengeluhkan tangan dan kaki kiri terasa kaku

dan “semengkring”

Sistem gastrointestinal : tidak ada keluhan

Sistem neurologis : tidak ada keluhan

Sistem kardiovaskular : tidak ada keluhan

6. Anamnesis Ilnes

Perasaan : Pasien ini merasa khawatir akan penyakitnya dan khawatir akan

menjadi penyakit jantung.

Pemikian : Menurut pasien, penyakitnya bisa sembuh asalkan dirinya mengatur

pola makan yang sehat disertai dengan olahraga.

Harapan : Pasien menginginkan sembuh atau kadar kolesterolnya kembali

membaik serta trigliserida juga membaik hanya dengan minum obat yang diberi

oleh dokter tanpa pengaturan pola makan.

Efek terhadap fungsi sosek : Apabila pasien merasa penyakitnya kambuh,

pasien terpaksa tidak bisa ikut dalam organisasi.

B. Pemeriksaan Fisik (10 Desember 2014 pukul 10.00)

Kesan Umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tanda utama (vital sign) :

Tekanan darah : 140/90 mmHg

Nadi : 86 x/menit, teratur, isi dan tegangan cukup

Suhu badan : 36,5oC

Pernafasan : 20 x/menit

Berat Badan : 71 kg

Tinggi Badan : 155 cm

IMT : 71/(1,55)2 = 29,5 Overweight ( kriteria WHO, 2004)

Pemeriksaan Kulit : Turgor dan elastisitas dalam batas normal, kelainan kulit (-), sianosis (-)

43

Page 44: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

Pemeriksaan kepala

Bentuk kepala : Mesosefal

Rambut : Lurus, Warna hitam bercampur putih, distribusi merata

Pemeriksaan mata

Palpebra : Edema (-/-)

Exoftalmus : Tidak didapatkan

Konjungtiva : Anemis (-/-)

Sklera : Ikterik (-/-)

Pupil : Reflek cahaya (+/+), isokor

Lensa : Jernih (+/+)

Visus : tidak dilakukan

Oftalmoskop : tidak dilakukan

Pemeriksaan Telinga : Otore (-/-), nyeri tekan (-/-), serumen (-/-)

Pemeriksaan Hidung : Sekret (-/-), epistaksis (-)

Pemeriksaan Leher

Kelenjar tiroid : Tidak membesar

Kelenjar lnn : Tidak membesar, nyeri (-)

Retraksi suprasternal : (-)

JVP : tidak meningkat

Tidak teraba adanya muskulospasme leher.

44

Page 45: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

Pemeriksaan Jantung :

Tabel 3.1 Pemeriksaan Jantung Ny. S

Inspeksi Iktus kordis tidak tampak

Palpasi Iktus kordis teraba pada sela iga ke 5 linea

midclavicula kiri, teraba tidak kuat angkat

Perkusi Batas jantung

Kanan atas: SIC II linea para sternalis kanan.

Kiri atas: SIC II linea para sternalis kiri.

Kananbawah: SIC IV linea para sternalis kanan.

Kiri bawah: SIC V linea midklavikula kiri.

Auskultasi S1 & S2 reguler, Bising jantung (-)

45

Page 46: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

Pemeriksaan Thorax:

Tabel 3.2 Pemeriksaan thorax Ny. S

Depan

Kanan Kiri

Inspeksi : Retraksi (-)

Palpasi : Ketinggalan gerak (-).

Perkusi : Sonor pada seluruh

lapang paru

Auskultasi :

Suara dasar: vesikuler

Suara tambahan : Ronkhi

kering (-), wheezing(-),

krepitasi(-)

Inspeksi : Retraksi (-)

Palpasi:Ketinggalan gerak (-).

Perkusi: Sonor pada seluruh

lapang paru

Auskultasi :

Suara dasar: vesikuler

Suara tambahan: Ronkhi

kering (-), wheezing(-),

krepitasi(-)

Belakang

Kanan Kiri

Inspeksi : sikatrik (-)

Palpasi : ketinggalan gerak

(-).

Perkusi : sonor

Auskultasi :

Suara dasar : vesikuler

Suara tambahan :

Ronkhi kering (-),

wheezing(-), krepitasi(-)

Inspeksi : sikatrik (-)

Palpasi : ketinggalan gerak

(-).

Perkusi : sonor

Auskultasi :

Suara dasar :

vesikuler

Suara tambahan :

Ronkhi kering (-),

wheezing(-),krepitasi(-)

46

Page 47: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

Pemeriksaan Abdomen

Tabel 3.3 Pemeriksaan Abdomen Ny. S

Inspeksi: Bentuk bulat, defans muskular (-), sikatrik (-)

Auskultasi

:

Peristaltik usus (+) normal

Palpasi: Nyeri tekan abdomen (-), Hepatomegali (-),

nyeri tekan hepar (-), lien tak teraba membesar,

nyeri lepas tekan (-), massa (-), Nyeri tekan

suprapubik (-), Murphy sign tidak diperiksa

Perkusi: Timpani, nyeri ketok kostovertebra (-),pekak

beralih (-), undulasi (-)

Pemeriksaan Ekstremitas

Tabel 3.4 Pemeriksaan Ekstrimitas Ny. S

Tungkai Lengan

Kanan Kiri Kanan Kiri

Gerakan

Tonus

Trofi

Bebas

Normal

Eutrofi

Bebas

Normal

Eutrofi

Bebas

Normal

Eutrofi

Bebas

Normal

Eutrofi

47

Page 48: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

Edema

Akral

Nyeri

Pale

Pulsatil

Pembengkakan sendi

Tofu

Tremor

Kekuatan

-

Hangat

-

-

Normal

-

-

-

5

-

Hangat

-

-

Normal

-

-

-

5

-

Hangat

-

-

Normal

-

-

-

5

-

Hangat

-

-

Normal

-

-

-

5

48

Page 49: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

D. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang :

Kolesterol total

Trigliserida serum

E. Analisis Kunjungan Rumah

1. Kondisi Pasien

Saat kunjungan rumah yang pertama, pasien mengaku bahwa pasien sudah meminum

obat dari Puskesmas. Keadaan umum pasien terlihat baik. Dari pemeriksaan fisik

didapatkan tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 84x/menit dan frekuensi pernafasan

20x/menit dengan suhu 36,50C. Saat kunjungan rumah kedua, pasien mengatakan

bahwa obat dari Puskesmas masih ada dan akan kontrol kembali di Puskesmas jika

obat habis. Keadaan umum pasien terlihat baik. Dari pemeriksaan fisik didapatkan

tekanan darah 130/80 mmHg.

2. Pekerjaan Pasien

Ibu Rumah Tangga.

3. Keadaan Rumah

a. Lokasi

Rumah terletak lingkungan padat penduduk, beralamat di RT 23 RW 04,

Kelurahan Suryotarunan , Kecamatan Ngampilan, Yogyakarta. Rumah pasien

tidak berlokasi di tempat yang berbahaya.

Gambar 4.1 Peta rumah Ny. S

Keterangan: Rumah pasien

Puskesmas

49

Page 50: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

b. Kondisi rumah

Dibangun dari batu bata dengan semen beton dan terkesan kokoh. Lantai

rumah dari keramik, dinding rumah terbuat dari tembok dan atap rumah terbuat

dari genteng dengan luas bangunan ± 63 m2. Rumah adalah rumah milik sendiri.

Kebersihan di dalam rumah terkesan kurang bersih, ada dibeberapa bagian

letak barang-barang kurang rapi dan berdebu. Penempatan barang juga kurang

sesuai karena keterbatasan tempat. Didepan rumah tampak bersih.

Kepemilikan barang di rumah adalah 2 meja panjang, 1 meja tamu, 2 kasur, 1

lemari, 1 set meja panjang untuk meletakkan peralatan makan sederhana dan

50

Keterangan gambar :

= pintu = tempat cuci piring

= jendela

= sumur

= ventilasi

= batas ruangan tanpa sekat

Kamar Tidur

Kamar tidur

Ruang tamu

Ruang penempatan berbagai barang

Tempat tidur

Ruang Cuci Baju

4 m

Kamar mandi Dapur

Tempat menyimpan

pakaian

Skala 1: 200

U

1,5

3 m

9 m

7,5 m

3 m

3 m

3 m

Page 51: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

peralatan dapur. Alat elektronik yang ada di rumah adalah sebuah televisi

berwarna ukuran 28 inchi dan sebuah setrika.

c. Pembagian ruangan

Rumah dihuni oleh 4 orang, yaitu 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 dapur, 1

kamar mandi, 1 tempat cuci baju dan piring.

d. Ventilasi

Tabel 4.1 Pengukuran ventilasi rumah Ny. K

Ruang

UkuranUkuran

RuanganPerbandingan

Ket.

Jendela

Ventilasi

Ruang tamu

- - 6,0 x 2,0 m2 <25%

Kamar I 1x0,5 m

- 3,0 x 2,0 m2 <25%

Tempat pakaian

- 1 x 0,75 2,5 x 1,75 m2 <25%

Ruang setrika

- - 1 x 1 m2 <25%

Ruang barang

- - 1,0 x 4,0 m2 <25%

Dapur - - 1 x 1,75 m2 <25%

Kamar mandi

- - 1,5x 1,25 m2 < 25% WC (+) jongkok

Dapat disimpulkan bahwa rumah Ny. N kurang baik dalam hal ventilasi dan

perbandingan luas jendela dengan luas ruangan. Terasa lembab di dalam ruangan

yang tidak berjendela.

e. Pencahayaan

Pencahayaan terkesan cukup pada kamar yang berjendela. Sulit dilakukan

kegiatan membaca di ruangan yang tidak berjendela (di siang hari tanpa lampu).

Daya listrik yang dipakai pada rumah adalah 500 watt. Daya listrik cukup untuk

keperluan sehari-hari.

51

Page 52: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

f. Sanitasi Dasar

Sumber air bersih

Sumber air yang digunakan untuk minum, mandi dan mencuci berasal dari

sumur yang diambil dari pompa listrik. Sumur menggunakan pelindung dan

ditutup. Jarak antara sumur dengan resapan lebih dari 10 meter.

Tabel 4.2 Penilaian sanitasi

No. Pertanyaan Jawaban

1. Apakah ada jamban dalam jarak 10 m sekitar sumur yang

dapat menjadi sumur pencemaran?

Tidak

2. Apakah ada sumber pencemaran lain dalam jarak 10 m

dari sumur?

Tidak

3. Apakah ada/sewaktu-waktu ada genangan air dalam jarak

2 m sekitar sumur?

Tidak

4. Apakah saluran pembuangan rusak/tidak ada? Tidak

5. Apakah lantai semen yang mengitari sumur mempunyai

radius kurang dari 1 m?

Tidak

6. Apakah ada/sewaktu-waktu ada air di atas lantai semen

sekeliling sumur?

Ya

7. Apakah ada keretakan pada lantai sekitar sumur yang

memungkinkan air merembes ke dalam sumur?

Tidak

8. Apakah ember dan tali timba sewaktu-waktu diletakkan

sedemikian rupa sehingga memungkinkan pencemaran?

Tidak

9. Apakah bibir sumur (cincin) tidak sempurna sehingga

memungkinkan air merembes ke dalam sumur?

Tidak

Kesimpulanya adalah sumur layak sehingga ideal untuk digunakan sebagai sumber air

minum, mandi dan mencuci.

Jamban keluarga

52

Page 53: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

Pasien memiliki jamban keluarga dirumahnya (WC jongkok). Kondisi jamban

mudah dibersihkan, mudah diglontor, lokasinya menjadi satu dengan rumah,

memiliki septic tank yang tahan resapan.

Saluran pembuangan air limbah (SPAL)

Saluran pembuangan lancar dan resapan air baik. Septic tank berada dibagian

belakang rumah.

Tempat sampah

Tempat sampah terletak di ruang dapur, terbuat dari ember plastik, tidak

tertutup,dengan diameter 20 cm dan tinggi 35 cm, tidak ada lalat beterbangan

disekitarnya, dan pembuangan sampah dilakukan oleh pasien sendiri setiap

hari ke tempat pembuangan sampah yang jaraknya kira-kira 30 m dari rumah

pasien.

Halaman

Rumah pasien tidak memiliki halaman dan teras menyambung dengan jalan

atau gang umum.

F. Analisis Keluarga

1. Genogram

Anggota keluarga yang berada di satu rumah yaitu:

Tabel 4.3 Anggota keluarga satu rumah

Nama Kedudukan

dalam

keluarga

L/P Umu

r (th)

Pendidikan Pekerjaan Pasien

KDK

S Ibu P 74 Diploma 1 Tidak

Bekerja

A Anak kedua L 48 Sarjana Karyawan

S Menantu

kedua

P 47 SMA IRT

S Cucu anak

kedua

P 15 SMA Buruh

53

Page 54: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

Genogram keluarga Ny. S

D

74 th Ny.S

47 th Ibu S 48 th Bp.A

3939 C

B

15 th An. S

Legend:

B: Breadwinner Tinggal dalam satu rumah

C: Caregiver Pasien

D: Decision Maker

Tabel 4.4 Penilaian APGAR

Penilaian

Hampir

tidak

pernah

KadangHampir

selalu

Saya puas dengan keluarga saya karena

masing-masing anggota keluarga sudah

menjalankan kewajiban sesuai dengan

seharusnya.

Saya puas dengan keluarga saya karena

dapat membantu memberikan solusi

54

DM

2013

Page 55: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

terhadap permasalahan yang saya hadapi.

Saya puas dengan kebebasan yang

diberikan keluarga saya untuk

mengembangkan kemampuan yang saya

miliki.

Saya puas dengan kehangatan / kasih

sayang yang diberikan keluarga saya.√

Saya puas dengan waktu yang disediakan

keluarga untuk menjalin kebersamaan√

TOTAL 8

Skoring: hampir selalu: 2, kadang:1, hampir tidak pernah:0

8-10 : fungsi keluarga sehat (high functional family) 4-7 : kurang sehat (moderate dissfunctional family) 0-3 : sakit (severe dissfunctional family)

Dapat disimpulkan bahwa fungsi keluarga ini adalah fungsi keluarga sehat.

3. Family Map Bp. A 48 th

Ny. N

Ny. S 74 th

An. S 15 th Ny.S 47 th

gambar 4.4

Keterangan: fungsion.

4. Family Life Cycle

Menurut Duvall, 1967 Tahap VII: di mana pada tahap ini anak telah

meninggalkan keluarga. Yang tinggal hanyalah suami istri dengan usia menengah. Pada

55

N

Page 56: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

kasus ini suami Ny. N telah meninggal dunia 1 tahun yang lalu dan memiliki tiga orang

anak, anak pertama dan ketiga tidak berada satu rumah dan mencari ladang pekerjaan

diluar kota.

56

Page 57: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

5. Analisis SCREEM

Tabel 4.5 Penilaian SCREEM

Aspek Sumber Daya Patologi

Sosial Seluruh anggota keluarga berinteraksi

dengan baik dengan masyarakat

sekitar

Kultural Seluruh anggota keluarga tidak

percaya pada hal-hal mistik. Seluruh

anggota keluarga menghormati budaya

jawa

Religi Seluruh anggota keluarga beribadah

khusuk dan tertib sesuai dengan

tuntunan

Ekonomi Semua anak sudah bekerja dan

mempunyai pekerjaan tetap

Pendidikan Pasien berpendidikan cukup, begitu

pula dikeluarganya

Kesehatan Kesadaran pasien akan pentingnya

kesehatan cukup bagus, dilihat dari

rutinnya pasien untuk kontrol

penyakitnya ke puskesmas

Pasien sudah memilik kartu

JAMKESDA untuk berobat

Dapat dilihat dari tabel SCREEM bahwa dalam semua bidang keluarga ini

tidak kurang sumber daya. Hanya diperlukan edukasi untuk lebih menambah

pengetahuan dan menambah kesemangatan bekerja dan memahami penyakitnya

sehingga kualitas keluarga ini menjadi lebih baik.

57

Page 58: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

Tabel 4.6 Pedoman Umum Gizi Sehari-hari (PUGS)

No.

PUGS Jawaban

Skor

1 Makanlah beraneka ragam makanan. Ya 1

2 Makan makanan untuk memenuhi kecukupan energi.

Ya 1

3 Makan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi.

Ya 1

4 Batasi konsumsi lemak dan minyak seperempat dari kebutuhan energi.

Ya 1

5 Gunakan garam beryodium Tidak 0

6 Makanlah makanan sumber zat besi. Ya 1

7 Berikan Air Susu Ibu (ASI) saja (ASI Eksklusif) sampai bayi umur 6 bulan

- -

8 Biasakan makan pagi. Tidak 0

9 Minumlah air bersih dan aman yang cukup.

Ya 1

10 Lakukan aktivitas fisik dan olahraga secara teratur.

Ya 1

11 Hindari minum minuman berakohol. Ya 1

12 Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan.

Ya 1

13 Bacalah label pada makanan yang dikemas.

Tidak 0

TOTAL 9 (69%)

a. Higiene dan sanitasi lingkungan

Karena jarak antara sumur resapan dan sumur sumber air >10 meter, maka sanitasi

dasar sudah memenuhi syarat. Di sekitar rumah pasien tidak ditemukan genangan

air yang dapat menjadi tempat berkembangnya nyamuk. Sampah juga sudah ada

tempatnya, tidak berserakan dimana-mana.

b. Penggunaan pelayanan kesehatan

58

Page 59: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

Pasien dan keluarganya menggunakan pelayanan kesehatan di Puskesmas dengan

pembiayaan JAMKESDA.

8. Identifikasi Lingkungan Hidup Keluarga

Rumah pasien terletak di lingkungan yang cukup mengutamakan hygiene dan

sanitasi, karena pembuangan sampah sudah teratur, selokan tertata rapi, kebiasaan

masyarakat menjaga kebersihan badan dan lingkungan juga baik serta jarak sumur

sumber air dengan resapan cukup.

Tabel 4.7 Identifikasi Masalah Perilaku Hidup Bersih Sehat

No

.

Kriteria yang dinilai Jawaban Skor

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan. - -

2. Memberi ASI ekslusif. - -

3. Menimbang balita setiap bulan. - -

4. Menggunakan air bersih. Ya 1

5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun. Ya 1

6. Menggunakan jamban sehat. Ya 1

7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu. Tidak 0

8. Makan buah dan sayur setiap hari. Ya 1

9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari. Ya 1

10. Tidak merokok di dalam rumah. Ya 1

Interpretasi: Total skor adalah 6 yang berarti keluarga Ny. N sudah menerapkan PHBS

denganbaik.

59

Page 60: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

9. Pelaksanaan program pembinaan

Tanggal Kegiatan yang dilakukan Hasil kegiatan

10 Desember

2014

Anamnesis perjalanan

penyakit dan pemeriksaan

fisik, kelengkapan data KMS

dan menilai kondisi rumah

Mengetahui proses

perjalanan penyakit (RPD)

dan mengetahui kondisi

lingkungan rumah

11 Desember

2014

Follow up anamnesa dan pemeriksaan fisik.Konseling

pasien mengenai penyakitnya.

Edukasi tentang penyakit dan gaya hidup.

Menjelaskan pentingnya

kontrol rutin dan konsultasi

ke pelayanan kesehatan.

Pasien dan keluarga lebih paham mengenai

penyakitnya dan akan mengikuti saran untuk

mencegah kenaikan kolesterol, trigliserida, dan

tekanan darah.

Pasien akan rutin kontrol ke puskesmas untuk

memantau kolesterol, trigliserida, dan tekanan

darah. Pasien sudah mengerti dan mau

menerapkan pola hidup sehat

60

Page 61: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

10. Prioritas masalah keluarga

No. Masalah yang

terjadi pada

keluarga

Rencana Pembinaan Sasaran

pembinaan

1. Rumah kurang

ventilasi

Memberi tahu bahwa kondisi

ventilasi rumah kurang baik dan

memberi saran mengenai bagaimana

ventilasi rumah yang seharusnya

Keluarga

pasien

Pasien

2. Pasien sebagai

penderita

dislipidemia dan

hipertensi.

Memberi edukasi supaya

mengkonsumsi makanan yang

rendah lemak, rendah garam dan

banyak buah dan sayur serta

memberi edukasi untuk hidup sehat

dengan olahraga teratur dan istirahat

cukup

Pasien

Keluarga

pasien

3 Stress Psikososial Memberikan edukasi tentang bahwa

selalu mensyukuri nikmat dan semua

itu ditentukan Allah SWT.

Pasien

E. Diagnosis Kerja

Dislipidemia

Hipertensi primer grade I

F. Diagnosis Banding

Osteo Arthritis

Rheumatoid Arthritis

61

Page 62: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

G. Diagnosis Holistik

Dislipidemia dan Hipertensi grade I terkontrol pada lansia 74 tahun dengan

kecemasan terhadap keluhan atau penyakitnya.

H. Terapi

1. Farmakoterapi

R/ Gemfibrozil 300 mg no. X

ʃ 0 - 0 - 1

R/ Amlodipin 5mg no. X

ʃ 1 - 0 - 0

R/ Meloxicam 7,5 mg no. VI

ʃ 1 dd tab 1

62

Page 63: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

BAB IV

PEMBAHASAN

Analisis Kasus

Diagnosis kerja pada pasien ini adalah Dislipidemia dan hipertensi grade 1. Diagnosis

ini diperoleh berdasarkan informasi yang didapat saat anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Pada anamnesis didapatkan keluhan seperti kaku pada jari-jari tangan, menjalar pada

kedua kaki. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekana darah pertama tensinya 160/90,

lalu pada bulan kedua 150/90 dan pada bulan ketiga 140/90. Setelah 3 bulan diobservasi

sejak tahun 2013 awal, ternyata tekanan darah terkontrol. Apabila dirunut beberapa bulan

sebelumnya pasien baru saja kehilangan suami. Hal ini akan sangat berdampak psikologis

seperti kecemasan akan keluhan terhadap penyakitnya, selain itu setelah suaminya

meninggal maka pasien harus menghidupi diri sendiri yang juga menjadi beban bagi

pasien. Hal ini menjadi suatu stressor fisik dan psikologis yang bertumpuk yang

berdampak pada penyakit pasien.

Penderita ini, menderita dislipidemia dan hipertensi grade 1. Dalam

penatalaksanaannya, dilakukan pendekatan sesuai dengan teori Bloom, yang memandang

status kesehatan seseorang karena dipengaruhi faktor-faktor seperti genetic, lingkungan,

tingkah laku, dan fasilitas pelayanan kesehatan. Dari anamnesis yang dilakukan, tidak

terdapat factor genetic tetapi terdapat riwayat penyakit asam urat yang tinggi 6 bulan

yang lalu.. Pendekatan yang dilakukan adalah penatalaksanaan modifikasi gaya hidup,

disamping diperlukan penatalaksanaan obat-obatan. Sedangkan untuk anggota keluarga

lainnya juga disarankan untuk mengawasi kondisi pasien serta mengingatkan pasien

untuk melakukan gaya hidup sehat, sehingga kemungkinan terjadinya dislipidemia dan

hipertensi pada anggota keluarga lainnya dapat dihindari. Kesadaran untuk berobat ke

puskesmas sudah baik.

2. Nilai APGAR Keluarga

Nilai APGAR adalah salah satu cara untuk mengidentifikasi sehat atau tidaknya

fungsi suatu keluarga. APGAR itu sendiri terbagi dalam:

a. Adaptasi (adaptation)

63

Page 64: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

Penilaian : Dari tingkat kepuasan anggota keluarga dalam menerima

bantuan yang diperlukan.

Hasil : untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pasien tiap bulannya,

berasal dari anak-anaknya yang mempunyai pekerjaan tetap semua.

b. Kemitraan (partnership)

Penilaian :Dari tingkat kepuasan anggota keluarga berkomunikasi,

bermusyawarah dalam mengambil keputusan dan atau menyelesaikan

suatu masalah.

Hasil : Penderita merasa perhatian dari keluarganya masih kurang

dikarenakan kesibukan pekerjaan dan jarak rumah yang jauh dari orang

tuanya.

c. Pertumbuhan (growth)

Penilaian : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan yang

diberikan keluarga dalam mematangkan pertumbuhan dan kedewasaan

dari setiap anggota keluarga

Hasil : dalam pematangan pertumbuhan dan kedewasaan anggota

keluarga, sudah baik terlihat dari anak pasien sudah bekerja semua.

d. Kasih sayang (affection)

Penilaian : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih sayang

serta interaksi emosional yang berlangsung dalam keluarga.

Hasil : Interaksi antara pasien dan anak-anak cukup baik namun

sangat dekat dekat dengan anak kedua, menantu, serta cucunya,

dikarenakan jarang kumpul berasama akibat kesibukan masing-masing.

e. Kebersamaan (resolve)

Penilaian : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebersamaan

membagi waktu antar anggota keluarga.

Hasil : pasien tinggal bersama anak kedua, menantu dan cucunya

sehingga merasa mempunyai seorang teman.

64

Page 65: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

3. Identifikasi Fungsi-Fungsi Keluarga

a. Fungsi biologis

Anggota keluarga tidak ada yang merokok maupun mengidap penyakit menular.

b. Fungsi afektif

Hubungan anak-anak tercipta penuh kasih sayang namun kadang kurang adanya

rasa untuk berkomunikasi dikarenakan kesibukan pekerjaan anak-anaknya

ditambah pasien merasa sepi setelah suami meninggal.

c. Fungsi sosial

Keluarga pasien sering menyapa tetangga, sering bekerjasama dan saling

berinteraksi dengan mereka, pasien juga aktif sebagai kader puskesmas untuk

bercerita tentang apa yang dialami dirinya.

d. Fungsi ekonomi

Pasien saat ini tidak bekerja dan mendapatkan biaya kehidupan sehari-hari dari

anaknya yang bekerja diluar kota.

e. Fungsi religious

Semua anggota keluarga menjalankan ibadahnya dengan baik.

f. Fungsi pendidikan

Pendidikan pasien sampai D1, anak-anaknya tamatan Sarjana semua dan sudah

bekerja.

4. Identifikasi Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku

c. Pencegahan penyakit

Pasien dan keluarga mempunyai kesadaran terhadap pencegahan penyakit.

Keluarga pasien terbiasa mencuci tangan sebelum makan dan sering

membersihkan rumah.

d. Gizi keluarga

Pemenuhan gizi keluarga dapat dikatakan cukup karena sesuai standar yang

ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan melalui 13 Pedoman Umum Gizi Sehari-

hari (PUGS)

65

Page 66: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

5. Diagnosis Kesehatan Keluarga

a. Diagnosis Holistik

Dislipidemia dan Hipertensi Grade I Terkontrol Pada Lansia 74 Tahun dengan

Kecemasan Terhadap Keluhan atau Penyakitnya.

b. Bentuk Keluarga

Nuclear family

c. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga baik.

6. Diagnosis Multiaksial

Axis 1 : Dislipidemia (E78) dan Hipertensi (I10)

Axis 2 : Tidak terdiagnosis

Axis 3 : Dukungan keluarga yang tidak adekuat (Z.63.2)

Axis 4 : Masalah dukungan keluarga

Axis 5 : 90-81 gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari

masalah harian

7. Terapi (usulan)

1. Farmakoterapi

R/ Gemfibrozil 300 mg no. X

ʃ 0 – 0 - 1

R/ Amlodipin 5 mg no. X

ʃ 1 – 0 – 0

R/ Meloxicam 7,5 mg no. VI

ʃ 1 dd tab 1

2. Non- Farmakoterapi

Edukasi

Edukasi dilakukan kepada pasien dan keluarga, edukasi yang diberikan

meliputi tentang:

Gaya hidup sehat, mempertahankan kebiasaan makan, olah raga dan

istirahat cukup

Pembatasan konsumsi garam, maksimal satu sendok teh perhari

Ketaatan pengobatan dan minum obat

Komplikasi-komplikasi yang dapat timbul, dan

66

Page 67: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

Pentingnya peran keluarga dalam mencapai tujuan penyembuhan

pasien.

Usulan pendampingan psikologis dengan psikolog.

Diet

BB ideal menurut Brocca = (Tinggi Badan-100) – (10% tinggi badan -100)

= (155-100) - {10% x (155 – 100)}

= 55 – 5,5

= 49,5 kg

Kebutuhan kalori menurut rumus Harris Benedict:

Kebutuhan kalori basal : 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) – (4,7 x U)

655 + (9,6 x 49,5) + (1,8 x 155) – (4,7 x 74)

655 + 475,2 + 27,9 – 347,8

810,3

Koreksi:

Aktivitas sedang : 1,7 x 810,3 = 1377 kkal

Kebutuhan Karbohidrat : 63% x 1377= 868 Kkal

Kebutuhan Protein : 12% x 1377 = 165 Kkal

Kebutuhan Lemak : 25% x 1377 = 344 Kkal

Monitoring

Monitoring gejala-gejala yang merupakan komplikasi dari dislipidemia dan

hipertensi.

67

Page 68: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

Waktu Menu makanan Takaran Berat (gr) Kalori

Sarapan(07.00)

NasiTempe

Kacang panjangTeh manis

1 ¼ gelas2 ptg sdg1 gelas1 gelas

17550

10013

306752650

Selingan(10.00)

Pepaya 1 /2ptg besar 190 25

Makan siang(12.00)

Nasipare

nila pepestahu

1 1/4 gelas 1 mangkok

1 ekor1 bj besar

17510040

110

306265075

Selingan(16.00)

Pisang rebusSusu sapi

1 buah1 gelas

150200

50125

Malam(19.00)

NasiSayur bayam

telur ayam rebustempe

3/4gelas½ mangkuk

1 butir1 ptg sedang

105505025

170135040

TOTAL 1387

Konsumsi air putih 8 – 10 gelas per hari

Tabel 3.5 Contoh Menu Makan

68

Page 69: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Dari hasil kunjungan rumah pasien penderita dislipidemia dan hipertensi grade 1 yang

berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Ngampilan Kota Yogyakarta dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada pasien ini didiagnosis Dislipidemia dan Hipertensi grade I terkontrol pada

lansia dengan kecemasan terhadap penyakitnya.

2. Faktor resiko terjadinya dislipidemia pada pasien ini adalah kelebihan berat badan

atau overweight.

3. Dokter keluarga melalui institusi Puskesmas dapat menjadi salah satu sektor yang

berperan dalam menangani kasus hipertensi secara holistik, mulai dari promotif,

preventif, kuratif, sampai rehabilitatif

4. Kerjasama antara petugas kesehatan, pasien dan keluarga menentukan keberhasilan

terapi.

B. Saran

1. Bagi mahasiswa

a. Berusaha lebih mendalami, aktif, kreatif, dan variatif dalam menganalisa

permasalahan kesehatan, baik pada keluarga maupun lingkungannya

b. Meningkatkan profesionalisme sebelum terjun ke masyarakat

2. Bagi Puskesmas

a. Hendaknya terus melakukan pendekatan kepada masyarakat dengan usaha

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif

b. Hendaknya terus menindaklanjuti kasus dengan pendekatan kepada

masyarakat sehingga pasien dapat terus terkontrol.

69

Page 70: Presentasi Kasus FIX IKK Dika

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Bahri. 2004. Dislipidemia sebagai Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner. Medan :

FK USU.

Corwin, E.J. 2009, Buku Saku Patofisiologi, Ed.3, Jakarta : EGC.

Darey, Patrick. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga.

Ganiswarna, Sulistia. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : Gaya Baru.

Ibrahim, A. (2007). Panik Neurosis Gangguan Cemas. Jakarta: Dua As As

Kaplan, H., & Sadock, B. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis (Edisi

7 jilid 2). Jakarta: Binarupa Aksara.

Silbernagl, Stefan, Florian, Lang. 2000. Color Atlas of Patophysiology. New York : Thieme.

Sudoyo, W.A., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M.K., Setiati, S., 2006, Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam, Ed.4, Jilid I, Jakarta : Pusat Penerbitan FKUI.

Suyono, 2001, ilmu penyakit dalam, penerbit FKUI

U.S. Departement Of Health And Human Services. Desember 2003. The Joint National

Community on Preventation, Detection evaluation and treatment of High Blood

Preassure 7. NIH Publication. Ed.03-5233.

70