Case HNP
-
Upload
dewi-yulianti -
Category
Documents
-
view
514 -
download
0
Transcript of Case HNP
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Semakin hari, mobilitas manusia semakin meningkat. Setiap dilakukan pergerakan memiliki risiko. Terutama pergerakan atau melakukan aktivitas yang berat. Aktivitas yang berat ini dapat berisiko buruk bagi tubuh. Seperti mengangkat beban yang terlalu berat dengan posisi tubuh yang tidak benar dapat mengakibatkan timbulnya rasa nyeri pada tulang belakang. Parahnya lagi dapat menimbulkan herniasi pada saraf-saraf yang melalui tulang belakang. Pada makalah ini, penulis akan membahas tentang bagaimana kelainan itu dapat terjadi.
I.2 Tujuan
Maksud dan tujuan penulis membuat makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah herniasi pada tulang belakang.2. Untuk mencegah terjadinya kelainan tersebut dapat terjadi.3. Untuk mengetahui bagaimana terapi yang dilakukan apabila terjadi kelainan
tersebut.
I.3 Permasalahan
1. Apa yang dimaksud herniasi saraf pada tulang belakang?2. Apa penyebab dari herniasi saraf pada tulang belakang?3. Bagaimana factor risiko dari kelainan herniasi saraf pada tulang belakang?4. Bagaimana herniasi saraf pada tulang belakang dapat terjadi?5. Apa terapi yang dilakukan untuk herniasi saraf tulang belakang?6. Bagaimana cara mencegah terjadinya herniasi saraf tulang belakang?
BAB II
KASUS TUTORIAL
Page 1
A 17-year-old white girl in excellent health, with no previous history of back pain, presented with severe lower back pain almost immediately after lifting a heavy school backpack. She heard a “pop” in the lumbosacral junction as she attempted to lift the backpack. She described the severe pain that followed as aching and radiating into the buttocks and both lateral thighs.
Page 2
Examination showed intact motor and sensory findings, with no pain on range of motion for either hip in extension. Reflexes at knees and ankles were 2+, without any obvious pathologic reflexes about the ankles. Only back pain was present during lasegue test (70° on the right, 45° on the left). Evaluation with the patient standing showed no evidence of scoliosis. Neither flank asymmetry nor hairy patches were noted. She had no pain with side bending (Patrick test), though pain was present with rotation, particularly to the left. Extension and lateral flexion to the right and left were not as limited but were also painful. She was walking with a flexed hunched-over position in an attempt to relieve the back pain, though further flexing of her head downward cause some increased back discomfort.
Given these observations at this initial examination, the impression was that of a muscle strain in her back. Ibuprofen (800 mg tid), muscle relaxants were prescribed.
Page 3
Radiographs of the lumbar spine (oblique): no evidence of any spondylosis or spondylolisthesis. The doctor tells the patient’s symptoms suggested lumbar discogenic pain.
Because the patient’s pain was still unimproved approximately 3 weeks after injury, MRI of the lumbar spine was done.
MRI : minimal narrowing of the L3 – 4 disk interspace, as well as minimally decreased fluid in that disk. At L4-5, a central disk herniation was seen compressing the anterior margin of the theca, predominantly midline, but somewhat eccentric to the right. The L4-5 disk herniation appeared to be touching the L5 nerve as it emerged from the theca.
The impression: lumbar radiculopathy.
Page 4
Treatment by epidural steroid injection was discussed, but put off by the patient since she was seeking the most minimally invasive treatment. Therefore, it was agreed that conservative therapy, consisting of an aggressive physical therapy program, would be the best first approach. The physical therapy program consisted of lumbar traction modalities and moist heat. When her acute pain subsided, a range of motion and strengthening regimen was added to this initial aggressive program.
Because of the patient’s immobility and associated inability to sit for any period of time, home schooling was initiated for the next 6 weeks. She responded to the aggressive nonsurgical treatment and had complete resolution of the radicular pain approximately 4 months after the onset.
LEARNING PROGRESS REPORT
Hari / Tanggal : Senin, 25 April 2011
Kasus : HNP (Hernia Nucleus Puloposus)
Nama Tutor : dr. Gatot Soeryo
Grup : B4
Terminologi
1. Flank asymmetry2. Hairy patches3. Discogenic, disebabkan oleh pengaturan kembali diskus intervertebralis.4. Spondylosis, ankilosis sendi vertebrae.
Problem
Seorang gadis berkulit putih berumur 17 tahun
KU : nyeri hebat di tulang belakang bagian bawah
RPS : dia mendengar ada suara “pop” di lumbosacral junction saat menggendong tasnya.
KT : nyeri dirasakan menyebar dari area punggung ke bokong hingga ke paha bagian lateral.
Pemeriksaan sensorik dan motorik tidak ditemukan rasa nyeri pada kedua kakinya. Pemeriksaan reflex fisiologis ditemukan 2+ pada reflex patella dan reflex tumit. Ditemukan rasa nyeri pada pemeriksaan tanda meningeal, px Lasegue (70° kanan, 45° kiri). Tidak ada tanda skoliosis, tidak ada tanda Patrick tetapi rasa nyeri dirasakan terutama saat rotasi ke arah kiri. Ekstensi dan fleksi lateral tidak terbatas tetapi terasa sakit. Jalan menjadi bungkuk untuk menghilangkan rasa sakit. Diberikan obat pertama adalah Ibuprofen dan relaksan otot.. pada pemeriksaan radiograpfi tidak ada tanda spondylosis atau spondylolisthesis. Kesan yang ditemukan adalah nyeri diskogenik lumbal. Pada pemeriksaan MRI ditemukan penyempitan diskus intervertebralis L3-4 disertai penurunan cairan. L4-5 herniasi, tampak penekanan pada margin anterior di teka, mengarah ke kanan. Diskus menyentuh L5. Kesan yang ditemukan adalah radikulopati lumbal. Terapi yang dilakukan adalah injeksi steroid epidural, terapi fisik : traksi lumbal dan radiasi. Karena pasien imobilisasi, maka ia home-schooling selama 6minggu. Dan dilakukan terapi non-surgical, tetapi nyeri menyebar 4 minggu setelah onset.
Hipotesis
1. Low back pain (trauma, inflamasi, spasme)
2. Dislokasi vertebrae3. HNP (Hernia Nucleus Pulposus)
No I Don’t Know Learning Issues1 Anatomi Medula Spinalis & LMN a. Servikal
b. Torakalc. Lumbal
2 Susunan Somestesiaa. Protopatikb. Proprioseptif
a. Anatomib. Fisiologic. Patofisiologi
3 Gangguan Medula Spinalis- Low Back Pain- HNP- Radikulopati- Prolaps diskus invertebralis
a. Definisib. Etiologic. Epidemiologid. Klasifikasie. Patofisiologif. Gejala klinisg. Pemeriksaanh. Diagnosisi. Penatalaksanaanj. Prognosis
4 Penatalaksanaan Kasus5 Interpretasi Kasus
BAB III
PEMBAHASAN
III.1 Anatomi Vertebrae dan LMN
III.1.i Anatomi Vertebrae
Columna vertebre adalah pilar utama tubuh yang memiliki fungsi sebagai menyangga :
1. Kranium2. Gelang bahu3. Ekstremitas
superio 4. Dinding thorax
Didalam rongganya terletak medula spinalins, radix nervi spinales, dan lapisan penutup meningen, yang dilindungi oleh columna vertebralis.
Columna vertebralis terdiri atas 33 vertebrae yaitu 7 vertebra cervicalis, 12 vertebra thoracalis, 5 vertebra lumbalis, 5 vertebra sacralis (yang bersatu membentuk os sacrum), dan 4 vertebra coccygis (tiga dibwah umumnya bersatu). Struktur columna ini fleksibel, karena columna ini bersegmen-segmen dan tersusun atas vertebrae, sendi-sendi, dan bantalan fibrokartilago disebut discus intervertebralis. Discus intervertebralis membentuk kira-kira seperempat panjang columna.
Ciri-ciri Umum Vertebra :
1. Corpus2. Arcus vertebrae :
- Sepasang pediculus berbentuk silinder
- Sepasang lamina melengkapi arcus dari posterior
Arcus vertebralis terdiri dari tujuh processus :
- 1 processus spinosus atau spina : menonjol ke posterior dari pertemuan kedua lamina.
- 2 processus transversus : menonjol ke luar (lateralis) dari pertemuan lamina dan pediculus. Processus transversus bersama processus spinosus memiliki fungsi sebagai pengungkit dan menjadi tempat melekatnya otot dan ligamentum.
- 4 processus articularis : terdiri dari 2 processus articularis superior dan 2 processus articularis inferior. Menonjol karena pertemuan antara lamina dan pediculus, dan facies artikularis diliputi oleh cartilago hyaline.Kedua processus artikularis superior bersendi dengan kedua processus articularis inferior dari arcus yang ada di atasnya, membentuk sendi sinovial.
3. Foramen vertebralis
4. Incisura vertebralis superior dan inferior : incisura vertebralis superior dan incisura vertebralis inferior vertebre yang diatasnya membentuk foramen intervertebrale, tempat lewatnya nervi spinales dan pembuluh darah. Radix anterior dan posterior nervus spinalis bergabungan di dalam foramina ini, bersama dengan pembungkusnya membentuk saraf spinalis segmentalis.
Ciri-ciri vertebra Cervicalis Tipikal :
1. Foramen transversarium untuk tempat lewatnya a. vertebralis dan v. vertebralis (C1-C6)
2. Spina kecil dan bifida3. Corpus kecil dan lebar dari sisi ke sisi4. Foramen vertebrale besar dan
berbentuk segitiga5. Processus articularis superior
mempunyai facies yang menghadap ke belakang dan atas
6. Processus articularis posterior mempunyai facies yang menghadap ke bawah dan ke depan.
Ciri-ciri Cervicalis Atipikal :
Vertebra cervicalis I, II, dan VII tidak khas
1. Vertebra cervicalis I atau atlas:- tidak memiliki korpus
- tidak mempunyai processus spinosus
- mempunyai arcus anterior dan arcus posterior
- mempunyai massa lateralis pada masing-masing sisi dengan facies articularis pada permukaan atasnya untuk bersendi dengan condylus occipitalis pada permukaan bawahnya untuk bersendi dengan axis.
2. Vertebra cervicalis II atau axis : memiliki dens seperti pasak, yang menonjol ke atas dari permukaan superior corpus.
3. Vertebra cervicalis VII atau vertebra prominens : mempunyai prosesus sponosus yang paling panjang dan processus itu tidak bifida, serta processus transversus besar.
Ciri-ciri Vertebra Thoracica Tipikal :
1. Corpus berukuran sedang dan berbentuk jantung2. Foramen vertebrale kecil dan bulat
3. Processus spinosus panjang dan miring ke bawah4. Fovea costalis terdapat pada sisi-sis corpus untuk bersendi dengan capitulum
costae5. Fovea costalis terdapat pada processus transversus untuk bersendi dengan
tunerculum costae6. Processus articularis superior mempunyai facies yang menghadap kebelakang
dan lateral, sedangkan facies pada processus articularis inferior menghadap ke depan dan medial. Processus articularis inferior vertebra T12 menghadap ke lateral seperti pada vertebra lumbalis.
Ciri-ciri Vertebra Lumbalis Tipikal :
1. Corpus besar dan berbentuk ginjal2. Pediculus kuat dan mengarah ke belakang3. Lamina tebal4. Foramina vertebrale berbentuk segitiga5. Processus tranversus panjang dan langsing6. Processus spinosus pendek, rata, dan berbentuk segiempat dan mengarah ke
belakang7. Facies articularis processus articularis superior menghadap ke medial dan
facies articularis processus articularis inferior menghadap ke lateral.8. Tidak mempunyai facies articularis untuk bersendi dengan costae dan tidak
ada foramina pada processus transvesus.
Os Sacrum :
Terdiri dari 5 vertebra yang bergabung menjadi satu. Pinggir atas atau basis bersendi dengan vertebra lumbalis V. Pinggir bawah yang sempit bersendi dengan os. coccygis. Di lateral bersendi dengan dua os coxae untuk membentuk articulasio sacroiliaca.
1. Promontorium sacralis : pinggir anterior dan atas vertebra S1 menonjol ke depan sebagai margo posterior apertura pelvis superior.
2. Foramina vertebralis membentuk canalis sacralis. Canalis sacralis berisi radix anterior dan posterior nervi spinales sacrales dab coccygeales, filum terminale, dan zat-zat fibroadiposa.
3. Permukaan anterior dan posterior terdapat 4 foramen untuk tempat lewatnya rami anteriores dan posteriores n. spinalis S1-4.
Os Coccygis :
Terdiri atas 4 vertebra yang berfusi nenbentuk sebuah tulang segitiga kecil, yang basisnya bersendi dengan ujung bawah sacrum.
Sendi-sendi Columna Vertebralis
1. Artikulasio Atlanto-Occipitalis : sendi sinovial antara condylus occipitalis yang terdapat di kanan dan kiri foramen magnum di atas dengan facies articularis seuperior massa lateralis atlantis di bawah. Pergerakan : fleksio, ekstensio, dan lateral fleksio, tidak rotasi.
2. Artikulasio Atlanto Axialis : Terdiri dari 3 buah sendi sinovial, yaitu articulatio antara dens dan arcus anterior atlantis, dan 2 buah articulatio antara massa lateralis tulang. Pergerakan : Rotasio atlas yang luas, dengan demikian merupakan gerakan kepala terhadap axis.
Sendi-sendi Columna Vertebralis di Bawah Axis
Kecuali 2 vertebra C1, persendian diperantarai oleh articulatio cartilaginea antar corpus dan articulatio sinovial antar processus articularis.
Sendi-sendi Antar Dua Corpus Vertebrae
Permukaan atas dan bawah corpus vertebra yang berdekatan dilapisi oleh lempengan tulang rawan hialin. Diantara kedua lempeng tulang rawan tersebut, terdapat discus intervertebralis yang tersusun atas jaringan fibrocartilago.
Daerah cervicalis bawah, didapatkan sendi sinovial kecil di kanan dan kiri discus intervertebralis antara permukaan atas dan bawah corpus vertebrae.
- Discus intervertebralii :
Anulus fibrosus : Terdiri dar jaringan fibrokartilago, di dalamnya terdapat serabu-serabut kolagen yang tersusun dalam lamel-lamel yang kosentris. Berkas kolagen berjalan miring diantara corpus vertebra yang berdekatan, dan lamel-lamel yang lain berjalan dalam arah sebaliknya.
Nukleus pulposus : Pada anak-anak dan remaja merupakan massa lonjng, yang banyak mengandung air, sedikit serabut kolagen, dan sedikit tulang rawan. Sifat nukleus pulposus yang cair memungkinkannya berubah bentuk dan vertebra dapat menjungkit ke depan atau ke belakang, seperti pada gerakan ekstensi dan fleksi. Dengan bertambahnya umut air berkurang dan digantikan oleh fibrocartilago. Serabut-serabut kolagen berdegenerasi, dan sebagai akibatnya anulus tidak lagi berada dalam tekanan.
Otot-otot Punggung
1. Otot Superfisial : otot bagian superior yaitu m. trapezius, m. latissimus dorsi, m. levator scapulae, dan m. rhomboideus major dan minor.
2. Otot Intermedia : Otot ini berhubungan dengan respirasi yaitu m. serratus posterior superior, m. serratus posterior inferior, m. levatores costarum.
3. Otot Profunda (Otot Postvertebralis) : mm. interspinales dan m. intertransversarii. Otot profunda membentuk kolumna jaringan otot yang lebar dan tebal, yang menempati lekukan di kanan dan kiri processus spinosus. Otot-otot ini terbentang dari sacrum samapai cranium. Otot-ototnya terpisah dengan panjang yang beragam. Otot panjang terletak superfisial dan berjalan vertikal dari sacrum ke angulus costae, processus transversus, dan processus spinosus vertebra bagian atas. Otot panjang sedang berjalan miring dari processus spinosus ke processus spinosus. Otot paling pendek dan dalam berjalan diantara processus spinosus dan di antara processus transversus vertebra yang berdekatan.
Persarafan Punggung
Kulit dan otot-otot dipersarafi secara segmental oleh rami posteriorores 31 pasang saraf spinalis. Remi posterior C1, 6, 7 dan 8 serta L4 dan 5 mempersarafi otot punggung profunda, tetepi tidak mempersarafi kulitnya. Ramus posterior C2 (n. occipitalis major) berjalan ke atas melalui tengkuk dan mempersarafi kulit kepala. Rami posterior berjalan ke bawah dan lateral mempersarafi sebagian kulit, sedikit di bawah tempat keluarnya dari foramen intervertebralis. Persarafan kulit yang tumpang tindih menyebabkan pemotongan satu saraf mengakibatkan berkurangnya sensasi kulit, tapi tidak menghilangkannya secara total. Setiap ramus posterior terbagi dua, yaitu cabang medial dan lateral.
Histologi Tulang
Tulang adalah jaringan ikat khusus yang terdiri dari matriks tulang dan 3 jenis sel ; oosit, osteoblas, dan osteoklas. Lapisan luar dan dalam ditutupi lapisan sel-sel pembentuk tulang dan jaringan ikat yang disebut periosteum dan endosteum. Periosteum terdiri dari lapisan luar serta-serat kolagen dan fibroblas yang disebut juga serat Sharpey. Berkas serat periosteum memasuki matriks tulang dan mengikat periosteum pada tulang. Lapisan dalam mengandung sel mirip fibroblas yang disebut sel osteoprogenitor, yang berpotensi membelah melalui mitosis dan berkembang menjadi osteoblas. Endosteum melapisi semua rongga di dalam tulang dan terdiri atas selapis sel osteoprogenitor gepeng dan sejumlah kecil jaringan ikat. Karenanya, endosteum lebih tipis dibandingkan periosteum.
Tulang Kompak (Compact Bone), pada lapisan kedua ini kita akan bertemu dengan tulang kompak. Tulang ini teksturnya halus dan sangat kuat. Tulang kompak memiliki sedikit rongga dan lebih banyak mengandung kapur (Calsium Phosfat dan Calsium Carbonat) sehingga tulang menjadi padat dan kuat. Kandungan tulang manusia dewasa lebih banyak mengandung kapur dibandingkan dengan anak-anak maupun bayi. Bayi dan anak-anak memiliki tulang yang lebih banyak mengandung serat-serat sehingga lebih lentur. Tulang kompak paling banyak ditemukan pada tulang kaki dan tulang tangan.
Tulang Spongiosa (Spongy Bone), pada lapisan ketiga ada yang disebut dengan tulang spongiosa. Sesuai dengan namanya tulang spongiosa memiliki banyak rongga. Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat memproduksi sel-sel darah. Tulang spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut trabekula.
Sumsum Tulang (Bone Marrow), lapisan terakhir yang kita temukan dan yang paling dalam adalah sumsum tulang. Sumsum tulang wujudnya seperti jelly yang kental. Sumsum tulang ini dilindungi oleh tulang spongiosa seperti yang telah dijelaskan dibagian tulang spongiosa. Sumsum tulang berperan penting dalam tubuh kita karena berfungsi memproduksi sel-sel darah yang ada dalam tubuh.
III.1.ii LMN
Lower motor neuron (LMN) merupakan neuron yang menyalurkan impuls
motorik pada bagian perjalanan terakhir ke otot skeletal. LMN menyusun inti –
inti saraf otak motorik dan inti – inti radiks ventralis saraf spinal. Terdapat dua
jenis LMN, yaitu :
a. Alfa motoneuron :
- Berukuran besar dan menjulurkan aksonnya yang tebal (12-20u)
- Mensarafi serabut otot ekstrafusal
b. Gama-motoneuron :
- Berukuran kecil
- Aksonnya halus (2-8u)
- Mensarafi serabut otot intrafusal
Sebuah motormeuron dan sejumlah serabut otot yang dipersarafinya merupakan
satu kesatuan motorik / unit motorik. Kesatuan motorik bisa disebut besar atau
kecil, yang besar adalah sebuah motorneuron yang mensarafi 120-150 serabut otot
sedangkan unit motorik yang kecil dibentuk oleh sebuah motorneuron yang
berhubungan dengan 3 – 8 serabut otot. Otot – otot yang digunakan untuk
berbagai gerakan tangkas khusus terdirai atas banyak unit motorik yang kecil, jadi
untuk melaksanakan gerakan tangkas yang diperlukan banyak
motorneuron.Sebaliknya , otot – otot yang mempunyai fungsi motorik sederhana
terdiri atas kesatuan motorik yang besar.
Tugas motorneuron hanya menggalakkan sel – sel serabut otot sehingga timbul
gerak otot, sedangkan untuk menghambat gerak otot dilakukan oleh interneuron.
Bila terdapat kerusakan pada motorneuron
↓
Maka serabut otot yang bergabung dengan unit motoriknya tidak dapat
berkontraksi, walaupun impuls motorik masih dapat disampaikan oleh sistem
piramidal dan ekstrapiramidal.
Kerusakan tergantung pada jumlah motorneuronnya
Otot lumpuh ringan Otot lumpuh mutlak
(Paresis) (Paralisis)
Karena motorneuron dengan sejumlah otot serabut otot yang dipersarafinya merupakan satu
kesatuan maka kerusakan pada motorneuron membangkitkan keruntuhan serabut otot dan unit
motoriknya
Otot yang terkena menjadi atrofik (kecil)
Dapat juga terlihat fasikulasi pada serabut otot sehat yang tersisa
Jadi, Motorneuron dan akson merupakan satu – satunya saluran bagi impuls
motorik yang dapat menggalakkan serabut – serabut otot.Dinamakan oleh
Sherrington “Final Common Path” dari impuls motorik.
Akson menghubungi sel serabut otot melalui sinaps, sebagaimana neuron
berhubungan dengan neuron lain. Bagian otot yang bersinaps dikenal sebagai
“Motor End Plate” , Inilah alat penghubung antar neuron dan otot.
III.2 Susunan Somestesia
Adalah perasaan yang di rasakan pada baguan tubuh yang berasal dari seperti kulit, tulang, periosteum, tendon, dan otot
Perasaan protopatik (ekstroseptif)Mencakup perasaan yang berasal dari alat perasa pada kulit dan mukosa yang terdiri atas rasa nyeri, suhu dan raba
Reseptor terletak pada kulitReseptor tersebut bereaksi terhadap rangsangan dari luat atau perubahan di sekitarnya
Reseptor pada protopatik : Ujung saraf bebeas nyeri (nosireseptor) , suhu Korpuskel taktil meissner (kulit tidak berambut) raba dan tekan ringan Ujung bulbus Krause dingin Korpuskel Ruffini panas Ujung saraf peritrikial (folikel rambut) raba Diskus merkel raba
Penyaluran Impuls Nyeri dan Suhu
Dicetuskan di ujung saraf bebas
Ganglion radiks posterior medulla spinalis (ganglion spinale)
Nukleus Propius
Serabut-serabut nervus Propius (traktus spinotalamikus
Menyilang di garis tengah melalui substansia grisea sentralis
Traktus spinotalamkus lateralis
Naik melalui medulla spinalis( yang berasal dari lumbal sacral serabut spinotalamik terkumpul dalam bagian lateral, torakal:
bagian tengah, servikal : medial)
Melewati medulla oblongata
PONS
Nervus V Mesensefalon
Nukelus Talamikus(nucleus Ventro posterolateralis (VPL))
Traktus Talamokortikalis
Girus post sentalis (somatosensorik primer) di bawah girus pre dan post sentralis (somatosensorik sekunder)
Informasi ke korteks serebri
IMPULS RASA RABA
Impuls Rasa Raba
sebelah dorsolateral dari olive inferior
diantara lemiskus medialis dan brakium konjungtivum
Diatas ujung dorsal lemniskus medialis
Impuls Nyeri dari wajah, mukosa mulut dan hidung (kontralateral)
Traktus Spinotalamikus anterior dan talamokortikalis
Perasaan raba bersifat umumPerasaan taba bersifat lokalisasi dan diskriminasi
Traktus Kuneatus dan Grasilis
SISTEM SOMATOSENSORIK
Prinsip sistem somatosensorik :
Rangsang reseptor saraf sensorik medula spinalis thalamus korteks area somatosensorik (girus post-centralis : HOMONKULUS SENSORIK) korteks asosiasi somatosensorik (lobus parietal : broadmann 5 &7) kesan (persepsi).
Komponen perifer sistem somatosensorik- Organ-organ reseptor
Definisinya : Organ sensorik khusus yang merekam perubahan fisik dan kimiawi di lingkungan eksternal dan internal organisme dan mengubahnya menjadi impuls elektrik yang akan di proses oleh sistem saraf. Organ reseptor khusu di kulit
1. Ujung saraf peritrikial Di area kulit berambut2. Korpuskel taktil meissner Di area kulit tidak berambut raba & tekan
ringan3. Korpuskel vater pacini Diarea kutis & subkutis tekanan & getaran4. Bulbus krause Reseptor dingin5. Korpuskel ruffini Reseptor hangat6. Taktil merkel Di area kulit & saraf
Organ reseptor di otot,fasia & tendoa. Ujung anulospiral spindel otot Reganganb. Organ tendo Golgi Teganganc. Korpuskel golgi mazzoni tekanan
SOMESTESIA
Definisinya : suatu perasaan yang menyakiti (protopatik) dan perasaan yang diperlukan untuk mengatur diri sendiri (proprioseptif)
Perasaaan
Eksteroseptif/protopatik Proprioseptif Interoseptif
Reseptornya dikulit Reseptornya di otot, Reseptornya ada
Tendo,jar.ikat,sendi di rongga dalam
Rasa nyeri,suhu,tekan Gerak,getar,sikap,
Rasa halus
Perasaan Luhur
Anatomi dan fisiologi perasaan
Penyaluran impuls nyeri
Nyeri
Dicetuskan
Nosireseptor
Disalurkan ke
Ganglion radix posterior medula spinalis (Ganglion spinale)
Impuls diterukan ke
Nukleus proprious / traktus spinothalamikus
Jalannya menyilang dibawah substansia grisea sentralis dan
Selanjutnya berjalan menuju
Funikulus anterolateralis kontralateral / jaras spinothalamikus
Girus post sentralis Girus pre sentralis
III.3 Gangguan Medula Spinalis
III.3.i Low Back Pain
III.3.ii HNP (Hernia Nucleus Pulposus)
III.3.iii Radikulopati
Definisi
Suatu keadaan yang berhubungan dengan gangguan fungsi dan struktur radiks
akibat proses patologik yang dapat mengenai satu atau lebih radiks saraf dengan
pola gangguan bersifat dermatomal
Etiologi
Proses kompresif
kelainan-kelainan yang bersifat kompresif yang bisa menyebabkan
radikulopati, HNP, tumor medula spinalis, neoplasma tulang, spondilosis
Proses inflamasi
GBS dan herpes zoster
Proses degeneratif
DM
Klasifikasi
Radikulopati servikal
Kompresi satu atau lebih radiks saraf tulang halus pada leher sering
disebabkan oleh spondilosis cervical
Radikulopati torakal
relatif jarang dari kompresi pada punggung tengah. Daerah ini tidak di
desain untuk membengkok. Kasus ini sering ditemukan infeksi herpes
zoster
Radikulopati lumbal
sering terjadi, yang sering disebabkan oleh iritasi atau kompresi radius
saraf daerah lumbal. Gejalanya yang dapat disebabkan oleh spinal stenosis, HNP
Menifestasi klinis
Rasa nyeri yang menjalar dari daerah parasentral dekat vertebra hingga ke
arah ekstremitas
Paresthesia yang mengikuti pola dermatom
Hilang atau berkurang’a sensorik di permukaan sepanjang dermatom
Kelemahan otot2 yg di persarafi radiks yang bersakutan
Refleks tendon menurun
Pemeriksaan klinis
Anamnesa
riwayat kesehatan
Pemeriksaan fisik
abnormalitas postur
deformitas
nyeri tekan
spasme otot
Pemeriksaan neurologis
ganguan sensorik
ganguan motorik (kekuatan otot, atrofi, spasme)
perubahan refleks
Pemeriksaan radikulopati servikal
terbatasnya (range of motion) leher
nyeri akan bertambah berat dengan pergerakan
Pemeriksaan radikulopati lumbal
lasegue sign (+)
Pemeriksaan penunjang
X-ray, MRI/CT scan, EMG
Penatalaksanaan
Informasi dan edukasi
Farmakoterapi
akut: asetaminofen, NSAID, muscle relaxant
kronik :antidepresan trisiklik
Non farmako
akut: imobilisasi
III.3.iv Prolaps diskus intervertebralis lumbal
III.4 Penatalaksanaan Kasus
1. Ibuprofen Merupakan obat golongan NSAID yang memiliki efek antipireutik, anti
inflamasi, dan analgetik Pada aksi analgesic, obat ini bekerja secara sentral dan perifer. Dimana
kandungannya akan menghambat sintesis prostaglandin karena kerjanya sebagai mediator inflamasi.
Pada aksi anti inflamasi, obat ini akan memberi efek vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas vascular.
Pada aksi antipeuretik, obat ini akan memberi efek mengeluarkan leukosit dan bekerja secarta langsung untuk termoregulasi di hipotalamus untuk meningkatkan suhu tubuh.
Jika diberikan dalam jangka waktu yang panjang akan meningkatkan risiko serangan jantung, penyebab ulserasi dan perdarahan pada saluran pencernaan.
2. Relaksan otot Digunakan secara kombinasi dengan NSAID untuk LBP akut Dalam konsumsinya harus hati – hati, karena targetnya adalah otak bukan otot Digunakan untuk mengurangi spasme otot
3. Epidural steroid injection Bisa untuk mengobati LBP yang diakibatkan oleh penjepitan saraf Injeksi ditempatkan pada ruang epidural, di membrane luar meliputi tulang
belakang Pasien akan merasa sakitnya menghilang sekitar 1 – 2 bulan selama injeksi. Diberikan injeksi sebanyak 3 x setiap kali injeksi. Jika tidak ada perubahan
maka pada minggu berikutnya dilakukan injeksi dalam jumlah yang sama.4. Lumbar traction
Digunakan untuk relaksasi otot Dengan supinasi pinggang 90 derajat dan lutut difleksikan
5. Sinar / radiasi Peningkatan pasokan darah, peningkatan analgesi, dan peningkatan tonus otot Radiasi inframerah yang diberikan dalam jarak 18 – 24 inchi dari tubuh pasien
untuk disinari selama 20 menit.
III.5 Interpretasi
a-17-years-old, perempuan, terlihat sehat, tidak ada riwayat nyeri
ANAMNESA
KU : nyeri hebat di tulang belakang bagian bawah
KT : nyeri dirasakan menyebar dari area punggung ke bokong hingga ke paha bagian lateral
RPS : dia mendengar suara “pop” di lumbosacral juntion saat mengangkat tasnya
RPD : tidak ada riwayat LBP sebelumnya
HIPOTESIS
- Low Back Pain (dari KU nya)
1. Nervus
• HNP: nyeri tiba-tiba, ada bunyi “pop” ® kmungkinan krn robeknya disc annulus, nyeri menyebar ke bokong dan paha (radikular).
• Neuritis: nyeri hebat
2. Otot
• Strain otot: tiba-tiba, krna habis mengangkat barang berat, mungkin saja ototnya tidak kuat.
3. Sendi
• Spondilitis: merupakan peradangan pd persendian vertebrae® nyeri radikular
4. Tulang
• Fraktur vertebrae: bisa terjadi trauma setelah dia mengangkat tas berat ® nyeri tiba-tiba
• Spondilolithesis : merupakan pergeseran ke depan antara 1 vertebrae dg lainnya® nyeri
PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Fisik
Postur berjalan: bungkuk dengan kaki agak fleksi
Merupakan usaha pasien untuk menahan sakit
Px.kepala: saat kepala ditekuk ada perasaan tidak nyaman di punggung
Memperkuat hipotesis HNP, kemungkinan karena ada nervus yang terjepit dan tertarik
Pemeriksaan Neurologis
Px.sensorik: normal
cara pemeriksaannya dengan menyapukan kapas dan benda agak tajam (di bawah refleks-hammer) di sepanjang dermatom ® tidak ada hipoestesi (baal)
Px. Motorik: normal
memeriksa kekuatan otot ® kekuatan otot normal, tidak ada nyeri
Px. Refleks fisiologis (lutut dan pergelangan kaki / achilles) : 2+ ® normal
Px. Refleks patologis (pada pergelangan kaki) : negatif ® meyakinkan bahwa bukan lesi UMN
Test Laseque: tungkai kiri (+), tungkai kanan (-)
Cara pemeriksaannya dengan menaikkan tungkai kaki ke atas sampai membentuk sudut 60°, jika sebelum sudut tersebut terasa nyeri, artinya positif
pada kasus ini laseque / tanda ischiatika tungkai kaki kiri positif, menandakan ada gangguan pada nervus ischiadikus sebelah kiri
Test Patrick : (-)
Melemahkan hipotesis Spondilitis dan spondilolithesis
Cara pemeriksaannya: Satu kaki ditekuk lututnya di bagian atas lutut kaki lainnya, kemudian diberikan tekanan lembut pada lutut yang ditekuk. Jika ada nyeri di sendi panggul dan sakral ® positif (pada artritis, spondilitis, spondilolothesis)
Test Movement
Nyeri pada saat rotasi ke kiri
Pada saat ekstensi dan fleksi lateral, tidak ada batasan pergerakan, tapi tetap nyeri ® melemahkan hipotesis fraktur vertebrae karena pada fraktur, nyeri sangat hebat dan terdapat perbatasan pergerakan ke segala arah
Radiografi tulang belakang lumbar, termasuk pandangan miring, tidak menunjukkan buktiapapun spondylosis atau spondylolisthesis. Meskipun relatif jarang untuk melihat sakit disk-jenis dan masalah disk dalam sebuah remaja, gejala-gejala pasien disarankandiscogenic nyeri pinggang.
Karena nyeri pasien masih tidak baik kira-kira 3 minggu setelah cedera, MRI tulang belakang lumbar dilakukan, menunjukkan penyempitan minimal mungkin dari sela-4 diskL3, serta cairan minimal menurun pada disk tersebut. Pada L4-5, sebuah herniasi diskpusat terlihat menekan margin anterior teka itu, terutama garis tengah, tetapi agakeksentrik ke kanan. The herniasi disk L4-5 tampaknya menyentuh saraf L5 seperti munculdari teka tersebut. Kesan itu adalah radikulopati lumbal
Pengobatan dengan injeksi epidural steroid dibahas, tetapi menunda oleh pasien sejak diamencari pengobatan yang paling minimal invasif. Oleh karena itu, disepakati bahwa terapikonservatif, yang terdiri dari program terapi agresif fisik, akan menjadi pendekatan terbaik pertama. Program terapi fisik terdiri dari modalitas traksi lumbal dan panas lembab. Ketikanyeri akut nya mereda, berbagai gerakan dan rejimen penguatan telah ditambahkan ke dalam program ini agresif awal.→ merupakan anakgetika untuk menghentikan nyeri
Karena imobilitas pasien dan ketidakmampuan yang terkait untuk duduk untuk setiapperiode waktu, sekolah rumah telah dimulai untuk 6 minggu ke depan. Dia menanggapipengobatan non operasi agresif dan memiliki resolusi lengkap dari nyeri radikuler sekitar 4bulan setelah awal.