Case [BP,TB,Bronkiolitis]

58
PRESENTASI KASUS KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA RSPI PROF DR SULIANTI SAROSO IDENTITAS MAHASISWA Nama : Anastasia Pamela NIM : 406147007 Periode : 18 Mei 2015 – 25 Juli 2015 Pembimbing : Dr. I Made Setiawan, SpA Topik : Bronkiolitis, Pneumonia,Tuberkulosis 1

description

Kasus Bronkopneumoni, kasus TB, Kasus Bronkiolitis, case anak, presentasi kasus, followup pasien anak

Transcript of Case [BP,TB,Bronkiolitis]

Page 1: Case  [BP,TB,Bronkiolitis]

PRESENTASI KASUS

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA

RSPI PROF DR SULIANTI SAROSO

IDENTITAS MAHASISWA

Nama : Anastasia Pamela

NIM : 406147007

Periode : 18 Mei 2015 – 25 Juli 2015

Pembimbing : Dr. I Made Setiawan, SpA

Topik : Bronkiolitis, Pneumonia,Tuberkulosis

1

Page 2: Case  [BP,TB,Bronkiolitis]

IDENTITAS PASIEN

Nama : An. Akrar

Jenis Kelamin : Laki - laki

Umur : 6 bulan

Alamat : Jl. Pademangan barat

IDENTITAS ORANG TUA

Nama Ayah : Tn. Duritno

Umur : 37 tahun

Pekerjaan : Kuli bangunan

Pendidikan terakhir : SMP

Alamat : Jl. Pademangan barat

Agama : Islam

Bangsa/ Suku : Jawa

Nama Ibu : Ny. Siti Nuraini

Umur : 26 tahun

Pekerjaan : Konveksi

Pendidikan terakhir : SD

Alamat : Jl. Pademangan barat

Agama : Islam

Bangsa/ Suku : Jawa2

Page 3: Case  [BP,TB,Bronkiolitis]

Hubungan dengan orang tua : anak kandung.

ANAMNESA

Tanggal masuk rumah sakit : 13 Juni 2015

Tanggal pemeriksaan : 13 Juni 2015

Diambil dari : Alloanamnesa (Ibu dan ayah pasien)

Keluhan Utama : Sesak 2 hari SMRS

Keluhan Tambahan : Demam 1 minggu SMRS, batuk-batuk berdahak,pilek, muntah

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien datang dibawa oleh orang tua ke IGD RSPI Sulianti Saroso pada tanggal

13 Juni 2015 dengan keluahan sesak 2 hari SMRS. Sesak terlihat terutama saat os minum

susu dan tidur. Sesak terlihat semakin memberat sehingga di bawa ke RS. Keluahan di

sertai demam yang sudah 1 minggu SMRS, demam perlahan menigkat, hilang timbul

namun lebih sering meningkat saat malam hari, turun saat saat di beri obat penurun panas

namun kembali meningkat 3 jam kemudian. Os juga muntah (+) sejak 1 minggu SMRS,

sehari bisa 3 kali, isi susu, lendir (+), darah (-), muntah terutama setelah minum susu.

Batuk (+) 2 hari SMRS, dahak (+) namun tidak dapat dikeluarkan, darah (-), pilek(+)

Sebelumnya 4 hari SMRS os sudah di bawa berobat ke klinik, di beri obat penurun panas

dan obat anti muntah namun tidak ada perbaikan. Kemudian 1 hari SMRS os dibawa lagi

ke klinik karena sesaknya, di klinik os di uap, ada perbaikan namun saat kembali di

rumah sesak kembali timbul. Nafsu makan os agak menurun sejak sakit. BAB tidak ada

keluhan, sehari 2 kali, warna kekuningan, ada ampas. BAK normal, banyak seperti

biasanya . Tidak ada riwayat timbul bintik-bintik merah pada kulit, tidak mimisan,

gusinya tidak berdarah.

3

Page 4: Case  [BP,TB,Bronkiolitis]

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Riwayat sesak sebelumnya di sangkal, riwayat perawatan di RS sebelumnya tidak pernah,

riwayat kejang (-), riwayat alergi (-)

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA/ RIWAYAT KONTAK

Tidak ada riwayat penyakit untuk ibu dan ayah os.

Kakek os (dari ibu) menderita Hipertensi, jantung, dan DM

Riwayat kontak dengan tetangga yang menderita TBC

RIWAYAT KEHAMILAN DAN PEMERIKSAAN PRENATAL

Kehamilan : Perawatan antenatal

Ibu pasien memeriksa secara teratur ke bidan dekat rumah, 1 bulan 1 kali.

Penyakit kehamilan tidak ada.

Kelahiran : Tempat kelahiran : Rumah Praktek Bidan

Penolong persalinan : Bidan

Cara persalinan : Spontan

Masa Gestasi : 40 minggu

Keadaan Bayi : Berat badan lahir : 3,6 kg

Panjang badan lahir : 49 cm

Lingkar kepala : Tidak tahu

Tidak langsung menangis, warna kebiruan

4

Page 5: Case  [BP,TB,Bronkiolitis]

Nilai Apgar : Tidak tahu

Kelainan bawaan : Tidak ada

Riwayat Imunisasi

BCG : 1x tapi ibu pasien lupa waktunya.

Hepatitis B : 3x , bulan 0-1-3

DPT : 2x bulan 2-4.

Polio : 3x bulan 0-2-4

Campak : belum

Riwayat Tumbuh Kembang

Riwayat Pertumbuhan

Berat badan dan panjang badan pasien bertambah sejak lahir, tapi ibu tidak ingat berapa

kenaikannya, tetapi menurut ibu pasien, pertumbuhan anak cukup baik. Berat badan dan tinggi

badan pasien bertambah seiring pertambahan usia dan sering di kontrol di puskesmas saat

imunisasi.

Riwayat Perkembangan

Psikomotor :

o Tengkurap : ± 3 bulan

o Berbicara : ± 5 bulan (menyebut ma, pa, nen)

5

Page 6: Case  [BP,TB,Bronkiolitis]

Riwayat Makan

UMUR (bulan) ASI P.A.S.I

0 – 2 √ -

2 – 4 √ -

4 – 6 √ √

Susu Formula (SGM)

RIWAYAT SOSIAL DAN PERUMAHAN

Os merupakan anak tunggal, dan menurut pengakuan ibu os bahwa os sangat diperhatikan

kebersihan makan dan minumnya. Kebutuhan os sehari-hari juga cukup terpenuhi. Os tinggal di

rumah yang berisikan 7 orang dengan 3 kamar tidur. Keadaan perumahan padat, sirkulasi udara

tidak bagus karena kurangnya ventilasi, cahaya matahari hanya mengenai bagian depan rumah.

Pepohona di lingkungan rumah sangat kurang karena padat dengan rumah.

Pemeriksaan Jasmani

Pemeriksaan umum

Panjang badan : 67 cm

Berat Badan : 7,2 kg

Suhu : 38.5°C

Nadi : 150 x / menit, isi cukup, regular

RR : 45 x / menit

Tekanan Darah : 100/60 mmHg

6

Page 7: Case  [BP,TB,Bronkiolitis]

Keadaan gizi : Gizi baik.

Kesadaran : Compos Mentis.

Pemeriksaan Fisik

Kepala Bentuk normal, ukuran normal, tidak teraba benjolan, rambut hitam terdistribusi

merata, tidak mudah dicabut, kulit kepala tidak ada kelainan.

Muka Simetris, tidak terdapat flushed face

Mata mata tidak cekung, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik. Pupil bulat,

isokor, diameter 3 mm, Reflek cahaya +/+.

Telinga Bentuk normal, liang telinga lapang, tidak ada sekret, tidak ada serumen,

membran timpani utuh, tidak ada nyeri tekan tragus, tidak ada nyeri tarik

aurikuler, kelenjar getah bening pre- retro-infra aurikuler tidak teraba membesar.

Hidung Bentuk normal, sekret +/+ warna bening, tidak ada septum deviasi.

Mulut Bibir kering +, lidah kotor - dengan pinggiran hiperemis, sianosis -, faring

hiperemis (-), tonsil T1-T1 tenang.

Leher Trachea di tengah, kelenjar getah bening tidak teraba membesar

Dada Bentuk normal, tampak retraksi otot-otot interkostalis, supraclavicula, subcosta.

Paru-paru

Inspeksi : Simetris dalam diam dan pergerakan nafas

Palpasi : Stem fremitus kanan-kiri, depan belakang sama kuat

Perkusi : Sonor, batas paru - hepar di ICS VI midclavicula line dextra

Auskultasi : Vesikuler, Ronchi +/+, wheezing +/+

Jantung

7

Page 8: Case  [BP,TB,Bronkiolitis]

Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis

Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba di ICS V midclavicula line sinistra

Perkusi : Redup, batas jantung atas ICS III midclavicula line sinistra

batas jantung kanan midsternum ICS IV

batas jantung kiri ICS IV midclavicula line sinistra

Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, tidak ada murmur, tidak ada gallop

Abdomen

Inspeksi : datar

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Palpasi Dinding perut : supel

Hati Tidak teraba

Limpa Tidak teraba

Perkusi : Timpani

Ektremitas : akral hangat, tidak edema, tidak sianosis, CRT < 2 detik.

Tulang belakang Bentuk normal, tidak ada skoliosis, tidak ada lordosis, tidak ada kifosis.

8

Page 9: Case  [BP,TB,Bronkiolitis]

LABORATORIUM

Tanggal 13 juni 2015

PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL SATUAN

HEMATOLOGI

Leukosit 8,6 5,5 – 18,00 10^3/µL

Eritrosit 3,98 3,20 – 5,20 `

Hemoglobin 10,7 10,1 – 12,9 g/dL

Hematokrit 32 32 – 44 %

Trombosit 211 217 – 497 10^3/µL

M.C.V 81 73 – 109 fL

M.C.H 27 22 – 34 Pg

M.C.H.C 33 26 – 34 g/dL

LED 33 0 – 10 Mm

HITUNG JENIS

Basofil 0 0 – 1 %

Eosinofil 1 1,00 – 5,00 %

Batang 2 0 – 8 %

Segmen 50 17 – 60 %

Limfosit 44 20 – 70 %

Monosit 3 1 – 11 %

9

Page 10: Case  [BP,TB,Bronkiolitis]

KIMIA LAIN

Natrium darah 131 135 – 147 mmol/L

Kalium darah 4,38 3,50 – 5,00 mmol/L

Chlorida 109 95 – 105 mmol/L

Tanggal 17 Juni 2015

PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL SATUAN

KIMIA LAIN

PH 7,485 7,370 – 7,450 -

PCO2 24,7 33 – 44 mmHg

PO2 115,6 71 – 104 mmHg

HCO3 18,2 22 – 29 mmol/L

TOTAL CO2 18,9 21 – 27 mmol/L

BE (vt) -3,3 (-2) – (+3) mmol/L

O2 Sat 98,6 94 -98 %

Natrium 146 135 – 147 mmol/L

Kalium 2,85 3,5 – 5 mmol/L

Chlorida 99 95 – 105 mmol/L

10

Page 11: Case  [BP,TB,Bronkiolitis]

Tanggal 20 Juni 2015

PEMERIKSAAN

KIMIA LAIN

HASIL NILAI NORMAL SATUAN

Natrium darah 131 135 – 147 mmol/L

Kalium darah 4,38 3,50 – 5,00 mmol/L

Chlorida 109 95 – 105 mmol/L

Bacaan hasil radiologi Ro Thorax AP

Cor : bentuk besar normal

Infiltrat perihilar, paracardial kanan, kiri

Hilus kasar

Corakan bronkovaskular kasar

Sinus, diafragma baik

Kesan : Pneumonia

Hasil tes mantoux negatif (tes dilakukan tanggal 14/6/2015)

11

Page 12: Case  [BP,TB,Bronkiolitis]

RESUME

Telah diperiksa anak laki-laki berusia 6 bulan

Dari anamnesa didapat :

Demam sejak 1 minggu SMRS, perlahan, naik turun, dan dirasakan tinggi terutama pada

malam hari.

Muntah sejak 1 minggu SMRS terutama setelah minum susu

Batuk (+) , sejak 2 hari SMRS, berdahak

Sesak (+), sejak 2 hari SMRS

Tidak ada penurunan berat badan secara signifikan

Nafsu makan dan minum menurun sejak sakit

Sudah pernah berobat 4 hari SMRS di klinik, namun tidak ada perbaikan

Riwayat BAB dan BAK tidak ada gangguan

Riwayat kontak dengan penderita TB

Riwayat perumahan dengan sirkulasi udara yang tidak baik

Riwayat Penyakit Dahulu

- Sesak / asma : disangkal.

- Alergi : disangkal.

- kejang : disangkal.

Riwayat Keluarga Kakek os menderita HT, penyakit jantung, DM

Riwayat Kehamilan dan kelahiran Baik

Riwayat Tumbuh Kembang Baik

Riwayat Makanan Baik12

Page 13: Case  [BP,TB,Bronkiolitis]

Riwayat Imunisasi Lengkap sesuai usia

Pemeriksaan umum

Panjang badan : 67 cm

Berat Badan : 7,2 kg

Suhu : 38.5°C

Nadi : 150 x / menit, isi cukup, regular

RR : 45 x / menit

Tekanan Darah : 100/60 mmHg

Keadaan gizi : Gizi baik.

Kesadaran : Compos Mentis.

Pemeriksaan Fisik

Mulut : bibir kering (+)

Paru : SDV +/+, Rh +/+, Wh +/+

Tampak retraksi otot-otot interkostalis, supraclavicula, subcosta

13

Page 14: Case  [BP,TB,Bronkiolitis]

DIAGNOSA KERJA

Bronkopneumonia

DIAGNOSA BANDING

TB paru

PENATALAKSANAAN

IVFD KaEn 1B 8 tpm macro

Cefotaxim 2 x 350 mg

Ambroxol drop 3 x 5 tetes

Sanmol drop 3 x 0,7 ml

O2 1 lpm

Inhalasi Ventolin (I) : NaCl 0,9% (2,5 cc) 3x/hari

INH 1 x 75mg + B6 10mg

Rifampisin 1 x 100mg

Pirazinamid 2 x 100mg

PROGNOSA

Ad vitam : ad bonam

Ad funtionam : ad bonam

Ad sanationam : ad bonam

14

Page 15: Case  [BP,TB,Bronkiolitis]

RIWAYAT RAWAT INAP

14 Juni 2015 (rawat hari ke-1)

S : Demam (-) hari ke 9, muntah (-), batuk (+), pilek (+),sesak (+) belum BAB dan BAK

normal

O : KU : Tampak sakit sedang

Kesadaran : CM

Suhu : 36.8°C

Nadi : 160 x / menit, isi cukup, kuat angkat, regular

RR : 40 x / menit

TD : 100/60 mmHg

Pemeriksaan fisik :

Kepala : Normocephal

Mulut : bibir kering (-)

Leher : KGB tidak teraba membesar

Cor : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)

Paru : vesikuler +/+, rh +/+, wheezing +/+

Abdomen : datar, supel, tympani, BU (+) normal

Ekstremitas : akral hangat, edema (-), sianosis (-), CRT < 2 detik.

A : Bronkopneumonia

P : IVFD KaEn 1B 8 tpm macro

15

Page 16: Case  [BP,TB,Bronkiolitis]

Cefotaxim 2 x 350 mg

Ambroxol drop 3 x 5 tetes

Sanmol drop 3 x 0,7 ml

O2 1 lpm

Inhalasi Ventolin (I) : NaCl 0,9% (2,5 cc) 3x/hari

15 Juni 2015 (rawat hari ke-2)

S : Demam (+) hari ke 10, batuk (+), pilek (+), sesak (+)

O : KU : Tampak sakit sedang

Kesadaran : CM

Suhu : 38.5°C

Nadi : 120 x / menit, isi cukup, kuat angkat, regular

RR : 31 x / menit

TD : 100/60 mmHg

Pemeriksaan fisik

Paru : vesikuler +/+, rh +/+, wheezing -/-

A : Bronkopneumonia dengan TB paru

P : IVFD KaEn 1B 8 tpm macro

Cefotaxim 2 x 350 mg

Ambroxol drop 3 x 5 tetes

Sanmol drop 3 x 0,7 ml

O2 1 lpm

Inhalasi Ventolin (I) : NaCl 0,9% (2,5 cc) 3x/hari

16

Page 17: Case  [BP,TB,Bronkiolitis]

16 Juni 2015 (rawat hari ke-3)

S : Demam (-), batuk (+), pilek (+), sesak (+) masih sering

O : KU : Tampak sakit sedang

Kesadaran : CM

Suhu : 37.3°C

Nadi : 108 x / menit, isi cukup, kuat angkat, regular

RR : 40 x / menit

TD : 100/60 mmHg

Pemeriksaan fisik :

Hidung : Pernafasan cuping hidung (+)

Paru : vesikuler +/+, rh +/+, wheezing +/+

A : Bronkopneumoni

P : IVFD KaEn 1B 8 tpm macro

Cefotaxim 2 x 350 mg

Ambroxol drop 3 x 5 tetes

Kalmet 3 x 1 mg

Aminofilin 3 x 7 mg (IV)

O2 1 lpm

Inhalasi Ventolin (I) : NaCl 0,9% (2,5 cc) 3x/hari

17

Page 18: Case  [BP,TB,Bronkiolitis]

17 Juni 2015 (rawat hari ke-4)

S : Demam (-), batuk (+) semakin sering, sesak (+)

O : KU : Tampak sakit sedang

Kesadaran : CM

Suhu : 37°C

Nadi : 147 x / menit, isi cukup, kuat angkat, regular

RR : 58 x / menit

Dyspneu (+)

Pemeriksaan fisik :

Hidung : Pernafasan cuping hidung (+)

Paru : vesikuler +/+, rh +/+, wheezing +/+

Retraksi IC (+)

A : Bronkopneumoni, hipokalemi

P : IVFD KaEn 1B 6 tpm macro

Cefotaxim 2 x 350 mg

Ambroxol drop 3 x 5 tetes

Kalmet 3 x 1 mg

Aminofilin 3 x 7 mg (IV)

O2 1 lpm

Inhalasi Ventolin (I) : NaCl 0,9% (2,0 cc) 3x/hari

Diet MC/ngt 6 x 60cc

18

Page 19: Case  [BP,TB,Bronkiolitis]

18 Juni 2015 (rawat hari ke-5)

S : Demam (-), batuk (+) berkurang , sesak (+), BAB BAK dbN

O : KU : Tampak sakit sedang

Kesadaran : CM

Suhu : 36.7°C

Nadi : 120 x / menit, isi cukup, kuat angkat, regular

RR : 30 x / menit

Dyspneu (+)

Pemeriksaan fisik :

Hidung : Pernafasan cuping hidung (+)

Paru : vesikuler +/+, rh +/+, wheezing +/-

Retraksi IC-SC (+)

A : Bronkopneumoni, hipokalemi

P : IVFD KaEn 1B 600cc/24 jam, KCl 15 meq/kolf

Cefotaxim 2 x 350 mg

Ambroxol drop 3 x 5 tetes

Kalmet 3 x 1 mg

Aminofilin 3 x 7 mg (IV)

O2 1 lpm

Inhalasi Ventolin (I) : NaCl 0,9% (3.0 cc) 3x/hari

Diet mc/ngt 6x60cc

19 Juni 2015 (rawat hari ke-6)

S : Demam (-), batuk (+) berkurang, sesak (+)

19

Page 20: Case  [BP,TB,Bronkiolitis]

O : KU : Tampak sakit sedang

Kesadaran : CM

Suhu : 36.7°C

Nadi : 112 x / menit, isi cukup, kuat angkat, regular

RR : 31 x / menit

Pemeriksaan fisik :

Hidung : Pernafasan cuping hidung (-)

Paru : vesikuler +/+, rh +/+, wheezing -/-

A : Bronkopneumonia, hipokalemi, TB paru

P : IVFD KaEn 1B 600cc/24jam

KCl 15meq/100cc

Cefotaxim 2 x 350 mg

Ambroxol drop 3 x 5 tetes

Kalmet 3 x 1 mg

Aminofilin 3 x 7 mg (IV)

O2 1 lpm

Inhalasi Ventolin (I) : NaCl 0,9% (2,0 cc) 3x/hari

Rifampisin 1x100mg, INH 1x75mg + B6 10mg, Pirazinamid 2x100mg

Diet mc/ngt 6x60cc

20 Juni 2015 (rawat hari ke-7)

S : Demam (-), batuk (-), sesak (+) berkurang, belum BAB 2hari

O : KU : Tampak sakit sedang

20

Page 21: Case  [BP,TB,Bronkiolitis]

Kesadaran : CM

Suhu : 36.6 °C

Nadi : 158 x / menit, isi cukup, kuat angkat, regular

RR : 19 x / menit

Pemeriksaan fisik :

Hidung : Pernafasan cuping hidung (-)

Paru : vesikuler +/+, rh +/+, wheezing -/-

A : Bronkopneumoni, TB paru, hipokalemi

P : IVFD KaEn 1B 600cc/24jam

KCl 15meq/100cc

Cefotaxim 2 x 350 mg

Ambroxol drop 3 x 5 tetes

Kalmet 3 x 1 mg

Aminofilin 3 x 7 mg (IV)

O2 1 lpm

Inhalasi Ventolin (I) : NaCl 0,9% (2,0 cc) 3x/hari

Rifampisin 1x100mg, INH 1x75mg + B6 10mg, Pirazinamid 2x100mg

Diet mc/ngt 6x60cc

21

Page 22: Case  [BP,TB,Bronkiolitis]

21 Juni 2015 (rawat hari ke-8)

S : Demam (-), batuk (-), pilek (-), sesak (+) berkurang, 3 hari belum BAB, BAK normal,

rewel, minta susu terus

O : KU : Tampak sakit sedang

Kesadaran : CM

Suhu : 36.7°C

Nadi : 158 x / menit, isi cukup, kuat angkat, regular

RR : 19 x / menit

Pemeriksaan fisik :

Hidung : Pernafasan cuping hidung (-)

Paru : vesikuler +/+, rh +/+, wheezing -/-

A : Bronkopneumoni, TB paru, hipokalemi

P : IVFD KaEn 1B + KCl 15meq 25cc/jam

Cefotaxim 2 x 350 mg

Ambroxol drop 3 x 5 tetes

Kalmet 3 x 1 mg

Aminofilin 3 x 7 mg (IV)

O2 1 lpm

Inhalasi Ventolin (I) : NaCl 0,9% (2,0 cc) 3x/hari

Rifampisin 1x100mg, INH 1x75mg + B6 10mg, Pirazinamid 2x100mg

Diet ML 6x60cc

22

Page 23: Case  [BP,TB,Bronkiolitis]

22 Juni 2015 (rawat hari ke-9)

S : Demam (-), sesak (+) kadang-kadang saja, BAB-BAK berwarna kemerahan, nafsu

makan baik.

O : KU : Tampak sakit sedang

Kesadaran : CM

Suhu : 37°C

Nadi : 130 x / menit, isi cukup, kuat angkat, regular

RR : 40 x / menit

Pemeriksaan fisik :

Hidung : Pernafasan cuping hidung (-)

Paru : vesikuler +/+, rh +/+, wheezing -/-

A : Bronkopneumoni, TB paru, hipokalemi (sudah dikoreksi)

P : IVFD KaEn 1B 600cc/24 jam

Cefotaxim 2 x 350 mg

Ambroxol drop 3 x 5 tetes

Kalmet 3 x 1 mg

Aminofilin 3 x 7 mg (IV)

O2 1 lpm

Inhalasi Ventolin (I) : NaCl 0,9% (2,5 cc) 3x/hari

Rifampisin 1x100mg, INH 1x75mg + B6 10mg, Pirazinamid 2x100mg

Diet oral, ngt lepas

23

Page 24: Case  [BP,TB,Bronkiolitis]

23 Juni 2015 (rawat hari ke-10)

S : Demam (-), sesak (-) BAB-BAK berwarna kemerahan, nafsu makan baik. Tidak ada

keluhan

O : KU : Tampak sakit ringan

Kesadaran : CM

Suhu : 37.2°C

Nadi : 130 x / menit, isi cukup, kuat angkat, regular

RR : 35 x / menit

Pemeriksaan fisik :

Hidung : Pernafasan cuping hidung (-)

Paru : vesikuler +/+, rh +/+, wheezing -/-

A : Bronkopneumoni, TB paru perbaikan, hipokalemi (sudah dikoreksi)

P : IVFD KaEn 1B 600cc/24 jam

Cefotaxim 2 x 350 mg

Ambroxol drop 3 x 5 tetes

Kalmet 3 x 1 mg

Aminofilin 3 x 7 mg (IV)

O2 1 lpm

Inhalasi Ventolin (I) : NaCl 0,9% (2,5 cc) 3x/hari

Rifampisin 1x100mg, INH 1x75mg + B6 10mg, Pirazinamid 2x100mg

24

Page 25: Case  [BP,TB,Bronkiolitis]

24 Juni 2015 (rawat hari ke-11)

S : keadaan membaik, tidak ada keluhan, nafsu makan minum baik, BAB BAK wrna

merah.

O : KU : baik

Kesadaran : CM

Suhu : 36.5°C

Nadi : 100 x / menit, isi cukup, kuat angkat, regular

RR : 25 x / menit

Pemeriksaan fisik :

Hidung : Pernafasan cuping hidung (-)

Paru : vesikuler +/+, rh +/+, wheezing -/-

A : Bronkopneumoni, TB paru perbaikan, hipokalemi (sudah dikoreksi)

P : Cefotaxim 2 x 350 mg

Prednison 2x0,5 mg

Inhalasi Ventolin (I) : NaCl 0,9% (2,5 cc) 3x/hari

Rifampisin 1x100mg, INH 1x75mg + B6 10mg, Pirazinamid 2x100mg

Diet oral

25

Page 26: Case  [BP,TB,Bronkiolitis]

ANALISA KASUS

EPIDEMIOLOGI

Beonkopneumoni Kasus TB

-Banyak pada negara

berkembang

-Menurut penelitian, insiden

pneumonia pada anak <5 tahun

di negara maju 2-4 kasus/100

anak/tahun, sedangakan di negara

berkembang 10-20 kasus/100

anak/tahun.

-menyebabkan 5 juta kematian

per tahun pada anak balita di

negara berkembang

-Anak tinggal di Indonesia

-Tinggal di lingkungan yang

tidak sehat, terpapar kontak

dengan penderita TB

-Usia pasien 6 bulan

Banyak terdapat di negara

berkembang dibandingan negara

maju

Pada penelitian didapatkan kasus

TB < 15 tahun adalah 15% di

negara bekembang, sedangkan 5-

7% di negara maju.

Di Indonesia, TB anak terbanyak

pada usia 12-60 bulan (42,9%),

sedangkan untuk bayi < 12 bulan

16,5%

TANDA DAN GEJALA

Beonkopneumoni Kasus TB

-Demam

-Batuk yang awalnya kering,

kemudian menjadi prodiktif

dengan dahak purulen bahkan

bisa berdarah

-Ada demam, tapi tidak tinggi

(tidak ada keringat malam)

-Batuk-batuk yang tidak

sembuh dengan antibiotik dan

obat batuk

-Demam lama (> 2 minggu)

tanpa sebab yang jelas , dapat

disertai keringat malam.

Demam umumnya tidak tinggi

-Batuk lama minggu dan

sebab yang lain telah

disingkirkan

-BB turun tanpa sebab yang 26

Page 27: Case  [BP,TB,Bronkiolitis]

-Sesak nafas

-Kesulitan makan/minum

-Tampak lemah

-Sesak nafas

-Nafsu makan berkurang dan

muntah

jelas atau tidak naik dalam 1

bulan dengan penanganan gizi

yang adekuat

-Nafsu makan tidak ada

(anoreksia)

-Diare persisten yang tidak

sembuh dengan pengobatan

baku

DIAGNOSIS

Bronkopneumonia Kasus TB

Ditegakkan dari gejala klinis

pneumonia.

Penyebab pneumonia antara

lain virus, jamur dan bakteri.

Jika bakteri karena

M.Tuberculosis tidak

dimasukkan pneumonia

Gambaran radiologi tidak

khas, kecuali pada komplikasi

pneumonia berat

-Pada anak ini tidak dilakukan

pemeriksaan sputum dan

didiagnosis berdasarkan gejala

klinis

-Uji tuberkulin negatif

Gambaran radiologi ada

infiltrat di perihilar dan

paracardial, hilus kasar,

corakan bronkovaskular kasar

-Tidak dilakukan kultur

karena hasil lama

Ditemukannya M.Tuberculosis

pada pemeriksaan. Tetapi pada

anak sulit karena sedikitnya

kuman dan sulit pengambilan

sputum

Uji tuberkulin. Hasil negati

palsu bisa pada keadaan tidak

infeksi TB, dalam masa

inkubasi infeksi TB, anergi.

Gambaran radiologi TB tidak

khas. Gambaran sugestif TB

(Pembesaran hilus, infiltrat,

konsolidasi, milier, kalsifikasi,

atelektasis, kavitas, efusi

pleura, tuberkuloma

27

Page 28: Case  [BP,TB,Bronkiolitis]

Pemeriksaan kultur dilakukan

pada anak dengan pneumonia

berat. Pada fase akut sulit

dapat membedakan penyebab

virus atau bakteri

-Skor pasien 5 ditambah

pertimbangan dokter

Kultur TB sebagai gold

standard, 6-8 minggu

Penggunaan skoring ≥ 6 dan

pertimbangan dokter

TATALAKSANA

Bronkopneumoni Kasus TB

Terapi suportif

Antipiretik dan analgetik

dapat diberikan untuk

kenyaman pasien dan

mengontrol batuk

Nebulasi B2 agonis dan/atau

NaCl dapat deberikan untuk

memperbaiki mucociliary

clearance

Pemberian antibiotik secara

empiris

Pada anak dengan pernapasan

berat, pemberian makan

peroral harus dihindari, dapat

diberikan lewat IV atau NGT

-Deberikan terapi suportif

(oksigen, cairan)

-Diberikan sanmol dan

ambroxol

-Inhalasi ventolin dan

pemberian aminofilin

-Diberikan antibiotic

cefotaxim

-Rifampisin 1 x 100 mg; INH

1 x 75 mg; Pirazinamid 2 x

100 mg

-Pasien diberikan 3 regimen

-Kalmetason 3 x 1 mg

-Pemasangan NGT

Obat pilihan utama :

Rifampisin (R) 10-20

mg/kgBB/hari, Isoniazid (I)

5-15 mg/kgBB/hari,

Pirazinamid (Z) 15-30

mg/kgBB/hari

Prinsip dasar pengobatan TB

adalah minimal 3 macam obat

(2 bulan pertama) dan 2

macam obat pada fase lanjutan

Dalam kasus TB tertentu

diberikan kortikosteroid

(prednison) dengan dosis 1-2

mg/kgBB/hari, maksimal 60

mg dalam 1 hari

Analisis untuk diagnosis banding BRONKIOLITIS

28

Page 29: Case  [BP,TB,Bronkiolitis]

EPIDEMIOLOGI

Teori Kasus

- 95% disebabkan oleh RSV

- Paling sering terjadi pada anak usia 2 -

24 bulan , dari penelitian didapatkan

terbanyak pada anak laki-laki usia 3-6

bulan

- Faktor yang mempengaruhi (kelahiran

prematur, gangguan saat kelahiran,

lingkungan dengan sirkulasi yang tidak

baik)

- Usia anak 6 bulan

- saat kelahiran ps tidak langsung

menangis , warna kulit kebiruan

- os tinggal di lingkungan yang padat

penduduk dan sirkulasi rumah yang

tidak baik

TANDA DAN GEJALA

Teori Kasus

- Awal berupa gejala respiratori akibat

virus dilanjutkan dengan batuk yang

disertai sesak.

- Dari anamnesa ditemukan sianosis,

merintih, mntah setelah batuk, rewel,

penurunan nafsu makan

- Dari PF ditemukan takipnea, takikardi,

suhu lebih dari 38,5 , nafas cuping

hidung, wheezing, ronki, retraksi

dinding pernafasan, konjungtivitis

- Batuk (+), sesak (+)

- Muntah (+), penurunan nafsu makan

- Suhu 38,5, wheezing (+), ronkhi (+),

nafas cuping hidung (+), retraksi

dinding dada (+)

29

Page 30: Case  [BP,TB,Bronkiolitis]

ringan dan faringitis.

- dari lab jumlah leukosit biasanya

normal

- pada foto rontgen didaptkan

hiperinflasi dan infiltrat

- Leukosit normal

- Ada infiltrat

TATALAKSANA

Teori Kasus

- Tatalaksana bersifat suportif : cairan

intravena dan kecukupan cairan,

penyesuain suhu lingkungan, oksigen

cukup

- setelah itu bronkodilator, anti inflamasi

seperti kortikosteroid, dan antivirus

- Suportif dilakukan

- inhalasi ventolin, dan diberikan

kortikosteroid 3 x 1 mg

TINJAUAN PUSTAKA

BRONKIOLITIS30

Page 31: Case  [BP,TB,Bronkiolitis]

Definisi

Bronkiolitis adalah penyakit IRA bawah yang ditandai dengan adanya inflamasi pada bronkiolus. Umumnya, infeksi tersebut disebabkan oleh virus. Secara klinis ditandai dengan episode pertama wheezing pada bayi yang didahaului dengan gejala IRA.

Etiologi

Sekitar 95% dari kasus tersebut secara serologis terbukti desebabkan oleh invasi RSV, ada juga penyebab lain seperti adenovirus, virus influenza, rhinovirus dan mikoplasma, tetapi belum ada bukti kuat bronkiolitis disebabkan oleh bakteri.

Diagnosis

wheezing, yang tidak membaik dengan tiga dosis bronkodilator kerja cepatekspirasi memanjang/expiratory efforthiperinflasi dinding dada, dengan hipersonor pada perkusitarikan dinding dada bagian bawah ke dalamcrackles atau ronki pada auskultasi dadasulit makan, menyusu atau minum.

Tatalaksana

Antibiotik

Apabila terdapat napas cepat saja, pasien dapat rawat jalan dan diberikan kotrimoksazol (4 mg TMP/kgBB/kali) 2 kali sehari, atau amoksisilin (25 mg/ kgBB/kali), 2 kali sehari, selama 3 hari.

Apabila terdapat tanda distres pernapasan tanpa sianosis tetapi anak masih bisa minum, rawat anak di rumah sakit dan beri ampisilin/amoksisilin (25-50 mg/ kgBB/kali IV atau IM setiap 6 jam), yang harus dipantau dalam 24 jam selama 72 jam pertama. Bila anak memberi respons yang baik maka terapi dilanjutkan di rumah atau di rumah sakit dengan amoksisilin oral (25 mg/kgBB/kali, dua kali sehari) untuk 3 hari berikutnya. Bila keadaan klinis memburuk sebelum 48 jam, atau terdapat keadaan yang berat (tidak dapat menyusu atau minum/makan, atau memuntahkan semuanya, kejang, letargis atau tidak sadar, sianosis, distres pernapasan berat) maka ditambahkan kloramfenikol (25 mg/kgBB/kali IM atau IV setiap 8 jam) sampai keadaan membaik, dilanjutkan per oral 4 kali sehari sampai total 10 hari.Bila pasien datang dalam keadaan klinis berat (pneumonia berat) segera berikan oksigen dan pengobatan kombinasi ampilisin-kloramfenikol atau ampisilin-gentamisin.Sebagai alternatif, beri seftriakson (80-100 mg/kgBB/kali IM atau IV sekali sehari).

Oksigen

Beri oksigen pada semua anak dengan wheezing dan distres pernapasan berat.

31

Page 32: Case  [BP,TB,Bronkiolitis]

Metode yang direkomendasikan untuk pemberian oksigen adalah dengan nasal prongs atau kateter nasal. Bisa juga menggunakan kateter nasofaringeal. Pemberian oksigen terbaik untuk bayi muda adalah menggunakan nasal prongs.Teruskan terapi oksigen sampai tanda hipoksia menghilang.

Perawat harus memeriksa sedikitnya tiap 3 jam bahwa kateter atau prongs berada dalam posisi yang benar dan tidak tersumbat oleh mukus dan semua sambungan terpasang aman.

Perawatan penunjang

Jika anak demam (≥ 39º C) yang tampak menyebabkan distres, berikan parasetamol.

Pastikan anak yang dirawat di rumah sakit mendapatkan cairan rumatan harian secara tepat sesuai umur tetapi hindarkan kelebihan cairan/overhidrasi. Anjurkan pemberian ASI dan cairan oral.

Bujuk anak untuk makan sesegera mungkin setelah anak sudah bisa makan.

Pemantauan

Anak yang dirawat di rumah sakit seharusnya diperiksa oleh seorang perawat sedikitnya setiap 3 jam dan oleh seorang dokter minimal 1x/hari. Pemantauan terapi oksigen seperti yang tertulis di atas. Perhatikan khususnya tanda gagal napas, misalnya: hipoksia yang memberat dan distres pernapasan mengarah pada keletihan.

Komplikasi

Jika anak gagal memberikan respons terhadap terapi oksigen atau keadaan anak memburuk secara tiba-tiba, lakukan pemeriksaan foto dada untuk melihat kemungkinan pneumotoraks.

Tension pneumothorax yang diikuti dengan distres pernapasan dan pergeseran jantung, membutuhkan penanganan segera dengan menempatkan jarum di daerah yang terkena agar udara bisa keluar (perlu diikuti dengan insersi kateter dada dengan katup di bawah air untuk menjamin kelangsungan keluarnya udara sampai kebocoran udara menutup secara spontan dan parumengembang).

TUBERKULOSIS

32

Page 33: Case  [BP,TB,Bronkiolitis]

Definisi

Pada umumnya anak yang terinfeksi dengan Mycobacterium tuberculosis tidak menunjukkan penyakit tuberkulosis (TB). Satu-satunya bukti infeksi adalah uji tuberkulin (Mantoux) positif. Risiko terinfeksi dengan kuman TB meningkat bila anak tersebut tinggal serumah dengan pasien TB paru BTA positif.

Terjadinya penyakit TB bergantung pada sistem imun untuk menekan multiplikasi kuman. Kemampuan tersebut bervariasi sesuai dengan usia, yang paling rendah adalah pada usia yang sangat muda. HIV dan gangguan gizi menurunkan daya tahan tubuh; campak dan batuk rejan secara sementara dapat mengganggu sistem imun. Dalam keadaan seperti ini penyakit TB lebih mudah terjadi.

Tuberkulosis seringkali menjadi berat apabila lokasinya di paru, selaput otak, ginjal atau tulang belakang. Bentuk penyakitnya ringan bila lokasinya di kelenjar limfe leher, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, abdomen, telinga, mata dan kulit.

Diagnosis

Diagnosis TB pada anak sulit sehingga sering terjadi misdiagnosis, baik overdiagnosis maupun underdiagnosis. Pada anak, batuk bukan merupakan gejala utama.

Diagnosis pasti TB ditegakkan dengan ditemukannya M. tuberculosis pada pemeriksaan sputum atau bilasan lambung, cairan serebrospinal, cairan pleura, atau pada biopsi jaringan. Kesulitan menegakkan diagnosis pasti pada anak disebabkan oleh 2 hal, yaitu sedikitnya jumlah kuman (paucibacillary) dan sulitnya pengambilan spesimen sputum.

Pertimbangkan Tuberkulosis pada anak jika:

Anamnesis:

- Berkurangnya berat badan 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas atau gagal tumbuh.- Demam tanpa sebab jelas, terutama jika berlanjut sampai 2 minggu.- Batuk kronik ≥ 3 minggu, dengan atau tanpa wheeze.- Riwayat kontak dengan pasien TB paru dewasa.

Pemeriksaan fisis

- Pembesaran kelenjar limfe leher, aksila, inguinal.- Pembengkakan progresif atau deformitas tulang, sendi, lutut, falang.- Uji tuberkulin. Biasanya positif pada anak dengan TB paru, tetapi bisa negatif

pada anak dengan TB milier atau yang juga menderita HIV/AIDS, gizi buruk atau baru menderita campak.

- Pengukuran berat badan menurut umur atau lebih baik pengukuran berat menurut panjang/tinggi badan.

33

Page 34: Case  [BP,TB,Bronkiolitis]

Untuk memudahkan penegakan diagnosis TB anak, IDAI merekomendasikan diagnosis TB anak dengan menggunakan sistem skoring, yaitu pembobotan terhadap gejala atau tanda klinis yang dijumpai, seperti terlihat pada tabel

Setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang, maka dilakukan pembobotan dengan sistem skoring. Pasien dengan jumlah skor ≥ 6 (sama atau lebih dari 6), harus ditatalaksana sebagai pasien TB dan mendapat pengobatan dengan obat anti tuberkulosis (OAT). Bila skor kurang dari 6 tetapi secara klinis kecurigaan ke arah TB kuat maka perlu dilakukan pemeriksaan diagnostik lainnya sesuai indikasi, seperti bilasan lambung, patologi anatomi, pungsi lumbal, pungsi pleura, foto tulang dan sendi, funduskopi, CT-Scan dan lain-lainnya (yang mungkin tidak dapat dilakukan di rumah sakit ini).

Tabel

Perlu perhatian khusus jika ditemukan salah satu keadaan di bawah ini:

Tanda bahaya:Kejang, kaku kudukPenurunan kesadaranKegawatan lain, misalnya sesak napasFoto dada menunjukkan gambaran milier, kavitas, efusi pleura.Gibus, koksitis

34

Page 35: Case  [BP,TB,Bronkiolitis]

Tatalaksana

Alur tatalaksana pasien TB anak dapat dilihat pada skema di bawah ini.

Pada sebagian besar kasus TB anak pengobatan selama 6 bulan cukup adekuat. Setelah pemberian obat 6 bulan, lakukan evaluasi baik klinis maupun pemeriksaan penunjang. Evaluasi klinis pada TB anak merupakan parameter terbaik untuk menilai keberhasilan pengobatan. Bila dijumpai perbaikan klinis yang nyata walaupun gambaran radiologik tidak menunjukkan perubahan yang berarti, OAT tetap dihentikan.

Panduan obat TB pada anak

Pengobatan TB dibagi dalam 2 tahap yaitu tahap awal/intensif (2 bulan pertama) dan sisanya sebagai tahap lanjutan. Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 3 macam obat pada fase awal/intensif (2 bulan pertama) dan dilanjutkan dengan 2 macam obat pada fase lanjutan (4 bulan, kecuali pada TB berat). OAT pada anak diberikan setiap hari, baik pada tahap intensif maupun tahap lanjutan.

Untuk menjamin ketersediaan OAT untuk setiap pasien, OAT disediakan dalam bentuk paket. Satu paket dibuat untuk satu pasien untuk satu masa pengobatan. Paket OAT anak berisi obat untuk tahap intensif, yaitu Rifampisin (R), Isoniazid (H), Pirazinamid (Z); sedangkan untuk tahap lanjutan, yaitu Rifampisin (R) dan Isoniasid (H).

Dosis

- INH: 5-15 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 300 mg/hari- Rifampisin: 10-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 600 mg/hari- Pirazinamid: 15-30 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 2 000 mg/hari- Etambutol: 15-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 1 250 mg/hari- Streptomisin: 15–40 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 1 000 mg/hari

35

Page 36: Case  [BP,TB,Bronkiolitis]

Untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan yang relatif lama dengan jumlah obat yang banyak, paduan OAT disediakan dalam bentuk Kombinasi Dosis Tetap = KDT (Fixed Dose Combination = FDC). Tablet KDT untuk anak tersedia dalam 2 macam tablet, yaitu:

-Tablet RHZ yang merupakan tablet kombinasi dari R (Rifampisin), H (Isoniazid) dan Z (Pirazinamid) yang digunakan pada tahap intensif.-Tablet RH yang merupakan tablet kombinasi dari R (Rifampisin) dan H (Isoniazid) yang digunakan pada tahap lanjutan.

Jumlah tablet KDT yang diberikan harus disesuaikan dengan berat badan anak dan komposisi dari tablet KDT tersebut.

Tabel berikut ini adalah contoh dari dosis KDT yang komposisi tablet RHZ adalah R = 75 mg, H = 50 mg, Z = 150 mg dan komposisi tablet RH adalah R = 75 mg dan H = 50 mg,

Dosis KDT (R75/H50/Z150 dan R75/H50) pada anak

BERAT BADAN (KG)2 BULAN TIAP HARIRHZ (75/50/150)

4 BULAN TIAP HARIRH (75/50)

5-9 1 tablet 1 tablet

10-14 2 tablet 2 tablet

15-19 3 tablet 3 tablet

20-32 4 tablet 4 tablet

Keterangan:Bayi dengan berat badan kurang dari 5 kg dirujuk ke rumah sakitAnak dengan BB ≥ 33 kg , disesuaikan dengan dosis dewasaObat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelahOAT KDT dapat diberikan dengan cara: ditelan secara utuh atau

digerus sesaat sebelum diminum.

Bila paket KDT belum tersedia, dapat digunakan paket OAT Kombipak Anak. Dosisnya seperti pada tabel berikut ini.

Dosis OAT Kombipak-fase-awal/intensif pada anak

JENIS OBAT BB<10 KGBB 10-20 KG(KOMBIPAK)

BB 20-32 KG

Isoniazid 50 mg 100 mg 200 mg

36

Page 37: Case  [BP,TB,Bronkiolitis]

Rifampisin 75 mg 150 mg 300 mg

Pirazinamid 150 mg 300 mg 600 mg

Tabel 15b. Dosis OAT Kombipak-fase-lanjutan pada anak

JENIS OBAT BB<10 KGBB 10-20 KG(KOMBIPAK)

BB 20-32 KG

Isoniazid 50 mg 100 mg 200 mg

Rifampisin 75 mg 150 mg 300 mg

Pada keadaan TB berat, baik pulmonal maupun ekstrapulmonal seperti TB milier, meningitis TB, TB sendi dan tulang, dan lain-lain:

Pada tahap intensif diberikan minimal 4 macam obat (INH, Rifampisin, Pirazinamid, Etambutol atau Streptomisin).Pada tahap lanjutan diberikan INH dan Rifampisin selama 10 bulan.Untuk kasus TB tertentu yaitu TB milier, efusi pleura TB, perikarditis TB, TB endobronkial, meningitis TB dan peritonitis TB diberikan kortikosteroid (prednison) dengan dosis 1–2 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 3 dosis. Lama pemberian kortikosteroid adalah 2–4 minggu dengan dosis penuh dilanjutkan tappering off dalam jangka waktu 2–6 minggu. Tujuan pemberian steroid ini untuk mengurangi proses inflamasi dan mencegah terjadi perlekatan jaringan.

Perhatian: Hindarkan pemakaian streptomisin pada anak bila memungkinkan, karena penyuntikan terasa sakit, dapat terjadi kerusakan permanen syaraf pendengaran, dan terdapat risiko penularan HIV akibat perlakuan yang tidak benar terhadap alat suntikan.

37

Page 38: Case  [BP,TB,Bronkiolitis]

PNEUMONIA

Definisi

Pneumonia biasanya disebabkan oleh virus atau bakteria. Sebagian besar episode yang serius disebabkan oleh bakteria. Biasanya sulit untuk menentukan penyebab spesifik melalui gambaran klinis atau gambaran foto dada. Dalam program penanggulangan penyakit ISPA, pneumonia diklasifikasikan sebagai pneumonia sangat berat, pneumonia berat, pneumonia dan bukan pneumonia, berdasarkan ada tidaknya tanda bahaya, tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam dan frekuensi napas, dan dengan pengobatan yang spesifik untuk masing-masing derajat penyakit.

Dalam MTBS/IMCI, anak dengan batuk di”klasifikasi”kan sebagai penyakit sangat berat (pneumonia berat) dan pasien harus dirawat-inap; pneumonia yang berobat jalan, dan batuk: bukan pneumonia yang cukup diberi nasihat untuk perawatan di rumah. Derajat keparahan dalam diagnosis pneumonia dalam buku ini dapat dibagi menjadi pneumonia berat yang harus di rawat inap dan pneumonia ringan yang bisa rawat jalan.

Hubungan antara Diagnosis klinis dan Klasifikasi-Pneumonia (MTBS)

DIAGNOSIS (KLINIS) KLASIFIKASI (MTBS)

Pneumonia berat (rawat inap):-tanpa gejala hipoksemia-dengan gejala hipoksemia- dengan komplikasi

Penyakit sangat berat(Pneumonia berat)

Pneumonia ringan (rawat jalan) Pneumonia

Infeksi respiratorik akut atas Batuk: bukan pneumonia

38

Page 39: Case  [BP,TB,Bronkiolitis]

Pneumonia Ringan  

Diagnosis

Di samping batuk atau kesulitan bernapas, hanya terdapat napas cepat saja. Napas cepat:

pada anak umur 2 bulan – 11 bulan: ≥ 50 kali/menitpada anak umur 1 tahun – 5 tahun : ≥ 40 kali/menit

Pastikan bahwa anak tidak mempunyai tanda-tanda pneumonia berat

Tatalaksana

Anak di rawat jalanBeri antibiotik: Kotrimoksasol (4 mg TMP/kg BB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari atau Amoksisilin (25 mg/kg BB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari. Untuk pasien HIV diberikan selama 5 hari.

Tindak lanjut

Anjurkan ibu untuk memberi makan anak. Nasihati ibu untuk membawa kembali anaknya setelah 2 hari, atau lebih cepat kalau keadaan anak memburuk atau tidak bisa minum atau menyusu.

Ketika anak kembali:

- Jika pernapasannya membaik (melambat), demam berkurang, nafsu makan membaik, lanjutkan pengobatan sampai seluruhnya 3 hari.- Jika frekuensi pernapasan, demam dan nafsu makan tidak ada perubahan, ganti ke antibiotik lini kedua dan nasihati ibu untuk kembali 2 hari lagi.- Jika ada tanda pneumonia berat, rawat anak di rumah sakit dan tangani sesuai pedoman di bawah ini.

Pneumonia Berat

Diagnosis

Batuk dan atau kesulitan bernapas ditambah minimal salah satu hal berikut ini:

- Kepala terangguk-angguk- Pernapasan cuping hidung- Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam- Foto dada menunjukkan gambaran pneumonia (infiltrat luas, konsolidasi, dll)

39

Page 40: Case  [BP,TB,Bronkiolitis]

Selain itu bisa didapatkan pula tanda berikut ini:

-Napas cepat:Anak umur < 2 bulan : ≥ 60 kali/menitAnak umur 2 – 11 bulan : ≥ 50 kali/menitAnak umur 1 – 5 tahun : ≥ 40 kali/menitAnak umur ≥ 5 tahun : ≥ 30 kali/menit

- Suara merintih (grunting) pada bayi muda- Pada auskultasi terdengar:

Crackles (ronki)Suara pernapasan menurunSuara pernapasan bronkial

Dalam keadaan yang sangat berat dapat dijumpai:

Tidak dapat menyusu atau minum/makan, atau memuntahkan semuanyaKejang, letargis atau tidak sadarSianosisDistres pernapasan berat.

Untuk keadaan di atas ini tatalaksana pengobatan dapat berbeda (misalnya: pemberian oksigen, jenis antibiotik).

Tatalaksana

Anak dirawat di rumah sakit

Terapi Antibiotik

Beri ampisilin/amoksisilin (25-50 mg/kgBB/kali IV atau IM setiap 6 jam), yang harus dipantau dalam 24 jam selama 72 jam pertama. Bila anak memberi respons yang baik maka diberikan selama 5 hari. Selanjutnya terapi dilanjutkan di rumah atau di rumah sakit dengan amoksisilin oral (15 mg/ kgBB/kali tiga kali sehari) untuk 5 hari berikutnya.

Bila keadaan klinis memburuk sebelum 48 jam, atau terdapat keadaan yang berat (tidak dapat menyusu atau minum/makan, atau memuntahkan semuanya, kejang, letargis atau tidak sadar, sianosis, distres pernapasan berat) maka ditambahkan kloramfenikol (25 mg/kgBB/kali IM atau IV setiap 8 jam).

Bila pasien datang dalam keadaan klinis berat, segera berikan oksigen dan pengobatan kombinasi ampilisin-kloramfenikol atau ampisilin-gentamisin.

Sebagai alternatif, beri seftriakson (80-100 mg/kgBB IM atau IV sekali sehari). Bila anak tidak membaik dalam 48 jam, maka bila memungkinkan buat foto dada. Apabila diduga pneumonia stafilokokal (dijelaskan di bawah untuk pneumonia

stafilokokal), ganti antibiotik dengan gentamisin (7.5 mg/kgBB IM sekali sehari) dan kloksasilin (50 mg/kgBB IM atau IV setiap 6 jam) atau klindamisin (15 mg/kgBB/hari –3 kali pemberian). Bila keadaan anak membaik, lanjutkan kloksasilin (atau dikloksasilin) secara oral 4 kali sehari sampai secara keseluruhan mencapai 3 minggu, atau klindamisin secara oral selama 2 minggu.

40

Page 41: Case  [BP,TB,Bronkiolitis]

Terapi Oksigen

Beri oksigen pada semua anak dengan pneumonia berat Bila tersedia pulse oximetry, gunakan sebagai panduan untuk terapi oksigen (berikan

pada anak dengan saturasi oksigen < 90%, bila tersedia oksigen yang cukup). Lakukan periode uji coba tanpa oksigen setiap harinya pada anak yang stabil. Hentikan pemberian oksigen bila saturasi tetap stabil > 90%. Pemberian oksigen setelah saat ini tidak berguna

Gunakan nasal prongs, kateter nasal, atau kateter nasofaringeal. Penggunaan nasal prongs adalah metode terbaik untuk menghantarkan oksigen pada bayi muda. Masker wajah atau masker kepala tidak direkomendasikan. Oksigen harus tersedia secara terus-menerus setiap waktu. Perbandingan terhadap berbagai metode pemberian oksigen yang berbeda dan diagram yang menunjukkan penggunaannya

Lanjutkan pemberian oksigen sampai tanda hipoksia (seperti tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang berat atau napas > 70/menit) tidak ditemukan lagi.

Perawat sebaiknya memeriksa sedikitnya setiap 3 jam bahwa kateter atau prong tidak tersumbat oleh mukus dan berada di tempat yang benar serta memastikan semua sambungan baik.

Sumber oksigen utama adalah silinder. Penting untuk memastikan bahwa semua alat diperiksa untuk kompatibilitas dan dipelihara dengan baik, serta staf diberitahu tentang penggunaannya secara benar.

Perawatan penunjang

Bila anak disertai demam (> 39º C) yang tampaknya menyebabkan distres, beri parasetamol.

Bila ditemukan adanya wheeze, beri bronkhodilator kerja cepat Bila terdapat sekret kental di tenggorokan yang tidak dapat dikeluarkan oleh anak,

hilangkan dengan alat pengisap secara perlahan. Pastikan anak memperoleh kebutuhan cairan rumatan sesuai umur anak tetapi hati-hati terhadap kelebihan cairan/overhidrasi.

Anjurkan pemberian ASI dan cairan oral.o Jika anak tidak bisa minum, pasang pipa nasogastrik dan berikan cairan rumatan

dalam jumlah sedikit tetapi sering. Jika asupan cairan oral mencukupi, jangan menggunakan pipa nasogastrik untuk meningkatkan asupan, karena akan meningkatkan risiko pneumonia aspirasi. Jika oksigen diberikan bersamaan dengan cairan nasogastrik, pasang keduanya pada lubang hidung yang sama.

Bujuk anak untuk makan, segera setelah anak bisa menelan makanan. Beri makanan sesuai dengan kebutuhannya dan sesuai kemampuan anak dalam menerimanya.

Pemantauan

Anak harus diperiksa oleh perawat paling sedikit setiap 3 jam dan oleh dokter minimal 1 kali per hari. Jika tidak ada komplikasi, dalam 2 hari akan tampak perbaikan klinis (bernapas tidak cepat, tidak adanya tarikan dinding dada, bebas demam dan anak dapat makan dan minum).

Komplikasi41

Page 42: Case  [BP,TB,Bronkiolitis]

Jika anak tidak mengalami perbaikan setelah dua hari, atau kondisi anak semakin memburuk, lihat adanya komplikasi atau adanya diagnosis lain. Jika mungkin, lakukan foto dada ulang untuk mencari komplikasi.

Beberapa komplikasi yang sering terjadi adalah sebagai berikut:

a) Pneumonia Stafilokokus. Curiga ke arah ini jika terdapat perburukan klinis secara cepat walaupun sudah diterapi, yang ditandai dengan adanya pneumatokel atau pneumotoraks dengan efusi pleura pada foto dada, ditemukannya kokus Gram positif yang banyak pada sediaan apusan sputum. Adanya infeksi kulit yang disertai pus/pustula mendukung diagnosis.

Terapi dengan kloksasilin (50 mg/kg/BB IM atau IV setiap 6 jam) dan gentamisin (7.5 mg/kgBB IM atau IV 1x sehari). Bila keadaan anak mengalami perbaikan, lanjutkan kloksasilin oral 50mg/kgBB/hari 4 kali sehari selama 3 minggu.Catatan: Kloksasilin dapat diganti dengan antibiotik anti-stafilokokal lain seperti oksasilin, flukloksasilin, atau dikloksasilin.

b) Empiema. Curiga ke arah ini apabila terdapat demam persisten, ditemukan tanda klinis dan gambaran foto dada yang mendukung.

- Bila masif terdapat tanda pendorongan organ intratorakal.- Pekak pada perkusi.- Gambaran foto dada menunjukkan adanya cairan pada satu atau kedua sisi dada.- Jika terdapat empiema, demam menetap meskipun sedang diberi antibiotik dan cairan pleura menjadi keruh atau purulen.

Tatalaksana

Drainase

Empiema harus didrainase. Mungkin diperlukan drainase ulangan sebanyak 2-3 kali jika terdapat cairan lagi. Lihat lampiran 1 bagian A1.5. untuk cara drainase dada.

Penatalaksanaan selanjutnya bergantung pada karakteristik cairan. Jika memungkinkan, cairan pleura harus dianalisis terutama protein dan glukosa, jumlah sel, jenis sel, pemeriksaan bakteri dengan pewarnaan Gram dan Ziehl-Nielsen.

Terapi antibiotik

Bila pasien datang sudah dalam keadaan empiema, tatalaksana sebagai pneumonia, tetapi bila merupakan komplikasi dalam perawatan, terapi antibiotik sesuai dengan alternatif terapi pneumonia.

Jika terdapat kecurigaan infeksi Staphylococcus aureus, beri kloksasilin (dosis 50 mg/kgBB/kali IM/IV diberikan setiap 6 jam) dan gentamisin (dosis 7.5 mg/kgBB IM/IV sekali sehari). Jika anak mengalami perbaikan, lanjutkan dengan kloksasilin oral 50-100 mg/kgBB/hari. Lanjutkan terapi sampai maksimal 3 minggu.

42

Page 43: Case  [BP,TB,Bronkiolitis]

Gagal dalam terapi

Jika demam dan gejala lain berlanjut, meskipun drainase dan terapi antibiotik adekuat, lakukan penilaian untuk kemungkinan tuberkulosis.

Tuberkulosis. Seorang anak dengan demam persisten ≥ 2 minggu dan gejala pneumonia harus dievaluasi untuk TB. Lakukan pemeriksaan dengan sistem skoring untuk menentukan diagnosis TB pada anak. Jika skor ≥ 6 berarti TB dan diberikan terapi untuk TB. Respons terhadap terapi TB harus dievaluasi (lihat bagian 4.8).

Anak dengan positif HIV atau suspek positif HIV. Beberapa aspek terapi antibiotik berbeda pada anak dengan HIV positif atau suspek HIV. Meskipun pneumonia pada anak dengan HIV/suspek HIV mempunyai gejala yang sama dengan anak non-HIV, PCP, tersering pada umur 4-6 bulan, (merupakan penyebab tambahan yang penting dan harussegera diterapi.

- Beri ampisillin + gentamisin selama 10 hari, seperti pada pneumonia Jika anak tidak membaik dalam 48 jam, ganti dengan seftriakson (80 mg/ kgBB IV sekali sehari dalam 30 menit) jika tersedia.- Jika tidak tersedia, beri gentamisin + kloksasilin (seperti pada pneumonia).- Pada anak umur 2-11 bulan juga diberikan kotrimoksazol dosis tinggi (8 mg/kgBB TMP dan 40 mg/kg SMZ IV setiap 8 jam, oral 3x/hari) selama 3 minggu. Pada anak berusia 12-59 bulan, pemberian antibiotik seperti di atas diberikan jika ada tanda PCP (seperti gambaran pneumonia interstisial pada foto dada)

43

Page 44: Case  [BP,TB,Bronkiolitis]

PEMBAHASAN

Berdasarkan kasus, dengan gejala klinis yang ditampilkan, yaitu : demam, batuk, sesak beserta hasil pemeriksaan fisik yang ditemukan : retraksi dinding dada, rhonki dan wheezing lebih mengarah pada diagnosis Bronkiolitis. Pada kasus usia anak 6 bulan, sesuai dengan waktu tersering anak terkena bronkiolitis yaitu pada anak < 2 tahun. Pada kasus ditemukan geala-gejala klinis yang mengarah pada bronkiolitis, juga ditemukan pada pemeriksaan fisik : retraksi dinding dada, rhonki dan wheezing yang sesuai dengan patofisiologi bronkiolitis yaitu terjadinya obstruksi saluran respiratori bawah.

Sedangkan pada diagnosis yang mengarah pada Pneumoni juga bisa dipikirkan. Karena berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan fisik juga mengarah pada pneumoni. Selain itu faktor lingkungan tempat tinggal os dapat dipertimbangkan sebagai salah satu faktor yang dapat menjadi faktor resiko terjadinya pneumonia. Pada pneumonia, organisme penyebab tersering itu adalah bakteri. Tetapi dalam kasus, os sudah diberi terapi antibiotic selama 5 hari namun tidak ada perbaikan klinis yang bermakna. Sehingga agen yang disebabkan oleh bakteri dapat disingkirkan dan mengarah pada penyebab virus,sesuai dengan definisi bronkiolitis yaitu perdangan yang disebabkan oleh virus.

Pada diagnosis TB, sebaiknya menggunakan scoring. Sedangkan pada kasus scoring tidak mencukupi atau < 6 serta hasil tes mantoux negative. Pemberian OAT pada kasus terlalu cepat dan tidak memikirkan kemungkinan yang lain. Seharusnya pemberian OAT berdasarkan gejala klinis dan scoring yang mencukupi sehingga dapat mengurangi resistensi terhadap obat OAT jika ternyata os tidak menderita TB. Pada pasien tidak dilakukan pemeriksaan sputum Karena sesuai dengan tinjauan pustaka yang ada bahwa pengambilan sputum pada anak sulit dan kemungkinan mendapatkan kumannya juga sangan sedikit (pausibasiler).

Pada tatalaksana yang deberikan pada kasus bersifat suportif dan medikamentosa. Dengan diagnosis yang mengarah pada bronkiolitis maka pengobatan yang diberikan hanya bersifat suportif Karena dapat sembuh sendiri

Dari hasil analisis dan tinjauan pustaka yang ada, berdasarkan gejala klinis dan hasil pemerisaan yang didapatakan maka diagnosis lebih mengarah pada bronkiolitis. Namun Tuberkulosis dan Pneumonia dapat dipikirkan sebagai diagnosis banding

44

Page 45: Case  [BP,TB,Bronkiolitis]

DAFTAR PUSTAKA

1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2010. Buku Ajar Respirologi Anak. Jakarta: Badan Penerbit IDAI

2. Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak. Ukk Respirologi PP Ikatan Dokter Anak Indonesia.2007.Edisi ke-2

3. Pedoman Pelayanan Medis. Ikatan Dokter Anak Indonesia.2010.Jilid-1

45