Case APP.doc

11
CASE APPENDICITIS ACUTA Disusun Oleh: Bayu Indrayana Irsyad Rudi Chandra Hermas Irawan Yeli Erna Fratiwi Ajeng Annamayra Nita Christiani Pembimbing: dr. Danny Ganiarto Sugandi, Sp.B KSM / SMF ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN

description

app

Transcript of Case APP.doc

CASEAPPENDICITIS ACUTADisusun Oleh:Bayu Indrayana Irsyad

Rudi Chandra

Hermas Irawan

Yeli Erna Fratiwi

Ajeng AnnamayraNita ChristianiPembimbing:

dr. Danny Ganiarto Sugandi, Sp.B

KSM / SMF ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SARTIKA ASIH

2012Identitas UmumNama

: Naya Putri SuntanaUmur

: 7 tahun

Pekerjaan

: PelajarAgama

: IslamAlamat

: Komp. GBA III P8 No. 39, Cipagalo, Ciganitri, Bandung.Tanggal masuk: 27 Januari 2012Tanggal periksa: 30 Januari 2012Anamnesis

Keluhan utama: Nyeri perut kanan bawahRiwayat Penyakit Sekarang: Pasien masuk ke RS Sartika Asih melalui poli anak dengan keluhan nyeri perut bagian ulu hati secara tiba-tiba sejak pagi hari SMRS. Keluhan disusul adanya muntah lebih dari 10 kali, muntah berisi cairan, sisa makanan dan lendir. Keluhan disertai adanya demam yang cukup tinggi dan juga mencret sebanyak 1 x. Feses cair, warna kuning, lendir -, darah -. Pasien jadi tidak mau makan. Orang tua pasien mengatakan pasien tidak ada batuk pilek sebelum keluhan timbul.

2 hari setelah dirawat demam sempat turun dan keluhan muntah mulai hilang namun nyeri perut dirasakan berpindah ke perut kanan bawah hingga ke dekat pinggang disertai demam dan muntah-muntah kembali. Nyeri dirasakan pasien terus menerus sehingga membuat posisi pasien lebih nyaman bila posisi miring dengan kaki ditekuk.BAK: lancar, BAB: jarang, 2-3 hari sekali.RPD : Sejak tahun 2008, pasien sudah sering dirawat di RS karena keluhan serupa yaitu muntah-muntah dan nyeri perut.Riwayat Alergi : -

Usaha berobat : Pasien sudah diberi obat domperidon dan paracetamol oleh orang tua namun keluhan tidak membaik.Pemeriksaan Fisik

Kesan sakit : Sedang

Kesadaran : Compos MentisTTV:

N : 104 x/menit

R : 28 x/menit

S : 37,1 0C

BB: 19,5 Kg

Kulit: turgor kembali cepat

Kepala : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat isokor, refleks cahaya +/+

Mata cekung -/-Leher : KGB tidak teraba membesar, trakhea letak sentral

Thorax : B/P simetris, retraksi -

Pulmo: VBS ki=ka, wheezing -/-, ronkhi -/-

Cor : BJM reguler, murmur -Abdomen : Datar, soepel, bising usus +, defence muscular Nyeri tekan titik McBurney (+), Nyeri lepas (+)Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2Diagnosis Banding Appendicitis Acuta

Gastroenteritis Acuta

Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium Darah (27 Januari 2012)

Hb : 12,0 gr/dlL : 12.600 /mm3Tc : 312.000 gr/dlNa: 143 mEq/L

K: 4,5 mEq/L

Widal:Salmonella typhi O-

Paratyphi A-O1/40

Paratyphi B-O1/80

Paratyphi C-O-

Salmonella typhi H-

Paratyphi A-H1/40

Paratyphi B-H1/40

USG:

Kesan: gambaran app, tak tampak adanya infiltrate atau abses peri appendiks

Diagnosis Kerja : Appendicitis acutaResumePasien anak perempuan usia 7 tahun masuk ke RS Sartika Asih melalui poli anak dengan keluhan nyeri perut bagian ulu hati secara tiba-tiba sejak pagi hari SMRS. Keluhan disertai adanya muntah lebih dari 10 kali yang berisi cairan, sisa makanan dan lendir. Keluhan disertai adanya demam yang cukup tinggi dan mencret sebanyak 1 x. Feses cair, warna kuning, lendir -, darah -. Pasien jadi tidak mau makan. Orang tua pasien mengatakan pasien tidak ada batuk pilek sebelum keluhan timbul. 2 hari setelah dirawat demam sempat turun dan keluhan muntah mulai hilang namun nyeri perut dirasakan berpindah ke perut kanan bawah hingga ke dekat pinggang disertai demam dan muntah-muntah kembali. Nyeri dirasakan pasien terus menerus sehingga membuat posisi pasien lebih nyaman bila posisi miring dengan kaki ditekuk. BAB jarang, 2-3 hari sekali. Sejak tahun 2008, pasien sudah sering dirawat di RS karena muntah-muntah dan nyeri perut. Pasien sudah diberi obat domperidon dan paracetamol oleh orang tua namun keluhan tidak membaik.Dari hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan bahwa pasien dengan kesan sakit sedang dengan kesadaran compos mentis, dan pada pemeriksaan fisik didapakan tanda-tanda vital nadi 104x/menit, palpasi abdomen nyeri tekan titik McBurney (+) serta nyeri lepas (+). Pada pemeriksaan penunjang didapat kan hasil laboratorium darah, leukosit 12.600 /mm3, widal titer paratyphi A-O 1/40, paratyphi B-O 1/80, paratyphi A-H 1/40, paratyphi B-H 1/40. Pemeriksaan USG tanggal 30 januari didapatkan kesan gambaran app, tak tampak adanya infiltrate atau abses peri appendiks. Penatalaksanaan Rencana appendectomy Medikamentosa pre op:

Infus RL 1500/24 jam Antiemetik, Ondansetron 3 x 2 mg Antipiretik, Paracetamol syr 3 x 2cth Antibiotik profilaxis: Ceftriaxone 1g

Laporan operasi pada tanggal 30 Januari 2012

Diagnosis pre-operasi : Appendicitis acutaDiagnosis post-operasi: Appendicitis acutaTindakan operasi : Open AppendectomyTemuan Operasi: Appendix retrocaecal, oedem, panjang 7-8 cm, diameter 0,8 cm.Medikamentosa Post Op:

Analgetik: Tramadol 40 mg IV Antibiotik: Cefadroxil 2 x 2cth Antipiretik: Paracetamol syr 3 x 2cth

PrognosisQuo ad vitam: Ad bonam

Quo ad functionam: Ad bonamQuo ad sanationam: Ad bonam

PembahasanPasien anak perempuan usia 7 tahun dengan diagnosis appendicitis acuta. Diagnosis ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan dibantu dengan pemeriksaan penunjang. Anamnesis didapatkan adanya nyeri yang khas pada appendicitis, yaitu nyeri yang berpindah dari daerah ulu hati (seringnya di daerah periumbilical) ke nyeri perut kanan bawah. Adanya keluhan febris, vomit, diare dan anorexia juga turut membantu penegakkan diagnosis. Meski memang pada pasien didapat riwayat keluhan serupa sebelumnya sejak tahun 2008 yang berulang.

Etiologi tersering dari adanya appendicitis pada anak dapat berupa fecolith atau juga obstruksi lumen akibat pembesaran folikel limfoid karena adanya riwayat infeksi sebelumnya. Tidak adanya riwayat ISPA dan adanya kebiasaan buang air besar yang tidak teratur dan jarang meski pasien masih suka makan sayur cukup relevan dengan kaitan pencarian etiologi pada kasus ini.Pada pemeriksaan fisik, adanya nyeri tekan pada titik McBurney dan nyeri lepas memberikan arahan kepada diagnosis appendicitis, meski pada saat pemeriksaan pasien tidak kooperatif dengan terus menangis sehingga tidak dapat diperiksa tanda-tanda lainnya berupa psoas sign, obturator sign, dll. Defence muscular yang negatif pada palpasi abdomen memberikan gambaran belum terjadinya komplikasi lebih jauh berupa peritonitis.

Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis adalah melalui pemeriksaan darah dan juga USG. Leukositosis yang didapatkan pada pasien ini menguatkan adanya suatu appendicitis, meski leukositosis sendiri tidaklah spesifik untuk appendicitis. Leukosit berjumlah 12.600 yang pada hal ini masih berada dibawah titik 18.000, karena pada umumnya leukositosis lebih dari 18.000 jarang mengarah pada appendicitis akut non komplikata. Hasil lab yang ditunjang dengan adanya USG semakin menguatkan diagnosis appendicitis. Pada USG abdomen kanan bawah tampak bayangan tubuler hipoekhoik yang melebar dengan ukuran 2,0-0,5 cm, tak tampak appendicolith, infiltrat maupun adanya abses dan juga tidak ada kelainan pada kandung kemih memberikan kesan gambaran appendicitis. Pemeriksaan yang juga diusulkan mengacu adanya keluhan muntah-muntah serta diare, adalah elektrolit berupa kalium dan natrium. Meski pada pasien, kadar kalium dan natrium masih dalam batas normal.Terapi utama yang harus dilakukan pada kasus ini adalah melalui tindakan operasi yaitu appendectomy, dengan tujuan agar keluhan tidak menjadi lebih berat (dapat berupa komplikasi seperti perforasi dan peritonitis) yang akan membahayakan nyawa pasien.

Operasi dilakukan pada tanggal 30 Januari 2012 pukul 09.00 wib dengan jenis operasi open appendectomy dengan sayatan Rocky-Davis. Saat operasi berlangsung, didapatkan adanya oedem pada appendix dengan panjang 7-8 cm, diameter 0,8 cm. Hasil temuan operasi menegakkan diagnosis post operasi appendicitis acuta yang sesuai dengan diagnosis pre operasi, meski memang seharusnya diagnosis akhir dari kasus ini ditentukan melalui hasil pemeriksaan patologi anatomi yang pada kasus ini tidak dilakukan.Pilihan terapi medikatosa pre operasi mengacu pada simptom yang ada. Pemberian antiemetik guna menekan keluhan muntah-muntah, antiemetik yang diberikan adalah ondansetron dengan dosis 3 x 2 mg. Antipiretik diberikan untuk menurunkan panas badan pada pasien, yaitu dengan pemberian paracetamol syrup dengan dosis 3 x 2cth. Dan selama perawatan pasien diberikan infus RL sebagai pengganti cairan yang hilang melalui muntah dan mencret. RL diberikan 1500cc/24 jam sekaligus sebagai infus jaga. Pemberian antibiotik profilaksis menjelang operasi perlu dilakukan, antibiotik yang dapat diberikan seperti ceftriaxone dengan dosis 1gr iv yang harus didahului skin test. Dosis yang diberikan mengacu pada berat badan pasien, yaitu 19,5 kg.Terapi medikamentosa post operasi berupa pemberian analgetik melalui IV line, yaitu pemberian tramadol 40 mg setiap 6 jam. Pemberian antibiotik tetap diteruskan untuk mencegah terjadinya infeksi, pilihan antibiotik yang dapat diberikan yaitu cefadroxil, preparat antibiotik spektrum luas dengan dosis 2 x 2cth.Satu hari post appendectomy, pasien mengeluh demam cukup tinggi. Dicurigai demam disebabkan adanya phlebitis karena pemasangan IV line. Aff infus adalah tindakan yang perlu dilakukan untuk kemudian diobservasi apakah demam masih berlanjut. Demam diturunkan dengan pemberian antipiretik yaitu paracetamol 3 x 2cth.

Prognosis pada kasus ini dapat disimpulkan adalah ad bonam pada quo ad vitam, functionam dan sanationam. Hal ini berdasarkan kondisi umum pasien yang stabil baik itu sebelum dan setelah operasi serta hasil jahitan yang bagus setelah 2 hari post appendectomy.